• Tidak ada hasil yang ditemukan

AANG_KNSI Pengenalan Pola dengan Segitiga Fuzzy untuk Model Input Data yang Berdistribusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AANG_KNSI Pengenalan Pola dengan Segitiga Fuzzy untuk Model Input Data yang Berdistribusi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengenalan Pola dengan Segitiga Fuzzy untuk

Model Input Data yang Berdistribusi

Oleh

Hary Budiarto )* dan Aang Subiyakto )**

)* Deputi Teknologi Informasi, Energi, Material dan Lingkungan,

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi- BPPT

)** Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah

Abstrak

Sistem pengenalan pola seperti pengenalan suara, aroma, wajah, dan tulisan sudah berkembang dengan pesat dan sebagian besar menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) seperti multilayer perceptron, back propagation dan lainnya. . Pada sistem pengenalan pola secara umum terdapat beberapa komponen yang terintegrasi. Komponen tersebut dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu input data, processing data dan output data. Merata-ratakan beberapa nilai yang bedistribusi menjadi sebuah nilai tunggal akan menyebabkan informasi dari nilai-nilai itu akan tereduksi. Dalam paper ini akan menjelaskan suatu metode yang memasukan semua informasi dari nilai-nilai yang terukur dari suatu sensor kedalam bagian input data JST agar lebih merepresentasikan keseluruhan data dan tidak ada informasi yang tereduksi.

Kata kunci: segitga fuzzy, pengenalan pola, similaritas

1. Pendahuluan

Sistem pengenalan pola seperti pengenalan suara, aroma, wajah, dan tulisan sudah sangat berkembang dan sebagian besar menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) seperti multilayer perceptron, back propagation dan lainnya. Implementasi untuk tehnik pengenalan polapun, saat ini banyak sudah dimanfaatkan pada segala bidang antara lain untuk sistem peringatan dini akan bahaya kebocoran gas, quality control untuk aroma, keperluan absensi pegawai dengan sidik jari, authenfication berbagai sistem login. Pada sistem pengenalan pola secara umum terdapat beberapa komponen yang terintegrasi. Komponen tersebut dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu input data, processing data dan output data. Pada input data dilengkapi dengan alat kontrol yang berfungsi seperti sensor yang akan menerima data dari suatu parameter.

Dalam aplikasi untuk sistem pengenalan pola suatu aroma, pada bagian input datanya akan dihubungkan langsung dengan suatu membran sebagai

sensornya bila lapisan membran tertempel dengan sesuatu gas atau benda padat mengakibatkan menurunnya nilai frekuensi membran tersebut. Untuk mendapatkan data yang akan diproses pada sistem jaringan syaraf harus dilakukan pengukuran dalam satuan waktu yang dikenal dengan nama snapshot. Data snapshot ini akan dirata-rata menjadi suatu nilai tunggal yang mewakili satuan waktu, selanjutnya data ini akan diolah pada sistem pengenalan aroma untuk melakukan perubahan bobot yang akan digunakan sebagai referensi suatu pola tertentu.

(2)

2

Segitiga fuzzy merupakan suatu segitiga samakaki yang mempunyai tinggi sebesar satu satuan. Bagian alas kaki sebelah kiri segitiga menyatakan nilai minimum dari data yang terdistribusi dan bagian ujung kanannya menyatakan nilai maksimumnya, sedangkan nilai mean-nya akan berada di tengah-tengah alas segitiga tersebut. Metode JST dengan menggunakan segitiga fuzzy sebagai input data sudah diimplementasikan pada sistem deteksi aroma, hasilnya menunjukkan bahwa aroma dapat dikenali dengan baik. Sedangkan hasil investigasi untuk perbandingan dengan JST yang menggunakan back propagation menunjukkan bahwa JST dengan segitiga fuzzy ini lebih unggul.

2. Metodelogi Pembelajaran JST

a.

Segitiga Fuzzy

Gambar 1 menunjukkan segitiga fuzzy normalisasi dari 100 data pengamatan aroma jeruk Martha Tilaar yang diambil dari sebuah sensor, terlihat apabila data eksperimen bervariasi lebih besar, maka segitiga fuzzy akan menjadi besar pula.

Mean

0.673

Std

0.003

Max

0.678

Min

0.670

Gambar 1. Segitiga Fuzzy

Nilai mean dari segitiga fuzzy di atas akan disimbolkan dengan xij dengan j adalah jenis sensor dan i adalah jenis kategori aroma. Lebar segitiga dinyatakan sebagai similaritas fuzziness yang bernilai antara 0 s/d 1.

b.Aturan Pembelajaran

Nilai bobot atau weight factor pada jaringan syaraf tiruan yang menggunakan input data berbentuk segitiga fuzzy akan mempunyai bentuk dalam segitiga fuzzy pula. Proses pembelajaran sama dengan JST untuk Learning Vector Quantization. Terdapat tiga aturan pembelajaran untuk melakukan perubahan nilai bobot yang dalam hal ini dinamakan segitiga fuzzy referensi. Pertama, bila segitiga fuzzy hasil pengukuran yang dinamakan segitiga fuzzy training mempunyai kategori yang sama dengan segitiga fuzzy referensinya, maka dilakukan pergeseran posisi segitiga referensi dengan mendekati posisi segitiga fuzzy training dan dilakukan pelebaran dispersi (minimum dan maksimum). Kedua, bila segitiga fuzzy training mempunyai kategori yang berbeda dengan segitiga fuzzy referensinya, maka dilakukan pergeseran posisi segitiga referensi dengan menjauhkan posisi segitiga fuzzy training dan dilakukan penyempitan dispersi (minimum dan maksimum). Ketiga, bila segitiga fuzzy training dan segitiga fuzzy referensinya tidak dapat dioperasikan berarti ditemukan suatu kategori baru, maka semua segitiga referensi akan dilebarkan jangkauan dispersinya (minimum dan maksimum). Pada saat awal pembelajaran, segitiga fuzzy refenrensi perlu diinialisasikan secara acak. Selanjutnya akhir proses pembelajaran akan mendapatkan segitiga fuzzy referensi berbagai kategori, yang semuanya akan disimpan dalam suatu kodebook segitiga fuzzy.

c. Rumus pergeseran

Menurut aturan pembelajaran diatas maka untuk kasus pertama yaitu apabila jaringan memberikan hasil yang benar, maka nilai m dari segitiga referensi akan diperbarui berdasarkan :

mij(t+1) = mij(t)+ (t) {(1-mij(t)}*{Xj(t)- mij(t)} ... 1)

dengan adalah laju pembelajaran, selanjutnya nilai kiri dan kanan segitiga 1

0.5

0

(3)

3

fuzzy referensi pemenang dilebarkan

dengan rumus :

m(t+1) = (f i- (mij-f i), mij, f a+ /f a- mij) ... 2)

dengan adalah konstanta pelebaran. Untuk kasus kedua, yaitu apabila jaringan memberikan hasil yang salah, maka nilai m dari segitiga fuzzy referensi akan diperbarui dengan,

mij(t+1) = mij(t)- (t) (1-mij(t)} * {Xj(t)- mij(t)} ... 3)

selanjutnya nilai selanjutnya nilai kiri dan kanan segitiga fuzzy referensi pemenang disempitkan dengan rumus :

m(t+1) = (fi+(i-j).(mij-f i)i, mij, f a-(i-j) (fa-mij)) ... 4)

dengan adalah konstanta penyempitan. Untuk kasus ketiga yaitu apabila tidak ada perpotongan antara kedua segitiga fuzzy training dan referensi, maka segitiga fuzzy referensi untuk seluruh kategori dilebarkan dengan menggunakan persamaan,

mij(t+1) = * mij(t) ... 5)

3. Hasil Pengenalan Pola

Data yang digunakan untuk proses pembelajaran dan pengenalan didapat dari 10 percobaan yang merupakan perata-rataan dari 100 data per-sensor per-aroma. Tujuh percobaan secara acak diambil sebagai data untuk pelatihan dan 3 percobaan sebagai data pengenalan. Dalam eksperimen ini digunakan dua kelompok aroma, yaitu kelompok aroma Martha Tilaar (jeruk, mawar dan kenanga) dan kelompok aroma ethanol (konsentrasi 0%, 15%, 25% dan 35%). Konstanta algoritma pembelajaran yang digunakan adalah konstanta pembelajaran :0,05 , konstanta pelebaran : 1,1 dan penyempitan : 0,1. Nilai konstanta ini didapatkan setelah melalui beberapa percobaan awal. Dengan menggunakan konstanta-konstanta tersebut diatas, maka kemampuan pengenalan untuk data pelatihan 100%. Sedangkan dengan

menggunakan data untuk pengenalan, ternyata kemampuan pengenalan pola mampu untuk mengenali tiga aroma Martha Tilaar adalah 100% benar, dan untuk empat tingkat konsentrasi ethanol kemampuan pengenalan polanya adalah 89.5 %. Sebagai perbandingan, algoritma propagasi-balik menggunakan 9 neuron pada lapis tersembunyi juga menghasilkan kemampuan pengenalan yang sama. Perbedaannya adalah bahwa algoritma segitiga fuzzy akan lebih cepat mencapai konvergensinya apabila dibandingkan dengan algoritma propagasi-balik. Hasil lengkap dari eksperimen untuk penegnalan pola ini terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1 : Hasil Pengenalan Aroma Martha Tilaar

Input Output Similaritas Jeruk Jeruk 0.84 Jeruk Jeruk 0.85 Jeruk Jeruk 0.94 Mawar Mawar 0.76 Mawar Mawar 0.84 Mawar Mawar 0.68 Kenanga Kenanga 0.90 Kenanga Kenanga 0.88 Kenanga Kenanga 0.85

Tabel 2 : Hasil Pengenalan Aroma Martha Tilaar

Input Output Similaritas C1(0%) C1(0%) 0.82 C1(0%) C1(0%) 0.91 C1(0%) C1(0%) 0.86 C2(15%) C1(0%) 0.69 C2(15%) C1(0%) 0.65 C2(15%) C2(15%) 0.80 C3(25%) C3(25%) 0.92 C3(25%) C3(25%) 0.94 C3(25%) C3(25%) 0.80 C4(35%) C4(35%) 0.50 C4(35%) C4(35%) 0.74 C4(35%) C4(35%) 0.57

(4)

4

menyatakan keunggulan untuk suatu input data berdistribusi, pada hasil keluarannya fungsi distribusi datanya masih menghasilkan suatu informasi.

Sedangkan untuk pengenalan pola terhadap aroma yang tidak dikenal maka salah satu aroma, misalkan jeruk untuk jenis Martha Tilaar dan C4(35%) untuk jenis ethanol tidak diikutsertakan dalam proses pembelajaran.

Terlihat pada Tabel 3 bahwa pengenalan terhadap data aroma yang tidak dikenal (jeruk) adalah 100% benar, begitu pula untuk aroma mawar dan data aroma kenanga.

Percobaan serupa untuk empat tingkat konsentrasi ethanol, hasilnya tertera dalam Tabel 4. Terlihat kemampuan pengenalan terhadap data C1 dikenal adalah 90% benar dan 10% dikenal sebagai C2. Untuk pengenalan aroma C2 adalah 90% benar dan 10% tidak dikenal. Sedangkan C3 dan C4 pengenalannya adalah 100%.

Tabel 3 : Hasil Pengenalan Aroma Unknown (Jeruk) Martha Tilaar

Input Output Similaritas Jeruk Unknown 0.00 Jeruk Unknown 0.00 Jeruk Unknown 0.00 Jeruk Unknown 0.00 Jeruk Unknown 0.00 Jeruk Unknown 0.00 Mawar Mawar 0.50 Mawar Mawar 0.58 Mawar Mawar 0.59 Kenanga Kenanga 0.93 Kenanga Kenanga 0.74 Kenanga Kenanga 0.59

Tabel 4 : Hasil Pengenalan Aroma Martha Tilaar

Input Output Similaritas C1(0%) C1(0%) 0.67 C1(0%) C1(0%) 0.56 C1(0%) C2(15%) 0.58 C2(15%) Unknown 0.00 C2(15%) C2(15%) 0.54 C2(15%) C2(15%) 0.64 C3(25%) C3(25%) 0.78 C3(25%) C3(25%) 0.54

C3(25%) C3(25%) 0.72 C4(35%( unknown 0.00 C4(35%( unknown 0.00 C4(35%( unknown 0.00 C4(35%( unknown 0.00 C4(35%( unknown 0.00 C4(35%( unknown 0.00

5. Kesimpulan

Pengenalan pola dengan model input data terdistribusi telah dikembangkan dan digunakan dalam sistem pengenalan aroma Martha Tilaar dan Ethanol. Terbukti dalam eksperimen bahwa kemampuan pengenalan sistem terhadap aroma yang dilatihkan sama seperti algoritma propagasi balik, dengan waktu komputasi yang lebih kecil. Penggunaan algoritma ini telah meningkatkan kemampuan sistim untuk mengenali aroma yang tidak dikenal. Hal ini dilakukan dengan menggolongkan aroma tak dikenal ini kedalam kelompok yang berbeda dengan aroma yang dikenal. Terbukti juga informasi tentang kedistribusian pada hasil akhir pengenalan masih memberikan nilai informasi tentang kemiripannya

Daftar Pustaka

1. B. Kusumoputro and M. Rivai, Discrimination of fragrance odor by arrayed quartz resonator sensord a neural network, ICCIMA-98, H. Selvaraj and B. Verma (Eds), World Scientific, Singapore, 264-270,1998.

2. L.A. Zadeh, Similarity relations and fuzzy ordering, Information Sciences, 3,177-200,1971 3. T. Kohonen, G. Bama and R.

Chrisley. Statistical pattern recognition with neural networks: Benchmarking Studies IEEE Proc. ICNN, 61-68,1987

4. J.C. Bezdek and N.R. Pal. Two soft relatives of learning vector quantization, Neural Network, 8, 5,729-743,1995.

5. Y.Sakuraba, T. Nakamoto and T. Moriizumi. New method of learning vector quantization systems and Compt in Japan, 22, 23, 93-102,1991.

Gambar

Gambar 1. Segitiga Fuzzy
Tabel 1 : Hasil Pengenalan Aroma Martha Tilaar
Tabel 4 : Hasil Pengenalan Aroma Martha Tilaar

Referensi

Dokumen terkait

PSDKP yang didelegasikan ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, berupa 1.119 POKMASWAS yang aktif membantu kegiatan pengawasan SDKP, dengan rincian

Dua hal itu dianalisis melalui interaksi tiga aspek dalam sajian karya seni, yakni seniman (desainer), hasil karya (produk), dan pengamat atau pengguna (dalam Dharsono, 2016:

Maka dari itu, percobaan teknik itu, percobaan teknik pembiakan mikroorganisme pembiakan mikroorganisme dan dan penentuan penentuan angka kuman sangat penting

Procedure untuk Preventive Maintenance unit Skid Steel Loader dapat diambil pengertian suatu kegiatan untuk perawatan dan juga pemeliharaan terhadap komponen-komponen unit

Penyebab metode Thomas dapat mengefisiensikan sistem, karena persoalan persamaan perambatan panas yang diselesaikan dengan metode beda hingga dengan skema implisit

•• Sel lemak dalam tubuh (sel adipose) yang ada di pinggang,pinggul Sel lemak dalam tubuh (sel adipose) yang ada di pinggang,pinggul atau tempat lain mensekresi leptin ke dalam

Jika peubah bebas Transparancy , Accountability , Responsibility , Independency , dan Fairness bernilai nol, maka peubah terikat Kinerja non-keuangan perusahaan

Hasil penelitian: bahwa (1) faktor-faktor yang menjadi dasar perjanjian Paroan (bagi hasil Pemeliharaan kerbau) Menurut Hukum Adat Lembak di Kecamatan Talang Empat