• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Demam Tipoid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Demam Tipoid"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DEMAM THYPOID DI RUANG SAYANG DUAFA II

RSUD HAJI

DISUSUN OLEH :

Nama

:

Ismail Rasmin

Nim

:

10.1101.449

CI LAHAN CI INSTITUSI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2013

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM TIPOID A. Pengertian

Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan terdapat gangguan kesadaran.

B. Etiologi

Salmonella typhosa, basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

C. Manifestasi klinik

Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :

 Demam > 1 minggu terutama pada malam hari

Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.

 Nyeri kepala  Malaise  Letargi

 Lidah kotor dengan tepi hiperemis (coated tongue)  Bibir kering pecah-pecah (regaden)

 Mual, muntah  Neri perut  Nyeri otot  Anoreksia

(3)

 Hepatomegali, splenomegali  Konstipasi, diare

 Penurunan kesadaran

 Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler  Skibala  Halitosis  Epistaksis  Meteorismus  Bradikardi  Mengigau (delirium) D. Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhosa masuk melalui makanan / minuman, setelah melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer). Mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang, untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteria sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal). Masa inkubasi 10-14 hari. (IDAI, 2004)

Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman yang tercemar menuju tempat infeksi ileosekal (usus halus) dan terjadi inflamasi minimal. Kuman masuk pembuluh darah dan terjadi septicemia primer, kemudian masuk ke sistem retikuloendotelial untuk berkembang biak (inflamasi local) pada kelenjar getah bening, hati dan limpa. Kuman kembali ke pembuluh darah (septicemia sekunder) menuju tempat infeksi utama ileosekal. (Tri Atmadja, 2001)

Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel retikuloendotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga

(4)

terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus. (Suriadi, 2001)

Pathway Konstipasi

Bakteri memasuk aliran darah sistemi Motilitas usu Defisit self care

Kelenjar limfoid usus halus Hati dan limpa Endotoksin Bed rest

Tukak Hepatosplenomegali Hipertermi

Mual, muntah

PK : Perdarahan dan perforasi Intake tak adekuat Takut

Resiko Defisit Volume Cairan Resiko Kebutuhan Nutrisi Kurang

E. Komplikasi

1. Perforasi usus 5. Kolesistitis

2. Perdarahan usus 6. Meningitis, Ensefalitis, Ensefalopati

3. Peritonitis 7. Bronkopneumonia

4. Sepsis

(Kapita selekta kedokteran, 2000)

Diserap usus halus

Bakteri memasuk aliran darah sistemik Motilitas usus ↓

Kelenjar limfoid usus halus Hati dan limpa Endotoksin Bed rest

Hospitalisa si

Hepatosplenomegali

Mual, muntah

Intake tak adekuat Tukak

Salmonella typhosa

(5)

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis.

2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fsofat alkali meningkat.

3. Minggu pertama biakan darah S. Typhi positif, dalam minggu berikutnya menurun. 4. Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.

5. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H meningkat sejak minggu kedua. Titer reaksi widal diatas 1 : 200 menyokong diagnosis.

G. Penatalaksanaan 1. Keperawatan

 Memenuhi kebutuhan nutrisi : kalori, cairan dan elektrolit. Bila perlu melalui sonde

 Diet TKTP, rendah serat dan mudah dicerna, lunak, cair (klien dengan penurunan kesadaran)

 Menurunkan demam  Mengawasi komplikasi  Mengelola oksigen

 Health education : perawatan di rumah  Memonitor vital sign

2. Medis

 Antipiretik

 Antibiotik:cloramphenicol 50-100 mg/kgBB/hari, cotrimoksasol 6-10 mg/kgBB/hari, amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, Seftriakson 80 mg/kg BB/hari, sefiksim 10 mg/kg BB/hari

 Infus D5 %, D10 %, KN 3A

 Roboransia : Vitamin K ( untuk suplementasi terhadap gangguan flora usus terhadap pemberian antibiotik yang lama).

 Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran.

Deksametoason 1-3 mg/Kg BB/hari intravena dibagi menjadi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

(6)

 Tranfusi darah : kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi

 Oksigenasi : diberikan pada klien dengan penurunan kesadaran atau kejang.

H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

a. Identitas : umur, alamat (daerah endemis ?, lingkungan rumah / sekolah ada yang menderita demam tifoid ?)

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah, epistaksis, perdarahan gusi

2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?

3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)

4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)

5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ? 6) Riwayat imunisasi

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia)

2) Pemeriksaan persistem

a) Sistem persepsi sensori :

 Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal

 Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering b) Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing

c) Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles

(7)

d) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada

e) Sistem gastrointestinal :

 Mulut : membran mukosa lembab / kering, lidah kotor, perdarahan gusi

 Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi, nyeri, asites, lingkar perut, skibala ?

 Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi, darah, melena

f) Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan bekas tempat injeksi ?

g) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria d. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?, 2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah 3) Pola eleminasi

a) Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi, bau, darah b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria 4) Pola aktifitas dan latihan

5) Pola tidur dan istirahat 6) Pola kognitif dan perceptual 7) Pola toleransi dan koping stress 8) Pola nilai dan keyakinan 9) Pola hubungan dan peran 10) Pola seksual dan reproduksi 11) Pola percaya diri dan konsep diri

2. Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi 2) Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasif.

3) Cemas orang tua b.d penyakit anaknya

4) Defisit self care b.d tirah baring, kelemahan, istirahat total 5) Resiko konstipasi b.d tirah baring

(8)

6) Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tak adekuat, muntah, hipertermi 7) Resiko kebutuhan nutrisi kurang b.d intake tak adekuat

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000

Dina Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005

Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004

Suriadi, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta, 2001

Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby

Year-Book, St. Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification

2001-2002, NANDA

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

(10)

Fakultas Ilmu Keperawatan Unifersitas Indonesia Timur

Ruang Sayang Duafa II RSUD Haji Makassar

Ismail Rasmin 10.1101.449

Referensi

Dokumen terkait

Membentuk Tim Percepatan Pengembangan Kawasan Teknopolitan Provinsi Lampung di lahan BPPT Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016 dengan susunan personalia

keletihan emosi; c) keletihan emosi merupakan pengantara yang menghubungkan persepsi sokongan organisasi dan tingkah laku kerja tidak produktif; dan d) PKBO merupakan penyederhana

-- Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi

Setelah proses kliping Berita Nasional, Regional dan Kota Cimahi dipindahkan ke komputer, lalu penulis mendistribusikan ke bagian terkait seperti : Asisten

SQL Server 7.0 merupakan aplikasi DBMS yang sangat berguna bagi user yang memerlukan informasi dari suatu perusahaan atau departemen tertentu yang terkait dengan aplikasi ini.SQL

Penulisan skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Penulisan ini tidak menjadi sebuah skripsi

Karakteristik makroskopis jamur ini yang ditemukan pada kulit kayu mati adalah warna tubuh coklat bening dengan permukaan yang licin, karkopranya lunak dan melekat

[r]