• Tidak ada hasil yang ditemukan

Topik Utama Topik Utama Topik Utama Topi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Topik Utama Topik Utama Topik Utama Topi (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

TANTANGAN DALAM PENINGKATAN NILAI TAMBAH

MINERAL DAN BATUBARA

Darsa Permana

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

darsa@tekmira.esdm.go.id

1. PENDAHULUAN

Isu tentang peningkatan nilai tambah PNT mineral dan batubara (PNT minerba) merebak bagaikan jamur di musim hujan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk memenuhi salah satu ketentuan dalam pasal 102 dan pasal 103 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 (UU No.4/ 2009) tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang kemudian dijabarkan dalam

S A R I

Sesuai dengan pasal 102 dan pasal 103 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, maka pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi khusus pengolahan dan pemurnian wajib melakukan peningkatan nilai tambah terhadap mineral atau batubara yang diproduksinya. Ketentuan ini langsung mengikat bagi mereka yang akan berinvestasi di bidang pertambangan mineral dan batubara, serta diberi kesempatan lima tahun kepada perusahaan yang sedang berjalan (existing) setelah Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 diberlakukan.

Upaya untuk meningkatkan nilai tambah mineral dan batubara ternyata dihadapkan kepada tantangan yang cukup besar, meskipun tetap memberikan harapan bagi terealisasinya kedua peraturan di atas. Tantangan ini tidak saja akan dihadapi oleh perusahaan, tetapi juga pemerintah. Tantangan terbesar pemerintah adalah bagaimana menyiapkan infrastruktur, fisik dan nonfisik, yang dirasakan masih minim, sehingga perusahaan memperoleh jaminan terhadap investasi yang ditanamkan untuk peningkatan nilai tambah. Sedangkan tantangan perusahaan yang cukup krusial adalah "merekonstruksi" investasi yang akan ditanamkan berikut keuntungan yang akan diperoleh.

Kata kunci : peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010, tantangan, Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009.

(2)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Ketentuan tentang PNT tersebut akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Tidak ada yang salah dengan hiruk-pikuk siapapun - baik dari kalangan pemerintah maupun swasta - yang mengguncingkan PNT, sebab mereka memang sangat berkepentingan terhadap pelaksanaan PNT. Boleh jadi, tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dan swasta sama, yakni ingin mendapatkan keuntungan atas pelaksanaan PNT, tetapi terjemahan atas kata "keuntungan" itu jelas berbeda atau bahkan mungkin bertolak belakang. Persoalannya adalah, apakah mungkin dari perbedaan tersebut dapat dicapai titik temu untuk memperoleh "win-win solution", atau masing-masing pihak bersikukuh pada pendiriannya masing-masing.

2. KRONOLOGIS

Pada saat ini, komoditas hasil tambang (mineral dan batubara) Indonesia dijual atau diekspor dalam bentuk yang bervariasi. Untuk mineral, produk hasil tambang mineral logam, nonlogam, dan batuan, umumnya dijual dalam bentuk bahan mentah (raw material), konsentrat, atau produk akhir (logam atau ingot); sementara untuk batubara, umumnya dijual setelah mengalami proses penggerusan (crushing), pencucian (washing), atau pencampuran (blending). Penjualan berbagai produk tersebut, semata-mata karena jerih payah produsen dalam memenuhi spesifikasi produk

sebagaimana tertuang dalam kontrak jual-beli antara pihak produsen dengan pihak konsumen. Artinya, tidak ada campur-tangan atau kebijakan pemerintah yang mengaturnya, sehingga produsen minerba di dalam negeri dapat menjual produk sesuai keinginan mereka dan/atau atas permintaan konsumennya. Namun demikian, dalam beberapa kasus, seperti ekspor logam timah serta jenis mineral nonlogam dan batuan tertentu, telah ada pengaturan dari Keputusan Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, yang mewajibkan agar komoditas tersebut diolah terlebih dulu atau memenuhi persyaratan tertentu sebelum diekspor.

Keanekaragaman penjualan produk tambang di atas tidak terlepas dari kemauan politik pemerintah yang saat itu menginginkan agar investasi bidang pertambangan minerba terus meningkat, sehingga kebijakan pun hanya difokuskan pada upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif. Sesuatu yang mudah dipahami, mengingat pada awal era pembangunan nasional (akhir tahun 60-an) dan beberapa tahun ke depan, Indonesia membutuhkan investor, terutama investor asing, untuk menggali sumber daya minerba agar dapat diubah dari kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil. Dan kenyataan memang membuktikan, penerimaan negara dari subsektor pertambangan minerba mengalami peningkatan secara signifikan selama dua tahun terakhir (Tabel 1). Meskipun relatif kecil dibandingkan dengan subsektor pertambangan minyak dan gas bumi, penerimaan negara dari subsektor pertambangan minerba ini memiliki kelebihan

Tabel 1. Penerimaan negara dari pertambangan umum, 2008-2009

(miliar rupiah)

URAIAN TAHUN

2008 2009

PENERIMAAN PERTAMBANGAN UMUM 47.895,26 51.845,37

a. Pajak Pertambangan Umum 35.390,10 36.526,03

(3)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

lain, terutama dilihat dari aspek penyerapan tenaga kerja dan kandungan lokal (local content), serta efek ganda (multiplier effect) lainnya, sehingga mampu memposisikan dirinya dari luar negeri (Tabel 2). Sebuah ironi pun terjadi di negeri yang memiliki sumber daya cukup setengah jadi dan bahan jadi). Hebatnya lagi, baik ekspor maupun impor, dari tahun ke tahun tidak kunjung menurun atau bahkan cenderung lain, angka impor yang juga tidak kalah tinggi telah berdampak negatif, yang jika dihitung, pasti lebih besar daripada dampak positif yang diperoleh. Betapa tidak? Mengekspor komoditi dalam bentuk material kasar, bongkahan atau wantah (raw material) telah menghasilkan devisa bagi negara, tetapi mengimpor komiditi dalam bentuk bahan setengah jadi atau bahan jadi juga menyedot devisa negara yang bukan tidak

PERKEMBANGAN VOLUME DAN NILAI IMPOR MINERAL DAN BATUBARA, TAHUN 2005 2009

1. BIJIH BESI 2. TEMBAGA

(4)

Topik Utama

pengolahan (smelter) itu dapat dibangun di Indonesia, maka berbagai peluang akan didapat

Sesuai dengan penjelasan pasal 95 ayat (2) PP No.23/2010, PNT bertujuan untuk meningkatkan jenis mineral (Tabel 3 dan Tabel 4) dan batubara (lihat Tabel 1 Nilai Tambah Teknologi Pengolahan kas (cash flow), produksi minimum, dan lain-lain.

4. TANTANGAN "MEM-PTN-KAN" MINERBA

(5)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Tabel 3. Peningkatan nilai tambah mineral logam

KOMODITI JENIS PRODUK HARGA NILAI INPUT ANTARA NILAI TAMBAH

1.Bijih bauksit bijih/washed bauksit 25,00 8,75 16,25 alumina 500,00 175,00 325,00 alumina hidrat 600,00 210,00 390,00 alumunium 2.500,00 875,00 1.625,00

2.Pasir dan bijih besi bijih sponge iron

pig iron 80,00 28,00 52,00 baja 700,00 245,00 455,00

by prductslag 10,00 3,50 6,50 titanium oksida - -vanadium oksida 1.885,00 659,75 1.225,25

3.Bijih tembaga konsentrat

logam tembaga 7.203,00 2.521,05 4.681,95 baja 4.700,00 1.645,00 3.055,00

by product slime :

Emas (Au) 42.239.858,91 14.783.950,62 27.455.908,29 Perak (Ag) 631.040,56 220.864,20 410.176,37 Telerium (Te) 249.000,00 87.150,00 161.850,00 Paladium (Pd) 241.260.317,46 84.441.111,11 156.819.206,35 Timbal (Pb) 2.046.000,00 716.100,00 1.329.900,00

Limbah gas SO2 :

Asam sulfat (Rp) 1.300.000,00 455.000,00 845.000,00

Gipsum :

crude gipsum 7,31 2,56 4,75 calcined gipsum 21,10 7,39 13,72

4. Bijih Nikel bijih

fero nikel 1.000,00 350,00 650,00 nikel matte 18.172,00 6.360,20 11.811,80 baja 700,00 245,00 455,00

by product tailing/slag :

Cromium (Cr)

Cobalt (Co) 52.760,00 18.466,00 34.294,00

Slag :

Precious slag ball 25.130,00 8.795,50 16.334,50 nikel

5. Timah konsentrat (70% SnO2) 10.000,00 3.500,00 6.500,00 logam timah (99,85%) 7.583,90 2.654,37 4.929,54

-by product Tailing : - -besi - -ilmenite (min 54% TiO2) 80,00 28,00 52,00 rutile (min 80-95% TiO2) 555,00 194,25 360,75 TiO2 2.270,00 794,50 1.475,50 REO (rare earth oxide) - -concentrate 4,08 1,43 2,65 WO3 concentrate wolfram 140,00 49,00 91,00 Monazite concentrate (kan - -dungan Thorium) 400,00 140,00 260,00 Thorium nitrate, mantle grade 27.000,00 9.450,00 17.550,00 Thorium nitrate, welding grade 5.460,00 1.911,00 3.549,00 Thorium oxide (min 99,9%) 83.500,00 29.225,00 54.275,00 Thorium oxide (min 99,99%) 107.250,00 37.537,50 69.712,50 Ytrium oxide (min 99,0-99,99%) 85.000,00 29.750,00 55.250,00 Ytrium metal (min 99,0-99,9%) 115.000,00 40.250,00 74.750,00 antimon 3.196,70 1.118,85 2.077,86

Zircon 48.501,00 16.975,35 31.525,65

(6)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

KOMODITI PRODUK UTAMA HARGA INPUT NILAI ANTARA NILAI TAMBAH

1.Feldspar tanpa diolah (bahan keramik) 230.000,00 80.500,00 149.500,00

hasil blending 520.000,00 182.000,00 338.000,00

konsentrat feldspar

(hasil flotasi) 1.150.000,00 402.500,00 747.500,00

slime :

Clay berfeldspar (tailing 1) 160.000,00 56.000,00 104.000,00

Mika (tailing 2) 170.000,00 59.500,00 110.500,00

Kuarsa (tailing 3)

(bahan kaca dan keramik) 250.000,00 87.500,00 162.500,00

Besi Oksida (tailing 4)

(bahan pewarna/pigment) 75.000,00 26.250,00 48.750,00

2. Zircon wantah 25,00 8,75 16,25

Standar 640,00 224,00 416,00

Premium grade (bahan

refraktori) 750,00 262,50 487,50

Intermediate (bahan

keramik) 700,00 245,00 455,00

Chemical grade 4.000,00 1.400,00 2.600,00

Zirconia electronic grade 25.000,00 8.750,00 16.250,00

Zr untuk industri nuklir 250.000,00 87.500,00 162.500,00

Hafnium untuk industri

nuklir 350.000,00 122.500,00 227.500,00

by productNiobium 60.000,00 21.000,00 39.000,00

REO concentrate 8.500,00 2.975,00 5.525,00

Ytirum concentrate 13.000,00 4.550,00 8.450,00

$/ton Rp/ton

Keterangan : nilai input antara mineral logam dan bukan logam diasumsikan 35% dari harga jual

Sumber: Kajian Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah, tekMIRA, 2010

Tabel 4. Peningkatan nilai tambah mineral bukan logam

terbaru Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ADB), dan Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ ILO) bertajuk "Indonesia Critical Constraints", ketersediaan dan kualitas infrastruktur menjadi salah satu dari tiga masalah yang harus segera dibenahi Pemerintah Indonesia.

Berdasarkan World Economic Forum Report 2010, kualitas infrastruktur Indonesia secara keseluruhan berada di peringkat ke-96 dari 133 negara yang diteliti. Posisi ini jauh di belakang dua negara tetangga, Malaysia dan Thailand, yang masing-masing berada di peringkat 27 dan 41. Kendala kritis dalam pembangunan infrastruktur adalah lantaran rendahnya investasi

publik, lemahnya kemitraan pemerintah dan swasta, dan minimnya investasi swasta, termasuk penanaman modal langsung oleh asing. Adapun faktor yang berdampak negatif pada pembangunan infrastruktur di Indonesia antara lain pembebasan lahan yang sulit, kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan yang masih lemah, tata kelola pemerintah yang buruk, serta pembiayaan yang minim.

(7)

Topik Utama

modal, dan lain-lain, juga yang tak kalah rumit adalah mengubah segmen pasar. Rentetan

(8)
(9)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

.

DAFTAR PUSTAKA

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, 2010, Kajian Akademis Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara, Laporan, Bandung.

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, 2010, Kajian Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara, Laporan, Bandung.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009, Jakarta.

Meryani, A., 2010, JK: Birokrasi Pemerintah Hambat Pembangunan Infrastruktur!, http:// lifestyle.okezone.com/read/2010/09/30/20/ 377507/jk-birokrasi-pemerintah-hambat-pembangunan-infrastruktur, diakses 30 September 2010

Gambar

Tabel 2. Perkembangan volume dan nilai impor mineral dan batubara, 2005-2009PERKEMBANGAN VOLUME DAN NILAI IMPOR MINERAL DAN BATUBARA, TAHUN 2005  2009
Tabel 3. Peningkatan nilai tambah mineral logam
Tabel 4. Peningkatan nilai tambah mineral bukan logam

Referensi

Dokumen terkait

Pengawalan dan pengamanan tahanan pada setiap tahap sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 5, pasal 6, pasal 7 dan pasal g dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang

Dengan doa dan partisipasi aktif dari semua pihak, melalui serangkaian strategi yang akan dievaluasi pada berbagai tahapannya, diharapkan visi-misi yang dirumuskan dapat tercapai

Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan peranan penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan sifat komposit. Gabungan matriks dan serat dapat

Tahapan dalam membuat diagram pareto adalah (Tannady, 2015, p. Identifikasi masalah yang ingin dianalisa penyebab-penyebabnya. Analisa dan temukan faktor-faktor penyebab masalah

CDI merupakan sistem pengapian pada mesin pembakaran dalam dengan memanfaatkan energi yang disimpan didalam kapasitor yang digunakan untuk menghasilkan tegangan tinggi

Jika dilihat dari semua hasil frekuensi asam miristat dan dibandingkan dengan standar yaitu 0.9-1.5 maka dapat dipahami bahwa pada minyak yang Terserap dalam Pisang

Rumusan etika politik pancasila dengan demikian dapat di susun sebagai berikut : etika politik pancasila merupakan cabang dari filsafat politik pancasila sedangkan