• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Hari Sudaryanto, SE, MM. NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Hari Sudaryanto, SE, MM. NIP"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Sejak ditetapkan RRI sebagai lembaga yang dapat menerima pendapatan yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia, beragam persepsi dan cara pandang dalam memahami mekanisme pengelolaan PNBP di seluruh Satuan Kerja di lingkungan RRI. Hal ini berdampak pada persoalan dalam pengelolaan PNBP di lingkungan RRI, yang secara langsung berdampak pada penyajian laporan keuangan RRI. Juknis PNBP adalah petunjuk teknis tentang bagaimana mengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di RRI, sebagai acuan/dasar pengelola PNBP di Satuan Kerja Radio Republik Indonesia.

Akhirnya dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Buku Petunjuk Teknis Pengelolaan PNBP ini. Saran dan kritik demi kesempurnaan Petunjuk Teknis Pengelolaan PNBP ini sangat kami harapkan, guna mewujudkan kinerja Tata Kelola Keuangan yang akuntabel.

Jakarta, Nopember 2017 Direktur Keuangan LPP RRI

Hari Sudaryanto, SE, MM. NIP. 196300325 198903 1 002

(3)

ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ……….. i ii

I. PERATURAN DIREKTUR UTAMA LPP RRI NOMOR : TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PNBP

RRI ………... 1

1

II. BAB I KETENTUAN UMUM …………..………. 3

III. BAB II PENYUSUNAN TARGET PNBP ………. 5 IV. BAB III TATA CARA PENAGIHAN ………... 6 V. BAB IV TATA CARA PENERIMAAN DAN PENYETORAN … 8

VI. BAB V PIUTANG ……….….. 9

VII. BAB VI DENDA ……….………. 11

VIII. BAB VII TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN …... 11 IX. BAB VIII PENYUSUNAN PENGGUNAAN PNBP ...…………. 13 X. BAB IX REKONSILIASI DATA LPU DENGAN KEUANGAN .. 15

XI. BAB X KETENTUAN PERALIHAN ……… 16

XII. BAB XI PENUTUP ………..………. 17

(4)

1 PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

YANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia, telah diatur mengenai jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak Jasa Siaran pada Direktorat Layanan dan Pengembangan Usaha LPP RRI;

b. bahwa dalam rangka Pelaksanaan Peraturan Pemerintah pada. huruf a perlu menetapkan Peraturan Direktur Utama LPP RRI tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia,

Mengingat : 1.

2.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber Dari Kegiatan Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3871);

3.

4.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139);

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

(5)

2 5. 6. 7. 8. 9.

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 39);

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia; Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4500);

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerima;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara pada Satuan Kerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

11.

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5662);

Peraturan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1193/KMK.01/2015 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia,

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR UTAMA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN

NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

(6)

3

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang selanjutnya disebut PNBP, adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

2. Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

3. Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. 4. Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar,

yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

5. Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia adalah Lembaga Penyiaran Publik yang menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

7. Jasa Siaran adalah jasa penyiaran yang meliputi siaran Spot (Iklan Layanan Masyarakat dan Iklan Komersial), Adlibs, Jingle, Advetorial, Dialog Interaktif, Siaran Langsung, ROS, Siaran Tunda dan Sandiwara Radio, yang dilakukan bersama pihak lain atau pihak kedua atau pihak ketiga sehingga timbul adanya kerjasama dari berbagai pihak yang menghasilkan pendapatan dari kerjasama dimaksud yang nantinya menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak yang harus disetorkan ke kas Negara.

(7)

4

JASA SIARAN= Biaya Produksi + Air Time (Tarif air time terdapat dalam lampiran PP Tarif)

Biaya Produksi dipungut dalam hal produksi dilakukan RRI atas permintaan wajib bayar.

Tarif air time dikelompokkan dalam kategori jaringan nasional, zona A, zona B, zona C dan zona D. Penentuan jaringan nasional dan zona diatur oleh Peraturan Direktur Utama LPP RRI.

8. Penggunaan Sarana dan Prasarana Siaran adalah yang dilakukan dalam kerangka tugas dan fungsi RRI, pelayanan dilakukan dengan menggunakan tarif dalam PP Jenis dan Tarif PNBP LPP RRI.

9. Bendahara Penerimaan adalah pegawai yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaranuntuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga.

10. Bendahara Penerimaan Pembantu/Petugas Penyetoradalah pegawai yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggung-jawabkan Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/ Lembaga.

11. Bank/Pos Persepsi adalah Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan bukan pajak. 12. Petugas Operasional (LPU dan Keuangan) adalah petugas

pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan bertugas untuk melakukan penagihan atas Penerimaan Negara Bukan Pajak. 13. Petugas Akuntansi/Operator SAI adalah petugas yang ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan bertugas melakukan serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan.

14. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran (PA) untuk mengambil keputusan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban belanja negara.

(8)

5 15. Nota Penagihan adalah nota yang diterbitkan oleh Petugas

Operasional (Keuangan) kepada Wajib Bayar tentang jumlah yang harus dibayar terkait dengan pelayanan yang diberikan. 16. Surat Penagihan adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala

Kantor/Satuan Kerja kepada Wajib Bayar tentang jumlah yang harus dibayar ditambah denda atas keterlambatan pembayaran.

17. Wajib Bayar adalah Badan atau Perseorangan yang menggunakan pelayanan jasa siaran dan dikenakan sejumlah pembayaran atas pelayanan jasa yang diberikan.

18. Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah.

BAB II

PENYUSUNAN TARGET PNBP

Pasal2

Setiap Satuan Kerja di lingkungan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia harus menyusun target PNBP untuk 1 (satu) tahun kedepan, dengan memperhitungkan realisasi penerimaan 2 (dua) tahun sebelumnya dan perkiraan tahun berjalan.

Pasal 3

(1) Aplikasi penyusunan target PNBP untuk tahun anggaran berikutnya menggunakan aplikasi target dan realisasi PNBP yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.

(2) Penyusunan target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung berdasarkan formulasi volume dikalikan dengan besaran tarif PNBP yang telah ditetapkan.

(3) Bagan alur penyusunan target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini.

Pasal 4

(1) Penyusunan target PNBP setiap Satuan Kerja di lingkungan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia untuk tahun anggaran berikutnya disampaikan kepada Direktur Utama LPP RRI Cq. Direktur Keuangan dan Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha paling lambat bulan Oktober tahun anggaran berjalan.

(9)

6 (2) Penyampaian target PNBP sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), harus melampirkan data dukung. Pasal 5

(1) Target PNBP harus dicantumkan dalam RKAKL masing - masing Satuan Kerja di lingkungan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia;

(2) Setiap Satuan Kerja menyusun Rencana Penggunaan PNBP sesuai persentase yang ditetapkan oleh Direksi;

(3) Rencana penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud ayat (2) dilampirkan Term Of Reference (TOR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

BAB III

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 6

(1) Penagihan atas PNBP dilakukan oleh Petugas Operasional (Keuangan) yang menangani bidang jasa siaran,sarana prasarana siaran dan non siaran atau pegawai yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

(2) Petugas Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan nota penagihan kepada Wajib Bayar paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah pelayanan jasa diberikan dengan tembusan kepada Bendahara Penerimaan dan Petugas Akuntansi/Operator SAI.

Pasal 7

(1) Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Petugas Operasional (LPU) dan Petugas Akuntansi/Operator SAI terhadap posisi nota penagihan yang telah jatuh tempo setiap akhir bulan secara berkala.

(2) Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor, Petugas Operasional (LPU), dan Petugas Akuntansi/Operator SAI wajib melakukan rekonsiliasi setiap akhir bulan terhadap nota penagihan yang sudah dibayarkan.

(3) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.

Pasal 8

(1) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah pelayanan jasa diberikan Wajib Bayar tidak membayar nota penagihan, dikeluarkan surat penagihan pertama oleh Kepala Satuan Kerja Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.

(10)

7 (2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah

surat penagihan pertama diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib Bayar tidak membayar, dikeluarkan surat penagihan kedua oleh Kepala Satuan Kerja Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.

(3) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah surat penagihan kedua diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Wajib Bayar tidak membayar, dikeluarkan surat penagihan ketiga oleh Kepala Satuan Kerja Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.

Pasal 9

Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak Surat Penagihan Ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Wajib Bayar tidak membayar, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan Surat Penyerahan Tagihan kepada Kantor Pusat RRI untuk diteruskan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

Pasal 10

Nota Penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibuat dalam 3 (tiga) rangkap, terdiri atas :

a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar;

b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerimaan; dan c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.

Pasal 11

(1) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 memuat :

a. rincian perhitungan tagihan; b. jumlah tagihan;

c. nomor tagihan;

d. tanggal penerbitan surat penagihan; dan e. tanggal jatuh tempo surat penagihan.

(2) Rincian Perhitungan Tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan penjelasan perhitungan atas jumlah tagihan yang disampaikan kepada Wajib Bayar. (3) Jumlah Tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b, merupakan nilai yang harus dibayarkan oleh Wajib Bayar terkait pelayanan yang telah diberikan.

(4) Nomor Tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf c merupakan nomor registrasi atas penerbitan nota tagihan agar dapat tertib administrasi.

(11)

8 (5) Tanggal Penerbitan Surat penagihan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan tanggal diterbitkannya penagihan dan sebagai tanda dimulainya piutang atas tagihan yang diterbitkan.

(6) Tanggal Jatuh Tempo surat penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir e merupakan masa pembayaran dengan jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Penagihan Pertama.

BAB IV

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENYETORAN

Pasal 12

(1) Wajib Bayar, membayar PNBP melalui Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetordan/atau menyetorkan langsung ke Kas Negara.

(2) Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor harus memberikan bukti penerimaan pembayaran (kwitansi) kepada Wajib Bayar setelah pembayaran tersebut diterima. (3) Bukti penerimaan pembayaran (kwitansi) sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), harus mencantumkan nomor urut transaksi.

(4) Bukti penerimaan pembayaran (kwitansi) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran III Peraturan ini.

Pasal 13

Bukti penerimaan pembayaran (kwitansi) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dibuat dalam 4 (empat) rangkap, terdiri atas :

a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar;

b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerimaan; c. Lembar 3 untuk Petugas Operasional; dan d. Lembar 4 untuk Petugas Akuntansi.

Pasal 14

Bukti penerimaan pembayaran (kwitansi) akan menjadi dasar pencatatan/pembukuan oleh Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor.

Pasal 15

(1) PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor wajib disetor ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi yang terdekat.

(12)

9 (2) Penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan setiap akhir hari kerja pada saat PNBP diterima.

(3) PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor setelah pukul 12.00 waktu setempat disetorkan ke Rekening Kas Negara pada hari kerja berikutnya.

Pasal 16

Tata cara penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak melalui elektronik atau aplikasi SIMPONI sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 17

Bagan alur penagihan dan penerimaan PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 12, tercantum dalam Lampiran IV Peraturan ini.

BAB V PIUTANG

Pasal 18

(1) Piutang PNBP diakui pada saat terjadinya hak untuk menagih piutang PNBP atau pada saat terbit surat keputusan tentang PNBP.

(2) Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak terbayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran, dibuatkan Laporan tersendiri oleh Petugas Akuntansi/Operator SAI.

Pasal 19

Piutang PNBP yang tidak terbayarkan sampai dengan jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan, akan diserahkan kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

Pasal 20 (1) Petugas Akuntansi harus membuat :

a. Kartu Piutang PNBP pada setiap transaksi; dan b. Laporan Rekapitulasi Piutang PNBP.

(2) Kartu Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, paling sedikit memuat :

a. Tanggal; b. Wajib Bayar;

(13)

10 d. Saldo Piutang.

(3) Laporan Rekapitulasi Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling sedikit memuat :

a. Kartu Piutang;

b. Daftar Rekapitulasi Piutang; c. Daftar Saldo Piutang;

d. Daftar Umur Piutang; dan

e. Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang.

(4) Contoh Kartu piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan daftar rekapitulasi piutang yang dimaksud pada ayat (3) huruf b, tercantum dalam Lampiran V dan VI Peraturan ini.

(5) Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan. Perhitungan penyisihannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Perhitungan Penyisihan Piutang

Kualitas

Piutang Uraian Penyisihan

Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d

tanggal jatuh tempo 0.5 %

Kurang Lancar

Satu bulan terhitung sejak tanggal surat penagihan pertama tidak dilakukan pelunasan

10%

Diragukan

Satu bulan terhitung sejak tanggal surat penagihan kedua tidak dilakukan pelunasan

50%

Macet

Satu bulan terhitung sejak tanggal surat penagihan ketiga tidak dilakukan pelunasan. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN

(14)

11

BAB VI DENDA

Pasal 21

(1) Dalam hal terjadi kekurangan pembayaran piutang PNBP, Wajib Bayar, wajib membayar seluruh PNBP yang terhutang secara tunai paling lambat pada saat jatuh tempo pembayaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal pembayaran PNBP yang terhutang melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen) per bulan dari bagian yang terhutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.

(3) Sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

BAB VII

TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu

PEMBUKUAN

Pasal 22

(1) Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor membuat pembukuan terhadap seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran PNBP.

(2) Pembukuan seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam Buku Kas Umum dan Buku Kas Pembantu.

(3) Buku Kas Umum dan Buku Kas Pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan penutupan setiap akhir bulan yang ditandatangani oleh Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor dan diketahui oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

(4) Buku Kas Umum dan Buku Kas Pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran VII dan Lampiran VIII Peraturan ini.

(15)

12 Bagian Kedua

PELAPORAN

Pasal 23

(1) Setiap Kepala Satuan Kerja di lingkungan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia wajib menyampaikan laporan rekapitulasi realisasi PNBP setiap bulan selambat lambatnya tanggal 5 (lima) bulan berikutnya kepada :

a. Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia c.q Direktur Keuangan;

b. Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha;

c. Satuan Pengawasan Intern Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (tembusan); dan

d. Kepala Bagian Perbendaharaan dan Akuntansi Kantor Pusat RRI (tembusan).

(2) Satuan Kerja di lingkup LPP RRI wajib menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor setiap bulan memberikan data/bukti setor SIMPONI dan daftar rekapitulasi piutang PNBP kepada petugas SAI yang ditunjuk untuk pelaporan keuangan;

b. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuat sesuai dengan format laporan realisasi PNBP sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX Peraturan ini; c. Laporan PNBP atas jasa siaran dan penggunaan sarana dan prasarana siaran sebagaimana dimaksud pada huruf b diperiksa dan ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja; (3) Direktur Keuangan menyampaikan laporan rekapitulasi realisasi PNBP seluruh Satuan Kerja di lingkungan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia paling lambat 14 (empat belas) hari sejak akhir bulan/triwulan/semester/tahun, kepada :

a. Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia;

b. Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha; dan

c. Satuan Pengawasan Intern Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (tembusan).

(4) Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor harus melakukan rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

(16)

13 Pasal 24

(1) Laporan rekapitulasi realisasi PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 paling sedikit memuat :

a. jenis penerimaan; b. target penerimaan;

c. realisasi penerimaan; dan d. realisasi penyetoran.

(2) Rekapitulasi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan jenis penerimaan dengan mencantumkan kode akun penerimaan dan harus melampirkan rincian atas masing-masing jenis penerimaan dan copy bukti setor SIMPONI yang telah mendapatkan Nomor Tanda Penerimaan Negara (NTPN).

(3) Laporan rekapitulasi realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan menggunakan format sesuai dengan contoh formulir laporan yang tercantum dalam Lampiran X peraturan ini.

Pasal 25

(1) Petugas Akuntansi/Operator SAI harus memasukkan data setiap transaksi penerimaan dan penyetoran ke dalam aplikasi akuntansi berdasarkan bukti setor SIMPONI.

(2) Petugas Akuntansi/Operator SAI paling lambat setiap bulan harus melakukan rekonsiliasi internal dengan Bendahara Penerimaan/Petugas Penyetor dan Petugas Operasional (LPU), guna mendapatkan kecocokan atau kesesuaian angka.

BAB VIII

PENYUSUNAN PENGGUNAAN PNBP

Pasal 26

PNBP dapat digunakan setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan

Pasal 27

(1) Jasa Siaran dan Penggunaan Sarana dan Prasarana Siaran yang disetorkan dalam Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui Kas Negara dapat dipergunakan kembali sebesar persentase yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan x Jumlah Setoran (JS) sebagai Maksimum Pencairan (MP)

(17)

14 (2) Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal

sesuai formula sebagai berikut: MP = (PPP x JS) – JPS

MP : Maksimum Pencairan

PPP : proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

JS : jumlah setoran

JPS : jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang diterbitkan

Pasal 28

Penggunaan PNBP di Lingkungan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia dapat dimanfaatkan untuk kegiatan, antara lain :

1. Penyediaan dan peningkatan layanan siaran pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia yang berkualitas dan terukur; dan / atau

2. Mendorong peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia

Pasal 29

(1) Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat, pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(2) Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.

(3) Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan pagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.

Pasal 30

(1) Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen) dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA maksimum sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(2) Realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.

(18)

15 (3) Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP

sebesar kebutuhan riil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan (MP).

(4) Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni.

(5) Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat dilakukan untuk pengguna PNBP:

a. yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP namun belum mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA; atau

b. yang belum memperoleh Pagu Pencairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 1.

(7) Penggantian UP atas pemberian UP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan setelah Satker pengguna PNBP memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar UP yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).

(8) Bagan alur penyusunan penggunaan dana PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tercantum dalam Lampiran XI Peraturan ini.

BAB IX

REKONSILIASI DATA LPU DENGAN KEUANGAN

Pasal 31

(1) Layanan dan Pengembangan Usaha (LPU) melakukan rekonsiliasi dengan Keuangan diketahui oleh Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkan dokumen sumber sebagai berikut :

a. Perjanjian/Kontrak PNBP; b. Media Order;

c. Invoice; d. Kwitansi;

e. Bukti setor berupa billing SIMPONI;

f. Dokumen lain yang berkaitan dengan piutang PNBP. (2) Rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa Berita Acara Rekonsiliasi;

(3) Berita AcaraRekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seperti Lampiran XII;

(4) Periodesasi rekonsiliasi data penerimaan negara bukan pajak adalah setiap akhir bulan.

(19)

16

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 32

(1) Ketentuan Pelaksanaan Pasal 16 terkait dengan penyetoran PNBP pada peraturan ini dapat dikecualikan pada satuan Kerja LPP RRI, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. di daerah lokasi Satuan Kerja tersebut tidak terdapat Bank/Pos Persepsi;

b. lokasi Bank/Pos Persepsi sulit dijangkau dari lokasi kantor Satker; atau

c. nilai nominal yang akan disetorkan ke Bank/Pos Persepsi lebih kecil dari Lima Ratus Ribu Rupiah.

(2) Pengecualian penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari.

(20)

17

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

Direktur Utama dan seluruh Jajaran Direksi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia mengawasi pelaksanaan peraturan ini.

Pasal 34

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila ada kekeliruan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : JAKARTA

pada tanggal : 7 Nopember 2017 DIREKTUR UTAMA

(21)

18

LAMPIRANI

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA Nomor : 09 TAHUN 2017

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

BAGAN ALUR PENYUSUNAN TARGET PNBP

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NO. URAIAN LPU/SATKER DIREKTORAT LPU DIREKTORAT

KEUANGAN DIREKTUR UTAMA DPR

WAKTU PELAKSANAAN 1.

2.

Usulan Target Penerimaan Satker mengirimkan usulan kepada Direktur Utama cq. Direktur Keuangan cq. Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha terkait dengan target penerimaan Tahun Anggaran berikutnya, dengan memperhatikan :

a. Penerimaan tahun sebelumnya b. Tarif Air Time PP yang berlaku c. Target diusulkan secara

berjenjang

d. Menggunakan Aplikasi TRPNBP

Inventarisasi dan Verifikasi Target PNBP Satker / usulan Target PNBP yang telah diterima dari Satker dilingkungan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia, selanjutnya diinventarisir dan diverifikasi yang selanjutnya dibuat rekapitulasi menjadi Target PNBP Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia Usulan target PNBP Satker Inputtarget ke Aplikasi TRPNBP Usulan target PNBP Inventarisasi dan VerifikasiTarg et Usulan target PNBP Pembahasan Target PNBP LPP RRI Target PNBP LPP RRI

(22)

19

3.

4.

5.

6.

Input Target PNBP kedalam Aplikasi TRPNBP

Pengisulan Target PNBP Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia disampaikan kepada Direktur Utama, Direktur Keuangan, Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha, tembusan Kepala SPI, Kepala Bidang Perencanaan Anggaran

Pengusulan Target PNBP Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia disampaikan oleh Direktur Keuangan kepada Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan yang selanjutnya akan dilakukan pembahasan Target PNBP

Pengusulan Target PNBP kepada DPR-Rl.

Target PNBP hasil pembahasan dengan Ditjen Anggaran untuk seianjutnya disampaikan kepada DPR-RI untuk ditetapkan menjadi Target PNBP dalam UU APBN

DIREKTUR UTAMA ttd MOHAMMAD ROHANUDIN Pembahasan target dg DitjenAnggaran Inputtarget ke Aplikasi TRPNBP

(23)

20

LAMPIRAN II

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA Nomor : 09 TAHUN 2017

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

CONTOH NOTA PENAGIHAN

1. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA SIARAN

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA SIARAN Nomor:

Nomor PO / Media Order Nama Biro Iklan / Klien Jenis Penyiaran Disiarkan di Programa Jumlah Penyiaran Periode siaran Jumlah Uang Terbilang

Jatuh Tempo Pembayaran : : : : : : : : : Rp. ……… ………

Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara (dengan segera mengirimkan bukti setor) atau melalui Bendahara Penerima

………. Petugas Penagihan

(………..) NIP.

Catatan :

a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar;

b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.

DIREKTUR UTAMA ttd

(24)

21

2. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA SARANA DAN PRASARANA SIARAN

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NOTA PENAGIHAN

PRASARANA DAN SARANA SIARAN Nomor:

Nomor PO / Media Order Nama Biro Iklan / Klien Jenis Penyiaran Disiarkan di Programa Bentuk Kegiatan Penggunaan Sarana Jumlah Uang Terbilang

Jatuh Tempo Pembayaran : : : : : : : : : Rp. ……… ………

Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara (dengan segera mengirimkan bukti setor) atau melalui Bendahara Penerima

………. Petugas Penagihan

(………..) NIP.

Catatan :

a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar;

b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.

DIREKTUR UTAMA

ttd

(25)

22

LAMPIRAN III

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

CONTOH KWITANSI

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

KWITANSI Nomor:

Sudah Terima Dari Nomor PO / Media Order Uang Sebesar

Nama Biro Iklan / Klien Jenis Penyiaran Jumlah Denda Jumlah Total : : : : : : : : ……… ……… Rp. Rp. Rp. ………. Bendahara Penerima (………..) NIP. Catatan :

a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar;

b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Operasional; d. Lembar 4 untuk Petugas Akuntansi.

DIREKTUR UTAMA

ttd

(26)

23

LAMPIRAN IV

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

BAGAN ALUR PENAGIHAN DAN PENERIMAAN PNBP LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NO. URAIAN PETUGAS

OPERASIONAL WAJIB BAYAR

BENDAHARA PENERIMA PETUGAS AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN WAKTU PELAKSANAAN 1. 2.

Pemberian Pelayanan Jasa

Pemberian Pelayanan Jasa oleh Kantor/Salker diterbitkanNota Tagihan atas pelayanan jasa tersebut. Penerbitan NotaTagihan kepada wajib bayar paling lambat 7 (tujuh) hari setelahpelayanan jasa diberikan dengan tembusan Bendahara Penerimadan Petugas Akuntansi Pembayaran Tagihan

a. Nota Tagihan yang telah dikirimkan kepada WajibBayar, mempunyai jangka waktu pembayaran palinglambat 30 (tiga puluh) hari setelah pelayanan jasadiberikan b. Wajib Bayar dapat menyetor

Iangsung ke Kas Negaraatau melalui Bendahara Penerima dan diberikanKuitansi Pembayaran oleh Bendahara Penerima

Pelayanan Jasa

Nota Tagihan Nota Tagihan Nota Tagihan

Nota Tagihan Bayar

Kuitansi Pembayaran Tidak

(27)

24

3.

4.

Input Kartu Piutang dan Laporan Rekapitulasi PiutangNota Tagihan yang belum terbayarkan dimasukkan ke dalamKartu Piutang dan Laporan Rekapitulasi Piutang yang disusunoleh Petugas Akuntansi

Penerbitan Surat Penagihan

a. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelahpelayanan jasa diberikan, wajib bayar tidak membayarnota penagihan, maka dikeluarkan surat penagihanpertama dengan rincian nilai yang terutang dan denda.

b. Apabila dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari setelahSurat PenagihanPertama wajib bayar tidak membayar,dikeluarkan surat penagihan kedua dan seterusnyahingga surat penagihan ketiga. DIREKTUR UTAMA ttd MOHAMMAD ROHANUDIN Kuitansi Pembayaran Surat Penagihan Surat Penagihan Laporan Rekapitulasi Piutang Kartu Piutang

(28)

25

LAMPIRAN V

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

CONTOH KARTU PIUTANG

Kementerian/Lembaga Eselon I Wilayah Satuan Kerja : (1) : (2) : (3) : (4) Jenis Piutang Nomor Nomor SPn Tanggal SPn : (5) : (6) : (7) : (8) KARTU PIUTANG

IDENTITAS DEBITUR DATA PIUTANG Nama NIP/NPWP Alamat Unit Kerja Kementerian Negara /Lembaga : (9) : (10) : (11) : (12) : (13) Jumlah Piutang Tgl. Jatuh Tempo Angsuran per bulan Mulai Mengangsur Dasar Penetapan Piutang No. SK Tgl. SK : (14) : (15) : (16) : (17) : (18) : (19) Tanggal Keterangan Debet Kredit Saldo

(20) (21) (22) (23) (24) Dicatat oleh : ……..(25)……… Disetujui oleh : ………..(26)……… DIREKTUR UTAMA ttd MOHAMMAD ROHANUDIN

(29)

26 Petunjuk pengisian kartu piutang :

No Uraian Isian

(1) Diisi dengan kode dan uraian kementerian negara / lembaga (2) Diisi dengan kode dan uraian unit eselon I

(3) Diisi dengan kode dan uraian kantor wilayah (4) Diisi dengan kode dan uraian satuan kerja (5) Diisi dengan uraian jenis piutang

(6) Diisi dengan nomor per jenis piutang (7) Diisi dengan nomor Surat Penagihan (8) Diisi dengan tanggal Surat Penagihan (9) Diisi dengan nama pihak terutang

(10) Diisi dengan NIP/NPWP,NIP untuk pihak terutang PNS (11) Diisi dengan alamat pihak terutang

(12) Diisi dengan unit kerja pihak terutang

(13) Diisi dengan uraian nama kementerian negara / lembaga pihak terutang (14) Diisi dengan jumlah rupiah piutang PNBP

(15) Diisi dengan tanggal jatuh tempo piutang

(16) Diisi dengan jumlah rupiah angsuran perbulan apabila pembayaran piutang dilakukan dengan mengangsur

(17) Diisi dengan tanggal mulai mengangsur (18) Diisi dengan nomor SK penetapan piutang (19) Diisi dengan tanggal SK penetapan piutang (20) Diisi dengan tanggal pencatatan

(21) Diisi dengan uraian transaksi

(22) Diisi dengan rupiah penambahan piutang PNBP (23) Diisi dengan rupiah pengurangan piutang PNBP

(24) Diisi dengan selisih antara kolom (20) dengan kolom (21) (25) Diisi dengan nama petugas yang mencatat Kartu Piutang (26) Diisi dengan nama penanggungjawab satuan kerja

(30)

27

LAMPIRAN VI

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR REKAPITULASI PIUTANG

Kementerian : (1) Eselon I : (2) Wilayah : (3) Satuan Kerja : (4) Jenis Piutang PNBP : (5) Semester : (6) Yang berakhir pada tanggal : (7)

No. Kartu Piutang Keterangan Jumlah Piutang

s/d Semester Lalu Penambahan Pengurangan

Jumlah Piutang s/d Semester ini (8) (9) (10) (11) (12) (13) Dicatat, (14) ……… Disetujui, (15) ………. Keterangan :

(1) Kementerian Negara/Lembaga : Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (2) Eselon I : Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia

(3) Wilayah : Diisi dengna kode dan uraian kantor wilayah (4) Satuan Kerja : Diisi dengan kode dan uraian Satuan Kerja

(5) Jenis Piutang PNBP : Diisi dengan kode (2 digit) dan uraian jenis piutang PNBP (6) Semester : Diisi dengan semester mutasi piutang

(7) Yang berakhir pada tanggal : cukup jelas

(8) No. Katru Piutang : Diisi dengan nomor kartu piutang

(9) Keterangan : Diisi dengan uraian transaksi misalnya Nama Debitud A, Debitur B, dst (10) Jumlah Piutang s/d semester lalu : Diisi dengan jumlah piutang s/d semester sebelumnya (11) Penambahan : Diisi dengan jumlah penambahan piutang pada semester yang bersangkutan (12) Pengurangan : Diisi dengan jumlah pengurangan piutang pada semester yang bersangkutan (13) Jumlah Piutang s/d semester ini : Diisi dengan penambahan kolom (10) dan (11) di kurang (12) (14) Dicatat : Diisi dengan nama dan tanda tangan petugas yang mencatat kartu piutang

(31)

28

LAMPIRAN VII

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

CONTOH BUKU KAS UMUM

Buku Kas Umum Halaman Muka

BUKU KAS UMUM

Tahun Anggaran : ( ) (1) (2) Kementerian / Lembaga : Provinsi/Kabupaten/Kota : ( ) (3) Satuan Kerja : ( ) (4) Alamat : ( ) (5) KPPN : ( ) (6) Dokumen : ( ) (7)

Nomor, Tanggal Dokumen : (8) Revisi ke : 1. : (9)

2.

…. Mengetahui, Kuasa Pengguna Anggaran (11) ……… NIP ……….. ………(10) Bendahara Penerimaan (12) ……… NIP ………... DIREKTUR UTAMA ttd MUHAMMAD ROHANUDIN Petunjuk pengisian halaman muka Buku Kas Umum :

(1)diisi tahun anggaran

(2)diisi kode dan nama Kementerian

(3)diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota (4)diisi kode dan nama satuan kerja

(5)diisi alamat satuan kerja (6)diisi kode dan nama KPPN

(7)diisi jenis dokumen anggaran (DIPA,SKPA, atau lainnya) (8)diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun dokumen anggaran

(9)diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun revisi dokumen anggaran (jika ada) (10) diisi tempat, dan tanggal, bulan serta tahun Buku Kas Umum dibuat

(11) diisi nama lengkap dan NIP Kepala Satker atau Pejabat yang bertugas melakukan Pemungutan Penerimaan Negara yang ditunjuk

(32)

29 Halaman Isi Buku Kas Umum

Buku Kas Umum

Tanggal Nomor Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

DIREKTUR UTAMA ttd

MOHAMMAD ROHANUDIN

Petunjuk pengisian halaman isi Buku Kas Umum :

Kolom (1)diisi dengan tanggal pembukuan (format mm-dd) Kolom (2)diisi nomor bukti bendahara

Kolom (3)diisi uraian transaksi penerimaan/pengeluaran

Kolom (4)diisi jumlah penerimaan yang tercantum dalam dokumen sumber Kolom (5)diisi jumlah setoran yang tercantum dalam dokumen sumber

Kolom(6)diisi jumlah saldo setelah ditambah/dikurangi jumlah penerimaan/setoran yang tercantumdalam dokumen sumber.

(33)

30

LAMPIRAN VIII

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANGPETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

CONTOH BUKU PEMBANTU KAS

BUKU PEMBANTU KAS

BUKU PEMBANTU ………..(1) Tahun Anggaran : …………. (2) Kementerian/Lembaga (………..) (3) Provinsi/Kabupaten/Kota (………..) (4) Satuan Kerja : (………..) (5) Dokumen : (………..) (6)

No., Tanggal Dokumen : ………… (7)

Revisi Ke : ….. : …………. (8)

KPPN : (………..) (9)

Tanggal Nomor Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

DIREKTUR UTAMA ttd

MUHAMMAD ROHANUDIN Petunjuk pengisian BP ;

(1)diisi jenis BP berkenaan (2)diisi tahun anggaran

(3)diisi kode dan nama kementerian

(4)diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota (5)diisi kode dan nama satuan kerja

(6)diisi jenis dokumen anggaran (DIPA,SKPA, dan lain-lain) (7)diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun dokumen anggaran

(8) diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun revisi dokumen anggaran (jika ada) (9) diisi kode dan nama KPPN

Pengisian kolom 1 sampai dengan kolom 6 mengikuti petunjuk pengisian halaman isi Buku Kas Umum.

(34)

31

LAMPIRAN IX

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANGPETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

CONTOH FORMULIR LAPORAN REALISASI PENERIMAAN NEGARA

LAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA BULAN : ……….

KANTOR / SATKER : TAHUN ANGGARAN : TARGET 1 (SATU) TAHUN :

NO KODE AKUN JENIS PENERIMAAN TARGET PER JENIS PENERIMAAN PENYETORAN KETERANGAN S/D BULAN LALU BULAN INI JUMLAH S/D BULAN LALU BULAN INI JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 JUMLAH ……… Mengetahui,

Kepala RRI ………. Bendahara Penerimaan

……… ……… NIP ……….. NIP………...

DIREKTUR UTAMA

ttd

(35)

32

LAMPIRAN X

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANGPETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

CONTOH LAPORAN REKAPITULASI REALISASI PENERIMAAN PNBP

NO URAIAN NAMA KLIEN NILAI KONTRAK PERIODE KONTRAK REALISASI SETORAN

NILAI SISA KET

NTB NTPN TGL SETOR JUMLAH 1 Penyiaran spot KB BKKBN 50,000,000 1 Januari s.d

31 Mei 2016 1234567890 AA89923FG65240 1 Februari 2016

10,000,000 40,000,000 (Contoh pengisian) 2 Penyiaran iklan ... PT Telkomsel 40,000,000 10 Januari s.d 9 April 2016 2345678901 BB9967HJI5648K 10 Februari 2016 15,000,000 25,000,000 (Contoh pengisian) JUMLAH 90,000,000 25,000,000 65,000,000 Mengetahui :

Kuasa Pengguna Anggaran Petugas Penyetor

……… ………

(36)

33

LAMPIRAN XI

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

BAGAN ALUR PENYUSUNAN PENGGUNAAN DANA PNBP LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NO. URAIAN Kantor / Satker Direktur Keuangan Direktur Utama Ditjen Anggaran Waktu Pelaksanaan 1. 2. 3. 4. 5.

Usulan Penggunaan Dana PNBP

Kepala Kantor/Satuan Kerja mengusulkan Rincian Penggunaan DanaPNBP untuk Tahun Anggaran berikutnya kepada Direktur Keuangan cq. Direktur Utama.

Inventarisasi Rincian Penggunaan Dana PNBP

Usulan Rincian Penggunaan Dana PNBP yang diterima oleh Direktur Keuangan kemudian diinventarisasi berdasarkanMaksimal Ijin Penggunaan dari Menteri Keuangan RI

Input Rincian Penggunaan Dana PNBP

Usulan Rincian Penggunaan Dana PNBP yang telah diinventarisirkemudian dijadikan Penggunaan dana PNBP Direktorat Keuangan untuk diinputkedalam Aplikasi RKAKL Pembahasan RPD dengan Kantor/Satker

Penggunaan Dana PNBP yang telah diinput ke dalam Aplikasi RKA-KLselanjutnya dilakukan pembahasan dengan Kantor/Satker

Usulan Penggunaan Dana PNBP Satker LPP RRI

Penggunaan Dana PNBP yang telah dilakukan pembahasan kemudiandiusulkan kepada Direktur Utama dan jajaran Direksi danseianjutnya diusulkan kepada Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Target PNBP hasil Pembahasan Rincian Penggunaan Dana PNBP Pembahasan Rincian Penggu. Dana PNBP Verifikasi dan Inventarisari RDP berdasarkan maks. Ijin penggunaan Penggu. Dana PNBP LPP RRI Input ke Aplikasi RKAKL Pembahasan dg Satker Usulan penggu. Dana PNBP LPP RRI Usulan penggu. Dana PNBP LPP RRI

(37)

34

LAMPIRAN XII

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

BERITA ACARA REKONSILIASI DATA ANTARA LPU DAN KEUANGAN PADA SATKER …….

Nomor : /(bulan)/20xx

Pada hari ini …………. tanggal ……… bulan ……….. tahun ……… telah dilakukan Rekonsiliasi Data antara LPU dengan Keuangan untuk periode sampai dengan tanggal …………. 20xx, sebagai berikut :

1. Data yang direkonsiliasi dari tanggal ……. sampai dengan tanggal ………. 20xx bertujuan untuk mendapatkan kepastian data jumlah penerimaan negara bukan pajak dan piutang. 2. Data awal LPU yang tercatat pada Keuangan sebelum dilakukan rekonsiliasi adalah

sebagai berikut :

DATA PENERIMAAN PNBP

NO URAIAN DATA LPU

DATA KEUANGAN KETERANGAN 1 2 3 (Rp) 4 (Rp) 1. 2. 3. JUMLAH DATA PIUTANG PNBP

NO URAIAN DATA LPU

DATA KEUANGAN KETERANGAN 1 2 3 (Rp) 4 (Rp) 1. 2. 3. JUMLAH

3. Berdasarkan hasil rekonsiliasi sebagaimana angka 2, perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut jika terdapat perbedaan data. Penelusuran tersebut akan dilakukan oleh kedua belah pihak dan akan dilaporkan kembali kepada Kuasa Pengguna Anggaran paling lambat tanggal 3 bulan berikutnya.

4. Hasil rekonsiliasi data dimaksud sebagaimana terlampir merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari berita acara ini.

Kepala Bagian/Seksi LPU Bendahara Penerimaan/ Petugas Penyetor

………. ……….

NIP. ……… NIP. ……….

Diketahui,

Kuasa Pengguna Anggaran

………..

(38)

35

Contoh Ilustrasi 01. Penyisihan Piutang Lancar

❖ Pada Tanggal 25 Nopember 2016 PT ABC menandatangani MoU dengan RRI Tarakan untuk pemutaran Iklan. PT ABC untuk mempromosikan produknya memasang Iklan Spot di RRI dengan harga Rp 100.000,- di siarkan sebanyak 75 kali. Iklan tersebut disiarkan mulai bulan Desember 2016 – September 2017 dan dibayarkan setelah disiarkan dengan 2 thermyn yaitu setelah selesai pemutaran iklan thermyn pertama 25 putar, dan sisanya adalah thermyn kedua.

❖ Pada

PEYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH UNTUK PIUTANG LANCAR

NO URAIAN JUMLAH PIUTANG

LANCAR

KET

1 2 3 4

01 Piutang Lancar 7.500.000,-

% Penyisihan 0,5

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

37.500,-

Contoh Ilustrasi 02, Penyisihan Piutang Kurang Lancar

PEYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH UNTUK PIUTANG KURANG LANCAR

NO URAIAN JUMLAH PIUTANG

KURANG LANCAR

KET

1 2 3 4

01 Piutang Kurang Lancar

% Penyisihan 10

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

(39)

36

Contoh Ilustrasi 03, Penyisihan Piutang Diragukan

PEYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH UNTUK PIUTANG DIRAGUKAN

NO URAIAN JUMLAH PIUTANG

LANCAR

KET

1 2 3 4

01 Piutang Diragukan

% Penyisihan 50

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

37.500,-

Contoh Ilustrasi 03, Penyisihan Piutang Macet

PEYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH UNTUK PIUTANG MACET

NO URAIAN JUMLAH PIUTANG

LANCAR

KET

1 2 3 4

01 Piutang Macet

% Penyisihan 100

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Tabel 1

Perhitungan Penyisihan Piutang

Kualitas

Piutang Uraian Penyisihan

Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d tanggal jatuh tempo 0.5 % Kurang

Lancar

Satu bulan terhitung sejak tanggal surat penagihan

pertama tidak dilakukan pelunasan 10%

Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal surat penagihan

kedua tidak dilakukan pelunasan 50%

Macet

Satu bulan terhitung sejak tanggal surat penagihan ketiga tidak dilakukan pelunasan. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN

Referensi

Dokumen terkait

Pengompilasian dan pengevaluasian hasil pemeriksaan dalam rangka penyusunan Sumbangan IHPS pada lingkup tugas BPK Perwakilan Provinsi Riau, baik yang

 Set pada ketinggian yang diinginkan  Pastikan dapat mengunci dengan baike.

Eklektisme tersebut tampak pada digunakannya beberapa gaya arsitektur dalam bangunan Gereja Paulus, yaitu gaya Arsitektur Gotik, Arts and crafts dan Art deco serta

Bagi menjadikan bidang keusahawan adalah kerjaya pilihan pelajar, semua pihak perlu bersama-sama dalam menyumbang pelbagai kajian berkaitan keusahawanan pelajar seperti dana

Hasil yang ditunjukkan dalam analisa mengenai active failure memberikan gambaran bahwa nilai indeks tertinggi adalah “tidak memakai peralatan keselamatan kerja”. Hal

Sebagai sebuah institusi pendidikan, Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IP FISIPOL UMY)

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan segala rahmat dan karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis