• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsep Diri Dengan Kematangan Vokasional Pada Siswa SMK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Konsep Diri Dengan Kematangan Vokasional Pada Siswa SMK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMATANGAN VOKASIONAL PADA SISWA SMK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

YUNITA WIDI PURWANINGTYAS F100120017

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMATANGAN VOKASIONAL PADA SISWA SMK

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

YUNITA WIDI PURWANINGTYAS F100120017

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing

Dr. Nisa Rachmah NA, M.Si NIK. 593

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMATANGAN VOKASIONAL PADA SISWA SMK

Oleh :

YUNITA WIDI PURWANINGTYAS F10020017

Telah dipertahannkan didepan dewan penguji Fakultas Psiokologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Rabu, 8 November 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji: Penguji utama

Dr. Nisa Rachmah NA, M.Si,psikolog _______________

Penguji Pendamping 1

Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si, psikolog _______________

Penguji Pendamping 2

Permata Ashfi Raihana,S.Psi, MA _______________

Surakarta, 8 November 2017 Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Psikologi Dekan,

(4)
(5)

1

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMATANGAN VOKASIONAL PADA SISWA SMK

ABSTRAK

Kematangan vokasional berperan penting bagi siswa SMK, karena siswa SMK dicetak untuk bisa siap kerja sesuai dengan bidang keahliannya setelah lulus dari sekolah. Kematangan vokasional adalah salah satu tugas perkembangan pada remaja. Apabila kematangan vokasional tidak tercapai sesuai tahap perkembangan maka remaja akan mengalami hambatan dalam melewati tahapan perkembangannya. Kematangan vokasional dapat dipengaruhi oleh konsep diri.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan kematangan vokasional pada siswa SMK.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 4 Surakarta yang berjumlah 148 siswa.Teknik sampling yang digunakan adalah teknik studi populasi.Alat ukur yang digunakan adalah skala kematangan vokasional dan konsep diri. Metode analisis yang digunakan adalah teknik product moment.Hasil penelitian diperoleh r = 0,491 p = 0,000, yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kematangan vokasional. Semakin tinggi konsep diri yang dimiliki siswa maka semakin tinggi kematangan vokasional. Tingkat konsep diri pada penelitian ini tergolong tinggi dan tingkat kematangan vokasional tergolong tinggi. Sumbangan efektif dari variabel konsep diri terhadap kematangan vokasional sebesar 24,11% dan masih terdapat 75,89% faktor lain yang mempengaruhi kematangan vokasional. Hasil penelitian mengimplikasikan pentingnya konsep diri terhadap kematangan vokasional.

Kata kunci : konsep diri, kematangan vokasional, siswa SMK.

ABSTRACT

Vocational maturity plays an important role for vocational students, because the vocational school students are printed to be ready to work in accordance with the field of expertise after graduating from school. Vocational maturity is one of the developmental tasks of adolescenes. If the vocational maturity is not achieved according to the stage of development then the adolescenes will experience obstacles in passing the stage of its development. Vocational maturity can be influenced by self-concept. The purpose of this study was to determine the relationship of self-concept with vocational maturity in vocational students. Subjects in this study were students of SMK Negeri 4 Surakarta, amounting to 148 students. The sampling technique used is study population technique. The measuring tool used is the scale of vocational maturity and self-concept. The method of analysis used is product moment The results obtained r = 0.491 p = 0.000, which shows a very significant positive relationship between self-concept with vocational maturity. The higher the self-concept of the students the higher the maturity of vocational. The level of self-concept in this research is high and

(6)

2

the level of vocational maturity is high. The effective contribution of self concept variable to vocational maturity is 24.11% and there are 75.89% other factors influencing vocational maturity. The result of this research has implied the importance of self concept toward vocational maturity.

Keywords: self concept, vocational maturity, vocational students.

1. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa yang terpenting dalam perkembangan individu, karena jika tidak dapat mampu melaksanakan tugas perkembangan pada masa remaja, maka masa dewasa pun tidak akan berjalan semestinya (Hurlock,2012). Salah satu tugas penting dalam perkembangan masa remaja adalah mempersiapkan masa depan yaitu mencari sebuah pekerjaan. Pekerjaan (vocasion / career ) penting bagi individu untuk dapat meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dan dapat ‘membebaskan diri’dari orangtua secara ekonomi.Namun dalam mencari sebuah pekerjaan dibutuhkan persiapan agar dapat memenuhi syarat suatu bidang pekerjaan.Salah satu syarat agar memiliki kematangan vokasional yang baik dan berkualitas adalah pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP (PRRI, 2010). SMK mempunyai peranan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM), karena lulusan SMK merupakan lulusan yang dicetak untuk siap kerja sesuai dengan keahliannya.

Kematangan vokasional bagi siswa SMK sangatlah penting, karena salah satu permasalahan yang dialami siswa setelah lulus sekolah adalah pemilihan karir dan pekerjaan. Kualitas pemilihan karir ditentukan oleh tingkat kematangan kematangan karir yang dimiliki individu (Aji, 2010). Kesulitan yang dialami siswa dalam memilih dan menentukan pekerjaan dimasa depan kemungkinan disebabkan banyak siswa yang kurang memahami bahwa karir merupakan jalan hidup dalam usaha menggapai kehidupan yang lebih baik. Kematangan vokasional merupakan inti dari pendekatan perkembangan dalam memahami perilaku karier, dan melibatkan

(7)

3

pengukuran tingkat penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu (Wibowo, 2010).

Wibowo (2010) melakukan sebuah riset dimana riset tersebut menggunakan dasar teori dari Donald Super yang menyatakan bahwakematangan vokasional adalah kemampuan individu untuk memenuhi tugas perkembangan vokasional dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalani. Super sendiri menjelaskan bila perkembangan karir individu dalam rentang kehidupannya terdapat 5 tahap yaitu : growth (4-13 th), dimana individu mulai mengenal beberapa peran dalam pekerjaan; exploration (14-21 th) yang memiliki tugas perkembangan untuk mulai mencari informasi karier dan memiliki alternatif pilihan karier;

establishment (22- 44 th), individu mulai memasuki dunia kerja; maintenance

(45-65 th), berusaha memperoleh kesuksesan dalam bekerja; dan

disengagement (lebih dari 65 th), mempersiapkan untuk pensiun. Jika

individu dapat menyelesaikan tugas perkembangan karirnya dengan baik maka dapat dikatakan jika individu tersebut sudah memiliki kematangan karir.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 1 siswa SMK X di Wonogiri berinisial F pada tanggal 23 Februari 2017. Subjek adalah siswa kelas XI jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, pada saat diwawancarai subjek sedang menjalankan PKL di Solo. Ketika ditanya apa rencana subjek saat sudah lulus nanti, subjek mengatakan jika ia ingin langsung bekerja dengan alasan ingin langasung mencari uang sendiri agar tidak bergantung dan membebankan orangtuanya. Subjek belum ingin melanjutkan keperguruan tinggi karena subjek merasa jika bekal selama ia duduk dibangku SMK sudah cukup untuk dapat bersaing dalam dunia kerja, ditambah lagi subjek sudah memiliki gambaran bagaimana dunia kerja yang sebenarnya lewat praktik kerja lapangan. Subjek percaya jika ia dapat bersaing dalam dunia kerja karena kemampuan yang subjek miliki tidak hanya didapat dari sekolah saja namun juga dari belajar secara otodidak dan tidak sungkan bertanya pada yang lebih ahli jika mendapat kesulitan. Subjek

(8)

4

mengaku jika orangtua subjek selalu mendukung semua keputusan yang diambil oleh subjek dengan baik.Subjek juga mengatakan tidak menutup kemungkinan suatu saat ingin melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi dengan menggunakan uang tabungan sendiri.

Definisi kematangan vokasional menurut Wahyuni (2014) adalah suatu situasi kesiapan diri dari seseorang untuk mengetahui dan memahami tentang arah minat dan potensi yang dimilikinya sehingga diharapkan dengan pemahamannya tersebut maka ia dapat menentukan bidang pekerjaan yang diinginkannya dan lebih jauh lagi akan memudahkannya untuk dapat fokus pada bidang pekerjaan dan sejahtera dalam menjalankannya.Kematangan vokasional memiliki aspek vokasional yaitu perencanaan (planfulness), eksplorasi (exploration), pengumpulan informasi (information gathering), dan pengambilan keputusan (decision making).sedangkan Menurut Winkel (2007) kematangan vokasional dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : eksternal (sosial budaya tempat siswa dibesarkan, status social ekonomi keluarga, pengaruh keluarga, pendidikan sekolah, pergaulan dengan teman sebaya dan tuntutan yang melekat pada pekerjaan) dan internal (nilai-nilai kehidupan (values), taraf inteligensi, bakat khusus, minat, sifat/ciri kepribadian, dan pengetahuan).

Kepribadian yaitu konsep diri menjadi salah satu yang diperlukan

oleh siswa dalam memperoleh kematangan vokasional.Menurut hasil

penelitian dari Primantia (2015) tentang Hubungan Konsep Diri Dengan

Kematangan Karier Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Bagor Tahun Ajaran

2014/2015, bahwa konsep diri memiliki hubungan yang signifikan dengan

kematangan karier.Konsep diri secara stimulus berpengaruh terhadap

kematangan karir seseorang.Artinya apabila konsep diri peserta didik

mengalami perkembangan, maka kematangan karir siswa juga mengalami

(9)

5

Konsep diri adalah pandangan atau penilaian individu atas dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan (Pratama & Suharman, 2014).Konsep diri memiliki aspek yaitu diri fisik, diri pribadi, diri sosial, diri moral etik, dan diri keluarga.Konsep diri penting dimiliki siswa, karena dengan keyaiknan bahwa semua pencapaian ditentukan oleh usaha, ketrampilan dan kemampuan, maka siswa akan berusaha meningkatkan kemampuan dan ketrampilan yang menjadi persyaratan karir (Pratama & Suharnan 2014).

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan konsep diri dengan kematangan vokasional pada siswa SMK.Remaja SMK yang memiliki konsep diri positif dapat mencapai kematangan vokasional dengan baik.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kematangan vokasional pada siswa SMK.

2. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan dua macam variabel yaitu konsep diri (variabel bebas) dan kematangan vokasional (variabel tergantung). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK Negeri 4 Surakartayang berjumlah 148 siswa (Pr =144 Lk = 4). Semua subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah kelas XII SMKN 4 Surakarta yang sudah mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL).Penelitian ini menggunakan teknik studi populasi.

Tabel 1.Jumlah Subjek penelitian Kelas Jumlah Busana 2 28 Busana 4 28 Kecantikan 1 31 Kecantikan 2 30 Tata Boga 3 31 Total 148

(10)

6

Pengumpulan data menggunakan skala yaitu kematangan vokasionalmilik Fatmasari (2016) yang telah dimodifikasi oleh peneliti yang menggunakan dasar teori dari Super yang menyatakan bahwa aspek kematangan vokasional memiliki empat aspek yang meliputi perencanaan (Planfulness), eksplorasi

(Exploration), pengmpulan data (Information Gathering), dan pengambilan

keputusan (Decision Making); skala konsep diri yang digunakan adalah skala milik Fatmasari (2016)yang dimodifikasi oleh peneliti yang disusun menggunakan aspek konsep diri dar Fitts yang meliputi diri fisik, diri moral etik, diri sosial, diri pribadi, dan diri keluarga.

Masing – masing skala telah memiliki kriteria valid dan reliable.Uji validitas skala dilakukan dengan expert judgment.Peneliti kemudian menganalisis menggunakan formula aiken’s. Apabila koefisien validitas sama atau lebih dari 0,6 (=0,6) maka aitem tersebut memenuhi kriteria valid dan layak digunakan, begitu juga sebaliknya. Nilai validitas kematangan vokasional diketahui bergerak dari 0,75 sampai 0,91 sedangkan nilai validitas konsep diri bergerak dari 0,66 sampai 0,83. Uji coba reliabilitas skala dihitung dengan teknik Alpha Cronbach untuk mengetahui koefisien reliabilitas (α).Pada skala kematangan vokasional diketahui nilai alpha (α) = 0,887 (33 aitem). Sedangkan pada skala konsep diri diketahui nilai alpha (α) = 0,893 (32 aitem).Teknik analisis data yang digunakan yaitu korelasi product moment.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment dari Pearsondapat diketahui nilai koefisien korelasi sebesar 0,491dan sig = 0,000 :(p<0,01), sehingga menunjukkan ada hubungan positif yang sangatsignifikan antara konsep diri dengan kematangan kematangan vokasional. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan peneliti yaitu ada hubungan positif antara konsep diri dengan kematangan vokasional pada siswa SMK.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kematangan vokasional dipengaruhi oleh konsep diri.Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rasyid &Mansur(2009).Konsep diri penting

(11)

7

untuk menentukan jenjang karier siswa, yaitu untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, sehingga siswa dapat memilih alternatif karier yang tepat. Serta sesuai dengan Hasan (2006) yang menjelaskan bahwa individu yang memelihara dan meningkatkan konsep diri akan lebih melibatkan diri dalam eksplorisasi karir, mencapai berbagai informasi mengenai karir, dan mengembangkan tingkah laku yang tepat dalam menghadapi karir.

Berdasarkan hasil kategorisasi variabel konsep diri memiliki rerata empirik (RE) sebesar 101,12 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 80. Pada hasil kategorisasi tersebut, tidak ada yang memiliki konsep diri sangat rendah dan rendah (0%), 14,19% (21 orang) yang konsep dirinya sedang,77,71 % (115 orang) yang tergolong tinggi konsep dirinya dan 8,10% (12 orang) yang tergolong sangat tinggi konsep dirinya dari total keseluruhan subjek yang berjumlah 148 siswa.

Sobur (2003) menyatakan bahwa konsep diri adalah semua presepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi fisik,sosial, dan psikologis yang didasarkan pada pengalamandan interaksi dengan orang lain. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang sehingga memiliki konsep diri yang tinggi seperti menurut Hurlock (2010) yang mengemukakan bahwa (1) usia kematangan, individu yang matang lebih awal dan diperlakukan seperti orang yang hampir lebih dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyanangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik,sedangkan individu yang diperlakukan seperti anak-anak cenderung akan memiliki prilaku sebaliknya,(2)penampilan diri, berkaitan dengan daya tarik. Individu yang memiliki daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial, (3) jenis kelamin, dalam hal penampilan diri, minat, dan perilaku membantu individu mencapai konsep diri yang baik. Individu yang tidak sadar diri akan mempengaruhi perilakunya, (4)nama dan julukan, Individu merasa peka dan malu bila teman sekelompoknya menilai namanya buruk atau bila diberi nama julukan yang bernada cemoohan, (5)hubungan keluarga, Individu yang mempunyai hubungan erat dengan keluarga akan mengidentifikasikan diri dan

(12)

8

mengembangkan pola kepribadian yang sama dengan keluarganya,(6)teman sebaya, Konsep diri merupakan cerminan dari anggapan teman-teman tentang dirinya. Individu juga mengembangkan ciri-ciri kepribadian agar diakui kelompoknya,(7) kreativitas, Individu yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan tugas akademis; mengembangkan perasaan individualitas; dan mengembangkan identitas memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya, dan (8)cita-cita, Individu yang realistik terhadap kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan dibandingkan dengan kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang dapat memberikan konsepdiri lebih baik.

Berdasarkan hasil kategorisasi variabel kematangan vokasional memiliki rerata empirik (RE) sebesar 101,99 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 82,5. Pada hasil kategorisasi tersebut, tidak ada yang memiliki kematangan vokasional sangat rendah dan rendah (0%), 18,92% (28 orang) yang kematangan vokasionalnya sedang,77,71 % (115 orang) yang tergolong tinggi konsep dirinya dan 3,37% (5 orang) yang tergolong sangat tinggi kematangan vokasionalnya dari total keseluruhan subjek yang berjumlah 148 siswa. Ini menunjukan bahwa prosentase dari jumlah terbanyak berada pada posisi tinggi dan dapat diartikan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki kematangan vokasional yang tergolong tinggi. Ini dapat dikatakan sesuai dengan riset dari Wibowo (2010) yang menggunakan dasar teori dari Super yang mengatakan pada tahap ini subjek berada pada usia 14-21 tahun, dimana hal ini masuk dalam tahap Exploration , dalam tahap ini individu akan berusaha untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang dunia kerja dengan sumber yang potensial seperti orangtua, guru, bahkan konselor.

Sumbangan efektifitas konsep diridalam mempengaruhi kematangan vokasional sebesar 24,11 % ditunjukkan oleh koefisien determinan atau r² (0,491)² = 0,241. Hal inimenunjukkan bahwa pengaruh konsep diridalam kematangan vokasional sebesar 24,1% sehingga 75,89% sisanya dipengaruhi variabel lainnya.Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Hasan (2006) bahwa individu yang memelihara dan meningkatkan konsep diri akan lebih

(13)

9

melibatkan diri dalam eksplorisasi karir, mencapai berbagai informasi mengenai karir, dan mengembangkan tingkah laku yang tepat dalam menghadapi karir, namun konsep diri yang positif tidak selalu memberikan kontribusi yang besar pada kematangan vokasional terdapat factor lain yang dimungkinkan lebih berpengaruh dalam kematangan vokaional diantaranya

self directedness, keluarga dan program studi.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui konsep diri dan kematangan vokasional, yang dimiliki subjek tergolong tinggi. Kematangan vokasional subjek yang secara umum tinggi tersebut teramati ketika survei, yaitu lebih dari 50% siswa sudah mengetahui apa yang akan dilakukan setelah lulus SMK, yaitu kerja. Hal ini sesuai dengan dasar teori dari Super yang digunakan riset Fatmasari (2016) bahwa merencanakan pilihan pendidikan tersebut merupakan salah satu aspek dalam kematangan karir.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian, ananlisis serta pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antar konsep diri dengan kematangan vokasional pada siswa SMK. (2) Tingkat konsep diri dalam penelitian ini tergolong tinggi. (3) Tingkat kematangan vokasional dalam penelitian in tergolong tinggi. (4) Sumbangan efektif konsep diri dengan kematangan vokasional pada siswa SMK Negeri 4 Surakarta sebesar 24,1% sehingga 75,9% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti dengan tema yang sama dapat memperluas hasil penelitiannya dikarenakan masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi kematangan vokasional selain konsep diri misalnya factorsekolah, minat dan bakat, inteligen dan masih banyak faktor yang lain yang dapat mempengaruhi kematangan vokasional. Selain itu, diharapkan para peneliti selanjutnya dapat menggunakan teori-teori yang lebih banyak serta hasil penelitian yang terbaru, diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode lain seperti random sampling agar semua populasi mendapat kesempatan yang sama.

(14)

10 DAFTAR PUSTAKA

Aji, R., Hartati, S., & Rusmawati, D.(2010).Hubungan Antara Locus Of Control Internal dengan Kematangan Karir pada Siswa Kelas XII SMK N 4

Purworejo.http://eprints.undip.ac.id/24802/1/LOC_internal_dan_Kematan

gan_Karir.pdf

Fatmasari, D. (2016). Hubungan Antara Konsep Diri Dan Dukungan Orangtua Dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMA. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Gonzalez, M. A (2008). Career Maturity : A Priority For Secondary Education.

Journal of research in educational psychology. 6(16) : 749-772.

Hasan, (2006).Career Maturity of Indian Adolscents as a Function of Self-Concept, Vocational Aspiration and Gender.Journal of the Aademy of

Psychology. Vol.32, No.2, 127-134.

Hurlock, E.B., (2012). Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Pratama, B. D. & Suharnan.(2014). Hubungan antara Konsep Diri dan Internal Locus of Contro dengan Kematangan Karir Siswa SMA.Persona,

JurnalPsikologi Indonesia. 3 (3): 214..

Primintia, A., (2015). Hubungan Konsep Diri Dengan Kematangan Karir Peserta Didik Kelas X SMK N 1 BAGOR Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Kediri : Fakultas Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara Persatuan Guru Republik Indonesia.

Rasyid, H. & Mansur.(2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Wahyuni, D.S., Dewi, M.P., Sunarya. I.M.G. (2014) Hubungan Antara Internal Locus Of Control Dan Pengalaman Praktik Kerja Industri Dengan Kematangan Karier Pada Siswa Program Studi Keahlian Teknik Komputer Dan Informatika. ISSN 0216-3241.

Wibowo , S., (2010). Pengaruh Keyakinan Diri Dan Pusat Kendali Terhadap Kematangan Karir (Kasus Siswa SMK N 6 Jakarta). Tesis. Tidak Diterbitkan. Jakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Program Pasca Sarjana Ilmu Administrasi Kekhususan Administrasi dan Kebijakan Pendidikan.

(15)

11

Winkel, W. S., & Hastuti.(2007). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Gambar

Tabel 1.Jumlah Subjek penelitian   Kelas   Jumlah   Busana 2  28  Busana 4  28  Kecantikan 1  31  Kecantikan 2  30  Tata Boga 3  31  Total   148

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) jenis gaya bahasa yang digunakan pada sepuluh puisi terbaik dalam ajang Grand Prix Poésie RATP tahun 2018 dan (2)

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja LAZ dalam perspektif customer dan keuangan; serta menggali permasalahan yang dialami Lembaga Amil Zakat (LAZ) di

Model pembelajaran non directive atau yang lebih dikenal dengan model pembelajaran tidak langsung yaitu suatu proses membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik tanpa arahan

Demikian undangan ini kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH UNIT

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis, merancang dan menghasilkan suatu basisdata yang mendukung sistem CRM ( Customer Relationship Management ) yang berbasiskan website

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa sumbangan relatif antara kecerdasan emosi dengan stres kerja adalah 34% pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh dan

Penelitian ini dimotivasi oleh adanya perbedaan hasil penelitian yang menganalisis reaksi pasar terhadap pengumuman penerbitan.. obligasi

Continous Double Auction (CDA) adalah mekanisme untuk mencocokkan para pembeli dan para penjual suatu barang dan menentukan berapa harga yang akan dilaksanakan