• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Epidemiologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengantar Epidemiologi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Pengantar Epidemiologi

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan frekuensi. Model ekologi yang berbeda telah dipakai untuk menggambarkan hubungan timbal balik dari faktor – faktor ini yang berkaitan dengan pejamu, agent, dan lingkungan. Perubahan salah satu dari tiga komponen ini, yang disebut sebagai segitiga epidemiologi (trias epidemiology), akan mempengaruhi keseimbangan diantara komponen tersebut dan dengan demikian akan meningkatkan atau menurunkan frekuensi penyakit. Sehingga, penelitian tentang factor penyebab (etiologi) perkembangan dari penyakit merupakan salah satu orientasi utama epidemiologi atau ultimate goal of epidemiology. Perspektif yang lebih luas direfleksikan dalam suatu definisi epidemiologi yang lebih komprehensif yang dikemukakan oleh last (2001):

Studi tentang distribusi dan determinan kesehatan yang berkaitan dengan keadaan atau kejadian pada populasi tertentu dan aplikasi dari studi

tersebut untuk mengontrol masalah – masalah kesehatan. Kontribusi Epidemiologi Terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan

Manajemen Proses

Perencanaan Kontribusi Epdiemiologi Pendekatan Fungsional Pendekatan Proses 1 2 3 4 Planning Teknik Identifikasi Kebutuhan dan Masalah 1. Epidemiologi Deskriptif a. Person b. Place c. Time 2. Deskripsi masalah kesehatan dalam istilah mortalitas, morbiditas dan factor risiko

(2)

3. Demografi

4. Analisis etiologi (risk factors) Administrasi dan Politik Penetuan Prioritas Estimasi terhadap: 1. Magnitude of loss 2. Amenability untuk pencegahan atau reduksi 3. Ukuran – ukuran epidemiologi Penyusun Tujuan 1. Kuantifikasi tujuan 2. Kelayakan Implementasi aktifitas untuk mencapai tujuan 1. Alternative – alternative 2. Analisis cost benefit

Organizing

Mobilisasi dan koordinasi sumber daya

1. Monitoring program dan 2. Pemasaran

Directing

Coordinating

Controlling Teknik Evaluasi A. Uji klinik

B. Penilaian Outcome Perkembangan Epidemiologi

Dalam lingkungan rumah sakit, ilmu epidemiologi dapat menjembatani keinginan klinisi untuk menerapkan ilmu biomedik dan bioteknologi dalam pengambilan keputusan klinik dan keinginan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang efektif, efisien, dan terjangkau pada saat dibutuhkan.

Metode Epidemiologi

(3)

1. Metode pengukuran fenomena kesehatan: teknologi diagnostik klinik, biomedik, elektromedik, social – ekonomik dan perilaku. 2. Metode kuantitatif untuk mengidentifikasi pola kejadian dan

memperkirakan dampak suatu factor (dikenal sebagai risk factor) terhadap terjadinya penyakit.

3. Metode penelitian yang menyangkut rancangan pengamatan atau pengumpulan data dalam uji klini (randomized clinical trial), rancangan kohor, kasus – control, survai surveillance penyakit. Aplikasi Epidemiologi

Bagi manajer rumah sakit, sebagai pedang bermata dua. Pertama, Epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk melandasi pengambilan keputusan dalam pelayanan pasien oleh staf rumah sakit. Kedua, Epidemiologi digunakan untuk memantau pola penyakit di masyarakat yang mencerminkan kebutuhan dan permintaan masyarakat akan jenis – jenis pelayanan yang dapat di berikan oleh rumah sakit. Dukungan epidemiologi bagi Rumah Sakit, manajer rumah sakit dapat mengembangkan produk pelayanan secara berkesinambungan sesuai dengan permintaan pasar, mengingat peran epidemiologi untuk memantau dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan fungsinya sebagai market intelligence untuk terus menerus mengikuti situasi pasar bagi palyanan rumah sakit.

Proses Kebijakan Kesehatan dan Epidemiologi Apa itu kebijakan?

a. Kebijakan

“Policy” (kebijakan) adalah seperangkat panduan pengambilan keputusan. Walt (1994.42 – 3) membedakan antara systemic (macro) plicy, yang ditentukan dari karakteristik dasar sebuah populasi, dan sectoral (micro) policy, yang berfokus pada level keputusan yang lebih rendah.

(4)

Kebijakan publik merujuk pada kebijakan - kebijakan pemerintah.

2. Kebijakan kesehatan

Konsep WHO dimana kebijakan kesehatan masyarakat adalah :

"Puts health on the agenda of policy makers in all sectors and at all levels, directing them to be aware of

the health consequences of their decision and to accept their responsibilities for health" (World Health

Organization, 1986) b. Siapa yang membuat kebijakan

Pertama, pada sistem yang ektrim, sistem kebijakan unicentric dimana kebijakan ditentukan oleh suatu otoritas atau lembaga yang berwenang yaitu pemerintah secara umum. Kedua, pada ekstrim yang lain adalah sistem kebijakan multicentric, secara esensial merupakan marketplace, dimana banyak pihak yang terlibat. Ketiga, sistem kebijakan tipe intermediate adalah sistem plucentric dimana model ini merupakan sebuah jaringan (network). Keberhasilan kebijakan hanya dapat dicapai bila didukung sepenuhnya oleh para pelaku. Ini adalah "system policy neocorporatist" yang telah diterapkan di Jepang dan Jerman pada dekade ini.

c. Bagaimana kebijakan dibuat

Tiga model umum ("theories"), model yang pertama adalah "rational theory" (van der Grinten, 1996). Disebut juga "rational comprehensive" (Walt, 1994). Ini adalah pendekatan top - down dengan karakteristik perencanaan formal, dengan tujuan dan target. Pada model ini epidemiologi dapat berperan besar dalam membentuk perencanaan - perencanaan strategis. Model yang kedua adalah disjointed incrementalism (Braybrooka and Lindlom, 1963), juga disebut muddling through (Lindlom, 1959) atau garbage

(5)

can model (van der Grinten, 1996). Pendekatan ini adalah bottom - up dalam keadaan yang tidak stabil, situasi yang tidak diprediksi oleh banyak pelaku, masing – masing mempunyai power yang terbatas dan sedikit informasi, kondisi ini ditemukan pada sistem multicentric policy. Karakteristik yang ketiga, intermediate policy model adalah lebih bervariasi, seperti pada sistem kebijakan pluricentuic. Dunn (1981) merujuk pada bounded rationality dan constrained maximization, dikenal bahwa kapasitas untuk pembuatan kebijakan yang rasional adalah terbatas.

d. Siklus kebijakan

Walt (1994) menyajikan empat tahap proses kebijakan: 1. Identifikasi masalah dan pengenalan isu

2. Formulasi kebijakan 3. Implementasi kebijakan 4. Evaluasi kebijakan

e. Kebijakan dan Program – Program

Intrumen kebijakan yang aktual untuk implementasi di buat daftar oleh Pal (1992) sebagai berikut:

1. Nodality: kualitas dalam pusat jaringan informasi, misalnya penyebaran informasi dan konsultasi untuk menunda atau mengubah prioritas dan seberapa kuat untuk diupayakan menjadi keputusan legislasi dan regulasi.

2. Treasure: mengeluarkan tenaga, misalnya menyumbang bantuan – bantuan, asuransi dan pajak incentive kegiatan pembayaran.

3. Authority: pengendalian kegiatan meliputi legislasi, public regulasi, self regulasi dan saksi.

4. Organization: kegiatan pemerintahan melalui penyediaan secara langsung pelayanan, korporasi publik atau kerja sama. f. Studi kebijakan

(6)

Dunn (1981), menjelaskan ada tiga pendekatan dan enam prosedur analitik khusus yang digunakan dalam analisis kebijakan. Pendekatan empirik memperhatikan fakta termasuk monitoring kebijakan yang sudah selesai (deskripsi) dan meramalkan efek pada masa yang akan datang (prediksi). Pendekatan evaluative, memperhatikan nilai, seperti penggunaan kata; prosedur korespondensi yang dapat diterapkan pada saat yang lampau maupun kebijakan yang akan datang. Pendekatan normative mengandung rekomendasi untuk tindakan yang akan datang (prescription). Epidemiologi dan Kebijakan Kesehatan

Penyusunan informasi dalam hal ini membutuhkan kontribusi dari berbagai disiplin ilmu sosail, misalnya demografi, geografi, dan ekonomi, juga biologi, ilmu medik, khususnya epidemiologi.

a. Kontribusi Epidemiologi terhadap Kebijakan Kesehatan

Empat hal utama yang menjadi fokus, yaitu; population focus, health and prevention, health services, and health information. 1. Fokus Populasi

2. Kesehatan dan Pencegahan 3. Pelayanan Kesehatan

Epidemiologi memiliki peran yang besar dalam monitoring kualitas dan kuantitas perawatan kesehatan, khususnya dalam mengukur outcome kesehatan dan pelaksanaan evaluasi

4. Informasi Kesehatan

Epidemiologi dapat berkontribusi pada dua jenis informasi kesehatan yang dibutuhkan untuk pembuatan kebijakan kesehatan: (1) informasi deskriptif terhadap kesehatan populasi dan utilisasi pelayanan kesehatan, dan (2) informasi analitik terhadap penyebab masalah kesehatan dan efektifitas pelayanan kesehatan.

(7)

1. Assessment of population health

Ahli epidemiologi dapat berkontribusi terhadap konseptual dan pengukuran kesehatan menggunakan keahliannya dalam mengolah data kesehatan populasi.

2. Assessment of potentisl interventions

Ahli epidemiologi dapat mengevaluasi dan menyusun fakta berdasarkan efikasi intervensi yang potensial dan menilai efektifitasnya.

3. Policy choices

Ahli epidemiologi dapat memberi saran terhadap pencegahan penyakit, model dampak dari variasi intervensi terhadap kesehatan populasi secara keseluruhan, dan memberikan dasar tujuan dalam memilih prioritas diantara banyak pilihan.

4. Policy implementation

Ahli epidemiologi dapat berkontribusi dalam menyusun tujuan dan objective yang berarti, menyediakan dasat – dasar rasional untuk alokasi resoursis, dan memberi saran terhadap data yang dibutuhkan untuk mendukung evaluasi kebijakan.

5. Policy evaluation

Ahli epidemiologi dapat membantu mengembangkan desain riset yang valid dan reliable, dan dapat melaksanakan surveilens masalah kesehatan dan pelayanan kesehatan mendeteksi kejadian yang tidak biasa dan mengevaluasi variasi wilayah dalam pelayanan kesehatan.

c. Metode Epidemiologi yang Mana? (Spasoff, 1999) Dimensi Epidemiologi Etiologi Epidemiologi Kebijakan Pendekatan Kegunaan Kegiatan Data Analitik Mencari penyebab Proyek penelitian Baru Deskriptif; modeling Panduan kebijakan Riset sintesis & aplikasi yang ada

(8)

Substrat Time reference Validitas Klien Sampel Lampau Internal Saintist, praktisi Seluruh populasi yang akan datang Internal & Eksternal Pemerintah,

pengambil kebijakan

d. Keterbatasan Epidemiologi

Sebagai pengganti studi tunggal yang cepat dan studi yang buruk. Syme dan Guralik (1987) menganggap komplikasi dari epidemiologi ke kebijakan publik berasal dari (1) perbedaan interpretasi terhadap bukti yang ada; (2) berbagai perbedaan prioritas terhadap variasi intervensi; dan (3) perbedaan keinginan terhadap apakah intervensi sebaiknya pada level individu atau masyarakat.

e. Riset Epidemiologi Kebijakan

Epidemiologi kebijakan sesungguhnya adalah riset sebagai “a systematic process for generating new knowledge” (Walt, 1994). Topik ini menjadi relevan pada masyarakat dari pada riset epidemiologi, dan berkaitan dengan pengambil kebijakan lebih langsung.

Translasi Studi Epidemiologi Dalam Kebijakan Kesehatan Pertimbangan Kesehatan dan Sosial

Kesehatan adalah suatu konsep yang kompleks dan multidimensional yang berhubungan kedalam suatu keanekaragaman faktor fisik, mental dan sosial (WHO 1948, Aday 1994). Indikator fisik dan kesehatan mental berfokus pada tingkatan individu, dimana faktor sosial tergabung dalam konteks masyarakat yang lebih besar (contohnya Kebijakan Kesehatan) (Aday 1994).

Definisi – definisi

Kebijakan cenderung; untuk mengubah atau untuk kontrol yang sah, sosial ekonomi dan lingkungan fisik (Cheadle et 1992) dan mendukung tafsiran pada individu yang pengaruhnya sangat kuat pada sosial politik dan

(9)

lingkungan budaya mereka. Jaminan adalah menjamin fungsi kesehatan masyarakat untuk pelayanan kesehatan dan mendapat legislasi untuk bertemu termasuk persetujuan dan cita cita bersama.

Tujuan dan Pengaruh kebijakan kesehatan

1. Meningkatkan rentang untuk hidup sehat pada seluruh orang Amerika

2. Mengurangi perbedaan kesehatan antara orang – orang Amerika 3. Mencapai akses untuk pelayanan, pencegahan pada seluruh orang

Amerika

Pengawasan Lingkungan dan Risiko Dalam Pekerjaan

Hal yang tidak bisa dipungkiri pada kekuatan faktor yang telah dievaluasi:

a. Zat – zat kimia seperti: pestisida, bensin, dan vinyl chlorida b. Radiasi ionisasi, seperti: sinar X dan Radon

c. Listrik dan magnet dari ketinggian – tegangan tinggi d. Debu – debu, seperti: debu batu bata dan debu silica e. Alergi dan jamur, seperti: serbuk dan bulu binatang Mengurangi Faktor Risiko Pada Perilaku

Faktor risio ini dapat dipertimbangkan “Sukarelawan” yang sebahagian besar dari mereka berhubungan dengan praktik individu, kebiasaan dan kecanduan. Sebenarnya semua faktor ini mempunyai subjek pada kebijakan kesehatan untuk menurunkan risiko penyakit dan merubah lingkungan sosial secara menyeluruh.

Mengatur Obat – Obatan dan Perlengkapan Medis

Pengobatan yang berhasil untuk penyakit dalam keadaan yang bisa betul – betul dipengaruhi oleh pemberian izin dan pengaturan obat – obat baru.

Memperbaiki Pasien Masuk dan Kualitas Perawatan Kesehatan

Perubahan sistem pelayanan kesehatan bisa berdasar pada 3 komponen yang saling menguatkan:

(10)

1. Sosial, ekonomi dan pengaturan kebijakan pada promosi perilaku sehat untuk mendapatkan kecelakaan kerja, dan standar promosi hidup sehat termasuk perawatan medis

2. Sifat dasar masyarakat memerlukan pelayanan kesehatan masyarakat, memonitor indikator kesehatan, mendidik masyarakat tentang faktor risiko promosi perilaku sehat, mengurangi risiko udara, air, makanan, konsumen, tempat – tempat kerja dan kecelakaan dari tempat rekreasi.

3. Pelayananan pencegahan klinik, imunisasi, tes penyaringan dan konsul dokter dan profesi kesehatan lainnya.

Setting Untuk Membuat Kebijakan Kesehatan a. Pemerintah

Kebijakan kesehatan pemerintah yang tidak bisa dipengaruhi lebih dahulu oleh hukum hukum yang telah lalu pada bagian legislative, biasanya dari kebanyakan pemilihan antara orang – orang swasta. Peraturan yang biasanya tidak bisa dipengaruhi oleh badan badan eksekutif dengan pemerintah, sering diberi masukan dengan legislative (tapi tidak keliru).

b. Non pemerintah

Pengaruh sektor swasta, perusahaan perorangan dan perusahaan swasta main dalam aturan yang penting dalam batasan kebijakan kesehatan. Perusahaan perorangan dapat berpengaruh dalam masyarakat demokrasi dan masyarakat banyak dengan memberikan suara atau dengan menjadikan suatu pembelaan bagi issu kesehatan tertentu dan kebijakannya. Pengusaha dalam memberi pelayanan pada perawatan kesehatan bermain sangat penting dalam pembentukan kebijakan kesehatan dan berusaha untuk mencoba mempengaruhi pendapat masyarakat dan mempengaruhi para karyawan yang terseleksi.

(11)

Beberapa kebijakan informal dapat dijumpai diimplementasikan kedalam suatu Masyarakat tanpa perubahan dalam hukum dan aturan karyawan. Sering, aksi ini menjadi pemicu perubahan dalam norma sosial yaitu kebijakan “De Facto”.

Perlengkapan epidemiologi, proses dan aturan – aturan profesional

Pakar epidemiologi dan pembuat kebijakan kesehatan mempunyai beragam “perlengkapan” pada pemberian mereka yang dapat membantu menginformasikan proses perkembangan kebijakan. Banyak praktisi yang mungkin tidak mempunyai title “Ahli Epidemiologi” masih sering membuat suatu penilaian dengan menggunakan perlengkapan ini.

Surveilans kesehatan masyarakat

Sistem surveilans kesehatan masyarakat adalah komponen – komponen evaluasi, dan mempunyai beberapa karakteristik kunci. Hal ini termasuk koleksi data, analisis, dan interpretasi data dasar kesehatan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi praktek kesehatan masyarakat.

Penilaian risiko

Penilaian risiko kuantitatif menyediakan dasar teknik bagi pengaturan tentang keracunan (Hertz – Picciotto 1995). Penilaian risiko adalah proses batasan risiko untuk atribut kesehatan dalam lingkungan atau bahaya lainnya (WHO 1989).

Penilaian kesehatan “masyarakat”

Penilaian kesehatan masyarakat, suatu hubungan antara epidemiologi, ilmu perilaku, dan disiplin ilmu lainnya, yang mengandalkan data untuk membatasi masalah kesehatan masyarakat yang besar dan faktor faktor yang mempengaruhi masalah ini secara umum bersandar pada pengaturan data yang ada (contoh, data dari sensus, kematian, registrasi penyakit, survey faktor risiko perilaku) untuk memberikan suatu cross sectional “Potret” masyarakat.

(12)

Biaya efektifitas dan biaya keuntungan sama dengan teknik analisa yang mengizinkan suatu perbandingan efisiensi ekonomi dari berbagai perawatan kesehatan dan teknologi pencegahan. Biaya efektifitas membandingkan biaya moneter dari suatu intervensi pencegahan dengan beberapa ukuran dari hasil kesehatan (contoh, simpanan tahunan).

Meta analisis dan evidence syntesis

Lebih dari 2 dekade, meta – analisis telah berkembangan menggunakan penemuan hasil studi penelitian yang rangkap. Kontribusi dari meta – analisis telah menyediakan sistem yang sistematis, dapat dibalas, dan metode obyektif dari integritas penemuan studi perorangan. Panel ahli dan review ahli

Sebenarnya Perwakilan pemerintahan, dalam cabang eksekutif dan legislatif, kegunaan panel – panel ahli dan review ahli adalah ketika memeriksa studi epidemiologi dan hubungannya terhadap kebijakan kesehatan.

Aturan – Aturan Ahli Epidemiologi Pada Pembuatan Kebijakan Kesehatan Untuk mendukung aturan yang lebih aktif bagi ahli epidemiologi dalam proses pembuat kebijakan kesehatan, telah tersedia petunjuk:

1. Mengorganisasikan pengaruh partai partai dan sektor yang mengkolaborasikan pemerintah.

2. Warga aktif dengan pemerintah dalam issu – issu yang mempengaruhi kesehatannya.

3. Tanggung jawab berkomunikasi atas bahaya kesehatan

4. Menyatukan kekuatan dengan profesional lainnya untuk mendapatkan tujuannya

Data dan Alternatif Jalan Keluar Melakukan pengumpulan data

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data. Data adalah hasil dari suatu pengukuran dan ataupun pengamatan.

1. Jenis data

(13)

a. Data keadaan geografis

Data geografis yang penting adalah tentang luas dan betas – batas wilayah, keadaan tanah, keadaan iklim dan cuaca, keadaan flora, dan keadaan fauna.

b. Data pemerintah

Data yang dikumpulkan, yaitu tentang bentuk pemerintahan, peraturan perundang – undangan yang berlaku anggaran pendapatan dan belanja kesehatan, serta mekanisme dan proses pengambilan keputusan.

c. Data kependudukan

Data yang diperlukan antara lain tentang jumlah penjabaran (susunan umur, jenis kelamin, dan geografis), angka pertambahan serta angka kelahiran penduduk.

d. Data pendidikan

Data yang diperlukan antara lain tentang tingkat pendidikan penduduk serta fasilitas pendidikan yang tersedia

e. Data pekerjaan dan mata pencaharian

Data ini mengenai macam pekerjaan dan mata pencaharian penduduk, karena jenis pekerjaan cenderung mengakibatkan penyakit tertentu.

f. Data keadaan Sosial Budaya

Data tentang budaya meliputi pandangan, kebiasaan, larangan, dan anjuran yang ada kaitannya dengan bidang kesehatan termasuk di dalamnya soal – soal pengobatan tradisional, yang kesemuanya dapat dimanfaatkan atau dipertimbangkan dalam merencanakan program kesehatan.

g. Data keadaan Kesehatan

1. Data yang menunjukkan status kesehatan penduduk seperti, angka kematian (umum, bayi, ibu, dan penyakit tertentu), angka harapan hidup rata – rata,

(14)

2. Data yang menunjukkan kesehatan lingkungan pemukiman seperti persentase penduduk yang mempunyai sumber air bersih, mempunyai jamban, mempunyai tempat sampah, mempunyai rumah sehat, dll

3. Data yang menunjukkan jumlah fasilitas kesehatan, jumlah dokter, jumlah para medis, jumlah kunjungan, luas cakupan, dsb.

2. Sumber data

Sumber data secara umum dibagi atas 3 macam, yaitu primer misalnya wawancara langsung, sekunder misalnya laporan bulanan puskesmas, dan tertier misalnya hasil publikasi badan – badan resmi seperti Kantor Dinas Statistik, Dinas Kesehatan, dan Kantor Kabupaten.

Masalah

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sedemikian rupa sehingga jelas sifat yang dimilikinya. Cara pengolahan data dapat secara manual, mekanikal, serta elektrikal.

Menetapkan Prioritas Masalah

Dari sekian banyak masalah yang ada, tidak semua dapat diselesaikan karena:

1. Antar masalah mungkin terdapat keterkaitan, yang perlu diselesaikan hanya masalah pokok.

2. Kemampuan yang dimiliki oleh organisasi selalu dapat bersifat terbatas.

Makin penting masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya. Kelayakan teknologi menunjuk pada penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai

Menyusun Alternatif Jalan Keluar

Untuk menyusun alternatif jalan keluar digunakan berpikir kreatif (creative thinking). Salah satu teknik berpikir kreatif diantaranya dikenal dengan teknik analogi atau populer dengan sebutan “synectic Technique”.

(15)

Memilih Prioritas Jalan Keluar

Untuk memilih prioritas jalan keluar, dapat memakai teknik kriteri matriks, untuk ini ada 2 kriteria yang lazim digunakan, yaitu

1. Efektivitas Jalan Keluar 2. Efisiensi Jalan Keluar Melakukan Uji Lapangan

Uji lapangan ini dipandang penting karena sering ditemukan jala keluar yang di atas kertas baik, ternyata sulit dilaksanakan. Tujuan uji lapangan yakni untuk menilai berbagai faktor penopang dan faktor penghambat yang kiranya akan ditemukan, apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan

Menyusun Rencana Kerja Selengkapnya

Kemudian menyusun uraian rencana kerja dari prioritas jalan keluar secara lengkap yang terdiri dari:

1. Rumusan Masalah 2. Rumusan Misi

3. Rumusan Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus 4. Rumusan Kegiatan

5. Asumsi Perencanaan 6. Strategi Pendekatan 7. Kelompok Sasaran 8. Waktu

9. Organisasi dan Tenaga Pelaksana 10. Biaya

11. Metode Penilaian dan Kriteria Keberhasilan

Selanjutnya dilakukan penilaian, untuk melihat apakah tujuan tercapai atau tidak. Secara keseluruhan melaksanakan program sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Strategi Pembangunan Kesehatan Haluan Kesehatan

(16)

Pengembangan sumber daya manusia yang sehat dan produktif bukan saja perlu peningkatan upaya kesehatan yang produktif bukan saja perlu peningkatan upaya kesehatan yang ada, akan tetapi perlu juga re – orientasi upaya kesehatan nasional yang ada sekarang. Kebijakan tentang peningkatan pembinaan, perlindungan dan pengembangan kesehatan penduduk perlu disempurnakan.

WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan pendudukharus mengacu pada tiga hal sebagai berikut:

1. Melihat ada tidaknya kelainan pada patofisiologi pada seseorang 2. Mengukur kemampuan fisik seseorang seperta kemampuan aerobik,

ketahanan, kekuatan, dan kelenturan sesaui dengan umur.

3. Menanyakan pada yang bersangkutan bagaimana ia menilai atas kesehatan sendiri.

Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan maka memasuki era reformasi untuk Indonesia Baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya – upaya pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat Indonesia

“Paradigma berasal dari bahsa Yunani, mulanya serign digunakan dalam istilah keilmuan, sekarang ini sering digunakan dalam arti model, teori, konsep, persepsi, asumsi atau kerangka acuam dalam makna yang lebih populer dapat diartikan sebagai visi kita terhadap realitas”, sekilas kajian paradigma.

Konsep baru tentang makna sehat, konsep sehat sakit senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita tentang nilai, peran penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memili makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru. Program kesehatan yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih efektif

(17)

yaitu program kesehatan yang mempunyai model pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan. Orientasi baru upaya kesehatan adalah orientasi menyehatkan penduduk, suatu orientaso sehat positif, sebagai kebalikan dari atau mengembalikan sesuatu yang terjadi. Perubahan paradigma yang diutarakan oleh Bapak Menteri Kesehatan apabila dilaksanakan dapat membawa dampak yang cukup luas.

WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada empat hal sebagai berikut:

1. Melihat ada tidaknya kelainan patofisiologi seseorang 2. Mengukur kemampuan fisik

3. Penilaian atas kesehatan sendiri 4. Indeks masa tubuh (BMI)

Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat.

Masalah Kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik.

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Epidemiologi sering merupakan faktor penting yang mempengaruhi kebijakan publik, namun jarang merupakan faktor satu – satunya yang berpengaruh. Kebijakan publik merupakan determinan utama kesehatan masyarakat, kebijakan kesehatan masyarakat pada umumnya merujuk secara spesifik ke isu isu pelayanan kesehatan. Namun kesehatan depengaruhi oleh rentan, luas keputusan – keputusan kebijakan dan tidak hanya bidang medik semata – mata.

(18)

Model yang digunakan dalam mengambil kebijakan kesehatan yaitu, (1) model teknik, (2) model sistem dan (3) model sistem informasi. Perkembangan epidemiologi haruslah lebih intensive dan lebih mengikuti kegiatan mutakhir bidang kesehatan. Pada kenyataannya kebijakan kesehatan tergantung pada banyaknya faktor secara parsial yang dijelaskan pada aplikasi pengetahuan epidemiologi. Model – model ini menekankan pada gaya hidup, lingkungan dan biologi manusia pada kategori pentingnya persamaan pada sistem organisasi penaganan kesehatan.

1. Model ini adalah komprehensif, ada masalah kesehatan dapat dipecahkan pada suatu kombinasi dari empat divisi itu

2. Model ini memperbolehkan suatu sistem analisis dari suatu penyakit atau pola yang mungkin diuji di bawah empat divisi 3. Model ini mengizinkan langkah tindak lanjut subdivisi, contoh:

lingkungan adalah pembagian sub kedalaman fisik, sosial, dan psikologi.

4. Model ini menyediakan suatu prospektif baru pada kesehatan yang menciptakan pengenalan dan explorasi pada bagian yang diabaikan sebelumnya.

Aplikasi pada model – model ini mencakup 4 (empat) langkah yaitu sebagai berikut:

1. Seleksi pada penyakit yang berisiko tinggi dan kontribusi secara substansial pada semua mortalitas dan morbiditas

2. Proprosi alokasi pada faktor kontribusi pada penyakit untuk 4 elemen pada model epidemiologi

3. Proporsi alokasi pada total pengeluaran kesehatan untuk 4 elemen pada model epidemiologi

4. Ketergantungan pada perbedaan proporsi antara nomor 2 dan nomor 3.

Epidemiologi sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai peranan yang sangat besar dalam pemecahan suatu masalah, dimana fungsinya tidak

(19)

terbatas hanya pada penilaian efektivitas sistem pelayanan operasional saja, tetapi juga termasuk mempelajari perubahan yang diperlukan. Pendekatan epidemiologi dikenal 4 fase yaitu:

1. Epidemiologi deskriptif

Pada fase ini informasi dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan :

a. What : masalah kesehatan atau kondisi kesehatan apa yang sering terjadi dan manifestasinya dalam bentuk apa

b. Who : siapa yang tertimpa masalah c. Where : dimana masalah tersebut terjadi

d. When : kapan masalah tersebut terjadi, kapan masalah tersebut lebih intens terjadi

2. Epidemiologi analitik

Pada fase ini informasi dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan :

a. How : apa masalah yang terjadi mempunyai hubungan dengan kondisi tertenti seperti adakah hubungannya dengan kondisi vector, kondisi pelayanan kesehatan, kondisi lingkungan atau kondisi sosial ekonomi dan sebagainya. 3. Epidemiologi eperimental/intervensi

4. Epidemiologi evalustif

Disini dicoba untuk menilai efektifitas berbagai pelayanan kesehatan/program kesehatan yang diterapkan untuk mengatasi masalah yang terjadi.

Risiko adalah besarnya kemungkinan untuk timbulnya masalah (kesehatan). Hal yang mempengaruhi timbulnya risiko tersebut sebagai faktor risiko. Risiko biasanya diukur secara:

1. Absolut dengan incidence rate, prevalence rate 2. Relative dengan relative risk/odd ratio

(20)

Contoh pemkaian pendekatan epidemiologi dalam manajemen kesehatan dan upaya pengambilan tindakan

No Variabel Penjelasan

1 Orang / “Host”

a. Penentuan strategi dan kebijaksanaan

b. Penentuan target dan prioritas program efektifitas operasional program

2 Tempat dan Waktu (trend masalah)

a. Kerjasama lintas sektoral b. Jaringan suplai logistik

c. Maintenance penentuan latihan dan d. Pendidikan tenaga supervisi

3 Penyebab (agent) riwayat alamiah

a. Kerjasama lintas sektoral

b. Penentuan jenis pencegahan dan pemberantasan lingkungan

c. Penentuan jenis penyuluhan dan promosi kesehatan

d. Kebijakan kesehatan lingkungan e. Udara, air, higiene makanan f. Kesehatan kerja

g. Sanitasi lingkungan keampuan obat.

4 Biaya

(cost/efektifitas)

a. Biaya untuk kecacatan b. Biaya untuk kematian c. Biaya pencegahan dan

penanggulangan

5

Kenapa hal itu terjadi (kesempatan memcahkan masalah) a. Investigasi lapangan b. Operation research

(21)

Langkah utama dalam pemasaran adalah identifikasi masalah dengan menggunakan ilmu epidemiologi. Pemasaran dalam program – program kesehatan, dapat dapat berperan dalam penjualan komoditi dan gagasan atau perilaku. Dalam kenyataan yang ada marketing hampir selalu dimulai dengan promosi tentang sikap dan kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Komunikasi kesehatan masyarakat sebagai marketing program merupakan strategi perencanaan dan pelaksanaan program untuk menghasilkan perubahan perilaku pada khalayak sasaran. Langkah pokok marketing program kesehatan masyarakat meliputi:

a. Perencanaan

- Analisis masalah kesehatan - Riset pengembangan

- Pengembangan strategi - Uji coba bahan dan strategi - Menulis rencana operasional b. Pelaksanaan

- Produksi - Pelatihan - Distribusi

c. Pemantauan dan Evaluasi

Kinerja adalah penampilan hasil kerja personel dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Pembangunan kesehatan sebagai upaya tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan Nasional. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakanpusat pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dalam bentuk kegiatan pokok. Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalm suatu organisasi melalui intrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kerja merupakan suatu

(22)

evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkannya pada standar baku penampilan. Kegiatan penilaian kinerja ini membantu pengambilan keputusan bagian personalia dan memberikan umpan balik kepada para personel tentang pelaksanaan kerja mereka.

Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama yaitu: (1) penilaian kemampuan personel dan (2) pengembangan personel. Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan antara lain untuk: (1) Mengenali SDM yang perlu dilakukan pembinaan. (2) Menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi. (3) Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan. (4) Bahan perencanaan manajemen program SDM masa datang. (5) Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personel. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penilaian kinerja yaitu: (1) Memenuhi manfaat penilaian dan pengembangan. (2) Mengukur /menilai berdasarkan pada perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. (3) Merupakan dokumen legal. (4) Merupakan proses formal dan nonformal.

Mengenai metode penilaian yang digunakan dalam penilaian kinerja tidak ada kesepakatan antara ahli yang satu dengan yang lain, namun demikian pada dasarnya penilaian ini dapat dibedakan atas beberapa metode, yaitu penilaian teknik essai, penilaian komparasi, penilaian daftar periksa, penilaian langsung kelapangan, penilaian didasarkan perilaku, penilaian didasarkan insiden kritikal, penilaian didasarkan keefektifan, penilaian berdasarkan peringkat.

Pada dasarnya ada dua aspek yang dapat dinilai yaitu keluaran dan proses atau perilaku. Ini tergantung pada jenis pekerjaan dan fokus penilaian yang dilakukan, pekerjaan yang sifatnya berulang dan keluaran mudah diidentifikasikan maka penilaian biasanya difokuskan pada keluaran, sedangkan pada pekerjaan yang hasilnya sulit diidentifikasi fokus penilaian ditujukan kepada aktivitas atau proses. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain karakteristik pribadi, motivasi, pendapatan dan gaji, keluarga, organisasi, supervisi dan pengembangan karier.

(23)

Model epidemiologi dalam analisis kebijakan kesehatan harus luas, komprehensif, dan harus mencakung semua hal yang mempengaruhi kesehatan. Oleh sebab itu empat aspek utama harus diidentifikasi: (1) sistem organisasi kesehatan; (2) gaya hidup; (3) lingkungan; (4) proses biologis manusia. Model epidemiologi adalah model matematis, yang memungkinkan suatu model simulasi seperti komputer untuk mendeteksi suatu penyakit dengan tujuan mempelajari perilaku penyakit dalam suatu populasi dalam variabel iklim, kepadatan populasi, populasi heterogen dan seterusnya. Ini mungkin seperti model analitis, sebuah model pengambilan keputusan secara ekonomi, sebuah model penjelasan atau model prediktif. Manajemen kesehatan berbasi populasi mencakup keahlian untuk (1) Menilai kondisi kesehatan dan kebutuhan kesehatan suatu target populasi (2) Melaksanakan dan mengevaluasi bentuk intervensi yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan penduduk; dan (3) Penyediaan perawatan yang efisien dan efektif untuk anggota masyarakat dengan cara yang konsisten dalam kebijakan budaya masyarakat, dan nilai – nilai sumber daya kesehatan. Kebutuhan akan layanan kesehatan membutuhkan 5 elemen yakni accessibility, availability, knowledge, attitude, beliefs.

Jenis pelayanan kesehatan dapat dicirikan dalam hal jenisnya, situsnya, tujuan, dan interval waktu yang terlibat. Skema kebijakan kesehatan, utilisasi pelayanan kesehatan sampai pada kepuasan layanan kesehatan sampai pada kepuasan layanan kesehatan, seperti yang di ungkapkan oleh Aday sebagai berikut (1) Kebijakan Kesehatan; (2) Karakteristik Sistem Kesehatan; (3) Karakteristik Populasi Berisiko; (4)Pemanfaatan Layanan Kesehatan; (5) Kepuasan Konsumen dan (6) Keterkaitan Faktor. “Kesehatan” adalah sebuah konsep multi – dimensi yang biasanya dapat diukur dalam hal: (1) Tidak adanya rasa sakit fisik, cacat fisik, atau kondisi yang mungkin menyebabkan kematian; (2) kesejahteraan emosional; dan (3) dapat berfungsi memuaskan sosial. Beberapa dimensi memiliki pengaruh termasuk kualitas lingkungan fisik

(24)

individu dalam definisi kesehatan, tetapi dimensi ini tidak saat ini termasuk dalam langkah yang paling banyak di gunakan kesehatan. Tidak ada satu “standar” pengukuran status kesehatan bagi individu atau kelompok penduduk. Biaya pemeliharaan kesehatan dipengaruhi oleh: (1) Jenis pelayanan yang diberikan; (2) Biaya satuan dari setiap jenis pelayanan yang diberikan; (3) Banyaknya (frekuensi) penggunaan setiap jenis pelayanan; (4) Demografi dan epidemiologi kelompok peserta.

Kematian ibu dan anak di Indonesia akan terus meningkat. Rekomendasi untuk pelayanan kesehatan pasca 2015 di Indonesia antara lain:

1. Pemerintah harus lebih berkomitmen mengalokasikan data kesehatan 5% APBN 2013 serta memastikan daerah daerah untuk menganggarkan 10% APBD untuk kesehatan diluar gaji 2. Memastikan bahwa 2/3 dari total anggaran kesehatan untuk

kepentingan pelayanan kesehatan dan bukan untuk infrastruktur seperti yang selama ini banyak dilakukan pemerintah daerah 3. Belanja kesehatan yang selama ini lebih terfokus pada

pembiayaan kuratif, diupayakan agar lebih fokus pula pada belanja kesehatan untuk upaya preventif guna menurunkan angka kematian ibu dan anak.

4. Pemerintah membuat kebijakan mengenai anggaran untuk meningkatkan kesehatan perempuan, misalnya dengan mengharuskan 20% anggaran kesehatan untuk kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan memastikan anggaran tersebut tepat sasaran

5. Penyediaan fasilitas pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensif (PONEK), pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar (PONED), posyandu dan unit transfusi darah yang selama ini belum merata, harus diupayakan agar terjangkau oleh seluruh penduduk.

(25)

6. Menjamin kebutuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil, untuk mendukung kinerja mereka sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan melahirkan.

7. Memastikan sistem rujukan dari rumah sakit ke puskesmas dan holistic – aktif.

8. Memperbaiki infrastruktur jalan dan fasilitas kesehatan sebagai upaya multisektor

9. Memperbaiki sistem pencatatan terkain upaya penurunan AKI di Indonesia sehingga data yang ditampilkan menggambarkan kondisi kesehatan perempuan Indonesia saat ini

10. Memasukkan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi (melalui pendidikan kesehatan reproduksi) untuk remaja dan perempuan ke dalam indikator SPM serta mengupayakan tersedianya layanan kesehatan reproduksi remaja di puskesmas yang secara aktif juga memberikan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah sekolah sesuai jenjang pendidikan

11. Menghapus praktik aborsi tidak aman yang berpotensi menyebabkan AKI di Indonesia

12. Melakukan pendekatan budaya kepada masyarakat untuk mengubah pola pikir agar permasalahan kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi remaja, merupakan masalah bersama dan tidak lagi menganggapnya sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan

13. Pemerintah tidak hanya menggunakan indikator angka sebagai target tetapi juga indikator input dan proses seperti penetapan anggaran kesehatan perempuan, pemerataan jumlah tenaga kesehatan yang terjangkau, serta pendidikan kesehatan reproduksi untuk perempuan.

Millenium Development Goals (MDGs) adalah suatu kesepakatan global untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat yang ditujukan oleh paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target yang terukur.

(26)

Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi prioritas utama dalam membangunsektor kesehatan. Kegiatan kegiatan yang mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, menanggulangi KEK dan anemia pada wanita usia subur dan pada masa kehamilan, melahirkan, dan nifas. Diperlukan upaya keras untuk mencapai tujuan 5 MDGs meningkatkan kesehatan ibu dengan target menurunkan angka kematian ibu (AKI) sebesar 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks pada hubungan interpersonal, konteks, keterampilan, implikasi, perilaku dan diatas semua itu menerapkan konsep kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain ke dalam tindakan. Sekarang ini, telah berkembang berbagai ilmu kepemimpinan dari paradigma kepemimpinan tradiosional menjadi modern. Kecenderungan kependudukan masa yang akan datang berdampak pada aspek kuantitatif dan kualitatif. Masalah penduduk kuantitatif yakni (1) Jumlah Penduduk Besar; (2) Pertumbuhan Penduduk Cepat; (3) Persebaran Penduduk Tidak Merata. Masalah penduduk kualitatif yakni (1) Tingkat kesehatan Penduduk yang Rendah; (2) Tingkat Pendidikan yang Rendah; (3) Tingkat Kemakmuran yang rendah; (4) Kematian ibu yang tinggi.

Transisi dalam aspek kesehatan merupakan bentuk transisi epidemiologi dan transisi kependudukan. Transisi dalam bidang kesehatan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan, hal itu melekat dalam siklus kehidupan, akan berlangsung sepanjang sejarah peradaban manusia. Transisi epidemiologi menjadi issu penting karena tidak dapat dilepaskan dari akselerasi pola penyakit tidak menular yang lebih cepat 2 – 3 generasi dibandingkan dengna transisi epidemiologi di negara maju.

Pemerinta mempunyai wewenang dan kewajiban untuk melindungi masyarakat melalui peningkatan cuka, larangan iklan secara menyeluruh, penerapan kawasan tanpa rokok, peringatan kesehatan berbentuk gambar.

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lenawan (2009), yang menyatakan bahwa pada kepadatan yang rendah larva ikan gurami mampu memanfaatkan ruang

Penyuntikan pertama menggunakan hormon prostaglandin F2∝ dengan dosis 1 ml pada ketiga perlakuan yaitu kambing dara, sekali melahirkan dan dua kali melahirkan

Dalam satu regu tebang terdapat 2 - 3 orang tenaga kerj a, yai tu satu orang operator yang bertugas mene- bang pohon dan satu sampai dua orang sebagai pembantu

bahwa berdasarkan pasal 4, pasal 5 dan pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai, dalam rangka penguasaan sungai Menteri yang bertanggung jawab di

[r]

(3) Upaya- upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pelaksanaan budaya organisasi di PMI Kota Surakarta adalah (a) rapat rutin setiap 2 minggu sekali, (b)

gagasan Hak Asasi Manusia (selanjutnya akan di singkat dengan HAM), karena proses modernisasi yang terjadi di dunia Islam, beberapa di antaranya, bermula dari