• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Audit 200-265

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standar Audit 200-265"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Standar Audit 200 ( Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit )

1. Ruang Lingkup

Standar Audit ini mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor independen ketika melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA.

2. Audit atas Laporan Keuangan

 Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju.

 Laporan keuangan yang diaudit adalah milik entitas, yang disusun oleh manajemen entitas dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

3. Tujuan Keseluruhan Auditor

a. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

b. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengkomunikasikannya sebagaimana ditentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor. 4. Ketentuan

a. Ketentuan etika yang berkaitan dengan audit atas laporan keuangan

b. Skeptisisme professional c. Pertimbangan professional

d. Bukti audit yang cukup dan tepat serta resiko audit 5. Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA

a. Kepatuhan terhadap SA yang relevan dengan audit b. Tujuan yang dinyatakan dalam setiap SA

c. Kepatuhan terhadap ketentuan yang relevan d. Kegagalan untuk mencapai suatu tujuan

2.2 Standar Audit 210 ( Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit )

(2)

1. Ruang Lingkup

Standar audit ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam menyepakati syarat perikatan audit dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas.

2. Tujuan

Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit hanya ketika basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati :

a. Penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit

b. Penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan audit antara auditor, manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. 3. Ketentuan

a. Prakondisi untuk suatu audit :

 Auditor harus menentukan apakah kerangka pelaporan laporan keuangan yang akan diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan dapat diterima.

 Memperoleh persetujuan dari pihak manajemen bahwa manajemen mengakui dan memahami tanggung jawabnya. b. Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit

 Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau pihak yang betanggung jawab atas tata kelola entitas, jika relevan.

 Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup :

 Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan  Tanggung jawab auditor

 Tanggung jawab manajemen

 Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan

 Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh auditor

(3)

Auditor harus menilai apakah terdapat kondisi yang memerlukan suatu revisi terhadap ketentuan perikatan audit dan apakah perlu mengingatkan entitas yang bersangkutan tentang ketentuan perikatan audit yang masih berlaku.

d. Penerimaan Perubahan dalam Ketentuan Perikatan Audit

 Auditor tidak boleh menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit jika tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan.

 Jika sebeum penyelesaian perikatan audit, auditor diminta untuk mengubah perikatan audit tersebut ke perikatan yang menyebabkan auditor memperoleh tingkat asurans yang lebih rendah, maka auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat dasar yang wajar untuk melakukan perubahan tersebut.

 Jika ketentuan perikatan audit dirubah, auditor dan manajemen harus sepakat atas ketentuan baru tersebut, dan menuangkannya ke dalam suatu surat perikatan yang baru.

 Jika auditor tidak dapat menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit dan manajemen tidak mengizinkan auditor untuk meneruskan perikatan semula , maka auditor harus :

 Menarik diri dari perikatan

 Menentukan apakah ada kewajiban, baik secara kontrak ataupun dalam bentuk lainnya, untuk melaporkan kondisi tersebut pada pihak lain.

e. Pertimbangan Lain dalam Penerimaan Perikatan

 Standar pelaporan keuangan yang ditambahkan oleh Peraturan Perundang-undangan.

 Kerangkan pelaporan keuangan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan hal lain yang mempengaruhi penerimaan.

 Laporan auditor yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

(4)

2.3 Standar Audit 220 ( Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan )

1. Ruang Lingkup

Standar audit mengatur tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan.

2. Sistem Pengendalian Mutu dan Peran Tim Perikatan

Sistem, kebijakan, dan prosedur pengendalian mutu merupakan tanggung jawab KAP. Berdasarkan SPM 1, KAP berkewajiban untuk menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai bahwa :

a. KAP personelnya mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.

b. Laporan yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan telah sesuai dengan kondisinya.

3. Tujuan

Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada tingkat perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor bahwa :

a. Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hokum dan peraturan yang berlaku.

b. Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya. 4. Ketentuan

a. Tanggung jawab kepemimpinan atas mutu audit b. Ketentuan etika yang relevan

c. Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan audit

d. Penugasan tim perikatan e. Pelaksanaan perikatan f. Pemantauan

g. Dokumentasi

2.4 Standar Audit 230 ( Dokumentasi Audit ) 1. Ruang Lingkup

(5)

Standar audit ini nerkaitan dengankewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan.

2. Sifat dan Tujuan Dokumentasi Audit

Dokumentasi audit yang memenuhi SA ini dan persyaratan dokumentasi spesifik lain sebagaimana tercantum dalam SA lain yang relevan memberikan :

a. Bukti sebagai basis bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan tentang pencapaian tujuan keseluruhan auditor.

b. Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dokumentasi audit juga berfungsi untuk memenuhi tujuan tambahan berikut :

a. Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.

b. Membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dalam supervise untuk mengarahkan dan mensupervisi proses audit, dan menunaikan tanggung jawab penelaahan.

c. Memungkinkan tim perikatan untuk mempertanggung jawabkan pekerjaan mereka.

d. Menyimpan catatan atas hal-hal signifikan yang berkelanjutan untuk audit di masa yang akan datang.

3. Tujuan

Tujuan auditor adalah untuk menyusun dokumentasi yang memberikan :

a. Catatan yang cukup dan tepat sebagai basis untuk laporan auditor.

b. Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Ketentuan

a. Penyiapan dokumentasi audit tepat waktu.

b. Pendokumentasian prosedur audit yang telah dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh.

(6)

2.5 Standar Audit 240 ( Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan )

1. Ruang Lingkup

Standar audit ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor yang terkait dengan kecurangan dalam suatu audit atas laporan keuangan.

2. Karakteristik Kecurangan

Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau kesalahan. Factor yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, adalah tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.

Terdapat dua tipe kesalahan penyajian yang relevan dengan pertimbangan auditor, kesalahan penyajian yang timbul karena perlakuan tidak semestinya terhadap aset.

3. Tanggung Jawab untuk Pencegahan Pendeteksian Kecurangan Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas dan manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi peluang terjadinya kecurangan, dan pencegahan kecurangan yang dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan akan terdeteksi dan terkena hukuman.

Tanggung jawab auditor adalah melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.

4. Tujuan

Tujuan auditor adalah :

a. Mengindentifikasi dan menilai resiko kesalahan penyajian material laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan.

(7)

b. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan penilaian resiko kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan.

c. Memberikan respon terhadap kecurangan atau dugaan kecurangan yang terindentifikasi selama audit.

5. Ketentuan

a. Skeptisisme professional

b. Pembahasan diantara tim perikatan

c. Prosedur penilaian resiko dan aktivitas terkait

d. Identifikasi dan penilaian resiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.

e. Respons terhadap hasil penilaian resiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.

f. Pengevaluasian terhadap bukti audit

g. Ketidakmampuan auditor untuk melanjutkan perikatan h. Representasi tertulis

i. Komunikasi kepada manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola

j. Komunikasi kepada badan pengatur dan penegak hokum. k. Dokumentasi

2.6 Standar Audit 250 ( Pertimbangan atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan )

1. Ruang Lingkup

Standar audit ini mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan peraturan perundang-undangan dalam audit atas laporan keuangan.

2. Dampak Peraturan Perundang-undangan

Dampak peraturan perundang-undangan terhadap laporan keuangan sangat bervariasi. Peraturan perundang-undangan tersebut bersifat mengikat dan merupakan kerangka peraturan perundang-undangan bagi suatru entitas. Ketentuan dalam beberapa peraturan perundang-undangan berdampak langsung terhadap laporan keuangan yang menentukan jumlah dan pengungkapan yang dilaporkan dalam laporan keuangan suatu entitas. Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dapat mengakibatkan denda, litigasi, atau

(8)

knsekuensi lain bagi entitas yang dapat menimbulkan dampak material terhadap laporan keuangan.

3. Tanggung Jawab untuk mematuhi Peraturan Perundang-undangan

Adalah tanggung jawab manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, untuk memastikan bahwa operasi entitas dijalankan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menentukan jumlah dan pengungkapan yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan suatu entitas. Ketentuan SA ini dirancang untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Tujuan

Tujuan auditor adalah :

a. Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang pada umumnya berdampak langsung dalam menentukan jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan.

b. Untuk melaksanakan prosedur audit tertentu untuk membantu mengungkapkan adanya ketidakpatuhan terhadap pertura perundang-undangan lain yang dapat berdampak material terhadap laporan keuangan, dan

c. Untuk merespon adanya ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi selama pelaksanaan audit secara tepat.

5. Ketentuan

a. Pertimbangan auditor atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

b. Prosedur audit pada saat ketidakpatuhan terindentifikasi atau diduga terjadi.

(9)

c. Pelaporan atas ketidakpatuhan yan diidentifikasi atau diduga terjadi.

2.7 Standar Audit 260 ( Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola )

1. Ruang Lingkup

Standar audit ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan.

2. Peran Komunikasi

Focus utama SA ini adalah komunikasi auditor kepada pihak yang bertanggung jawa atas tata kelola. Meskipun demikian, peran komunikasi dua arah yang efektif penting untuk membantu :

a. Auditor dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam memahami hal yang terkait dengan konteks audit, dan dalam mengembangkan hubungan kerja yang saling mendukung.

b. Auditor dalam memperoleh informasi audit yang relevan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata

c. kelola.

d. Pihak yang betanggung jawab atas tata kelola dalam memenuhi tanggung jawab mereka untuk mengawasi proses laporan keuangan.

3. Tujuan

Tujuan auditor adalah :

a. Untuk mengkomunikasikan secara jelas kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan audit atas laporan keuangan, dan gambaran umum perencanaan lingkup saat audit.

b. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

c. Untuk menyediakan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola secara tepat waktu, hasil observasi audit yang signifikan dan relevan terhadap tanggung jawa mereka untuk mengaweasi proses pelaporan keuangan.

(10)

d. Untuk mendukung komunikasi dua-arah yang efektif antara auditor dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. 4. Ketentuan

a. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola b. Hal-hal yang perlu dikomunikasikan

c. Proses komunikasi d. Dokumentasi

2.8 Standar Audit 265 ( Pengkomunikasian Defisiensi Dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan Manajemen )

1. Ruang Lingkup

Standar audit ini mengatur tanggung jawab auditor untuk mengkomunikasikan dengan tepat kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen tentang defiensi dalam pengendalian internal yang diidentifikasi oleh auditor dalam audit atas laporan keuangan.

2. Tujuan

Tujuan auditor adalah untuk mengkomunikasikan dengan semestinya kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen tentang defisiensi dalam pengendalian internal yang diidentifikasi professional oleh auditor adalah cukup penting untuk mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Ketentuan

a. Auditor harus menentukan apakah, berdasarkan pekerjaan audit yang telah dilakukan, auditor telah mengidentifikasi satu atau lebih defisiensi dalam pengendalian internal.

b. Jika auditor telah mengidentifikasi satu atau lebih defisiensi dalam pengendalian internal, auditor harus menentukan, berdasarkan pekerjaan audit yang telah dilakukan, apakah defisiensi tersebut, secara individual atau kombinasi merupakan defisiensi signifikan.

(11)

c. Auditor harus mengkomunikasi secara tertulis tentang defisiensi signifikan dalam pengendalian internal yang diidentifikasi selama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tepat waktu.

d. Auditor juga harus mengkomunikasikan kepada pihak manajemen pada tingkat tanggung jawab yang tepat secara waktu.

e. Auditor dalam mengkomunikasikan defisiensi signifikan dalam pengendalian internal secara tertulis harus menyertakan tentang deskripsi yang jelas dan informasi yang cukup untuk memungkinkan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen dalam memahami konteks komunikasi tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Petani tembakau berani mengalokasikan tenaga kerja karena melalui kemitraan petani memperoleh bantuan modal untuk biaya input usahatani termasuk biaya tenaga kerja Namun

Hasil dari penelitian uji daya hambat ekstrak bunga lawang (Illicium verum Hook) terhadap bakteri Staphylococcus aureus didapatkan hasil pengukuran zona bening

Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang dapat memberikan hasil kinerja para Dosen dalam mengajar dimana data yang dihasilkan

Temuan selanjutnya dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran tematiknya di kelas menunjukan bahwa guru kelas IV melakukan

Di triwulan IV utang klaim dan reasuransi mengalami penurunan masing-masing sebesar 252,53 dan 379,2, sedangkan laba bersih mengalami penurunan juga sebesar

Setelah selesai belajar, apakah peralatan seperti buku, pensil dan alat tulis yang lain anda rapikan

Pengaruh menonton tayangan My Trip My Adventure TransTV terhadap minat berpetualang mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi terjadi karena adanya perhatian

Berdasarkan hasil penelitian, tenaga kerja yang digunakan oleh para pengolah dalam mengolah gula aren yaitu menggunakan tenaga pengolah itu sendiri atau tenaga kerja