A. Kajian Pustaka
1. Manajemen Keuangan
a. Definisi Manajemen Keuangan
Dalam struktur manajemen sebuah perusahaan umumnya terbagi atas beberapa bagian, antara lain Manajemen Pemasaran, Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Operasional dan Manajemen Keuangan. Dimana setiap bagian memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Manajeman keuangan mempunyai arti yang penting dalam setiap kegiatan bisnis termasuk dalam kegiatan operasi dan pengelolaan perusahaan dan juga manajemen keuangan diharapkan dapat menangkap dan mengantisipasi perubahan dimasa yang akan datang untuk secara dini melakukan penyesuaian dan pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Tujuan utama dari perusahaan yang juga menjadi tanggung jawab dari manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan agar kesejahteraan pemegang saham dapat meningkat.
Menurut James C. Van Horne dalam Kasmir (2010) Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,
pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.
Menurut Brigham dalam Kasmir (2010), Manajemen keuangan adalah seni (art) dan ilmu (science) untuk me-manage uang, yang meliputi proses, institusi/lembaga, pasar, dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang di antara individu, bisnis dan pemerintah. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas manajemen keuangan berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan perusahaan, termasuk lembaga yang berhubungan erat dengan sumber pendanaan dan investasi keuangan perusahaan serta instrument keuangan.
b. Fungsi Manajemen Keuangan
Darsono (2006) manajemen keuangan berfungsi untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba. Kegiatan dalam memperoleh sumber modal tersebut meliputi kegiatan pembiayaan (financing ativity), aktivitas investasi dan aktivitas bisnis.
Masing-masing keputusan tersebut harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Ketiga keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga
kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah.
c. Tujuan Manajemen Keuangan
Secara normatif, tujuan yang ingin dicapai manajemen keuangan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham atau memaksimalkan nilai perusahaan bukan memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan profit berarti mengabaikan tanggung jawab sosial, mengabaikan resiko dan berorientasi jangka pendek. Sedangkan arti memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan berarti sebagai berikut:
1) Memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan masa datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.
2) Lebih menekankan pada aliran bukan sekedar laba bersih dalam pengertian akuntansi.
Menurut Martono dan Agus (2010) tujuan manajemen keuangan adalah “Memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan”.
2. Laporan Keuangan
a. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk memberikan informasi mengenai keadaan keuangan dan kondisi perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan tersebut sebagai pertimbangan di dalam pengambilan keputusan mengenai kegiatan usaha perusahaan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu.
Adapun definisi laporan keuangan dari beberapa ahli yaitu:
1) Menurut Sutrisno (2007) menyatakan bahwa Laporan Keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi yakni neraca dan laporan laba rugi.
2) Menurut ikatan Akuntan Indonesia (2007) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah bagian dari proses laporan keuangan, laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
b. Jenis Laporan Keuangan
Berdasarkan definisi-definisi laporan keuangan yang telah dibahas diatas, inti dari laporan keuangan adalah menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam satu periode. Dalam praktiknya kita mengenal beberapa macam laporan keuangan seperti: 1) Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukan jumlah aktiva (harta), kewajiban (hutang) dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Menurut James C. van Horne dalam Kasmir (2010), “Neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik”.
Dalam meyusun neraca, dapat dibedakan antara bentuk skontro dan bentuk laporan. Neraca berbentuk skontro merupakan bentuk seperti huruf T (T Form), dalam bentuk ini neraca dibagi ke dalam 2 posisi, yaitu disebelah kiri berisi aktiva dan disebelah kanan terdapat kewajiban dan modal. Neraca berbentuk laporan sering disebut juga bentuk vertikal, dalam bentuk laporan ini neraca disusun mulai dari atas teus ke bawah yaitu mulai dari aktiva lancer dan pada bagian bawah terdapat hutang dan modal.
2) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Menurut James C. van Horne dalam Kasmir (2010), “Laporan laba rugi merupakan ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu diakhir dengan laba atau rugi pada periode tersebut”. Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk tunggal (single step) dan bentuk majemuk (multiple Step). Pada laporan laba rugi dengan bentuk single step penghasilan baik pokok maupun diluar pokok dijadikan satu, kemudian jumlah biaya pokok dan diluar pokok juga dijadikan satu. Sehingga faktor pengurangannya adalah jumlah seluruh penghasilan dengan jumlah seluruh biaya. Sedangkan pada laporan laba rugi dengan bentuk multiple step, terjadi pemisahan antara komponen usaha pokok dengan diluar pokok.
3) Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Laporan ini juga menunjukan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. Perubahan ini disebabkan adanya prive (pengambilan untuk kepentingan pribadi pemilik). Laporan ini dibuat dengan melakukan perbandingan antara neraca awal periode dengan neraca akhir diperiode.
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dilaporan keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan.
Agar menghasilkan keuntungan tambahan, perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Menurut Skousen (2009) laporan arus kas itu sendiri didefinisikan sebagai barikut:
“Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan keuangan yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”.
”Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, pembiayaan dan investasi”.
Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa laporan arus kas merupakan laporan yang menginformasikan arus kas masuk dan arus kas keluar yang dihasilkan dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan atau pembiayaan.
c. Tujuan Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu:
1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
2) Memberikan informasi tentang jumlah dan jenis pendapatan yang diperoleh pada suatu periode.
3) Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan.
3. Kinerja Keuangan
a. Definisi Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya dapat digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pihak manajer agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Sugiarso dan Winarni (2005), kinerja keuangan adalah sebagai berikut:
“Tingkat pencapaian dan tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara akrual. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut”.
Menurut Mulyadi (2007) kinerja keuangan adalah sebagai berikut: “Penentuan secara periodic, efektifitas dan operasional, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standard, dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya”.
b. Tujuan dan Manfaat Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Mulyadi (2007) mengemukakan bahwa tujuan pokok penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
“Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran”.
Manfaat pengukuran kinerja menurut Mulyadi (2007) antara lain: 1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerjanya.
4. Jenis Analisis Keuangan a. Market Value Added (MVA)
Market Value Added (MVA) tujuan utama dari keputusan-keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran pemilikn perusahaan. Bagi perusahaan yang terdaftar di bursa, harga saham bisa dipergunakan sebagai acuan. Kemakmuran pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan memaksimumkan perbedaaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Perbedaan ini disebut sebagai Market Value Added (MVA).
b. Economic Value Added (EVA)
EVA menilai efektivitas manajerial untuk suatu tahun tertentu. Rumus EVA adalah sebagai berikut:
EVA = NOPAT – Biaya modal setelah pajak, dalam rupiah, untuk operasional.
EVA = EBIT (1-tarif oajak) – (Operating capital) (Biaya modal perusahaan setelah pajak)
c. Analisis Common Size
Analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam Neraca dan Laporan Rugi Laba menjadi persentase berdasarkan dasar tertentu.
Untuk angka-angka yang ada di neraca, common base-nya adalah total aktiva. Dengan kata lain aktiva dipergunakan sebagai 100%. Untuk angka-angka dalam rugi laba, penjualan netto dipergunakan sebagai 100%. Penyajian common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca.
d. Analisis Rasio Keuangan
Untuk menghitungkan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio- rasio keuangan memungkinkan dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada didalam neraca saja, dalam laporan rugi laba saja, atau pada neraca dan laporan rugi laba.
e. Analisis Indeks
Analisis ini merubah semua angka dalam suatu laporan keuangan pada tahun dasar menjadi 100. Pemilihan tahun dasar bukanlah selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun yang dianggap normal. Dengan demikian analisis dilakukan untuk membandingkan perkembangan dari waktu ke waktu. Bedasarkan sifat analisis tersebut, rugi laba hanya tersedia satu tahun pelaporan dipergunakan sebagai tahun dasar (=100). Penyajian denagn cara indeks menunjukan bahwa hamoir semua
komponen aktiva lancar meningkat. Sebaliknya aktiva tetap netto menurun.
f. Analisis Du Pont
Analisis Du Pont merupakan analisa dari penggabungan rasio-rasio aktivitas dan profit margin dan menunjukan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan margin laba penjualan, maka hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA).
5. Analisis Rasio Keuangan
a. Definisi Analisis Rasio Keuangan
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, manajemen akan senantiasa dihadapkan pada berbagai aktivitas berkaitan dengan evaluasi kinerja perusahaan, merencanakan aktivitas perusahaan dimasa datang serta mendapatkan gambaran apakah tujuan perusahaan sudah dapat dicapai. Analisis keuangan terutama analisis rasio keuangan adalah alat yang paling bermanfaat untuk menentukan bagaimana aktivitas usaha dijalankan. Pengamatan dan analisis yang memadai atas hasil analisis rasio keuangan dapat membantu manajemen untuk menemukan keunggulan dan kelemahan perusahaan.
Rasio Lancar = Hutang LancarAktiva Lancar
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran tentang baik atau buruk suatu kondisi atau posisi keuangan perusahaan terutama jika angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai dasar.
b. Bentuk-bentuk Analisis Rasio Keuangan 1) Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2010), ”Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar”. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan yaitu:
a. Current ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan rasio yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi hutang (kewajiban) lancar yang akan jatuh tempo atau yang akan segera dibayar.
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Rasio Cepat = Aktiva Lancar - PersediaanHutang Lancar
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 2:1 atau 200% berarti 2 aktiva lancar mampu menutupi 1 hutang lancar. Artinya, dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada dititik aman dalam jangka pendek.
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid Test Ratio. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1.
Quick Ratio dapat dihitung dengan formula:
2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas mengukur sejauh mana perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur.
Debt to Equity Ratio = Total HutangEkuitas
Total Hutang Total Aktiva
Debt to Asset Ratio =
a. Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang)
Rasio ini mengukur jumlah persentase dari jumlah dana yang diberikan oleh kreditur berupa hutang terhadap jumlah asset perusahaan.
Debt to Asset Ratio dapat dihitung dengan formula:
b. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)
Rasio ini mengukur jumlah hutang atau dana dari luar perusahaan terhadap modal sendiri.
Perhitungan debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
3) Rasio Aktivitas
Rasio ini mengukur sejauh mana efektivitas manajemen dalam mengoptimalkan harta dan mengelola asset-assetnya untuk memperoleh pendapatan. Rasio aktivitas ini diukur dengan istilah perputaran unsur-unsur aktiva yang dihubungkan dengan penjualan.
Rasio aktivitas yang umum digunakan adalah sebagai berikut: a. Total Asset Turn Over (Rasio Perputaran Aktiva)
Receivables Turn Over Ratio = PenjualanPiutang
Penjualan Total Aktiva
Total Asset Turn Over Ratio =
Total Asset Turn Over adalah perputaran aktiva tetap, menunjukan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk meciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Tingkat perputaran ini juga ditentukan oleh elemen aktiva itu sendiri.
Perhitungan Total Asset Turn Over adalah sebagai berikut:
b. Receivables Turnover Ratio (Rasio Perputaran Piutang)
Rasio ini digunakan untuk memperkirakan beberapa kali dalam suatu periode tertentu, jumlah arus kas masuk ke perusahaan yang diperoleh dari piutang dagang, semakin cepat piutang dagang atau tagihan masuk akan semakin baik, karena akan menambah likuiditas perusahaan.
Perhitungan Receivables Turnover Ratio adalah sebagai berikut:
4) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba
Net Profit Margin = Laba BersihPenjualan
ROA = Total AktivaLaba Bersih
perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, asset bersih perusahaan maupun modal sendiri.
Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah sebagai berikut: a. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan.
Perhitungan Net Profit Margin adalah sebagai berikut:
b. Return on Total Asset (ROA)
Rasio ini menunjukan seberapa banyak laba bersih yang diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Perhitungan dari Return on Total Asset adalah sebagai berikut:
c. Return on Equity (ROE)
Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan Ekuitas. Rasio ini menunjukan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari
ROE = Laba BersihEkuitas
investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham.
Perhitngan dari Return on Equity adalah sebagai berikut:
c. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Dalam praktiknya walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan tetapi rasio keuangan juga mempunyai kelemahan.
J. Fred Weston, menyebutkan kelemahan dari rasio keuangan adalah sebagai berikut:
1) Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan berbeda pula, dapat naik dan juga turun tergantung prosedur pelaporan keuangan tersebut.
2) Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyusun tidak jujur dalam memasukan angka-angka ke laporan keuangan yang mereka buat.
3) Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda, misalnya biaya asset dan pengembangan, biaya perencanaan pension, jaminan kualitas pada barang jadi dan cadangan kredit macet.
4) Kesamaan rasio keuangan yang telah dibuat dengan standar industri belum menjamin perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.
d. Metode Perbandingan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Atmaja (2008) pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan didalam membandingkan financial ratio perusahaan antara lain sebagai berikut:
1) Comparative Analysis (Cross Section Analysis)
Comporative analysis adalah membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio rata-rata industri.
2) Trend Analysis (Time Series Analysis)
Trend analysis adalah pendekatan yang menggunakan perbandingan rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu (misalnya, dari tahun ke tahun). Jika trend membaik disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan relative baik, demikian sebaliknya.
6. Analisis Du Pont
a. Definisi Analisis Du Pont
Analisis Du Pont merupakan analisa dari penggabungan rasio-rasio aktivitas dan profit margin dan menunjukan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang
Return On Asset = Total Asset Turn OverNet Profit Margin
Net Profit Margin = Laba BersihPenjualan
dimiliki oleh perusahaan tersebut. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan margin laba penjualan, maka hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA).
1) Return On Asset (ROA)
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba (Sudana, 2011). Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:
2) Net Profit Margin
Net Profit Margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini mencerminkan strategi penetapan harga yang ditetapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha, maka semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan mengeluarkan biaya dalam kegiatan operasionalnya.
Total Asset Turn Over = Total AktivaPenjualan
Total Asset Turn Over adalah perputaran aktiva tetap, menunjukan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Tingkat perputaran ini juga ditentukan oleh elemen aktiva itu sendiri.
b. Kegunaan Analisis Du Pont
Menurut Munawir (2007) ada beberapa kegunaan dari menganalisis laporan keuangan dengan analisi Du Pont yaitu:
1) Sebagai salah satu kegunaan yang bersifat prinsipil adalah sifatnya yang menyeluruh. Manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi penggunaan modal, efisiensi bagian produksi, dan efisiensi bagian penjualan.
2) Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing masing produk yang dihasilkan perusahaan sehingga dapat diketahui, produk yang potensial.
3) Apabila perusahaan mempunyai data industri sehingga diperoleh rahasia industri, maka dengan analisis ini perusahaan dapat membandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.
5) Dapat digunakan untuk keperluan control dan perencanaan, misalnya digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
c. Tujuan Analisis Du Pont
1) Salah satu kegunaan analisis Du Pont adalah sifatnya yang menyeluruh, apabila perusahaan sudah menjalankam praktek akuntansi yang benar maka manajemen dengan menggunkan teknik ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagi penjualan.
2) Membandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaan lain yang sejenis sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada dibawah atau sama atau diatas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya dan apa yang sudah ada pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
3) Mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan bagian yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal kepada bagian yang bersangkutan.
4) Mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
d. Komponen Analisis Du Pont
Kompenen-kompenen yang terdapat dalam analisis Du Pont yaitu: 1) Kas, yaitu yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
dan dalamnya termasuk cek yang diterima dari langganan dan simpanan perusahaan di bank.
2) Persediaan, yaitu barang-barang yang dimiliki perusahaan yang merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dan secara terus menerus mengalami perubahan baik dalam bentuk maupun jumlahnya.
3) Piutang, yaitu tagihan kepada pihak-pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat penjualan barang secara kredit. 4) Aktiva lancar, yaitu uang kas dan aktiva lainnya yang diharapkan
untuk dicairkan menjadi uang tunai, dijual atau consumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal).
5) Aktiva Tetap, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkret) dan digunakan dalam operasi yang bersifat permanen.
6) Aktiva lain, yaitu kekayaan perusahaan yang tidak termasuk dalam kelompok aktiva lancar maupun aktiva tetap.
7) Penjualan, yaitu seluruh hasil penjualan barang dan jasa baik secara kredit maupun tunai perusahaan.
8) Beban operasional, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berhubungan dengan operasi perusahaan seperti biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum.
9) Laba bersih, yaitu hasil atau jumlah dana yang diperoleh dari pengurangan penjualan dengan harga pokok penjualan dan biaya usaha yang berasal dari kegiatan utama perusahaan.
10) Net Profit Margin, yaitu tingkat keuntungan perusahaan yang dihitung melalui perbandingan laba bersih terhadap penjualan. 11) Total Aset Turnover, yaitu kecepatan dan kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan yang berputar dalam menghasilkan pendapatan.
12) Return on Asset, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan sejumlah total aktiva.
7. Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti juga berpedoman dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat ditabel berikut ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. David Lianto
(2013) Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan periode 2008-2010 (Study kasus: PT. Hanjaya Mandala Sampoerna dan PT. Gudang Garam) Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan PT. Gudang Garam.
2. Anne Erika
Oktania (2013) Analisis Profitabilitas dan Likuiditas dalam menilai kinerja keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Profitabilitas PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang tercermin dalam laba setelah pajak yang dihasilkan menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, sehingga berdampak pada kinerja yang semakin membaik. Sedangkan likuiditas PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang diukur dengan current ratio dan quick ratio mengalami penurunan. 3. Aditya Putra
Dewa (2015) Analisis kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk di Bursa Efek Indonesia
Dapat disimpulkan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan
menggunakan instrumen analisis yang telah
disebutkan di atas bahwa: (1) rasio likuiditas yang telah diukur dengan
menggunakan CR adalah IL Liquid sedangkan QR adalah Liquid; (2) Solvabilitas yang telah diukur dengan
menggunakan DAR dan DER dipecahkan; (3) Kegiatan yang telah diukur
dan ITO efisien. Sementara itu, TATO yang tidak efisien; (4) profitabilitas yang telah diukur dengan menggunakan GPM, NPM, dan ROA efisien. Sementara itu, ROE tidak efisien. 4. Erni Agustin
(2016) Analisis rasio keuangan untuk penilaian kinerja keuangan pada PT Indofarma
(Persero) Tbk
Hasil perhitungan rasio Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), Rasio Kas (Cash Ratio), Rasio Lancar (Current Ratio), Perputaran Persediaan dan Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Aset mengalami fluktuasi sedangkan Collection Periods dan Total Asset Turn Over (TATO) selama tahun 2012 sampai dengan 2014
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
B. Rerangka Pemikiran
Adapun rerangka pemikiran penelitian ini, dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Perusahaan BUMN Sektor Jasa Konstruksi
Bangunan
1. PT. Adhi Karya (Persero) Tbk 2. PT. PP (Persero) Tbk
3. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk 4. PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
Analisis Kinerja Keuangan Analisis Rasio Keuangan Analisis Du Pont 1. Membaik 2. Memburuk
3. Lebih baik dari Industri 4. Lebih buruk dari Industri