• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH Manajemen Pemberian Pakan Pada Sapi Laktasi Tengah. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH Manajemen Pemberian Pakan Pada Sapi Laktasi Tengah. Oleh:"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i

i

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH “Manajemen Pemberian Pakan Pada Sapi Laktasi Tengah”

Oleh: Kelas E Kelompok 6 Fazri S. Supriatna 200110140198 Gregorius Felix 200110140225 Yuliani 200110140280 Andhika M. Rizki 200110140282

Desty Wahyu Kurniawati 200110140283

Rianty Pratiwi 200110140284 Dudi Imaddudin 200110140285 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2016

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanna Wa Ta’ala yang

telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah Manajemen Ternak Perah yang bertema “Manajemen Pemberian Pakan Pada Sapi Laktasi Tengah”. Kemudian Shalawat

beserta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Salallahi Alaihi Wassalam

yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia maupun akhirat.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Ir. Hermawan M,S. selaku dosen mata kuliah Manajemen Ternak Perah di program studi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sumedang, 14 Oktober 2016

(3)

iii DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

HALAMAN COVER ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 1

1.3.Maksud dan Tujuan... 2

II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Produksi Susu Sapi Perah ... 3

2.2 Periode Pertengahan Laktasi ... 3

2.3 Pakan ... 3

III PEMBAHASAN ... 4

3.1 Kebutuhan Nutrisi Sapi Laktasi Tengah ... 4

3.2 Jenis Pakan Periode Pertengahan Laktasi ... 7

3.3 Manajemen Pemberian Pakan ... 8

III KESIMPULAN ... 10 DAFTAR PUSTAKA

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pedoman Gizi Untuk Sapi Perah Laktasi ... 5 Tabel 2. Kebutuhan Protein Sapi Pada Tahap Laktasi yang Berbeda ... 6

(5)

1 I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ternak sapi, khususnya sapi perah merupakan salah satu sumber daya penghasil protein berupa susu yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani menyebabkan kebutuhan susu sapi juga ikut meningkat, ini merupakan prospek yang sangat bagus bagi para pengusaha peternakan sapi perah.

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia baru dimulai pada abad 17 bersamaan dengan masuknya Belanda ke Indonesia. Pada waktu itu orang Belanda merasa berkepentingan mendatangkan sapi perah agar dapat diperoleh produksi susu untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tingkat produksi susu ini sangat ditentukan oleh tatalaksana pemeliharaan. Apabila tatalaksana pemeliharaan bagus maka hasil susu yang diperoleh akan bagus.

Ditinjau dari segi ekosistim dan ekonomis, sapi perah berperan sangat penting sebagai pengumpul bahan-bahan yang tidak bermanfaat sama sekali bagi manusia seperti rumput, limbah dan hasil ikutan lainnya dari produk pertanian disekitar. Bahan-bahan yang tidak berguna bagi manusia itu menjadi bahan makanan bagi sapi sehingga dapat memproduksi susu dan daging.

Disisi lain para peternak atau produsen susu mempunyai kendala dalam pemeliharaan, karena untuk meningkat produksi susu maka memerlukan bahan pakan yang lebih. Bahan baku yang berguna untuk meningkatkan produksi yaitu pakan yang mengandung kadar protein yang tinggi.

Pakan merupakan komponen terbesar pada usaha peternakan. Biaya pakan yang dipengaruhi oleh inflasi dan kenaikan harga menjadi perhatian utama para pelaku usaha peternakan. Tingginya harga bahan baku pakan mendorong perlunya strategi yang tepat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas produksi ternak. Orientasi efisiensi dalam penggunaan pakan sangat terkait dengan kualitas dampak terhadap performa ternak.

Pakan yang diberikan pada sapi perah harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya terlebih dahulu, karena apabila tidak diperhatikan dapat mengakibatkan penurunan produksi susu. Pakan untuk sapi perah ada dua macam yaitu: bahan pakan kasar berupa hijauan dan bahan pakan penguat berupa konsentrat. Umumnya nilai nutrisi yang terkandung dalam hijauan pada daerah tropis sangat rendah, sehingga diperlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan ternak. Pemberian hijauan dan konsentrat setiap harus diberikan sama selama pemeliharaan sapi perah. Jumlah pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan sapi untuk hidup pokok dan untuk berproduksi terutama pada pertengahan laktasi. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui, mempelajari dan memahami perihal tersebut.

(6)

2 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kebutuhan nutrisi pada sapi laktasi tengah?

2. Bagaimanakah manajemen pemberian pakan pada sapi laktasi tengah?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada sapi laktasi tengah.

(7)

3 II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produksi Susu Sapi Perah

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan produksi susu adalah bangsa sapi, lama bunting, masa laktasi, besarnya sapi, estrus, umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, serta makanan dan tata laksana (Sudono, 1999). Produksi susu sapi perah mengikuti pola yang teratur pada setiap laktasi. Produksi susu akan naik selama 45–60 hari setelah sapi beranak hingga mencapai puncak produksi dan kemudian turun secara perlahan-lahan hingga akhir laktasi. Periode laktasi normal pada sapi yang dikawinkan dan bunting setiap 12 bulan adalah 44 minggu atau 305 hari (Tillman, 1986).

2.2 Periode Pertengahan Laktasi

Periode laktasi dibagi menjadi tiga, yaitu laktasi awal (14-100 hari), laktasi pertengahan (100-200 hari), dan laktasi akhir (200-305 hari). Menurut Mac donald Campus of Mcgiil University Periode pertengahan laktasi adalah periode dari 100 sampai 200 hari setelah melahirkan anak. Pada periode ini sapi akan mengalami puncak produksi (8-10 minggu setelah kelahiran), pada periode ini juga sapi mengalami puncak DM intake sehingga tidak mengalami penurunan bobot badan.

Sapi perah akan mengalami DM intake tidak lebih dari 10 minggu setelah melahirkan. Pada posisi ini, sapi akan makan DM tidak kurang 4% dari bobot badan. Pemberian pakan yang baik akan memperpanjang puncak produksi. Sapi perah yang bagus setiap 2 kg susu yang dihasilkan akan membutuhkan DM sebanyak 1 kg. Target yang harus dihasilkan pada saat puncak produksi adalh untuk menghasilkan produksi susu sebanyak-banyaknya. Rata-rata sapi pada periode ini menghasilkan susu 200-225 kg dari seluruh masa laktasi sebelumnya. Kunci dari periode pertengahan laktasi adalah memaksimalkan DM intake.

2.3 Pakan

Pakan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi ternak khususnya sapi perah sehingga diperlukan perhatian yang lebih banyak. Semakin baik ketersediaan dan kualitas pakan yang diberikan, maka akan semakin baik pula hasil produksi yang akan didapat. Untuk meningkatkan produksi dalam beternak sapi perah maka perlu diketahui jenis pakan dan bagaimana manajemen pemberiannya, serta kebutuhan nutrien sapi perah untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.

Kualitas hijauan perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum, karena efek perpaduan penggunaan konsentrat dan hijauan ditentukan oleh kualitas hijauan. Semakin baik kualitas hijauan, efek penggunaan dan penambahan jumlah konsentrat akan semakin bertambah yang ditunjukkan dengan peningkatan produksi susu (Suryahadi, 1997). Jika hijauan yang diberikan berkualitas tinggi seperti leguminosa maka dibutuhkan pemberian konsentrat yang mengandung 10% protein kasar (PK), jika menggunakan hijauan kualitasnya rendah maka kandungan PK sekitar 18-20%.

Faktor utama yang mempengaruhi produksi dan konsentrasi komponen susu yaitu konsumsi bahan kering (BK) dan konsumsi nutrien (Sutardi, 1980). Tingkat konsumsi menentukan jumlah tersedianya energi dan prekursor komponen susu.

(8)

4 III

PEMBAHASAN 3.1 Kebutuhan Nutrisi Sapi Perah Laktasi Tengah

Periode pertengahan laktasi adalah periode dari hari 100 sampai hari ke-200 setelah beranak. Pada fase ini, sapi akan mencapai puncak produksi (8-10 minggu setelah beranak). Sapi juga mengalami puncak asupan bahan kering sehingga tidak mengalami penurunan bobot badan. Sapi akan mengalami puncak asupan bahan kering tidak lebih dari 10 minggu setelah beranak. Pada posisi ini sapi harus makan paling sedikit 4% dari bobot badan. Pemberian pakan yang baik

akan memperpanjang puncak produksi. Pada breed yang bagus, untuk setiap 2 kg

produksi susu yang dihasilkan, setidaknya sapi harus membutuhkan asupan bahan kering paling sedikit 1 kg bahan kering.

Target utama selama periode ini adalah untuk mempertahankan produksi susu puncak selama mungkin. Untuk setiap kg ekstra susu di puncak produksi, rata-rata sapi akan menghasilkan 200-225 kg lebih banyak susu untuk seluruh laktasi. Kunci strategi selama pertengahan laktasi adalah untuk memaksimalkan asupan bahan kering. Selama periode ini sapi harus diberi makan hijauan berkualitas tinggi (minimal 40 sampai 45% dari bahan kering ransum) dan tingkat serat yang efektif harus dipertahankan pada tingkat yang sama dengan awal laktasi. Pemberian konsentrat tidak boleh melebihi 2,3% dari bobot badan dan sumber serat non-hijauan lainnya seperti ampas sisa penyulingan dan bekatul dapat menggantikan bagian dari pati dalam ransum untuk memelihara kesehatan rumen. kebutuhan protein pada masa pertengahan laktasi lebih rendah dari pada awal laktasi. Oleh karena itu ransum untuk sapi perah pada pertengahan laktasi harus mengandung sekitar 15-16% protein kasar seperti pada Tabel 1. (Department of animal science, Mcgill university).

Pada tabel tersebut terlihat kebutuhan nutrisi paling tinggi terdapat pada awal laktasi, kemudian diikuti oleh fase laktasi tengah dan terakhir laktasi akhir. Pada awal laktasi kebutuhan nutrisi yang diperlukan tinggi karena setelah sapi beranak dan di awal laktasi sangat memerlukan nutrisi yang tinggi untuk memproduksi susu dan memperbaiki jaringan sel yang rusak. Sedangkan pada tengah laktasi kebutuhan nutrisinya tidak sebesar pada awal laktasi dan pada akhir laktasi kebutuhan akan nutrisi lebih rendah daripada awal dan tengah laktasi karena produksi susu yang dihasilkan oleh sapi sudah rendah.

(9)

5

Tabel 1. Pedoman Gizi Untuk Sapi Perah Laktasi

Sumber: Department of animal science, Mcgill university.

1. Air

Sapi perah laktasi di daerah tropis membutuhkan 60-70 liter air per hari untuk pemeliharaan, dan tambahan 4-5 liter untuk setiap liter susu yang dihasilkan. Kebutuhan air meningkat dengan meningkatnya temperatur udara. Apabila temperatur udara naik 4°C, maka akan meningkatkan kebutuhan air sebanyak 6-7 liter perhari. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi asupan air yaitu konsumsi bahan kering, komposisi pakan, kelembaban, kecepatan angin, kualitas air, suhu dan pH air minum (Moran, 2005). Di dalam tubuh, air berfungsi untuk mengatur suhu dalam tubuh, membantu proses pencernaan, membantu proses metabolisme, dan membantu proses pelepasan kotoran.

2. Energi

Sapi perah menggunakan energi untuk berbagai tujuan. Sejumlah energi tertentu digunakan untuk perawatan jaringan tubuh yang berlangsung secara permanen. Sapi laktasi memerlukan energi lebih banyak untuk memproduksi susu yang dikeluarkan oleh kelenjar ambing pada setiap hari. Energi yang diperlukan untuk kegiatan sapi sangat bervariasi, tergantung dari tempramen sapi dan kegiatan mereka. Untuk sapi yang kegiatannya terbatas seperti sapi-sapi yang berada di dalam kandang, energi ini sangat penting dalam menentukan jumlah produksi dan kandungan lemak di dalam air susu (Aak, 1995). Pemakaian energi

(10)

6

dapat dinyatakan dengan berbagai macam cara, antara lain: TDN (Total Digestable Nutrient), ME (Metabolizable Energy), NE (Netto Energy).

3. Protein

Protein diperlukan oleh tubuh sapi adalah untuk pembentukan dan perbaikan kembali jaringan yang using, keperluan metabolisme normal, keperluan berproduksi, dan menggantikan protein yang telah habis terpakai, agar protein tubuh tetap imbang. Susu adalah sumber protein bermutu tinggi. Oleh karena itu ransum untuk sapi-sapi yang sedang laktasi seharusnya mengandung protein yang cukup. Protein di dalam ransum yang rendah dapat menekan kandungan protein di dalam air susu. Jika energi cukup tetapi protein kurang, tubuh sapi cenderung banyak lemak dan akhirnya produksi susu menurun (Aak, 1995). Kebutuhan protein kasar pada tingkat yang berbeda dari produksi susu ditunjukkan pada Tabel 2. sebagai berikut.

Tabel 2. Kebutuhan Protein Sapi Pada Tahap Laktasi yang Berbeda

Produksi Susu Kebutuhan Protein Kasar (%)

Laktasi awal 16-18

Laktasi tengah 14-16

Laktasi Akhir 12-14

Kering kandang 10-12

Sumber: Department of animal science, Mcgill university.

4. Vitamin

Pada pengetahuan terbaik saat ini, kelebihan pasokan vitamin yang larut dalam air tidak akan merugikan pada tubuh sapi. Kelebihan hanya akan diekskresikan dalam urin. Namun, jika vitamin yang larut dalam lemak (yang penting adalah vitamin A, D, E dan K) disimpan dalam tubuh sapi, maka kelebihan pasokan vitamin tersebut dapat menyebabkan keracunan bahkan kematian.

a. Vitamin A

Vitamin A (retinol) terbentuk dari betakaroten dalam makanan. Hal ini diperlukan oleh retina untuk penglihatan yang baik dan diperlukan untuk jaringan dan pembentukan tulang, pertumbuhan, produksi susu dan reproduksi. Vitamin A dapat mempertahankan kesehatan jaringan epitel, sehingga jika kekurangan vitamin ini dapat meningkatkan resiko infeksi mastitis. Sebanyak 100.000 unit internasional (IU) vitamin A dibutuhkan oleh sapi per hari per ekor. Setiap asupan yang berlebih disimpan dalam hati sampai empat bulan. Kekurangan vitamin A jarang terjadi pada sapi yang diberi pakan hijauan berkualitas baik tetapi dapat terjadi pada pakan biji-bijian dalam jumlah yang tinggi, jerami padi atau jika ternak diberi makan hijauan kering selama lebih dari enam bulan (Moran, 2005).

b. Vitamin D

Vitamin D diperoleh dari sinar matahari. Vitamin D diperlukan untuk metabolisme kalsium dan fosfor dalam tubuh. Vitamin D merangsang penyerapan kalsium dalam usus halus. Vitamin D juga memobilisasi simpanan kalsium dari tulang. Oleh karena itu vitamin D digunakan untuk meringankanatau mencegah

penyakit milk fever. Setidaknya sapi membutuhkan 50.000 IU vitamin D per hari

(11)

7

c. Vitamin E

Vitamin E, selenium dan vitamin A berfungsi dalam membantu sistem kekebalan pada sapi. Sapi membutuhkan 1.000 IU vitamin E per hari, akan tetapi pada saatwaktu beranak maka diperlukan dalam jumlah yang lebih tinggi. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan kinerja reproduksi yang buruk. Selain itu, kekurangan vitamin E juga menyebabkan degenerasi otot, kekakuan dan gerakan tidak terkoordinasi.

5. Mineral

Mineral diperlukan oleh ternak dalam jumlah yang cukup. Mineral berfungsi sebagai pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk pembentukan jaringan-jaringan pada tulang, urat dan sebagainya serta untuk berproduksi. Terdapat jenis mineral essensial yang diperlukan sapi yaitu mineral makro yang mencakup Kalsium (Ca), Kalium (K), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Klor (Cl), Sulfur (S) dan mineral mikro yang mencakup Yodium (I), Seng (Zn), Kobalt (Co), Selenium (Se) (Underwood and Suttle, 2001).

3.2 Jenis Pakan Periode Pertengahan Laktasi

Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu. Secara kasar di lapangan, jumlah konsentrat yang diberikan adalah 50% dari jumlah susu yang dihasilkan (rasio 1:2). Konsentrat lebih berpengaruh terhadap kadar berat jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai gizi konsentrat, berat jenis susu akan tinggi dan susu yang dihasilkan akan berkualitas (Sutardi, 1981). Pemberian rumput segar secara kasar di lapangan berpatokan 10% dari bobot hidup. Kualitas rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan, terutama kadar lemaknya. Rumput atau pakan sumber serat yang mengandung nilai gizi tinggi biasanya berupa hasil ikutan tanaman kacang-kacangan.

Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mengganti 1 pound jaringan tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama kering. Defisiensi energi dalam pakan akan mengakibatkan menurunnya produksi susu, laju pertumbuhan, kondisi tubuh dan kandungan protein dalam susu (Reaves dkk, 1973), sedangkan kelebihan energi dalam pakan akan mengakibatkan penimbunan lemak pada jaringan adipose tubuh.

Pada periode ini sapi dituntut untuk diberi pakan dengan kualitas hijauan yang tinggi (minimal 40-45% DM pada ransum) dan tingkat efektifitas serat hampir sama dengan masa awal laktasi. Pemberian konsentrat jangan sampai melebihi 2,3 % bobot badan dan sumber non-hijauan lainnya. Kebutuhan protein pada masa pertengahan laktasi ini lebih rendah jika dibandingkan dengan masa awal laktasi. Oleh karena itu kandungan protein dalam ransum antara 15-16% (PK). Protein ini sendiri sangat diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi dan produksi susu (Sudono, 1999).

3.3Manajemen Pemberian Pakan

Reaves dkk (1973), menyatakan bahwa manajemen pakan merupakan

pengggunaan secara bijaksana sumberdaya yang dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai. Terdapat empat tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien, (2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan ternak. Keseluruhan tujuan pemberian pakan tercermin dari usaha

(12)

8

pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan. Kuantitas menjamin banyak sedikitnya pakan untuk ternak sesuai kebutuhannya, kualitas merupakan baik buruknya pengaruh pakan terhadap ternak dan kontinuitas menunjukkan kesinambungan ada tidaknya pakan untuk ternak serta teknik pemberian pakan di lapang.

Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi dikandang atau milking parlor berubah menjadi ke sistem pemberian pakan yang baru. Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif pemberian secara individual, sistem ini lebih ekonomis dibandingkan jika semua sapi diberi sejumlah konsentrat yang sama tanpa memperhatikan produksi susu. Di samping itu, terdapat penghematan tenaga kerja dan fasilitas. Pemberian pakan yang terbaik dengan mengkombinasikan antara “seni” dan “ilmu pemberian pakan”.

Phase Feeding adalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi pakan, dan bobot badan. Kurva laktasi sapi perah dapat menggambarkan dinamika produksi susu sepanjang laktasi. Sapi dengan kurva laktasi yang landai mempunyai tingkat persistensi yang tinggi daripada sapi dengan kemiringan kurva laktasi yang curam. Pengetahuan tentang kurva laktasi dapat memudahkan pemberian makan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemberian pakan. Hal ini karena jumlah pemberian pakan dapat disesuaikan dengan perkiraan produksi susu pada waktu tertentu. Dalam aspek genetik, pengetahuan kurva laktasi dapat dijadikan dasar seleksi untuk meningkatkan efisiensi produksi (Tekerli dkk, 2000).

Gambar 1. Kurva produksi susu

Didasarkan pada kurva produksi susu pada gambar 1, didapatkan 4 fase pemberian pakan sapi laktasi, salah satunya adalah fase pertengahan-laktasi akhir dengan rentang waktu antara 3-7 bulan setelah beranak. Fase pertengahan laktasi ini merupakan fase yang termudah untuk menerapkan manajemen. Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pemberian konsentrat harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan

(13)

9

mulai mengganti berat badan yang hilang selama laktasi awal. Maka pada bulan laktasi kelima sampai ketujuh, bobot sapi dan produksinya tidak dapat menggambarkan kebutuhan akan makanan. Hal ini disebabkan karena makanan banyak digunakan untuk pemulihan kondisi tubuh (Toharmat, 1982). Maltz dkk, (1991) menunjukkan bahwa kali beranak dan potensi produksi merupakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan karena mempengaruhi efisiensi pemberian pakan.

(14)

10 III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Kebutuhan nutrisi sapi periode laktasi tengah tidak sebesar seperti pada periode laktasi awal.

2. Manajemen pemberian pakan pada sapi laktasi tengah harus disesuaikan pada

fase pemberian pakan yang terdiri dari empat fase berdasarkan kurva produksi susunya.

(15)

11

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Department of animal science. 2016. Feeding The Dairy Cow During Lactation. Faculty of Agricultural and Environmental science, Mcdonal Campus of Mcgill University.

Ensminger, M. E., J. E. Oldfield and W. W. Heinemann. 1990. Feeds and

Nutrition. 2nd Ed. The Ensminger Publishing Co. Clovis.

Faculty of Agricultural & Enviromental Science. 2011. Feeding The Dairy Cow During Lactation. Mac donald Campus of Mcgiil University.

Maltz, E., O. Kroll, S.L. Spahr, S. Devir, A. Genizi and R. Sagi. 1991. Milk yield, parity, and cow potential as variables for computerized concentrate suplemention strategy. J. Dairy Sci.

Moran, John. 2005. Tropical dairy farming : feeding management for small holder dairy farmers in the humid tropics. Department of Primary Industries.

Reaves, P. M., E. J. Robert, and M. E. William. 1973. Dairy Cattle: Feeding and

Management. John Wiley and Sons Inc. Canada.

Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah. Diktat Kuliah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suryahadi, Nahrowi, I.G. Permana, L. Abdullah dan Hadiyanto. 1977. Manajemen

Pakan Sapi Perah. Kerjasama Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dengan GKSI – CCA Kanada. Bogor.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Diktat Kuliah.

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tekerli, M., Z. Akinci, I. Dogan, dan A. Akean. 2000. Factors affecting the shape of lactation curves of Holstein cows from the Balikesir Province of Turkey. J.Dairy Science.

Tillman, A.D., Hari T. Soedomo, R. Soeharto dan L. Soekanto. 1988. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Toharmat, T. 1982. Evaluasi pemberian pakan sapi perah berdasarkan kondisi

faalinya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Instutut Pertanian Bogor. Bogor.

Underwood E. J and Suttle N. F. 2001. The Mineral Nutrition of Livestock.Ed

Gambar

Tabel 1. Pedoman Gizi Untuk Sapi Perah Laktasi
Gambar 1. Kurva produksi susu

Referensi

Dokumen terkait

STUDI PERFORMANS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI SATU SAMPAI LAKTASI EMPAT DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI.. PERAH

(3) faktor-faktor yang memengaruhi S/C sapi perah pada tingkat ternak di BBPTU-HPT Baturraden adalah periode laktasi yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,174, lama

Faktor-faktor yang memengaruhi S/C sapi perah pada tingkat ternak di BBPTU-HPT Baturraden adalah periode laktasi yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,014, lama

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan akhir dengan judul Manajemen Kesehatan Sapi Perah di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden Jawa Tengah

Terjadi inefisiensi dalam pemberian pakan sapi perah laktasi di mana allowable milk production dari energi 50% lebih tinggi dibandingkan yang dari proteinnya.Penambahan

Kadar HDL darah sapi perah laktasi dengan penambahan 30 g/ekor/hari kolin klorida 60% corn-cob cenderung rendah dalam batas normal yang menunjukkan bahwa prekursor

(3) Faktor-faktor yang memengaruhi S/C sapi perah pada tingkat ternak di BBPTU-HPT Baturraden adalah periode laktasi yang berasosiasi positif dengan besar faktor

Kadar HDL darah sapi perah laktasi dengan penambahan 30 g/ekor/hari kolin klorida 60% corn-cob cenderung rendah dalam batas normal yang menunjukkan bahwa prekursor