• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SEKOLAH DASAR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

174

Wahyuni Purnami, Fransiska Jaiman Madu, & Wigbertus Gaut Utama

Program Studi PGSD STKIP Santu Paulus Ruteng, Jl. Ahmad Yani, No. 10, Ruteng 86508

e-mail: wpurnami@gmail.com

Abstract: Development of Environmental Education Module in Elementary School. Environmental issues are a shared responsibility of both society and government. Efforts to cultivate a sense of environmental care is the time to be planted early on, in children. Various efforts to instill environmental awareness that has been done, among others, through socialization and practical activities in order to foster environmental awareness such as waste management. In addition to the above efforts then this environmental awareness will also be instilled in children through the process of learning in schools, namely through the subjects of environmental education. The module to support and guide the learning becomes one of the learning resources in environmental education. The environmental education module to be used as a guide is a module that is more based on school culture, which will contain contextual environmental materials and local wisdom that supports environmental conservation. The development of this module is an advanced stage of research that has been conducted in relation to waste management in primary schools. Stages in the development of this module through the 3D stage (define, desaign and development). At the define stage (definition), the competency standard, basic competence, indicator and reference of environmental related materials as well as local wisdoms that support the environmental deficiencies. Stage Design (design) is done in the design of environmental education module and at the stage of Development (development) made the module of environmental education validated by the experts.

Keywords: environmental education, primary school

Abstrak: Pengembangan Modul Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Dasar. Masalah lingkungan merupakan tanggung jawab bersama baik masyarakat maupun pemerintah. Upaya penanaman rasa peduli lingkungan sudah saatnya di tanamkan sejak dini, pada anak-anak. Berbagai upaya untuk menanamkan kepedulian lingkungan yang telah dilakukan antara lain melalui sosialisasi maupun kegiatan praktis dalam rangka menumbuhkan kepeduliaan lingkungan seperti pengelolaan sampah. Selain upaya diatas maka kepedulian lingkungan ini juga akan ditanamkan pada anak melalui proses pembelajaran di sekolah, yaitu melalui mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup. Modul untuk mendukung dan menjadi panduan dalam pembelajaran menjadi salah satu sumber belajar dalam pendidikan lingkungan hidup. Modul pendidikan lingkungan hidup yang akan dijadikan panduan ini merupakan modul yang lebih berbasis pada kultur sekolah, yang akan memuat materi lingkungan yang kontekstual dan kearifan local yang mendukung pelestarian lingkungan. Pengembangan modul ini merupakan tahap lanjutan dari penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan pengelolaan sampah di sekolah dasar. Tahapan dalam pengembangan modul ini melalui tahap 3D (define, desaign dan development). Pada tahap define (pendefinisian) dilakukan pengkajian standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator dan pengumpulan referensi materi yang berhubungan dengan lingkungan serta kearifan-kearifan lokal yang mendukung permalahan lingkungan. Tahap Design (perancangan) dilakukan perancangan modul pendidikan lingkungan hidup dan pada tahap Development (pengembangan) dilakukan pembuatan modul pendidikan lingkungan hidup yang divalidasi oleh para ahli.

(2)

PENDAHULUAN

Permasalahan lingkungan global tentunya menjadi keprihatinan masyarakat dunia. Dampak kelalaian dan ketidakpedulian manusia dalam rentang waktu sekian lama telah dirasakan oleh semua lapisan masyarakat dewasa ini. Krisis lingkungan ini menjadi tanggungjawab bersama, baik pemerintah, swasta maupun seluruh lapisan masyarakat. Penanaman nilai dan rasa kepedulian lingkungan merupakan salah satu upaya untuk mencegah krisis lingkungan yang berkelanjutan, Berbagai penelitian, pengabdian masyarakat dan sosialisasi yang berbasis lingkungan mulai digiatkan oleh beberapa elemen, baik dari elemen lembaga peduli lingkungan, lembaga pendidikan maupun instansi pemerintah yang berhubungan dengan lingkungan.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh lembaga pendidikan antara lain memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap lingkungan baik pencegahan kerusakan, permasalahan maupun penanganan masalah lingkungan. Ironinya, upaya yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dirasa kurang optimal, khususnya pada pendidikan tingkat dasar.

Berdasarkan penelitian pendahuluan tentang pengelolaan sampah di sekolah dasar di wilayah Manggarai menunjukkan bahwa penanganan sampah di sekolah dilakukan oleh warga sekolah tersebut, keterlibatan pemerintah masih kecil prosentasenya. Penanganan sampah semampunya yang bisa dilakukan oleh warga sekolah, baik di buang keluar halaman sekolah, maupun di bakar merupakan hal biasa yang dilakukan di lingkungan sekolah. Pola pemilahan pun belum sepenuhnya dilakukan oleh warga sekolah. Pola pendidikan kepedulian lingkungan yang dilakukan di sekolah dasar hanya sebatas dimasukkan dalam sub-sub pokok bahasan pada mata pelajaran tertentu, sehingga penanaman bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap peduli terhadap lingkungan masih perlu untuk diperdalam lagi.

Dalam rangka memperdalam bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap peduli lingkungan ini maka perlu adanya mata pelajaran khusus untuk pendidikan lingkungan hidup yang kontekstual dan berbasis pada kearifan lokal di wilayah Manggarai. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka perlu dilakukan upaya untuk menyusun desain modul pendidikan lingkungan hidup yang berbasis pada kultur sekollah di wilayah Manggarai.

Manusia merupakan bagian ekosistem dalam suatu lingkungan. Kehidupan simbiosis mutualisme dengan alam merupakan hal utama dalam menjaga keutuhan ekosistem. Eksistensi manusia di tengah dunia sangat ditentukan jika mampu beradaptasi dalam ekosistem dan menyerap nilai-nilai untuk dijadikan bagian dalam dirinya.

Makna kesadaran ekologis sebagai pemahaman atau pengertian individu atas prinsip-prinsip interaksi makhluk dalam lingkungan hidup. Senada dengan pemaknaan ini, Neolaka (2008:18) menyatakan kesadaran ekologis merupakan keadaan tergugahnya jiwa terhadap lingkungan dan dapat terlihat pada perilaku, tindakan masing-masing individu. Dengan demikian kesadaran ekologis merujuk pada keadaan diman individu memahami interaksi dasariah makhluk hidup dalam lingkungannya. Pemahaman tersebut termanifestasi dalam tindakan yang selaras dengan logika ekologi.

Permendikbud No 21 tahun 2016 menegaskan bahwa pada pendidikan tingkat dasar khususnya mata pelajaran social dan hasil karya memuat tentang kompetensi kepedulian lingkungan hidup secara bijaksana dan bertanggungjawab dengan penjabaran materi konektivitas antar ruang dengan penanggulangan permasalahan lingkungan hidup secara bijaksana dan bertanggungjawab.

Pembelajaran pendidikan lingkungan hidup di tingkat sekolah dasar dan menengah merupakan salah satu pengembangan pada mata pelajaran muatan local. Hal ini diperjelas pada permendikbud tentang muatan lokal kurikulum 2013, yang merupakan salinan permendikbud No 79 tahun 2014. UU No. 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan sampah diartikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan yang dimaksudkan di atas lebih pada upaya individu atau masyarakat untuk mengurangi penggunaan barang yang dapat menghasilkan sampah. Sedangkan penanganan sampah adalah segala usaha untuk mengatasi pengaruh negative sampah terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Pasal 20 (1) dalam UU pengelolaan sampah menyebutkan tiga (3) kegiatan dalam pengurangan sampah yakni 1) pembatasan timbulan sampah, 2) pendauran ulang sampah, dan / atau 3) pemanfaatan kembali sampah.

Pendidikan Lingkungan Hidup akan tertanam pada siswa hingga menuju pada perubahan sikap

(3)

dan perilaku hingga membentuk suatu karakter jika di sampaikan secara benar, melalui proses yang benar dan disesuaikan dengan konteks yang ada. Pembelajaran pendidikan lingkungan hidup bukan hanya sekadar proses menghafal sejumlah konsep,prinsip atau fakta yang siap untuk diingat. Pendekatan pembelajaran lingkungan hidup harus mampu melibatkan peserta akan lebih aktif dan efektif.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and devopment). Penelitian pengembangan ini merupakan suatu penelitian yang menghasilkan produk berupa modul dan menguji efektifitas penggunaan modul. Penelitian pengembangan yang dilakukan ini dengan mengacu pada model 3D (Define, Design

dan Development).

Tahap Define atau mendefinisikan dilakukan dengan mengkaji dan mendefinisikan masalah yang ada serta mengumpulkan referensi dan literature.Tahap Design merupakan tahap untuk merancang modul, TahapDevelopment merupakan tahap untuk mengembangkan yang terdiri dari uji coba, revisi dan uji coba akhir.

Tahap Define dan Design dilakukan di STKIP Santu Paulus Ruteng, Manggarai. Tahap Uji Coba dilakukan di SDK Ruteng IV Langke Rembong, Manggarai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap Define

Kajian Kebutuhan adanya pembelajaran

pendidikan lingkungan hidup

Sampel yang digunakan yaitu 20 sekolah dasar di wilayah Manggarai yang dikaji kebutuhan dan upaya penanaman pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Sekolah yang digunakan untuk uji kebutuhan ini baik di sekolah di kota maupun di luar kota, yang dilakukan secara random.

Hasil yang diperoleh dari uji kebutuhan sebagai uji pendahuluan ini sebagai berikut:

Pola penerapan pendidikan lingkungan hidup

1. Melalui pembelajaran pada bidang studi terkait 2. Melalui kegiatan ekstra kurikuler

3. Melalui bakti social mingguan, tiap hari sabtu 4. Tidak pernah melakukan penerapan pendidikan

lingkungan hidup

No. Nama Sekolah Dasar Ada/tidaknya mata pelajaran PLH

Pola penanaman kepedulian lingkungan

Perlu/tidaknya mata pelajaran PLH pada mulok 1. SDI Ranggi Tidak Bakti social hari sabtu Perlu dimasukkan

PLH pada mulok 2 SDK Lamba Ketang Tidak ada Kerja lingkungan saat ekstra Tidak perlu 3 SDI Wangko Tidak ada Menanam pohon cengkeh di lingk

sekolah Perlu ada Mata pelajarn PLH 4 SD Golo Ndolo Tidak ada Bakti social hari sabtu Sangat perlu

5 SDI Dongang Tidak ada Bakti lingk sebelum dan sesudah

KBM Sangat perlu

6 SDI TIL Ada Memasukkan mata pelajaran PLH dalam Muatan local Perlu 6 SDN Bengkang Tidak ada Membiasakan siswa mencintai

lingkungan Perlu untuk d i i n t e g r a s i k a n dalam mulok

7 SDK Ruteng IV Tidak ada Menyediakan tempat sampah untuk melatih siswa pembiasaan terhadap kebersihan

Perlu 8 SDI Cunca Lawir Tidak ada Melalui kegiatan ekstra dengan

(4)

No. Nama Sekolah Dasar Ada/tidaknya mata pelajaran PLH

Pola penanaman kepedulian lingkungan

Perlu/tidaknya mata pelajaran PLH pada mulok 9 MI Amanah Ruteng Tidak ada Membiasakan anak membuang

sampah di tempat sampah Perlu 10 SDI Welong Tidak ada BBakti social setiap hari sabtu Sangat perlu 11 SDI Pelus Ara Tidak ada Membersihkan lingkungan dan

menanam pohon Tidak perlu 12 SDI Norang Tidak ada yang

ada BKL (Budaya Ketrampilan Lokal)

Bakti social tiap hari sabtu Sangat perlu 13 SDK Wae Peca Ting Tidak ada Menyampaikan tentang

lingkungan pada materi IPS Perlu 14 SDK Ruteng I Tidak ada, yang ada

SBK (social, budaya dan ketrampilan)

Membiasakan siswa membuang sampah pada tempatnya,

membawa bunga dan bibit pohon Perlu 15 SDN WADE Tidak ada Memelihara tanaman di sekitar

sekolah Perlu

16 SDK Lao Ngkor Tidak ada Membersihkan lingkungan

sekolah setiap pagi Sangat perlu 17 SDK Taga Tidak ada Membersihkan lingkungan,

merawat tanaman Tidak perlu 18 SDI Woang Tidak ada Menanam pohon dilingkungan

sekolah Sangat perlu

Berdasarkan data tersebut maka dapat dikonversikan dalam bentuk diagram berikut ini:

Diagram 3.1. Pelaksanaan pembelajaran PLH di sekolah dasar di wilayah Manggarai Berdasarkan diagram 3.1 menunjukkan

bahwa pembelajaran PLH sebagai mata pelajaran dalam muatan local belum dilaksanakan oleh sebagian besar sekolah yang ada di Manggarai. Pembelajaran PLH yang ada dilakukan atas dasar inisiatif dari guru sendiri, hal ini juga belum

dimasukkan ke dalam kurikulum muatan local. Beberapa sekolah mengkaitkan pembelajaran PLH dalam bidang studi IPS dan IPA sebagai sub. Bab pada mata pelajaran tertentu, hal ini menyebabkan pembelajaran PLH lebih pada konsep.

(5)

Gambar 3.2. Prosentase perlunya mata pelajaran PLH di Sekolah Dasar Berdasarkan gambar 3.2 diatas maka

diketahui bahwa lebih dari 88% sekolah menyatakan bahwa pembelajaran PLH sebagai mata pelajaran yang dapat di masukkan dalam muatan local. Hal ini juga sesuai dengan permendikbud no 79 tahun 2014 yang diperbaharui tahun 2013 yang menyatakan bahwa dalam muatan local terkandung penanaman lingkungan hidup pada siswa.

Uji pendahuluan tersebut juga di lakukan dengan melakukan FGD dengan beberapa staf di dinas PPO.Kegiatan ini di hadiri oleh sekretaris dinas PPO, Kepala bidang Pembina Sekolah Dasar, Bagian Kurikulum dan staf Pembina sekolah Dasar. Dari hasil diskusi menyatakan bahwa upaya penanaman pendidikan lingkungan hidup yang masuk pada mata pelajaran muatan local merupakan usulan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena penanaman peduli lingkungan yang sudah mereka lakukan baru akan dirintis untuk sekolah menengah dengan membuat pupuk bokasih, akan tetapi penanaman peduli lingkungan sejak dini mulai sekolah dasar memang sudah menjadi hal yang segera untuk dilaksanakan, hal ini disebabkan penanaman peduli lingkungan sejak dini maka akan lebih tertanam pada perilaku siswa untuk peduli lingkungan. Rekaman dokumentasi terlampir.

Pengumpulan Literatur dan Pustaka

Pengumpulan literatur dan pustaka dilakukan baik melalui sumber primer maupun sumber sekunder, buku, hasil penelitian terdahulu dan referensi yang lain. Beberapa daerah di kota bandung, malang dan kota lain sudah menerapkan

pembelajaran pendidikan lingkungan hidup menjadi suatu mata pelajaran dengan buku pegangan yang sudah disusun sesuai dengan konteks lokasi dan situasi di wilayah masing-masing. Seperti di malang, buku pendidikan lingkungan hidup di tingkat sekolah dasar disusun oleh tim universitas Negeri Malang yang bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur.

Tahap Design

Penyusunan Rancangan Modul

Rancangan modul pendidikan lingkungan hidup yang lebih kontekstual, berbasis pada kearifan local di wilayah Manggarai akan di gunakan untuk siswa sekolah dasar. Sebagai rancangan awal maka tim menyusun rancangan modul pendidikan lingkungan hidup pada siswa kelas tinggi. Rancangan modul lebih menekankan keterlibatan aktif siswa untuk mengamati dan melakukan hal terhadap lingkungan sekitar, supaya siswa mempunyai pengalaman langsung baik melalui permainan maupun kegiatan out door lainnya. Dalam rancangan modul ini juga diberikan kasus permasalahan untuk melatih siswa mampu melihat dan peduli terhadap lingkungan alam sekitarnya.

Hasil/Produk rancangan modul

Produk rancangan yang sudah di susun ini terdiri dari kata pengantar, daftar isi, bab 1 – bab 6. Materi yang terkandung di dalamnya terdidri dari pengetahuan tentang lingkungan hidup secara umum, flora dan fauna di Manggarai, pelestarian lingkungan alam yang secara khusus

(6)

tentang pelestarian hutan, pelestarian sumber air dan pengelolaan sampah. Hal ini desesuaikan dengan kondisi flores khususnya manggarai yang mempunyai topografi yang berbukit-bukit maka

kelestarian hutan, mata air serta resiko yang dihadapi harus di nyatakan ke siswa sejak dini. Rancangan modul pendidikan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:

Tahap Development

Pada tahap pengembangan ini dilakukan validasi ahli maupun tahap pengujian pada guru sekolah dasar. Berdasarkan hasil validasi ahli yaitu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, maka modul ini sudah layak untuk digunakan pada siswa sekolah dasar. Berdasarkan hasil ujicoba keterbacaan oleh guru sekolah dasar terdapat beberapa bagian yang perlu diperbaiki seperti penambahan istilah-istilah pada bagian glosarium sedangkan hal selain itu dapat dikatakan layak untuk dipelajari di sekolah dasar.

KESIMPULAN

Hasil kajian kebutuhan tentang pendidikan lingkungan hidup pada tingkat sekolah dasar, menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan hidup di sekolah dasar di wilayah Manggarai belum menjadi pelajaran khusus yang masuk pada muatan lokal. Pendidikan lingkungan hidup disampaikan secara umum dan tersirat pada materi pelajaran yang lain seperti IPA dan IPS. Berdasarkan kajian kebutuhan di lapangan menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan hidup yang berbasis lokal sudah sangat perlu untuk diberikan pada siswa sekolah dasar. Hal ini merupakan kebutuhan yang penting untuk membekali siswa akan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Selanjutnya, hasil kajian kebutuhan pengadaan modul pendidikan lingkungan hidup, dapat dikatakan bahwa sebagian besar sekolah dasar membutuhkan pelajaran mengenai lingkungan hidup. Selain itu, sebagain besar pula sekolah

dasar di Manggarai merasa perlunya pengadaan modul pendidikan lingkungan hidup untuk mengisi pelajaran muatan lokal. Berdasarkan validator dan uji keterbacaan bahwa pengembangan modul Pendidikan Lingkungan Hidup yang berbasis lokal untuk sekolah dasar di wilayah Manggarai ini masih memerlukan beberapa perbaikan pada konten, khususnya pada bagian glosarium.

DAFTAR RUJUKAN

Abercrombie, Nicholas, Stephen Hill dan Bryan S. Turner. 2010. Kamus Sosiologi. (diterjemahkan oleh Desy Noviyani, Eka Adinugraha dan Rh. Widada). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asmani,J.M. 2012. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Wonosari, Jogja: Diva Press.

Borthman,M., et all. 2003 Enviromental Encyclopedia. Farminton Hill: Gale Group inc.

Campbell N.A.,et all. 2010 Biologi. Alih bahasa Damaring Tyas: Erlangga.

Daryanto. 2013. Inovasi pembelajaran efektif. Bandung: Yrama Widya.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi keempat). Jakarta: Balai Pustaka

(7)

Neolaka, Amos. 2008. Kesadaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyono dan Haryanto. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Remaja Roskarta,

Wiranata, I Gede A.B. 2011. Antropologi Budaya. Bandung: PT Citra Aditya.

Wiryono, P. (Editor Budhy M. Rachman dan Eko Wijayanto). 2004. Jalan Paradoks: Fisi Baru Fritjof Capra tentang Kearifan dan Kehidupan Modern. Jakarta: Teraju.

Gambar

Diagram 3.1. Pelaksanaan pembelajaran PLH di sekolah dasar di wilayah Manggarai Berdasarkan diagram 3.1 menunjukkan
Gambar 3.2. Prosentase perlunya mata pelajaran PLH di Sekolah Dasar Berdasarkan gambar 3.2 diatas maka

Referensi

Dokumen terkait

zaman, (2) menggali, mengembangkan dan memantapkan segenap potensi pemuda dan remaja masjid baik potensi akal, keilmuan dan budaya yang sifatnya kreatif dan aplikatif yang

Pada losio ini memiliki daya sebar yang cukup luas sehingga pada uji viskositas dihasilkan nilai yang kecil karena metil selulosa yang ditambahkan 0,3 g dari

Masker gel peel off ekstrak kulit buah naga merah memenuhi syarat fisik gel dan stabil secara fisik meliputi organoleptik, pH, daya lekat, daya sebar dan waktu

Metode tutor sebaya dapat dimodifikasi dalam bentuk fase pembelajaran sesuai tahapan pengelompokan siswa, kemudian pembimbingan dari tutor, penugasan oleh guru, diskusi

Renstra 2016-2021 Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan disusun untuk digunakan sebagai pedoman bagi Perangkat Daerah maupun stakeholder yang berkepentingan

Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ), dokter poli terapi rumatan metadon (PTRM), dokter, tenaga non medis lainnya serta

Rumusan masalah: Bagaimanakah penerapan layanan penguasaan konten dengan teknik live modeling dapat mereduksi stress belajar saat menghadapi ulangan pada siswa kelas

Pada kesempatan yang baik ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan pemikiran