• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpretasi menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti, bukan kebenaran. Kebenaran hasil penelitian masih harus dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain. Hasil interpretasi juga bukan generalisasi dalam arti kuantitatif karena gejala sosial terlalu banyak variabelnya dan terlampau terikat oleh konteks di mana penelitian dilakukan sehingga sukar digeneralisasi. Generalisasi di sini lebih bersifat hipotesis kerja yang senantiasa harus diuji kebenarannya dalam situasi lain (Nasution dalam Ardianto, 2011, p.215).

Konstruktivisme/interpretivisme berkembang dari filsafat fenomenologi yang digagas Edmund Husserl dan pemahaman intepretatif yang disebut hermeneutiks yang dikemukakan and Wilhelm Dilthey (Mertens, dalam Mackenzie & Knipe, 2006). Bagi penganut konstruktivisme/interpretivisme penelitian merupakan upaya untuk memahami realitas pengalaman manusia, dan realitas itu sendiri dibentuk oleh kehidupan sosial. Penelitian berlensa konstruktivisme/interpretivisme cenderung tergantung pada pandangan partisipan tentang situasi yang diteliti. Penelitian konstruktivisme pada umumnya tidak dimulai dengan seperangkat teori (sebagaimana halnya dengan postpositivisme) namun mengembangkan sebuah teori atau sebuah pola makna secara induktif selama proses berlangsung.

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi

(2)

lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu hendaknya dilakukan seperti merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian keadaannya (Moleong, 2013, p.11).

3.2 Tipe/Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Mereka sering menggunakan berbagai metode: wawancara (riwayat hidup), pengamatan, penelaahan dokumen, (hasil) survei, dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti (Mulyana, 2013, p.201).

Menurut Ragin pada Mulyana (2013, p.203), metode berorientasi kasus...bersifat holistik-metode ini menganggap kasus sebagai entitas menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian (atau kumpulan skor mengenai variabel). Jadi, hubungan antara bagian-bagian dalam keseluruhan itu dipahami dalam konteks keseluruhan, bukan dalam konteks pola-pola umum kovariasi antara variabel-variabel yang menandai anggota-anggota suatu populasi unit-unit yang sebanding. Kedua, hubungan-akibat dipahami sebagai perkiraan. Akibat dianalisis berdasarkan persimpangan berbagai kondisi, dan biasanya diasumsikan bahwa hubungan mana pun mungkin menimbulkan suatu akibat. Sifat ini dan sifat lain metode berorientasi kasus memungkinkan peneliti menafsirkan kasus-kasus secara historis dan merumuskan pernyataan mengenai asal-mula perubahan kualitatif yang penting dalam situasi-situasi yang spesifik.

(3)

Dalam penelitian ini, dikumpulkan data/studi pustaka mengenai presentasi persuasif oleh Humas Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal terhadap masyarakat lokal Pesisir Selatan dalam kegiatan EXPO Pesisir Selatan Tahun 2013 dan melakukan kegiatan wawancara dengan pihak-pihak terkait expo, yakni Humas KPDT dan masyarakat lokal Pesisir Selatan. Metode studi kasus digunakan karena ingin memahami bagaimana Humas KPDT melakukan presentasi persuasif kepada masyarakat lokal Pesisir Selatan pada program yang dilaksanakan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, yakni kegiatan expo.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian dalam membuat laporan skripsi yakni metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2013, p.6)

Menurut Bogdan dan Taylor pada Moleong (2013, p.4), mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandanganya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

Menurut Ardianto (2011, p.58), sebagai penelliti ilmu komunikasi atau public relatons dengan metode kualitatif, dalam analisis datanya tidak menggunakan bantuan ilmu statistika, tetapi menggunakan rumus 5W+1H (Who, What, When, Where, Why dan How).

Penelitian kualitatif berangkat dari ilmu-ilmu perilaku dan ilmu ilmu sosial. Esensinya adalah sebagai sebuah metode pemahaman atas keunikan, dinamika, dan hakikat holistik dari kehadiran manusia dan interaksinya

(4)

dengan lingkungan. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran (truth) adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang dalam interaksinya dengan situasi sosial kesejarahan (Danim dalam Ardianto 2011, p.59).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam melakukan pembahasan yang meliputi objek penelitian, salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan berbagai macam sumber data. Penelitian ini menggunakan dua data, yakni data primer dan data sekunder.

(a) Data Primer

1. Interview (wawancara)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba pada Moleong (2013, p.186), antara lain : mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekaan anggota.

Ada bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan dalam kepustakaan. Menurut Guba dan Lincoln, yaitu: (a) wawancara oleh tim atau panel, (b) wawancara tertutup dan wawancara terbuka (c) wawancara riwayat secara lisan, dan (d) wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Yaitu;

(5)

Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seorang yang diwawancarai. Jika cara ini digunakan, hendaknya awalnya sudah dimintakan kesepakatan dan persetujuan dari terwawancara, apakah tidak keberatan diwawancarai oleh dua orang. Di pihak lain, seorang pewawancara dapat saja memperhadapkan dua orang atau lebih yang diwawancarai sekaligus, yang dalam hal ini dinamakan panel.

b. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka (covert and overt interview)

Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan wawancara. Cara demikian tidak terlalu sesuai dengan penelitian kualitatif yang biasanya berpandangan terbuka. Jadi, dalam penelitian kualitatif sebaiknya digunakan wawancara terbuka yang para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu.

c. Wawancara riwayat secara lisan

Wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial, pembangunan, perdamaian, dan sebagainya. Maksud wawancara ini ialah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya, dan lain-lain. Wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa sehingga terwawancara berbicara terus-menerus, sedangkan pewawancara duduk mendengarkan dengan baik diselingi dengan sekali-kali mengajukan pertanyaan. d. Wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. Format wawancara yang digunakan bisa bermacam-macam, dan format itu dinamakan protokol wawancara. Protokol wawancara dapat juga berbentuk terbuka. Pertanyaan-pertanyaan disusun sebelumnya dan didasarkan atas masalah dalam rancangan

(6)

penelitian. Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan yang terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan arbitrer. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Wawancara ini sangat berbeda dari wawancara terstruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respons, yatu jenis ini jauh lebih bebas iramanya. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden. Pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari (Moleong, 2013, p.188-190).

Jenis wawancara yang dipilih dalam melakukan penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur. Yakni wawancara yang yang jauh lebih bebas iramanya dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respons. Dimana pertanyaan-pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden.

Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (open ended interview), wawancara etnografis. Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal (Mulyana, 2013, p.181).

Dalam kegiatan wawancara tersebut diajukan beberapa pertanyaan dengan berpedoman pada presentasi persuasif Humas KPDT kepada masyarakat lokal Pesisir Selatan dalam kegiatan Expo Pesisir Selatan 2013. Dipilih beberapa pihak yang akan diwawancarai agar memudahkan untuk menjelajahi objek atau situasi yang akan di teliti dengan teknik sampling purposif.

Menurut Kriyantono (2006, p.158-159), teknik sampling purposif adalah teknik ini mencakup orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset. Biasanya teknik purposif dipilih untuk riset yang lebih mengutamakan kedalaman data daripada untuk tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan.

(7)

Berikut ini merupakan data informan yang dipilih dalam penelitian.

Tabel 3.1 Data Informan

No Nama Jenis Kelamin Status Pekerjaan Jabatan 1. Rohdiat Hendarto Laki-laki Internal Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Kasubbag Layanan Publikasi dan Pemberitaan Biro Hukum dan Humas 2. Kidung Ardha Marsela

Perempuan Internal KPDT Staff Data Entry Biro Humas

3. Yuka Fainka Putra

Laki-laki Penulis dan Fotografer

Masyarakat Pesisir Selatan

(b) Data Sekunder,

Pada penelitian ini digunakan data pada studi pustaka yang berkaitan dengan materi. Data ini bisa diperoleh dari berbagai sumber seperti; buku-buku referensi, majalah, jurnal, foto, website, dan lain-lain.

1. Dokumen

Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2013, p.216-217), bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen biasanya dibagi atas dokumen pribadi dan dokumen resmi.

Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaanya. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi adalah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar

(8)

subjek penelitian. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal.

Dokumen internal berupa berupa memo, pengumuman, instruksi aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk di dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

Dalam penelitian ini, digunakan dokumen internal Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal berupa Laporan Akhir, buku internal KPDT, majalah internal, dan website.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong (2013, p.248) Analisis Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensisntesiskannya, mencari dan menemukan pola, memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.

Selain itu, menurut Seiddel dalam Moleong (2013, p.248), Analisis Data Kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya,

3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

(9)

Dalam penelitian ini, digunakan teknik analisis data menurut Nasution. Menurut Nasution dalam Ardianto (2011, p.216-217), analisis data dalam penelitian kualitatif harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah dengan mengikuti langkah-langkah berikut.

1. Mereduksi data

Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang perinci. Laporan ini akan terus-menerus bertambah. Bila tidak segera dianalisis sejak awal, akan menambah kesulitan. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya. Jadi, laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis sehingga lebih mudah dikembalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data bila diperlukan.

2. Men-display data

Agar dapat melihat gambaran keseluruhannya atau bagian tertentu dari penelitian itu, harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik, networks, dan charts. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail.

3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi

Sejak walnya, peneliti berusaha mencari makna dari data yang dikumpulkannya. Untuk itu, ia mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi, dari data yang diperolehnya sejak awal ia mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih tentatif, kabur, diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya data, kesimpulan itu lebih grounded. Selama penelitian berlangsung, kesimpulan senantiasa harus diverifikasi. Verifikasi dapat singkat dengan mencari data baru, dapat pula lebih mendalam bila penelitian dilakukan oleh satu tim untuk mencapai intersubjective consensus, yakni persetujuan bersama agar lebih menjamin validitas dan comfirmability.

(10)

4. Menganalisis data

Menganalisis data sewaktu pengumpulan data antara lain akan menghasilkan lembar rangkuman dan pembuatan kode pada tingkat rendah, menengah (kode pola) dan tingkat tinggi (memo).

5. Membuat lembar rangkuman

Untuk memperoleh inti data, peneliti dapat bertanya, siapa, peristiwa atau situasi apa, tema atau masalah apa yang dihadapinya dalam lapangan, hipotesis apa yang timbul dalam pikirannya. Pada kunjungan berikutnya, informasi apa yang harus ditemukannya dan hal apa yang harus diberinya pehatian khusus.

6. Menggunakan matriks dalam analisis data.

Matriks dapat memberi bantuan yang sangat berguna dalam mengolah dan menganalisis data yang banyak, yang terdiri dari membentuk matriks, memasukkan data ke dalam matriks, menganalisis data matriks

3.6 Teknik Keabsahan Data

Menurut Nasution dalam Ardianto (2011, p.194), dalam penelitian kualitatif, peneliti harus berusaha sedapat mungkin memperkecil faktor subjektivitas. Ia harus menjauhi segala kemungkinan bias atau prasangka pada dirinya yang disebabkan oleh latar belakang hidup dan pendidikan, agama kesukuan, status sosial, dan sebagainya. Metode penelitian kualitatif menganggap bahwa hasil suatu penelitian akan objektif bila dibenarkan atau dikonfirmasi oleh peneliti lain.

Untuk mendapatkan tingkat kepercayaan atau kebenaran hasil penelitian, cara yang dilakukan yakni triangulasi. Tujuan triangulasi adalah mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan dengan menggunakan metode yang berlainan. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan membandingkan antara hasil dua peneliti atau lebih, serta dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya observasi, wawancara, dan dokumen. Triangulasi tidak sekadar menilai kebenaran data, tetapi juga menyelidiki validitas tafsiran kita mengenai data

(11)

tersebut. Maka itu, triangulasi harus bersifat reflektif (Nasution dalam Ardianto, 2011, p.197).

Dalam penelitian ini, mengecek kebenaran data dilakukan dengan cara menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Selain mengumpulkan data lewat wawancara dengan Pihak Humas KPDT dan masyarakat Pesisir Selatan, data juga dikumpulkan melalui studi dokumen internal KPDT.

(12)

Gambar

Tabel 3.1 Data Informan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mela- kukan strategi pemberdayaan ekonomi me- lalui life skill education bagi komunitas waria agar: (a) memiliki keterampilan dan jiwa

Pusat Pelayanan Pelanggan (CSS): Untuk menanggapi permintaan pelanggan waktu melalui jaringan E-commerce atau alat komunikasi lain dan mengelola informasi pelanggan seragam

Miftahendarwati, Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) Terhadap BAKTERI Streptococcus mutans (in vitro), in Fakultas Kedokteran Gigi 2014,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang

Berdasarkan pemeriksaan telur cacing pada sampel feses, penelitian ini menemukan bahwa nematoda yang menginfeksi kambing di Kota Kupang pada musim kemarau adalah

Sebuah cerita mungkin mengandung lebih dari satu konflik kekuatan, tetapi hanya konflik utamalah yang dapat merangkum seluruh peristiwa yang terjadi dalam plot.. Konflik utama

fungsi yang lain yaitu fungsi redistribusi. Melihat kontribusi penerimaan BPHTB yang besar terhadap Pendapatan Pajak Daerah di Kota Malang, maka memungkinkan bagi Pemerintah

Kinerja keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi yang telah diwujudkan melalui kerja yang telah dilakukan secara maksimal yang dituangkan dalam suatu laporan laba