• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PATTINGALLOANG Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PATTINGALLOANG Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pemikiran dan Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.2 April-Juni 2018, 108-116 | 108 Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Peserta Didik Kelas VI SLB Negeri 1 Takalar

Amiruddin Guru SLB Negeri 1 Takalar Email: amiruddin12@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI SLB Negeri 1 Takalar. melalui model kooperatif tipe STAD. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar dengan jumlah peserta didik 23 orang yang terdiri dari 11 orang peserta didik Laki dan 12 orang peserta didik perempuan tahun pelajaran 2016/2017.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dilakukan 2 kali pertemuan dan siklus II juga dilakukan 2 kali pertemuan, yang dilakukan selama 2 bulan dan ditambah dengan merangkum semua hasil penelitian yang ada. Hasilnya peningkatan belajar peserta didik melalui model kooperatif tipe STAD ini adalah (i) Tingkat hasil belajar peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar.pada siklus I (Tindakan I dan Tindakan II), masuk dalam kategori sedang dengan jumlah nilai rata-rata 68 sedangkan pada siklus II (Tindakan I dan Tindakan II), mengalami kemajuan dengan kategori tinggi dengan nilai rata-rata 85, (ii) Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar melalui model kooperatif tipe STAD, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Sehubungan dengan hasil di atas, maka model pembelajaran ini dinilai cukup efektif serta efisien diterapkan dalam mengajar khususnya pada bidang studi IPS, karena dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik dalam mengerjakan tugas-tugasnya di sekolah maupun berusaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk selalu mencoba (bereksperimen) dalam setiap kegiatan belajarnya sehingga dapat lebih termotivasi lagi untuk meraih hasil belajar serta prestasi yang maksimal.

Abstract

This research is a classroom action research which aims to improve the learning outcomes of class VI students at SLB Negeri 1 Takalar. through the STAD type cooperative model. The subjects of this study were students of class VI TD SLB 1 Takalar with 23 students consisting of 11 male students and 12 female students in 2016/2017 academic year.

This research was conducted in two cycles, namely the first cycle was carried out 2 meetings and the second cycle was also conducted two meetings, which were conducted for 2 months and added by summarizing all the results of existing research. Learn the improvement of student learning through the cooperative type STAD model is (i) The level of learning outcomes of students of class VI TD SLB 1 Takalar. In the first cycle (Actions I and Actions II), included in the medium category with an average value of 68 While in the second cycle (Actions I and Actions II), improvements in the high category with an average value of 85, (ii) Related to the increase in learning outcomes of students of class VI TD SLB 1 Takalar through cooperative type STAD models, both professional and quantitative .

In connection with the results above, this learning model is quite effective and efficient applied in special teaching in IPS studios, because it can improve learning outcomes of students both in doing their tasks in school and helping to provide assistance to students to be able to try (experiment) in each learning activity so they can be more motivated to get maximum learning outcomes and achievements.

(2)

Pemikiran dan Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.2 April-Juni 2018, 108-116 | 208 A. Pendahuluan

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu menerapkan konsep IPS dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi warga Negara yang baik, cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Luar Biasa (SLB) mencakup tiga kompnen yakni sejarah, geografi dan ekonomi. Ketiga komponen IPS ini dibelajarkan di SD/SLB secara terintegrasi.

Upaya guru tersebut dilakukan dengan cara memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak peserta didik untuk belajar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri. Hal tersebut selaras dengan pendapat Gardner bahwa setiap anak secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujud dengan cara yang berbeda-beda. Implementasinya adalah setiap manusia memiliki gaya belajar yang unik, dan setiap manusia memiliki kekuatan sendiri dalam belajar. Dengan demikian peranan guru hanya terbatas pada pemberian rangsangan kepada peserta didik agar ia dapat mencapai tingkat tertinggi, namun harus diupayakan peserta didik sendiri yang mencapai tingkatan tertinggi itu dengan cara dan gayanya.

Terdapat anggapan umum bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan kesanggupan peserta didik untuk menguasainya. Namun kenyataannya sebagian besar lulusan SD/SLB khususnya SLB Negeri 1 Takalar

tidak memahami konsep IPS. Hasil pretest pada peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar tahun pembelajaran 2016/2017 pada Kompetensi Dasar (KD) letak Indonesia sangat memprihatinkan. Untuk itu penulis berusaha mencari solusi untuk memecahma persoalan tersebut. Penulis mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan tipe dimana peserta didik dapat bekerja sama, saling membantu belajar informasi atau keterampilan dan adanya sistem pembelajaran dari peningkatan individu dengan bekerjasama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola belajar dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe ini memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi peserta didik lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Bertitik tolak pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini, Bagaimana menerapkan model kooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievement Divisions) untuk

meningkatkan hasil belajar IPS pada peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar

Kajian Pustaka, Kerangka Pikir Dan Hipotesis

A. Kajian Pustaka

1. Proses Belajar

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang yang dilandasi dengan adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Depdiknas (2006:49), adalah merupakan bidang studi yang memfokuskan pada

(3)

Pemikiran dan Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.2 April-Juni 2018, 108-116 | 308 pembentukan warganegara yang

memahami dan mampu menerapkan konsep IPS dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi warga Negara yang baik, cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pembelajaran IPS di SD/SLB terdiri atas tiga komponen yaitu sejarah, geografi dan ekonomi yang dibelajarkan secara terintegrasi. Ketiga komponen ini diberikan oleh guru untuk memberikan pemahaman konsep kepada peserta didik untuk mampu diterapkan di tengah masyarakat agar menjadi warga negara yang bertanggungjawab.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyanti dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi peserta didik dan dari sisi guru. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotor.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Hasil Belajar

Hardianto (dalam Darmadji, 2007:28) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 2 macam yaitu:

1. Faktor biologis, misalnya anak yang lemah atau sering sakit tentu tidak dapat belajar dengan baik. Peserta didik yang bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar sehingga hasil atau proses belajarnya akan berkurang. Begitupun peserta didik yang lemah fisik atau cacat jasmani yang lain, pendengaran kurang jelas, dan penglihatan kurang terang.

2. Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar atau prestasi peserta didik antara lain: a). Intelegensi, b). Bakat,

c). Minat, d). Motivasi Psikis yang lain.

4. Model Pembelajaran

Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah model dari bumi tempat kita berpijak. Istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancangan pengajaran dari para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Sehingga aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

5. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Anita lie (dalam Isjoni 2010: 16) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan peserta didik lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD

Menurut Slavin (Ratumanan, 2004: 136) STAD terdiri dari lima komponen utama sebagi berikut:

1. Persentase kelas

Materi dalam STAD disampaikan pada persentase kelas. Presentase kelas ini biasanya menggunakan

(4)

Pemikiran dan Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.2 April-Juni 2018, 108-116 | 408 pengajaran langsung atau

diskusi yang dipimpin guru. Presentase kelas dapat juga menggunakan audiovisual. 2. Kelompok

Kelompok dibentuk terdiri dari empat atau lima peserta didik. 3. Kuis (tes)

Setelah satu atau dua periode guru menyajikan materi dan satu atau dua periode kerja kelompok, peserta didik diberikan kuis individual. 4. Skor peningkatan individual

Ide ini dimaksudkan untuk memberikan setiap peserta didik tujuan yang dapat diperoleh jika ia bekerja keras dan melakukan lebih baik. Setiap peserta didik dapat memberikan konstribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam system skor, untuk itu peserta didik harus bekerja secara baik.

5. Penghargaan kelompok

Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata - rata skornya melampaui kriteri tertentu.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini dibahas hasil penelitian melalui penerapan model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar. Adapun yang dianalisis adalah hasil observasi guru dan peningkatan hasil belajar peserta didik dengan Materi Pokok letak Indonesia.

Deskripsi Hasil Penelitian Tentang Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik melalui Model Kooperatif Tipe STAD Kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar

Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran IPS peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar melalui model kooperatif tipe STAD mengikuti langkah berikut ini:

1. Menkaji kurikulum materi pelajaran IPS SLB Negeri 1 Takalar Kelas VI TD yang akan diajarkan pada penelitian ini. 2. Menentukan pokok bahasan yang

akan diajarkan.

3. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni RPP

4. Membuat format observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas.

5. Membuat tes b. Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran IPS dilakukan selama 2 kali pertemuan, setiap pertemuan dilakukan tahap-tahap berikut ini:

1. Guru membuka pelajaran 2. Guru melakukan apersepsi

3. Guru melaksanakan proses pembelajaran IPS dengan materi pokok Letak Indonesia melalui model kooperatif STAD, Dalam kegiatan ini, aktivitas-aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran diamati untuk mengetahui pemahaman selama pemberian tindakan.

4. Pemberian tugas untuk mengetahui pencapaian indikator hasil belajar setelah proses pembelajaran.

5. Pemberian PR untuk melatih peserta didik mengerjakan tugas 6. Perbaikan jawaban peserta didik

terhadap indikator yang belum dicapai di atas suatu tugas yang diberikan sampai indikator tersebut tercapai dan menuliskan komentar tentang kekurangan dalam kelebihan peserta didik terhadap tugas yang dikerjakan. 7. Tiap pertemuan guru mencatat

semua kejadian yang dianggap penting seperti kehadiran peserta

(5)

Pemikiran dan Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.2 April-Juni 2018, 108-116 | 508 didik dan keaktifan peserta didik

mengikuti pelajaran c. Observasi

Berdasarkan hasil observasi diperoleh gambaran bahwa: 1. Peserta didik yang menyimak dan

memperhatikan pengarahan guru dikategorikan rendah

2. Peserta didik memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan atas masalah dikategorikan rendah

3. Peserta didik menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat dikategorikan sangat rendah 4. Peserta didik yang aktif mencari

pemecahan masalah

dikategorikan sangat rendah. 5. Keaktifan peserta didik dalam

menyelesaikan masalah dan menyelesaikan tugas dikategorikan kurang.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan pada siklus I diketahui motivasi dan perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran masih kurang. Hal ini terlihat dari kurangnya perhatian serius dari peserta didik dalam menanggapi materi. Sikap peserta didik pada umumnya masih kurang memberikan tanggapan atau respon positif terhadap materi yang disajikan. Berdasarkan hasil observasi dari teman sejawat dan tanggapan /masukan mengenai model pengajaran ini, maka perlu dibenahi dan diperbaiki adalah:

1. Penguatan dan motivasi yang diberikan kepada peserta didik perlu ditingkatkan

2. Struktur kelas perlu diubah yaitu dengan membentuk tutor sebaya dalam setiap kelompok yang bisa membimbing temannya agar setiap peserta didik dapat termotivasi belajar

3. Peserta didik yang belum memahami materi perlu

mendapat bimbingan yang serius dari guru

4. Guru perlu meningkatkan pengawasan dan membantu peserta didik dalam memecahkan masalah pada setiap kelompok.

5. Guru harus memberikan kuis kepada peserta didik yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

6. Guru harus memberikan pujian bagi peserta didik yang berprestasi dan aktif dalam pembelajaran

Siklus II a. Perencanaan

1. Mengkaji materi pokok pembelajaran

2. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, yakni RPP

3. Membuat format observasi untuk melihat bagaimana kondisi proses pembelajaran di kelas

4. Menuyusun tes untuk evaluasi pada siklus II

5. Menunjuk peserta didik setiap kelompok sebagai tutor sebaya. b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran IPS dilakukan secara dua kali pertemuan, setiap pertemuan dilakukan melalui tahap-tahap berikut ini:

1. Guru membuka pelajaran 2. Guru melakukan apersepsi 3. Guru menyampaikan materi

pembelajaran.

4. Guru membentuk kelompok 5. Guru melaksnakan proses

pembelajaran IPS melalui penerapan model kooperatif tipe STAD Aktivitas-aktivitas mendidik proses pembelajaran diamati untuk mengetahui hasil belajar selama pemberian tindakan.

(6)

Pemikiran dan Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.2 April-Juni 2018, 108-116 | 608 6. Dalam menerapkan model

kooperatif STAD ini, guru melibatkan peserta didik secara langsung dan lebih aktif.

7. Pemberian tugas untuk mengetahui pencapaian indikator hasil belajar serta proses pembelajaran.

8. Pemberian PR untuk melatih peserta didik mengerjakan tugas.

9. Perbaikan jawaban peserta didik terhadap indikator yang belum dicapai melalui pemberian suatu tugas yang diberikan sampai indikator tersebut tercapai dan menuliskan kendala terutama kekurangan dan kelebihan peserta didik terhadap tugas yang dikerjakan.

c. Observasi

Berdasarkan hasil observasi diperoleh gambaran bahwa: 1. Peserta didik yang menyimak dan

memperhatikan pengarahan guru dikategorikan tinggi.

2. Peserta didik memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan atas masalah dikategorikan tinggi.

3. Peserta didik yang menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat dikategorikan tinggi.

4. Peserta didik yang aktif mencari

pemecahan masalah

dikategorikan tinggi atau meningkat.

5. Peserta didik dalam memahami masalah dikategorikan tinggi 6. Respon peserta didik terhadap

materi dikategorikan tinggi atau meningkat

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa motivasi, dan perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran ini meningkat. Hal ini terlihat perhatian serius dari peserta didik dalam menanggapi materi.

Sikap positif peserta didik dalam memberikan tanggapan atau respon terhadap materi yang disajikan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan kualitatif, terlihat bahwa pada dasarnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS dengan materi pokok Letak Indonesia. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan penguasaan pada materi yang disajikan dan menunjang prestasi belajar peserta didik pada bidang studi IPS serta memperkuat daya ingat peserta didik melalui model kooperatif tipe STAD, maka guru harus menerapkan hal berikut ini.

1. Guru memberikan apersepsi dan pemberian motivasi belajar

2. Guru mengidentifikasi masalah peserta didik secara menyeluruh dan membantu menyelesaikannya. 3. Guru membantu dan mengarahkan

peserta didik dalam pembelajaran melalui model kooperatif tipe STAD untuk memudahkan peserta didik memahami materi yang disajikan.

4. Guru memberikan gambaran kepada peserta didik tentang kegunaan belajar dalam kaitannya dengan kehidupan yang akan datang.

5. Guru membentuk kelompok belajar secara heterogen

6. Guru menerapkan pujian kepada peserta didik yang aktif dalam belajar.

7. Guru menerapkan hukuman positif kepada peserta didik yang tidak memperhatikan pelajaran.

8. Guru menerapkan penugasan kelompok dan menciptakan tutor sebaya dalam belajar

9. Struktur kelas harus diubah yang dapat menghilangkan kejenuhan.

(7)

Pemikiran dan Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.2 April-Juni 2018, 108-116 | 708 10.Guru memberikan kuis kepada

peserta didik yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPS pada peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar tahun pembelajaran 2016/2017 pada. Pada siklus I, hasil belajar peserta didik dalam belajar IPS peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar dikategorikan tinggi dan pada siklus II meningkat menjadi kategori sangat tinggi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa peningkatan hasil belajar IPS disebabkan oleh penerapan model kooperatif tipe STAD. Hal ini dinyatakan sebab model kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran IPS dinilai oleh peserta didik sangat menarik dan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Model kooperatif tipe STAD juga dianggap sebagai model pembelajaran yang efektif sehingga peserta didik bersemangat dalam belajar.

D. Simpulan dan Saran

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi pokok letak Indonesia pada peserta didik kelas VI TD SLB Negeri 1 Takalar tahun pembelajaran 2016/2017.

B. Saran

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI khususnya bidang studi IPS, maka melalui penelitian ini disarankan agar:

1. Para guru SD/SLB kelas VI khususnya pembelajaran bidang studi IPS sebaiknya menggunakan atau menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena sangat membantu untuk meningkatkan hasil belajar dan

ketertarikan peserta didik untuk menerima pelajaran.

2. Guru hendaknya mengadakan variasi mengajar khusunya dalam pembelajaran IPS karena variasi tersebut juga dapat menumbuhkan semangat dan motivasi belajar dan menghilangkan kejenuhan atau kebosanan bagi peserta didik atau peserta didik.

E. Daftar Pustaka

Abdullah, A. E. 1989. Pokok-pokok

layanan Bimbingan Belajar. FIP

IKIP Ujung Pandang: Ujung Pandang.

Abdurrahman, M. 1996. Pendidikan Bagi

Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Depdikbud.

Arikunto, S. 1999. Dasar-dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Ed. IV. Jakarta: Balai

pustaka.

Djamarah, S. B, A. Zain, 1995. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke

Cipta.

Gagne, R.M. (1970) The Condition of

Learning. New York Hort Rinehart,

and Winston, Inc. (Original work published 1965)

Hapiddin, A. 2009. Tata Cara Memasang

Instalasi Listrik di rumah. Jakarta :

Griya Kreasi.

Ibrahim, M., Faida, R., Muhammad, N., Ismano. 2000. Pembelajaran

Kooperatif. Pasat Sains dan

Matematika sekolah Program Pasca sarjana UNESA. Surabaya: University Press.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning

(efektivitas pembelajaran

kelompok). Bandung: Alfabeta.

Johnson & Johnson. 1994. Cooperative

Learning in the Classroom.

Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

(8)

Pemikiran dan Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.2 April-Juni 2018, 108-116 | 808 Lie, A. 2002. Cooperative Learning.

Jakarta: Grasindo.

Nasution, M. A. 2000. Didaktik Asas-Asas

Mengajar. Jakarta : PT. Bumi

Aksara.

Nur, M dan wikandari, P. R. 2000. Pengajaran Berpusat pada Peserta

didik dan Pendekatan

Konstruktivitas dalam Pengajaran.

Pusat Studi dan Matematika dan IPA Sekolah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rosdinar. 2003. Perbandingan Hasil

Belajar Biologi antara Metode

Ceramah dan Pembelajaran

Kooperatif Pendekatan STAD

Peserta didik Kelas II MTS Negeri

Model Makassar. Skripsi:

Universitas Negeri Makassar. Sadiman Arief. 1990. Media Pendidikan,

Pengertian Pengembangan dan

Pemanfaatan. Jakar-ta: Rajawali.

Sappewati. 2000. Perbedaan Hasil belajar Fisika Peserta didik Kelas II SMU Negeri I Polewali Antara Belajar Kelompok Kooperatif dan Belajar

Individual. Skripsi: Universitas

Negeri Makassar.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester

(SKS). Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta. Slavin, R. E. 1992. Cooperative Learning. USA: Allyn and Bacon.

Slavin. 1988. Educational Psychology. New Jersey: Prantice Hall.

Sup Sujana, Nana dan Rivai. 1987. Cara Belajar Peserta didik Aktif dalam

Proses Belajar- Mengajar.

Bandung: Sinar Baru.

arno, P. 2009. Pengantar Termofisika. Universitas Sanata Dharma.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Wahid, B dan Rahman, A. 2002.

Transformasi (Pembelajaran

Kooperatif dan Implementasinya di

Kelas). Jurnal Pendidikan MIPA.

Volume 6 Nomor 1. Januari, Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan yaitu tidak ada perbedaan signifikan pada kadar trigliserida berdasarkan domisili repsonden dengan nilai p= 0.154 yang artinya terdapat hubungan yang

Aturan Dan Tarif Reklame Billboard Bisnis Pajak Reklame Serta Tarif Neon Box Pengertian Pajak Reklame Dan Cara Perhitungannya Peraturan Daerah Kota Bekasi Syarat Pendaftaran

sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional (Cardenas, 1999). serratifolia memiliki senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas sebagai

Retractable landing light dirancang semaksimal mungkin dalam menerangi landasan ketika melakukan pendaratan, agar pesawat tidak keluar landasan pada

Kotler (1997) mengemukakan Pelayanan atau Service adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya

some questions to review the materials that had been learned. In the main activities of the teaching and learning process, the English teacher reviewed about a descriptive

Apakah ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) memiliki aktivitas antihiperpigmentasi secara in vivo pada kulit marmut belanda (Cavia porcellus) yang dipapar

[r]