• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN WEBLOG UNTUK KNOWLEDGE SHARING BAGI KOMUNITAS VIRTUAL PUSTAKAWAN DI KABUPATEN BULELENG (BULELENG CYBRARIAN COMMUNITY)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN WEBLOG UNTUK KNOWLEDGE SHARING BAGI KOMUNITAS VIRTUAL PUSTAKAWAN DI KABUPATEN BULELENG (BULELENG CYBRARIAN COMMUNITY)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN WEBLOG UNTUK KNOWLEDGE SHARING BAGI KOMUNITAS VIRTUAL PUSTAKAWAN DI KABUPATEN BULELENG

(BULELENG CYBRARIAN COMMUNITY) 1

N P Pramita Utami, K Etik Suparmini, Made Mas Hari Prawani 1

Pustakawan Muda di Perpustakaan Undiksha pramitautami@yahoo.com

Ringkasan Eksekutif

Keterhubungan antara pengelola perpustakaan dan pemustaka di era digital akan terjadi jika para pengelola perpustakaan mampu beradaptasi dan berinovasi dalam memanfaatkan media sosial untuk membentuk sebuah komunitas virtual perpustakaan. Media sosial weblog merupakan salah satu media sosial yang paling digandrungi oleh generasi muda yang tergolong digital natives. Fenomena tersebut dapat dijadikan sumber inspirasi para pengelola perpustakaan untuk mendekatkan diri dengan pemustakanya yang cenderung memiliki preferensi terhadap sumber digital. Hal ini terlihat pada perilaku pemustaka yang lebih menyukai “google” daripada perpustakaan dalam pencarian informasi. Kenyataan tersebut berdampak buruk terhadap keberadaan perpustakaan yang sesunguhnya merupakan agen informasi yang berfungsi sebagai sumber pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari pelatihan P2M ini adalah untuk (1) meningkatkan pemahaman para pengelola perpustakaan tentang media sosial weblog untuk knowledge sharing bagi komunitas virtual pustakawan di kabupaten Buleleng; dan (2) meningkatkan keterampilan para pengelola perpustakaan menggunakan weblog dalam knowledge sharing di kalangan komunitas virtual perpustakaan di kabupaten Buleleng. Metode yang digunakan dalam kegiatan P2M ini adalah bentuk pelatihan yaitu melalui ceramah, diskusi dan praktek.

Karya utama dalam kegiatan P2M ini menghasilkan modul yang dijadikan pedoman dalam pelatihan, dan membentuk sebuah komunitas virtual pengelola perpustakaan di kabupaten Buleleng yang berlabel BCC (Buleleng Cybrarian Community). Modul pelatihan tersebut meliputi materi konseptual yang memuat tentang ulasan manfaat weblog untuk knowledge sharing bagi komunitas virtual pustakawan, dan, langkah-langkah membuat weblog perpustakaan.

Melalui pelatihan ini peserta memperoleh pemahaman/pengetahuan baru tentang pemanfaatan weblog dalam knowledge sharing yang diharapkan dapat merubah paradigma

(2)

berpikir peserta terhadap TI. Dan, melalui praktek penggunaan weblog, keterampilan peserta dapat ditingkatkan. Pendampingan secara online juga dilakukan pasca pelatihan.

Keterhubungan dan kepemilikan yang timbul dalam komunitas BCC bermanfaat bagi peserta untuk meningkatkan layanan serta menumbuhkan keunggulan kompetitif perpustakaan/institusi. Peserta sebagai sampel terpilih diharapkan aktif berbagi informasi dalam komunitas dan mendesiminasikan informasi yang telah didapat ke khalayak lainnya.

Kata-kata kunci: weblog, knowledge sharing, komunitas virtual, media sosial

Executive Summary

Connectedness between the library manager and its user in the digital era will happen if the library manager is able to adapt and innovate in the use of social media to create a virtual community library. Social media weblog social media is one of the most loved by the young generation of digital natives belonging. The phenomenon can be used as a source of inspiration library administrator to get closer to pemustakanya which tend to have a preference for digital sources. This can be seen in the behavior of pemustaka more like "google" rather than the library in search of information. The fact adversely affects the presence of the library which actually means an information agent that serves as a source of learning.

Based on this background, the purpose of this P2M training is to (1) enhance the understanding of the library manager of social media weblogs for knowledge sharing for a virtual community of librarians in Buleleng district; and (2) improve the skills of the librarian using weblogs in knowledge sharing among virtual community library in Buleleng regency. The method used in this P2M activity is a form of training which is conducted through lectures, discussion and practice.

The main work in this P2M activity produces modules are used as guidelines in training, and form a virtual community library managers in Buleleng regency labeled BCC (Buleleng Cybrarian Community). The training module includes conceptual material that includes about reviews the benefits of weblogs for knowledge sharing for a virtual community of librarians, and, the steps to create a library weblog.

Through this training the participants gain an understanding / new knowledge about the use of weblogs in knowledge sharing that is expected to change the paradigm of thinking

(3)

participants to TI. And, through the practice of the use of weblogs, skills of the participants can be improved. Online mentoring is also done post-training.

Connectedness and ownership arising in BCC community beneficial for participants to improve services and foster competitive advantage library / institution. Participants chosen as samples are expected to actively share information in the community and disseminate information that has been obtained to other audiences.

Key words: weblogs, knowledge sharing, virtual communities, social media

A. Pendahuluan

Sebuah komunitas virtual pustakawan telah dibentuk pada saat kegiatan P2M Utami, P (2014). Komunitas virtual tersebut bernama BCC (Buleleng Cybrarian Community) yang beranggotakan pengelola perpustakaan sekolah, SMA, SMP, SD, dan PTS di kabupaten Buleleng. Komunitas BCC terjaring dalam ikatan pertemanan yang mutual pada media sosial facebook. Keterhubungan dan kedekatan terjalin dalam BCC, terutama dalam berbagi informasi maupun lingkup yang lebih luas dalam hal berbagi pengetahuan.

Berdasarkan rekam jejak data interaksi dalam BCC, berbagai pertanyaan seputar kepustakawanan muncul untuk memperoleh klarifikasi dari pusat BCC. Salah satunya adalah pertanyaan tentang pengolahan bahan pustaka, mulai dari proses bahan pustaka tersebut diinventarisasi, diklasifikasi, dan selanjutnya dilayankan. Di samping itu, ada pula pertanyaan mengenai trik-trik pengembangan koleksi baik yang bersumber dari pembelian maupun sumbangan. Selanjutnya, ada juga yang memerlukan informasi seputar aplikasi TI untuk perpustakaan, informasi perkuliahan jurusan Ilmu Pepustakaan, dan lain-lain. Peran pusat BCC dalam memberikan informasi terhadap pertanyaan-pertanyaan dari anggota sangat diharapkan sebagai upaya dalam kegiatan berbagi pengetahuan. Khususnya dalam kegiatan knowledge sharing (berbagi pengetahuan), diperlukan sebuah media khusus yang mampu menjadi sumber rujukan dengan kredibilitas tinggi.

Weblog atau sering disebut blog merupakan media sosial yang difungsikan sebagai wadah berbagi informasi seperti media sosial lainnya. Namun, perbedaan utamanya adalah terdapat pada kapasitas penulis suatu blog biasanya memiliki otoritas yang lebih dari pada media sosial lainnya. Selain itu, kelebihan blog juga terdapat dalam pemberian tema khusus dari sebuah blog, misalnya blog Indonesia Data Base akan menyajikan informasi segala sesuatu tentang Indonesia. Beranjak dari pemikiran tersebut, maka media sosial blog juga

(4)

dapat dimanfaatkan dalam berbagi pengetahuan dalam BCC dengan tema khusus mengenai materi kepustakawanan.

Istilah blog sebenarnya sudah mulai dikenal sejak tahun 1997, namun baru populer pada tahun 2000. Menurut Zaki, A (2008) mengungkapkan bahwa blog merupakan media untuk mempublikasikan dokumen, teks, video, foto dan lain-lain yang mengijinkan terjadinya suatu interaktivitas dengan pengunjung blog. Selanjutnya, Zaki , A (2008) juga mengungkapkan beberapa keuntungan dari blog tersebut. Pertama, bagi perspektif pebinis, blog bisa digunakan menjadi alat untuk mendengar suara pelanggan, sehingga antara perusahaan dan pelanggan terjadi ikatan yang baik. Kedua, bagi individu, sebuah blog dapat digunakan untuk menuangkan pikirannya untuk kemudian ditanggapi oleh teman-temannya. Ketiga, blog memungkinkan seseorang atau perusahaan membuat jaringan sosial yang kuat dan dengan cakupan yang tak terbatas. Keuntungan dari kegunaan blog tersebut dapat dijadikan wadah berbagi pengetahuan dan sekaligus membentuk sebuah jaringan kuat dalam komunitas BCC.

Berbagi pengetahuan sesungguhnya merupakan aktivitas kognitif yang terjadi antar sesama maupun dalam organisasi. Kognitif mempunyai arti segala sesuatu yang berhubungan dengan pikiran atau proses mental yang dilakukan secara sadar (Cambridge Advance Learner’s Dictionary, 2010). Jadi yang dimaksud dengan aktivitas kognitif ini adalah kegiatan yang melibatkan pikiran atau proses mental secara sadar dalam hal ini yang mendorong seseorang untuk berbagi pengetahuan. Selanjutnya, Winjhoven (1998) menyatakan bahwa pengetahuan adalah sebuah pemikiran yang menjelaskan, memprediksi, atau yang memuat teknologi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari pemikiran manusia yang melibatkan proses mental secara sadar untuk menjelaskan dan memprediksi sesuatu. Winjhoven (1998), menyatakan juga berbagi pengetahuan adalah pengiriman pengetahuan umumnya melalui media informasi dan interpretasi terhadap pengetahuan yang baru diterima oleh penerima. Jadi terdapat dua aktivitas kognitif yang terjadi selama berbagi pengetahuan, yaitu pengiriman dan penerimaan pengetahuan.

B. Sumber Inspirasi

Berdasarkan definisi berbagi pengetahuan yang telas diulas sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa diperlukan adanya wadah sosial yang dapat menjembatani kegiatan berbagi pengetahuan yang muncul antara pemustaka dan pengelola perpustakaan. Dalam blog, pengelola perpustakaan dapat membuat konten/tulisan yang berhubungan dengan

(5)

kebutuhan perpustakaan dan pembelajaran. Hal ini sangat relevan dalam menyikapi perkembangan teknologi informasi yang terbukti telah memberikan banyak manfaat bagi khalayak luas.

Menyikapi karakteristik pemustaka dan calon pemustaka/candidate usersebagai generasi digital natives, maka pengelola perpustakaan semestinya berbenah diri dalam mengoptimalkan layanan. Pelayanan perpustakaan sedikit demi sedikit harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi informasi. Jika tidak, perpustakaan akan benar-benar menjadi “gudang informasi” yang ditinggalkan pemustakanya. Seperti azas yang diusung oleh perpustakaan yang menyatakan perpustakaan merupakan lembaga yang bergerak dibidang jasa, dimana kepuasan pelanggan adalah segalanya. Hal ini didukung oleh Milawati (2011), yang menyatakan bahwa pelayanan perpustakaan harus berorientasi pada kebutuhan pengguna, antisipasi perkembangan teknologi informasi dan pelayanan yang ramah, dengan kata lain menempatkan pengguna sebagai salah satu faktor penting dalam menentukan kebijakan pada suatu perpustakaan. Merujuk pada hal tersebut, maka pustakawan dituntut untuk meningkatkan profesionalitas layanan melalui sistem manajemen layanan berbasis teknologi informasi yang cepat dan cermat.

Hal tersebut sejalan dengan UU RI no 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, terutama pada bab V pasal 14 menyangkut masalah layanan perpustakaan, mengungkapkan bahwa ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh perpustakaan dalam menyikapi perkembangan TI sekarang ini. Pada pasal (1) berbunyi: “Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pengguna. Dan, pasal (3) berbunyi: “Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dari dua pasal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam menyikapi era digital natives ini pihak pengelola perpustakaan termasuk didalamnya pustakawan harus merubah paradigma berpikir yang konvensional yang cenderung kolot untuk mau membuka diri terhadap perkembangan TI dan komunikasi. Dengan demikian diharapkan pustakawan memiliki kompetensi professional dan personal untuk mampu memberikan layanan prima.

Terkait dengan hasil survey yang dilakukan pada saat pelaksanaan P2M tahun 2014, diperoleh data bahwa para pengelola perpustakaan belum pernah memanfaatkan blog sebagai ajang berinteraksi dengan pemustakanya. Merujuk pada keunggulan yang disajikan oleh blog dalam berbagi pengetahuan, para pengelola perpustakaan dapat mempublikasikan informasi yang ingin disampaikan kepada pemustakanya atau bahkan anggota sekolah dan umum.

(6)

Informasi tersebut dapat pula di-link-kan ke jejaring sosial facebook. Disinilah keuntungan dari pembuatan weblog dalam penyebaran informasi/pengetahuan tanpa harus langsung menuliskannya di facebook pages.

Berdasarkan rasional dan preposisi tersebut diatas, maka kegiatan P2M ini disinyalir sangat bermanfaat terutama dalam: (1) meningkatkan pemahaman BCC/pustakawan dalam memanfaatkan media blog untuk knowledge sharing, (2) meningkatkan keterampilan BCC/pustakawan dalam memanfaatkan media blog untuk knowledge sharing.

C. Metode

1. Khalayak Sasaran Strategis

Khalayak sasaran strategis dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah para pengelola perpustakaan yang sudah terangkum dalam komunitas BCC. Para anggota BCC teridentifikasi belum mampu memanfaatkan media sosial weblog dalam berbagi pengetahuan. Pemilihan anggota komunitas BCC sebagai khalayak sasaran merujuk pada fakta yang diperoleh, bahwa perpustakaan sekolah sangat minim pengunjung yang memanfaatkan koleksi yang tersedia. Para pemustaka cenderung mengakses informasi dari “paman Google” di internet yang sesungguhnya tidak dapat seluruhnya dipertanggungjawabkan sumbernya. Para pengelola pepustakaan sekolah disinyalir tidak sensitif dengan kebutuhan siswa yang tergolong digital natives. Sedangkan, pengelola perpustakaan sekolah di kabupaten Buleleng umumnya memiliki literasi teknologi yang rendah khususnya dalam memanfaatkan weblog dalam berbagi pengetahuan kepada pemustakanya.

2. Kerangka Pemecahan Masalah

Bertolak dari masalah pengelola perpustakaan yang kurang sensitif dalam menggunakan weblog sebagai media interaktif berbagi pengetahuan/informasi dengan pemustakanya, maka alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan melalui kegiatan pengabdian ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

Pemecahan masalah diawali dengan mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi pengelola perpustakaan yang berkaitan dengan layanan yang tersedia di perpustakaan, dan rendahnya layanan interaktif dalam berbagi pengetahuan/informasi adalah akar permasalahannya. Kemudian akan dilanjutkan dengan mendata kondisi riil di perpustakaan terutama dalam menggunakan layanan berbasis TI. Mendata kemampuan

(7)

pengelola perpustakaan menggunakan weblog dalam memberikan layanan interaktif dalam berbagi pengetahuan. Pendataan juga dilakukan terhadap kebijakan pihak pimpinan sekolah dalam menggunakan fasilitas TI dalam memberikan layanan. Setelah semua data terakumulasi, maka pelatihan penggunaan blog secara kreatif dilakukan kepada pengelola perpustakaan dalam berbagi pengetahuan dengan pemustakanya. Evaluasi terhadap kegiatan P2M dilakukan setelah memberi pelatihan. Bagian terakhir dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah memberikan rekomendasi dan tindak lanjut kepada pengelola perpustakaan untuk menyediakan fasilitas layanan interaktif berbasis TI dengan menggunakan media sosial blog.

3. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Berdasarkan kerangka pemecahan masalah yang digambarkan pada gambar 1, maka berbagai alternatif pemecahan masalah tersebut dapat dilaksanan melalui dua sesi kegiatan yaitu: (1) ceramah dan diskusi dan (2) Praktek.

(1) Ceramah dan Diskusi

Kegiatan ceramah dilakukan bertujuan untuk memberikan pemahaman kognitif kepada pengelola perpustakaan agar dapat memahami fungsi media sosial blog. Dengan demikian, pengelola perpustakaan dapat menyediakan layanan interaktif kepada pemustaka dalam hal berbagi pengetahuan/informasi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pemustaka. Tahap selanjutnya adalah diskusi. Melalui diskusi diharapkan pengelola perpustakaan dapat lebih memahami secara mendalam tentang apa dan bagaimana pemanfaatan blog secara kreatif dalam berbagi pengetahuan.

(2) Praktek

Kegiatan tahap selanjutnya adalah praktek menggunakan blog dalam berbagi informasi yang tersedia di perpustakaan, baik berupa daftar koleksi buku baru maupun memberikan layanan rujukan yang diperlukan pemustakanya. Praktek menggunakan blog dalam berbagi pengetahuan ini dapat meningkatkan kemampuan pengelola perpustakaan dalam menyediakan layanan interaktif melalui jejaring sosial.

a. Rancangan Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, maka dilakukan evaluasi. Aspek-aspek yang dievaluasi, instrumen yang digunakan dan teknik analisa data dipaparkan pada tabel 3.1.

(8)

Tabel 3.1 Aspek dan Instrumen Evaluasi

No Aspek Instrumen Teknik Analisis

1 Kualitas pelatihan Pedoman observasi Observasi Deskripsi kualitatif

2 Respon Kuesioner dan

pedoman wawancara

Angket Deskripsi kuantitatif

Secara eksplisitindikator keberhasilan dari pelaksanaan pengabdian ini adalah: (1) tingkat pemahaman peserta pelatihan dan ketrampilan peserta dalam menggunakan weblog secara kreatif dalam berbagi pengetahuan dalam komunitas BCC, (2) tingkat respon peserta dalam diskusi dan praktek, yang tercermin dalam kuantitas pertanyaan yang muncul.

Evaluasi dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian proses dan penilaian produk. Penilaian proses dilakukan mulai dari penyemaian informasi terkait dengan pemanfaatan media sosial blog untukknowledge sharingdalam komunitas virtual perpustakaan. Sedangkan, penilaian produk dilakukan dengan melihat keberhasilan peserta dalam membuat akun blog dan mempublikasikan sebuah

D. KARYA UTAMA

Weblog/Blog

Weblog sering disebut dengan blog adalah suatu web page atau homepage yang dikembangkan lebih lanjut melalui fasilitas database tertentu. Pengguna blog dapat mengatur sajian halaman blog secara mudah dan cepat, tanpa konfigurasi web page secara keseluruhan. Selanjutnya, Blogger adalah pertama kali dikembangkan oleh Pyra Labs, yang kemudian diakuisisi oleh google pada tahun 2003 (Agustina, M: 2009).

Menurut Kindarto, A (2006) mengungkapkan beberapa definisi Blog yang dirangkum berdasarkan milis dan wawancara dengan para pengguna blog sebagai berikut.

a. Weblog merupakan teks dokumen, gambar, obyek media, dan data yang tersusun secara hierarkis dan menurut kronologi tertentu, yang dapatdilihat melalui browser internet, misalnya internet explorer.

b. Publikasi secara periodik dan tetap mengenai pemikiran personal seseorang dan juga link web.

(9)

c. Blog identik dengan jurnal yang disediakan oleh sebuah web, dimana aktivitas meng-update sebuah blog dinamakan bloging, dan seseorang yang menggunakan dan mengelola blog disebut blogger.

d. Sebuah weblog mengulas tentang satu topik dan pembahasan yang konsisten, misalnya politik, sastra, musik, perpustakaan, dsb.

e. Publikasi dalam blog biasanya tersusun secara kronologi tertentu, biasanya dengan pengaturan tanggal.

1. Komunitas Virtual Perpustakaan

Garofalo (2013), menyatakan bahwa komunitas adalah kumpulan orang yang berinteraksi bersama dalam suatu lingkungan. Sedangkan, kata virtual berpadanan arti dengan kata maya. Jadi, yang dimaksud dengan komunitas virtual perpustakaan adalah sekumpulan orang yang berinteraksi secara virtual/maya dalam lingkungan perpustakaan baik pengelola perpustakaan maupun pemustakanya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka terlihat adanya peran dinamis baru yang diemban oleh para pustakawan/pengelola perpustakaan sebagai cyber librarian/cybrarian atau pustakawan maya. Peran dinamis baru pustakawan sebagai cybrarian diharapkan mampu berperan dalam memfasilitasi, memediasi dan sekaligus sebagai konsultan bagi pemustakanya dalam meberikan layanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang lebih baik (Rao dan Babu: 2001).

Awal mula terbentuknya suatu komunitas merupakan bagian terpenting dalam jaringan/network. Individu yang mampu menggaet banyak individu lainnya akan membentuk suatu jaringan yang kuat dan luas. Jaringan tersebut kemudian membentuk suatu komunitas yang terjaring dalam kepentingan atau persamaan yang mutual. BCC merupakan contoh komunitas virtual pengelola perpustakaan di kabupaten Buleleng yang menggunakan media sosial FB sebagai wadahnya. Pemilihan FB sebagai media sosial dikarenakan FB merupakan media sosial yang paling diminati dan terpopuler yang mampu membentuk jaringan dengna mudah dan cepat. Fenomena penggunaan media sosial FB di perpustakaan sudah marak diaplikasikan di negara Eropa mulai tahun 2010an, seperti: Canada, Amerika, Inggris, dll.

Komunitas yang dihasilkan dari kegiatan P2M tahun 2014 merupakan sebuah jaringan/network yang terjalin antara perpustakaan Undiksha, ketua pelaksana (N P Pramita Utami), pengelola perpustakaan di kabupaten Buleleng, dan pemustaka. Jaringan tersebut jika digambarkan dapat divisualisakikan melalui bagan berikut.

(10)

Bagan 1 BCC (Buleleng Cybrarian Community)

Ket. Warna hijau = perpustakaan Undiksha, warna merah = ketua pelaksana P2M, warna kuning = pustakawan se kab. Buleleng, biru = pemustaka

Bagan 1 menggambarkan komunitas pustakawan maya Buleleng atau BCC (Buleleng Cybrarian Community) yang terbentuk pasca pelatihan P2M tahun 2014. Komunitas BCC terbentuk dari kumpulan individu/institusi (titik) dan dihubungkan oleh garis. Bagan 1 menunjukkan bahwa terdapat dua buah titik yang menjadi pusat dari BCC yaitu perpustakaan Undiksha dan ketua pelaksana P2M. Ini terlihat jelas dari banyaknya garis-garis penghubung menuju dua titik merah dan hijau tersebut. Titik kuning yang merupakan perwakilan pustakawan Buleleng terhubung dengan titik hijau dan merah. Selain terhubung dengan kedua titik tersebut, titik kuning juga memiliki group masing-masing yaitu titik biru (pemustaka).

Dalam sistem networking seperti yang ditunjukkan dalam BCC, aliran informasi dapat terwujud dengan sangat mudah dan cepat. Disinilah timbul keterhubungan dan kepemilikan antar individu/institusi. Terutama hubungan perpustakaan-pustakawan-pemustaka terbina dengan dekat. Keterhubungan dalam komunitas tersebut menjadi modal sosial bagi anggota komunitas untuk meningkatkan keunggulan kompetitif.

(11)

2. Media Sosial

Media sosial secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu media dan sosial. Menurut KBBI (2003), media berpadanan arti dengan alat, sarana komunikasi dan atau penghubung, sedangkan sosial diartikan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa media sosial adalah sebuah alat atau sarana yang digunakan oleh masyarakat dalam menjalin suatu hubungan atau komunikasi. Ada banyak contoh media sosial yang marak digunakan di dunia maya seperti; facebook, weblog, twitter, friendster, podcast, youtube, dll. FB merupakan salah satu media sosial yang paling populer digunakan oleh hampir seluruh dunia terutama kaum muda.

Sosial media dapat difungsikan untuk meningkatkan suatu layanan, membangun chanel komunikasi, dan menciptakan keunggulan kompetitif. Garofalo (2013) mengungkapkan bahwa istilah sosial media berdenotasi dengan website dan aplikasi yang bermanfaat bagi penggunanya untuk menciptakan dan membagi konten/informasi atau untuk berpartisipasi dalam jejaring sosial.

Sejalan dengan pengertian sosial media tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa dalam menjalin komunikasi berjejaring melalui media sosial akan menimbulkan efek keterhubungan dan kepemilikan. Dalam keterhubungan tersebut individu akan berinteraksi sesuai ketertarikan dan kepentingannya. Interaksi yang muncul sebagai akibat dari diskusi dan berbagi informasi maupun pengalaman antara individu.

Pentingnya perpustakaan terhubung dengan pemustakanya sudah tidak dapat disangkal lagi. Keterhubungan pustakawan dengan pemustakanya akan menciptakan citra baru pustakawan sebagai cyber librarian/cybrarian. Di Indonesia, komunitas perpustakaan atau pustakawan maya dikenal dengan istilah ICS (The Indonesian Cyberlibrary Society).

Peran penting sosial media terhadap perpustakaan adalah untuk melakukan promosi perpustakaan. Alasan utama mengapa perpustakaan perlu dipromosikan merujuk pada karakteristik pemustakanya sebagai digital natives. Promosi dapat dalam bentuk pengunggahan daftar koleksi baru, pengumuman ataupun pengenalan literacy informasi dan lainnya. Layaknya dunia bisnis yang selalu berinovasi dalam manajemennya, perpustakaan juga diharapkan menampilkan image baru melalui penggunaan logo/brand baru disesuaikan dengan tema perpustakaan masing-masing. Sebagai contoh perpustakaan Universitas Indonesia menggunakan new brand “Crystal of Knowledge”. Melalui brand baru ini akan tercipta suatu kesan baru bagi pemustakanya bahkan terhadap masyarakat luas. Kesan baru yang timbul akibat pelabelan tersebut akan menimbulkan persepsi baru dihati pemustakanya.

(12)

Disinilah efek besar yang timbul dari promosi perpustakaan akan mendorong pemustakanya untuk datang mengunjungi perpustakaan mereka.

3. Definisi Pengetahuan

Studi pustaka mengenai manajemen pengetahuan dan berbagi pengetahuan mengindiksikan adanya konsep dan sudut pandang pengetahuan. Dalam leksikon ilmiah, konsep pengetahuan dibedakan dengan konsep ilmu, informasi dan pembelajaran, namun masih ada kaitannya satu dengan lainnya (Yusup, 2012). Konsep pengetahuan merupakan adaptasi dari kata knowledge. Menurut kamus Microsoft Encarta (2009), memaknai knowledge dengan beragam arti seperti berikut:

a. Information in mind, kesadaran akan memiliki informasi, fakta, ide kebenaran atau prinsip-prinsip tetentu.

b. Specific information, sadar akan informasi spesifik yang eksplisit, misalnya tentang fakta atau situasi tertentu.

c. All that can be known, artinya semua ide, fakta, prinsip, kebenaran, dan lain-lain yang bisa dipelajari sepanjang waktu.

d. Learning through experience or study, pengenalan atau pemahaman yang diperoleh melalui pengalaman atau studi.

Batasan pengetahuan sangat luas dan beragam sesuai konteks yang diperlukan. Dari batasan tersebut kita bisa tahu bahwa pengetahuan terkait dengan kesadaran akan adanya tambahan informasi, fakta, ide, atau hal lain dalam diri seseorang sebagai akibat dari hasil pengalaman seseorang baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini sesuai dengan pendekatan hirarki data, informasi dan pengetahuan yang diungkapkan oleh Chennamaneni (2006). Berdasarkan hirarki tersebut data diartikan sebagai angka mentah, fakta objektif dan observasi. Informasi adalah hasil pengaturan data dalam konteks yang mempunyai arti. Sedangkan pengetahuan adalah informasi yang valid dan autentik yang siap diaplikasikan dalam tindakan. Pendek kata, pengetahuan adalah informasi yang ada dalam pikiran seseorang.

Definisi lain dari Yusup (2012), mengungkapkan pengetahuan bisa dikonsepsikan sebagai properti pengalaman, kognisi, afeksi dan ketrampilan seseorang yang bersifat khas, unik dan personal. Sejalan dengan Yusup (2012); Leistner (2010) juga mendefinisikan pengetahuan sebagai kumpulan pengalaman seseorang yang hanya ada pada pikiran seseorang. Ringkasnya, pengetahuan adalah kumpulan pengalaman, nilai dan informasi yang

(13)

kontekstual yang menyediakan kerangka evaluasi dan hubungan dengan pengalaman dan informasi baru.

Pengetahuan dibedakan menjadi dua jenis yaitu: tacit knowledge dan explicit knowledge (Yusup, 2012; Hara, 2009). Jenis pengatahuan tacit adalah pengetahuan yang masih tersembunyi, masih dibatinkan oleh orang, masih dalam bentuk ide, pemikiran dan sifatnya masih personal. Sementara pengetahuan explicit adalah pengetahuan yang sudah dalam bentuk terdokumentasikan, sudah direkam dalam berbagai bentuk alat perekan, bisa ditransmisikan, bisa dibagi, diperbanyak dan dihitung secara tertentu jika sudah diwadahi dalam kemasan-kemasan tertentu. Buku, makalah, majalah, rekaman digital, rekaman audio , dan lain-lain adalah bentuk-bentuk media untuk menyimpan pengetahuan dalam bentuk eksplisit.

Pengetahuan eksplisit dalam bentuknya yang nyata mudah dibagikan dan disebarkan terutama dalam media teknologi informasi. Pengetahuan eksplisit mudah dikodifikasikan dan disimpan dalam repositori dan kemudian diindeks untuk akhirnya di gunakan kembali.

Berbeda dengan pengetahuan tacit, sifatnya yang sangat personal dan susah untuk diformulasikan dan untuk itu sulit untuk dikomunikasikan atau dibagi dengan yang lain. Berikut adalah visualisasi dari karakteristik pengetahuan.

Tabel 1 Karakteristik Pengetahuan Pengetahuan Eksplisit Pengetahuan Tacit Dipindahkan dari penciptaan atau

penggunaan konteks asli

Kurang bisa dipahami dan diaplikasikan, sulit atau tidak bisa sepenuhnya dipahami orang lain

Diartikulasikan secara lebih precis dan formal. Hasil rekaman, teks, naskah dan lain-lain.

Sulit diartikulasikan dan dikomunikasikan kepada orang lain dengan hasil yang sama

Terdokumentasikan secara baik seperti rekaman tape, dokumen, buku dan naskah, dll.

Dikembangkan dari pengalaman dan kegiatan/aksi secara langsung, demonstrasi ahli dan sajian aksi tertentu oleh ahlinya

Dapat di share dengan menggunakan media teknologi seperti komputer, contohnya database, sistem berbagi informasi dengan hasil relatif sama

Biasanya di share melalui komunikasi interaktif yang sangat intens dan konteks tinggi, juga bisa di share melalui latihan praktis dengan panduan

(14)

ahlinya Contoh: karya sastra, buku pedoman

pelatihan, software komputer, dll.

Contoh: keahlian dalam memecahkan masalah, kemampuan menemukan masalah, antisipasi dan prediksi, kemampuan lobi dan kognisi, afeksi dan konasi secara integrasi

4. Berbagi Pengetahuan/Knowledge Sharing

Peran berbagi pengetahuan sangat penting bagi sebuah organisasi yang memunyai pandangan bahwa pengetahuan adalah aset untuk mewujudkan keunggulan kompetitif (King & He, 2011). Merujuk pada karakteristik pengetahuan yang sangat personal dan memiliki nilai guna yang sangat tinggi maka, pengetahuan dianggap sebagai kekuatan oleh beberapa orang. Untuk itu mereka enggan membagikan pengetahuan mereka. Faktor motivasi intrinsik ( rasa nilai diri, norma sosial dan afiliasi sosial) dan ekstrinsik (kompensasi dan pengakuan) merupakan kemudi yang sangat berpengaruh terhadap berbagi pengetahuan (King & He, 2011). Sesuai dengan jenis pengetahuan tersebut, maka perilaku berbagi pengetahuan dapat dibedakan dalam bentuk tacit dan eksplisit.

Menurut Leistner (2010), berbagi pengetahuan selain dipengaruhi oleh motivasi seseorang juga sangat ditentukan oleh seorang inisiatif/fasilitator yang menjembatani dan mengatur kegiatan berbagi pengetahuan.

Leistner (2010) juga menambahkan bahwa selain peran fasilitator dalam berbagi, diperlukan juga peran dari marketing division, human resources division, information technology (IT) dan struktur organisasi. Bagi organisasi yang sudah memahami peranan modal intelektual dalam kemajuan organisasinya, tidak tanggung lagi untuk mengimpor eksternal konsultan untuk membantu aliran penegtahuan.

E. KESIMPULAN

Weblog merupakan media sosial yang berfungsi sebagai jurnal atau wadah untuk menuangkan ide, berita, maupun sebagai ajang promosi koleksi perpustakaan, user education, resensi buku, dan lain-lain yang dikelola secara periodik. Dengan kata lain, weblog dapat digunakan sebagai wadah untuk saling tukar informasi/pengetahuan, yang sering diistilahkan dengan istilah knowledge sharing.

(15)

Dengan terjalinnya pemustaka, pustakawan dan perpustakaan menjadi bagian yang terintegrasi dalam komunitas virtual, maka diharapkan perpustakaan dapat meningkatkan kualitasnya seiring dengan perkembangan ITC (Information Technology and Communication).

F. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN

Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan pelayanan perpustakaan di kabupaten buleleng dalam rangka menyikapi perkembangan teknologi dan informasi. Secara eksplisit dapat diuraikan manfaat kegiatan sebagai berikut.

1. Bagi pengelola perpustakaan, kegiatan pengabdian ini akan memberikan wawasan terhadap pemanfaatan weblog secara kreatif dalam berbagi pengetahuan seputar perpustakaan, agar informasi tersebut tersampaikan kepada pemustaka yang memerlukan. Sehingga, dalam knowledge sharing ini dapat memberikan layanan bimbingan rujukan referensi bagi siswa/pemustaka untuk memecahkan suatu masalah.

2. Bagi pemustaka, kegiatan pengabdian ini secara tidak langsung akan bermanfaat terutama dalam halpenyediaan layanan berbasis teknologi informasi. Hal ini sangat sesuai dengan karakteristik pemustaka sebagai digitalnatives yang menyukai segala sesuatu serba online, berjejaring dan interaktif.

3. Bagi perpustakaan, kegiatan pengabdian ini diharapkan bermanfaat dalam menghadapi persaingan global terutama dengan adanya kehadiran internet. Kekhawatiran perpustakaan akan ditinggalkan pemustaka dapat ditanggulangi melalui interaksi online yang dibangun dibawah group perpustakaan. Sehingga, sumber informasi yang dimiliki dapat berfungsi secara maksimal dalam membantu tugas siswa maupun guru.

G. DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Maria. 2009. Seri Belajar Sekejap: Menaikkan Page rank Blog. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Autry, Alex J dan Berge Zane. 2011. Digital Natives and Digital Immigrants: getting to know each other.USA: Emerald Group Publishing Limited.

(16)

Chennamaneni, Anitha. 2006. Determinants of Knowledge Sharing Behaviours: Developing and Testing an Integrated Theoretical Model. Published Dessertation. Proquest.

Cambridge Advanced Learner’s Dictionary Third Edison. 2010. Microsoft Corporation.

Encarta Encyclopedia. 2008. Microsoft Corporation.

Garofalo, Denise A. 2013. Building Communities: Social Networking for Academic Libraries.Chandos Publishing: New Delhi.

Hamad, I. 2010. Transformasi Kultural Menuju Masyarakat Informasi.Jurnal Dialog Kebijakan Publik. 10(35).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003.

Kindarto, Asdani. 2006. Tip Mudah Membuat Blog Bergaya dan Interaktif. Yogyakarta: Penerbit Andi.

King, William R dan He, Jun. 2010. Encyclopedia of Knowledge Management. New York: Information Science Reference.

Ladjamudin, A.B. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Leistner, Frank. 2010. Mastering Organizational Knowledge Flow: How to Make Knowledge Sharing Work. New Jersey: John Wiley &Sons Inc.

Mardina, Riana. 2011. Potensi Digital Natives dalam Representasi Literasi Informasi Multinedia Berbasis Web di Perguruan Tinggi. Jurnal Pustakawan Indonesia Vol.11 No.1.

Meriam Webster’s Collegiatte Dictionary. 2003. New York: Prentice Hall.

Milawati. 2011. Improvement Strategies of Library Usages at the Public Libraries. Jurnal Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Vol.7,No.2(14).

Prensky, Mark. 2001. Digital Natives and Digital Immigrants.

On The Horrizon Vol. 9 No 5.

Rao, K.Nageswara and Babu,KH. 2001. Role of Librarian in Internet and World Wide Web Environment. Information Science. Vol.4(1).

(17)

Soedibyo,N. 1987. Pengelolaan Perpustakaan (Jilid 1). Bandung: Penerbit Alumni.

UU RI No 43 tahun 2007. Jakarta: Depdiknas

Utami, Pramita. 2011. Pengembangan Program Notifikasi Berbasis Komputer untuk

Memperlancar Pengembalian Buku Pinjaman pada Perpustakaan Undiksha.Laporan Penelitian DIPA yang tidak dipublikasikan. Lembaga Penelitian UNDIKSHA.

Utami, Pramita. 2014. Pemanfaatan Jejaring Sosial Facebook dalam Information Sharing bagi Pengelola Perpustakaan di Kabupaten Buleleng. Laporan P2M yang tidak

dipublikasikan. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Undiksha.

Welnadi. 2010. Dinamika Informasi dan Hukum di Dunia Maya.Jurnal Dialog Kebijakan Publik. 10(8).

Wikipedia. 2011. Jejaring Sosial. www. Wikipedia.com. 2/7/2011 10:31 AM

Winjhoven, Fons. 1998. Knowledge Logistic in Bussinese Context: Analyzing and Diagnosing Knowledge Sharing by Logistics Concepts. Knowledge and Process management. Vol.5 (3).

Yusup, P. M. 2012. Perspektif Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi, Pendidikan dan Perpustakaan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Zaki, Ali. 2008. Optimasi Blogging. Jakarta: Elexmedia komputindo.

Gambar

Tabel 3.1 Aspek dan Instrumen Evaluasi
Tabel 1 Karakteristik Pengetahuan  Pengetahuan Eksplisit  Pengetahuan Tacit  Dipindahkan  dari  penciptaan  atau

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa penelitian seperti [2], [3], dan [4] menunjukkan hasil yang mengejutkan, beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa tanpa adanya modifikasi pada SCTP, maka

Sehubungan dengan hasil di atas, maka model pembelajaran ini dinilai cukup efektif serta efisien diterapkan dalam mengajar khususnya pada bidang studi IPS, karena dapat

Pada penelitian ini peneliti berupaya untuk menghasilkan bahan ajar yang mampu mendorong peserta didik dalam memahami materi pendekatan geografi sebagai salah satu

Dalam keseharian norma ada dua yaitu nilai baik dan nilai buruk, nilai baik jika buruk jika perbuatan itu baik, nilai buruk jika perbuatan itu buruk. Penilaian itu bersifat

Laporan Kegiatan yang telah dilakukan oleh kami Fakultas Hukum Universitas Boyolali dalam Upaya edukasi, kewaspadaan, pencegahan dan pengendalian COVID-19 di Desa

Dilihat dari kategori tingkat konsumsi zat gizi, sebagian besar remaja vegetarian dan nonvegetarian berada pada kategori tingkat konsumsi zat gizi (energi, protein, kalsium,

• Pasien dengan efek samping berat atau serius dan pasien yang tidak menunjukkan perbaikan setelah penanganan efek samping ringan atau sedang harus segera

Pastor Marcus Schäfer sudah melayani lebih dari 10 tahun di FeG Moabit, tetapi baru mulai dekat dengan jemaat Imanuel semenjak beberapa tahun terakhir ini, ketika kita sedang