• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN SELULOSA ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN BAKU PLASTIK BIODEGRADABLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN SELULOSA ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN BAKU PLASTIK BIODEGRADABLE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SELULOSA ECENG GONDOK (

PEMANFAATAN SELULOSA ECENG GONDOK (

E

E iiccho

horrnia

nia

Crassipes

Crassipes

) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PLASTIK

) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PLASTIK

BIODEGRADABLE 

BIODEGRADABLE 

Tri Kurnia Dewi(*), Amelia

Tri Kurnia Dewi(*), Amelia Noviasari, Faramitasar

Noviasari, Faramitasarii

(*)Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya Inderalaya (*)Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya Inderalaya Jalan Palembang-Prabumulih Km.32 Ogan Ilir Sumsel 30662 Jalan Palembang-Prabumulih Km.32 Ogan Ilir Sumsel 30662

Email : tkdewi@yahoo.com Email : tkdewi@yahoo.com

ABSTRAK ABSTRAK Eceng gondok (

Eceng gondok ( Eichornia  Eichornia crassipescrassipes) merupakan tumbuhan air yang hidup di rawa-rawa, danau, waduk) merupakan tumbuhan air yang hidup di rawa-rawa, danau, waduk dan sungai yang alirannya tenang. Pertumbuhan eceng g

dan sungai yang alirannya tenang. Pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat menimbulkan ondok yang sangat cepat menimbulkan berbagaiberbagai masalah. Eceng gondok memiliki kandungan selulosa sebesar 64,51%. Selulosa yang berasal dari eceng masalah. Eceng gondok memiliki kandungan selulosa sebesar 64,51%. Selulosa yang berasal dari eceng gondok dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan plastik 

gondok dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan plastik   biodegradable  biodegradable. Penelitian ini. Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui pengaruh

 bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gliserol dkonsentrasi gliserol d an konsentrasi an konsentrasi asam asetat terhadap asam asetat terhadap elongasi,elongasi, kuat tarik dan laju degradasi plastik

kuat tarik dan laju degradasi plastik biodegradablebiodegradable. Variabel yang diuji pada penelitian ini adalah. Variabel yang diuji pada penelitian ini adalah konsentrasi gliserol dengan variasi 3 (%v/v); 5 (

konsentrasi gliserol dengan variasi 3 (%v/v); 5 ( %v/v); 7 (%v/v); 9(%v/v) dan 11 (%v/v); 7 (%v/v); 9(%v/v) dan 11 ( %v/v) serta konsentrasi%v/v) serta konsentrasi asam asetat dengan variasi 1%; 5%, 10%; 15% dan 20%. Plastik biodegrable ini disintesis dengan 7gr asam asetat dengan variasi 1%; 5%, 10%; 15% dan 20%. Plastik biodegrable ini disintesis dengan 7gr selulosa,

selulosa, 3gr kitosan, w3gr kitosan, waktu pemasakan aktu pemasakan 1 jam 1 jam dan temperatur pemdan temperatur pemasakan 90asakan 9000CC..Hasil penelitian iniHasil penelitian ini menunjukkan

menunjukkan bahwa bahwa sampel sampel plastikplastik biodegradablebiodegradable  terbaik dengan konsentrasi gliserol 11 (%v/v) dan  terbaik dengan konsentrasi gliserol 11 (%v/v) dan konsentrasi asam asetat 1% memiliki persentase elongasi sebesar 26,64%, nilai kuat tarik sebesar 0,34 konsentrasi asam asetat 1% memiliki persentase elongasi sebesar 26,64%, nilai kuat tarik sebesar 0,34 MPa dan laju degradasi 72,88%.

MPa dan laju degradasi 72,88%.

Kata kunci:

Kata kunci: bioplastik, eceng gondok, delignifikasi, gliserol, hidrolisis, kitosan bioplastik, eceng gondok, delignifikasi, gliserol, hidrolisis, kitosan

ABSTRACT ABSTRACT

Water hyacinth (Eichornia crassipes) is an aquatic plants that live in swamps, lakes, reservoirs and Water hyacinth (Eichornia crassipes) is an aquatic plants that live in swamps, lakes, reservoirs and rivers that flow is quiet. The growth of water hyacinth very quickly cause problems. Water hyacinth has a rivers that flow is quiet. The growth of water hyacinth very quickly cause problems. Water hyacinth has a cellulose content of 64.51%. Cellulose derived from water hyacinth used as raw material for the cellulose content of 64.51%. Cellulose derived from water hyacinth used as raw material for the manufacture of biodegradable plastics. This study aims to determine the effect of glycerol concentration manufacture of biodegradable plastics. This study aims to determine the effect of glycerol concentration and the concentration of acetic acid to elongation, tensile strength

and the concentration of acetic acid to elongation, tensile strength and degradation rate of and degradation rate of biodegradablebiodegradable  plastic. Variables tested in this study

 plastic. Variables tested in this study is the concentration of glycerol with three variations (% is the concentration of glycerol with three variations (% v / v); 5 (%v / v); 5 (% v / v); 7 (% v

v / v); 7 (% v / v); 9 (% v / / v); 9 (% v / v) and 11 (% v v) and 11 (% v / v) and the concentration of acetic acid with a / v) and the concentration of acetic acid with a variation of 1%;variation of 1%; 5%, 10%; 15% and 20%. Biodegrable plastics are synthesized by 7gr cellulose, chitosan 3gr, 1 hour 5%, 10%; 15% and 20%. Biodegrable plastics are synthesized by 7gr cellulose, chitosan 3gr, 1 hour cooking time and cooking temperature 90

cooking time and cooking temperature 9000C.Hasil this study shows that the best biodegradable plasticC.Hasil this study shows that the best biodegradable plastic  samples

 samples with with glycerol glycerol concentration concentration of of 11 11 (% (% v v / / v) v) and and the the concentration concentration of of 1% 1% acetic acetic acid acid has has aa  percentage

 percentage of of elongation elongation at at 26 26 , , 64%, 64%, a a value value of of 0.34 0.34 MPa MPa tensile tensile strength strength and and degradation degradation rate rate ofof 72.88%.

72.88%.

K

Key

eywo

worrds

ds: bioplastic, water hyacinth, delignification, glycerol, hydrolysys, chitosan

: bioplastic, water hyacinth, delignification, glycerol, hydrolysys, chitosan

1.

1. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Di era modern ini, perkembangan industri, Di era modern ini, perkembangan industri, teknologi dan populasi penduduk sangat teknologi dan populasi penduduk sangat ber- pengaruh

 pengaruh dalam dalam peningkatan peningkatan penggunaanpenggunaan  plastik.

 plastik. Plastik Plastik merupakan merupakan produk produk polimerpolimer sintetis yang terbuat dari bahan-bahan sintetis yang terbuat dari bahan-bahan pet-rokimia termasuk dalam sumber daya alam rokimia termasuk dalam sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui. Berdasarkan data yang tak dapat diperbaharui. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2008, produk sampah plastik di Indonesia 2008, produk sampah plastik di Indonesia sebesar 5,4 juta ton/tahun. Jumlah sampah sebesar 5,4 juta ton/tahun. Jumlah sampah  plastik

 plastik tersebut tersebut merupakan 1merupakan 14 4 persen persen dari dari totaltotal

 produksi

 produksi sampah sampah di di Indonesia. Indonesia. Sampah Sampah plastikplastik menjadi masalah bagi lingkungan karena plastik menjadi masalah bagi lingkungan karena plastik membutuhkan waktu yang lama untuk terurai. membutuhkan waktu yang lama untuk terurai. Salah satu cara yang tepat untuk mengatasi Salah satu cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini adalah pencarian bahan baku plastik masalah ini adalah pencarian bahan baku plastik alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat di alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat di degradasi oleh tanah, yaitu plastik degradasi oleh tanah, yaitu plastik bio-degradable. Bahan baku pembuatan plastik degradable. Bahan baku pembuatan plastik biodegradable

biodegradable terdapat di dalam tanaman, yaitu terdapat di dalam tanaman, yaitu  pati

 pati dan dan selulosa. selulosa. Penggunaan Penggunaan pati pati yang yang ter- ter-dapat pada umbi-umbian, biji-bijian, batang dapat pada umbi-umbian, biji-bijian, batang tanaman seperti kentang dan gandum dapat tanaman seperti kentang dan gandum dapat

(2)

mengganggu ketahanan pangan. Maka dari itu  pembuatan plastik biodegradable  berbahan  baku yang mengandung pati dapat digantikan dengan bahan baku yang mengandung selulosa.

Eceng gondok merupakan tanaman yang dianggap gulma bagi lingkungan perairan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mem- berantas tanaman gulma ini, namun tidak  pernah berhasil karena tingkat pertumbuhan tanaman ini lebih cepat dari pembuangannya (Koes, 2010). Eceng gondok memiliki kan-dungan selulosa sebanyak 64,51%.(Astuty,N , 2013). Dengan kandungan selulosa yang cu-kup tinggi ini maka eceng gondok sebagai  pilihan alternatif dalam pembuatan plastik

bio-degradable  agar tidak mengganggu ketahanan  pangan.

Eceng Gondok

Eceng gondok ( Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan air yang hidup di rawa-rawa, danau, waduk dan sungai yang alirannya tenang. Enceng gondok berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu batang enceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 ha, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 ha. Pertumbuhan enceng gondok dalam waktu 6  bulan pada areal 1 ha dapat mencapai bobot  basah sebesar 125 ton (Farida, 2012). Pertum- buhan eceng gondok yang sangat cepat menim- bulkan berbagai masalah, seperti mempercepat  proses pendangkalan sungai.

Tabel 1. Komposisi Kimia Eceng Gondok Kering  No Komposisi Kimia Persentase (%) 1 Selulosa 64,51 2 Pentose 15,61 3 Lignin 7,69 4 Silica 5,56 5 Abu 12 (Sumber : Astuty, N. 2013) Selulosa

Selulosa adalah senyawa yang tidak larut di dalam air dan ditemukan pada dinding sel tumbuhan terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Selulosa merupakan polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan dihubungkan oleh ikatan  -1,4 glikosidik . Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan

tidak mudah larut. Di alam, selulosa biasanya  berasosiasi dengan polisakarida lain seperti hemiselulosa atau lignin hingga membentuk kerangka utama dinding sel tumbuhan.

Gambar 1. Struktur Kimia Selulosa Rumus molekul selulosa (C6H10O5)n dengan n adalah jumlah pengu- langan unit-unit gula atau ukuran rantai polimer yang dinyatakan dengan derajat polimerisasi (DP). Besarnya derajat polimerisasi pada selulosa bervariasi tergantung sumber selulosa yang digunakan dan  perlakuan yang diberikan.

Bioplastik

Plastik ramah lingkungan atau dikenal dengan istilah bioplastik (biodegradable  plastic) merupakan plastik yang dapat diuraikan oleh jamur atau mikroorganisme di dalam tanah sehingga akan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh plastik sintetik. Bahan dasar  pembuatan plastik biodegradable adalah tanaman yang memilki kandungan senyawa pati atau selulosa. Kecepatan biodegradasi bio- plastik tergantung pada temperatur (50-70OC), kelembaban, jumlah dan jenis mikroba. Degra-dasi berlangsung cepat hanya jika ketiga  persyaratan tersebut tersedia.

Semua polimer alam bersifat biodegra-dable, tetapi terdapat kelemahannya yaitu  polimer alam memiliki sifat mekanik yang relatif rendah, brittle, dan mudah rusak akibat  pengaruh termal (Selpiana, dkk., 2015). Maka dari itu diperlukan bahan pendukung sebagai upaya memperkuat sifat kimia fisik bioplastik ini, seperti penambahan kitosan dan gliserol. Kitosan dengan sifat hidrofiliknya dapat mem- buat meningkatkan ketahanan plastik terhadap air, sedangkan gliserol digunakan sebagai  plasticizer   untuk memperbaiki beberapa sifat  polimer segi mekanik diantaranya, fleksibilitas

dan kerekatannya.

Metode Pembuatan Bioplastik

Film plastik dapat dibentuk menjadi suatu objek, film ataupun serat. Film plastik dapat dibuat melalui dua teknik dasar yang berbeda, yaitu  solution casting atau molten polymer  (Juari, 2006). Penelitian ini menggunakan teknik solution casting   dalam pembuatan film  bioplastik dari selulosa eceng gondok dengan kitosan dan gliserol sebagai bahan pendukung. Teknik  solution casting , bahan polimer dilarutkan ke dalam pelarut yang cocok untuk

(3)

menghasilkan larutan yang viskos. Larutan yang dihasilkan dituang pada suatu permukaan yang rata (cetakan) yang bersifat non-adsesif dan  pelarut dibiarkan menguap sampai habis. Film  plastik yang sudah kering kemudian diangkat dari cetakannya. Teknik molten polymer di lakukan dengan cara pemanasan polimer sampai di atas titik lelehnya (Juari, 2006).

Gliserol

Gliserol merupakan produk samping  produksi biodisel dari reaksi transesterifikasi. Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan sen-yawa yang tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan kental yang memiliki rasa manis (Pagliaro dkk., 2008). Gliserol merupa-kan plasticizer yang efektif karena memiliki kemampuan untuk mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan intermolekuler. Plasticizer 

adalah bahan organik dengan berat molekul rendah yang ditambahkan pada suatu produk dengan tujuan untuk menurunkan kekakuan dari  polimer dan ekstensibilitas polimer (Zulisma,

2013).

Gambar 2. Struktur Kimia Molekul Gliserol Dalam pembuatan plastik biodegradable,  penambahan kadar gliserol pada campuran  bahan baku mempengaruhi sifat mekanisnya, seperti kuat tarik lapisan film, peningkatan fleksibilitas, dan mengurangi kerapuhan. Pengu-rangan kekuatan tarik intermolekul pada ikatan  polimer menyebabkan kenaikan sifat fleksi- bilitas pada plastik. Beberapa hasil penelitian sebelumnya,  plasticizer   harus diminimalkan karena dapat meningkatkan permeabilitas uap air dan menurunkan sifat kohesi film yang mempengaruhi sifat mekanik film (Silva dkk., 2009). Senyawa ini salah satu pemlastis yang  banyak digunakan karena cukup efektif mengu-rangi ikatan hidrogen internal sehingga akan meningkatkan jarak intermolekuler dan tidak mudah menguap saat proses pemanasan karena titik didih gliserol yang tinggi (290 oC).

Kitosan

Kitosan adalah produk deasetilasi kitin yang merupakan polimer rantai panjang glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-Glukosa), memiliki rumus molekul (C6H11 NO4)n. Kitosan  berbentuk serpihan putih kekuningan, tidak  berbau dan tidak berasa. Kitosan tidak larut dalam air,dalam larutan basa kuat, dalam asam sulfat, dalam pelarut-pelarut organik seperti

dalam alkohol, dalam aseton, dalam dimetilformamida, dan dalam dimetilsulfoksida, tetapi larut dalam asam asetat (Oktaviana, 2002).

Gambar 3. Mekanisme Ionisasi Kitosan pada Asam Asetat

Kelarutan kitosan dipengaruhi oleh bobot molekul dan derajat deasetilasi, kitosan tidak  beracun, mudah mengalami biodegradable

karena mempunyai gugus fungsional yaitu gugus amino. Selain gugus amino, terdapat juga gugus hidroksil primer dan sekunder. Adanya gugus fungsi tersebut mengakibatkan kitosan mempunyai kereaktifitasan kimia yang tinggi (Tokura, 1995). Gugus fungsi yang terdapat  pada kitosan memungkinkan juga untuk modifikasi kimia yang beraneka ragam ter-masuk reaksi-reaksi dengan zat perantara ikatan silang, kelebihan ini dapat memungkin- kannya kitosan digunakan sebagai bahan campuran  bioplastik, yaitu plastik yang dapat terdegradasi dan tidak mencemari lingkungan. Selain itu, kitosan merupakan antimikroba alami dan  beberapa studi telah membuktikan kemampuan kitosan sebagai antimikroba. Penggunaan kitosan sebagai pengisi menunjukkan permea- bilitas oksigen dari film-film meningkat dengan meningkatnya viskositas kitosan, tetapi uap air tingkat transmisi tidak sama terpengaruh. Menurut Sebastian dkk, (2006) komposit film dari kitosan dan polylacticacid   (PLA) dimana meningkatkan sifat mekanik, mengurangi sifat kelembaban dari matriks tersebut.

Asam Asetat

Asam asetat yang biasa disebut asam cuka memiliki rumus molekul CH3COOH. Asam asetat merupakan suatu senyawa yang ber- bentuk cairan, tidak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut dalam air, alkohol, gliserol dan eter. Pada tekanan atmosferik, titik didih asam asetat sekitar 118.1oC. Asam asetat merupakan senyawa turunan dari asam karboksilat. Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H +(Proton), sehingga memberikan sifat asam.

Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2, sehingga ia bisa melarutkan

(4)

senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun senyawa nonpolar, seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut  polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform, dan heksana. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, maka kitosan semakin larut, dimana kitosan dilarutkan di dalam asam asetat memiliki nilai kuat tarik yang tinggi dibandingkan asam lainnya (Caner, dkk. 1998).

Menurut Dewi dkk (2014), asam asetat dalam campuran film plastik berfungsi sebagai  pelarut kitosan. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, maka kitosan tidak akan menga-lami hidrolisis. Tingginya konsentrasi asam asetat juga menghambat proses degradasi oleh mikroorganisme dalam tanah karena asam asetat memiliki aktivitas antibakteri Oleh karena itu, peran serta asam asetat tidak dapat diabaikan ketika digunakan sebagai pelarut kitosan. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, maka kitosan semakin larut, dimana kitosan dilarutkan di dalam asam asetat memiliki nilai kuat tarik yang tinggi dibandingkan asam lainnya (Caner, dkk. 1998).

Elongasi

Elongasi adalah seberapa besar pertambahan  panjang suatu bahan ketika dilakukan uji kekuatan tarik (tensile strength). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui persentase  pertambahan panjang per panjang awal bahan yang diujikan. Elongasi merupakan salah satu  jenis deformasi. Deformasi merupakan  perubahan ukuran yang terjadi saat material di  beri gaya.

Kuat Tarik

Tensile strength atau kuat tarik merupakan ukuran kekuatan suatu bahan ketika  bahan menerima beban yang cenderung meregangkan atau memperpanjang bahan sebelum bahan tersebut patah/putus. Pengujian ini untuk mengetahui besarnya gaya yang diperlukan untuk mencapai tarikan maksimum  pada bioplastik dan untuk mengetahui ketahanan. Nilai tensile strength  sendiri  bergantung pada konsentrasi dan banyaknya  bahan untuk membuat bioplastik.

Biodegradasi

Polimer yang dibuat dari bahan-bahan alami rentan terhadap degradasi oleh mikroorganisme. Proses terjadinya biodegradasi film plastik pada lingkungan dimulai dengan tahap degradasi kimia, yaitu oksidasi molekul yang menghasilkan polimer dengan berat molekul yang rendah. Tahap selanjutnya adalah serangan mikroorganisme (bakteri, jamur dan alga) dan

aktivitas enzim (intracellular   dan

extracellular ). Setelah itu akan terlihat plastik mulai terurai dalam rentang waktu tertentu.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya pada  bulan November 2016 s.d. Januari 2017.

Variabel Yang Diteliti

1) Variabel tetap terdiri dari 7 gram selulosa, 3 gram kitosan, suhu pemasakan 90C, waktu pemasakan 1 jam.

2) Variabel berubah terdiri dari konsentrasi gliserol dan konsentrasi asam asetat

Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan untuk penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1) Tepung eceng gondok 2) Aquadest 3)  NaOH 5% 4) Gliserol 5) Asam asetat 6) Kitosan 7) Alkohol 96% 8) H2SO42%

Peralatan untuk penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) Blender 2) Ayakan 3) Kertas saring 4)  Neraca analitis 5) Gelas ukur 6)  Beaker glass 7) Pipet tetes 8)  Hot plate 9) Termometer 10) Oven 11) Plat kaca

Peralatan untuk Analisa

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1)  Neraca analitis 2) Statif 3) Mikrometer sekrup 4) Jangka sorong 5) Penggaris Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

1) Eceng gondok dicuci dengan air bersih hingga tidak ada kotoran yang menempel dan dipotong hinggs ukuran ±1 cm

2) Eceng gondok dijemur selama ±7 hari hingga benar-benar kering

(5)

3) Eceng gondok yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan blender hingga menjadi tepung eceng gondok.

Pre-treatment Eceng Gondok

1) Tepung eceng gondok sebanyak 30 gram ditambah 400 ml larutan NaOH 5% di dalam 1000 ml erlenmeyer lalu dipanaskan dengan hotplate pada temperatur 100oC

selama 1 jam

2) Bubur hasil perendaman dicuci dengan 400 ml aquadest sebanyak 3 kali  pencucian dan disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan lignin yang terlarut

3) Bubur yang telah dicuci dimasukkan ke dalam oven pada suhu 700C untuk

menghilangkan kadar air sehingga diperoleh selulosa.

4) Selulosa yang diperoleh ditambah 400 ml larutan H2SO4 2% di dalam 1000 ml erlenmeyer yang ditutup rapat dengan gabus dan aluminium foil

5) Larutan dipanaskan pada temperatur 1000C dengan menggunakan hotplate

selama 1 jam

6) Hasil hidrolisis disaring menggunakan kertas saring untuk memperoleh selulosa, kemudian dinginkan hingga temperatur 280C.

7) Hasil hidrolisis dilakukan pengukuran pH lalu dicuci menggunakan aquadest.

Pembuatan Plastik

Biodegradable

1) Selulosa eceng gondok sebanyak 7 gram dan kitosan sebanyak 3 gram dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml

2) Dilakukan pengenceran larutan asam asetat (1%, 5%, 10%, 15% dan 20%) dituang ke dalam gelas beker yang telah  berisi selulosa eceng gondok dan kitosan 3) Larutan selulosa eceng gondok dan

kitosan dilakukan pemanasan dan  pengadukan hingga temperatur 900C

selama 30 menit

4) Selanjutnya ditambahkan dengan gliserol (3(%v/v),7(%v/v),9(%v/v),dan11(%v/v)). Kemudian dilakukan pemanasan dan  pengadukan pada temperatur 900C selama

30 menit.

5) Sebelum dicetak di dalam cetakan kaca, larutan didiamkan selama 30 menit untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara.

6) Plastik biodegradable  dicetak pada plat kaca berukuran 20x20 cm yang telah dibersihkan sebelumnya dengan alkohol 96%.

7) Plastik biodegradable  yang telah dicetak, diimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 50-600C selama 6 jam

8) Plastik biodegradable  didinginkan pada temperatur ruang, dan dilepaskan dari plat kaca secara perlahan.

9) Plastik biodegradable  siap dianalisa dan diuji karakteristik mekaniknya..

Gambar 4.Diagram alir penelitian

Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian Elongasi dan Kuat Tarik Plastik

Biodegradable

1) Sampel film plastik dipotong dengan variasi ukuran 2x5 cm

2) Sampel film plastik diukur ketebalannya menggunakan mikrometer sekrup

3) Sampel film plastik kemudian dijepit dengan menggunakan penjepit

4) Sampel plastik yang telah dijepit kemudian digantung pada statif dan ditarik menggunakan beban tertentu

5) Setiap pertambahan panjang sampel film  plastik diukur menggunakan jangka sorong

hingga putus

6) Perhitungan analisa kuat tarik, yaitu: Elongasi (%) = −

   100...(1) Keterangan:

lo = Panjang sampel mula-mula (m) l = Panjang sampel yang diberikan beban

hingga putus (m) Kuat Tarik (MPa) = 

 ...(2) Keterangan:

F = Gaya (kgf)

Ao= Luas penampang sampel (m2) Pemotongan Pencucian Pengeringan Pengecilan Ukuran Pembuatan Delignifikasi Analisa Hidrolisis Asam

(6)

Analisa Biodegradasi Metode

 Soil Burial Test 

1)

Sampel plastik biodegradable  dengan ukuran 2 cm x 2 cm dan ditimbang berat awalnya.

2)

Sample plastik biodegradable dimasukkan ke polybag  berisi tanah

3)

Berat sampel plastik biodegradable

ditimbang dalam waktu 28 hari

4)

Sebelum ditimbang berat akhirnya, sampel diambil dan dibersihkan

5)

Perhitungan analisa biodegradasi yaitu: Laju Degradasi (%) = W1-W2

W1  x 100 %. ...(3)

Keterangan :

W1 = Berat sampel awal (gram)

W2 = Berat sampel setelah analisa  biodegradasi (gram)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Kandungan Selulosa Eceng Gondok Tabel 2. Data Hasil Analisa Kandungan

Selulosa Eceng Gondok

 No. Sampel % Selulosa

1. Eceng Gondok

Sebelum diolah 59,22

2 Eceng Gondok

Setelah diolah 61,98

Dari hasil analisa yang dilakukan, kadar selulosa yang terkandung dalam eceng gondok setelah diolah cukup besar yaitu 61,98%. Kandungan selulosa pada eceng gondok ini lebih besar dari kandungan selulosa alang-alang setelah diolah pada penelitian yang dilakukan Sumartono. dkk, (2015) yaitu hanya 40%. Kandungan selulosa yang tinggi pada eceng gondok memiliki potensi sebagai bahan baku untuk pembuatan plastik  biodegradable.

Pengaruh Konsentrasi Gliserol terhadap Elongasi dan Kuat Tarik Plastik

Biodegradable

Gambar 5.  Pengaruh Konsentrasi Gliserol terhadap Elongasi dan Kuat Tarik Plastik  Biodegradable (7 gram selulosa, 3 gram kitosan, kon-sentrasi asam asetat 1%, suhu  pemasakan 90C, waktu

pe-masakan 1 jam)

Gambar 5 menunjukkan peningkatan  persentase elongasi seiring bertambahnya konsentrasi gliserol dengan perolehan nilai  persentase elongasi tertinggi 26,64%. Semakin tinggi konsentrasi gliserol yang ditambahkan, semakin tinggi persentase elongasi plastik

biodegradable. Tingginya konsentrasi gliserol menurunkan jarak intermolekuler sepanjang rantai biopolimer dan menguatkan tingkat keelastisitasan dari plastik biodegradable. Pe-nambahan konsentrasi gliserol melemahkan ikatan hidrogen, sehingga jarak antar molekul  biopolimer menjadi renggang. Kerenggangan antar molekul biopolimer meningkatkan fleksi  bilitas sampel plastik biodegradable. Sedang-kan, persentase elongasi berbanding terbalik dengan nilai kuat tarik.

Gambar 5 menunjukkan penurunan nilai kuat tarik seiring bertambahnya konsentrasi gliserol dengan perolehan nilai kuat tarik tertinggi 0,49 MPa pada konsentrasi gliserol 3 (%v/v). Semakin tinggi konsentrasi gliserol yang ditambahkan, nilai kuat tarik semakin menurun. Kenaikan konsentrasi gliserol me-lemahkan ikatan hidrogen dalam rantai  biopolimer sehingga menyebabkan interaksi antar molekul biopolimer menjadi semakin  berkurang. Lemahnya ikatan hidrogen antar molekul menyebabkan berkurangnya kuat tarik  plastik biodegradable. Nilai kuat tarik plastik

biodgradable  proporsional dengan persentase elongasi pada konsentrasi gliserol 8 (%v/v) sebesar 0,42 MPa dan 21%.

Pengaruh Konsentrasi Gliserol terhadap Laju Degradasi Plastik

Biodegradable

Gambar 6.  Pengaruh Rasio Gliserol terhadap Laju Degradasi Plastik

(7)

 Biodeg-radable (7 gram selulosa, 3 gram kitosan, konsentrasi asam asetat 1%, suhu pemasakan 90C, wak-tu pemasakan 1 jam)

Gambar 6 menunjukkan peningkatan laju degradasi seiring bertambahnya konsentrasi gliserol dengan perolehan laju degradasi tertinggi 72,88%. Semakin tinggi konsentrasi gliserol, semakin tinggi laju degradasi plastik biodegradable. Tingginya konsentrasi gliserol meningkatkan kemampuan daya serap plastik biodegradable  terhadap air di dalam tanah. Kandungan air yang banyak dengan bantuan aktivitas mikroba dan bakteri meningkatkan laju degradasi plastikbiodegradable di dalam tanah. Berdasarkan gambar 5 didapatkan titik propor-sional pada konsentrasi gliserol 8 (%v/v), maka laju degradasi yang dihasilkan sebesar 58%.

Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat terhadap

Elongasi dan Kuat Tarik Plastik

Biodegradable

Gambar 7. Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat terhadap Elongasi dan Kuat Tarik Plastik  Biodegradable (7 gram selulosa, 3 gram kitosan, konsen-trasi gliserol 3 (%v/v), suhu pema-sakan 90C, waktu pemasakan 1  jam)

Gambar 7 menunjukkan penurunan  persentase elongasi seiring bertambahnya konsentrasi asam asetat dengan perolehan nilai  persentase elongasi tertinggi 15,88% pada konsentrasi asam asetat 1%. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, semakin rendah  persentase elongasi plastik biodegradable.

Penurunan persentase elongasi ini disebabkan oleh penambahan kitosan sebagai zat aditif. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, sema-kin larut kitosan Kitosan merapatkan jarak antar molekul biopolimer yang merenggang. Penu-runan jarak antar molekul biopolimer plastik biodegradable  disebabkan karena titik jenuh telah terlampaui sehingga molekul-molekul  pemplastis yang berlebih berada di dalam fase

tersendiri di luar fase polimer dan akan me-nurunkan gaya intermolekul antar rantai.

Sedangkan, persentase elongasi berban-ding terbalik dengan nilai kuat tarik. Gambar 7 menunjukkan peningkatan nilai kuat tarik seiring bertambahnya konsentrasi asam asetat dengan perolehan nilai kuat tarik tertinggi 0,71 MPa. Pada konsentrasi asam asetat 10%. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, semakin tinggi nilai kuat tarik yang dihasilkan walaupun tidak begitu signifikan. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, maka kitosan semakin larut, dimana kitosan dilarutkan di dalam asam asetat memiliki nilai kuat tarik yang tinggi dibandingkan asam lainnya.  Namun, konsentrasi asam asetat 15% dan 20% menyebabkan nilai kuat tarik mengalami  penurunan menjadi 0,67 MPa dan 0,58 MPa. Hal ini disebabkan konsentrasi asam asetat 15% dan 20% melewati titik jenuh sehingga kitosan tidak terhidrolisis dan menurunkan jarak ikatan antar molekul. Nilai kuat tarik plastik biodeg-radable proporsional dengan persentase elon-gasi pada konsentrasi asam asetat 4,5% sebesar 0,59 MPa dan 13,8%.

Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat terhadap Laju Degradasi Plastik

Biodegradable

Gambar 8.Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat terhadap Laju Degradasi Plastik  Biodegradable (7 gram selulosa, 3 gram kitosan, konsentrasi gliserol 3 (%v/v), suhu pemasakan 90C, waktu pemasakan 1 jam)

Gambar 8 menunjukkan penurunan laju degradasi seiring bertambahnya konsentrasi asam asetat dengan perolehan laju degradasi tertinggi 48,21% pada konsentrasi asam asetat 1%. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, semakin rendah laju degradasi. Tingginya kon-sentrasi asam asetat menyebabkan kitosan tidak mengalami hidrolisis. Konsentrasi asam asetat yang tinggi juga menghambat proses degradasi oleh mikrooorganisme dalam tanah hal tersebut

(8)

dikarenakan asam asetat memiliki aktivitas antibakteri. Oleh karena itu, peran serta asam asetat tidak dapat diabaikan ketika digunakan sebagai pelarut kitosan. Berdasarkan gambar 7 didapatkan titik proporsional pada konsentrasi asam asetat 4%, maka laju degradasi yang dihasilkan 42%.

4. KESIMPULAN

1. Semakin tinggi konsentrasi gliserol, maka  persentase elongasi semakin tinggi,

laju degradasi plastik biodegradable semakin tinggi, dan nilai kuat tarik plastik  biodegradable semakin rendah

2. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, maka persentase elongasi plastik biodeg-radable semakin rendah, laju degradasi  plastik biodegradable semakin menurun dan nilai kuat tarik naik sampai dengan konsentrasi 10%, dan turun setelah kon-sentrasi asam asetat lebih dari 10%

3. Plastik biodegradable terbaik diperoleh dari Sampel plastik biodegradable terbaik dengan konsentrasi gliserol 11 (%v/v) dan konsentrasi asam asetat 1% memiliki  persentase elongasi sebesar 26,64%, nilai kuat tarik sebesar 0,34 MPa dan laju degradasi 72,88%.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. 2013.  Potensi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms)  Rawa Pening Untuk Biogas Dengan Variasi Campuran Kotoran Sapi. Workshop Penyelamatan Ekosistem Danau Rawa Pening. KLH dan UNDIP Semarang

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara. 2003. Eceng Gondok di Danau Toba. Medan.

Bourtoom, T. 2008. Plasticizer Effect on The  Properties of Biodegradable Blend  Film From Rice Strach-Chitosan. Songklanakarin Journal of Science & Technology, 89, 149.

Caner, dkk. 1998. Chitosan Film Mechanical and Permeation Properties as Affected by Acid, Plasticizer, and Storage. Journal Food Science Vol. 63, No. 6. Farida. 2012. Pemanfaatan Serat Eceng

Gondok dan Kitosan Sebagai Bahan  Baku untuk Pembuatan Poly Lactic  Acid Sebagai Kemasan Ramah  Lingkungan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Juari. 2006.  Pembuatan dan Karakterisasi  Bioplastik dari Poly-3-Hidroksi alka

noat (PHA) yang Dihasilkan Ralstonia  Eutropha pada Hidrolisat Pati Sagu dengan Penambahan Dimetil Ftalat (DMF). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Bogor.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup Repub lik Indonesia (KNLH). 2008. Statistik  Persampahan Indonesia. Jakarta: Ja  pan International Cooperation Agency

(JICA).

Koes. 2010. Telaga Rawa Pening, Masyarakat  Banyu Biru, dan Eceng Gondok . (Online). http://cata tan_go_blogs  pot.com/2010_08_01.archive.html. Di akses pada tanggal 23 Desember 2016. Liew, dkk. 2014. Effect of Polymer, Plasticizer

and Filler on Orally Disintegrating  Film. Drug Development and Indus

trial Pharmacy, 40(1), 110 –  119. Michael. 2014.  Pengaruh Komposisi Selulosa

Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit  Poliester Tidak Jenuh. Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

Oktavina, T.D. 2002. Pembuatan dan Analisa  Film Bioplastik dari Kitosan Hasil  Iradiasi Kitin yang Berasal dari Kulit  Kepiting Bakau (Scylla serata).

Universitas Pancasila Jakarta.

Rachmawati, N. Dkk. 2015. Mechanicl Proper ties and Biodegradability of Acid-Soluble Chitosan-Starch Based Film. Squalen Bull of Mar & Fish. Postharvest & Biotech. 10(1), 1 -7. Riza, F.R. 2014.  Pembuatan Film Plastik

 Biodegradabel dari Pati Umbi Keladi  Liar . Jurnal Tekinik Kimia Universitas

Sriwijaya.

Sebastian, F., dkk. 2006.  Novel biodegradable  films made from chitosan and poly (lactic acid) Alt antifungal properties against mycotoxinogen strains. Carbohydrate Polymers, vol. 65,  pp.185 – 193, 2006.

Selpiana, dkk. 2015.  Pembuatan Plastik  Biodegradable dari Tepung Nasi  Aking . Jurnal Teknik Kimia

Universitas Sriwijaya.

Silva, M.A. dkk. 2009.  Alginate and Pectin Composite Films Crosslinked with Ca2+  ions: Effect of The Plasticizier

Concentration, Carbohyd. Polym. 77,  pp.736-742.

Sumartono, N.W., dkk. 2015. Sintesis dan  Karakterisasi Bioplastik Berbasis  Alang-Alang (Imperata Cylindrica(L.)) dengan Penambahan Kitosan, Gliserol, dan Asam Oleat.Vol. 10, No.

(9)

2, hal 13-25. Universitas Negeri Yogyakarta.

Tokura, S. 1995. Specification And Chara terization Of Chitin And Chi tosan

Collection Of Working Papers.

Universiti Kebangsaan Malaysia 8 : 67  –  68

Zulferiyenni, dkk. 2014. Pengaruh Konsentrasi

Gliserol dan Tapioka Terhadap

 Karakteristik Biodegradable Film

 Berbasis Rumput Laut Eucheuma

cottonii. Jurnal Teknologi dan Industri

Hasil Pertanian. 19(3): 5-10.

Zulisma, A. 2013.  Pengaruh Waktu Simpan  Film Plastik Biodegradasi Dari Pati

 Kulit Singkong Terhadap Sifat

 Mekaniknya. Jurnal Teknik Kimia.

Gambar

Tabel 1.  Komposisi Kimia Eceng Gondok Kering  No  Komposisi Kimia Persentase(%) 1  Selulosa  64,51 2  Pentose  15,61 3  Lignin  7,69 4  Silica  5,56 5  Abu  12 (Sumber : Astuty, N
Gambar 2.  Struktur Kimia Molekul Gliserol Dalam  pembuatan  plastik biodegradable,  penambahan  kadar  gliserol  pada  campuran  bahan  baku  mempengaruhi  sifat  mekanisnya, seperti  kuat  tarik  lapisan  film,  peningkatan fleksibilitas, dan mengurangi
Gambar 4. Diagram alir penelitian Prosedur Pengujian
Gambar  5  menunjukkan  peningkatan  persentase  elongasi  seiring  bertambahnya konsentrasi  gliserol  dengan  perolehan  nilai  persentase  elongasi  tertinggi  26,64%
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini telah dihasilkan film plastik biodegradable dengan penambahan gliserol dan limbah kulit kopi dengan variasi konsentrasi kitosan sebesar 0, 2, 4, 6, dan

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan Plastik Biodegradable menggunakan bahan alami dari pati ampas tahu dan plasticizer sorbitol1. Limbah ampas tahu banyak

Judul Laporan Akhir ini adalah “Variasi Penambahan Gliserin dan Asam Asetat terhadap Kualitas Fisik Plastik Biodegradable dari Pati Gadung (Dioscorea.. hispida

Pembuatan plastik biodegradable pada penelitian ini dilakukan dengan bahan dasar protein ampas tahu. Selain itu untuk menghasilkan bioplastik yang fleksibel,

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa limbah tapioka dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik yang mudah

Sementara plastik biodegradable terbuat dari material yang dapat diperbaharui, yaitu dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman atau hewan misalnya pati, selulosa, dan

Konsentrasi optimum penambahan gliserol dalam pembuatan plastik biodegradable dari amilum biji durian terhadap sifat mekaniknya adalah 10% dengan nilai kuat tarik sebesar 9,702

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, penambahan selulosa dan pengurangan pati pada pembuatan plastik biodegradable berpengaruh terhadap nilai ketahanan air, perpindahan uap air,