Askep Esofagitis (Radang Tenggorokan)
Askep Esofagitis (Radang Tenggorokan)
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Esofagitis
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Esofagitis
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.
A. Latar belakangLatar belakang
Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami peradangan, Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. (Widaryati Sudiarto, 1994)
dapat terjadi secara akut maupun kronik. (Widaryati Sudiarto, 1994)
Esofagitis kronis adalah peradangan di esophagus yang disebabkan oleh luka bakar Esofagitis kronis adalah peradangan di esophagus yang disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia yang bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa kuat dan zat organik. karena zat kimia yang bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa kuat dan zat organik. Contoh-contoh yang telah disebutkan diatas dapat merusak esofagus jika diminum atau Contoh-contoh yang telah disebutkan diatas dapat merusak esofagus jika diminum atau ditelan, dan bila diserap oleh darah hanya akan menyebabkan keracunan saja. Esofagitis ditelan, dan bila diserap oleh darah hanya akan menyebabkan keracunan saja. Esofagitis Terbagi menjadi:
Terbagi menjadi: 1.
1. EsofagitisPeptik(Refluks)EsofagitisPeptik(Refluks)
Esofagiotis peptik (Refluks) adalah Inflamasi mukosa esofagus yang disebabkan oleh refluks Esofagiotis peptik (Refluks) adalah Inflamasi mukosa esofagus yang disebabkan oleh refluks cairan lambung atau duodenum esofagus. Cairan ini mengandung asam pepsin atau cairan cairan lambung atau duodenum esofagus. Cairan ini mengandung asam pepsin atau cairan empedu.
empedu.
2.
2. EsofagitisRefluksbasaEsofagitisRefluksbasa
Esofagitis Refliks basa yaitu terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke esofagus, Esofagitis Refliks basa yaitu terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke esofagus, misalnya pada pos gastrekstomi total dengan esofagoduodenostomi atau esofagojejenostomi. misalnya pada pos gastrekstomi total dengan esofagoduodenostomi atau esofagojejenostomi.
3.
3. Esofagitis infeksi Esofagitis infeksi di bagi lagi menjadi:Esofagitis infeksi Esofagitis infeksi di bagi lagi menjadi:
•Esofagitis Candida (monialisis) Esofagitis Candida terjadi karena gangguan sistem •Esofagitis Candida (monialisis) Esofagitis Candida terjadi karena gangguan sistem kekebalan motilitas esofagus, metabolisme hidrat arang ter
kekebalan motilitas esofagus, metabolisme hidrat arang ter utama proses menua.utama proses menua.
•Esofagitis Herpes Esofagitis Herpes disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster / herpes •Esofagitis Herpes Esofagitis Herpes disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster / herpes simpleks. Esofagitis yang disebabkan oleh bahan kimia Esofagitis yang di sebabkan oleh simpleks. Esofagitis yang disebabkan oleh bahan kimia Esofagitis yang di sebabkan oleh bahan kimia terbagi menjadi:
bahan kimia terbagi menjadi:
•Esofagitis koro
•Esofagitis korosif Esofagitis korosif terjadi karena masuknya bahan kimia yang korosif kesif Esofagitis korosif terjadi karena masuknya bahan kimia yang korosif ke dalam esofagus. Hal ini biasanya terjadi karena kecelakaan atau dalam usaha bunuhdiri.
dalam esofagus. Hal ini biasanya terjadi karena kecelakaan atau dalam usaha bunuhdiri.
•Esofagitiskarenaobat(pilesofagitis)Disebabkan oleh pil atau kapsul yang ditelan dan tertahan •Esofagitiskarenaobat(pilesofagitis)Disebabkan oleh pil atau kapsul yang ditelan dan tertahan di esofagus yang kemudian mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi.
di esofagus yang kemudian mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi.
BAB II BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA
Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. (Widaryati Sudiarto, 1994).
A. Etiologi dan patofisiologi
Esofagitis adalah peradangan pada mukosa esopagus. Respon peradangan pada mukosa esophagus di sebabkan oleh multi faktor. Patofisiologi dari esofagitis bergantung pada penyebabnya. Penyebab dari esofagitis di antaranya adalah infeksi, penurunan fungsi
imun, refluks gastro esophageal, eosinophilich esophagitis, dan trauma kimia.
Infeksi pada esofagitis biasanya berhubungan dengan respons penurunan system imun dari indifidu. beberapa faktor yang bisa menginfeksi mukosa esophagus, yaitu kandida, jamur non kandida (aspergillus, hitoplasma, Cryptococcus, blastomyces), herpes simplek virus (kamaro,2005), cytomegalofirus, varicella-zoster virus, epstain-barrvirus human papilloma virus, polio virus, bakteri (mycobacterium tuberculosis, mycobacterium aviumentrasellulare), dan parasit (tryfanosoma crusi, cryptosporidium pneumosistis, leishamania donovani). Abnormalitas dari respon pertahanan infeksi noutropenia, fagositosis, perubahan imunitas hormonal, dan gangguan fungsi T-limfosit. Gangguan dari proteksi barier mukosa dan tekanan antibiotik pada flora bakteri normal memberikan konstribusi, infasi dari organisme komensal (ansari, 2008).
Pada pasien AIDS dengan penurunan CD4 (mimidis, 2005), leukemia, lomfoma, penyakit sistemik (diabetes militus, gangguan fungsi adrenal, alkoholisme), respons inflamasi alergi kulit (erythema multiforme, stevens-johnson syndrome toxic epidermal necrolysis), penggunaan terapi steroid dan pada pasien dengan pengobatan kanker (kemoterapi dan radiasi) mempunyai resiko terjadinya esofagitis akibat penurunan fungsi imun. Pada kondisi refluks gastroesofageal, cairan lambung ajan menyebabkan ninjuri pada mukosa esofagus akibat asam kuat yang mengiritasi mukopsa esofagus (noffsinger, 2009).
Penyebab pada eosiphilic esophagitis belum pasti,tetapi para peneliti sepakat bahwa kondisi ini diperantarai oleh penyimpagan respon imunitas (Nurko, 2006). Pada saat material makanan masuk kedalam esophagus, pengeluraan berbagai mediator imunitas meningkat, seperti limfosit, sel mast, dan sel-sel dendrite yang memelihara permukaan esophagus dari invasi kuman, racun, dan berbagia antigen meskipun eosinofil berada dilamina propia pada lajur epithelium gastrointestinal, eosofil tidak terdapat epithelium skuamosa esophageal, tetapi respon inflamasi memberi pengaruh yang kuat terhadap eosinofil (Arora, 2004 ). Meskipun demikian, banyak deskripsi tentang pengaryh inflamasi eosinofil pada jaringan mukosa tetei peran dari sel ini belum di pastikan. Terbentuknya granulasi leukosit berisi
beberapa mediator aktiv termasuk sitokin protein granula, dan leukotrin. Infiltrasi eosinofil epithelium skuamosa esofaus memberikan mekanisme seperto yang terjadi pada inflamasi alergi dan memberikan tetapi manifestasi terjadinya esophagitis ( Liacouras, 2004 .
Esofagitis akibat zat kimia yang bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa kuat, dan zat organic dapat merusak esophagus jika diminum atau ditelan. Zat-zat kimia berupa asam kuat maupun basa kuat dapat menyebabkan kemtian sel pada permukaan yang dilaluinya. Kerusakan oleh basa kuat akan menyebabkan sel mati dan mencair,tetapi pada kerusakan oleh asam kuat akan menyebabkan kematian sel menggumpal. Pada kerusakan yang disebabkan oleh asam kuat, maka kerusakan akan dialami lebih berat pada lambung. Hal ini disebabkan oleh asam lambung yang turut memperberat kerusakan sel-sel pada mukosa, tetapi pada basa kuat yang terjadi adalah sebaliknya , kerusakan lebih berat pada esophagus (Stiff, 1996 ).
B. Faktor Fredis posisi
Makanan berlemak, berbumbu,asam, cokelat, kopi, alcohol dan kelebihan berat badan.
C. Manisfestasi Klinis Radang Tenggorokan
Gejala-gejala yang segera timbul adalah adinofagia berat, demam, keracunan dan kemungkinan perforasi esofagus disertai infeksi mediastinum dan kematian
a. Esofagitis Peptik (Refluks) Gejala klinik yang nyata misalnya rasa terbakar di dada (heartburn)nyerididaerahuluhati,rasamual,dll.
b. Esofagitis refluks basa Gejala klinik berupa pirosis, rasa sakit di retrosternal. Regurgitasi yang terasa sangat pahit, disfagia, adinofagia dan anemia defisiensi besi kadang-kadang terjadi hematemesisberat.
c. Esofagitis Kandida Gejala klinis yang sering adalah disfagia, adinofagia. Pada beberapa penderita mengeluh dapat merasakan jalannya makanan yang ditelan dari kerongkongan ke lambung, rasa nyeri retrosternal yang menyebar sampai ke daerah skapula atau terasa disepanjang vertebra torakalis,sinistra.
d. Esofagitis Herpes Gejala klinik berupa disfagia, odinofagia, dan rasa sakit retrosternal yang tidak membaik setelah pengobatan dengan nyastin atau anti fungallain
e. Esofagitis Korosif Gejala yang sering timbul adalah disfagia / kesulitan menelan,odinofagia dan adanya rasa sakit retrosternal.
f. Esofagitis karena obat Gejala yang timbul berupa odinofagia, rasa sakit retrosternal yang terus-menerus, disfagia atau kombinasi dari ketiga gejala ini.
D. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dilakukan berdasarkan penyebab esofagitis. Pada pasien dengan trauma kimia pada esofagus,penatalaksanaan pada fase akut dilakukan perawatan umum berupa perbaikan keadaan umum pada pasien dengan menjaga keseimbagan elektrolit, serta jalan nafas. Jika kejadian terjadi sebelum 6 jam dapat diberikan netralisasi dengan menggunakan air susu dengan air jeruk untuk asam kuat. Untuk mencegah pengecilan esofagus dapat dibantu dengan menggunakan selang nasogastrik.
Pada pasien dengan esofagus eosinofil dapat diberikan intervensi sebagai berikut (Noel, 2004 )
1. Manajemen diet, bertujuan untuk menurunkan stimulus peradangan pada mukosa esofagus. 2. Kortikosterouid, mempunyai fungsi untuk menghambat sintesis sitokin yang dipercaya
mengaktivasi eosinofil.
3. Terapi endoskopik, bertujuan untun mendalitasi lumen esofagus yang menyempit.
4. Penyakit leukotokrin, bertujuan untuk menghambat kontraksi otot polos yang mempersempit lumen esofagus.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN B. Pengkajian
Pada pengkajian riwayat kesehatan didapatkan kondisi imunosupresi, mendapat terapi steroid, terapi antibiotik, atau penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus.
Pada pemeriksaan fisik gastrointestinal didapatkan adanya mual, muntah, nyeri pada retrosternal, nyeri tekan abdomen atas , hematemesis, anoreksia, dan penurunan berat badan.
- Nyeri pada saat menelan -Nyeri substernal
-Perasaan penuh
-Ketakutan dan ansietas -Penurunan berat badan -Nafas busuk dan batuk -Suara serak dan batuk
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus, spasme esofagus, peradangan mukosa esofagus, serta refluks asam lambung atau secret empedu keesofagus.
2. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esofagus
2. Resiko tinggi infeksi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang adekuat.
3. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi, rencana pembedahan.
4. Pemenunhan informasi berhubungan dengan perubahan gaya hidup dan rencana pembedahan pneumatic dilatation
• Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esophagus 1. Kaji pola napas klien.
2. Pertahankan tira baring jika kondisi memerlukannya
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat (posisi semi fowler) 4. Hindari posisi terlentang
5. lakukan pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan.
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronchi.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya: penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi nafas (asma berat). 2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat radio inspirasi/ekspirasi.
R/ Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
3. Catat adanya derajat dyspnea misalnya keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distress pernafasan, penggunaan otot bantu.
R/ Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi alergi.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
Dp 2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien 2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat 4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatan
Dp 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan f isik.
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan. Hasil yang diharapkan:
Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang di tandai dengan: tidak mengeluh lemas, klien beraktivitas secara bertahap.
Rencana Tindakan :
1. Sediakan waktu istirahat yang cukup.
R/ Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses penyembuhan. 2. Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
R/ Mengidentifikasi kelainan beraktivitas. 3. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas. R/ Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan. 4. Bantu memenuhi kebutuhan klien.
R/ Terpenuhinya kebutuhan klien. D. Rencana Asuhan keperawatan Intervensi dan Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus, spasme esofagus, peradangan mukosa esofagus, serta refluks asam lambung atau secret empedu keesofagus.
Tujuan : Dalam wakltu 1 x 24 jam Nyeri berkurang, hilang, atau teradaptasi.
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri - pasien tidak gelisah
NO INTERVENSI RASIONAL
1.
2.
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda Nyeri non farmakologi dan noninvasif. Lakukan manajemen
keperawatan nyeri.
-Istirahatkan pasien pada saat Nyeri muncul
-Ajarkan tehknik relaksasi pernapasan dalam pada saat
nyeri muncul.
-Ajarkan tehknik distraksi pada saat nyeri.
-Lakukan manajemen sentuhan
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukan keevektivan dengan mengurangi nyeri.
Istirahatkan secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal.
Meningkatkan intake oksigen sehingga dapat menurunkan nyeri sekunder dan iskemia intestinal.
Distraksi (pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus internal
Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.
2. Resiko tinggi infeksi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang adekuat.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan asupan nutrisi, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
- Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat
- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
NO INTERVENSI RASIONAL
1.
2.
3.
4.
Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan , derajat
penuruana berat badan, integritas mukosa oaral, kemampuan
menelan, riwayat mual/ muntah, dan diare.
Pantau intake dan output
Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapakan komposisi dan jenis diet yang tepat
Kolaborasi untuk pemberian anti muntah
Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.
Berguana dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan, makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akur berkurang.
Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik pasien. Pemberian antiemtik atau anti muntah dimaksudkan untuk menurunkan respons muntah yang bisa memberikan kondisi
ketidaknyamanan abdominal yang cenderung memberikan manifestasi anoreksia.
3. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi, rencana pembedahan.
Tujuan : Secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang
Krteteria hasil : - pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada pasien
- pasien dapat mendemonstrasiskn keterampilan pemecahan masalahnya dan perubahan koping yang digunakan untuk sesuai situasi yang dihadapi.
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan / ketakutan dibawah standar . - Pasien dapat rileks dan tidur / istirahat dengan baik.
1.
2.
3.
4.
Monitor respons fisik fisik, seperti ; kelemahan, perubahan tanda vital, dan gerakan yang berulang-ulang. Catat kesesuaian respons verbal dan non verbal selam komunikasi.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan
mengekspresikan rasa takutnya. Catat reaksi dari pasien/ keluarga. Berikan kesempatan untuk
mendiskusikan perasaannya,
konsentrasinya, dan harapan massa depan.
Anjurkan aktivitas pengalihan
perhatian sesuai kemampuan individu
Digunakan dalam mengevaluasi derajat / tingkat kesadaran / konsentrasi khusnya ketika melakukan komunikasi verbal.
Memberikan kesempatan untuk
berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut, dan menguragi cemas yang berlebihan. Anggota keluarga dengan responsnya pada apa yang terjadi dan kecemasannya dapat disampaikan kepada pasien.
Sejumlah aktivitas baik secara sendiri maupun dibantu selama dirawat dapat membuat pasien merasa berkualitas dalam hidupnya.
4. Pemenunhan informasi berhubungan dengan perubahan gaya hidup dan rencana pembedahan pneumatic dilatation
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam masalah teratasi Kreteria hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhan informasinya.
1.
2.
Beritahu persiapan pembedahan, meliputi ;
-persiapan istirahat dan tidur
-persiapan administrasi dan informed consent.
Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien sudah bisa dikunjungi.
Istirahat merupakan hal yang penting untuk penyembuhan normal kecemasan tentang pembedahan dapat dengan mudah
mengganggu kemampuan untuk istirahat dan tidur. Kondisi penyakit yang
membutuhkan tindakan pembedahan mungkin akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat sehingga mengganggu istirahat. Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan mengetahui secara financial biaya pembedahan. Pasien sudah mendapat penjelasan dan menandatangani informed
consent.
Pasien akan mendapat manfaat bila
mengetahui kapan keluarga dan temannya bisa berkunjung setelah pembedahan.
Esofagitis
Patway dibuku
Pengertian Esofagitis. Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus
mengalami peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. Esofagitis kronis
adalah peradangan di esophagus yang disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia
yang bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa kuat dan zat organik.
Contoh-contoh yang telah disebutkan diatas dapat merusak esofagus jika diminum
atau ditelan, dan bila diserap oleh darah hanya akan menyebabkan keracunan saja.
Esofagitis Terbagi menjadi:
a.
Esofagitis Peptik (Refluks)
Esofagiotis peptik (Refluks) adalah Inflamasi mukosa esofagus yang disebabkan oleh
refluks cairan lambung atau duodenum esofagus. Cairan ini mengandung asam
pepsin atau cairan empedu.
Esofagitis Refliks basa yaitu terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke
esofagus, misalnya pada pos gastrekstomi total dengan esofagoduodenostomi atau
esofagojejenostomi.
c.
Esofagitis infeksi
Esofagitis infeksi di bagi lagi menjadi:
•
Esofagitis Candida (monialisis)
terjadi karena gangguan sistem kekebalan motilitas esofagus, metabolisme hidrat
arang terutama proses menua.
•
Esofagitis Herpes
disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster / herpes simpleks.
d.
Esofagitis yang disebabkan oleh bahan kimia
di sebabkan oleh bahan kimia terbagi menjadi:
•
Esofagitis korosif
Esofagitis korosif terjadi karena masuknya bahan kimia yang korosif ke dalam
esofagus. Hal ini biasanya terjadi karena kecelakaan atau dalam usaha bunuh diri.
•
Esofagitis karena obat (pil esofagitis)
Disebabkan oleh pil atau kapsul yang ditelan dan tertahan di esofagus yang
kemudian mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi.
B.
Etiologi Esofagitis
Menelan air panas, refluks asam lambung, infeksi virus herves, menelan basa atau
asam kuat.
a. Esofagitis peptik : refluks cairan lambung atau duodenum
b. Esofagitis refluks basa : disebabkan oleh adanya enzim proteolitik dari pankreas,
garam-garam empedu atau campuran dari kedua zat tersebut, atau adanya asam
hidroklorid yang masuk dan kontak dengan mukosa esofagus.
c. Esofagitis kandida : gangguan sistem kekebalan, motilitas esofagus, gangguan
metabolisme hidrat arang terutama pada proses menua.
d. Esofagitis herpes : infeksi virus herpes zoater
e. Esofagitis korosif : disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia yang bersifat
korosif, misalnya asamkuat, basa kuat dan zat organik (cair, pasta, bubuk dan zat
padat). Bahan alkali (detergent / NaOH murni)
f. Esofagitis karena obat : tetrasiklin, klindamisin, deoksitetrasiklin, quinidine,
glukonat, empronium bromid, sulfas ferosus, asam askorbat (Vit E) dan KCl.
Makanan berlemak, berbumbu,asam, cokelat, kopi, alcohol dan kelebihan berat
badan.
D.
Manesfestasi Klinis Esofagitis
Gejala-gejala yang segera timbul adalah adinofagia berat, demam, keracunan dan
kemungkinan perforasi esofagus disertai infeksi mediastinum dan kematian.
a.
Esofagitis Peptik (Refluks)
Gejala klinik yangnyata misalnya rasa terbakar di dada (heart burn) nyeri di daerah
ulu hati, rasa mual, dll.
b.
Esofagitis refluks basa
Gejala klinik berupa pirosis, rasa sakit di retrosternal. Regurgitasi yang terasa sangat
pahit, disfagia, adinofagia dan anemia defisiensi besi kadang-kadang terjadi
hematemesis berat.
c.
Esofagitis Kandida
Gejala klinis yang sering adalah disfagia, adinofagia. Pada beberapa penderita
mengeluh dapat merasakan jalannya makanan yang ditelan dari kerongkongan ke
lambung, rasa nyeri retrosternal yang menyebar sampai ke daerah skapula atau
terasa disepanjang vertebra torakalis, sinistra.
d.
Esofagitis Herpes
Gejala klinik berupa disfagia, odinofagia, dan rasa sakit retrosternal yang tidak
membaik setelah pengobatan dengan nyastin atau anti fungal lain.
e.
Esofagitis Korosif
Gejala yang sering timbul adalah disfagia / kesulitan menelan, odinofagia dan
adanya rasa sakit retrosternal.
f.
Esofagitis karena obat
Gejala yang timbul berupa odinofagia, rasa sakit retrosternal yang terus-menerus,
disfagia atau kombinasi dari ketiga gejala ini.
E.
Patofisiologi Esofagitis
a.
Esofagitis Refluks (Esofagitis Peptik)
Inflamasi terjadi pada epitel skuamosa di esofagus distal, disebabkan oleh kontak
berulang dan dalam waktu yang cukup lama dengan asam yang mengandung pepsin
ataupun asam empedu. Kelainan yang terjadi dapat sangat ringan, sehingga tidak
menimbulkan cacat, dapat pula berupa mukosa mudah berdarah, pada kelainan yang
lebih berat terlihat adanya lesi erosif, berwarna merah terang. Hal ini menunjukkan
esofagitis peptik.
Peradangan terjadi karena adanya enzim proteolitik dari pankreas, garam-garam
empedu, atau campuran dari kedua zat tersebut, atau adanya asam hidroklond yang
masuk dan kontak dengan mukosa esofagus sehingga terjadi esofagitis basa.
c.
Esofagitis Kandida
Pada stadium awal tampak mukosa yang irreguler dan granuler, pada keadaan lebih
berat mukosa menjadi edema dan tampak beberapa tukak. Bila infestasi jamur
masuk ke lapisan sub mukosa, maka edema akan bertambah parah, tukak yang kecil
makin besar dan banyak sampai terlihat gambaran divertikel, sehingga terjadi
esofagitis Kandida (Moniliasis).
d.
Esofagitis Herpes
Seseorang dengan daya tahan tubuh menurun seperti pada penderita yang lama
dirawat di RS, pengobatan dengan imunosupresor. Penderita dengan penyakit
stadium terminal yang terkena virus herpes zoster dengan lesi pada mukosa mulut
dan kulit, mengakibatkan esofagitis herpes, dimana lesi awal yang klasik berupa
popula atau vesikel atau tukak yang kecil kurang dari 5 mm dengan mukosa di
sekitarnya hiperemis. Dasar tukak berisi eksudat yang berwarna putih kekuningan,
jika tukak melebar akan bergabung dengan tukak di dekatnya menjadi tukak yang
besar.
e.
Esofagitis Korosif
Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair. Secara histologik dinding
esofagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair. Asam kuat yang tertelan akan
menyebabkan nekrosis menggumpal secara histologik dinding esofagus sampai
lapisan otot seolah-olah menggumpal. Zat organik (lisol, karbol) menyebabkan
edema di mukosa atau sub mukosa. Asam kuat menyebabkan kerusakan pada
lambung lebih berat dibandingkan dengan kerusakan di esofagus. Sedangkan basa
kuat menimbulkan kerusakan di esofagus lebih berat dari pada lambung.
f.
Esofagitis Karena Obat
RL atau kapsul yang ditelan kemudian tertahan di esofagus mengakibatkan
timbulnya iritasi dan inflamasi yang disebabkan oleh penyempitan lumen esofagus
oleh desakan organ-organ di luar esofagus. Obstruksi oleh karena peradangan,
tumor atau akalasia, menelan pil dalam posisi tidaur dapat menyebabkan esofagitis
karena obat.
F.
Pemeriksaan penunjang Esofagitis
a.
Esofagitis Peptik (Refluks)
Pemeriksaan esofagoskopi : tidak didapatkan kelainan yang jelas (blackstone), ciri
khas dari esofagitis peptik yaitu peradangan mulai dari daerah perbatasan esofagus
gaster (garisz) ke proksimal daerah esofagus.
b.
Refluks basa
kontras barium dapat menunjukkan kelainan yang terjadi pada keadaan pasca
operasi.
•
Pemeriksaan endoskopi
Terlihat lesi di mukosa esofagus, mukosa hipermis, rapuh, erosif, eksudat dan pada
kasus yang berat terdapat striktur dan stenosis
c.
Esofagitis kandida
•
Pemeriksaan endoskopi
Tampak mukosa rapuh, eritemateus, mukosa sembab, berlapiskan selaput tebal dan
berwarna putih seperti susu kental tersebar di seluruh esofagus, terutama pada 2/3
distal.
•
Pemeriksaan Titer aglutinin serum : hasil > 1 : 160
d.
Esofagitis Herpes
•
Pemeriksaan klinik
Terdapat lesi herpes zooster dimukosa mulut atau di kulit.
•
Pemeriksaan endoskopi
Terlihat lesi berupa papula, mukosa hipermesis, tukak berisi eksudat.
•
Pemeriksaan radiologic
Menunjukkan kelainan yang tidak spesifik.
e.
Esofagitis korosif
•
Pemeriksaan esofagogram
•
Adanya perforasi atau mediastinitis.
•
Pemeriksaan endoskopi
f.
Esofagitis karena obat
•
Pemeriksaan esofagoskopi
Terdapat edema lokal dengan eritem, lesi erosif dengan pseudomembran atau
eksudat.
g.
Esofagitis Radiasi
•