• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pola Penjaringan Partai Golkar Terhadap Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota untuk Pemilukada Kota Padangsidimpuan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pola Penjaringan Partai Golkar Terhadap Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota untuk Pemilukada Kota Padangsidimpuan Tahun 2012"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) secara langsung merupakan sistem baru dalam praktek ketatanegaraan di Indonesia. Penerapan pemilihan kepala daerah langsung merupakan salah satu akibat dari perubahan politik yang terjadi di Indonesia. Tujuan utamanya adalah pengambilan kedaulatan rakyat dalam memilih pemimpin dalam negara, baik presiden dan kepala daerah provinsi serta kabupaten/kota.

Dengan lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan peraturan pemerintah (PP) No.6 Tahun 2005 tentang tata cara pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah, merupakan landasan hukum bagi pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung.1 Melalui pemilihan kepala daerah langsung berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokrasi.2 Rakyat memiliki kedaulatan penuh atas hak politiknya dalam memilih pemimpin mereka. Semangat pemilukada secara langsung adalah memberikan ruang yang luas bagi partisipasi politik masyarakat untuk menentukan kepala daerah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan di daerah masing-masing sehingga diharapkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah nantinya sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat pada umumnya.3

1

Daniel.S.Slossa, Mekanisme Persyaratan dan Tata Cara Pemilukada Secara Langsung, Yogjakarta: Media Presindo, 2005, hal. 9

2

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Widia Sarana, 1992, hal. 131

3

(2)

2

Tahun 2005, merupakan awal perubahan besar terjadi, dimana untuk pertamakalinya Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dipilih secara langsung oleh rakyat. Peristiwa ini menandai babakan baru dalam sejarah politik daerah di Indonesia. Adapun pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung diatur dalam UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 56. Dalam Pasal 56 ayai (1) dikatakan : “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.” Serta berdasarkan UU No. 22/2007 tentang Penyelenggara Pemilu, pemilukada juga dimasukkan sebagai bagian dari kategori pemilu.

Pemilukada langsung merupakan hasil kerja keras dalam perwujudan demokrasi, walaupun banyak hal yang menjadi konsekuensinya seperti biaya yang besar, energi, waktu, pikiran dan lain sebagainya. Namun, keberhasilan pemilukada untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang murni secara demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada sikap kritisme dan rasionalitas rakyat sendiri.4

Salah satu sisi lain yang perlu dicermati dari Pemilukada adalah rekrutmen calon kepala daerah yang dilakukan partai politik menjelang Pemilukada. Partai politik merupakan salah satu jalur pencalonan kepala daerah. Hal ini ditegaskan dalam revisi ke-2 UU No. 32 tahun 2004 pasal 56 ayat (2) bahwa “Pasangan calon diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan.”

4

(3)

3

Selain itu partai politik meyakini bahwa ada perbedaan karakteristik antara pemilihan kepala daerah langsung (pemilukadasung) dengan pemilihan umum (pemilu) legislatif. Dalam Pemilu Legislatif, pemilih memilih partai politik, sementara dalam Pemilukada pemilih memilih orang (kandidat). Dalam Pemilukadasung, kandidat yang mempunyai ketokohan tinggi akan lebih dipilih, tidak peduli berasal dari partai mana. Hal inilah yang menyebabkan betapa pentingnya tahap rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik .5

Partai politik sebagai ikon utama demokrasi merupakan organisasi yang berkecimpung langsung dalam proses politik. Partai politik memiliki tujuan untuk meraih kekuasaan atau mengambil bagian dalam pelancaran kekuasaan. Untuk itu kemenangan dalam Pemilukada penting untuk diperoleh sebagai pencapaian tujuan partai politik. Ahmad Nyarwi mengemukakan bahwa makna penting kemenangan Pemilukada bagi partai politik, yaitu :

Pertama, sebagai kata kunci awal di dalam memperebutkan kekuasaan eksekutif di masing-masing daerah. Setidaknya, arena eksekutif inilah nantinya bisa menjadi mesin yang ampuh dalam menjalankan kebijakan dan visi-visi politik masing-masing partai politik. Kedua, sebagai peluang bagi partai politik dalam proses pembelajaran para kader politiknya. Hal ini terutama bagi partai politik yang selama proses Pemilukada cenderung mendorong para kadernya untuk maju sebagai kandidat. Ketiga, sebagai arena untuk menjaring para kader potensial yang populer. 6

Dalam pencalonan kepala daerah tidak semua partai politik dapat mengajukan calonnya. Hal ini dapat kita lihat dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 59 ayat (2) yang menggariskan bahwa : “Partai politik atau gabungan partai politik yang dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15 % dari jumlah kursi DPRD atau 15 % dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan“.

5

Eriyanto, Pemilukada dan Penguasaan Partai Politik, Kajian Bulanan LSI Edisi 03-Juli 2007, www.lsi.co.id/2007/07/, diakses tgl 30 Oktober 2012.

6

(4)

4

Selanjutnya partai politik dan gabungan partai politik memproses bakal calon melalui mekanisme yang demokratis dan transparan. Maka tentunya setiap partai politik memiliki suatu sistem atau mekanisme pencalonan kepala daerah. Pelaksanaan pemilukada bermuara pada pemilihan kepala daerah yang dapat menjalankan tugas sebagai kepala daerah dengan baik hingga harapan terbentuknya good governance benar-benar terwujud. Partai politik sebagai salah satu pintu bagi pencalonan tersebut tentunya memiliki peranan dan kepentingan partai dalam setiap proses pelaksanaan pemilukada. Oleh karenanya proses perekrutan yang dilakukan partai politik tersebut sangat menentukan bagi partai itu sendiri.

Seleksi partai politik sangatlah menentukan sosok calon kepala daerah yang tampil dan akan dipilih oleh rakyat. Hal ini menjadikan kehendak partai politik lebih dominan dan belum tentu sama dengan kehendak konstituen pada umumnya. Selama ini proses internal partai politik cenderung tertutup dari keterlibatan konstituen secara langsung. Persaingan elit partai lebih dominan sehingga kerap kali mengabaikan proses rekrutmen yang terbuka dan memberi kesempatan potensial di luar partai untuk berpartisipasi7.

Pada dasarnya peran partai politik dalam pemilukada adalah sebagai kendaraan. Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 56, setiap kontestan pemilukada diwajibkan memakai kendaraan berupa partai politik dan gabungan parpol. Kendaraan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk masuk arena, melainkan juga sebagai mesin yang bekerja untuk mengumpulkan dukungan rakyat. Calon yang belum dikenal publik, mereka harus berusaha keras

7

(5)

5

mendekati publik, memperkenalkan diri, visi misi, program aksi ke publik. Usaha keras ini membutuhkan dukungan kekuatan mesin politik dalam mengambil hati rakyat juga diperlukan dalam meraih kekuasaan.

Partai Politik berproses untuk dapat berkuasa, dan dengan demikian memimpin proses pengambilan kebijakan publik. Hal ini mengharuskan partai politik untuk mempersiapkan serta memilih calon-calon pemimpin yang dianggap layak dan memiliki kapasitas dan diharapkan mampu mengatur jalannya pemerintahan. Dalam proses internal partai itulah, salah satu fungsi partai politik urgen untuk dibahas, yakni fungsi rekrutmen. Proses penseleksian kader untuk mampu memimpin, baik dalam konteks pemerintahan lokal maupun nasional, itulah yang perlu mendapat sorotan tajam, khususnya mengenai partai-partai di Indonesia. Dalam kenyataan Indonesia pasca kemerdekaan, dapat dikatakan adanya kegagalan partai politik dalam melahirkan kepemimpinan yang berkualitas.8

Salah satu partai politik yang harus menjalankan proses tersebut diatas adalah Partai Golongan Karya (Golkar). Partai Golkar adalah salah satu partai politik di Indonesia yang telah lama malang melintang dikancah perpolitikan nasional dan dapat dikatakan sebagai salah satu partai tertua yang ada di Indonesia dan telah banyak mengutus kader-kadernya untuk turut serta dalam perhelatan Pemilukada. Sebagai salah satu contohnya adalah pada perhelatan Pemilukada Walikota Padangsidimpuan tahun 2012 yang berkoalisi dengan PKS, PDS, Partai Republikan dan PSI dengan mengusung pasangan calon Chaidir Ritonga-Mara Gunung Harahap bersanding dengan kontestan lainnya yakni pasangan M Habib

8

(6)

6

Nasution-Soripada Harahap (calon perseorangan), pasangan Rusdy Siregar-Riswan Daulay (Partai Demokrat dan Hanura), pasangan Andar Amin Harahap – Isnandar Nasution (Partai PKB, PKNU, Partai Buruh, Partai Patriot, PPP, PDP dan PKPB), pasangan Dedi JP Harahap-H. Affan Siregar (PDIP, PAN, PBR, PNI Marhaenisme, PKPI, PKP, PDK, PPI, PPIB, PKDI, PBB, Partai Barnas, PMB, Pelopor, Kedaulatan, PPDI dan Partai Merdeka), serta pasangan Amir Mirza Hutagalung-Nurwin Nasution (calon perseorangan).

Dari hasil perolehan suara Pemilukada yang telah dilakukan tersebut, pasangan yang diusung oleh Partai Golkar yakni Chaidir Ritonga-Mara Gunung Harahap mengalami kekalahan dan hanya memperoleh 6.987 suara atau 6,9 % atau berada di urutan ke empat. Hasil ini memang sangat mengejutkan banyak pihak terutama dari kalangan Golkar sendiri, mengingat pada Pilkada sebelumnya yakni di tahun 2007, pasangan yang diusung Partai Golkar (dan PPP, PPD dan PDS) yaitu Zulkarnaen Nasution-Mara Gunung Harahap adalah pemenang mutlak yakni 43.159 suara atau 50,67%. Penurunan suara yang sangat drastis ini disinyalir disebabkan beberapa faktor yakni tidak tepatnya penetapan calon yang diusung oleh Partai Golkar dalam Pemilukada Kota Padangsidimpuan tersebut. Penetapan calon tersebut lebih berdasarkan kepada pilihan Partai Golkar yang cenderung bersifat oligharki namun tidak mengakomodasi keinginan dari masyarakat Kota Padangsidimpuan itu sendiri.

(7)

7

berasal dari internal Partai Golkar yakni Rahmat Nasution serta Chaidir Ritonga yang keduanya memang murni kader Partai Golkar. Rahmat Nasution sendiri adalah kader Partai Golkar yang yang merupakan putra daerah asli Padangsidimpuan yang telah lama berkecimpung di perpolitikan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan, serta pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Tapanuli Selatan dan pada saat ini adalah Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Tapanuli Selatan dan tentunya lebih dikenal luas oleh masyarakat Padangsidimpuan. Sedangkan Chaidir Ritonga adalah kader Partai Golkar yang bukan merupakan putra daerah Padangsidimpuan melainkan berasal dari daerah Sipetang Kabupaten Tapanuli Utara dan lebih banyak berkecimpung di DPRD Propinsi Sumatera Utara serta menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Propinsi Sumatera Utara dan juga Wakil Ketua DPD Partai Golkar Propinsi Sumatera Utara.

(8)

8

Pencalonan bakal calon kepala daerah yang merupakan keputusan dari pusat merupakan sebuah fenomena yang menarik sebab sebenarnya masyarakat Padangsidimpuan lebih mengenal sosok Rahmat Nasution dibandingkan dengan Chaidir Ritonga untuk maju sebagai calon Walikota dari Partai Golkar. Tentunya sebagai Partai Politik yang baik mampu mendengarkan aspirasi dari masyarakat dan konstituennya dalam menentukan pasangan calon yang maju dalam Pemilukada, dan hal itu memang dipertegas oleh kader dan pengurus Partai Golkar lainnya bahwa hal tersebutlah yang menjadi akar utama kekalahan telak Partai Golkar di Pemilukada Kota Padangsidimpuan 2012. Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap proses penjaringan calon kepala daerah yang dilakukan oleh Partai Golongan Karya.

Hal inilah yang menarik penulis untuk melakukan kajian terhadap “Pola Penjaringan Partai Golkar Terhadap Bakal Calon Walikota dan Wakil

(9)

9

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan studi ini adalah :

1. Bagaimana proses penjaringan bakal calon walikota dan wakil walikota yang dilakukan oleh Partai Golkar ?

2. Mengapa Partai Golkar lebih memilih mengusung calon walikota yang bukan berasal dari Kota Padangsidimpuan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui proses penjaringan bakal calon kepala daerah dari Partai Golkar.

b. Untuk mengetahui penyebab Partai Golkar tidak mencalonkan kadernya yang putra daerah dan lebih populer sebagai walikota.

C.2 Manfaat Penelitian

Dalam Penelitian ada tiga jenis manfaat penelitian, yaitu : a. Manfaat bagi penulis

(10)

10 b. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini menjadi masukan yang berguna bagi partai politik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

c. Manfaat akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya penelitian di bidang partai politik dan pemilukada.

D. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori yang menjadi landasan berpikir penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

D.1 Partai Politik

D.1.1 Pengertian Partai Politik

Sejarah awal lahirnya partai politik bisa dipisah menjadi dua karakteristik umum, yaitu partai politik yang lahir dalam parlemen dan partai politik yang lahir ekstraparlemen9. Lahirnya partai politik yang berembrio dari dalam parlemen lebih bersifat patronage party (partai perlindungan) serta cenderung tidak mempunyai disiplin administrasi yang rumit dan ketat. Selanjutnya, perjalanan partai politik di Barat mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Partai politik mulai dibentuk bukan atas stereotipe para bangsawan, melainkan muncul dari luar parlemen. Ide dasar pembentukan partai politik sudah menunjukkan indikasinya pada era Renaissance dan Aufklarung, manakala kekuasaan para raja dikecam dan mulai dibatasi, sebenarnya keinginan untuk membentuk partai politik sudah mulai bermunculan, terlebih hak pilih bagi rakyat sudah diberikan secara luas. Adapun

9

(11)

11

keterlibatan rakyat dalam proses politik politik yang ada waktu itu sudah dianggap sebagai sesuatu yang urgen dan mendesak. Sebagai wujud interaksi antara pemerintah dan rakyat, diperlukan kendaraan politik yang diasumsikan mampu menjaga simbiosis diantara keduanya.

Di negara-negara yang menganut paham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut untuk menentukan siapa-siapa yang akan menjadi menjadi pemimpin yang nantinya menentukan kebijakan umum. Di negara-negara totaliter gagasan mengenai partisipasi rakyat didasari pada pandangan elite politiknya bahwa rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang langgeng. Untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang baik.

Ada beberapa tokoh yang menyampaikan tentang defenisi partai politik, diantaranya adalah :

a. Menurut Carl J. Friedrich

Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabildengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemamnfaatan baik idealisme maupun kekayaan material.

b. Menurut Sigmund Neuman

(12)

12

untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. 10

Selain menurut pakar diatas, dengan cara yang berbeda Austin Renney tidak membuat suatu batasan konseptual tentang partai politik dalam satu definisi, tetapi melihatnya lebih luas melalui karakteristik-karakteristik fundamental, yang setidaknya dimiliki oleh organisasi bernama partai politik, yaitu :

1. They are groups of people-whom labels, are generally applied by both themselves and others. (berwujud kelompok-kelompok masyarakat yang beridentitas)

2. Some of people are organized,-that is, tey deliberately act together to achieve party goals. (terdiri dari beberapa orang yang terorganisasi, yang dengan sengaja bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan partai)

3. The larger society recognizes as legitimate the right of parties to organize and promote their causes. (masyarakat mengakui partai politik memiliki legitimasi berupa hak-hak untuk mengorganisasikan dan mengembangkan diri mereka)

4. In some of their goal-promoting activities, parties work through the mechanism of representative government. (beberapa tujuannya diantaranya mengembangkan aktivitas-aktivitas, partai bekerja melalui mekanisme-mekanisme “pemerintahan yang mencerminkan pilihan rakyat”)

10

(13)

13

5. A key activity of parties is thus selecting candidates for elective public office. (aktivitas partai politik ini adalah menyeleksi kandidat untuk jabatan publik). 11

D.1.2 Fungsi Partai Politik

Fungsi sering diartikan sebagai perbuatan, kegiatan atau pengaruh. Robert K. Merton (1968) mendefinisikan fungsi sebagai akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem sosial. Fungsi bersifat netral sehingga fungsi dapat mengalami disfungsi, oleh karena itu Merton membagi dua jenis fungsi, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten.12 Fungsi manifes merupakan fungsi yang dirumuskan secara eksplisit dan tegas, sedangkan fungsi laten tidak secara tegas dirumuskan, tetapi perasaan atau tingkah lakunya dapat diketahui yang kemudian dijalankan dalam sistem sosial.

Partai politik sebagai salah satu infrastruktur dalam sistem politik mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

Sebagai sarana komunikasi, partai sebagai wadah dalam menyampaikan segala aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga aspirasi itu dapat menjadi suatu kebijakan umum yang dapat menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat; sebagai sarana sosialisasi politik, sosialisasi politik adalah suatu proses yang dilalui sesorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat tempat orang itu berada. Sosialisasi juga mencakup proses penyampaian norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya. Sosialisasi politik berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik di kalangan warga masyarakat unutk menjalankan peran-peran politik tertentu; sebagai sarana rekrutmen politik,

fungsi rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat unutk kegiatan politik dan jabatan pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu atau sebagainya. Fungsi

11

Deden Faturohman dan Wawan Sobari, Pengantar Ilmu Politik, Malang : UMM, 2004, hal. 113-114.

12

(14)

14

rekrutmen politik ini juga disebut sebagai fungsi seleksi kepemimpinan. Seleksi kepemimpinan dalam suatu struktur politik dilakukan secara terencana dan teratur sesuai dengan kaidah/norma-norma yang ada serta harapan dalam masyarakat;

sebagai pengatur konflik, dalam suasana demokrasi, persaingan atau perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar, jika terjadi konflik, partai politik berusaha untuk mengatasinya.”13

Dapat disimpulkan bahwa fungsi partai politik adalah menjadi penghubung antara pemerintah dan rakyatnya serta memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat. Dari fungsi partai politik ini kita dapat memberikan penilaian terhadap kinerja partai politik apakah ada hubungan antara janji politiknya dengan kebijakan publik yang dihasilkannya. Meskipun demikian fungsi utama partai politik menurut Ramlan Surbakti ialah “mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.”14 Hal yang sama dikemukakan oleh Monte Palmer dimana partai politik di negara berkembang berfungsi untuk menyediakan dukungan basis massa yang stabil, sarana, dan memelihara integrasi dan mobilisasi, dan memelihara kelangsungan kehidupan politik.15

13

Miriam Budiardjo, Op.Cit.,hal. 163-164.

14

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Grasindo, 1992, hal. 116.

15

(15)

15

D.1 Rekrutmen Politik

D.2.1 Pengertian Rekrutmen Politik

Menurut Ramlan Surbakti “rekrutmen politik ialah seleksi pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya”.16 Fungsi rekrutmen sangat penting karena merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam.

Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik melalui organisasi-organisasi massa yang melibatkan golongan-golongan tertentu, seperti golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Mochtar Mas`oed (2000:29) bahwa rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian. 17

16

Ramlan Surbakti, op. cit.,hal. 118.

17

(16)

16

Pelaksanaan fungsi rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai politik biasanya berdasarkan atas prestasi dalam ujian kecakapan dan kemampuan, tetapi tak jarang juga berdasarkan status orang yang direkrut tersebut.

Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu18 :

1. keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannya dengan peranan dan proses sosial.

2. keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian ini sangat penting untuk pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan ketrampilan negoisasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.

3. loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Dengan memiliki kriteria tersebut diatas, maka orang-orang yang direkrut itu akan banyak mendapatkan kemudahan dalam menjalankan tugas-tugasnya apabila nanti dapat ikut terpilih dan berhak untuk menduduki jabatannya yang baru.

18

(17)

17

D.2.2 Sistem Rekrutmen Politik

Sistem rekrutmen politik menurut Nazaruddin Syamsudin (1993:24), dibagi dua, yaitu : pertama, rekrutmen terbuka, yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang obyektif rasional, dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan. Kedua, rekrutmen tertutup, yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara, artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintahan. Dalam cara yang tertutup ini orang mendapatkan posisi elit melalui cara-cara yang tidak rasional seprti pertemanan, pertalian keluarga, dan lain-lain.19

Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa ada tiga sistem yang sering digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu 20:

1. Sistem Patronit (patronage system)

Sistem patronit dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam mengangkat seseorang unutk menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang sama. Sistem

19Ibid.

, hal. 189.

20

(18)

18

kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan ketrampilan.

2. Sistem Merita (merit system)

Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha mengangkat atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih bersifat obyektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan. Dengan dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia dinamakan sistem jasa. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering disebut dengan “spoil system”.

3. Sistem Karir (career system)

Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas unutk menunjukkan pengertian suatu kemajuan sesorang yang dicapai lewat usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik.

(19)

19

bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almameter atau faktor status. 21

Berkaitan dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit politik terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan, golongan serta kelas sosial masyarakat.

Oleh karena itu, Seligman (1971:240) memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari22 :

1. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada eligibilitas (pemenuhan syarat pencalonan).

2. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan.

3. Seleksi, yakni pemilihan calon elit politik yang sebenarnya.

Untuk menciptakan sistem politik yang kokoh maka mekanisme dan prosedur rekrutmen harus benar-benar dilakukan berdasarkan aturan yang benar pula, dengan memperhatikan elemen-elemen tertentu. Pemenuhan persyaratan tersebut membawa dampak terhadap figur yang dikehendaki dengan harapan dapat menyiasati kehendak atau aspirasi dari masyarakat atau kelompoknya. Hal penting yang mempengaruhi dan diprioritaskan adalah latar belakang pendidikan, kemampuan, keahlian, bakat serta memiliki dedikasi yang tingggi serta profesionalisme.

21

Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 185.

22

(20)

20

D.2.3 Rekrutmen Calon Kepala Daerah

Tidak semua anggota/pengurus partai politik atau warga dapat menjadi calon kepala daerah. Kedudukan kepala daerah, baik Gubernur, Bupati dan Walikota, membutuhkan kompetisi tertentu yang menunjukkan kapasitas dan kapabilitas agar dapat memimpin pemerintahan dengan baik. Karena itulah sebelum memasuki kompetisi dalam pemilukada langsung, lazimnya partai-partai politik melakukan rekrutmen bakal calon. Rekrutmen bakal calon menjadi calon oleh partai atau gabungan partai, dikenal dengan seleksi partai yang merupakan seleksi tahap kedua setelah seleksi sistem dalam rangkaian proses rekrutmen politik.

Dalam melaksanakan rekrutmen bakal calon, partai politik memberlakukan sistem atau mekanisme yang berbeda-beda, antara lain sistem pemilihan tertutup dan sistem konvensi. 23

1. Sistem pemilihan tertutup.

Sistem pemilihan tertutup adalah adalah sistem rekrutmen bakal calon yang dilakukan hanya oleh pengurus partai politik dengan variasi sistem. Istilah “variasi sistem” merujuk pada mekanisme penentuan akhir bakal calon yang akan mengikuti kompetisi pemilukada langsung atau yang akan menjadi calon. Partai-partai politik yang demokratis, dengan sistem kepemimpinan demokratis pula, umumnya menetapkan bahwa penentu akhir pencalonan adalah pengurus partai politik setempat. Sedangkan partai-partai politik konservatif, dengan sistem kepemimpinan yang

23

(21)

21

bergantung pada figur (personalized), pencalonan akhir ditentukan oleh pengurus pusat.

2. Sistem Konvensi

Sistem rekrutmen calon yang sangat popular di negara-negara demokrasi adalah sistem konvensi. Sistem konvensi dilakukan dengan cara pemilihan pendahuluan terhadap bakal calon dari partai politik oleh pengurus dan atau anggota partai. Kelebihan sistem konvensi terletak pada pengembangan atau peningkatan popularitas bakal calon melalui proses kampanye internal dan pendidikan politik yang ditawarkan (debat publik, penyampaian visi dan misi, dan lain-lain). Sistem konvensi sangat efektif bagi partai kader, dan sebaliknya kurang efektif bagi partai massa.

D.3 Pemilihan Umum Kepala Daerah

D.3.1 Pemilukada Dalam Perspektif Teoritis

David Easton, teoretisi politik pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki sekurangnya tiga sifat. Ketiga sifat tersebut adalah (1) terdiri dari banyak bagian-bagian, (2) bagian-bagian itu saling berinteraksi dan tergantung, dan (3) mempunyai perbatasan yang memisahkannya dari lingkungannya yang juga terdiri dari sistem-sistem lain.24

Sebagai suatu sistem, sistem pemilukada langsung mempunyai bagian-bagian yang merupakan sistem sekunder atau sub-sub sistem. Bagian-bagian-bagian tersebut adalah electoral regulation, electoral process, dan electoral law enforcement. Electoral regulation adalah segala ketentuan atau aturan mengenai pemilukada langsung yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman

24

(22)

22

penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing-masing. Electoral process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pemilukada yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik yang bersifat legal maupun teknikal. Electoral law enforcement yaitu penegakan hukum terhadap aturan-aturan pemilukada baik politis, administratif atau pidana.

Atas dasar itu, sistem pemilukada langsung merupakan sekumpulan unsur yang melakukan kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan proses untuk memilih kepala daerah. Sebagai suatu sistem, sistem pemilukada memiliki ciri-ciri antara lain bertujuan memilih kepala daerah, setiap komponen yang terlibat dan kegiatan mempunyai batas, terbuka, tersusun dari berbagai kegiatan yang merupakan subsistem, masing-masing kegiatan saling terikat dan tergantung dalam suatu rangkaian utuh, memiliki mekanisme kontrol, dan mempunyai kemampuan mengatur dan menyesuaikan diri.

D.3.2 Pemilukada Dalam Perspektif Praktis

(23)

23

Equivalensi tersebut di tunjukkan dalam kedudukan yang sejajar antara kepala daerah dan DPRD. Hubungan kemitraan dijalankan dengan cara melaksanakan fungsi masing-masing sehingga terbentuk mekanisme chek and balances. Oleh sebab itu, pemilukada sesungguhnya bagian dari sistem politik di daerah. 25

Aktor utama sistem pemilukada adalah rakyat, partai politik dan calon kepala daerah. Ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian dan tahapan-tahapan pemilukada langsung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain : Pendaftaran pemilih, pendaftaran calon, penetapan calon, kampanye, pemungutan suara, dan penetapan calon terpilih.

D.3.3 Jenis Sistem Pencalonan

Dalam pemilukada langsung dikenal 2 jenis pencalonan yaitu26 : 1. Sistem pencalonan terbatas

Sistem pencalonan terbatas merupakan sistem pencalonan yang hanya membuka akses bagi calon-calon dari partai politik. Paradigma berpikir yang dianut sistem pencalonan terbatas adalah bahwa hanya partai-partai politik saja yang memiliki sumber daya manusia yang layak memimpin pemerintahan atau hanya partai-partai politik saja yang menjadi sumber kepemimpinan. Sistem pencalonan terbatas dikenal sebagai salah satu cirri demokratis elitis, yang biasa dianut di negara-negara otoritarian dan sosialis. Misalnya, sistem ini pernah digunakan di Uni Soviet tahun 1990-an sehingga seluruh kepala daerah adalah pengurus partai komunis.

25Ibid.,

hal. 204.

26

(24)

24 2. Sistem pencalonan terbuka

Sistem pencalonan terbuka memberikan akses yang sama bagi anggota atau pengurus partai-partai politik dan anggota komunitas atau kelompok-kelompok lain di masyarakat, seperti organisasi massa, organisasi sosial, professional, usahawan, LSM, bintang film dan intelektual, jurnalis. Paradigma sistem pencalonan terbuka adalah bahwa sumber daya manusia berkualitas tersebar dimana-mana dan sumber kepemimpinannya dapat berasal dari latar belakang apapun. Sumber daya manusia memiliki kesempatan berkembang dan bertumbuh secara sama di sektor sosial, bisnis, dan akademik. Sistem pencalonan terbuka semakin populer dengan berkembangnya industrialisasi sehingga wajar apabila dianut negara-negara demokrasi mapan, yang notabene negara industri dengan tingkat ekonomi maju dan sangat maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis. Pemilukada di Republik Rusia saat ini misalnya sudah mengakomodasikan sistem pencalonan terbuka, demikian pula dengan pencalonan untuk anggota parlemen.

E. Definisi Konsep

Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena alami. 27 Agar tidak menimbulkan kekaburan atau kesalahan di dalam pengertian konsep yang digunakan maka perlu ditegaskan batasan-batasan yang

27

(25)

25

dipergunakan dalam tulisan ini. Adapun definisi konsep yang dikemukakan disini adalah :

1. Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik diartikan sebagai seleksi pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususya.

2. Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Pemilihan Kepala Daerah Langsung adalah penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik gubernur/wakil gubernur ataupun bupati maupun wakil bupati, atau walikota/wakil walikota.

F. Metodologi Penelitian

F.1 Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif untuk melihat bagaimana proses rekrutmen calon kepala daerah dari Partai Golkar. Penelitian deskriptif yang penulis gunakan dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada. Fakta atau data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian akan dianalisa28.

28

(26)

26

Pada penelitian deskriptif, penulis memusatkan perhatian pada penemuan fakta sebagaimana keadaan sebenarnya yang ditemukan. Penelitian deskriptif tidak hanya menawarkan tetapi juga melakukan analisis terhadap fakta dan data yang ditemukan.

F.2 Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian adalah di Kantor DPD Partai Golkar Kota Padangsidimpuan.

F.3 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan, antara lain, penelitian perpustakaan (library research), yang sering disebut metode dokumentasi, dan penelitian lapangan, seperti wawancara dan observasi.29 Untuk memperoleh data atau informasi asli, atau fakta-fakta yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan pada sampel terpilih, guna mendapatkan jawaban langsung yang mendukung pemecahan masalah dalam penelitian ini.

2. Studi pustaka, berupa referensi kepustakaan yaitu sumber-sumber yang berasal dari data buku, peraturan-peraturan, laporan-laporan serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan penelitian atau dokumentasi yang diperoleh dari lokasi penelitian dengan demikian diperoleh data sekunder sebagai kerangka kerja teoritis.

29

(27)

27

F.4 Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik kualitatif yaitu teknik; tanpa menggunakan alat bantu atau rumus statistik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut; Pertama, pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dan bahan baik dari buku, majalah, Koran, jurnal, kliping dan situs-situs internet yang memuat tentang sistem rekrutmen politik. Dan juga melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh atau informan yang berkaitan dengan rekrutmen politik pada Partai Golkar. Kedua,

(28)

28

G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori penelitian, definisi konsep, dan metodologi penelitian.

BAB II : DESKRIPSI KOTA PADANGSIDIMPUAN DAN PROFIL

PARTAI GOLKAR

Bab ini akan menguraikan tentang gambaran umum tentang deskripsi Kota Padangsidimpuan serta Partai Golkar seperti sejarah Partai Golkar dan struktur organisasi DPD Partai Golkar Kota Padangsidimpuan.

BAB III : ANALISIS POLA PENJARINGAN PARTAI GOLKAR

TERHADAP BAKAL CALON WALIKOTA DAN WAKIL

WALIKOTA UNTUK PEMILUKADA KOTA

PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2012

Pada bab III dalam penulisan penelitian ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang di dapat dari lapangan dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis dari data dan fakta tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul SKI berbasis kronologis dengan menggunakan model The Meaningfull Instructional Design MID yang mengedepankan

Sesuai dengan hasil yang diperoleh, maka dapat diringkas sebagai berikut; Komponen VAIC secara parsial memberikan pengaruh terhadap profitabilitas dari rasio Return

Pada proses pengujian jaringan, pengguna- an algoritma belajar Particle Swarm Optimi- zation memberikan hasil prakiraan yang le- bih baik dengan rata-rata tingkat kesalahan

kemampuan inulin dalam meningkatkan rasa kenyang (satiety), menurunkan produksi hormon ghrelin serum peptida orexigenic, dan menurunkan hormone peptide YY (PYY)

Melalui kegiatan pembelajaran Project Basic Learning, peserta didik diharapkan mampu untuk : 1) merancang proposal kegiatan pameran; 2) merancang gambar ruang untuk pemeran karya

Metode pengukuran berdasarkan faktor kemudahan penggunaan aplikasi (Usability) pada Model Kualitas Produk ISO/IEC 25010 digunakan untuk menunjukkan tingkat kemudahan

Uji t dilakaukan untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai dengan perlakuan yang berbeda, dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau menggunakan

Dari delapan ketrampilan di atas, yang paling penting bagi seorang guru adalah bagaimana guru menerapkan keterampilan tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan