• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lp Kolesistitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lp Kolesistitis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KOLESISTITIS KOLESISTITIS (Radang Kandung Empedu) (Radang Kandung Empedu)

A.

A. PengertianPengertian

-- Kolesistitis adalah inflamasi kandung empedu (Suzanne C. smeltzer dan Brenda G. bare. 2001Kolesistitis adalah inflamasi kandung empedu (Suzanne C. smeltzer dan Brenda G. bare. 2001 : 2004).

: 2004).

-- Kolesistitis adalah inflamasi dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perutKolesistitis adalah inflamasi dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan (prof. dr. H.M. Sjaifoellah Noer: 1996)

kanan atas, nyeri tekan dan panas badan (prof. dr. H.M. Sjaifoellah Noer: 1996)

-- Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dindingKolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri keluhan perut kanan atas, nyeri tekan dan panas kandung empedu disertai keluhan nyeri keluhan perut kanan atas, nyeri tekan dan panas  badan ( www.google.com)

 badan ( www.google.com) B.

B. EtiologiEtiologi

Penyebab terjadinya kolesistitis adalah statis cairan empedu, infeksi kuman dan Penyebab terjadinya kolesistitis adalah statis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Bagaimana stasis di duktus sistitis dapat menyebabkan iskemia dinding kandung empedu. Bagaimana stasis di duktus sistitis dapat menyebabkan kolesistitis dalam belum jelas. Banyak factor yang berpengaruh seperti kepekatan cairan kolesistitis dalam belum jelas. Banyak factor yang berpengaruh seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.

kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.

Selain factor-faktor di atas kolesistitis dapat terjadi juga pada pasien yang dirawat Selain factor-faktor di atas kolesistitis dapat terjadi juga pada pasien yang dirawat cukup lama dan mendapat nutrisi secara parentesal pada sumbatan karena keganasan kandung cukup lama dan mendapat nutrisi secara parentesal pada sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu disaluran emepedu atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti empedu, batu disaluran emepedu atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam tipoid dan IOM (Prof. dr. H.M. Sjaifaoellah Noer).

demam tipoid dan IOM (Prof. dr. H.M. Sjaifaoellah Noer). C.

C. Klasifikasi KolesistitisKlasifikasi Kolesistitis

Jenis kolesistitis dapat dibagi menjadi 2 menurut waktu timbulnya penyakit, yaitu: Jenis kolesistitis dapat dibagi menjadi 2 menurut waktu timbulnya penyakit, yaitu: 1.

(2)

Terdapat pada lebih dari 90% pasien kolesistitis akut. Pada kolesistitis kalkulus, batu kandung emepdu menyumbat saluran keluar empedu. Getah emedu yang tetap berada pada kandung empedu akan menimbulkan suatu reaksi kimia: terjadi otolisis serta edema, dan  pembuluh darah dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga suplay vaskulernya terganggu. Sebagai konsekuensinya dapat terjadi gangrene pada kandung empedu disertai  perforasi. Bakteri kurang berperan dalam kolesistitis akut, meskipun demikian, infeksi

sekunder oleh E. coli dan kuman enteric lainnya terjadi pada sekitar 40% pasien. 2. Kolesistitis Akalkulus

Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh batu emped. Kolesistitis akulkulus timbul sesudah tindakan bedah mayor trauma brat atau luka baker. Factor-faktor lain yang berkaitan dengan tipe kolesistitis ini mencangkup obstruksi duktus sistikus akibat terinfeksi primer bacterial pada kandung empedu dan tranfusi darah yang dilakukan berkali-kali kolesistitis akalkulus diperkirakan terjadi akibat visceral. Kejadiannya yang menyertai tindakan bedah mayor atau trauma mempersulit penegakan diagnosis keadaan ini.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala untuk kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas serta kenaikan  panas tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak / scapula kanan dan dapat  berlangsung selama 60 menit tanpa reda. Pada pemeriksaan fisi teraba masa kandung empedu, nyeri tekan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukosistesis serta kemungkinan peninggalan serum transaminase dan fostatase alkali.

(3)

Ada 2 tipe utama batu empedu: batu yang terutama tersusun dari pigmen dan batu yang terutama tersusun dari kolesterol.

Batu pigmen kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkontinyugasi dalam emepdi mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Batu ini bertanggung  jawab atas sepertiga dari pasien-pasien batu empedu di Amerika Serikat. Resiko terbentuknya  batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier.

Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.

Batu kolesterol bertanggung jawab atas sebagian besar kasus yaitu emedu lainnya di Amerika Serikat. Kolesterol yang merupakan unsure normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi  penurunan sintosis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati : keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai irisan yang meyebabkan peradangan dalam kandung empedu.

F. Test diagnostic

Pemeriksaan untuk mengetahui adanya radang pada kandung empedu atau kolesistitis adalah :

1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Sebaiknya dilakukan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk,  penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu ekstra hepatic. Nilai kepekatan

dan ketetpatan USG mencapai 90

 – 

 95%. 2. Skintigrafi saluran empedu

(4)

Mempergunakan zat radioaktif HIDA atau ggn TC6 Iminodiaretic acid mempunyai niai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini tidak mudah. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tenpa adanya gambaran kandung empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut.

3. Pemeriksaan CT scan abdomen.

Kurang sensitive dan biayanya mahal tapi mampu memperlihatkan adanya abses perikolestik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.

G. Penatalaksaan

1. Penatalaksanaan pendukung dan diet  Istirahat yang cukup

 Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda.  Berikan diit makanan cair rendah lemak dan karbohidrat

 Pemberian buah yang masak, nasi / ketela, daging tanpa lemak, kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti,kopi atau teh.

 Hindari telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bubu-bumbu berlemak. 2. Farmakoterapi

 Diberikan asam ursodeoksikolat (uradafalk) dan kerodeoksikolat (chenodical, chenofalk digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran kecil terutama terbentuk dari kolesterol

 Mekanisme kerja ursodeoksikolat dan konodeoksikolat adalah menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu

 Diperlukan terapi selama 6 hingga 12 bulan untuk melarutkan batu empedu dan selama terapi keadaan pasien dipantau terus.

(5)

 Dosis yang efektif bergantung pada berat pasien, cara terapi ini umumnya dilakukan pada  pasien yang menolak pembedahan atau yang dianggap terlalu beresiko untuk menjalani  pembedahan.

 Obat-obatan tertentu lainnya seperti estrogen, kontrasepsi oral, klofibrat dan kolesterol makanan dapat menimbulkan pengaruh merugikan terhadap cara terapi ini.

H. Diagnosa Keperawatan

1.  Nyeri berhubungan dengan / spasme dutus. Proses implamasi istemik jaringan / naktosis.  setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam masalah nyeri sudah dapat teratasi dengan criteria hasil.  Melaporkan nyeri hilang / terkontrol

 Menunjukkan penggunaan ketrampilan dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi individual.

Intervensi :

a) Observasi dan catat lokasi (sala 0

 – 

  10) dan karakter nyeri rasionalnya: mambantu membedakan penyebab nyeri.

 b) Nyeri respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.  Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin

c) Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman. asionalnya : tirah baring pada posisi fawler rendah menurunkan tekanan intra abdoman.

d) Gunakan sprei halus / katun : kompres dingin / lembab sesuai indikasi asionalnya : menurunkan iritasi kulit kering dan sensasi gatal

e) Kontrol suhu lingkungan

asionalnya : dingin di sekitar ruangan membantu meminimalkan ketidaknyamanan kulit. f) Dorong menggunakan teknik relaksasi.

(6)

2. kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan proses pembekuan

 setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam kekurangan volume cairan dapat

diatasi dengan criteria hasil :

Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, membrane mukosa lembab.

 Intervensi

a) Hindarkan dari lingkungan yang berbau

Rasionalnya : menurunkan rangsangan dari pusat muntah.  b) Pertahankan masukan dan haluaran akurat.

Rasionalnya : memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan  penggantian.

c) Pertahankan pasien puasa sesuai keperluan.

Rasionalnya : menurunkankan sekresi dan mutilitas gaster. d) Berikan cairan iv, elektrolit dan vitamin A.

Rasionalnya : mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.

3.  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, muntah akibat kolesistitis.

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam nutrisi kebutuhan tubuh dapat

teratasi dengan kriteria hasil : a. Melaporkan mual / muntah hilang

 b. Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan

Intervensi

a. Perkiraan / hitung pemasukan kalori

(7)

 b. Kaji distensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati, menolak bergerak.

Rasional : tanda non-verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan. c. Berikan garam empedu contoh: biliran, zanchoi sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan pencernaan dan absorbsi lemak d. Diberikan dukungan nutrisi total sesuai kebutuhan

Rasional : makanan pilihan tergantung pada derajat ketidakmampuan / kerusakan kandung empedu

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tahu tentang penyakitnya

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam kurang pengetahuan dapat diatasi

dengan criteria hasil :

a. Menyatakan perubahan pola hidup dan berpartisipaso dalam program pengobatan.  b. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartipasi dalam program pengobatan.

Intertevensi :

a. Kaji ulang proses penyakit / prognosis

Rasional : memberikan dasar pengetahuan kepada pasien.  b. Berikan penjelasan lalasan tes dan persiapannya.

Rasional : informasi menurunkan cemas, dan rangsang simpatis. c. Diskusikan program penurunan berat badan bila diinginkan

Rasional : penurunan berat badan menguntungkan dalam manajemen medik terhadap kondisikionis.

d. Anjurkan istirahat pada posisi semifawler setelah makan

Rasional : meningkatkan aliran empedu dan relaksasi umum selama proses pencernaan awal PENUTUP

(8)

Kolesistitis adalah radang pada kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disercal keluhan nyeri perut kanan bawah, nyeri tekan dan  panas badan.

Kolesistitis dapat disebabkan oleh statis cairan empedu infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu, penyebab lainnya sepertu kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu.

Jenis kolesistitis dapat dibagi menjadi 2, yaitu kolesistitis kalkulus dan kolesistitis akulkulus. Test diagnostic pada kolesistitis dilakukan dengan cara pemeriksaan ultrasonografi (USG) skintigrafi saluran empedu, pemeriksaan C scan abdomen

DAFTAR PUSTAKA

Doenges,, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta  Noer, Sjaifoellah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. HKUI: Jakarta

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

(9)

Smeltzer, Suzanne c, dkk. 2001. Keperawatan medical bedah EGC: Jakarta www.geogle.com

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan imunoekspresi NFkB dengan batu empedu dan hubungan sinus Rokitansky Aschoff dengan batu empedu pada penelitian ini tidak dapat dianalisis karena jumlah kolesistitis kronik

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun

Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan

(repeated s"ock waes) yang diara"kan kepada batu empedu di dalam kandung empedu atau doktus koledokus dengan maksud untuk mencega" batu tersebut menjadi

Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan

Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan

Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu,dilihat dari penyebabnya penyakit ini

Kadang-kadang, batu empedu besar melubangi dinding kandung empedu dan membuat fistula antara kandung empedu dan usus kecil atau besar, menyebabkan obstruksi usus atau ileus.1 Tanda dan