• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurniawati P. Putri 1 dan/and Danu 1. Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 ; Telp Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kurniawati P. Putri 1 dan/and Danu 1. Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 ; Telp Bogor"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

89

(Stem Cutting Trials of Kilemo (Litsea cubeba L. Person)

at Some Media and Growth Regulator) Kurniawati P. Putri1 dan/and Danu1 1

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 ; Telp 0251 -8327768 Bogor

Email : niapurwaka@yahoo.co.id; danu_bptp@yahoo.co.id

ABSTRACT

The existence of kilemo (Litsea cubeba Persoon L.) in natural is decreasing by year. Meanwhile, plant propagation by seed is not easy. Vegetative propagation by stem cutting is an alternative solution. The research objective is to identify the influence of media and IBA growth regulators on rooting of kilemo stem cuttings. The study design was a completely randomized design (CRD) factorial with 2 factors, media cuttings (coco peat + rice husk (2:1, v / v); coco peat + rice husk charcoal (2:1, v / v ); sands) and concentration of IBA plant growth regulator (0 ppm, 750 ppm, 1500 ppm). Each treatment was replicated 4 times and each replication consists of 20 cuttings. The results showed that the interaction of rooting medium and IBA plant growth regulator significantly effect stem cutting shoot growth. Best shoot growth occurred in stem cuttings using PGR 750 ppm IBA and grown in sand (12.5 cm) but not significantly different to the one without PGR. The sand media hold equal capacity to coco peat and rice husk (2:1 / v / v) as well as coco peat and rice husk charcoal (2:1; v / v) mixed media for rooting media of kilemo stem cuttings. Provision of IBA plant growth regulators at 750 ppm and 1500 ppm were not able to improve the success of rooting of the kilemo stem cuttings.

Keywords: Litsea cubeba, media, growth regulators, shoot cuttings

ABSTRAK

Keberadaan tanaman kilemo (Litsea cubeba L. Persoon) di alam semakin berkurang setiap tahunnya. Sementara itu, perbanyakan tanaman dengan biji masih terkendala dalam proses perkecambahannya. Teknik perbanyakan secara vegetatif stek menjadi salah satu alternatif pemecahannya. Tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi pengaruh media dan zat pengatur tumbuh IBA terhadap perakaran stek pucuk kilemo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor yaitu media stek ((kokopit+sekam padi (2:1,v/v); kokopit +arang sekam padi (2:1,v/v); pasir) dan konsentrasi ZPT IBA (0 ppm; 750 ppm; 1500 ppm). Setiap perlakuan diulang 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari 20 stek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi media perakaran dan ZPT IBA berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tunas stek. Panjang tunas terbaik terjadi pada stek yang menggunakan ZPT IBA 750 ppm dan ditumbuhkan pada media pasir (12,5 cm) tapi tidak berbeda nyata dengan tanpa penggunaan ZPT. Media pasir memiliki kemampuan yang sama dengan media campuran kokopit dan sekam padi (2:1/v/v) maupun media campuran kokopit dan arang sekam padi (2:1; v/v) sebagai media perakaran stek kilemo.. Pemberian zat pengatur tumbuh IBA 750 ppm dan 1500 ppm belum dapat meningkatkan keberhasilan perakaran stek kilemo.

Kata kunci : Litsea cubeba, media, zat pengatur tumbuh, stek pucuk

I. PENDAHULUAN

Kilemo atau krangean (Litsea cubeba L. Person) dari anggota famili Lauraceae merupakan tumbuhan penghasil minyak atsiri potensial, karena semua bagian pohon yaitu buah, daun, kulit kayu dan akar dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku minyak atsiri dengan baunya yang harum seperti bau tanaman jeruk. Minyak atsiri dari bagian buahnya banyak mengandung sitral (70 – 85 %) (Lin, 1983). Minyak atsiri ini dibutuhkan

(2)

Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 89-97

90

untuk keperluan industri seperti bahan kosmetik (aromaterapi), sabun, minyak wangi, pembersih kulit, obat jerawat, serta diyakini memiliki unsur karsinostatic (zat anti kanker). Namun saat ini keberadaan tumbuhan kilemo di alam semakin mengkhawatirkan. Terkait dengan puncak musim berbuah yang hanya 1 (satu) bulan dan benih kilemo yang memiliki kendala dalam proses kecepatan perkecambahan, maka diperlukan teknologi penyediaan bibit yang tepat. Perendaman biji kilemo sebelum dikecambahkan dalam larutan asam giberelin (GA3) dengan konsentrasi 200 ppm selama 48 jam karena benih kilemo akan mulai berkecambah pada hari ke 21 dengan persen perkecambahan sebesar 81 % (Ali dan Rostiwati, 2011).

Teknik perbanyakan kilemo lainnya yang dapat dipilih adalah dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman. Perbanyakan vegetatif merupakan teknik pengadaan bibit yang prospektif untuk diterapkan karena dapat menghasilkan bibit tanaman yang sempurna dalam jumlah banyak dan relatif seragam dalam umur, tinggi tanaman dan mempunyai sifat-sifat unggul seperti tanaman induknya. Danu dan Kurniaty (2012) menyebutkan bahwa kilemo dapat diperbanyak dengan vegetatif stek, walaupun persen berakarnya masih rendah. Media perakaran stek menggunakan campuran sekam dan kokopit (1:1, v/v) dengan zat pengatur tumbuh IBA konsentrasi 1000 ppm dapat meningkatkan jumlah akar stek kilemo yang dihasilkan.

Pertumbuhan stek dipengaruhi oleh interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik terutama adalah ketersediaan hormon endogen (auksin) dan kandungan cadangan makanan dalam jaringan stek (Hartmann et al., 1997). Tingkat ketersediaan hormon auksin menentukan kemampuan pembentukan akar stek. Sehingga untuk meningkatkan pertumbuhan akar stek dapat dilakukan penambahan hormon tumbuh auksin buatan dari luar seperti: IBA (indole butyric acid), IAA (indole acetic acid), NAA (naphthalene acetic acid) dan IPA (indole propionic acid) (Hartmann et al., 1997). Media tumbuh terutama sifat fisik tanah merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan akar stek. Media tumbuh yang baik harus dapat menahan air dan kelembaban tanah, mempunyai aerasi yang baik serta bebas dari jamur dan patogen (Rochiman dan Harjadi, 1973). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi pengaruh media dan zat pengatur tumbuh IBA terhadap perakaran stek pucuk kilemo.

II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Stasiun Penelitian Nagrak – Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2012.

B. Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan antara lain: tunas dari anakan alam yang diperoleh dari kawasan Gunung Tangkuban Perahu, Bandung Jawa Barat. Bahan-bahan lain yang digunakan dalam penelitian antara lain zat pengatur tumbuh IBA (indole butiryc acid), alkohol 96 %, NaOH, aquades, pasir, tanah, sekam padi, arang sekam padi dan serbuk sabut kelapa (cocopeat). Alat yang digunakan antara lain: rumah pengakaran, potray, sungkup plastik, gunting stek, ember, timbangan, oven, desikator, alat ukur dan alat-alat tulis.

(3)

91

C. Metode Penelitian

1. Bahan stek pucuk kilemo dipotong sepanjang 10 – 15 cm atau minimal terdapat 2 – 3 ruas daun (nodul). Daun-daun pada bahan stek tersebut dikurangi hingga tersisa 2-3 daun kemudian daun yang tersisa tersebut dipotong 1/3 bagiannya. Selanjutnya bahan stek direndam dalam larutan zat pengatur tumbuh (ZPT) IBA selama 10 menit. ZPT IBA tersebut sebelumnya telah dilarutkan dengan NaOH 1%, lalu dicampurkan ke dalam air suling sebanyak satu liter.

2. Stek yang telah direndam tersebut kemudian ditanam pada media tanam yang telah disiapkan. Pengakaran stek dilakukan pada wadah potray ukuran 4,5 cm X 4,5 cm X 12 cm yang diletakkan dalam sungkup plastik yang disimpan di rumah kaca dengan sistem pendingin (cooling system) atau rumah pengkabutan KOFFCO.

3. Untuk menghidari kekeringan, maka sebelum penanaman dilakukan penyiraman terhadap media stek hingga jenuh. Penyiraman stek dalam sungkup plastik di rumah pengkabutan KOFFCO dilakukan 3 hari sekali pada minggu pertama, kemudian seminggu sekali pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4 dan selanjutnya penyiraman dilakukan setiap bulan hingga stek siap untuk dipindah ke lapangan (aklimatisasi).

D. Analisis Kandungan Kimia Bahan Stek dan Analisis Media Stek

Analisis kandungan kimia dilakukan pada unsur-unsur yang dianggap dominan terhadap pembentukan perakaran stek yaitu di antaranya adalah auksin, karbohidrat, C-organik, dan nitrogen. Pengujian kandungan kimia dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Badan Litbang Pertanian.

Analisis media stek dilakukan di laboratorium tanah SEAMEO-BIOTROP, meliputi: bulk density (kerapatan lindak), ruang pori dan kadar air tanah. Bulk density dihitung berdasarkan berat kering tanah dibagi volume (g/cc). Pengeringan dilakukan dengan menggunakan gravimetri pada suhu 105o C ± 3o C selama 24 jam. Ruang pori total media dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100 65 , 2 ) 65 , 2 ( x y BulkDensit otal RuangPoriT  

Kadar air media diukur dengan menggunakan alat Pressure Plate Apparatus pada tekanan pF (log tinggi air) 1, pF 2, pF 2,54 (kapasitas lapang), dan pF 4,20 (titik layu permanen). Air tersedia dalam media (% vol) merupakan hasil perhitungan dari kadar air media pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air media pada titik layu permanen. Pori drainase cepat (% vol) adalah hasil perhitungan dari ruang pori total dikurangi dengan kadar air media pada pF 2,00. Pori drainase lambat merupakan hasil perhitungan dari kadar air media pada pF 2,00 dikurangi dengan kadar air media pada kapasitas lapang (pF 2,54) (Hardjowigeno, 2003).

E. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi ZPT IBA (0 ppm; 750 ppm; 1500 ppm) dan media stek (kokopit+sekam padi (2:1); kokopit +arang sekam padi (2:1); pasir). Setiap perlakuan diulang 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari 20 stek. Respon pertumbuhan yang diamati meliputi: persentase hidup, jumlah akar, panjang akar, panjang tunas dan biomassa akar dan tunas

Data hasil pengamatan kemudian dianalisis dengan analisis keragaman. Data terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data. Apabila hasil analisis uji-F menunjukkan

(4)

Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 89-97

92

perbedaan diantara perlakuan yang diujikan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis sidik ragam pertumbuhan stek kilemo (Lampiran 1) menunjukkan bahwa interaksi antara media perakaran stek dan IBA berpengaruh nyata terhadap panjang tunas stek kilemo. Perlakuan tunggal media berpengaruh nyata terhadap pesen hidup, panjang tunas, panjang akar dan jumlah akar, sedangkan faktor tunggal IBA tidak berpengaruh nyata terhadap semua respon pertumbuhan yang diamati. Hasil uji lanjut DMRT interaksi media perakaran stek dan IBA terhadap panjang tunas disajikan pada Tabel 1. Hasil uji lanjut DMRT perlakuan tunggal media perakaran stek terhadap pesen hidup, panjang tunas, panjang akar dan jumlah akar disajikan pada Tabel 2.

Tabel (Table) 1. Pengaruh interaksi media perakaran stek dan ZPT IBA terhadap rata-rata panjang tunas stek kilemo (The effect of cutting media and IBA growth regulator interaction on shoot length of

kilemo cutting)

Interaksi media dan ZPT IBA (Interaction of media and IBA)

Panjang tunas (Shoot length) (cm) Pasir X IBA 750 ppm (Sand X IBA 750 ppm) 12,5 a Pasir X IBA 0 ppm (Sand X IBA 0 ppm) 10,3 ab Pasir X IBA 1.500 ppm (Sand X IBA 1.500 ppm) 8,4 bc

kokopit+arang sekam padi X IBA 750 ppm

(Cocopeat+husk rice charcoal X IBA 750 ppm) 5,0 cd

Kokopit+sekam padi X IBA 1500 ppm

(Cocopeat+husk rice X IBA 1.500 ppm) 3,9 d

Kokopit+sekam padi X IBA 0 ppm

(Cocopeat+husk rice X IBA 0 ppm) 3,4 d

Kokopit+sekam padi X IBA 750 ppm

(Cocopeat+husk rice X IBA 750 ppm) 2,6 d

Kokopit+arang sekam padi X IBA 1500 ppm

(Cocopeat+husk rice charcoal X IBA 1.500 ppm) 2,0 d

Keterangan (Remarks): Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (Values followed by the same letters indicated not significantly different at a level 95 % based on the Duncan’s Multiple Range Test)

Hasil uji DMRT (Tabel 1) menunjukkan interaksi penggunaan media pasir dengan pemberian IBA 750 ppm pada stek kilemo menghasilkan pertumbuhan panjang tunas terbesar di antara semua perlakuan yaitu rata-rata 12,5 cm. Namun hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan interaksi pemberian IBA 0 ppm pada stek kilemo yang menggunakan media pasir (10,3 cm). Dari penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman kilemo dapat diperbanyak dengan stek tanpa menggunakan zat pengatur tumbuh dari luar.

(5)

93

Tabel (Table) 2. Pengaruh media stek terhadap persentase berakar dan perakaran stek kilemo (The effect of

cutting media on root percentage and rooting of kilemo cutting)

Media stek (Cutting

Media ) Persen akar (Root percentage) Panjang tunas (Shoot length) Panjang akar (Root length) Jumlah akar (Number of roots) Biomasa tunas (Shoot biomass) Biomasa akar (root biomass)

Kokopit +sekam padi

(Cocopeat : husk rice) 15,6 a 3,3 b 6,8 b 6 a 0.0298 a 0.0475 a

Kokopit : arang sekam padi (Cocopeat : rice

husk charcoal)

3,9 b 4,3 b 8,1 ab 4 b 0.0322 a 0.0547 a

Pasir (Sand) 11,1 ab 10,1 a 11,2 a 5 ab 0.0223 a 0.0751 a

Keterangan (Remarks): Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (Values

followed by the same letters on column indicated not significantly different at a level 95 % based on the Duncan’s Multiple Range Test)

Hasil uji DMRT (Tabel 2) memperlihatkan bahwa media pasir menghasilkan stek dengan pertumbuhan tunas terpanjang (10,1 cm). Selain itu media pasir juga menghasilkan akar stek terpanjang (11,2 cm), walaupun tidak berbeda dengan stek yang diakarkan pada media campuran kokopit dan arang sekam padi (2:1,v/v) yaitu 8,1 cm. Media campuran kokopit dan sekam padi menghasilkan persentase stek berakar dan jumlah akar terbanyak, namun tidak berbeda secara nyata dengan stek yang diakarkan pada media pasir.

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa media pasir dapat dimungkinkan untuk dipakai sebagai media perakaran stek kilemo karena dianggap lebih praktis dan cepat, walaupun menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan media lainnya yang diujikan. Pramono dan Khotimah (2008) menyatakan bahwa pasir telah digunakan secara luas sebagai media perakaran stek karena relatif murah, mudah tersedia dan bersih. Kelemahan dari penggunaan pasir sebagai media stek adalah ciri permeabilitas dan jumlah airnya rendah, sehingga pasir sebagai media membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih tinggi. Sedangkan Yasman dan Smits (1988); Wilson dan Stofella (2006) menyebutkan pasir sebagai media tanam sangat cocok untuk perakaran stek terutama dengan ukuran partikel pasir berkisar 0,05 – 2,0 mm.

Secara umum media pasir menunjukkan sifat fisik media yang berbeda dengan kedua media stek lainnya yang diujikan. Hasil analisis sifat fisika media (Tabel 3) diketahui media pasir memiliki nilai kerapatan lindak (bulk density) tertinggi (1,44 g/cm3) dengan nilai porositas terendah (44,87 %). Dengan demikian media pasir relatif lebih padat dibandingkan dengan media tanam lainnya, sehingga lebih sulit meneruskan air dan ditembus akar.

Selain itu pori drainase media pasir tertinggi (17,45 % vol) sehingga jumlah air tersedia juga rendah (5,21 % vol). Kemampuan media pasir dalam menyediakan air bagi tanaman tidak sebaik kedua media stek lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kapasitas lapang, titik layu permanen, air tersedia dan permeabilitasnya. Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media perakaran stek dari pasir adalah penyaringan pasir untuk mendapatkan media stek yang tidak terlalu padat serta frekuensi penyiraman yang tidak tinggi.

(6)

Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 89-97

94

Tabel (Table) 3. Sifat fisik media stek kilemo (The physical characteristics of rooting media of kilemo

cutting)

Sifat fisik media

(Physical characteristics of media)

Media stek (Media of cutting) Serbuk sabut kelapa : sekam padi (2:1) (Cocopeat : rice husk) Serbuk sabut kelapa : arang sekam padi (2:1) (Cocopeat : rice husk charcoal) Pasir (Sand) Kerapatan lindak (Bulk density) (g/cc) 0,16 a 0,18 a 1,44 b

Kesarangan ruang pori total

(Porosity) (%) 90,10 a 89,30 a 44,87 b

Kadar air pada kapasitas lapang

(Moiture content) (% vol) 79,46 a 77,52 a 26,37 b

Kadar air pada titik layu permanen (Moisture content at permanent

wilting point) (% vol)

47,66 a 47,55 a 21,16 b

Pori drainase cepat

(Drainage pore) (% vol) 3,87 a 3,07 a 17,45 b

Jumlah air tersedia

(Available water capacity) (% vol) 31,80 a 29,97 a 5,21 b

Keterangan (Remarks): Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (Values

followed by the same letters on row indicated not significantly different at a level 95 % based on the Duncan’s Multiple Range Test)

Pemberian zat pengatur tumbuh dari golongan auksin sangat penting untuk menambah jumlah dan kualitas akar serta membentuk perakaran yang kompak (Macdonald, 1986). Namun pada penelitian ini penambahan zat pengatur tumbuh IBA 750 ppm dan 1.500 ppm pada stek kilemo belum dapat meningkatkan persentase berakar, panjang tunas, panjang akar, jumlah akar, biomassa tunas dan biomasa akar stek (Lampiran 1). Hal ini menunjukkan bahwa bahan stek kilemo memiliki kecukupan kandungan hormon endogen dan karbohidrat yang menjadikan stek mampu bertahan selama masa inisiasi akar primordial, sehingga bahan stek mampu menumbuhkan akar walaupun tanpa diberi zat pengatur tumbuh dari luar. Hasil analisis terhadap bahan kimia stek kilemo diketahui bahwa kandungan hormon endogen auksin sebesar 0,0112 % dengan kandungan karbohidrat sebesar 18,32 % dan nitrogen sebesar 3,19 %. Namun hasil tersebut berbeda dengan yang dihasilkan Danu dan Kurniaty (2012) yang mana zat pengatur tumbuh IBA 1000 ppm terbukti dapat menghasilkan jumlah akar stek kilemo sebanyak 18 buah.

Secara keseluruhan persentase tumbuh stek kilemo relatif sangat rendah yaitu berkisar 3,9 – 15,6 %, sedangkan Danu dan Kurniaty (2012) melaporkan bahwa persentase tumbuh stek kilemo dari anakan mencapai 52,78 %. Rendahnya persentase berakar yang dihasilkan dalam penelitian ini diduga berkaitan bahan stek yang berumur relative lebih muda, sehingga kandungan nitrogen dari bahan stek yang digunakan dalam penelitian ini lebih tinggi (3,19 %). Danu dan Kurniaty (2012) melaporkan bahwa kandungan nitrogen bahan stek kilemo sebesar 1,89 %, dengan karbon 71,90%. Peningkatan kadar nitrogen dalam jaringan tanaman yang digunakan dalam penyetekan akan menurunkan rasio karbon-nitrogen yang merupakan faktor penting dalam perakaran stek (Haissig, 1989; Hartmann et al., 1990). Kondisi nutrisi bahan stek yang terbaik untuk dapat menghasilkan

(7)

95 perakaran yang paling optimum adalah kadar nitrogen yang sedang dengan kandungan karbohidrat yang cukup (Haissig, 1989; Mason, 1989). Karena kandungan nitrogen yang tinggi dan karbohidrat yang cukup akan memproduksi akar sedikit dan menghasilkan tunas yang kuat (Koesriningrum dan Setyati, 1979 dalam Rosman et al., 2004).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Media pasir memiliki kemampuan yang sama dengan media campuran kokopit dan sekam padi (2:1,v/v) serta media campuran kokopit dan arang sekam padi (2:1;v/v) sebagai media perakaran stek kilemo.

2. Pemberian zat pemgatur tumbuh IBA sampai dengan konsentrasi 1500 ppm belum dapat meningkatkan persentase hidup, panjang tunas, panjang akar, jumlah akar, biomassa tunas dan biomassa akar stek kilemo.

B. Saran

Media pasir dapat digunakan dalam pengadaan bibit kilemo dengan teknik perbanyakan vegetatif secara stek, namun bibit yang sudah berakar perlu secepatnya disapih ke media semai.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, C. dan T. Rostiwati. (2011). Pengaruh hormon pertumbuhan dan senyawa nitrogen serta waktu perendaman terhadap perkecambahan lemo (Litsea cubeba). Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.

Baker, P.J. (1997). Seedling establishment and growth across forest type in an evergreeen deciduous forest mosaic in Western Thailand. Nat. Hist. Bull. Siam Soc. 45 : 17-41. Chalak L dan A. Elbitar . (2006). Micropropagtion of Capparis spinosa L. Subsp.

rupestris sibth. by Nodal Cutting. J of Biotech. 5: 555-558.

Chaturvedi, O. P. (1992). Vegetative propagation of Acacia auriculiformis By stem cuttings. Department of Forestry, Pajendra Agricultural University, Pusa (Samatispur), Bihar, India.

Danu dan R. Kurniaty. (2012). Perbanyakan tanaman kilemo (Litsea cubeba Persoon L.) dengan teknik stek pucuk. Tekno Hutan Tanaman Vol 5 (1) : 1- 6.

FAO. (1995). Flavours and fragrances of plant origin. Chapter 7. Litsea Cubeba Oil. Website http://www.fao.org/documents/show-cdr.asp/v5350e00.htm. Diakses tanggal 28 Oktober 2010.

Haissig, B.E. (1982). Carbohydrate and amino acid concentrations during adventitious root primordium development in Pinus banksiana Lamb. Cuttings. Forest Science 28 : 813-821.

Harbagung, R. Kurniaty dan C. Ali. (2009). Teknologi peningkatan produktifitas minyak atsiri kilemo (Litsea Cubeba L. Pearsoon.). Laporan Hasil Penelitian Program Insentif Diknas. (unpublish).

Hardjowigeno,H.S. (2003). Ilmu tanah. Cetakan kelima. Akademi Pressindo. Jakarta Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies and R.L. Geneve. (2002). Plant propagation :

principles and practices. Ed ke-6. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New Jersey. Krisnamoorthy, N.H. (1981). Plant growth substances including applications in

(8)

Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 89-97

96

Lakitan, B. (1996). Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lin, T.S. (1983). Variation in content and composition of essential oil from Litsea cubeba collected in different months. Bulletin of the Taiwan Forestry Research Institute No. 398. 9 pp.

Mason, W.L. (1989). Vegetative propagation of Hybrid Larch (Larix X eurolepis HENRY) using winter cuttings. For. Suppl. 62 : 189-197.

Oboho dan J. N. Iyadi. (2013). Rooting potential of mature stem cuttings of some forest tree species for vegetative propagation. J. Appl. & Nat. Sci. 5 (2) : 442-446.

Ors S. dan O. Anapali O. (2010). Effect of soil addition on physical properties of Perlite Baed Media and Stwbery cv. Camarosa Plant Growth. Scientific Res and essays 5: 3430- 3433.

Pramono, A.A. dan K. Khotimah. (2008). Pengaruh media dan waktu pengambilan stek terhadap perakaran stek Benuang Bini. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5 Suplemen (1) : 249-258.

Rostiwati, T., Y. Heryati., E. Karlina. dan I. Heriansyah. (2007). Analisa vegetasi kilemo di kawasan Tangkuban Perahu Cikole dan Kawasan Kawah Putih, Ciwidey, Jawa Barat. Laporan Perjalanan. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Bogor. Tidak diterbitkan. Rosman R., S Soemono dan Suhendra. (2004). Pengaruh konsentrasi dan frekwensi

pemberian pupuk daun terhadap pertumbuhan Panili di pembibitan. Website http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/ publikasi/bul.vol.15.no.2/3-rosihan-panili.pdf. Diakses tanggal 13 Desember 2014.

Si.LL., Y. Chen, X. Han, Z. Zhan, S Tian, Q. Cui dan Y. Wang. (2012). Chemical composition of essential oils of Litsea cubeba harvested from its distribution areas in China. Molecules 2012, 17, 7057-7066; doi:10.3390

Sri-Ngernyuang K., M. Kanzaki dan A. Itoh. 2007 . Seed production and dispersal of four Lauraceae species in a tropical lower Montane Forest, Northern Thailand. Maejo. Int. J. Sci. Tech. 2007 (01) : 73-87.

Suita, E., T. Suharti, A.R. Hidayat dan Suherman. (2013). Pengujian mutu fisik fisiologis dan penyimpanan benih jenis Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Kilemo (Litsea cubeba). Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Tidak diterbitkan.

Taghvaei M, H. Sadeghi dan M. Baghermiri. (2012). Interaction between the concentrations of growth regulators, type of cuttings and rooting medium of (Capparis spinosa L) cutting. International Journal of Agriculture: Research and Review. Vol. 2 (6) : 783-788.

Tsipouridis C, Thomidis T, Isaakidis A. (2003). Rooting of peach hardwood and semihardwood cuttings. Aust. J. Exp. Agric. 43:13-17.

Wilson SB dan PJ Stoffella. (2006). Using compost for container production of ornamental Wetland and flat wood species native to Florida. Native Plants J. 7: 293-300.

(9)

97 Lampiran (Apendix) 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh media perakaran dan konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA stek kilemo (Summarized of variance analysis the effect of media and IBA growth regulator hormone on kilemo cutting)

Sumber keragaman (Source of variance) F hit (F-Calculation) Persen hidup (Survival percentage) Panjang tunas (Shoot length) Panjang akar (Root length) Jumlah akar (Number of roots) Biomasa tunas (Shoot biomass) Biomasa akar (Root biomass)

Media (Media) (A) 5,42 * 53,95 * 6,41 * 4,32 * 1,42 tn 2,10 tn

Zat pengatur tumbuh IBA (IBA Growth

regulator hormone) (B) 1,91 tn 0,86 tn 0,04 tn 0,82 tn 0,28 tn 2,12 tn Interaksi (Interaction) (AXB) 0,31 tn 4,86 * 0,79 tn 3,22 tn 1,16 tn 4,07 tn

Keterangan (Remarks) : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (Not significantly different at 0.05

level) ; * = Berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (Significantly different at 0.05 level) ;

Referensi

Dokumen terkait

Server adalah source web service yang menyediakan layanan data yang bersumber dari database sedangkan client adalah source yang akan mengakses data yang diberikan

Paulus melihat bahwa banyak sekali bangsa Israel tidak memandang penting keistimewaan mereka sebagai umat, padahal sesungguhnya dengan sedikit kesadaran saja hal ini

Sebagai umat manusia 'iptaan Tuhan yang hidup di bumi, tidak lepas dari pergaulan baik dalam keluarga, masyarakat maupun sekolah. Agar pergaulan kita dapat abadi, kita harus

Menggunakan material yang proses produksinya memiliki sistem manajemen lingkungan sebesar minimum 30 % dari total biaya material yang digunakan. Menggunakan material yang

Pengaruh dari modifikasi ini adalah dapat dilihat pada Gambar 2, dimana basal spacing menunjukkan perubahan yang sangat berarti dengan penambahan CTAB, yaitu dari 1.35 nm

Untuk mengatasi masalah tersebut, dikembangkan sebuah aplikasi penerjemah teks dengan metode masukan yang mudah digunakan, yaitu dengan menggunakan kamera pada perangkat

Perusahaan melakukan klarifikasi dan negosiasi kepada customer untuk mendapat keputusan pemenang tender dalam pengerjaan project dari customer. Maka setelah

Risiko pada kegiatan servis berkala mobil di PT Genta Surya Mobilindo adalah tertimpa alat kerja, , terpeleset, adanya risiko kebakaran, tangan tersayat alat kerja yang tajam atau