• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata Pusat Perbelanjaan, Studi Kasus Sepuluh Pusat Perbelanjan di Kota Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata Pusat Perbelanjaan, Studi Kasus Sepuluh Pusat Perbelanjan di Kota Surabaya"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata Pusat Perbelanjaan,

Studi Kasus Sepuluh Pusat Perbelanjan di Kota Surabaya

Mohammad Razif 1 & Edya Pitoyo 2 1,2)

Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP – ITS Surabaya Indonesia 1)

Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang Indonesia e-mail: razif@its.ac.id

Abstrak

Permasalahan yang akan dibahas adalah mencari metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata rata dari Pusat Perbelanjaan dengan melakukan studi kasus pada sepuluh pusat perbelanjaan di Kota Surabaya. Metode yang dipakai adalah dengan melakukan observasi kebutuhan air bersih rata rata selama 12 bulan dari setiap Pusat Perbelanjaan. Dari data obeservasi ini dilakukan perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata bulanan dan kebutuhan air bersih rata-rata-rata-rata harian. Selain itu dari hasil observasi juga diperoleh luas lantai dari setiap Pusat Perbelanjan. Dari hasil observasi disimpulkan bahwa kebutuhan air bersih rata-rata perhari dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berkisar dari yang terkecil sebesar 26 m3 sampai yang terbesar sebesar 922 m3. Metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata untuk Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berdasarkan luas lantai masih dapat dipergunakan untuk perhitungan kebutuhan air bersih di tahap perencanaan, misalnya untuk keperluan studi amdal. Jika diinginkan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata yang lebih mendekati kenyataan, maka bisa dilakukan dengan metode analogi kebutuhan air bersih dengan pemakaian air bersih dari Pusat Perbelanjaan yang sudah beroperasi berdasarkan kemiripan luas bangunan dan lantai, serta aktifitas yang ada di dalam Pusat Perbelanjaan.

Kata kunci : Kota Surabaya ; Pemakaian Air Bersih ; Pusat Perbelanjaan

1. Pendahuluan

Pusat Perbelanjaan (mall) umumnya menampung beragam kegiatan tidak semata-mata kegiatan pertokoan saja, melainkan ada kegiatan restoran, salon, bioskop, hypermart dll. Banyaknya kegiatan dalam pusat perbelanjan menyebabkan peningkatan pemakaian air bersih rata rata, yang selain untuk beragam aktivitas juga diperlukan untuk kegiatan toilet dan pembersihan gedung pusat perbelanjaan. Saat ini ada sebanyak 34 Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya.

Dalam kegiatan studi Amdal untuk Pusat Perbelanjaan ini umumnya diperlukan informasi pemakaian air bersih rata-rata setiap harinya. Karena studi Amdal disusun pada tahap perencanaan, maka perhitungan pemakaian air bersih rata rata di Pusat Perbelanjaan umumnya didasarkan atas perhitungan teoritik. Seringkali hasil perhitungan teoritik ini tidak sesuai dengan pemakaian air bersih rata rata saat Pusat Perbelanjaan dioperasikan, sehingga perlu pembuktian.

Dengan studi kasus ini diharapkan dapat diperoleh pemakaian air bersih rata-rata

untuk Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya, sekaligus dapat dibandingkan hasilnya dan dibuktikan kesesuaiannya dengan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata secara teoritik.

2. Tinjauan Pusataka

2.1 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata secara Teoritik

Menurut Morimura [1] dan Hadisoebroto [2] ada 4 metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata rata di sebuah gedung, secara teoritik adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan jumlah orang yang akan memakai air bersih : metoda ini berdasarkan pada kebutuhan air bersih rata-rata dari setiap orang dan perkiraan jumlah orang yang akan memakai air bersih. Dengan mengalikan kebutuhan air bersih rata-rata perorang dengan jumlah orang pemakai air bersih perhari, maka akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari

2. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing : metoda ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing, mencakup juga jumlah dan jenis alat plambing. Untuk setiap alat plambing ada

(2)

kebutuhan minimal yang harus dipenuhi. Dengan mengalikan jumlah alat plambing dan kebutuhan setiap alat plambing, maka diketahui kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari.

3. Berdasarkan unit beban alat plambing : metoda ini digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa setiap alat plambing mempunyai besaran unit beban (fixture unit) yang berbeda, dan dengan menjumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari.

4. Berdasarkan luas lantai gedung : metoda ini digunakan jika diketahui luas lantai gedung dan dapat diperkirakan perbandingan luas lantai efektif terhadap luas lantai total. Dari luas lantai efektif ini bisa dihitung jumlah orang efektif yang mengisi lantai tersebut. Dengan mengalikan kebutuhan air bersih rata-rata perorang dengan jumlah orang pemakai air bersih perhari, maka akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari.

Khusus untuk tahap perencanaan Pusat Perbelanjaan, metoda 1 sangat sulit untuk dilaksanakan karena kesulitan untuk menaksir jumlah karyawan dan jumlah pengunjung di tahap operasional. Metoda 2 dan 3 juga sulit dilaksanakan jika kegiatan perencanaan Pusat Perbelanjaan belum menyelesaikan tahap DED, khususnya yang menyangkut perencanaan sistem plambing. Oleh sebab itu yang sangat mungkin dilakukan untuk Pusat Perbelanjaan adalah metode ketiga. Perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata ini sangat terkait erat dengan perencanaan penggunaan air harian dan jenis peralatan plambing tiap gedung [3].

2.2 Persyaratan Air Bersih

Perhitungan rata-rata kebutuhan air bersih rata rata yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan gedung mengatasi kekurangan air [4] dan meningkatkan efisiensi penggunaan air [5]. Tentu saja faktor hygienis air untuk Pusat Perbelanjan perlu mendapat perhatian, minimal memenuhi persyaratan Menteri Kesehatan Republik Indonesia [5] dan khususnya terkait aspek mikrobiologi [6]. Air bersih yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,

kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. 2.3. Penyusunan Studi Amdal

Perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata ini umumnya juga diperlukan dalam penyusunan Studi Amdal untuk Pusat Perbelanjaan. Sesuai dengan ketentuan UU 32/2009 [7] dan PP 27/2012 [8] penyusunan Studi Amdal ini harus dilakukan pada tahap perencanaan. Oleh sebab itu menjadi penting pada tahap perencanaan sudah dapat melakukan perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata dari rencana Pusat Perbelanjaan. Kebutuhan air bersih yang cukup besar untuk Pusat Perbelanjaan akan menimbulkan dampak gangguan distribusi air bersih bagi masyarakat yang berlokasi di sekitar Pusat Perbelanjaan sehingga diperlukan penyusunan upaya pengelolaan dampak ini sedini mungkin yang biasanya dicantumkan dalam dolumen RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dari Studi Amdal sesuai pedoman yang berlaku [9]. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5/2012 [10] kegiatan Pusat Perbelanjaan termasuk kegiatan yang wajib Amdal karena luas total lantainya lebih dari 10.000 m2. 2.4. Perbedaan rencana dengan realisasi

Adanya perbedaan antara konsep rencana yang disusun oleh perancang Pusat Perbelanjaan dengan realisasi yang diimplementasikan oleh pengelola Pusat Perbelanjan adalah salah satu penyebab tidak samanya perencanaan kebutuhan air bersih dengan pemakaian air bersih di tahap operasional. Masalah ini sangat sulit dipecahkan karena umumnya terjadi perbedaan yang cukup besar antara penyewa stand yang direncanakan mengisi Pusat Perbelanjaan dengan penyewa stand yang sesungguhnya mengisi Pusat Perbelanjan ditahap operasional. Sebagai contoh misalnya direncanakan 10 restoran penyewa yang akan beroperasi, tetapi faktanya ada 20 restoran penyewa yang berminat saat bangunan Pusat Perbelanjaan selesai dibangun, yang tentu saja akan mempengaruhi perubahan perhitungan rencana kebutuhan air bersih dengan perhitungan realisasi pemakaian air bersih. Masalah lain adalah terkait dengan ketepatan asumsi unit demand yang direncanakan seperti asumsi pemakaian liter/orang/hari

(3)

atau liter/aktifitas/hari. Tentu saja yang paling sulit adalah ketepatan prediksi jumlah pengunjung Pusat Perbelanjaan.

3. Metode Studi

3.1. Penentuan Luas Lantai Efektif Luas lantai efektif yang dimaksudkan untuk Pusat Perbelanjaan adalah luas lantai yang dipakai untuk aktifitas yang berisi aktivitas manusia. Tidak masuk dalam pengertian luas lantai efektif ini luas lantai yang dipakai untuk kegiatan parkir dan kegiatan utilitas seperti gardu listrik, pompa, genset, IPAL, dan Depo TPS. Dari gambar denah perencanaan, luas lahan efektif ini bisa dihitung. Berdasarkan observasi pada sepuluh Pusat Perbelanjaan, luas lantai efketif ini sangat bervariasi dan bisa diambil rata rata sebesar 50% dari luas lantai total. 3.2. Penentuan jumlah orang efektif

perluas lantai

Belum ada penelitian yang bisa dijadikan acuan untuk jumlah orang efektif perluas lantai. Umumnya untuk Pusat Perbelanjaan jumlah orang efektif perluas lantai lebih besar dari Perkantoran. Pada umumnya Pusat Perbelanjaan dirancang dengan luas lantai yang nyaman untuk pengunjung dan menghindari agar pengunjung tidak berdesakan. Jika tersedia data deret waktu tentang jumlah orang (pengunjung dan karyawan) dari setiap Pusat Perbelanjan, maka sebetulnya jumlah orang efektif perluas lantai bisa diteliti lebih detail. Dalam penelitian ini dilakukan asumsi dengan mengambil 10 m2 luas lantai untuk tiap orang.

3.3. Perhitungan kebutuhan air

berdasarkan luas lantai gedung Untuk studi kasus sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya diasumsi kebutuhan rata rata per orang per hari sebanyak 50 liter. Besaran 50 liter berasal dari pendekatan penjumlahan pemakaian air untuk restoran (30 liter), gedung bioskop (10 liter) dan untuk departement store, salon, clening service dll (10 liter). Dengan mengalikan kebutuhan air rata-rata perorang dengan jumlah orang efektif perluas lantai, maka akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari.

3.4. Perhitungan kebutuhan air

berdasarkan rekening air bulanan

Untuk studi kasus sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya ini telah diperoleh catatan rekening kebutuhan air bersih setiap bulan selama tahun 2013. Dari data ini dilakukan perhitungan rata-rata kebutuhan air bersih perbulan dan kebutuhan air bersih perhari. Hasil perhitungan ini kemudian dapat dibandingkan dengan perhitungan kebutuhan air bersih berdasrkan luas lantai.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih berdasarkan luas lantai Berdasarkan hasil observasi luas lantai dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya ini dapat dilakukan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata perhari yang diperlihatkan di Tabel 1

Tabel 1. Perhitungan m3 kebutuhan air rata-rata perhari berdasarkan m2 luas lantai PP Luas lantai total (m2) Luas lantai efektif (m2) orang m3 1 10584 5292 529 53 2 5641 2820.5 282 28 3 120000 60000 6000 600 4 23372 11686 1167 117 5 152000 76000 7600 7600 6 80000 40000 4000 400 7 81291 40645.5 4065 406 8 200000 100000 10000 1000 9 79597 39798.5 3980 398 10 369000 184500 18450 1845 Perhitungan di Tabel 1 diatas berdasarkan asumsi : luas lantai efektif 50%, satu orang untuk tiap 10 m2 luas lantai., dan kebutuhan air 50 l/orang/hari.

4.2. Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih berdasarkan rekening air bulanan

Berdasarkan hasil observasi pada 10 Pusat Perbelanjaan diperoleh data rekening air bulanan selama tahun 2013 yang diperlihatkan secara grafik pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 10.

(4)

Gambar 1 Pemakaian air PP 1 Tahun 2013

Gambar 2 Pemakaian air PP 2 Tahun 2013

Gambar 3 Pemakaian air PP 3 Tahun 2013

Gambar 4 Pemakaian air PP 4 Tahun 2013

Gambar 5 Pemakaian air PP 5 Tahun 2013

Gambar 6 Pemakaian air PP 6 Tahun 2013

Gambar 7 Pemakaian air PP 7 Tahun 2013

Gambar 8 Pemakaian air PP 8 Tahun 2013

0 2000 4000 6000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 1

PP 1 0 2000 4000 6000 8000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 2

PP 2 0 5000 10000 15000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 3

PP 3 0 2000 4000 6000 8000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 4

PP 4 0 5000 10000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 5

PP 5 0 5000 10000 15000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 6

PP 6 0 5000 10000 15000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 7

PP 7 0 5000 10000 15000 20000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 8

PP 8

(5)

Gambar 9 Pemakaian air PP 9 Tahun 2013

Gambar 10 Pemakaian air PP10 Tahun 2013 Gambar 1 sampai 10 adalah data hasil observasi rekening air selama tahun 2013 (Januari 2013 sampai Desember 2013) yang dihitung rata-rata perbulan dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya. Gambar 1 sampai 10 telah disusun dari pemakaian air bersih rata-rata terkecil untuk Pusat Perbelanjan 1 (PP 1) sampai untuk Pusat Perbelanjan dengan pemakaian air bersih rata rata terbesar (PP10).

4.3. Perbandingan Kebutuhan Air dari

Metoda Luas Lantai dan Metoda

Pencatatan Rekening Air Bulanan

Dari data rata-rata pemakaian air perbulan dalam m3 dari rekening air dapat dihitung rata-rata pemakaian air perhari dalam m3 untuk setiap Pusat Perbelanjaan. Hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan rata-rata pemakaian air perhari berdasarkan luas lantai dari Tabel 1 yang diperlihatkan di Tabel 2.

Tabel 2 Perbandingan kebutuhan air bersih rata-rata perhari (m3) dengan metoda luas lantai dan metoda rekening bulanan

PP Dengan metoda luas lantai (m3) Dengan metoda rekening bulanan (m3) 1 53 26 2 28 14 3 600 300 4 117 117 5 7600 380 6 400 200 7 406 203 8 1000 500 9 398 398 10 1845 922

Untuk melihat apakah kedua metoda ini cenderung memberikan hasil yang sama maka dilakukan penggambaran garis kecenderungan untuk masing-masing metoda yang diperlihatkan di Gambar 11 dan 12.

Gambar 11 Garis kecenderungan dari perhitungan memakai metode luas lantai

Gambar 12 Garis kecenderungan dari perhitungan memakai metode rekening air

bulanan 0 10000 20000 30000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 9

PP 9 0 10000 20000 30000 40000 1 3 5 7 9 11 M3 Tahun 2013

PP 10

PP 10 y = 71.697x - 88.333 R² = 0.6501 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0 5 10 15 y = 78.026x - 65.794 R² = 0.855 0 200 400 600 800 1000 0 5 10 15

(6)

Meskipun kedua garis kecenderungannya tidak tepat sama, namun kecenderungan kemiringannya memang terlihat agak mirip. Dengan demikian metode perhitungan kebutuhan air bersih rata rata perhari memakai metode luas lahan masih dapat dipergunakan sebagai alternatif untuk memperkirakan kebutuhan air bersih rata rata di tahap perencanaan, misalnya untuk keperluan studi Amdal.

4.4. Metoda analogi

Karena masih ada sedikit perbedaan hasil antara metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata antara yang dengan luas lantai dan yang dengan pencatatan rekening bulanan, maka jika diinginkan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata yang lebih mendekati kenyataan, upaya yang bisa dilakukan adalah dengan metode analogi. Metoda ini mendekatkan kebutuhan air bersih rata-rata dengan pemakaian air bersih rata rata dari Pusat Perbelanjan yang sudah beroperasi berdasarkan kemiripan luas bangunan dan lantai, serta aktifitas yang ada di dalam Pusat Perbelanjaan. Dengan analogi Pusat Perbelanjaan sejenis, maka kebutuhan air bersih juga dapat dianalogikan untuk yang direncanakan dengan yang sudah beroperasi. Tentu saja metoda analogi ini juga harus mempertimbangkan faktor kesamaan lokasi dan kesamaan kemudahan jangkauan pengunjung.

5. Kesimpulan

1. Kebutuhan air bersih rata-rata perhari dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berkisar dari yang terkecil sebesar 26 m3 sampai yang terbesar sebesar 922 m3.

2. Metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata untuk Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berdasarkan luas lantai masih dapat dipergunakan untuk perhitungan kebutuhan air bersih di tahap perencanaan, misalnya untuk keperluan studi amdal.

3. Jika diinginkan perhitungan kebutuhan air bersih yang lebih mendekati kenyataan, maka bisa dilakukan dengan metode analogi kebutuhan air dengan pemakaian air dari Pusat Perbelanjan yang sudah beroperasi berdasarkan kemiripan luas bangunan dan lantai, serta

aktifitas yang ada di dalam Pusat Perbelanjaan

6. Pustaka

1. Morimura, T., Noerbambang , S.M. (1984). Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

2. Hadisoebroto, R., Astono, W., dan Rizki, A.W.P. (2007). Kajian Pola Pemakaian Air Bersih di Tiga Apartemen di Jakarta. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.p hp/jtl/article/viewfile/17266/17212.html 3. Agudelo-Vera, C.M., Keesman, K.J.,

Mels, A.R., Riinaarts, H.H.M. (2013). Evaluating The Potential of Improving Residential Water Balance at Building Scale. Water research Volume 47. pp : 7287 - 7299

4. Pingale, S.M., Jat, M.K., Khare, D. (2014). Integrated Urban Water Management Modelling Under Climate Change Scenarios. Resources, Conservation and Recycling Volume 83. pp : 176 – 189

5. Anonim. (2010) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta. 6. Dwijosaputro, D. (1981). Dasar – Dasar

Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta.

7. Anonim. (2009). Undang Undang No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 2009 No 140. Jakarta. http://www.menlh.go.id 8. Anonim. (2012a). Peraturan Pemerintah

RI No 27/2012 tentang Izin Lingkungan. Lembaran Negara RI Tahun 2012 No 48. Jakarta. http://www.menlh.go.id

9. Anonim. (2012b). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan. Berita Negara RI Tahun 2012 No 990. Jakarta. http://www.menlh.go.id

10.Anonim. (2012c). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No 5/2012 tentang Jenis Rencana Usaha atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Berita Negara RI Tahun 2012 No 408. Jakarta.

(7)

Gambar

Tabel 1. Perhitungan m 3   kebutuhan air rata- rata-rata perhari berdasarkan m 2  luas lantai

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air bersih yang semakin meningkat maka akan dibutuhkan pompa dengan spesifikasi yang lebih tepat pula dan dimensi

Hasil perhitungan jumlah kebutuhan air bersih pada Kecamatan Belawang dan Kecamatan Wanaraya dalam 10 tahun kedepan Kebutuhan air domestik pada tahun 2028 adalah

Kuantitas Konsumsi air bersih 126,9l/o/h Memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari Rata-rata konsumsi air bersih komunal 154 l/o/h 96% responden menyatakan

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air bersih yang semakin meningkat maka akan dibutuhkan pompa dengan spesifikasi yang lebih tepat pula dan

Hasil perhitungan jumlah kebutuhan air bersih pada Kecamatan Belawang dan Kecamatan Wanaraya dalam 10 tahun kedepan Kebutuhan air domestik pada tahun 2028 adalah

Untuk memberikan gambaran pemakaian air pada kategori rumah tangga dalam beberapa periode kedepan, dalam tugas akhir ini dilakukan peramalan pemakaian air bersih

Pada saat ini sumber daya air yang umum dimanfaatkan untuk kebutuhan pelayanan air bersih bagi kebutuhan Kota Kupang diambil dari sumber mata air yang keluar pada

Dari hasil perhitungan air bersih dapat diketahui besarnya debit kebutuhan air rata-rata sebesar 23,68 liter/detik untuk daerah pelayanan RD Kalibagor dengan debit sumber sebesar