• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERLINDUNGAN TANAMAN II Strategi Perlindungan Tanaman dalam Memperkuat Sistem Pertanian Nasional Menghadapi ASEAN Free

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERLINDUNGAN TANAMAN II Strategi Perlindungan Tanaman dalam Memperkuat Sistem Pertanian Nasional Menghadapi ASEAN Free"

Copied!
356
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

PERLINDUNGAN TANAMAN II

Bogor, 13 Nopember 2014

Tema:

“Strategi Perlindungan Tanaman dalam Memperkuat Sistem

Pertanian Nasional Menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan

ASEAN Economic Community (AEC) 2015”

PUSAT KAJIAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

ii

Tim Penyusun Reviewer: Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi

Dr. Ir. Abdul Munif, MSc.Agr Dr. Ir. Ali Nurmansyah, MSi Dr. Efi Toding Tondok, SP., MSi Dr. Dra. Endang Sri Ratna

Fitrianingrum Kurniawati, SP., MSi Dr. Ir. Giyanto, MSi

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi Dr. Ir. Nina Maryana, MSi

Dr. Ir. Pudjianto, MSi Dr. Ir. Ruly Anwar, MSi Dr. Ir. Supramana, MSi Dr. Ir. Teguh Santosa, DEA Dr. Ir. Titiek Siti Yuliani, SU Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, MAgr Dr. Ir. Wayan Winasa, MSi

Dr. Ir. Yayi Munara Kusumah, MSi

Penyunting Naskah: Nadzirum Mubin, SP., MSi Mahardika Gama Pradana, SP

Suryadi, SP Moch. Yadi Nurjayadi, SSi

Dede Sukaryana

Desain Sampul: Suryadi, SP

UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA Sponsor:

PT. Petrosida Gresik

Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu Departemen Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper, Kampus IPB Dramaga Bogor

Telp./Faks: 0251-8629364 Email: pkpht.ipb@gmail.com

(5)

i KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limbahan rahmat, kita dapat hadir dalam seminar Nasional Perlindungan Tanaman yang mengambil

tema: Strategi perlindungan tanaman dalam memperkuat sistem pertanian

menghadapi Asean free trade area (AFTA) dan Asean economic community

2015.

Tema ini ditetapkan dengan pertimbangan bahwa dengan meningkatnya perdagangan komoditas pertanian antar Negara, selain memberikan dampak positif bagi perolehan devisa negara, namun pada sisi lain juga memiliki risiko terhadap berpindahnya organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dari suatu negara ke negara lain melalui komoditas pertanian yang diperdagangkan juga akan semakin besar. Hal ini mengharuskan perlunya langkah-langkah konkrit dari semua pihak untuk memperkuat sistem perlindungan tanaman dan perkarantinaan nasional.

Seminar hari ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat termasuk kalangan akademisi, pelaku usaha pertanian, kalangan swasta, dan aparat pemerintah di pusat dan daerah terhadap ancaman penyebaran hama dan penyakit tanaman. Diharapkan dalam menghadapi era perdagangan bebas ASEAN atau ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) tahun 2015, komunitas perlindungan tanaman lebih siap dalam menghadapi ancaman maupun peluang untuk mampu bersaing dengan negara kawasan ASEAN maupun kawasan lainnya.

Seminar nasional ini menghadirkan para pembicara yang kompeten, dari berbagai pihak, antara lain: Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Pertanian (P2HP) dan Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian, pelaku bisnis pertanian besar dan pelaku usaha mikro, perusahaan BUMN yang terlibat dalam bidang perlindungan tanaman, serta akademisi.

Hadirin yang kami hormati, Seminar ini diikuti oleh 300 orang peserta terdiri dari mahasiswa program sarjana dan program pasca sarjana S2 dan S3 dari berbagai daerah dan institusi di Indonesia. Selain itu seminar juga menyajikan 48 buah poster hasil penelitian baik dari peneliti di IPB maupun dari luar IPB.

Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan berbagai pihak sehingga acara seminar ini dapat berlangsung sukses, khususnya kepada pimpinan IPB, para pembicara utama, PT Petrosida sebagai sponsor dan segenap peneliti, panitia dan peserta seminar. Semoga seminar ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-sebesarnya dan selalu mendapat limpahan rahmat dari Allah swt.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Bogor, 1 Januari 2015 Ketua Panitia

(6)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Sambutan Ketua Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB

vii

Sambutan Wakil Rektor IPB Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

vii

Makalah Utama

Persiapan Sistem Perkarantinaan Nasional dalam Manajemen Risiko Hama dan Penyakit Tanaman (OPT) Menghadapi MEA 2015

Banun Harpini (Kepala Badan Karantina Pertanian)

Peluang dan Tantangan Perdagangan Produk Pertanian Menghadapi MEA 2015

Garjita Budi (Direktur Mutu & Standart Dirjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian)

Keragaan Produk Pertanian Indonesia Menghadapi MEA 2015

Muh. Basuki (Kepala Bagian Proteksi Tanaman, RnD Department, PT.

Great Giant Pineapple)

Inovasi Teknologi Agrokimia yang Ramah Lingkungan dalam Mendukung Produksi Pertanian yang Berdaya Saing

Guntur Sulistiawan (Kabag Perencanaan dan Pengembangan Pasar

PT. Petrosida Gresik)

Perspektif Pelaku Usaha Pertanian Menghadapi MEA 2015

Himma Zakia (Direktur CV. Salsabiila Nursery)

1 9 13 18 25 Makalah Penunjang 27

Biologi dan Ekologi

Adaptasi Koloni Wereng Hijau dan Virulensi Virus Tungro dari Daerah Endemis Tungro pada Ketinggian Tempat Berbeda

Dini Yuliani dan I Nyoman Widiarta Biologi Panacra elegantulus herrich-schaffe (Lepidoptera: Sphingidae) pada Tanaman Hias aglaonema

Rizky Marcheria Ardiyanti dan Nina Maryana Biologi Hyposidra talaca Wlk. pada beberapa Jenis Tanaman di Sekitar Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor

Yayi Munara Kusumah dan Yugih Tiadi Halala 28

36

(7)

iii Pengaruh Instar Larva Ulat Jengkal Teh (Hyposidra talaca Wlk.) dan Hari

Panen Polihedra Pascainokulasi terhadap Produksi Polihedra Hyposidra talaca Nucleopoyherovirus (HtNPV)

Michelle Rizky Yuditha dan Yayi Munara Kusumah 59

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pestisida Hayati

Kerentanan Plutella xylostella dari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terhadap Lima Jenis Insektisida Komersial

Aulia Rakhman dan Djoko Prijono Toksisitas Minyak Atsiri Cinnamomum spp. terhadap Ulat Krop Kubis, Crocidolomia pavonana, dan Keamanannya terhadap Tanaman Brokoli

Catur Hertika, Djoko Prijono, Gustini Syahbirin, dan Dadang Keefektifan Ekstrak Lima Spesies Piper (Piperaceae) untuk Meningkatkan Toksisitas Ekstrak Tephrosia vogelii terhadap Hama Kubis Crocidolomia pavonana

Annisa Nurfajrina dan Djoko Prijono Pengembangan Formulasi Biopestisida Berbahan Aktif Bakteri Endofit dan PGPR untuk Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri

Abdjad Asih Nawangsih, Eka Wijayanti, dan Juang Gema Kartika

Pengendalian Penyakit Tanaman

Potensi Pemanfaatan Bakteriofage sebagai Agens Antagonis Patogen Xanthomonas oryzae pv. Oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Padi Syaiful Khoiri, M. Candra Putra, Sari Nurulita, Dian Fitria,

Fitri Fatma Wardani, dan Giyanto Monitoring Penyakit Utama Padi di Beberapa Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah

Dini Yuliani dan Sudir Pegendalian Biologi Penyakit Rebah Kecambah (Pythium sp.) pada Tanaman Mentimun dengan Bakteri Endofit

Abdul Munif dan Fitrah Sumacipta Isolasi Cendawan Endofit dari Tanaman Padi dan Potensinya sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman

Abdul Syukur, Mochamad Yadi Nurjayadi, dan Abdul Munif 70 71 79 88 97 104 105 112 124 132

(8)

iv

Potensi Kitosan dan Agens Antagonis dalam Pengendalian Penyakit Karat (Phakopsora Pachyrhizi Syd.) Kedelai

Hagia Sophia Khairani dan Meity Suradji Sinaga Aktifitas Antibiosis Bakteri Endofit dari Tanaman Sirih terhadap Cendawan Patogen Tular Tanah

Fitrah Sumacipta dan Abdul Munif Uji Potensi Kompos Hasil Dekomposisi Empat Isolat Trichoderma sp. pada Pertumbuhan Tanaman Mentimun

Muhammad Firdaus Oktafiyanto, Loekas Soesanto, dan Tamad Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) pada Tanaman Kopi

Rita Harni Eksplorasi Cendawan Antagonis dari Tanaman Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) sebagai Agens Hayati dan Pemacu Pertumbuhan

Hishar Mirsam, Amalia Rosya, Yunita Fauziah Rahim, Aloysius Rusae, dan Abdul Munif Aplikasi Kompos yang Diperkaya Asam Humat dan Bakteri Endofit untuk Pengendalian Penyakit Blas pada Tanaman Padi

Diska Dwi Lestari, Bonny P.W. Soekarno, dan Surono Potensi Bakteri Endofit sebagai Agens Penginduksi Ketahanan Tanaman Padi terhadap Xanthomonas oryzae pv. Oryzae

Ida Parida, Tri Asmira Damayanti, dan Giyanto Isolasi dan Uji Potensi Konsorsium Bakteri Endofit Asal Tanaman Kehutanan Sebagai Agen Biokontrol dan Pemacu Pertumbuhan Tanaman Abdul Munif, Ankardiansyah Pandu Pradana,

Bonny P.W. Soekarno, dan Elis N Herliyana Kejadian Penyakit Cendawan Entomopatogen pada Spodoptera exigua (Lepidoptera: Noctuidae) dalam Jaring Tritropik pada Tanaman Bawang Daun

Suci Regita, Yayi Munara Kusumah,dan Ruly Anwar

139 147 154 161 167 176 189 198 207

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani dalam Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi di Kabupaten Lebak dan Serang

Miftah Faridzi dan Abdul Munif 217 218

(9)

v

Keanekaragaman Hayati

Catatan Hama Baru, Caloptilia sp. (Lepidoptera: Gracillariidae) pada Tanaman Kedelai di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

Ciptadi Achmad Yusup, Irfan Pasaribu, Lutfi Afifah, dan Purnama Hidayat Survei Trips Pada Tanaman Krisan Di Perusahaan Bunga Potong Natalia Nursery

Ruly Anwar dan Furgon Avero Identifikasi Kutudaun (Hempitera:Apididae) pada Akar Padi

Harleni, Purnama Hidayat, dan Hermanu Triwidodo Identifikasi Kutudaun Subfamili Hormaphidinae (Hemiptera: Aphididae) Dari Bogor, Sukabumi Dan Ciamis Jawa Barat

Yani Maharani, Purnama Hidayat, Aunu Rauf, dan Nina Maryana Keanekaragaman Arthropoda Tanah pada Pertanaman Kedelai Di Ngale, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

Lutfi Afifah, Purnama Hidayat, dan Damayanti Buchori Eksplorasi Neozygites sp. (Zygomycotina: Entomophthorales) pada Kutudaun Wortel, Bawang Daun, dan Mentimun di Bogor

Syifa Febrina dan Ruly Anwar Keanekaragaman Hymenoptera Parasitoid pada Vegetasi Bawah di Perkebunan Kelapa Sawit

Agus Hindarto, Purnama Hidayat, dan Nina Maryana Eksplorasi Bakteri Endofit pada Tanaman Bengkoang (Pachyrrizu crosus) Asti Irawanti Azis, M. Rizal, Laras, dan Abdul Munif Survei Nematoda Parasit Rumput Golf pada Green di klub Golf Bogor Raya Fitrianingrum Kurniawati dan Supramana

231 232 239 250 256 265 273 281 288 297 Deteksi Molekuler

Deteksi Migrasi Wereng Coklat (Nilaparvata lugens Stal) Menggunakan Zat Warna Fluoresen Stardust

Ratna Sari Dewi, Eko H. Iswanto, dan Baehaki Teknik Tissue Blot Immunobinding Assay dan RT-PCR langsung RNA BCMV dari Nitro Cellulose Membrane (NCM)

Tri Asmira Damayanti dan Avanty Widias Mahar 305 306

(10)

vi

Insidensi Bean common mosaic virus dari Benih Kacang Panjang Komersial dan Lokal Petani Berdasarkan Uji Serologi

Avanty Widias Mahar dan Tri Asmira Damayanti

Komunikasi Singkat

Pencegahan Penyakit Karat pada Ekaliptus dan Myrtaceae Lainnya Budi Tjahjono

323

329 330

(11)

vii

Sambutan Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Marilah kita memanjatkan puji syukur kepada Allah swt atas ijinnya pada pagi hari ini kita bisa hadir bersama di ruangan ini untuk menghadiri seminar Nasional perlindungan tanaman II. Salah satu tugas Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB adalah mendidik pemimpin masa depan yang memiliki kompetensi yang tinggi dibidang perlindungan tanaman, kemampuan analisa yang baik dan kepedulian yang tinggi terhadap permasalahan bangsanya. Sehingga nantinya diharapkan mampu berkontribusi dalam pembangunan di masyarakat dalam memajukan pembangunan pertanian.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, Departemen Proteksi tanaman terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan kegiatan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Disamping itu juga secara periodik mengadakan seminar, termasuk seminar hari ini, guna memberikan wawasan dan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan profesionalitas di bidang proteksi tanaman.

Kami bersyukur bahwa pada tahun 2014, Departemen Proteksi Tanaman IPB mendapat penghargaan sebagai program studi perlindungan tanaman pertama di Indonesia yang mendapatkan akreditasi Internasional dari AUN. Penghargaan ini sungguh telah menjadi modal dan semangat yang sangat penting bagi kami untuk terus memberikan pelayanan yang lebih baik kepada mahasiswa dan kepada masyarakat, khususnya di bidang perlindungan tanaman.

Kami menyadari permasalahan hama dan penyakit tanaman atau organisme pengganggu tanaman (OPT) akan tetap dan selalu menjadi hal yang penting tidak hanya di tingkat nasional, namun juga ditingkat regional dan bahkan dunia. Kerugian dan kehilangan hasil akibat gangguan hama dan penyakit pada produksi pertanian akan semakin besar terutama dengan adanya perubahan iklim dan semakin tingginya arus perdagangan global. Oleh karena tuntutan untuk terus menghasilkan teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman yang ramah lingkungan adalah suatu keniscayaan.

Saya berharap seminar ini akan memberikan inspirasi dan ide-ide baru yang dapat meningkatkan atau memperkaya bahan pengajaran, juga dapat mendorong tema-tema untuk melakukan kegiatan penelitian dan kegiatan pengabdian pada masyarakat.

Akhirnya saya memberikan penghargaan dan terimakasih kepada para narasumber atas kesediaan waktunya untuk hadir memenuhi undangan kami. Saya ucapkan terimakasih kepada panitia yang telah bekerja keras untuk terlaksananya acara seminar ini. Semoga Allah swt meridhoi usaha kita.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Bogor, 1 Januari 2015

Ketua Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB

(12)

viii

Sambutan Wakil Rektor IPB Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang atas karunia-Nya hari ini kita dapat berkumpul di ruangan ini dalam rangka Seminar Nasional Perlindungan Tanaman II. Kepada Bapak Ibu yang berasal dari lembaga di luar IPB, saya menyampaikan selamat datang di kampus IPB. Seminar ini menurut hemat saya bukan saja sangat relevan dilakukan saat ini namun juga sangat penting mengingat dalam waktu yang tidak lama lagi kita akan memasuki era baru yang penuh dengan tantangan dan sekaligus peluang yaitu masyarakat ekonomi Asean. Kita semua terutama dari kalangan perguruan tinggi baik dosen dan para mahasiswa terutama para pelaku usaha pertanian harus siap memasuki persaingan yang lebih ketat.

Para peserta seminar yang saya hormati,

Menghadapai era globalisasi yang semakin terbuka dan ekspansif seperti saat ini banyak produk-produk pertanian yang berasal dari luar negeri masuk ke Indonesia nyaris tak terbatas, sementara produk-produk pertanian kita tidak mampu bersaing dengan mereka. Melihat fenomena tersebut, maka kita bukannya pesimis justru harus bekerja keras secara kolektif dan terkoordinasi dari berbagai potensi bangsa. Untuk itu diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh sektor untuk mendukungnya. Komitmen itu harus dijabarkan secara jelas dan tegas. Karena selama ini, komitmen sektor-sektor lain terhadap pertanian belum memadai. Sebagai contoh sektor perbankan masih melihat sektor pertanian memiliki risiko yang tinggi sehingga enggan mengucurkan kredit untuk pengembangan usaha di sektor pertanian.

Kemudahan perdagangan internasional juga dapat meningkatkan permasalahan hama dan penyakit (OPT) akibat masuknya OPT dari negara lain dan cepatnya penyebarannya ke daerah-daerah lain. Peningkatan permasalahan hama juga dapat terjadi akibat penerapan cara-cara budi daya tanaman yang tidak tepat sehingga kondisi agroekosistem sangat mendukung bagi perkembangan OPT tetapi kurang mendukung perkembangan musuh alami OPT. Permasalahan OPT sering diperparah oleh pengambilan keputusan pengendalian yang tidak tepat seperti penggunaan pestisida kimia sintetik tanpa memerhatikan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) sehingga terjadi peningkatan atau pergeseran status beberapa jenis OPT di sejumlah daerah.

Para peserta seminar yang saya hormati,

Saat ini peneliti di berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga swasta termasuk lembaga swadaya masyarakat telah mencurahkan sumber daya yang tidak sedikit untuk mengembangkan sarana pengendalian ramah lingkungan yang dapat diintegrasikan dalam sistem PHT. Selain dapat menghasilkan produk pertanian sehat, penerapan teknologi pengendalian OPT yang tepat, yang didukung dengan perlakuan karantina yang teruji diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia dalam perdagangan internasional, termasuk dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) [ASEAN Economic Community] 2015.

Forum seminar ini diselenggarakan sebagai sarana untuk berbagi informasi tentang perkembangan terbaru yang terkait dengan permasalahan OPT serta

(13)

ix perkembangan kebijakan dan iptek perlindungan tanaman. Selain itu, forum seminar ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membangun jejaring kerja sama antarpeneliti dan antarlembaga dalam bidang perlindungan tanaman. Mudah-mudahan para peserta dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari penyelenggaraan seminar ini.Kami mengajak kepada berbagai pihak khususnya yang hadir dalam kesempatan ini untuk selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar kita selalu diberikan petunjuk dan kekuatan dalam melaksanakan berbagai tugas-tugas pembangunan pertanian.

Selamat berseminar.

Billahi Taufiq wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaroikatuh

Bogor, 1 Januari 2015

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan - IPB

(14)

x

(15)

1

Persiapan Sistem Perkarantinaan Nasional Dalam Manajemen Resiko Hama Dan Penyakit Tanaman (OPT) Menghadapi MEA 2015

Banun Harpin

Kepala Badan Karantina Pertanian Email: banun234@yahoo.com

Ringkasan

Perjanjian organisasi perdagangan dunia (WTO) telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Dengan demikian perjanjian tersebut beserta seluruh lampirannya termasuk perjanjian Sanitary and Phytosanitary Measure (SPS-WTO) mengikat negara anggota dan merupakan regulasi, pedoman dan rekomendasi yang bertujuan untuk melindungi kesehatan hewan dan tumbuhan di dalam suatu negara dari resiko masuk dan menetapnya atau menyebarnya suatu penyakit, organisme pengganggu tumbuhan, atau organisme penyebab penyakit. Perjanjian SPS dimaksudkan untuk melindungi kesehatan manusia, hewan hidup atau tumbuhan di dalam suatu negara dari resiko yang ditimbulkan oleh zat additive, kontaminan, toksin, atau organisme penyebab penyakit pada makanan, dan melindungi kesehatan manusia di dalam suatu negara dari resiko yang muncul dari penyakit dibawa oleh hewan, tanaman atau produknya. SPS-WTO di dalam implementasinya lebih dikenal dengan nama tri-sister terdiri dari : International Plant Protection Convention (IPPC). Indonesia telah menjadi anggota IPPC sejak tahun 1959.Saat ini Badan Karantina Pertanian ditetapkan sebagai IPPC Focal Point di Indonesia, serta juga aktif di dalam penempatan SDM karantina pada penyusunan standar ISPM. Selain IPPC, SPS-WTO juga ditopang oleh dua lembaga internasional lainnya yaitu World Animal Organization (OIE); dan organisasi keamanan pangan dunia Codex Alimentarius Commission (CAC).

Dalam kerangka perlindungan sumber daya alam, peran karantina makin strategis dan menjadi garda terdepan, sedangkan dalam kerangka akses pasar produk pertanian, juga menjadi ujung tombak dalam pemenuhan berbagai persyaratan SPS negara mitra dagang. Bertolak dari hal tersebut, Badan Karantina melalui kerjasama SPS nasional memiliki berbagai modalitas dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, antara lain : (a) ditunjuk sebagai National focal point untuk Organisasi Perlindungan Tumbuhan (NPPO) di Indonesia dengan beranggotakan bidang perlindungan tanaman di masing-masing Ditjen Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Hortikultura. (b) ditetapkan sebagai SPS National Notification Body dan Inquiry Point bagi kementerian/lembaga yang menjalankan fungsi SPS. (c) juga ditunjuk sebagai sekretariat nasional dalam forum pertumbuhan sub-regional seperti IMT-GT dan

(16)

2

BIMP-EAGA.Selain itu menjadi focal point pada kerjasama SPS ditingkat bilateral dan regional ASEAN serta ASEAN - FTA.

Melalaui penguatan sistem perkarantinaan di pre-border, at-border serta post-border dalam kerangka perlindungan sumber daya alam pertanian maupun dalam mendukung akselerasi ekspor pertanian, penguatan sistem kemitraan perkarantinaan dan good governance dalam pengelolaan stakeholder compliance strategy diharapkan mampu memberikan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan sistem perkarantinaan nasional menyongsong MEA 2015.

Pendahuluan

Perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis di sektor perdagangan dunia dewasa ini khususnya paska krisis 2008 yang masih berlangsung di berbagai belahan dunia sampai saat ini, serta kondisi perekonomian dunia yang belum membaik, sehingga tiap negara berusaha meningkatkan ekspor produk perdagangan dan jasa, disisi lain berupaya melakukan pengendalian impor guna mempertahankan stabilitas ekonominya.

Implementasi Non-Tariff Measures (NTM) di dalam sistem perdagangan bebas (world free trade) bagi tiap negara makin ketat, dengan memanfaatkan isu ketahanan, keamanan, kesehatan, dan lingkungan (K3L), membuat akses pasar antar negara makin kompetitif dalam pelaksanaan kebijakan impor dan ekspor perdagangan barang dan jasa antar negara. Isu-isu kesehatan hewan, tumbuhan, manusia (keamanan pangan dan GMO), lingkungan (GMO, Invasive alien species, logam berat, dan zat kimia perusak ozon) serta ancaman bioterorisme melalui penyebaran bio-agent menjadi isu strategis. Perkembangan dinamika tersebut membuat negara-negara terus melakukan restrukturisasi organisasi guna melindungi negara-negara masing-maasing dengan memanfaatkan isu K3L sekaligus menjadikan posisi tawar dalam rangka pelaksanaan kebijakan dagang.

Saat ini dan kedepan Sanitary dan Phytosanitary (SPS) menjadi isu yang sangat penting dalam rangka meningkatkan akses pasar suatu negara. Negara-negara maju yang mempunyai keahlian, keterampilan, sumber daya dan sumber dana memanfaatkan dengan maksimal isu tersebut guna melindungi produk dalam nagerinya sekaligus menjadi posisi tawar yang kuat untuk menekan negara-negara berkembang yang belum mampu melaksanakan dengan baik isu tersebut. Hambatan impor dan ekspor suatu negara dapat terjadi kelambatan atau akselerasi dengan ke dua isu tersebut, bahkan penyelesaian dagang suatu negara dilakukan melalui penyelesaian sengketa (dispute settlement body) oleh WTO.

Era perdagangan bebas yang tidak melarang adanya negara termasuk Indonesia membentuk blok perdagangan regional (ASEAN, APEC, Trans Pacific, AFTA, NAFTA, China, Korea, Jepang, AANZ, EU, ASEAN-Russia, ASEAN-Kanada, ASEAN-India, dan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), serta menyonsong Masyarakat ASEAN 2015 (ASEAN community). Kebijakan open air (Kuala Namu, Soekarno Hatta, Juanda, Sepinggan, Hasanuddin,

(17)

3 dan Sam Ratulangi) dan open port (International hub di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Papua) menjadi ancamanbagi impelementasi kebijakan perkarantinaan nasional apabila tidak segera dilakukan pembenahan lintas sektor dan re-strukturisasi organisasi yang berada di lini depan terhadap perdagangan barang dan jasa, isu logistik dan lemahnya koordinasi antar sektor serta isu dwelling time yang masih tinggi di pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia.

Volume perkembangan usaha penerbangan yang terus bekembang saat ini dan ke depan serta pertumbuhan ekonomi masyarakat menengah Indonesia mengakibatkan arus lonjakan lalu lintas penerbangan menjadi tinggi. Selain itu jumlah penduduk yang besar (nomor 4 di dunia dan nomor 1 di ASEAN) menjadi pangsa pasar yang strategis bagi negara-negara mitra dagang. Perkembangan pelabuhan kelas regional yang mampu disandari kapal-kapal besar mengakibatkan arus bongkar petikemas akan diprediksi menjadi 20 sampai 30 Juta teus pada tahun 2020 atau meningkat sekitar 100 – 200 persen dari kondisi saat ini.

Modalitas perkarantinaan menyongsong MEA 2015

Dalam kerangka perlindungan sumber daya alam, posisi Badan Karantina makin strategis dan menjadi garda terdepan bersama beberapa kementerian/lembaga terkait yang melaksanakan SPS di bidangnya, sedangkan dalam kerangka akses pasar produk pertanian, juga menjadi ujung tombak dalam pemenuhan berbagai persyaratan SPS negara mitra dagang. Bertolak dari hal tersebut Badan Karantina melalui kerjasama SPS Nasional memiliki berbagai modalitas antara lain : (a) ditunjuk sebagai National Focal Point untuk Organisasi Perlindungan Tumbuhan (NPPO) di Indonesia dengan beranggotakan bidang perlindungan tanaman di masing-masing Ditjen Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Hortikultura; (b) ditetapkan sebagai SPS National notification body dan Inquiry point bagi kementerian/lembaga yang menjalankan fungsi SPS; (c) ditunjuk sebagai sekretariat nasional di pertumbuhan sub-regional seperti IMT-GT dan BIMP-EAGA.

Selain itu juga aktif di dalam kerangka kerjasama melalui kerjasama perlindungan tumbuhan Asia dan Pasifik (Asia and Pacific Plant Protection Commission / APPPC). Indonesia sangat aktif di dalam berbagai fora dan penyusunan standar kesehatan dan perlindungan tumbuhan regional. Pada tahun 2015 Badan Karantina Pertanian akan menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan sidang ke 29 APPPC yang diikuti sekitar 30 Negara dari kawasan Asia dan Pasifik. Modalitas lain yang diemban meliputi :(a) merupakan lembaga yang paling besar di bidang perlindungan SDA di negara-negara ASEAN dengan jumlah SDM, fasilitas sarana dan prasarana, serta dukungan regulasi yang kuat. (b) mendorongdan menjadi pioneer dalam pengembangan dan pemanfaatan ASEAN Single Window (ASW) untuk melakukan Electronic services (E-Phyto dan E-Cert) di beberapa negara anggota ASEAN. Mendorong negara anggota ASEAN agar penggunaan e-phytosanitary certificate dan e-health certificate dapat digunakan dalam percepatan layanan berbasis elektronik di dalam anggota negara ASEAN; (c) menjadi ketua kerjasama SPS sub-regional BIMP-EAGAdan telah menindak lanjuti dengan inisitiatif “One Protection”. Prinsip One Borneo Protection adalah melindungi sumber daya alam pulau Borneo oleh Negara

(18)

4

Brunei Darussalam, Malaysia (Sarawak dan Sabah), serta Indonesia (4 Propinsi) menjadi satu aturan tunggal SPS yang terdiri dari kesehatan manusia, hewan, ikan dan tumbuhan. Arus lalu lintas barang dan jasa di tiga negara ini akan memiliki tingkat mitigasi resiko dan standard operating procedure yang sama. Keberhasilan implementasi konsep ini dapat menjadi benchmark untuk kawasan ASEAN lainnya.

Saat ini ada 5 jenis hama dan penyakit pada hewan, ikan dan tumbuhan, serta 5 jenis penyakit menular pada manusia telah dilakukan pembahasan secara mendalam pada konsep tersebut. Pertemuan mencatat dan mengidentifikasi 5 (lima) prioritas hama dan penyakit hewan, ikan dan tumbuhan serta penyakit manusia dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia (Sabah dan Sarawak) yang memiliki potensi risiko penularan dari sumber media pembawa dan orang yang dilalulintaskan dan atau yang melakukan pergerakan di wilayah lintas batas Pulau Borneo. Di bidang karantina hewan mencatat bahwa 5 (lima) prioritas penyakit hewan karantina yaitu : Notifable Avian Influenza, Foot and Mouth Disease, Brucellosis, Rabies, Salmonella enteritidis. Di bidang karantina tumbuhan mencatat 5 (lima) prioritas hama dan penyakit tumbuhan yaitu : South American Leaf Blight (SALB) pada karet, Citrus Greening pada Jeruk, Cadang-Cadang Viriod pada Kelapa, Lethal Yellowing Phytoplasm pada Kelapa dan Mediterranian fruitfly (Ceratitis capitata). Dari Karantina Ikan mencatat 5 prioritas penyakit ikan yaitu : Early Mortality Syndrome (EMS), Taura Syndrome Virus (TSV), Viral Nervous Necrosis (VNN), White Spot Syndrome VIrus (WSSV), Macrobrachium rosenbergii Nodavirus (MrNV). Di bidang karantina kesehatan manusia mencatat 5 (lima) concern penyakit manusia yang dapat menjadi risiko akibat lalulintas orang di wilayah lintas batas Pulau Borneo yaitu : Avian Flu, Mers Cov, Tubercullosis, Yellow Fever dan SARS. Dari identifikasi tersebut juga telah dibuat mapping dan flow-chart tindakan karantina yang wajib dilakukan dan akan diharmonisasi oleh karantina Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia (Sabah dan Sarawak) dalam tiap tahapan pemeriksaan karantina di pre-border, at border dan post border.

Indonesia selaku penyelenggara Technical Working Group on One Borneo Protection Initiative pada tahun 2015 akan mengusulkan 5 jenis komoditas tumbuhan masing-masing komoditas jeruk, karet, kelapa sawit, kakao dan kopi, serta komoditas hewan : sapi, kambing, ayam, kuda dan anjing untuk didiskusikan pada forum tersebut masing-masing.

Indonesia saat ini sedang mengajukan proposal untuk dinegosiasikan di forum AMAF 2015 tentang “Establishment on the ASEAN Quarantine Training Centre”, bagi para petugas Karantina dan NPPO/Medik Veteriner bagi negara anggota ASEAN. Sasaran pembangunan pertanian dalam Kabinet Kerja 2015-2019

Kondisi operasional perkarantinaan saat ini belum optimal selain karena kuantitas dan kualitas SDM, sarana dan pra-sarana penunjang, juga sistem dan prosedur yang belum sinergi dengan berbagai prosedur kementerian dan lembaga lainnya di dalam kelompok Custom, Immigration, and Quarantine (CIQ). Kondisi ini turut berkontribusi di dalam lambatnya pengembangan sistem logistic arus barang dan tingginya dwelling time di pelabuhan utama di Indonesia. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan strategis perkarantinaanyang sejalan dengan kebijakan nasional

(19)

5 Kabinet Kerja di sektor pertanian 2015-2019, yaitu menyukseskan program kedaulatan pangan.

Rencana strategis Badan Karantina Pertanian tahun 2015-2019 dalam mendukung kebijakan nasional tersebut, mengejawantahkannya melalui penguatan praktek sistem perkarantinaan yang lebih ramah (Toward national green quarantine practices), yang bertujuan untuk : (1) melindungi sumber daya alam pertanian dan lingkungan dari ancaman OPTK/HPHK melalui penguatan analisis resiko; (2) memperkuat pengawasan keamanan pangan dan agensia hayati;(3) meningkatkan akselerasi ekspor produk pertanian; (4) meningkatkan layanan publik karantina berbasis standar mutu; serta (5) penguatan sistem kemitraan perkarantinaan nasional;

Penguatan sistem kebijakan operasional perkarantinaan dalam perlindungan sumber alam hayati

Penguatan sistem perkarantinaan akan difokuskan melalui pengelolaan off-shore/pre-border melalui penggunaan alat mitigasi resiko berupa: Import risk analysis (IRA), Pest risk analysis (PRA), Risk analysis, Weed risk analysis (WRA); serta implementasi standar-standar internasional berbasis Pengakuan (Recognition), Ekivalensi (Equivalency), registrasi dan akreditasi, tindakan karantina di negara asal (Pre-shipment quarantine inspection), dan Mutual recognition agreement (MRA). Di tingkat at-border dilakukan melalui monitoring serta random sampling berdasarkan tingkat kepatuhan pelanggan (level of compliance), sedangkan di tingkat post-border dilakukan untuk pelaksanaan Post Entry Quarantine guna melakukan pengamatan terhadap Latent infection diseases.

Dukungan standar internasional seperti ISPM No.1 (2006) tentang Phytosanitary principles for the protection of plants and the applications of phytosanitary measures in international trade; ISPM 4 (1995) tentang Requirements for the establishment of pest free areas; ISPM No. 20 (2004) Guidelines for import regulatory systems; ISPM No.24 (2005) tentang Guidelines for the determination and recognition of equivalence of phytosanitary measures; dan (ISPM No.14 (2002) tentang The use of integrated measures in a systems approach for pest risk management, sangat bermanfaat bagi strategi penguatan sistem perkarantinaan Indonesia. Regulasi perkarantinaan nasional yang sangat kuat antara lain : (1) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42 Tahun 2012 tentang Tindakan Karantina terhadap pemasukan buah segar kedalam wilayah RI; (2) Permentan Nomor 43 tahun 2012 tentang tindakan karantina tumbuhan terhadap pemasukan sayuran buah segar ke dalam wilayah RI; dan (c) Permentan nomor 88 Tahun 2011 tentang Pengawasan Pangan Segar Asal Tumbuhan. Ke tiga regulasi tersebut mengatur ketentuan penggunaan cold treatment, fumigation, vapor heat treatment, dan irradiation terhadap 46 jenis buah dan sayuran buah segar, serta pengaturan batas maksimun residu pestisida terhadap 100 jenis komoditas pertanian.

Pada tataran kerjasama regional negara-negara ASEAN telah mempunyai kerjasama komprehensif dalam pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang telah berlangsung selama 36 tahun. Hasil pertemuan tingkat Menteri Pertanian

(20)

6

ASEAN yang dilaksanakan di Myammar bulan September 2014, menghasilkan update kerjasama di bidang SPS antara lain disepakatinya : (a) List of proposed 73 MRLs for the following pesticides: dimethoate, omethoate, lambda cyhalothrin, fenvalerate, carbaryl, carbendazin, chlorothalonil, cyfluhrin, cyhalothrin, cypermethrin, dimethoate, imidacloprid, dan methomil as ASEAN harmonized MRL.; (b) Methodology for conducting Pest Risk Analysis (PRA); (c) ASEAN Guidelines on the Regulation Use and Trade of Biological Control Agents (BCA); (d) ASEAN Standard for: i) Cocoa beans (ASEAN Standard 34, 2014); ii) Oyster mushroom (ASEAN stan 35: 2014); iii) Peanut (ASEAN Stand 36: 2014); iv) Sugar apple (ASEAN Stan 37: 2014); v) Sweet potato (ASEAN Stan 38: 2014); vi) Sweet tamarind (ASEAN stan 39: 2014); and vii) Tea (ASEAN stan 40: 2014).; dan (e) ASEAN Standard on Organic Agriculture;

Selain yang telah disepakati tersebut, pada pertemuan AMAF sebelumya juga telah disepakati ASEAN standards for: i) Wax apple; ii) Chico (Sapodilla); iii) Eggplant; iv) Pumpkin; and v) Sweet corn; vi) Mango; vii) Pineapple; viii) Banana; ix) Durian. Intra-ASEAN Phytosanitary Guidelines for the Importation of Paddy, and Oil Palm, serta Guidelines on the Risk Assessment of Agriculture-related Genetically Modified Organisms. Dengan telah diterbitkannya beberapa standar ASEAN bagi lalu lintas komoditas pertanian antar Negara anggota ASEAN maka standar tersebut menjadi acuan tunggal di dalam MEA 2015.

Peningkatan daya saing melalui akselerasi ekspor produk pertanian dan pangan melalui penerapan sistem In-line Inspection

Dalam rangka mendukung akselerasi ekspor produk pertanian dalam memenuhi ketentuan SPS negara mitra dagang, maka dilaksanakan melalui penguatan In-line Inspection system (IIS) yang merupakan rangkaian kegiatan terintegrasi dari hulu (kebun, grading, packing house, dan tansportasi) sampaike hilir (pemberian phytosanitary certificate atau health certificate) dengan dukungan standar internasional seperti ISPM No.7 (2012) tentang Export Certification Systems; ISPM No. 12 (2012) tentang Guidelines for phytosanitarycertificates.

Disamping itu pengembangan protokol impor dan sertifikasi karantina ekspor terus ditingkatkan melalui kerjasama bilateral dengan beberapa negara tujuan ekspor dengan melakukan harmonisasi standar SPS dan pengembangan sistem audit. Penguatan good governance perkarantinaan nasional

Dalam rangka membangun kepercayaan publik (public trust) melalui serangkaian sistem yang bersumber pada nilai-nilai dasar organisasi, pengembangan SDM karantina, penataan organisasi yang efisien dan efektif, penyempurnaan proses bisnis operasional (SOP/Pedoman), pengembangan ICT, dan peningkatan disiplin serta manajemen SDM karantina. Integrasi sistem ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama (IKU), melalui penerapan Good Governance dan penerapan standar kinerja pegawai serta layanan publik yang bermuara pada terciptanya kepercayaan publikterhadap karantina di Indonesia.

Mempertimbangkan posisi Indonesia sebagai negara kepulauan dan regulasi antar K/L yang terkait dengan perdagangan internasional yang masih banyak

(21)

7 menggunakan isu “tarif dan kuota”, serta luasnya pelabuhan dan darat antar negara, menjadikan sistem perkarantinaan perlu diperkuat melalui upaya pencegahan, peningkatan pengawasan dan penegakan hukum yang tegas, melalui penguatan kerjasama dengan aparat keamanan baik lintas darat dan laut antar negara.

Penguatan sistem kemitraan perkantinaan nasional

Terkait penguatan sistem perkarantinaan nasional, ada keinginan yang kuat dari Badan Karantina Pertanian untuk mendelegasikan sebagian kewenangan teknis perkarantinaan sebagaimana diatur di dalam Undang-undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, serta Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan dalam pelaksanaan tindakan Pemeriksaan,

Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan dan Pemusnahan. Sistem kemitraan

tersebut dilakukan melalui registrasi dan akreditasi kepada pihak ke tiga guna efesiensi dan efektifitas pengelolaan sistem perkarantinaan dinegara asal meliputi pendelegasian wewenang tertentu tindakan perkarantinaan (pengawasan keamanan pangan; rekognisi, dan perlakuan karantina)guna memperlancar pemeriksaan media pembawa di tempat-tempat pemasukan utama di dalam negeri.

Dalam kaitan dengan akselerasi ekspor produk pertanian, maka penguatan kemitraan melalui registasi/akreditasi instalasi karantina tumbuhan dan penyedia jasa ISPM#15 (kemasan kayu) serta pelaksanan fumigasi melalui sistem praktek perkarantinaan yang baik (Good Quarantine Practices).Dengan penguatan sistem kemitraan tersebut maka pelaksanaan sistem perkarantinaan dapat lebih efisien dan efektif, serta turut andil dalam penciptaan lapangan kerja dan penerimaan negara.

Penutup

Dari uraian tersebut diatas, maka dengan modalitas dan sistem pekarantinaan yang ada, serta dukungan kelembagaan yang kuat, maka Indonesia siap dalam melakukan manajemen resiko hama dan penyakit tanaman (OPT) dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Meskipun demikian dengan luas wilayah dan banyaknya tempat pemasukan dan pengeluaran yang ditetapkan secara nasional, maka diperlukan effort yang kuat serta sistem perkarantinaan yang tangguh untuk mencapai tujuan nasional di dalam perlindungan sumber daya alam di Indonesia.

Daftar Pustaka

1. Report on the 36th Meeting of ASEAN Minister of Agriculture and Forestry (AMAF)

20-26 September 2014, Myanmar (unpublished).

(22)

8

3. Permentan Nomor 88 tahun 2011 tentang Pengawasan Pangan Segar Asal Tumbuhan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran. 48 hal.

4. Permentan Nomor 42 tahun 2012 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan terhadap pemasukan Buah Segar ke Dalam Wilayah RI. 50 hal.

5. Permentan Nomor 43 tahun 2012 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan terhadap Pemasukan Sayuran Segar ke dalam Wilayah RI. 45 hal.

6. Asean Secretariat, 2013. ASEAN Trade in Good Agreement. 79 pp.

7. Banun Harpini, 2014. Kebijakan Badan Karantina Pertanian dalam mendukung akselerasi ekspor dan pengamanan pasar dalam negeri. Makalah pada pertemuan Atase Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI, 6 hal (tidak dipublikasikan)

8. FAO, 2006. International Standard for Phytosanitary Measures, 1-27 (2006 edition), FAO, Rome. 347 pp.

9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. 45 hal.

10. Sanitary and Phytosanitary Measures of the WTO Agreements Series, 2005. World Trade Organization.47 pp.

(23)

9

Peluang dan Tantangan Perdagangan Produk Pertanian Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) 2015

Gardjita Budi

Direktur Mutu & Standart Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

Memasuki tahun 2015 banyak tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian. Beberapa tantangan kedepannya di antaranya, bahwa di tahun 2015 Asean Economic Community (AEC) mulai diberlakukan, yaitu membuka luas pasar arus ekspor-import barang dan jasa ataupun investasi antar negara ASEAN dimana semua hambatan tarif dan non tarif harus segera dikurangi atau dihapuskan. Dengan diberikannya kemudahan untuk bertransaksi antar negara ASEAN, diyakini dapat menjadi peluang ataupun tantangan bagi perekenonomian Indonesia.

Peran Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) di dalam mendukung program Kementerian Pertanian dijabarkan dalam beberapa kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui program peningkatan nilai tambah, daya saing, mutu, pemasaran hasil dan investasi pertanian hasil pertanian. Program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tugas fungsi Eselon II di dalamnya meliputi kegiatan (1) Pengembangan Mutu dan Standardisasi Pertanian, (2) Pengembangan Pemasaran Domestik, (3) Pengembangan Pemasaran Internasional, (4) Pengembangan Usaha dan Investasi, dan (5) Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian.

Pembenahan dan pengembangan Mutu dan Standardisasi hasil pertanian di masa kini dan masa yang akan datang merupakan salah satu hal penting dalam menghasilkan produk pertanian. Untuk itu perlu sistem yang dapat dipakai sebagai landasan dalam pengembangan mutu hasil pertanian. Hal ini sejalan dengan perkembangan tuntutan konsumen terhadap mutu produk baik di pasar domestik maupun di pasar internasional

Masyarakat menuntut adanya jaminan mutu dan keamanan pangan dengan memperhatikan aspek lingkungan, tepat harga, tepat waktu, tepat lokasi, tepat jumlah dan tepat ukuran untuk produk yang dikonsumsi. Kemudian adanya berbagai perjanjian regional dan internasional yang menyangkut standar dan food safety mendorong pentingnya jaminan keamanan bagi konsumen. Beberapa hambatan dan peluang perdagangan produk pertanian antara lain:

1. Persyaratan mutu yang ketat di negara tujuan ekspor

2. Keterbatasan infrastruktur mutu yang meliputi sarana pengawasan (laboratorium penguji/LP, lembaga sertifikasi/LS) dan SDM (manajemen, analis, inspektor, auditor, penyidik)

(24)

10

3. Infrastruktur dan teknologi pengangkutan 4. Informasi dan kemampuan mengakses pasar 5. Teknologi pengemasan

6. Kemampuan petani dan pelaku usaha

7. Kesadaran tentang peran mutu dan keamanan pangan sebagai instrumen perdagangan (ekspor)

8. Pengetahuan tentang persyaratan mutu dan keamanan pangan 9. Ketrampilan penerapan sistem mutu dalam rantai produksi/pasok 10.Keterbatasan akses informasi

11.Keterbatasan akses modal

Strategi Pengembangan Mutu dan Standardisasi

Salah satu langkah untuk mengantisipasi dan menyikapi permasalahan pengembangan mutu dan standardisasi adalah menyusun sistem pembinaan dan pengawasan mutu komoditi pertanian melalui kebijakan satu pintu. Adanya strategi yang merupakan kesepakatan bersama diharapkan dapat menghasilkan sistem yang efektif dan efisien tentang jaminan mutu dan keamanan produk pertanian baik dalam produksi, penanganan pasca panen pengolahan, pemasaran, maupun pemanfaatan sumber daya manusia.

Pengembangan mutu dan standardisasi hasil pertanian harus berorientasi menyeluruh dari hulu/awal rantai produk pertanian dan pangan sampai hilir/akhir yaitu mulai praproduksi sampai dikonsumsi. Hal ini meliputi pembinaan mutu sejak sebelum produk ditanam (benih dan bibit), selama budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan, penyimpanan, distribusi, penjualan dan konsumsi. Karena luasnya lingkup dan cakupan kegiatan, maka pembinaan mutu dan standardisasi pertanian perlu strategi sebagai berikut:

Kebijakan Pengembangan Mutu dan Standardisasi Pertanian

Kementerian Pertanian sebagai Otoritas Kompeten untuk meningkatkan jaminan mutu produk dan keamanan pangan produk hasil pertanian telah membentuk Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) baik di pusat maupun di daerah dan membangun mekanisme sertifikasi registrasi produk hasil pertanian sebagai upaya penyediaan pangan yang aman, bermutu sehingga berdaya saing.

Untuk menghasilkan produk pertanian yang bermutu dan berdaya saing baik di pasar domestik maupun internasional, maka Direktorat Mutu dan Standardisasi menetapkan kebijakan sebagai berikut:

a. Mengembangkan standar dan kebijakan mutu hasil pertanian yang efektif dan efisien;

b. Meningkatkan kompetensi pembina, pengawas dan pelaku usaha dibidang penerapan dan pengawasan jaminan mutu dan keamanan pangan hasil pertanian;

c. Meningkatkan kemampuan Lembaga Penilai Kesesuaian (Laboratorium Pengujian, Lembaga Sertifikasi, Otoritas Kompeten Keamanan Pangan) dalam pengujian dan pengawasan mutu;

(25)

11 d. Meningkatkan kerjasama dan harmonisasi standar secara nasional, regional

maupun internasional;

e. Meningkatkan pengawasan mutu alat dan mesin pertanian melalui pengujian dan sertifikasi.

Peran Infrastruktur Mutu Sektor Pertanian

a. Pembenahan standar dan regulasi untuk mendukung kebijakan nasional,

mengacu kepada standar dan regulasi internasional

b. Sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan

pemahaman dan kesadaran peranan mutu dan keamanan pangan

c. Pelatihan dan Fasilitasi kepada penerap jaminan mutu (farm to table)

mengacu kepada standar nasional dan internasional/negara tujuan ekspor

d. Penguatan laboratorium penguji dengan pengembangan jejaring lab,

pengadaan peralatan, studi banding, pelatihan2

e. Penguatan OKKP untuk pelaksanaan pengawasan dan monitoring sesuai

regulasi di tingkat nasional dan internasional dengan verifikasi, pengembangan jejaring OKKP, pelatihan petugas

f. Pengembangan Lembaga Penilai Kesesuaian (LS dan Lab Penguji) bidang

pertanian

Program dan Kegiatan

Untuk mencapai sasaran pengembangan mutu dan standardisasi pertanian maka ditetapkan program sebagai berikut:

a. Penyiapan Kebijakan Mutu dan Standardisasi

Program ini mencakup kegiatan penyiapan kebijakan, regulasi teknis dan pedoman yang terkait dengan pengembangan dan perumusan standar, kelembagaan, penerapan dan pengawasan mutu, kerjasama dan harmonisasi; b. Pengembangan standar

Program ini mencakup kegiatan penyusunan RSNI pertanian, pelaksanaan konsensus RSNI, Analisis kebutuhan dan kesesuaian kebijakan dan standar sektor pertanian, kaji ulang SNI, bimbingan teknis konseptor dan editor, sosialisasi kebijakan dan standar, evaluasi kinerja perumusan standar;

c. Peningkatan kompetensi pembina, pengawas dan pelaku usaha dibidang penerapan dan pengawasan jaminan mutu dan keamanan pangan hasil pertanian.

Program ini mencakup kegiatan sosialisasi kebijakan pembinaan dan pengawasan, pengembangan program pengawasan, penyiapan dan peningkatan kompetensi personil pembina, pengawas dan penyidik, fasilitasi pendampingan penerapan dan pengawasan sistem manajemen mutu, evaluasi penerapan dan pengawasan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan, fasilitasi sertifikasi, registrasi dan pelabelan.

d. Peningkatan kemampuan Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK) meliputi Laboratorium Pengujian, Lembaga Sertifikasi dan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan dalam pengawasan mutu.

(26)

12

Program ini mencakup kegiatan sosialisasi kebijakan pembinaan dan pengawasan LPK, Fasilitasi pendampingan lembaga penilai kesesuaian (Laboratorium Pengujian, Lembaga Sertifikasi, Otoritas Kompeten Keamanan Pangan), Peningkatan kompetensi personil Lembaga Penilai Kesesuaian, Fasilitasi verifikasi Lembaga Penilai Kesesuaian, Pengembangan jejaring Lembaga Penilai Kesesuaian;

e. Pengembangan harmonisasi dan kerjasama standardisasi secara nasional, regional maupun internasional.

Program ini mencakup kegiatan fasilitasi penyusunan posisi Indonesia dalam forum standardisasi tingkat regional dan internasional, Fasilitasi harmonisasi dan kerjasama standardisasi (nasional, regional dan internasional), Fasilitasi pendayagunaan SPS Notification Body, Peningkatan kompetensi SDM di bidang Kerjasama dan Harmonisasi, Diseminasi hasil sidang forum standardisasi tingkat regional dan internasional, Fasilitasi penyusunan informasi dan data ilmiah pendukung kerjasama dan harmonisasi standar.

Penutup

Dalam rangka meningkatkan daya saing produk pertanian dan menyediakan pangan yang aman dikonsumsi, maka pengembangan standardisasi dan perbaikan mutu diharapkan mampu menghasilkan produk pertanian yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi.

Kebijakan pengembangan program standardisasi dan perbaikan mutu produk pertanian merupakan salah satu titik kritis didalam pengembangan agribisnis sektor pertanian yang mempunyai peranan penting guna mendukung program peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian baik di perdagangan tingkat nasional, regional maupun internasional.

(27)

13

Pertanian Berkelanjutan di PT. Great Giant Pineapple dalam Upaya Menghadapai Pelaksanaan Pasar Bebas

ASEAN (AFTA)

Muh Basuki

Kepala Bagian Proteksi Tanaman, RnD Department, PT. Great Giant Pineapple Email: muh.basuki@ggpc.co.id

Pendahuluan

Negara-negara ASEAN, akan memasuki babak baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN Economic Comunity (AEC). AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN IV di Singapura 1992. Awalnya AFTA ditargetkan merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN, dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008). Kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area (CEPT- AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui 4 program yaitu: pengurangan tingkat tarif yang secara efektif sama di antara negara- negara ASEAN hingga mencapai 0-5%, penghapusan hambatan-hambatan kwantitatif dan hambatan-hambatan-hambatan-hambatan non tarif, serta penetapan kandungan lokal sebesar 40 persen.

AFTA bertujuan menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, menarik lebih banyak Investasi asing langsung, serta meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade). Adapun manfaat dari AFTA adalah 1) peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan penduduk sebesar ± 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam; 2) biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya dan termasuk biaya pemasaran; 3) pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu; serta 4) kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya. Disamping banyak manfaat yang akan kita peroleh namun juga menjadi tantangan bagi pelaku bisnis di Indonesia, yaitu Pengusaha/produsen Indonesia dituntut terus menerus dapat meningkatkan kemampuan dalam menjalankan bisnis secara profesional guna dapat memenangkan kompetisi dari produk yang berasal dari negara anggota ASEAN

(28)

14

lainnya baik dalam memanfaatkan peluang pasar domestik maupun pasar negara anggota ASEAN lainnya.

PT. Great Giant Pineapple sebagai perusahaan pengalengan nanas yang 100% produknya di eksport maka harus mampu bersaing di pasar global khususnya di kawasan ASEAN. Perusahaan ini terintegrasi antara kebun dan pengolahan buahnya, sehingga dalam menghadapi AFTA dan WTO maka perusahaan menetapkan beberapa strategi baik di kebun maupun di factory agar produk-produk yang dihasilkan dapat kompetitif dan laku di pasaran.

Gambaran Umum PT. Great Giant Pineapple

PT. GGP terletak di propinsi Lampung, Kabupaten Lampung Tengah. Secara geografis, PT Great Giant Pineapple terletak di daerah tropis pada koordinat 4049’07”

LS dan 105013’13” BT, ketinggian 46 dpl. Perusahaan ini mulai melakukan penanaman

pada tahun 1979 dengan luas lahan awal sebesar 6.075 ha dan pada tahun 1984 melakukan inisisasi ekspor nenas kaleng. Pada saat ini luas lahan sebesar 32.000 ha termasuk perkebunan seluas ± 20.000 ha dengan kapasitas pabrik 2.200 ton/hari sehingga menjadikan PT. GGP sebagai perusahaan terbesar yang mengintegrasi antara perkebunan dan factory. Dengan terintegrasinya perkebunan dan factory maka dapat mudah untuk penelusuran proses, kontrol pada setiap tahapan proses di plantation, factory serta pengiriman. Produksi secara dunia masih menempati urutan ketiga dengan produksi lebih dari 500.000 MT per tahun. Dalam proses produksinya perusahaan ini memperkerjakan/ menyerap tidak kurang dari 13.000 tenaga kerja langsung, terutama disekitar perusahaan sehingga mampu membantu menghidupkan roda ekonomi di masayrakat sekitar perusahaan.

Perusahaan ini konsisten menjadi eksportir terbesar nanas olahan di Indonesia dengan market share 4% nenas olahan di dunia. Produk olahan nanas 100% di ekspor ke lebih dari 50 negara. Mengingat kompetisi di pasar dunia sangat ketat maka selain meningkatkan kualitas produk juga menjadikan barang menjadi lebih kompetitif dan diterima oleh konsumen. Dalam rangka meningkatkan kompetitif produk di pasar dunia maka PT GGP menjalankan beberapa sistem dan sudah mendapatkan sertifikasi diantaranya ISO 9001 : 2008, Certification by SGS Indonesia; ISO 22000:2005/HACCP, Certification by SGS Indonesia; ISO 14001:2004, Environmental Management System, Certification by SGS Indonesia; PROPER from Environmental Ministry : Blue; Kehati Award 2004, category Peduli Lestari Kehati; OHSAS 18001:2007/SMK3, Certification by Sucofindo Indonesia; SA 8000, Certification by BVQI; International Food Standard (IFS) Certificate, Certified by SGS Thailand; British Retail Consortium (BRC) Certificate, Certified by SGS Thailand; Quality Grade conforms to AIJN Standards; Quality Grade conforms to US FDA Standards; Asian Management Award; Successfully Pass on Customs-Trade Partnership Against Terrorism (CTPAT), Audited by US Customs; Kosher Certificate; Halal Certificate; Certification by SGF (Association for the protection of the fruit juice industry); Best Employer Award; Some awards from local Government

(29)

15 Pertanian Berkelanjutan di PT Great Giant Pineapple

Zao et al. (2008), menyatakan karena fungsi utama dari pertanian adalah untuk menyediakan makanan bagi manusia, adalah wajar bahwa tujuan utama pembangunan pertanian berkelanjutan adalah untuk mengamankan makanan yang cukup untuk generasi sekarang dan mendatang.

Syarat sebuah korporasi untuk mampu bertahan adalah sustainability dalam manajemen operasionalnya. PT Great Giant Pineapple menargetkan penurunan konsumsi bahan bakar fosil sampai dengan 30%, penurunan penggunaan pupuk kimia 40%, serta kenaikan produksi sebesar 50%.

Untuk menunjang penurunan penggunaan bahan bakar fosil maka ada beberapa strategy yang dilakukan yaitu zone area lebih luas, minimum tillage, rasionalisasi peralatan yang sdh tua, maksimalisasi penggunaan air lebung untuk irigasi, perawatan proaktiv, peningkatan performance peralatan/unit kerja, penggunaan limbah cair untuk produksi biogas, penurunan 6% batu bara untuk Cogen, penggantian forklift diesel dengan LPG, efisiensi penggunaan air, serta optimalisasi penggunaan kulit nanas untuk pakan sapi.

Penggunaan pupuk kimia mau tidak mau harus diturunkan mengingat selalu terjadi kenaikan harga bahan serta bisa berdampak buruk pada lahan jika digunakan dalam jumlah berlebihan. Unruk memenuhi target penurunan 40% maka dilakukan beberapa cara, yaitu : penentuan standar perawatan nanas oleh R & D, produksi dan aplikasi organik dan biofertilizer, optimalisasi proses pengomposan, optimalisasi penggunaan bibit besar, percepatan klon baru, serta aplikasi dan penggunaan bahan kimia yang efektif dan efisien.

Gambar 1 Alur zero waste PT. GGP grup.

Perusahaan mengharapkan agar dengan penurunan konsumsi bahan bakar fosil sebesar 30% serta penurunan penggunaan bahan kimia sebesar 40% tetap

(30)

16

mampu menaikan produksi sebesar 50%. Adapun strategi untuk menaikkan produksi adalah aplikasi best praktice management pada setiap lahan, percepatan klon baru, optimalisasi penggunaan irigasi, serta standar perawatan tanaman nanas oleh R & D.

PT.GGP grup sebagai perusahaan perintis dalam Sustainability dan Zero Waste di Indonesia terdiri dari beberapa perusahaan dalam satu lokasi, yaitu PT Great Giant Pineapple (perkebunan dan pengalengan nenas), PT Great Giant Livestock (penggemukan sapi), PT Umas Jaya Farm (pabrik tepung tapioka), PT Bromelain Enzyme (pabrik enzim bromelain). Alur zero waste dimulai dari limbah padat hasil pengolahan nenas, tapioka, dan limbah hasil ekstraksi enzim bromelain didistribusikan menjadi pakan pada usaha penggemukan sapi. Kotoran sapi kemudian digunakan sebagai pupuk kompos. Pupuk kompos berfungsi sebagai amandemen kesuburan tanah. Sementara itu, limbah cair dari pabrik pengolahan nenas dan pabrik tapioka digunakan sebagai bahan baku pengolahan bio gas. Biogas ini sebagai energi terbarukan untuk pengeringan tepung tapioka. Biogas yang dihasilkan dari limbah pabrik untuk menggantikan sebagian batu bara PLTU dan semua bahan bakar minyak yang di gunakan dalam proses produksi pengeringan tapioka (waste to energy).

Tantangan dan Kendala

Perusahaan menyadari bahwa jika lahan ditanami nanas secara terus menerus maka akan menimbulkan dampak negatif. Dalam budidaya tanaman nanas perusahaan telah mengivestasikan milyaran rupiah untuk membangun compost plant dan LOB plant untuk mendukung program pertanian berkelanjutan PT. GGP. Compost plant bertugas mengolah limbah padat yang dihasilkan oleh PT. GGP grup menjadi kompos yang sangat berguna bagi tanaman nanas. Dengan teknology pengomposan yang baik maka proses pengomposan hanya berlangsung sebulan. Kompos tersebut kemudian diaplikasi pada lahan yang akan ditanaman nanas. Aplikasi kompos di lahan pertanian sudah diketahui banyak manfaatnya dan membantu dalam pertumbuhan tanaman, namun fakta di lapang terkadang ditemukan beberapa kejadian yang justru dapat merugikan tanaman diantaranya dapat memicu terjadinya kejadian penyakit serta serangan hama. Konsep dalam pengomposan kemudian dipikirkan bagaimana jika dalam kompos juga ditambahkan beberapa agen hayati yang mampu memperkaya kompos itu sendiri. Namun hal ini masih perlu adanya pengkajian lebih lanjut.

Liquid Organic Biofertilizer merupakan pupuk organik cair yang diperkaya dengan beberapa mikrobia yang bermanfaat, misalnya bakteri penambat N, bakteri pelarut posfat, serta agen hayati. Dari hasil pengujian di kebun menunjukkan bahwa LOB cukup efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung, sayur-sayuran, pisang, dan padi. Namun ketika diujikan pada tanaman nanas belum memberikan hasil yang significant. Kajian demi kajian akan selalu dijalankan agar memperoleh formula yang tepat untuk masing-masing jenis tanaman.

(31)

17 Penutup

Penerapan pasar bebas ASEAN (AFTA) dan AEC pada tahun 2015 perlu disikapi dengan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan serta biaya produksi yang murah. Kualitas produk dan harga yang kompetitif juga perlu diimbangi dengan menyertakan pengakuan dari badan sertifikasi yang bisa dipercaya serta mengikuti trend pasar dan konsumen sehingga produk-produk dapat bersaing di pasar bebas ASEAN khususnya dan dunia umumnya.

Untuk menghadapi kompetisi dalam agribisnis, PT. GGP harus terus berkembang dengan:

• Meningkatkan produksi nenas segar hingga mencapai 600 ribu ton per tahun melalui peningkatan produktifitas produksi kebun

• Mengembangkan perusahaan yang ramah lingkungan ( Green Company ) sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat internasional dan pemanfaatan sumberdaya lingkungan

• Pengembangan pupuk organik cair untuk menunjang peningkatan produksi pertanian (liquid Organic Bio Fartilizer ) dan pembuatan pupuk organik padat (kompos)

• PT.GGP “Commited” untuk melakukan re-investasi barang modal dan sumber daya manusia sebagai asset perusahaan melaui peningkatan kualitas SDM

• PT.GGP mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan yang telah di berikan pemerintah dan tetap mengharapkan dukungan di masa yang sulit untuk menghadapi persaingan global dengan di izinkan menjadi KEK (Kawasan Ekonomi Khusus )

Untuk merespon perubahan kondisi, GGP perlu memperbaiki prioritas dan visi dengan strong execution guna mendukung pertumbuhan keuntungan yang berkesinambungan melalui visi:

To become an emerging leader in processed food and #1 in processed pineapple

GGP is committed to sustainable growth (economically and environmentally) and will continue to strengthen quality of product deliveries and services to customers GGP need to be the world’s lowest cost producer in order to be competitive and stay relevant in the market

Daftar Pustaka

Jingzhu Zao, Qishan Luo, Hongbing Deng and Yan Yan, 2008. Opportunities and Challenges of Sustainable Agricultural Development in China. Philosophical Transaction of The Royal Society 368. P 893-904.

(32)

18

Inovasi Teknologi Agrokimia yang Ramah Lingkungan dalam Mendukung Produksi Pertanian yang Berdaya Saing

Guntur Sulistiawan

Kabag Perencanaan dan Pengembangan Pasar PT Petrosida Gresik

Latar Belakang

Searah dengan program pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan serta mendukung peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia, budidaya pertanian yang tangguh menjadi titik berat pembangunan nasional saat ini. Pembangunan pertanian tidak bisa berdiri sendiri akan tetapi merupakan pembangunan sistem atau suatu ikatan unsur yang saling sinergi. Ada lima kelompok mata rantai utama dalam pengusahaan pertanian di antaranya:

1. kegiatan penyediaan sarana produksi, 2. kegiatan penyediaan sarana produksi, 3. sistem usaha tani/ proses budidaya,

4. sistem pengolahan hasil, sistem pemasaran dan 5. sistem penunjang

PT. Petrosida Gresik sebagai pelaku usaha penyedia sarana produksi pertanian, sebagai pelaku industri pupuk dan pestisida dituntut mampu berinovasi menyesuaikan tuntutan masyarakat saat ini. Perusahaan dalam hal ini harus senantiasa melaksanakan inovasi produk yang lebih baik. Secara umum, beberapa alasan yang melatar belakangi industri pupuk dan pestisida untuk melakukan inovasi antara lain:

1. Tuntutan ekonomi global terhadap sistem perlindungan tanaman yang efektif dan efisien.

2. Peningkatan taraf hidup masyarakat mengakibatkan munculnya tuntutan terhadap penyediaan produk pertanian yang berkualitas dalam jumlah mencukupi dan berkelanjutan.

3. Teknologi pengendalian yang aman terhadap lingkungan. 4. Produk pertanian yang bebas dari senyawa kimia berbahaya.

Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memaparkan posisi perusahaan PT. Petrosida Gresik sebagai pelaku industri penyedia saprodi pertanian dalam menghasilkan inovasi teknologi yang ramah lingkungan dan meningkatkan daya saing. Secara umum posisi perusahaan adalah

(33)

19

1. Bagaimana memberikan pemahaman tentang penggunaan produk

perlindungan tanaman secara tepat.

2. Bagaimana menghasilkan produk inovasi bio teknologi berbasis hayati yang ramah lingkungan guna mendukung produksi pertanian yang berdaya saing.

Pembahasan

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertanian, selama ini sejak berdiri sebagai produsen bahan aktif pestisida pada tahun 1984, pengembangan unit formulasi pada tahun 2000, dan unit Biocenter pada tahun 2012 Petrosida Gresik berusaha mengupayakan peranannya semaksimal mungkin.

Selain berkiprah dalam produksi Pestisida dan Pupuk, dengan diresmikannya Pabrik Biocenter dan Unit Enzim tahun 2012 perusahaan akan mampu berperan dalam menekan ketergantungan agroindustri terhadap bahan baku impor melalui penyediaan bahan baku/produk hayati sendiri, mengembangkan industri yang lebih berwawasan lingkungan melalui penerapan teknologi produksi berbasis hayati (Green Technology). Langkah-langkah yang telah ditempuh:

1 Melakukan pembinaan petani dan kelompok tani melalui pendampingan dan kemitraan.

Sesuai tuntutan yang berkembang terkait penyediaan produk pertanian yang aman, berkualitas dan tidak membahayakan bagi lingkungan, tingkat keamanan produk tercapai jika diaplikasikan secara bijaksana, oleh karena itu perusahaan senantiasa aktif mensosialisasikan penggunaan produk yang dihasilkan sesuai prinsip 6 tepat (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran dan tepat mutu/kualitas).

Pendampingan dilaksanakan secara langsung melalui kegiatan Farmers meeting, ujicoba bersama maupun kemitraan dengan program demplot kemitraan.

2 Memproduksi produk probiotik

Produk probiotik mampu mengurangi penggunaan antibiotik kimia yang marak dalam budidaya pertanian khususnya budidaya perikanan, dan peternakan. Dengan memproduksi probiotik alami diharapkan mampu menghasilkan kegiatan budidaya yang lebih sehat dan mampu mengurangi penggunaan bahan kimia yang dikhawatirkan menimbulkan residu pada hasil panen

3 Memproduksi produk (pestisida dan pupuk) berbasis bio/ hayati

Produksi produk pestisida dan pupuk berbasis bio/ hayati merupakan upaya dalam mengurangi ketergantungan pada pestisida maupun pupuk kimia. Meninggalkan seratus persen produk kimia masih dirasakan sulit, tapi setidaknya upaya ini mampu mengurangi

4 Industri enzim untuk pemenuhan kebutuhan enzim dalam negeri.

Hampir 99% kebutuhan enzim industri dalam negeri dipenuhi oleh beberapa perusahaan pemasok luar negeri baik melalui beberapa distributor lokal

(34)

20

(40%) maupun diimpor langsung oleh industri pemakainya (60%). Selain untuk industri, prioritas pengembangan enzim dikembangkan untuk pertanian 5 Memaksimalkan fungsi Bio Center dalam melaksanakan kajian produk berkelanjutan melalui kerjasama dengan balai penelitian maupun perguruan tinggi untuk menghasilkan produk berkualitas bernilai tinggi serta ramah lingkungan

(35)
(36)
(37)
(38)

24

Kesimpulan

Inovasi yang diharapkan untuk memenuhi sistem perlindungan tanaman yang efektif dan efisien. Penyediaan produk pertanian yang berkualitas dalam jumlah mencukupi dan berkelanjutan, teknologi pengendalian yang aman terhadap lingkungan dan produk pertanian yang bebas dari senyawa kimia berbahaya tercapai selain melalui pola edukasi dan pembelajaran di tingkat pelaksana kegiatan budidaya terkait aplikasi yang tepat dan bijaksana juga telah direalisasikan langsung dengan tindakan nyata perusahaan melalui pembangunan infrastruktur unit biocenter dan enzim. Di samping memproduksi produk bio/ hayati ramah lingkungan, Bio Center PT. Petrosida Gresik juga berperan sebagai pusat pengkajian produk terbaik bagi kemanfaatan peningkatan pertanian di Indonesia.

(39)

25

Perspektif Pelaku Usaha Pertanian Menghadapi MEA 2015: Pengelolaan Usaha Tanaman Hias

Himma Zakia CV. Salsabiila Nursery

Email: salsabiila_nursery@yahoo.com

Pengelolaan usaha tanaman hias memerlukan beberapa perspektif yang baik untuk dapat digunakan dalam persaingan di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Perspektif atau Ruang lingkup usaha pada pengelolaan usaha tanaman hias yaitu terdiri dari beberapa aspek diantaranya tentang pembibitan tanaman hias; produksi aneka tanaman hias bedding, pot, dan potong; jasa pembuatan dan perawatan taman; rental tanaman hias; rangkaian bunga dan bunga papan; dekorasi taman; pembuatan mobil hias; dan ekspor tanaman hias.

Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economy Community (AEC) pada tahun 2015 membutuhkan persyaratan-persyaratan yang sudah seharusnya dipenuhi oleh setiap negara untuk menghadapinya. Beberapa aspek persyaratannya yaitu produk, finasial, promosi, dan sumberdaya manusia (SDM). Produk yang digunakan yaitu berupa tanaman tropis dengan bentuk unik, kualitas baik, harga kompetitif untuk memenuhi permintaan dari Timur Tengah dan Eropa. Finansial yang diperlukan masih sangat terbatas sehingga perlu mencari sumber pendanaan, mereview dan monitoring secara ketat terhadap biaya/pengeluaran. Promosi yang perlu dilakukan yaitu mempersiapkan alat promosi dengan menggunakan bahasa Inggris dan Arab untuk dapat bersaing di pasar Internasional. SDM yang dibutuhkan perlu kerjasama dengan PUM Netherland Experts dalam rangka meningkatkan kualitas produk, kemampuan tenaga kerja dan network.

Perusahaan Salsabiila Farm merupakan salah satu perusahan yang berkembang di bidang pertanian khsususnya tanaman hias. Perusahaan ini mempunyai motto “Muda, Inovatif, dan Kreatif” yaitu menginginkan untuk memberikan hasil yang terbaik bagi mitra kerjanya. Visinya yaitu mampu berpartisipasi pada pengembangan dunia usaha dalam mewujudkan lapangan pekerjaan, penerapan lapangan kerja padat karya yang bersifat selalu bekerja dengan baik dan profesional, dan pengembangan usaha melalui pembinaan hubungan kerja yang baik dengan berbagai pihak.

Pembetukan Masyarakat ekonomi ASEAN merupakan salah satu solusi untuk dapat bergabung di dalam pasar Internasional. Pasar Internasional memiliki persaingan yang sangat tinggi sehingga dibutuhkan suatu cara mengahadapinya, misalnya SWOT (Strengths, Weakness, Oppurtunities, dan Threat). Strengths yang diperlukan yaitu kualitas produk yang kompetitif, kemampuan menyuplai jenis tanaman dan warna sesuai permintaan importir /NTE, mempunyai kelengkapan dokumen ekspor (SIUP, TDP, NPWP, NIK, SKA, Phytosanitary), dan mempunyai

Gambar

Tabel 4  Virulensi virus tungro asal Garut pada varietas differensial tahan tungro
Tabel 5 Virulensi virus tungro asal Purwakarta pada varietas differensial tahan tungro
Tabel 1  Ukuran dan stadium telur, larva, dan pupa P. elegantulus  Tahap  perkembangan  Panjang  tubuh (cm)     ± SD 1) Lebar tubuh (cm)     ± SD  Lebar kepala (cm)     ± SD  Stadium (hari)     ± SD  N  Telur  0.16 ±  0.01 2) 30    4.25 ± 0.96    4  Larva
Gambar 4  Parasitoid yang ditemukan selama penelitian dan gejala larva yang   terparasit, (a) Eulophidae, (b) Braconidae, (c) Tachinidae, (d) larva yang  terparasit Eulophidae, (e) larva yang terparasit Braconidae, dan (f) larva  yang terparasit Tachinidae
+7

Referensi

Dokumen terkait

Target penatalaksanaan konstipasi kronis adalah untuk mengurangi gejala, mengembalikan kebiasaan defekasi yang normal, keluarnya feses yang berbentuk dan lunak setidaknya 3 kali

Imam Ibnu Al-jauzi rahmahullah berkata : " Saya dihadapkan kepada sebuah tugas yang sangat perlu untuk dimohonkan kepada Allah azza wajalla , maka saya mengambil

Terapi dengan Iodium radioaktif(I- 1 3 I ) dilakukan pada nodul tiroid autonom atau nodul panas (fungsional) baik yang dalam keadaan eutiroid maupun hipertiroid. Terapi

kerja konsolidasi setiap tahun setelah tahun penjualan tanah arus ke bawah, selama anak perusahaan masih memiliki tanah tersebut.. E(17) Saldo Laba, 1 Januari15.000.000

Pada prinsipnya pelayanan instalasi rawat jalan adalah bagian pelayanan dari Rumah Sakit Islam Siti Rahmah yang tidak hanya memberikan pelayanan berdasarkan pemenuhan target

Pada dasarnya hukum pidana hadir untuk memeberikan rasa aman kepada individu atau kelompok maupun masyarakat dalam setiap kegiatan kesehariannya, rasa aman disini bisa kita

menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang berjudul “Profil Kemampuan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Biologi Kelas Program Sual Kurikulum Cambridge

Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disebut Perpanjangan IMTA adalah izin yang diberikan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk