• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relevansi Konsep Pendidikan Berkemajuan KH Ahmad Dahlan dalam Penyelenggaraan Pendidikan Dasar di Era Revolusi Industri 4.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Relevansi Konsep Pendidikan Berkemajuan KH Ahmad Dahlan dalam Penyelenggaraan Pendidikan Dasar di Era Revolusi Industri 4.0"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

RELEVANSI PEMBELAJARAN HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DALAM PERISTIWA GEGER AL-MA’UN KH AHMAD

DAHLAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Oleh :

AHMAD AMIN AGUSTIAR A510160097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

1

RELEVANSI PEMBELAJARAN HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DALAM PERISTIWA GEGER AL-MA’UN KH AHMAD DAHLAN

Abstrak

Dunia pendidikan menjadi salah satu segmen yang terdampak dari perubahan, terutama akibat hadirnya revolusi Industri 4.0. Keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) sebagai bagian dari tuntutan dunia pendidikan harus mampu dijawab. KH Ahmad Dahlan merupakan tokoh bangsa yang juga ikut bergerak memajukan dunia pendidikan, konsep pendidikan yang beliau kembangkan dikenal dengan pendidikan berkemajuan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui relevansi pembelajaran Higher Order Thinking Skill dalam peristiwa geger Al-Ma’un KH Ahmad Dahlan. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka, dengan data yang diambil berdasarkan literatur terkait tema KH Ahmad Dahlan dan pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS), data dianalisis secara tematik dan diolah dengan pendekatan induktif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah peristiwa geger Ma’un dimana KH Ahmad Dahlan mengajarkan Al-Ma’un kepada muridnya mengandung nilai pembelajaran tingkat tinggi atau Higher Order Thinking skill (HOTS).

Kata Kunci: Relevansi Pendidikan, Higher Order Thinking Skill, Pendidikan Berkemajuan

Abstract

The world of education has become one of the segments affected by change, especially as a result of the presence of the 4.0 Industrial Revolution. Higher-order thinking skills (HOTS) as part of the demands of the education world must be able to be answered. KH Ahmad Dahlan is a national figure who also moves to advance the world of education, the concept of education that he developed is known as progressive education. This paper aims to determine the relevance of learning Higher Order Thinking Skills in the commotion of Al-Ma'un KH Ahmad Dahlan. The method used is a literature review, with data taken based on literature related to the KH Ahmad Dahlan theme and Higher Order Thinking Skill (HOTS) learning, the data are analyzed thematically and processed with an inductive approach. The conclusion of this study is the commotion of Al-Ma'un where KH Ahmad Dahlan teaches Al-Ma'un to his students contains the value of high-level learning or Higher Order Thinking skills (HOTS).

Keywords: Relevance of Education, Higher Order Thinking Skill, Progress Education

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Pendidikan Indonesia dalam sejarahnya telah menelurkan para tokoh yang berpengaruh. Salah satu tokoh pendidikan Indonesia yang juga berperan dalam merintis pendidikan di Indonesia adalah KH Ahmad Dahlan. Meskipun KH Ahmad Dahlan terkenal sebagai pendiri Muhammadiyah, namun kontribusinya untuk dunia pendidikan tidak kalah penting. Beliau merupakan perintis sekolah bagi masyarakat pribumi pada masa kolonial Belanda. Sekolah yang beliau rintis merupakan sekolah pertama bagi masyarakat pribumi, sekolah tersebut mengintegrasikan antara konsep sekolah gaya barat dengan pendidikan islam pesantren, yang didalamnya mengajarkan materi ilmu pengetahuan teknologi dan ilmu islam klasik. Pendidikan yang beliau kembangkan kemudian disebut sebagai pendidikan Berkemajuan (Ali, Paradigma Pendidikan Berkemajuan, 2017).

Persinggungan KH Ahmad Dahlan dengan berbagai macam kelompok pembaharuan turut memperteguh pembaharuannya di bidang pendidikan. Inovasi yang KH Ahmad Dahlan berikan berbuah manis melahirkan sistem pendidikan baru yang dekat dengan kebutuhan rakyat dan keberpihakannya kepada golongan kaum bawah/ mustad’afin (Majid, 2018). Pendidikan yang beliau rintis sangat merevolusi sistem pendidikan ketika itu. Usaha untuk mengintegerasikan sistem pesantren yang seluruhnya bermuatan agama dengan metode pendidikan barat melalui penggunaan meja dan kursi serta muatan ilmu umum melahirkan sekolah islam pertama bagi kaum pribumi dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah.

Konsep pendidikan seorang tokoh tidak dapat dilepaskan dari pikirannya dalam dalam merumuskan dunia pendidikan (Dewantoro, 2017). KH Ahmad Dahlan merupakan seorang yang lebih dikenal lewat amal nya dari pada lewat karya tulisannya. Meskipun KH Ahmad Dahlan merupakan manusia amal namun beliau tetap mempunyai dasar pemikiran yang kuat dalam melangkah. Pengkaji Belanda Karel Steebrink (1994) mengatakan “Dia bukan teoritikus dalam bidang agama. Dia lebih bersifat pragmatikus yang sering menekankan: sedikit bicara banyak bekerja”. Perjalanan KH Ahmad Dahlan dalam merintis pendidikan tidaklah mudah, terdapat satu kejadian menarik yang fenomenal ketika KH

(7)

3

Ahmad Dahlan mengajarkan surat Al-Ma’un kepada muridnya. Suatu ketika KH Ahmad Dahlan mengajar surat Al-Ma’un kepada muridnya diulang-ulang hingga muridnya bosan. Kemudian beliau menyuruh sang murid untuk mengamalkan surat yang telah mereka hapal tersebut lewat aksinya kepada fakir miskin dan anak yatim, sebagai bagian dari pendidikan, peristiwa tersebut menurut Junus Salam (2009) dikenal dengan istilah “geger Al-Ma’un”. Al-Ma’un sendiri merupakan surat yang sangat dalam maknanya dan mengandung nilai-nilai pendidikan. Oleh KH Ahmad Dahlan kecerdasan akal menafsirkan Al-Ma’un pada jaman itu terbukti berhasil melahirkan lembaga sosial seperti Rumah Yatim dan Miskin.

Dewasa ini kita dihadapkan dengan era yang baru yang sering disebut sebagai era revolusi industri 4.0. Era Revolusi industri menurut Scwab (2019) merupakan konsep yang mengubah hidup manusia. Revolusi industri merupakan serangkaian perubahan besar dalam dunia industri yang kemudian berpengaruh dikehidupan manusia. Pengaruh yang luas dari revolusi industri terhadap beberapa sektor turut menghadirkan fenomena baru, termasuk dalam pendidikan melahirkan pendidikan 4.0. Menurut Puncreobutr (2016) Pendidikan 4.0 merupakan integrasi dunia fisik dan cyber balam dunia pembelajaran. Namun, lebih luas dari itu pendidikan 4.0 adalah respon yang lahir dari revolusi industri yang mencoba menyelaraskan manusia dan mesin sehingga dapat memecahkan masalah dan memberikan solusi, serta memunculkan inovasi baru (Edukasi, 2017). Maka, dalam pendidikan 4.0 peserta didik harus ditingkatkan kualitas berpikir, salah satunya melalui pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS).

Higher Order Thinking Skill atau HOTS menggambarkan sebuah proses berpikir dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti problem solving, taksonomi Bloom (Saputra, 2016). Saputra (2016) juga menambahkan tujuan dari higher order thinking skill adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai informasi,

(8)

4

berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi yang kompleks.

2. METODE

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah Penelitian Kepustakaan (Library Research) dengan data yang diteliti berupa teks-teks, atau naskah naskah yang bersumber dari khazanah kepustakaan (Creswell, 2009). Penelitian kepustakaan termasuk dalam salah satu ragam penelitian kualitatif. Penelitian ini peneliti mengkolaborasikan kajian pemikiran tokoh dengan analisis buku teks (Hamzah, 2018). Data penelitian berupa buku dan jurnal yang terkait dengan pendidikan berkemajuan dan era revolusi industri 4.0. Dengan teknik pengumpulan data yang dipakai adalah metode dokumentasi, serta dianalisis dengan tematik dengan menggunakan pendekatan filosofis historis. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan Credibility, Transfermability, dan Confirmability (Guba, 1985).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Revolusi Industri dan Sejarahnya

Revolusi Industri 4.0 merupakan nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencangkup system siber-optik, internet of thing, dan komputasi awam (Herman, Tobias, & Boris, 2015). Revolusi Industri 4.0 ini ditandai dengan digitalisasi, globalisasi dan perubahan demografis yang mengubah banyak hal dalam kehidupan, budaya dan masyarakat (OECD, 2019). Gagasan revolusi industri 4.0 dipopulerkan pertama kali oleh Profesor Klas Schwab lewat buku yang ia tulis “The Fourth Industrial Revolution” (Haqqi & Wijayanti, 2019).

Revolusi Industri 4.0 merupakan serangkaian perubahan besar dan radikal dalam dunia Industri. Tercatat telah terjadi tiga revolusi Industri yang telah berlangsung (Haqqi & Wijayanti, 2019). Revolusi Industri pertama atau 1.0 terjadi antara periode 1760’an-1840’an masa ini ditandai dengan ditemukannya mesin uap. Penemuan mesin ini memulai industrialisasi di wilayah Inggris dan menyebar keseluruh Eropa dan Amerika. Periode selanjutnya adalah revolusi Industri 2.0

(9)

5

yang merupakan kelanjutan periode sebelumnya. Revolusi industri 2.0 ditandai dengan berkembangannya teknologi listrik. Elektrisasi dalam dunia industri semakin meningkatkan produksi barang lebih efisien.

Perubahan cukup besar terjadi ketika lahirnya revolusi industri 3.0. Era ini sekaligus mulai berkembanganya digitalisasi yang didukung dengan olek hadirnya peralatan elektronik. Pada fase ini dasar-dasar digitalisasi, internet dan otomasi mulai dikembangkan. Era setelahnya dilanjutkan dengan revolusi industri 4.0, yang merupakan pematangan struktur pada era sebelumnya. Era ini ditandai dengan konektivitas dunia fisik dengan dunia digital melalui hadirnya teknologi Internet. Empat komponen utama dalam revolusi industri 4.0 yaitu Cyber Physical System, Internet of Thing, intenet of Service, dan Smart Factory (Herman, Tobias, & Boris, 2015).

Pendidikan 4.0

Pendidikan 4.0 atau Education 4.0 merupakan istilah umum yang digunakan oleh para ahli untuk menggambarkan berbagai cara menggintegerasikan teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak kedalam pembelajaran (Puncreobutr, 2016). Pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespon kebutuhan munculnya revolusi industri keempat dimana manusia dan mesin diselaraskan untuk mendapat solusi, memecahkan dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi baru (Edukasi, 2017).

Perkembangan teknologi yang pesat membuat pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan manusia dapat dikerjakan oleh teknologi seperti robot (Devianta, 2018). Teknologi kunci seperti Internet of Thing, Internet of Service, ataupun Smart Factory yang telah hadir nyatanya mampu membantu pekerjaan manusia. Kekhawatiran akan bergesernya peran manusia digantikan oleh robot dan kecerdasan buatan. Maka sudah menjadi menjadi tugas pendidikan dalam membentuk sumber daya yang mempunyai skill yang sesuai dengan tuntutan jaman, dan menjadikan sumber daya manusia yang perannya tidak dapat tergantikan oleh robot (Apriliyanti, 2019).

(10)

6

Pendidikan 4.0 merupakan jawaban atas persoalan yang mungkin muncul atas kekhawatiran para peneliti tentang eksistensi manusia. Untuk menghadapi tantangan itu dibutuhkan keterampilan yang memperkuat eksistensi. Salah satu kemampuan yang harus dipenuhi adalah berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill). Kemampuan ini diperlukan untuk dapat menelaah suatu permasalahan dan menggunakannya dalam situasi yang baru (Dinni, 2018).

Higher Order Thinking Skill

Higher order thinking Skill tidak dapat dilepaskan dari tingkatan klasifikasi berpikir menurut Benjamin S. Bloom (Taksonomi Bloom). Melalui Taksonomi Bloom, ia membagi kecerdasan pada enam tahap tiga level teredah disebuh Lower Order Thinking Skill dan tiga level tertinggi disebut Higher Order Thinking Skill (Faiz, 2017). Menurut Saputra High Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Dinni, 2018). Menurut Vui (Kurniati, 2016) high order thinking skills akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan infromasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.

Tujuan dari I yaitu bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik untuk level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks (Saputra, 2016). Konsep Higher order thinking skill diambil dari Teksonomi Bloom yang telah dirbaharui oleh Ander dan Karthwohl (2002). Enam kemampuan berpikir tersebut adalah:

(11)

7

Kemampuan ini ada pada level kognitif 1 (C1). Kemampuan untuk mengingat kembali informasi yang telah diberikan

2) Understand (memahami)

Kemampuan ini berada pada level kognitif 2 (C2). Kemampuan ini berhubungan dengan memahami konsep yang diajarkan, menegaskan ide dan instruksi

3) Applying (menerapkan)

Kemampuan ini berada pada level kognitif 3 (C3). Kemampuan ini untuk melakukan atau menerapkan informasi yang diperoleh dalam kondisi tertentu 4) Analyzing (analisis)

Kemampuan ini berada pada level kognitif 4 (C4). Kemampuan ini untuk menguraikan dan memisahkan beberapa komponen dalam informasi dan menguhungkan untuk memperoleh pemahaman yang utuh

5) Evaluating (mengevaluasi)

Kemampuan ini berada pada level kognitif 5 (C5). Kemampuan ini untuk menentukan nilai sesuatu berdasarkan krtiteria, atau patokan tertentu.

6) Creating (menciptakan)

Kemampuan ini berada pada paling atas level kognitif 6 (C6). Kemampuan ini mengnyatukan komponen-komponen menjadi suatu bentuk baru yang berbeda, atau membuat sebuah kebaruan.

Pendidikan Berkemajuan

Dalam diskursus ilmu pendidikan di dunia barat, maupun muslim, istilah pendidikan berkemajuan hampir sama dengan konsep pendidikan pragmatis-progresif ditambah religius. Dengan demikian, pendidikan berkemajuan merupakan seperangkat gagasan, ide, dan keyakinan konsep dan praksis di dasarkan pada nilai agama Islam dan kehidupan sosial yang saling berinteraksi secara dinamis-kreatif-dialektis, ditegakkannya kesadaran akan kecerdasan akal (intelligente dan mengasah kecerdasan hingga tumbuh (growth) menjadi pribadi yang utuh yang terlibat secara penuh dalam memajukan (progress) kehidupan sosial yang pada ujungnya akan mendapat kebaikan akhirat (Ali, 2017)

(12)

8

Dalam paradigma pendidikan Berkemajuan (Pendidikan Progresif-Religius) merupakan percampuran antara agama Islam yang dipahami secara fungsional dengan kemajuan jaman, dan pendidikan yang menghargai kecerdasan manusia melalui proses rekonstruksi pengalaman secara berkelanjutan. Dalam paradigma pendidikan berkemajuan terdapat tiga titik sentral yang menjadi pokok persoalan pendidikan berkemajuan, yaitu: akal (intelligent) sebagai wahan memecahkan masalah kehidupan, pertumbuhan (growth) individual secara utuh, dan kerelaan untuk terlibat dalam upaya memajukan kehidupan sosial (progress) (Ali, 2017)

Secara historis pendidikan berkemajuan yang dirintis oleh KH Ahmad Dahlan dapat dibagi menjadi tiga tahap (periode) (Ali, 2017). Periode pertama menyingkirkan segala rintangan tajdid atau pembaharuan yang akan dilaksanakan sehingga masa ini disebut masa babad alas. Pada masa ini KH Ahmad Dahlan berhasil mengembangkan langgar kidul menjadi pesantren model baru yang berbeda dari pesantren pada saat itu. Dimasa ini KH Ahmad Dahlan mulai merintis pendidikan bersama para muridnya. Ada peristiwa menarik yang ketika KH Ahmad Dahlan mengajarkan surat Ma’un, yang dikenal dengan “geger Al-Ma’un”. Lewat pengajaran yang KH Ahmad Dahlan rintis kepada muridnya melalui surat Al-Ma’un pada gilirannya menjadi sebuah embrio kelahiran struktur pendidikan yang lebih matang. Periode kedua, masa embrional, ditandai dengan berhasil mendirikan sekolah islam pertama dengan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah sebagai sebuah sekolah agama modern yang nantnya melahirkan sekolah Muhammadiyah. Periode ketiga adalah pematangan struktur, periode ini ditandai dengan terciptanya beragam praksis sosial baru yang memperluas makna pendidikan bagi kehidupan.

Geger Al-Maun

Al-Ma’un merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an. Surat ini berada pada urutan 107 terdiri dari 7 ayat. Surat Al-Ma’un termasuk surat yang diturunkan kepada Nabi di Makkah dikenal dengan istilah surat Makkiyah. Kata Al-Ma’un diambil dari diambil dari ayat terakhir surat ini. Surat Al-Ma’un dua inti ajaran Islam, bagaimana seseorang beribadah dan bagaimana seseorang memberi

(13)

9

(Stacey, 2015). Surah membahas karakter orang-orang yang mengaku Muslim tetapi tidak menyadari akhirat. Orang-orang ini merampas hak-hak anak yatim mereka, lalai dengan kewajiban orang-orang miskin, dan berdoa tanpa memegang Allah sebagai pengingat, melupakan tujuan di balik doa. Perbuatan amal mereka adalah perwujudan kesalehan palsu mereka, karena mereka tidak memberikan kasih Allah. Surah telah ditentukan setelah kata al-ma`un muncul di akhir ayat terakhir. Abdullah ibn Masud berkata: "Selama masa Rasulullah kita dulu menganggap ma'un (barang-barang keperluan sehari-hari) meminjamkan ember dan panci masak” (Sunan Abu Dawud). Ibn Abbas berkata: "(Orang-orang yang lalai dari doa mereka) adalah orang-orang yang menunda sholat mereka” (Tafsir Ibnu Katsir).

Terdapat kisah fenomenal ketika KH Ahmad Dahlan mengajarkan surat Al-Ma’un kepada para muridnya. Pada suatu momen dalan pengajian rutin subuh, KH Ahmad Dahlan mengajarkan tafsir surat Al-Ma’un namun beliau mengajarkannya berulang-ulang kali. Hingga ada salah satu muridnya memberanikan diri bertanya “mengapa tidak melanjutkan ke surat-surat yang lainnya, padahal kan Al-Qur’an terdapat 114 surat” tanya Sudjak salah seorang santrinya. Mendengar jawaban muridnya KH Ahmad Dahlan bertanya lagi. “apakah kalian benar-benar paham maksud dari surat Al-Ma’un ?.” Kemudian para santrinya serentak menjawab “kami tidak hanya sekedar paham tapi kami hapal kyai” KH Ahmad Dahlan bertanya kembali “apakah ayat-ayat yang telah kalian hapal sudah kalian amalkan? ” para santri menjawab dengan berbalik tanya “harus diamalkan seperti apa kyai ?, bukankan sudah sering saya baca ketika shalat” KH Ahmad Dahlan menjawab “Kalian sudah hapal surat Al-Ma’un tapi bukan itu yang saya maksud. Amalkan! Diamalkan! Artinya dipraktekan dikerjakan” jawab beliau (Salam, 2009). Terdapat makna tersendiri bagi KH Ahmad Dahlan mengapa beliau terus mengulang-ulang surat Al-Ma’un, ini karena beliau ingin murid-muridnya mengamalkan surat Al-Ma’un ini.

Selanjutnya KH Ahmad Dahlan memerintahkan murid-muridnya nya untuk mencari orang miskin dan anak yatim. Mereka diminta untuk membawa orang miskin dan anak yatim pulang, kemudian dibersihkan dimandikan dengan sabun,

(14)

10

diberi pakaian yang bersih, dan diberi tempat tinggal yang layak. Gerakan penyeruan pemenuhan hak-hak fakir miskin dan orang-orang terlantar ini kemudian melahirkan gerakan mengelola zakat dan zakat fitrah untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin, orang terlantar dijalanan karena berbagai sebab (Fauziah, 2020). Maka dari sini pula lahir rumah miskin, panti asuhan yatim-piatu, rumah orang terlantar dan rumah sakit (Suara Muhammadiyah).

Relevansi geger Al-Ma’un dalam HOTS

Konsep HOTS ini dapat dikatakan relevan dengan pendidikan berkemajuan yang dikembangkan oleh KH Ahmad Dahlan. KH Ahmad Dahlan sangat menekankan tentang kecerdasan, bahkan beliau meninggikan akal seperti ucapan beliau yang dikutip dari buku Mohamad Ali (2017) “sesungguhnya pengajaran yang paling berguna bagi akal manusia itu jauh lebih dibutuhkan dari pada makanan yang mengisi perutnya”. Kecerdasan menurut KH Ahmad Dahlan adalah kemampuan untuk memahami dan memecahkan masalah (Ali, 2018). Dalam melakukan pendidikan kepada murid nya KH Ahmad Dahlan tidak hanya berhenti pada hapalan namun juga harus diamalkan. Konsep ini sejalan dengan pembelajaran HOTS yang menilai kemampuan hapalan termasuk C1, juga harus sampai pada diterapkan C3 bahkan sampai pada tahap paling tinggi dari level kognitif yaitu menciptakan C6. Tahap menciptakan C6 dalam pendidikan berkemajuan KH Ahmad Dahlan dalam hal ini adalah ikut memajukan kehidupan masyarakat melalui produk-produk amal beliau seperti panti asuhan anak yatim, bahkan rumah sakit. Berikut ini adalah tabel kemampuan Higher order thinking skill dalam fenomena geger Al-Ma’un:

Tabel 1 HOTS dalam fenomena geger Al-Ma’un Kemampuan

Higher Order Thinking Skill

Keterampilan yang dipenuhi

KH Ahmad Dahlan dalam mengajar Al-Ma’un

C1 Mengingat Kemampuan untuk

mengingat kembali

informasi yang telah

diberikan

KH Ahmad Dahlan mengajarkan surat Al-Ma’un karena surat ini termasuk cukup pendek, beliau mengajarkan berkali kali agar

(15)

11

murid-muridnya hapal.

C2 Memahami Kemampuan ini

berhubungan dengan

memahami konsep yang diajarkan, menegaskan ide dan instruksi

Selain hapal teks dari surat Al-Ma’un beliau juga mengajarkan tafsir dari surat Al-Ma’un agar murid-muridnya memahami informasi serta konteks dari Al-Ma’un

C3 Menerapkan Kemampuan ini untuk

melakukan atau

menerapkan informasi yang diperoleh dalam kondisi tertentu

Para murid KH Ahmad Dahlan telah menerapkan surat Al-Ma’un yang mereka hapal dan pahami didalam sholat.

C4 Menganalisis Kemampuan ini untuk menguraikan dan memisahkan beberapa komponen dalam informasi dan menghungkan untuk memperoleh pemahaman yang utuh

Dalam mengajar KH Ahmad Dahlan memilah kembali makna makna dalam surat al-ma’un bagaimana surat tersebut mengatakan orang yang mendustakan agama, dan bagaimana orang yang celaka dalam sholat nya, hingga menganalisis bahwa jawaban atas ancaman dalam surat tersebut adalah memberdayakan kaum lemah (mustad’afin)

C5 Mengevaluasi Kemampuan ini untuk menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria, atau patokan tertentu

Fase ini KH Ahmad Dahlan mengajak muridnya untuk melihat kondisi realitas sosial apakah masih banyak kaum lemah sesuai surat Al-Ma’un ini. KH Ahmad Dahlan mengajak untuk mencari

mereka serta

(16)

12 C6 Menciptakan Kemampuan ini

menyatukan komponen-komponen menjadi suatu bentuk baru yang berbeda, atau membuat sebuah kebaruan.

Terakhir melalui pemaknaan Al-Ma’un ini KH Ahmad Dahlan dapat menciptakan lembaga-lembaga amal sosial yang berfokus dalam keberpihakannya kepada kaum yang lemah (miskin, yatim). Produk sosial seperti Panti Asuhan Yatim, Lembaga Zakat Infaq Shadaqoh

Hal ini sekaligus menunjukan bahwa kecerdasan dalam pendidikan berkemajuan telah KH Ahmad Dahlan tanamkan kepada muridnya, bahkan beliau menjadikankecerdasan sebagai dasar untuk memecahkan kebuntuan dan menghasilkan sesuatu produk inovatif.

Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah

Sampai saat ini kiprah Muhammadiyah dibidang pendidikan tidak terelakkan. Organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini merupakan salah satu lembaga yang menaungi ribuan sekolah di Indonesia, tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tercatat lebih dari 2.600 sekolah berdiri didalam naungan Muhammadiyah. Kondisi dilapangan menunjukan terdapat sekolah Muhammadiyah yang maju dan unggul secara prestasi, namun lebih banyak sekolah yang berkembang bahkan ada pula sekolah yang tertinggal (Bunyamin, 2009). Andrea Hirata menggambarkan dalam novel paling populer nya laskar pelangi, sekolah Muhammadiyah merupakan tempat belajar bagi kaum lemah untuk mengakses pendidikan. Maka, bukan insfrastruktur canggih atau fasilitas mewah tapi pendidikan yang bernilai.

Pendidikan Muhammadiyah sebagai sebuah lembaga, harus berbenah untuk kembali merevitalisasi nilai pendidikan. Tidak hanya konsep-konsep pendidikan luar yang kita ambil, namun nilai-nilai pendidikan yang diajarkan oleh founding father Muhammadiyah yaitu KH Ahmad Dahlan. Pembelajaran tingkat tinggi (HOTS) dalam peristiwa geger Al-Ma’un membuktikan bahwa nilai pembelajaran

(17)

13

modern juga terkandung dalam konsep pendidikan berkemajuan KH Ahmad Dahlan. Masih banyak nilai yang dapat digali lagi dari konsep pendidikan berkemajuan KH Ahmad Dahlan yang dapat menjadi jawaban atas dunia pendidikan terkhusus pendidikan Muhammadiyah

4. PENUTUP

Pendidikan merupakan kunci atas tantangan persoalan di era revolusi industri. Salah satu tuntutan keterampilan yang harus dimiliki di era ini adalah kemampan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Pendidikan berkemajuan sebagai konsep dan gagasan yang dibawa oleh KH Ahmad Dahlan telah mengajarkan berpikir tingkat tinggi sejakdahulu. Sehingga dapat dikatakan relevan bahwa pendidikan berkemajuan KH Ahmad Dahlan dengan kondisi era Revolusi Industri 4.0 sekarang.

Pemikiran KH Ahmad Dahlan dapat menjadi jawaban atas persoalan dunia pendidikan masa kini. Berbagai nilai filosofis dan konsep yang beliau pakai sebagai sebuah api pembaharuan harus ters digali dan diterapkan dalam masalah pendidikan, maupun sebagai pegangan dalam dunia pendidikan Muhammadiyah khususnya

PERSANTUNAN

Alhamdulillahi rabbil’alamin Puji Syukur atas rahmat Allah SWT atas segala rahmat dan kekuatan serta karunia-Nya.Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya penelitian ini. Kepada Ibu Nur Amalia M.Teach atas bimbingannya serta Orang Tua dan teman-teman semua atas dukungan serta doanya.

(18)

14 DAFTAR PUSTAKA

Al-Bani, H. Sunan Abu Dawud. In H. Al-Bani, Buku # 9 Buku Zakat (Kitab Al-Zakat) (pp. Buku 9, Hadis 102; Terjemahan bahasa Inggris: Buku 9, Hadis 1653).

Ali, M. (2018, 8 10). KAMATSU (Kajian Malam Sabtu): Kultur Pendidikan Berkemajuan. (A. M. Muhammadiyah, Interviewer)

Ali, M. (2017). Menuju Teorisasi Pendidikan Berkemajuan. Tajdida , 1-8.

Ali, M. (2017). Paradigma Pendidikan Berkemajuan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Apriliyanti, F. (2019). Relevansi Pendidikan dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara dalam Menghadapi era Education 4.0. 215-221.

Bunyamin, (2009). Dinamika Pendidikan Muhammadiyah. Reforma, 58-69 Creswell, J. W. (2009). Research Design: Cualitative, Cuantitative and Mixed

Methods Approach. California: Pustaka Pelajar.

Devianta, D. (2018, September 8). Liputan 6. Retrieved Juli 8, 2020, from Saat Peran Manusia Digantikan 'Robot' di Masa Depan:

https://www.liputan6.com/regional/read/3645888/saat-peran-manusia-digantikan-robot-di-masa-depan

Dewantoro, H. (2017, October 31). Konsep Pendidikan di Indonesia. Retrieved June 21, 2020, from https://silabus.org/: https://silabus.org/konsep-pendidikan/

Dinni, H. N. (2018). HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika. PRISMA , 170-176.

Edukasi. (2017, 11 5). Pendidikan 4.0 apa itu ? Retrieved 3 19, 2020, from Edukasi.com: https://eduaksi.com/pendidikan-4-0-apa/

Faiz, F. (2017). Ngaji Filsafat Pendidikan: Benjamin S. Bloom. Yogyakarta: MJS. Fauziah, N. (2020, February 5). Kisah Kiai Ahmad Dahlan Mengajarkan Tafsir

Surat Al-Ma'un Berulang-ulang. Retrieved July 10, 2020, from muslim.okezone.com:

https://muslim.okezone.com/read/2020/02/04/614/2163308/kisah-kiai-ahmad-dahlan-mengajarkan-tafsir-surat-al-ma-un-berulang-ulang?page=2

(19)

15

Guba, E. G. (1985). Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers. Hamzah, A. (2018). Metode Penelitian Kepusatakaan. Batu: Literasi Nusantara. Haqqi, H., & Wijayanti, H. (2019). Revolusi Industri 4.0 ditengah Society 5.0.

Yogyakarta: Quadrant.

Herman, M., Tobias, P., & Boris, O. (2015). Design Principles for Industrie 4.0 Scenario: A Literature Riview. Dortmund: Technische Universitat Dortmund. Karthwohl, D. R. (2002). A revision of Bloom's taxonomy: An overview. Theory

into practice 41(4) , 212-218.

Katsir, I. (2018). Tafsir Ibnu Katsir. Solo: Insan Kamil.

Kurniati, D. (2016). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP Di Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar PISA. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 20(2) , 142-155.

Majid, N. w. (2018, April 22). Pendidikan Berkemajuan: Konsep Pemikiran KH Ahmad Dahlan dalam Menghadapi Era Multi Digital. Retrieved Juni 17, 2020, from Muhammadiyah.org: http://www.muhammadiyah.or.id/id/artikel-

pendidikan-berkemajuan-konsep-pemikiran-kh-ahmad-dahlan-dalam-menghadapi-era-multidigital-detail-984.html

OECD. (2019). The Future of Work Employment Outlock. Paris: OECD.

Puncreobutr, V. (2016). Pendidikan 4.0: Tantangan Baru Pembelajaran. Theresa Journal of Humaniora and Science , 92-97.

Salam, J. (2009). K.H. Ahmad Dahlan : amal dan perjuangannya. Yogyakarta: Al-Wasat.

Saputra, H. (2016). Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global: Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing.

Schwab, K. (2019). Revolusi Industri Keempat. Jakarta: Kompas Gramedia. Stacey, A. (2015, February 16). CHAPTER 107, AL-MA’UN (THE SMALL

KINDNESS). Retrieved July 9, 2020, from islamreligion: https://www.islamreligion.com/articles/10762/chapter-107-al-ma-un-small-kindness/

(20)

16

Steebrink, K. A. (1994). Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. LP3ES.

Gambar

Tabel 1 HOTS dalam fenomena geger Al-Ma’un  Kemampuan

Referensi

Dokumen terkait

memungkinkan interkoneksi wireless pada jalur akses dalam jaringan IEEE 802.11. Hal ini memungkinkan jaringan wireless dikembangkan menggunakan beberapa AP

Pertama-tama, perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Komisi XI dan Anggota Dewan yang terhormat, yang telah mengundang kami untuk menghadiri

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air minum dan penyediaan air minum yaitu dengan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui kebutuhan air

Penerimaan daerah lainnya meliputi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (HPKD) dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (LLPAD) di lingkup

“Sebelum mulai adu kepala, biasanya pertunjukan diawali oleh alunan melodi silu (serunai) dan kemudian tabuhan genda (gendang) sebagai musik khas Bima, kemudian

Perlindungan hukum terhadap Desain Industri dibutuhkan antara lain: Sebagai konsekwensi telah meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization

Spesifikasi Jabatan a Beriman & taqwa, ahlaqul karimah b Mempunyai fisik yang sehat c Mampu bekerja dibawah tekanan waktu yang ketat d Mempunyai kemampuan memimpin dan manajerial

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor Keterangan Perumahan Tahun 2014 Triwulan 1 wilayah Kabupaten Brebes yang