• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bangunan, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bangunan, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan membuat suatu bangunan, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan teknik arsitektur. Didalam suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan, kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara dan berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu untuk melaksanakan tugas dengan sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Soeharto (1998), banyak kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat didalam pelaksanan proyek konstruksi menimbulkan banyak permasalahn yang bersifat kompleks.Kompleksitas proyek tergantung dari:

1. Jumlah macam kegiatan didalam proyek.

2. Macam dan jumlah dan hubungan antar kegiatan (organisasi) didalam proyek itu sendiri.

3. Macam dan jumlah hubungan antar kegiatan (organisasi) didalam proyek dengan pihak luar.

Kompleksitas ini tergantung pada besar kecilnya suatu proyek. Proyek kecil dapat saja bersifat lebih kompleks dari pda proyek dengan ukuran yang lebih besar. Kompleksitas memerlukan pengaturan dan pengendalian yang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam pelaksanaan proyek, maka diperlukan adanya manajemen proyek yang handal dan tangguh untuk menompang pelaksanaan proyek.

(2)

Gambaran proses pekerjaan konstruksi menurut Hillebrandt (1988) sebagai suatu yang panjang, rumit dan melibatkan banyak pihak. Keberhasilan proses pekerjaan konstruksi sangat tergantung dari saling keterkaitan antara pihak yang terlibat dalam proses konstruksi. Dalam proses konstruksi pihak-pihak yang terlibat dapat dari perorangan / perubahan sebagai pelaku utama, dimana pemilik, bisa swasta / swasta perorangan / pemerintah dan bertanggung jawab atas konsepsi proyek, dan pemilik adalah pihak yang paling menentukan. Pemilik dibantu dari pihak engineering. Untuk pelaksanaan fisik dikerjakan oleh kontraktor umum atau kontraktor spesiali.

2.2 MANAJEMEN POYEK KONSTRUKSI GEDUNG

Manajemen proyek konstruksi mempunyai karakteristik, unik, melibatkan banyak sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Dalam proses penyelesaian harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain): sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule dan sesuai biaya yang ditetapkan (Wulfram, 2004) selanjutnya Wulfram mengatakan tujuan dari manajemen proyek adalah untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara komperhesif.

Menurut Soeharto (1998), adapun tujuan dari proses manajemen proyek adalah sebagai berikut :

a. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu proyek.

b. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi diluar dari perencanaan biaya yang telah direncanaka.

(3)

c. Kualitas sesuai dengan persyaratan. d. Proses kegiatan sesuai persyaratan.

2.3 DEFENISI PROYEK

Sebuah proyek merupakan suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi dengan jelas waktu awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber daya (manusia, uang, peralatan, dsb.), serta multifungsional dimana anggota proyek bisa berasal dari departemen yang berbeda. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Karakteristik ini yang membedakan proyek dengan aktivitas rutin operasional. Aktivitas rutin operasional cenderung bersifat terus menerus dan berulang-ulang sedangkan proyek bersifat temporer dan unik. Dari segi tujuan, proyek akan berhenti jika tujuan telah tercapai, sedangkan aktivitas operasional akan terus menyesuaikan tujuannya agar pekerjaan tetap berjalan.

Selain itu proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa dibutuhkan pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu. Aktivitas atau kegiatan-kegiatan pada proyek merupakan sebuah mata rantai, yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaan semula. Hingga

(4)

pada akhirnya kita akan dapat melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks, membentuk saling ketergantungan dan secara otomatis mengandung permasalahan tersendiri. 2.3.1 Macam Macam Proyek

Sedangkan dilihat (Soeharto, 1995) dari segi komponen kegiatan utama maka macam proyek dapat dikelompokkan menjadi:

Proyek Engineering-konstruksi komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan konstruksi.

Proyek Engineering-Manufaktur dimaksukan untuk menghasilkan produk baru.

Proyek penelitian dan pengembangan Proyek pelayanan manajemen

Sedangkan proyek konstruksi sendiri dibedakan lagi atas dua jenis kelompok bangunan yaitu:

 Proyek konstruksi gedung seperti rumah tempat tinggal, villa, pabrik, hotel dan lain sebagainya.

 Proyek bangunan sipil seperti jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnnya.

2.3.2 Unsur Unsur Manajemen Proyek

Menurut Abrar (2010) adapun kegiatan yang meliputi dari unsurunsur kegiatan manajemen adalah :

(5)

Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya.

2. Pengorganisasian (organizing)

Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam hierarki organisasi. Semua ini dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung jawab yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai keahliannya, akan diperoleh hasil yang positif bagi organisasi.

3. Pelaksanaan (aktuating)

Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau non fisik sehingga prosedur akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subjetif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.

(6)

4. Pengendalian (controlling)

Kegiatan ini untuk memastikan program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpanan paling minimal dan hasil paling memuaskan.

2.3.3 Manajemen Biaya

Manajemen biaya proyek (project cost management) melibatkan semua proses yang diperlukan dalam pengelolaan proyek untuk memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran biaya yang telah disetujui. Hal utama yang sangat diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:

1. Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan sumber daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat berkaitan erat dengan proses estimasi biaya.

2. Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek dilaksanakan melalui sebuah kontrak, perlu dibedakan antara perkiraan biaya dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan perhitungan kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul untuk menyelesaikan proyek. Sedangkan nilai kontrak merupakan keputusan dari segi bisnis di mana perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi merupakan salah satu pertimbangan dari keputusan yang diambil.

3. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk masingmasing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses

(7)

estimasi. Dari proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai kinerja proyek.

4. Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya aktual pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua penyebab penyimpangan biaya harus terdokumentasi dengan baik sehingga langkahlangkah perbaikan dapat dilakukan.

2.3.4. Manajemen Waktu

Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management) memasukkan semua proses yang dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan waktu penyelesaian proyek (PMI, 2000). Ada lima proses utama dalam manajemen waktu proyek, yaitu:

1. Pendefinisian Aktivitas merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang harus dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek (project deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).

2. Urutan aktivitas proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan dokumentasi dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini dapat digunakan alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau dilakukan secara manual. Teknik secara manual masih efektif untuk

(8)

proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala besar, yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.

3. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.

4. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.

5. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:

a. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan memastikan perubahan yang terjadi disetujui.

b. Menentukan perubahan dari jadwal.

c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan awal proyek.

2.4. KETERLAMBATAN PROYEK

Menurut Ervianto (2004) terdapat hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek, yang pada umumnya dibedakan atas hubungan

(9)

fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional terdapat 3 pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pihak pemilik proyek, pihak konsultan dan pihak kontraktor

Menurut Ervianto (2004) terdapat hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek, yang pada umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional terdapat 3 pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pihak pemilik proyek, pihak konsultan dan pihak kontraktor.

Keterlambatan proyek dapat dilihat dalam dua hal yaitu aspek yang terpengaruh dan faktor yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab. Adapun faktor yang terpengaruh yang menyebabkan proyek terlambat adalah:

• Keterlambatan terkait material • Keterlambatan terkait tenaga kerja • Keterlambatan terkait peralatan • Perencanaan yang tidak sesuai • Lemahnya kontrol waktu proyek • Keterlambatan Sub-kontraktor • Koordinasi yang lemah

(10)

• Pengawasan yang tidak memadai • Metode pelaksanaan yang tidak sesuai • Kurangnya personil secara teknikal • Komunikasi yang lemah

Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu. Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Dengan kata lain bahwa adanya waktu tambahan yang diberikan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek, tetapi tidak juga terlaksana, maka kemungkinan akan terjadi pemutusan kontrak kerja. Tambahan waktu untuk menyelesaikan proyek adalah solusi penyelesaian.

2.4.1. Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan

Berdasarkan 3 jenis utama keterlambatan, maka penyebab keterlambatan proyek dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Non Excusable Delays.

Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah: a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan

tidak tersusun dengan baik. Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari penyusunan jadwal proyek.Identifikasi yang tidak lengkap akan

(11)

mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja.

b. Ketidak tepatan perencanaan tenaga kerja jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek berbeda-beda,tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang tidak sesuai kebutuhan dilapangan dapat menimbulkan persoalan karena tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal sekali harganya.

c. Kualitas tenaga kerja yang buruk

Kurangnya ketrampilan dan ke ahlian pekerja dapat mengakibatkan produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek.

d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian kontraktor. Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung adalah tersediannya peralatan dan material yang akan digunakan. Keterlambatan penyedian alat dan material diproyek dapat dikarenakan keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan untuk mendapatkannya, dan kekurangan material itu sendiri. Penyediaaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja menurun karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.

e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek. Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung didalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan harus

(12)

disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan dari pekerjaan proyek dapat tercapai.

f. Mobilisasi sumber daya yang lambat

Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier kelokasi proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek ke luar lokasi proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu pengiriman alat ataupun material.

g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena cacat/salah Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktu

2. Excusable Delays

a. Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran, cuaca buruk. Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas pekerja. Cuaca yang buruk menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang berarti menurunnya produktivitas. Produktivitas pekerja yang rendah dan tidak sesuai yang direncanakan akan mengakibatkan mundurnya jadwal proyek. Gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat menyebabkan proyek terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.

(13)

Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang buruk dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek karena perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi memerlukan tambahan waktu yang akan memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan. c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek

Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda- beda, ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon negatif dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang berakibat pada berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.

3. Compensable Delays

Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah: a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat

Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan pemakian yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan timbul karena adanya tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan. Akibatnya jadwal yang telah direncanakan akan berubah dan memerlukan tambahan waktu.

b. Persetujuan ijin kerja yang lama

Persetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan suatu aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan.Proses persetujuan ijin ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengambil keputusan.

(14)

c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi

Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan jadwal yang telah dibuat kontraktor. Setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan proyek memerlukan tambahan waktu penyelesaian.

d. Sering terjadi penundaan pekerjaan

Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara langsung berakibat pada mundurnya jadwal proyek.

e. Keterlambatan penyediaan meterial

Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang telah dijadwalkan. Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah karena menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek. f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi dan proyek dapat berhenti dan

mengalami keterlambatan karena dana dari pemilik proyek yang tidak cukup.

g. Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak. Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor karena akan mengacaukan semua

(15)

sistim pendanaan proyek tersebut dan menpengaruhi kelancaran pekerjaan kontraktor.

h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik

Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat kebebasan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat

2.4.2. Dampak Keterlambatan Proyek Konstruksi

Menurut Lewis dan Atherley (1996), keterlambatan proyek seringkali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik (Owner) dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun owner. Keterlambatan pelaksanaan pada proyek juga memberikan dampak berupa kerugian bagi semua pihak yang terlibat dalam proyek tersebut. Adapun dampak kerugian yang dapat dialami oleh pihak yang terlibat didalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Pihak Kontraktor

Keterlambatan penyelesaian proyek mengakibatkan naiknya overhead yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena bertambahnya waktu pelaksanaan. Overhead meliputi biaya untuk perusahaan secara keseluruhan, terlepas ada atau tidaknya kontrak yang sedang ditangani. b. Pihak Konsultan

Konsultan akan mengalami kerugian waktu serta akan terlambat dalam mengerjakan proyek yang lainnya, jika pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan penyelesaian.

(16)

c. Pihak Owner / Pemilik

Keterlambatan pelaksanaan proyek berarti kehilangan penghasilan dari hasil proyek yang seharusnya dapat digunakan dan terjadi permasalahan pada investasi tersebut. Jika proyek jalan toll Medan-Kualanamu terjadi keterlambatan dalam penggunaan fasilitas dan pengoprasian tersebut dan akan merugikan nilai investasi yang di targetkan.

2.4.3. Pembuktian Keterlambatan Proyek

Adanya permasalahan keterlambatan pelaksanaan proyek yang terjadi, maka dapat menyebabkan perubahan pelaksanaan penyelesaian progress yang sudah dijadwalkan. Meningkatnya biaya dan kemungkinan putusnya kontrak (contract termination) (Arditi & Pattanakitchamrron dalam Wei, 2010). Oleh karena itu diperlukan pembuktian keterlambatan proyek sesuai kriteria penilaian terhadap kondisi keterlambatan pekerjaan, karena hal ini berhubungan dengan faktor-faktor apa penyebab keterlambatan proyek. Seperti diketahui bahwa pada saat progress pekerjaan dinyatakan kritis. Maka, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 07/PRT/M/2011 pasal 39.1 bahwa apabila penyedia terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal maka PPK harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan tentang kontrak kritis. Pada pasal kritis 39.2 apabila:

a. Dalam periode I rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana.

b. Dalam periode II rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 5% dari rencana.

(17)

c. Rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat kurang dari 5% dari rencana dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.

Kondisi keterlambatan pekerjaan berdasarkan Permen PU No.43/PRT/M/2007. Langkah selanjutnya adalah:

1. Berita acara dengan program kerja yang telah disepakati sebagai uji coba I. Kontraktor melakukan uji coba I untuk dievaluasi.

2. Dan bila uji coba I gagal, maka diingkatkan dengan SCM tahap II dan dibuat berita cara dengan program kerja yang telah disepakati sebagai uji coba II.

3. Namun, jika uji coba II gagal, maka ditingkatkan dengan SCM tahap III dan dibuat berita acara dengan program kerja yang telah disepakati sebagai uji coba III.

4. Pada akhirnya bila uji coba III gagal, maka akan dilakukan putus kontrak (contract termination by employer).

Proses contract termination harus sesuai dengan Dokumen Kontrak (General Conditions pasal 15) antara lain, harus ada Surat Pemberitahuan (notice) dengan waktu yang telah ditentukan.

Dijelaskan urutan Permen PU No. 43/PRT/M/2007 menurut Pusjatan-Balitbang PU bahwa perlu adanya pembuktian keterlambatan proyek. Untuk itu diadakan pertemuan dalam hal terjadinya keterlambatan progress pisik oleh penyedia jasa berdasarkan jadwal kontrak (Contract schedule). Dalam hal terjadinya keterlambatan progress fisik oleh penyedia jasa, maka harus diikuti dalam pengambilan keputusan yakni:

(18)

a. Jika terjadinya keterlambatan progress fisik antara 5% ─ 10 %, maka rapat pembuktian keterlambatan akan diadakan antara Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis (SE/supervision engineer ) dan penyedia jasa. b. Jika terjadinya keterlambatan progress fisik antara 10% ─ 15%, maka

rapat pembuktian keterlambatan akan dilaksanakan antara Pejabat Eselon II pada pemerintah pusat atau daerah yang memiliki kewenangan pembinaan jalan, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis, dan Penyedia Jasa.

c. Jika terjadinya keterlambatan progres fisik pada periode I (rencana fisik 0% ─ 70 %) lebih besar dari 15% dan pada periode II ( rencana fisik 70% ─ 100%) lebih dari 10% mengacu pada syarat-syarat umum kontrak pasal 33 (kontrak kritis).

d. Selanjutnya kegiatan rapat pembuktian keterlambatan harus dibuat dalam Berita Acara Rapat pembuktian keterlambatan yang ditandatangani oleh pimpinan dari masing-masing pihak sebagai catatan untuk membuat persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan berikutnya.

Dengan diketahuinya faktor penyebab keterlambatan proyek maka akan dapat ditentukan langkah selanjutnya jenis keterlambatan proyek.

(19)

Tabel 2.1 Kriteria Keterlambatan Proyek Proyek Periode Rencana Fisik Kriteria Keterlambatan Keterangan Wajar Terlambat Kritis

I II 0% ─ 70% 70% ─ 100% 0% ─ 7% 0% ─ 4% >7% ─ 10% > 4% ─ 5% >10% > 5%

Apabila sampai dengan Rapat Pembuktian Ketiga, Kontraktor gagal, maka dapat diusulkan:

1. Kesepakatan tiga pihak, atau

2. Putus Kontrak (Termination)

III 70% ─ 100% < 5%

Melampaui tahun anggaran Komposisi Tim Show

Cause Meeting

Diserahkan pada PPK

Diserahkan pada PPK Sumber: Permen PU No. 43/PRT/M/2007

Dengan adanya Permen PU No. 43/PRT/M/2007 menurut Pusjatan-Balitbang PU, maka setiap proyek yang mengalami kriteria penilaian terhadap kondisi keterlambatan penyelesaian proyek akan mengacu pada Permen PU No. 43/PRT/M/2007.

2.5 KONSEP PERENCANAAN KONSTRUKSI

Rencana pembanguna konstruksi yang baik adalah dasar untuk mengembangkan anggaran, jadwal dan mutu pekerjaan. Selain itu penggunaan subkontraktor dalam perncanaan teknis konstruksi perlu keputusan organisas.

Sedangkan langkah-langkah perencanaan yang perlu dilakukan setelah data-data yang terkumpul dan cukup lengkap dari berbagai aspek yang dianggap perlu. Antara lain melakukan kajian terhadap gambar rencana spesifikasi teknis proyek yang ada, jika nantinya tidak sesuai kondisi pelaksanaan dapat disempurnakan

(20)

dengan melakukan konfirmasi ke konsultan perencana. Kemudian melakukan perhitungan yang lebih teliti terhadap volume pekerjaan, kebutuhan material, peralatan serta tenaga kerja yang digunakan. Dan dilanjutkan menyusun anggaran biaya pelaksanaan yang rinci yang disesuaikan dengan alokasi sumber daya yang dibutuhkan dan dana yang tersedia.

Kemudian memilih jenis teknilogi dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan. Dan perumusan rincian kegiatan dengan jadwal yang akurat dan terpadu. Serta melakukan persiapan aspek administratif, pengadaan serta pengorganisasian pihak-pihak yang telibat, penyusunan program kerja, perencanaan pengelolaan resiko, perencanaan kesehatan dan keselamtan kerja serta pelaksanaan sistem informasi manjemen.

Menurut (Asiyanto,2005). Berdasarkan kontrak konstruksi dan dokumen gambar dan spesifikasi teknis yang ada, maka harus disusun suatu perencanaan pelaksanaan agar sasaran yang ingin dicapai dapat direalisasikan. Keberhasilan proyek konstruksi sangat ditentukan oleh perencanaan konstruksi baik dalam pengelolaan dan pelaksanna proyek konstruksi. Ini mencakup

a. Pemilihan teknologi. b. Definisi tugas pekerjaan.

c. Estimasi sumber daya yang diperlukan. d. Durasi untuk tugas individu.

e. Identifikasi dari setiap interaksi diantara berbagai tugas pekerjaan. 2.5.1. Timbulnya Ide Proyek

Ada bermacam-macam cara munculnya ide proyek. Menurut (Santosa, Budi, 2009) antara lain:

(21)

1. Dari klien datang langsung ke konsultan/kontraktor

Proyek yang berasal dari klien yang ditawarkan ke suatu konsultan atau kontraktor, dimana sudah jelas macam pekerjaan yang harus ditangani. Dalam kondisi seperti ini biasanya tidak ada proses tender sehingga tidak ada suasana kompetitif dalam perebutan proyek. Hal ini terjadi jika terdapat hubungan baik antara pemberi dan penerima proyek. Banyak sekali proyek seperti ini, khususnya untuk proyek yang nilainya relatif kecil. Contoh, suatu perusahaan swasta meminta konsultan manajemen untuk membuat suatu corporate plan.

2. Karena ada tawaran dana

Ada proyek yang muncul karena adanya tawaran dana dari instasi atau lembaga tertentu. Dengan adanya tawaran itu kita bisa menyusun proposal proyek. Di dalam lembaga pendidikan sering ada tawaran dana penelitian untuk topik tertentu dengan alokasi dana tertentu. Dengan adanya ini suatu tim atau perseorangan mengajukan proposal penelitian. Jika proposal ini disetujui, maka terciptalah sebuah proyek penelitian.

3. Lewat proses lelang

Dalam hal ini ide proyek muncul karena adanya tawaran lelang. Di sini suatu konsultan atau kontraktor harus berkompetisi untuk memenangkan tender/lelang. Proses yang harus dilalui biasanya lebih rumit dan panjang. Keprofesionalan suatu perusahaan bisa teruji di sini. Jika tender dilakukan secara fair maka hanya perusahaan yang profesional di bidangnya yang kemungkinan besar bisa memenangkan persaingan dan dipilih sebagai pelaksana proyek. Proyek-proyek pemerintah untuk pembangunan jalan,

(22)

irigasi, fasilitas publik yang lain dan pengadaan alat biasanya masuk dalam kategori ini.

4. Dari dalam perusahaan sendiri

Ide proyek berasal dari dalam perusahaan sendiri dengan sumber dana dari perusahaan dan dikerjakan sendiri oleh perusahaan. Proyek-proyek perbaikan proses, fasilitas ataupun manajemen produksi suatu perusahaan manufaktur atau riset dan pengembangan masuk dalam kategori ini. Misalkan suatu perusahaan membuat suatu tim untuk mendesain suatu statiscal process control lalu diterapkan di salah satu lini produksi. Munculnya ide berasal dari dalam dan dikelola oleh orang-orang dari dalam perusahaan sendiri.

5. Melalui penawaran

Jika suatu perusahaan atau konsultan tidak mendapatkan pekerjaan, maka sangat mungkin perusahaan tersebut akan menawarkan produk/jasa atau solusi dari suatu persoalan kepada perusahaan atau individu yang potensial memerlukannya. Dari situ mungkin calon kustumer akan tertarik untuk membeli produk atau solusi yang ditawarkan, di sini pekerjaan proyek bisa muncul karena keaktifan pihak konsultan. Sebagai contoh, suatu konsultan bisa melakukan presentasi ke suatu perusahaan mengenai pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan oleh konsultan ini untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang didatanginya. Misalkan pekerjaan pembuatan sistem informasi manajemen.

(23)

3.5.2. Keberhasilan Manajemen Proyek

Manajemen proyek dianggap sukses jika bisa mencapai tujuan yang diinginkan dengan memenuhi syarat berikut:

• Dalam waktu yang dialokasikan

• Dalam biaya yang dianggarkan

• Pada performansi atau spesifikasi yang ditentukan

• Diterima customer

• Dengan perubahan lingkup pekerjaan minimun yang disetujui

• Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi

• Tanpa merubah budaya (positif) perusahaan 3.5.3. Ukuran Proyek

Proyek bisa dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan, biayanya dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Hal-hal ini digunakan sebagai kriteria ukuran proyek. Sehingga ukuran proyek bisa dilihat dari

• Jumlah kegiatan

• Besarnya biaya

• Jumlah tenaga kerja

• Waktu yang diperlukan

Sedangkan tingkat kompleksitasnya suatu proyek ditandai dengan:

• Jumlah kegiatan dan hubungan antar kegiatan

• Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok/organisasi dalam proyek

• Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok didalam organisasi dan pihak luar

(24)

Suatu proyek bisa berukuran besar dengan jumlah kegiatan banyak, tenaga kerja besar namun tingkat kesulitannya sedang. Pembangunan kompleks perumahan dengan model rumah baru mungkin bisa mewakili situasi ini.

3.5.4. Stakeholder Proyek

Stakeholder suatu proyek adalah pihak-pihak, individu ataupun organisasi yang secara aktif terlibat dalam proyek atau yang mempunyai interest yang terpengaruh, baik positif maupun negatif atas terlaksananya proyek. Mereka mempunyai pengaruh terhadap proyek dan hasilnya.

Pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Manajer proyek, individu yang bertanggung jawab atas manajemen suatu proyek

2. Pelaksana proyek, organisasi yang pegawainya paling terlibat secara langsung dalam pengerjaan proyek

3. Customer atau user, pihak individu maupun organisasi yang akan menggunakan hasil dari proyek

4. Anggota tim proyek, tim yang melaksanakan pekerjaan proyek

5. Sponsor, individu atau kelompok dalam atau eksternal organisasi yang memberi dukungan dana tunai atau sejenisnya untuk proyek (Santosa, Budi, 2009)

3.6. SIKLUS PROYEK

Siklus pada proyek konstruksi ialah tahap-tahapan yang saling berhubungan mulai awal kegiatan proyek sampai akhir kegiatan proyek. Mengingat suatu proyek bersifat unik, maka akan selalu dijumpai masalah ketidakpastian.

(25)

Dalam pelaksanaannya suatu proyek biasanya dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu antara lain :

3.6.1. Tahap Konsepsi

Secara umun tahap konsepsi ini bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Inisiasi Proyek

Inisiasi adalah titik di mana suatu ide tentang proyek lahir. Banyak user tahu ada masalah tetapi sulit untuk mengemukakannya. Perlu dilakukan pengklarifikasian terhadap masalah kemudian mempertimbangkan solusinya.

Sebaiknya masalah diformulasikan dalam suatu pernyataan yang jelas, lalu tujuan penyelesaian masalah itu ditentukan dan dicari alternatif solusi yang mungkin.

2. Kelayakan proyek

Kelayakan adalah proses investigasi terhadap masalah dan mengembangkan solusi secara lebih detail apakah penyelesaian masalah itu cukup menguntungkan secara ekonomis dan bermartabat.

3.6.2. Tahap Perencanaan 1. Proposal proyek

Kontraktor perlu mengeluarkan sejumlah biaya dan waktu untuk menyiapkan proposal. Maka penyiapan proposal perlu ditangani oleh manajemen puncak. Pembuatan proposal adalah pekerjaan penting yang harus dilakukan sebelum suatu proyek didapatkan. Secara ringkas proposal proyek harus mengandung beberapa pokok isi sebagai berikut:

(26)

Ini termasuk bagian penting dari proposal, karena harus bisa meyakinkan user bahwa proposalnya perlu dipertimbangkan.

3. Ringkasan eksekutif

Berisi deskripsi singkat proyek, tujuan, kebutuhan secara keseluruhan, hambatan dan area masalah.

4. Bagian teknik

5. Menunjukan lingkup proyek, pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam proyek dan pekerjaan-pekerjaan yang ada. 6. Manfaat/keuntungan yang akan diperoleh

7. Jadwal Berisi kapan jadwal hasil proyek bisa diserahkan 8. Bagian keuangan

Penjelasan mengenai biaya langsung, biaya tidak langsung sesuai beban tenaga kerja dan bahan yang digunakan

9. Bagian legal

10.Kualifikasi manajemen

Tahap perencanaan dalam siklus hidup proyek akan meliputi kegiatan penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuan spesifikasi proyek secara rinci. Isi rencana proyek biasanya terdiri dari:

1. Jadwal pekerjaan

2. Anggaran dan sistem pengendalian biaya 3. Work breakdown structure secara rinci

4. Bagian-bagian yang beresiko tinggi dan cukup sulit dan rencana tentang pengatasan kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul

(27)

6. Rencana pengujian hasil proyek 7. Rencana dokumentasi

8. Rencana peninjauan pekerjaan 9. Rencana pelaksanaan hasil proyek 3.6.3. Tahap Eksekusi

Yang tercakup dalam tahap ini adalah pekerjaan-pekerjaan seperti: desain pengembangan, pengadaan konstruksi/produksi, pelaksanaan. Tergantung pada jenis proyek

3.6.4. Tahap Operasi

Jadi hanya proyek dengan hasil akhir berupa produk fisik yang mempunyai tahap ini. Bisa juga keterlibatan kontraktor masih berlangsung dalam rangka evaluasi sistem atau produk yang dibuat dan pemeliharaannya. (Sentosa, Budi, 2009)

3.6.5. Pihak-Pihak Yang Terlibat Pembangunan Konstruksi Gedung

Di dalam proses pembangunan konstruksi gedung (Abrar Husen, 2010) ada pihak-pihak yang terkait dan kebutuhan akan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat direalisasikan dalam suatu usaha bersama untuk pencapaian sasaran dan tujuan, perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau individu (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal, yang akan berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama proyek berlangsung. Untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pemilik proyek: seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana, memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki

(28)

keahlian dan pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapakan.

2. Konsultan seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki keahlian dan pengalaman membangun proyek konstruksi yang terdiri atas:

• Konsultan perencana: seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi, seperti halnya perencana arsitektur, perencana struktur dan lain sebagainya.

• Konsultan pengawas: perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pengawasan proyek

• Konsultan manajemen konstruksi: perusahaan yang mewakili pemilik dalam pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek. 3. Kontraktor: perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek. Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui lelang/tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan negosiasi penawaran harga

4. Subkontraktor: pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki keahlian khusus.

(29)

5. Pemasok (supplier): pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.

3.6.6. Pengolahan data menggunakan SPSS

SPSS (Statistical Program for Social Science) merupakan program yangberguna untuk menganalisis data statistik. SPSS dapat digunakan untuk hampir seluruh file data dan sekaligus membuat laporan dalam bentuk tabulasi, grafik, dan plot untuk berbagai distribusi maupun statistik deskriptif.SPSS memiliki beberapa konsep dasar, yaitu :

• Variabel

• Skala pengukuran

• Hipotesis

• Tingkat signifikansi / probabilitas (significance level)

• Tingkat kepercayaan (Confindence Level)

• Interval Kepercayaan (Confidence Interval) / Margin of Error

• Derajat kebebasan (degree of freedom)

• Pengertian data / kasus

• Pengertian nilai kritis / nilai tabel sebagai pembanding dalam pengujian hipotesis

• Pengertian nilai observasi

Konsep dasar ini untuk melandasi dalam penggunaan program SPSS sebagai pengolahan data untuk mendapatkan nilai keakuratan data statistik.

(30)

Factor risiko yang melekat pada proyek konstruksi adalah ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian sendiri dapat dibedakan antara lain. Ketidakpastian Risiko yang terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif, apabila kita dapat memperoleh informasi. Selanjutja Ketidakpastian yang diartikan dengan keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian yang akan menyebabkan hasil yang berbeda, Tetapi tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadiannya tidak diketahui secara kuantitatif. Bramantyo(2008).

Menurut PMBOK (Project ManajemenInstitute Body of Knowledge)(1996), Definisimanajemen risiko adalah merupakan prosesformal dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, dianalisis, respon, dan dikendalikan. Merupakan suatu metode pengelolaan sistematis yang formal yang berkonsentrasi pada mengidentifikasi dan mengendalikan area atau kejadian-kejadian yang berpotensi untuk menyebabkan terjadinya perubahan yang tidak diinginkan. Di dalam konteks suatu proyek, merupakan suatu seni dan iptek dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon terhadap faktorfaktor risiko yang ada selama pelaksanaan suatu proyek.

Enam tahapan dalam manajemen risiko a. Perencanaan Manajemen Risiko b. Identifikasi Risiko

c. Analisa Risiko Kualitatif d. Analisa Risiko Kuantitatif e. Perencanaan Respon Risiko f. Kontrol dan Monitoring Risiko

(31)

Adapun tujuan tujuan dari manajemen risiko adalah untuk meningkatkan kinerja proyek dari awal sampai selesai dengan melakukan identifikasi, evaluasi, dan kontrol yang berhubungan dengan risiko proyek.

2.7.1. Definisi Manajemen Resiko

Resiko proyek (project risk) adalah suatu peristiwa (event) atau kondisi yang tidak pasti (uncertaint), jika terjadi mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada tujuan proyek. Suatu risiko mempunyai penyebab, dan jika terjadi, membawa konsekuensi atau impak.

Tujuan manajemen resiko adalah mencegah atau meminimalisasi pengaruh yang tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui menghindari resiko atau mempersiapkan rencana kontingensi yang berkaitan dengan resiko tersebut.

Probabilitas tinggi

Ukuran impak Impak besar

Gambar 2.1. Klasifikasi risiko berdasarkan kemungkinan dan impaknya (sumber: Budi Santosa)

Probabilitas

Risiko tinggi Kerugian

Risiko menengah

(32)

2.7.2. Teknik Mengidentifikasi Resiko

•Brainstorming

Pendekatan yang sering dipakai untuk identifikasi resiko adalah brainstorming dalam suatu workshop kelompok

•Interviewing

Melakukan interview dengan para stakeholder dari proyek

•Delphi Technique

Mendengar masukan dari para pakar yang relevan dengan proyek

•Checklist

Usaha-usaha untuk menyederhanakan identifikasi resiko-resiko dan meminimalkan permintaan dari mereka yang melaksanakan tugas ini sering mengarah pada penggunaan checklist resiko standar dari proyek sebelumnya atau yang diketahui akan timbul dalam suatu konteks khusus.

2.7.3. Aspek Permasalahan Dalam Kurun Waktu Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung

1. Keterlambatan proyek konstruksi

Keterlambatan proyek konstruksi adalah tidak selesainya pekerjaan yang telah disepakati dalam dokumen kontrak pelaksanaan. Keterlambatan proyek konstruksi mengakibatkan bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah direncanakan. Penyelesaian pekerjaan yang tidak tepat waktu tersebut merupakan kurangnya tingkat produktifitas yang mana akan mengakibatkan bertambahnya biaya konstruksi.

2. Dampak keterlambatan proyek konstruksi

(33)

Keterlambatan penyelesaian proyek mengakibatkan naiknya overhead, karena bertambahnya waktu pelaksanaan.

• Pihak konsultan

Konsultan akan mengalami kerugian waktu, serta mengalami keterlambatan dalam mengerjakan proyek lainnya.

• Pihak owner

Apabila pemiliknya adalah pemerintah, untuk fasilitas umun maka pelayanan ini akann merugikan masyarakat, apabila pihak pemilik dari swasta semisal pembangunan gedung, maka akan tentu pembangunan gedung tidak akan dapat digunakan sebagaimana mestinya dari waktu yang direncanakan.

2.7.4. Manfaat Manajemen Risiko

Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit.

– Memudahkan estimasi biaya.

– Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar.

– Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.

– Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.

– Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.

(34)

– Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.

– Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif. Menurut Darmawi, (2005, p. 11)

Manfaat manajemen risiko yang diberikanterhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :

a. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. b. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

c. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

d. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu.

e. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara implisit sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini (Darmawi, 2005, p. 13).

a. Survival

b. Kedamaian pikiran c. Memperkecil biaya

d. Menstabilkan pendapatan perusahaan

e. Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan f. Melanjutkan pertumbuhan perusahaan

(35)

g. Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.

2.7.5. Analisa Resiko Dalam Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kontek dari proyek konstruksi adalah mestrukturisasi berbagai variabel risiko yang didapat dari data-data proyek ataupun hasil gagasan bersama tim proyek.

Pada langkah ini, hal pertama yang dilakukan adalah evaluasi tingkat penting risiko (risk importance), caranya dengan menilai seluruh variabel resiko bedasarkan scoring dan pembobotan. Perhatikan tabel

Tabel 2.2. Identifikasi Tingkat Penting Resiko (sumber: Abrar Husen)

No Tingkat Penting Resiko

Resiko desain dan kontruksi Sangat tinggi

Tinggi sedang rendah

X1 Desain X

X2 Pemb.lahan X

X3 Keter.proyek X

X4 Mutu tidak sesuai X

X5 Kont.dihentikan X

X6 Foerce majeure X

Dari studi literatur untuk mengetahui dampak resiko pada keterlambatan pembangunan gedung yang mana dari faktor – faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek pembangunan gedung adalah sebagai berikut:

(36)

Tabel 2.3. variabel – variabel penyebab keterlambatan proyek pembangunan gedung

No Faktor

Keterlambatan

Penyebab Keterlambatan

1 Faktor lingkup dan kontrak /dokumen pekerjaan(contract document)

 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap

 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan

 Keterlambatan pemilik dalam membuat keputusan

 Adanya banyak (sering) pekerjaan tambahan  Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan

yang telah selesai

 Ketidaksepahaman antara pembuatan gambar kerja antara perencana dan kontraktor

2 Faktor perencanaan dan penjadwalan (planing and scheduling)

 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan  Rencana urutan kerja yang tidak tersusun

dengan baik / terpadu

 Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama

 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah

(37)

manajerial(managerial)  Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor

 Komunikasi antara perencana dan kontraktor 4 Faktor

situasi(environment)

 Intensitas curah hujan  Foktor sosial dan budaya

 Terjadinya hal-hal tak terduga seperti kebakaran, banjir, cuaca amat buruk, badai/angin ribut, gempa bumi dan tanah longsor

5 Faktor bahan

(material)

 Keterlambatan pengiriman barang  Kekurangan bahan konstruksi  Kualitas bahan yang kurang baik

 Kerusakan bahan di tempat penyimpanan  Perubahan material pada bentuk, fungsi dan

spesifikasi

 Kelangkaan karena kekhususan  Ketidaktepatan waktu pemesanan

6 Faktor peralatan

(equipment)

 Keterlambatan pengiriman/penyediaan peralatan

 Kerusakan peralatan

 Ketersediaan peralatan yang memadai/sesuai kebutuhan

 Produktifitas peralatan

(38)

kurang dalam mengoperasikan peralatan 7 Faktor tenaga kerja

(labors)

 Keahlian tenaga kerja  Kedisiplinan tenaga kerja  Motifasi kerja tenaga kerja

 Jumlah pekerja yang kurang memadai/sesuai dengan aktifitas pekerjaan yang ada

 Nasionalisme tenaga kerja  Penggantian tenaga kerja baru

 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/mandor

8 Faktor keuangan

(financing)

 Tidak adanya uang intensif untuk kontraktor, apabila waktu penyelesaian lebih cepat dari jadwal

 Harga material

 Kesulitan pendanaan di kontraktor  Kesulitan pembayaran oleh pemilik

9 Faktor perubahan

(change)

 Terjadi perubahan desain oleh owner

 Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana  Kesalahan dalam penyelidikan tanah

10 Faktor karakteristik

tempat (site

characteristic)

Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah

Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar

(39)

proyek

Tempat penyimpanan bahan/material Akses ke lokasi proyek

Kebutuhan ruang kerja Lokasi proyek

11 Faktor sistem inspeksi,kontrol dan evaluasi pekerjaan

Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaan proyek

Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal

Proses persetujuan contoh bahan dengan waktu yang lama oleh pemilik

Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan

Kegagalan kontraktor melaksanakan pekerjaan

Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena cacat/tidak benar Proses dan tata cara evaluasi kemajuan

pekerjaan yang lama dan lewat jadwal yang disepakati

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Keterlambatan Proyek  Proyek  Periode  Rencana Fisik  Kriteria Keterlambatan  Keterangan Wajar Terlambat Kritis
Gambar 2.1. Klasifikasi risiko berdasarkan kemungkinan dan impaknya  (sumber: Budi Santosa)
Tabel 2.2. Identifikasi Tingkat Penting Resiko (sumber: Abrar Husen)
Tabel 2.3. variabel –  variabel penyebab keterlambatan proyek pembangunan  gedung

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Dampak sertifikasi guru terhadap kinerja guru di Provinsi Jawa Tengah Program : Kerjasama Unnes dengan Dinas Pendidikan Prov Jateng Tahun : 2012 Status : Ketua. Tim :

Pengelolaan kelas yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan perubahan tingkah laku dimana pengelolaan kelas dilakukan

Hasil dari pembuatan sistem ini adalah halaman-halaman informasi yang nantinya dijalankan dengan web browser. Adapun sub-menu yang terdapat di dalam sistem pada

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya proses klientisasi, yaitu: (a) Faktor ekonomi; petani mempunyai modal yang terbatas sehingga mereka sering melakukan pinjaman ke

sebagai ganti dari pelaksanaan tugas organi- sasional. Fakta-fakta tersebut di atas juga menun- jukkan pentingnya komitmen organisasional guru. Oleh karenanya

Sebaliknya jika sebuah segmen dibuat selalu gelap, atau tidak sefasa dengan common, maka segmen ini dapat dihubungkan dengan rangkaian inverter yang mendapat masukan

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dan fisiologi apendik, memahami patogenesa abses apendik, memahami dan mengerti diagnosa, pengelolaan

Selain itu, faktor - faktor dapat mengukur motivasi belajar adalah adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat yang kreatif yang ada pada