PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP HASIL TES POTENSI AKADEMIK SISWA KELAS XII SMA NEGERI 21 MAKASSAR
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Diusulkan oleh:
MUHAMMAD FADLY HAFID C111 14 357
Pembimbing :
dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D., Sp.S.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
ii
SKRIPSI
Ditujukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran
Muhammad Fadly Hafid C111 14 357
Pembimbing:
dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D, Sp.S
UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR 2017
vii
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Hasil Tes Potensi Akademik Siswa Kelas XII SMA negeri 21 Makassar Tahun Pelajaran 2017/2018”. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Melalui kesempatan yang berharga ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Pimpinan dan staf Universitas Hasanuddin dan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Hasanuddin
2. Kepala Sekolah SMA Negeri 21 Makassar beserta guru-guru dan
siswa-siswi yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
3. dr. Muhammad Yunus Amran Ph.D., Sp.S. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini
4. Dr.dr. Susi Aulina, Sp.S (K) dan Dr. dr. Jumraini Tamasse, Sp.S
selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu, usaha, dan tenaga untuk membimbing kami menyelesaikan skripsi ini
5. Kedua orang tua tercinta, H. Abdul Hafid dan Hj. Patmawati Ibrahim,
S.Pd., untuk segala kasih sayang, doa, semangat, motivasi, dan dukungan yang tak ternilai harganya sehingga tersusunnya skripsi ini
viii terselesainya skripsi ini.
7. Seluruh keluarga dan dosen-dosen penulis yang juga telah memberikan
dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Grelvan Iftan Suangga, Fiqih Eka Putra, Muh. Anugrah Prasetya, Anastasio Harimba, A. Ayu Selvia, Kwan Silvea Kwandou, Arwidya Putri Mansur, Eka Amanda Faradillah, Reny Kartini, Amalia M. Akib, Nur Afifah, A. Amalia Yasmin dan Nurul Hasanah, sahabat seperjuangan yang selalu mendukung segalanya, yang rela mengorbankan waktu, daya, upaya dan tenaga sehingga terselesaikannya skripsi ini
9. Semua sahabat sejawat, sahabat, dan pihak-pihak lain yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu-persatu atas bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
ix
ini bisa bermanfaat. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 23 November 2017
x
NOVEMBER, 2017
Muhammad Fadly Hafid, C111 14 357 dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D., Sp.S.
Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Hasil Tes Potensi Akademik Siswa Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar Tahun Pelajaran 2017/2018 (xv + 57 halaman + lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang: Aromaterapi merupakan suatu cara perawatan tubuh dan penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial. Aromaterapi lavender merupakan salah satu jenis aromaterapi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis aromaterapi lainnya yaitu ekonomis, mudah diperoleh, aman dipergunakan, tidak memerlukan waktu lama dan praktis. Aromaterapi mampu memberikan sensasi menenangkan yang dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat dan emosi seseorang. Stabilnya kondisi psikis, daya ingat dan konsentrasi seseorang secara tidak langsung dapat meningkatkan konsentrasi. Konsentrasi yang meningkat akan memudahkan kita untuk fokus dalam mengerjakan sesuatu, salah satunya dalam mengerjakan tes. Tes Potensi Akademik (TPA) merupakan salah-satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap hasil TPA siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar tahun pelajaran 2017/2018.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan
rancangan one group pre-test and post-test group design. Cara pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling.
Hasil : Dengan uji T tidak berpasangan, tidak terdapat pengaruh signifikan antara jenis kelamin (p=0,688) dan umur (p=0,854) terhadap nilai Hasil TPA pertama dan kedua (p>0,05). Dengan uji T-berpasangan, didapatkan pengaruh yang signifikan antara pemberian aromaterpi lavender dengan Hasil TPA siswa kelas
XII SMA Negeri 21 Makassar tahun pelajaran 2017/2018 dengan nilai p=0,000
(p<0,05).
Simpulan : Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian aromaterapi
lavender terhadap hasil TPA siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar Tahun
Pelajaran 2017/2018. Sebanyak 89,3% sampel mengalami peningkatan nilai dari TPA pertama ke TPA kedua.
xi
NOVEMBER, 2017
Muhammad Fadly Hafid, C111 14 357 dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D, Sp.S.
The Effects of Lavender Aromatherapy towards Academic Potential Test Scores of Class XII Students of SMA Negeri 21 Makassar Academic Year of 2017/2018
(xv + 57 pages +attachment)
ABSTRACT
Background :Aromatherapy is a method of body care and disease treatment using essential oils. Lavender aromatherapy is one of a kind of aromatherapy which has several advantages compared to other types of aromatherapy, for example; economical, easy to obtain, safe to use, time efficient, and practical. Aromatherapy is able to deliver a relaxing sensation that can affect psychic condition, memory, and emotions of an individual. Stable psychic condition, memory, and concentration can indirectly increase concentration. Increased concentration will make it easier to focus on doing something, one of which is doing test. Academic Potential Test is a method of measuring general cognitive ability that is specifically designed to predict learning potential in college.
Objective : To know the effect of lavender aromatherapy towards Academic Potential Test scores of class XII students of SMA Negeri 21 Makassar academic year of 2017/2018
Method : The type of research method used in this study is experimental method
with one group pre-test and post-test group design. Sampling method used in this
study is cluster random sampling method.
Result : Using independent T test, it is found that there are no significant effects between gender (p=0,688) and age (p=0,854) towards the first and second Academic Potential Test scores (p>0,05). Using paired T test, this study found that there are significant effects between lavender aromatherapy application and potential academic test scores of class XII students of SMA Negeri 21 Makassar academic year of 2017/2018 with p value of p=0,000 (p<0,05).
Conclusion : There are significant effects between lavender aromatherapy application toward Academic Potential Test scores of class XII students of SMA Negeri 21 Makassar academic year of 2017/2018. As much as 89,3 samples experience an increased results from the first and the second Academic Potential Test.
xii
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN CETAK ... v
LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1
1.2.Rumusan Masalah ……….... 5
1.3.Tujuan Penelitian ………. 5
1.4.Manfaat Penelitian ………... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidung ... 7
2.2 Jalur Olfaktorius... 11
2.3 Sistem Limbik ... 13
2.4 Aromaterapi ... 16
xiii
3.2 Definisi Operasional ... 30
3.3 Hipotesis Penelitian ... 32
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 33
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
4.3 Variabel ... 33
4.4 Populasi dan Sampel ... 34
4.5 Kriteria Sampel ... 35
4.6 Instrumen Penelitian ... 35
4.7 Prosedur Penelitian ... 36
4.8 Cara Pengumpulan Data ... 38
4.9 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ... 38
4.10 Etika Penelitian ... 40
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN ... 41
BAB 6 PEMBAHASAN ... 48
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 52
7.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
xiv
Gambar 2.1: Rongga hidung tampak lateral ... 7
Gambar 2.2: Dinding lateral rongga hidung ... 8
Gambar 2.3: Pembagian bulbus olfaktorius ... 11
Gambar 2.4: Komponen sistem limbik ... 13
Gambar 2.5:Skema berbagai lintasan minyak esensial di dalam tubuh ... 24
Gambar 3.1: Kerangka teori ... 29
Gambar 3.2: Kerangka konsep ... 30
xv
Tabel 5.2: Uji Saphiro Wilk Data Selisih Nilai Tes Potensi Akademik Kedua dan
Tes Potensi Akademik Pertama pada Tiap Karakteristik ... 44
Tabel 5.3: Uji Homogenitas Data Selisih Nilai Tes Potensi Akademik Kedua dan Tes Potensi Akademik Pertama pada Tiap Karakteristik (Levene’s Statistics) ... 44
Tabel 5.4: Hasil Perhitungan Independent T Test (t-test for Equality of Means) ... 45
Tabel 5.5: Uji Normalitas Distribusi Data menggunakan Uji Saphiro-Wilk ... 46
Tabel 5.6: Hasil Perhitungan Paired T Test ... 47
Tabel 5.7: Distribusi Sampel Berdasarkan Peningkatan Nilai dari Tes Potensi Akademik Pertama ke Tes Potensi Akademik Kedua... 47
xvi
2. Surat Izin Penelitian
3. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik
4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
5. Data Induk Penelitian
6. Hasil Uji Statistik
7. Lembar Persetujuan Judul
8. Lembar Persetujuan Proposal
9. Lembar Persetujuan Hasil
10.
11.Soal Tes Potensi Akademik
12.Kuesioner Penelitian
13.Dokumentasi Penelitian
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan fisik dan emosi. Minyak atsiri adalah minyak alami yang di ambil dari tanaman aromatik. Seorang ahli pengobatan terkenal di India bernama Ayurveda, juga telah mencoba dengan menggunakan berbagai macam minyak esensial dalam praktek pengobatannya. Hal ini diakui oleh Hippokrates, tokoh kedokteran dari Yunani yang menyatakan bahwa mandi dan melakukan pemijatan dengan menggunakan bahan-bahan wewangian (minyak esensial) bisa menjadikan tubuh selalu segar dan tetap sehat. Pendapat senada juga dikemukakan pula oleh Theophrastus, bahwa kandungan zat aromatis yang terdapat dalam tanaman ternyata memeiliki respons yang baik terhadap kondisi pikiran, perasaan dan kesehatan tubuh (Jaelani, 2009).
Berbagai efek minyak atsiri yaitu sebagai antiseptik, antimikroba, antivirus,
dan anti jamur, zat analgesik, antiradang, antitoksin, zat balancing, immunostimulan,
pembunuh dan pengusir serangga, mukolitik dan ekspektoran. Minyak atsiri yang
bersifat analgesik (menghilangkan rasa sakit) adalah chamomile frankincense,
cengkih, wintergreen, lavender dan mint (Koensoemardiyah, 2009). Mekanisme
kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat dan emosi seseorang. Bau merupakan suatu molekul yang mudah menguap ke udara dan akan masuk ke rongga hidung melalui
penghirupan seingga akan direkam oleh otak sebagai proses penciuman (Yunita, 2010). Aromaterapi digunakan untuk menyembuhkan masalah pernafasan, rasa nyeri, gangguan pada saluran kencing, gangguan pada alat kelamin dan juga masalah mental dan emosional. Hal ini terjadi karena aromaterapi mampu memberikan sensasi yang menenangkan diri dan otak, serta stress yang dirasakan (Laila, 2011).
Ada berbagai jenis wewangian aromaterapi yang ada, yaitu basil, lavender, jasmine,
sandalwood, peppermint, ginger, lemon, orange, geranium dan masih banyak lagi. Setiap wangi-wangian tersebut memiliki kelebihan positif yang bermacam-macam. Misalnya, aroma lavender dipercaya dapat mengurangi rasa stres dan mengurangi kesulitan tidur (insomnia) (Prabuseenivasan S, 2006).
Kelebihan minyak lavender dibandingkan minyak essensial lainnya adalah kandungan racunnya yang relatif sangat rendah, jarang menimbulkan alergi (Yunita, 2010). Aromaterapi lavender memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis aromaterapi lainnya yaitu ekonomis, mudah diperoleh, aman digunakan, tidak memerlukan waktu lama dan praktis karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. Kombinasi terapi lavender dengan pengobatan medis akan meningkatkan kondisi pasien (Zelner, 2005). Minyak lavender merupakan salah satu minyak yang paling aman. Karenanya sering digunakan untuk mengobati infeksi paru-paru, sinus, vagina, dan kulit, juga meringankan sakit kepala, nyeri otot dan nyeri lainnya (Koensoemardiyah, 2009). Bunga yang digunakan untuk aromaterapi adalah lavendula atau biasa disebut lavender. Lavender adalah tumbuhan berbunga dalam suku lamiaceae yang memiliki 25-30 spesies. Lavender berasal dari wilayah selatan laut tengah Afrika tropis dan ke timur sampai India. Saat ini lavender telah ditanam dan dikembangkan di seluruh dunia. Tanaman cantik dan berbunga kecil berwarna
ungu ini memiliki khasiat yang sangat bermanfaat bagi manusia. Minyak
aromaterapi lavender dikenal sebagai minyak penenang, efek sedatif lavendula
angustifolia terjadi karena adanya senyawa-senyawa coumarin dalam minyak tersebut (Ogan,2005).
Dengan aromaterapi yang dapat berperan dalam merelaksasikan pikiran dan mengurangi rasa stres, hal tersebut tentunya berhubungan dengan keadaan emosi yang lebih teratur (Wilkinson dkk, 2007). Keadaan emosi manusia diatur oleh otak di dalam sistem limbik. Sistem limbik berbeda dengan lobus limbik. Lobus limbik
merupakan kesatuan struktur yang terdiri dari archicortex (formasi hipokampalis dan
girus dentatus), paleocortex (korteks piriformis dari girus hipokampalis anterior) dan
mesocortex (girus cinguli). Sedangkan sistem limbik gabungan lobus limbik dan nuklei subkortikal, yaitu amigdala, nuklei septales, hipotalamus, epitalamus, nukleus talamus dan ganglia basalis (Gray H, 2008).
Tes potensi merupakan salah-satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performansi maksimal) yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi. Karena hal itulah tes seperti ini biasanya dinamai Tes Potensi Akademik. Gagasan dasar dalam konstruksi Tes Potensi Akademik dominan mengikuti konsep
pengembangan Graduate Record Examinations (GRE) yang terdiri atas seksi Verbal
Reasoning (V), Quantitative Reasoning (Q) dan Analytical Writing (AW) (GRE Bulletin, 2008), dengan beberapa perubahan. Pada umumnya. Tes Potensi Akadernik di Indonesia terdiri atas tiga subtes yaitu subtes Verbal, subtes Kuantitatif, dan subtes Penalaran.
Berbeda dari isi tes prestasi yang disusun berdasar silabus mata pelajaran pada suatu jenjang pendidikan atau pelatihan yang lebih merupakan pengungkapan hasil pembelajaran, Tes Potensi Akademik tidak disusun berdasar silabus mata pelajaran dan karenanya keberhasilan menjawab soal dalam tes ini adalah minimal kaitannya dengan penguasaan isi pelajaran tertentu. Hal itu disebabkan konten soal-soal dalam tes potensi dikembangkan sedemikian rupa sehingga peluang keberhasilan untuk menjawab dengan benar lebih tergantung pada penggunaan daya penalaran (reasoning) baik logis (logical) maupun analitis (analytical) (Saifuddin Azwar, 2008). Maksimalnya penalaran seseorang tentu tak lepas dari konsentrasi seseorang dalam memjawab soal tersebut.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya daya serap siswa adalah konsentrasi. Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi (Sahid, 2012). Konsentrasi juga merupakan modal utama bagi siswa dalam menerima materi ajar serta menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Secara teoritis jika konsentrasi siswa rendah, maka akan menimbulkan aktivitas yang berkualitas rendah pula serta dapat menimbulkan ketidakseriusan dalam belajar. Ketidakseriusan itulah awal terbentuknya rasa malas dan bosan sehingga berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Asumsi tersebut didukung oleh telaah para ahli pendidikan yang menyatakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampun anak untuk melakukan konsentrasi (Surya, 2003). Banyak hal yang dapat mempengaruhi daya konsentrasi
seseorang, salah satunya yakni dengan pemberian aromaterapi. zat aromatis yang terdapat dalam tanaman ternyata memeiliki respons yang baik terhadap kondisi pikiran, perasaan, dan kesehatan tubuh (Jaelani, 2009).
Berdasarkan analisis tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pengaruh aromaterapi terhadap hasil Tes Potensi Akademik yang didasari oleh efek aromaterapi terhadap kondisi pikiran dan perasaan. Maka dari itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Aromaterapi
Lavender terhadap Hasil Tes Potensi Akademik Siswa Kelas XIISMA Negeri 21 Makassar Tahun Pelajaran 2017/2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan suatu masalah yaitu bagaimanakah pengaruh aromaterapi lavender terhadap hasil Tes Potensi Akademik siswa kelas XIISMA Negeri 21 Makassar tahun pelajaran 2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
1. Mendapatkan informasi tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap hasil Tes Potensi Akademik siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar tahun pelajaran 2017/2018.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui hasil Tes Potensi Akademik siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar tahun pelajaran 2017/2018 tanpa memakai aromaterapi lavender
2. Mengetahui hasil Tes Potensi Akademik siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar tahun pelajaran 2017/2018 dengan memakai aromaterapi lavender
3. Mengetahui selisih antara hasil Tes Potensi Akademik siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar tahun pelajaran 2017/2018 dengan dan tanpa memakai aromaterapi lavender.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi masyarakat
tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap peningkatan hasil Tes Potensi Akademik.
2. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, penelitian ini akan menjadi acuan dan
sumber bacaan untuk penelitian-penelitian berikutnya.
3. Bagi penulis, dapat dijadikan bahan masukan dan pembelajaran yang bermanfaat
untuk perkembangan keilmuan penulis.
4. Jika berpengaruh positif bagi peningkatan Tes Potensi Akademik, pemberian
aromaterapi lavender kepada siswa/siswi Sekolah Menegah Atas dapat dijadikan salah satu rekomendasi bagi kepala sekolah atau guru Sekolah Menengah Atas demi peningkatan kualitas pendidikan.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidung
2.1.1 Anatomi hidung
Gambar 2.1 Ronggaa hidung tampak lateral (Paulsen F. & J. Waschke., 2013)
2.1.1.1 Anatomi hidung luar
Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas; struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian: yang paling atas: kubah tulang yang tak dapat digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan ;
dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk
hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah : 1) pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum nasi), 3) puncak hidung (hip),4) ala nasi,5) kolumela dan 6) lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,jaringan ikat dan beberapa
otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari: 1) tulang hidung (os nasal), 2) prosesus frontalis os maksila dan3) prosesus nasalis os frontal; sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan 3) tepi anterior kartilago septum (Soetjipto D & Wardani RS,2007).
2.1.1.2 Anatomi hidung dalam
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari osinternum
di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari
nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior (Ballenger JJ,1994 ; Dhingra PL, 2007; Hilger PA,1997).
2.1.1.3 Vaskularisasi penghidu
Bagian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari a. ethmoid
anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis interna. Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilarisinterna, di antaranya adalah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina
yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki
rongga hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung
mendapat pendarahan dari cabang – cabang a.fasialis (Soetjipto D & Wardani RS,2007).
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang
a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor yang disebut pleksus Kiesselbach (Little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial
dan mudah cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis
(pendarahan hidung) terutama pada anak. (Soetjipto D & Wardani RS,2007)
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan
dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke
v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakanfaktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi hingga ke intracranial (Soetjipto D & Wardani RS,2007).
2.1.1.4 Persarafan penghidu
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.etmoidalisanterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari n.oftalmikus (N.V-1). Rongga hidung lannya, sebagian besar mendapat persarafan
sfenopalatinumselain memberikan persarafan sensoris juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima
serabut-serabut sensoris dari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis dari n.petrosus
superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n.petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media (Soetjipto D & Wardani RS,2007).
Nervus olfaktorius turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung (Dhingra PL, 2007 ; Soetjipto D & Wardani RS,2007).
2.1.2 Fisiologi penghidu
Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori fungsional, maka fungsifisiologis hidung dan sinus paranasal adalah: 1) fungsi respirasi untuk
mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi,
penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal; 2) fungsi penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius (penciuman) dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu; 3) fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang; 4) fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas; 5) refleks nasal (Soetjipto D & Wardani RS,2007).
2.2 Jalur Olfaktorius
Gambar 2.3 Pembagian bulbus olfaktorius (Gray H, 2008).
Nervus olfaktorius berasal dari reseptor neuron olfaktorius yang terdapat pada mukosa olfaktorius. Dari nervus olfaktorius, neuron menembus melewati foramina kribriformis pada tulang etmoidal. Sampailah pada tahap selanjutnya menuju bulbus olfaktorius. Kemudian neuron di bulbus olfaktorius melanjut ke posterior menuju traktus olfaktorius. Akhirnya, neuron tersebut sampai pada korteks olfaktorius (Gray H, 2008).
Terdapat enam lapisan bulbus olfaktorius, mulai dari superficial ke profundal, antara lain (Gray H, 2008):
1. Olfactory nerve fibre layer
Lapisan ini terdiri dari akson-akson yang tidak dilapisi oleh selubung myelin. Maka dari itu, pertumbuhan, maturitas, dan degenerasinya juga berbeda.
2. Layer of synaptic glomeruli and interglomerular spaces
Lapisan ini merupakan lapisan yang tipis. Pada lapisan ini, akson-akson akan terbagi-bagi untuk melakukan sinaps menjadi neuron sekunder. Neuron sekunder pada lapisan ini, antara lain mitral cell, tufted cell, dan periglomerular cell.
3. External plexiform layer
Lapisan ini berisikan dendrit sekunder mitral cell dan tufted cell. 4. Mitral cell layer
Lapisan ini berisi ganglion mitral cell. Masing-masing ganglion memberikan dendrit
tunggal ke glumerulus dan dendrit sekunder, sekaligus akson tungga ke traktus olfaktorius.
5. Granule cell layer
Lapisan ini berisi sel-sel granula yang berada di superficial dan profundal. 6. Internal plexiform layer
Lapisan ini berisi akson, rekuren, dan kolateral dari mitral cell, tufted cell, dan ganglion granula
Selanjutnya bulbus olfaktorius akan secara langsung menuju korteks olfaktorius tanpa melewati talamus. Bagian yang menerima proyeksi langsung dari bulbus olfaktorius, antara lain korteks piriformis, nukleus olfaktorius anterior, tuberkel olfaktorius, korteks entorhinal, girus insula, dan amigdala (Gray H, 2008).
Korteks entorhinal (area Brodmann 28) merupakan bagian terbesar yang
menerima proyeksi langsung dari bulbus olfaktorius. Korteks tersebut terbagi dua menjadi medial dan lateral (area Brodmann 28a dan 28b). Bulbus olfaktorius lebih cenderung menuju korteks entorhinal lateralis (Gray H, 2008).
2.3. Sistem Limbik
Gambar 2.4 Komponen sistem limbik (warna kuning). Aspek medial dari hemisfer
cerebri kiridengan beberapa area Brodmann (Gray H, 2008)
Kata limbik berasal dari kata limbus yang berarti pinggiran atau batas (Snell RS, 2002). Sistem limbik merupakan bagian suatu bagian besar dari kortek pada sisi medial otak. Sistem limbik berbeda dengan lobus limbik. Lobus limbik merupakan
kesatuan struktur yang terdiri dari archicortex (formasi hipokampalis dan girus
dentatus), paleocortex (korteks piriformis dari girus hipokampalis anterior),
mesocortex (girus cinguli) (Gray H, 2008). Formasi hipokampalis terdiri dari hipokampus, girus dentatus, kompleks subikular (subikulum, presubikulum, dan
parasubikulum) dan korteks entorhinal (area Brodmann 28) (Snell RS, 2002).
Sedangkan, sistem limbik gabungan lobus limbik dan nuklei subkortikal, yaitu amigdala, nuklei septales, hipotalamus, epitalamus, nukleus talamus, dan ganglia
basalis (Gray H, 2008). Semuanya memiliki hubungan kesatuan satu sama lain dan
juga memiliki hubungan yang erat dengan sistem olfaktorius (Seeley RR, dkk, 1989).
Pada sistem limbik terdapat juga yang dinamakan sirkuit Papez. Sirkuit Papez merupakan sirkuit yang menghubungkan hipokampus dengan girus cinguli melalui korpus mamilaris dan talamus anterior. Pada jalur ini mempunyai peran dalam fungsi mnemonik dan memori jangka pendek spasial (Gray H, 2008).
Girus cinguli terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu korteks prelimbik (area Brodmann 32), korteks infralimbik (area Brodmann 25), korteks cinguli anterior
(area Brodmann 23 dan 24), dan korteks cinguli posterior atau kortesks retrosplenial
(area Brodmann 29). Girus cinguli merupakan bagian dari otak yang memiliki
hubungan erat dengan lobus frontalis, yaitu pada area motorik dan area neokortikal. Selain itu, girus cinguli juga berkaitan dengan somatosensori dan asosiasi visual dari lobus parietal, lobus ocipital, dan lobus temporal. Semuanya itulah bergabung menjadi satu jalur dan menuju lobus temporalis medialis dan formasi hipokampalis. Girus cinguli merupakan salah satu aferen menuju daerah tersebut (Gray H, 2008).
Girus cinguli merupakan pengaturan munculnya rasa nyeri yang berhubungan
dengan regional cerebral blood flow (rCBF) yang diukur menggunakan positron
emission tomography (PET) atau functional magnetic resonance imaging (fMRI) (Gray H, 2008). Munculnya rasa nyeri merupakan suatu penjabaran luas yang terdiri dari kognitif, emosi, komponen motorik dan komponen autonom. Semuanya itu tidak selalu bisa diukur secara spesifik pada otak dengan merespon rasa nyeri melalui sinyal PET atau fMRI (Peyron R, dkk, 2000).
Girus parahipokampalis terdiri dari area Brodmann 27, 28 (korteks
parahipokampalis dengan girus cinguli sangatlah rumit. Pada kera, korteks
infralimbik (area Brodmann 25) memberi proyeksi ke area Brodmann 24a dan 24b.
Area Brodmann 25 juga memberikan reaksi timbal balik pada area Brodmann 28
(korteks entorhinal). Proyeksi area Brodmann 32 (korteks paralimbik) dan sistem
limbik kurang menonjol. Area Brodmann 24 dan 29 berhubungan dengan area
Brodmann 23 (Gray H, 2008). Hal tersebut digunakan untuk mengatur emosi, perilaku, motivasi, sensasi nyeri, gairah seks, perasaan takut dan marah, nafsu makan, dan juga memori (Snell RS, 2002).
Hipokampus merupakan suatu bagian dari otak substantia grisea yang melengkung dan berada di bagian kaudal kornu inferior ventrikel lateralis. Hipokampus diambil dari bentuknya yang seprti kuda laut. Posisi hipokampus berakhir pada bagian bawah dari splenium korpus kalosum (Snell RS, 2002).
Hubungan-hubungan aferen hipokampus terdiri dari berbagai macam sumber, yaitu (Snell RS, 2002):
1. Serabut dari girus cinguli
2. Serabut dari nuklei septales (nukleus dekat linea mediana dekat komisura anterior) dan berjalan di dalam forniks
3. Serabut dari hipokampus dari sisi kontralateral
4. Serabut dari indisum griseum yang berjalan dalam striae longitudinales 5. Serabut dari girus entorhinal
Hubungan-hubungan eferen hipokampus terdiri dari berbagai macam tujuan, yaitu (Snell RS, 2002):
1. Serabut berjalan ke posterior menuju komisura anterior, lalu korpus mamilaris, dan berakhir di nukleus medialis
2. Serabut berjalan ke posterior menuju komisura anterior dan berakhir di nukleus anterior talamus
3. Serabut berjalan ke posterior menuju komisura anterior dan masuk tegmentum mesenchepalon
4. Serabut berjalan ke anterior menuju komisura anterior dan berakhir pada nuclei septales, area preoptica lateralis, dan anterior hipotalamus
5. Serabut bergabung dengan stria medularis talamus dan menuju nukleus habenularis
Girus dentatus berada di antara hipokampus dan girus parahipokampus. Girus dentatus berbentuk pita pada substantia grisea yang bertakik-takik. Akhir dari girus ini terletak pada splenium korpus kalosum, yang kemudian melanjut sebagai indisum griseum. Pada sisi anterior, girus dentatus melanjut menjadi unkus. Indisum griseum adalah lapisan di superior dari korpus kalosum yang membungkus seluruh bagiannya. Terdapat dua striae (sisa dari substantia alba) pada sisi superficial indisum griseum, yaitu stria longitudinalis medialis dan lateralis (Wilkinson SM, dkk, 2007).
2.4 Aromaterapi
2.4.1 Aromaterapi Secara Umum
therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan. Sehingga aromaterapidapat diartikan sebagai: “suatu cara perawatan tubuh dan atau
penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial (essential oil)”
(Jaelani, 2009).
Aromaterapi adalah istilah modern untuk praktik yang sudah dilakukan ribuan tahun yang lalu, yang merupakan penatalaksanaan perawatan dan pengobatan menggunakan minyak esensial (Sunito, 2010). Aromaterapi adalah adalah praktek penyembuhan menggunakan bau-bauan murni sebagai penyembuhan alami (Datusanantyo & Robertus, 2009). Aromaterapi adalah sebuah disiplin menyeluruh yang menggunakan minyak esensial yang secara alami diekstrak dari tumbuh- tumbuhan karena efek terapetiknya (Danusanantyo & Robertus, 2009). Aromaterapi adalah pengobatan menyeluruh yang dianggap sebagai teknik perawatan tubuh dengan menggunkan minyak esensial yang diekstraksi dari tanaman (Tri Akoso & Galuh,2009).
Minyak esensial adalah minyak yang berasal dari saripati tumbuhan aromatis yang biasa disebut minyak atsiri. Minyak atsiri ini merupakan hormon atau life force tumbuhan, yang biasa didapat dengancara ekstraksi. Minyak esensial itu berefek sebagai antibakteri dan antivirus, juga merangsang kekebalan tubuh untuk melawan infeksi tersebut. Minyak esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakanhasil penyulingan dari bunga, buah, semak-semak, dan pohon (Sunito, 2010).
Aroma berpengaruh langsung terhadap otak manusia, seperti halnya narkotika. Hidung memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 aroma yang berbeda yang mempengaruhi dan itu terjadi tanpa disadari. Aroma
tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood, emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang- gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan yang rileks (Maifrisco,2008).
Aromaterapi mempunyai efek yang positif karena diketahui bahwa aroma yang segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat terhadap emosi. Aroma ditangkap oleh reseptor di hidung yang kemudian memberikan informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori maupun memberikan informasi juga ke hipotalamus yang merupakan pengatur system internal tubuh, termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi terhadap stress (Shinobi, 2008).
2.4.1.1Manfaat Aromaterapi
Manfaat Aromaterapi menurut Shinobi (2008) adalah :
a. Aromaterapi merupakan salah satu metoda perawatan yang tepat dan
efisien dalam menjaga tubuh tetap sehat.
b. Aromaterapi banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya untuk
membantu penyembuhan beragam penyakit, meskipun lebih ditujukan
sebagai terapi pendukung (supporttherapy)
c. Aromaterapi membantu meningkatakn stamina dan gairah seseorang,
walapun sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah dan semangat hidup
d. Aromaterapi dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani,
e. Aromaterapi mampu menghadirkan rasa percaya diri, sikap yang berwibawa, jiwa pemberani, sifat familiar, perasaan gembira, damai, juga suasana romantis.
f. Aromaterapi merupakan bahan antiseptik dan antibakteri alami yang dapat
menjadikan makanan ataupun jasad renik menjadi lebih awet.
2.4.1.2Efek Aromaterapi
Minyak esensial memiliki peran amat penting bagi perkembangan kesehatan saat ini, yaitu sebagai sumber obat-obatan alami yang aman dan murah, melalui metode aromaterapi. Hal ini cukup beralasan, karena pada minyak esensial terdapat kandungan kimia bahan aktif yang memiliki khasiat dan efek yang cepat dalam membantu penyembuhan penyakit. Bahan-bahan aktif dalam minyak esensial ini juga merupakan sediaan kosmetika yang efektif dan praktis.
Adapun efektivitas kimia bahan aktif minyak esensial tersebut dapat dijelaskan melalui mekanisme menurut Sunito (2010) sebagai berikut:
a. Butiran Molekulnya sangat kecil dengan mudah dapat diserap melalui
aliran darah hingga pembuluh kapiler darah di seluruh jaringan tubuh. Zat-zat aktif yang terdapat dalam minyak esensial ini kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, sehingga akan lebih mudah mencapai sasaran lokasi yang akan diobati (targetsite).
b. Minyak esensial juga memiliki sifat mudah larut dalam lemak, sehingga
dengan mudah terserap ke dalam lapisan kulit dan lapisan kulit yang
ada di bawahnya (subkutan) bila dioleskan atau digosokkan.
c. Minyak esensial mampu meredakan ketegangan pada otot-otot yang
berlebihan.
d. Efek dari zat aktifnya dapat mempengaruhi lapisan dinding usus secara
langsung, selaput lendir, dan otot-otot pada dinding usus di sekitarnya bila dikonsumsi secara internal melaluioral.
e. Minyak esensial juga mampu mempengaruhi impuls dan refleks saraf
yang diterima oleh ujung-ujung reseptor saraf pada lapisan terluar dari kulit, dibawah lapisan epidermis. Selain itu, minyak ini dapat mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak melalui sistem saraf yang berhubungan dengan indera penciuman. Respons ini akan dapat merangsang peningkatan produksi masa penghantar saraf otak (neurotransmitter), yaitu yang berkaitan dengan pemulihan kondisi psikis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dankeinginan).
f. Efek medis minyak esensial juga mampu mempengaruhi kelenjar getah
bening. Dalam hal ini, efektifitas zat-zat aktifnya dapat membantu produksi prostaglandin yang berperan penting dalam meregulasi tekanan darah, pengendalian rasa sakit, serta keseimbanganhormonal.
g. Minyak esensial juga ikut membantu kinerja enzim, antara lain, enzim
pencernaan yang berperan dalam menstimulasi nafsu makan; asam hidrokhlorik, pepsin, musin dan substansi lain yang ada dilambung.
2.4.1.3Sifat-sifat yang terkandung dalam minyakesensial
Sifat-sifat yang terkandung dalam minyak esensial lavender yaitu sebagai antiseptik, antidepresan, meringankan stres dan sulit tidur, mengatasi gigitan serangga (Sunito, 2010).
2.4.1.4Bentuk-bentuk aromaterapi
Bentuk aromaterapi yang banyak ditemukan adalah aromaterapi berbentuk lilin dan dupa (incense stick dan incense cone). Adapula yang berbentuk minyak esensial tapi umumnya tidak murni, hanya beberapa persen saja menurut Sunito (2010) sebagai berikut :
a. Dupa
Dibuat dari bubuk akar yang dicampur minyak esensial III cara penggunaanya adalah dengan cara dibakar.
b. Lilin
Biasanya lilin aromaterapi wanginya itu-itu saja, misalnya sandalwood dan lavender. Sebab, sejumlah minyak esensial tertentu membuat lilin sulit membeku. Bahan baku lilin itu kemudian dicampur dengan beberapa tetes minyak esensial grade III. Kualitas lilin di pasaran berbeda-beda. Cara sederhana untuk mengetahuinya adalah mencoba membakarnya lebih dahulu, lilin yang bagus tak mudah meleleh dan asapnya tidak hitam.
c. Minyak Esensial
Minyak esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil penyulingan dari bunga, buah, semak-semak, dan pohon (Sunito, 2010).
2.4.1.5Cara menggunakan aromaterapi
Cara menggunakan minyak esensial menurut Jaelani (2009) :
a. Kompres
Kompres adalah salah satu upaya dalam mengatasi kondisi fisik dengan cara memanipulasi suhu tubuh atau dengan memblokir efek rasa sakit . Caranya adalah dengan menambahkan 3-6 tetes minyak esensial pada setengah liter air. Masukan handuk kecil pada air tersebut dan peras. Lalu, letakkan handuk tersebut pada wilayah yang diinginkan. Bisa juga untuk mengompres wajah dengan menambahkan 2 tetes minyak esensial pada satu mangkuk air hangat. Masukan kain atau handuk kecil pada air atau larutan dan peras. Letakan pada wajah selama beberapa menit. Ulangi cara tersebut selama tigakali.
b. Pemijatan/ Massage
Pemijatan/ massage termasuk salah satu cara terapi yang
sudah berumur tua. Meskipun metode ini tergolong sederhana, namun cara terapi ini masih sering digunakan. Caranya adalah dengan menggunakan 7-10 tetes minyak esensial yang sejenis dalam 10-14 tetes minyak dasar, atau tiga kali dari dosis tersebut bila menggunakan tiga macam minyak esensial. Cara pemijatan ini
dapat dilakukan dengan suatu gerakan khusus melalui petrissage
dan belaian) friction (gerakan menekan dengan cara memutar-mutarkan telapak tangan atau jari).
c. Streaming
Streaming merupakan salah satu cara alami untuk mendapatkan uap aromatis melalui penguapan air panas. Dalam terapi ini, setidaknya digunakan 3-5 tetes minyak esensial dalm 250 ml air panas. Tutuplah kepala dan mangkok dengan handuk, sambil muka ditundukkan selama 10-15 menit hingga uap panas mengenai muka.
d. Hirup atau Inhalasi
Adapun maksud dari terapi ini adalah untuk menyalurkan khasiat zat-zat yang dihasilkan oleh minyak esensial secara langsung atau melalui alat bantu aromaterapi, seperti tabung inhaler dan spray, anglo, lilin, kapas, tisu ataupun pemanas elektrik. Zat-zat yang dihasilkan dapat berupa gas, tetes-tetes uap yang halus, asap, serta uap sublimasi yang akan terhirup lewat hidung dan tertelan lewat mulut. Hirup selama menit 15-30 menit.
2.4.2 Aromaterapi Lavender 2.4.2.1 Definisi
Aromaterapi lavender adalah aromaterapi yang menggunakan bunga lavendula atau biasa disebut lavender, yang memiliki zat aktif berupa linaloolacetatedan linalylacetate yang dapat berefek sebagai analgesik (Wolfgang & Michaela, 2008). Kelebihan minyak lavender dibandingkan minyak essensial lainnya adalah kandungan racunnya yang relatif sangat rendah, jarang menimbulkan alergi (Yunita, 2010). Aromaterapi lavender memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis aromaterapi lainnya yaitu ekonomis, mudah diperoleh, aman dipergunakan, tidak memerlukan waktu lama dan praktis karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. Kombinasi terapi lavender dengan pengobatan medis akan meningkatkan kondisi klien (Zelner, 2005).Minyak lavender berbau manis, floral, sangat herbal dan mempunyai tambahan bau seperti balsam. Minyak lavender merupakan salah satu minyak yang paling aman. Karenanya sering digunakan untuk mengobati infeksiparu-paru, sinus, vagina, dan kulit, juga meringankan sakit kepala, nyeri otot dan nyeri lainnya (Koensoemardiyah, 2009). Bunga yang digunakan untuk aromaterapi adalah lavendula atau biasa disebut lavender. Lavender adalah tumbuhan berbunga dalam suku lamiaceae yang memiliki 25-30 spesies. Lavender berasal dari wilayah selatan laut tengah Afrika tropis dan ke timur sampai India. Saat ini lavender telah ditanam dan dikembangkan di seluruh dunia. Tanaman cantik dan berbunga kecil berwarna ungu ini memiliki khasiat yang sangat bermanfaat bagi manusia. Minyak aromaterapi lavender dikenal sebagai minyak penenang, efek
dalam minyak tersebut (Ogan, 2005).
2.4.2.2Tujuan
Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki efek sedatif, hypnotic, dan anti-neurodepresive baik pada hewan maupun pada manusia. Karena minyak lavender dapat memberikan rasa tenang, sehingga dapat digunakan sebagai manajemen stress. Kandungan utama dalam minyak lavender adalah linalool asetat yang mampu mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat
syaraf dan otot-otot yang tegang. Linalool juga menujukkan efek hipnotic dan
anticonvulsive, karena khasiat inilah bunga lavender sangat baik digunakan sebagai aromaterapi. Selain itu beberapa tetes minyak lavender dapat membantu
menanggulangi insomnia, memperbaiki mood seseorang, menurunkan tingkat
kecemasan, meningkatkan tingkat kewaspadaan, dan tentunya dapat memberikan efek relaksasi (Yamada,2005).
Aromaterapi lavender berasal dari bagian bunga dan kelopak bunga yang berkasiat untuk mengharmoniskan, meredakan, menyeimbangkan, menyegarkan, merilekskan dan menenangkan. Minyak lavender digunakan untuk membantu dalam meringankan rasa mudah marah, gelisah, nyeri, stres, meringankan otot pegal, gigitan, sengatan, sebagai antiseptik, menyembuhkan insomnia, sakit kepala dan dapat digunakan secara langsung pada rasa sakit dari luka bakar atau melepuh ringan (Sharma, 2009).
2.5 Tes Potensi Akademik
Tes potensi merupakan salah-satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performansi maksimal) yang
tinggi, karena itulah tes seperti ini biasanya dinamai Tes Potensi Akademik. Gagasan dasar dalam konstruksi Tes Potensi Akademik sedikit-banyak mengikuti konsep
pengembangan Graduate Record Examinations (GRE) yang terdiri atas seksi Verbal
Reasoning (V). Quantitative Reasoning (Q), dan Analytical Writing (AW) (GRE Bulletin, 2008), dengan beberapa perubahan. Pada umumnya. Tes Potensi Akadernik di Indonesia terdiri atas tiga subtes yaitu subtes Verbal, subtes Kuantitatif, dan subtes Penalaran.
Berbeda dari isi tes prestasi yang disusun berdasar silabus mata pelajaran pada suatu jenjang pendidikan atau pelatihan yang lebih merupakan pengungkapan hasil pembelajaran, Tes Potensi Akademik tidak disusun berdasar silabus mata pelajaran dan karenanya keberhasilan menjawab soal dalarn tes ini adalah minimal kaitannya dengan penguasaan isi pelajaran tertentu. Hal itu disebabkan konten soal-soal dalam tes potensi dikembangkan sedemikian rupa sehingga peluang keberhasilan untuk menjawab dengan benar lebih tergantung pada penggunaan daya penalaran (reasoning) baik logis (logical) maupun analitis (analytical). Sebagai contoh, soal-soal Geometrika dalam Tes Potensi Akademik dapat dijawab tanpa mengandalkan penguasaan rumus-rumus geometrika yang rumit. Soal Aritmetika dalam Tes Potensi Akademik juga tidak memerlukan penggunaan rumus matematika namun lebih mengandalkan pada penalaran dan strategi pemecahan masalah kuantitatif yang bersifat umum sedangkan soal Konsep Aijabar mengungkap pemahaman akan konsep-konsep dasar aljabar bukan kemahiran dalam menggunakan rumus-rumus komputasinya. Berkaitan dengan penggunaan Tes Potensi Akademik untuk tujuan seleksi, aspek validitas (khususnya validitas prediktif) menjadi penting demi akurasi prediksi sedangkan masalah bebas bias menjadi penting untuk tercapainya fairness
sebagaimana dikatakan oleh para ahli bahwa untuk berfungsi secara efektif tes
haruslah memiliki minimal tiga kualitas yaitu reliabel, valid, dan unbiased (Zucker,
29
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN
3.2 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
3.2.1 Kerangka Teori
Gambar 3.1 Kerangka Teori Aromaterapi lavender dengan zat
aktif linalool asetat
Menstabilkan emosi
Nostril Cavum nasi
Bulbus olfactorius Tractus olfactorius
Trigonum olfactorius Korteks enthorinal
Sistem limbik
Meningkatkan motivasi Menurunkan perasaan
takut dan marah
Meningkatkan konsentrasi Otak
Membuat perasaan tenang
Gamma aminobutyric acid
Neuron-neuron di Amigdala & Hipocampus terhambat
Sumber: dikembangkan dari Price, 1997; Price & Wilson, 2006; Snyder & Lindquist, 2002; Primadiati, 2002; Crisp & Taylor, 2001
3.2.2 Kerangka Konsep
Keterangan:
= Confounding factor
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
3.3 Definisi Operasional Aromaterapi Lavender
Definisi : Suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit
dengan menggunakan minyak esensial (essential oil) (Jaelani,
2009) yang beraroma lavender. Stopwatch digunakan untuk
mengukur lamanya pemberian aromaterapi pada salah satu kelompok sampel. Lamanya pemberian aromaterapi yaitu 15-30 menit.
Tingginya hasil Tes Potensi Akademik Diberikan aromaterapi
lavender dengan metode hirup selama 15-30 menit
sebelum tes
Tes Potensi Akademik pada siswa/i kelas XII SMA Negeri 21 Makassar
Konsentrasi meningkat
1. Terdapat gangguan menghidu
2. Tidak suka bau aromaterapi
lavender
3. Alergi bau aromaterapi lavender
4. Tidak sarapan
Skala ukur : Kategorikal
Kategori :
1. Menggunakan aromaterapi lavender
2. Tanpa menggunakan aromaterapi lavender
Tes Potensi Akademik Pertama
Defenisi : Tes Potensi Akademik merupakan salah-satu bentuk
pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performansi maksimal) yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi (Zuzker, 2003).
Alat Ukur : Tes Potensi Akademik sesuai Sesuai dengan standar Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang terdiri atas 45 soal yang terbagi atas 3 subtes, yaitu tes kemampuan verbal sebanyak 15 soal, tes kemampuan numerik sebanyak 15 soal dan tes kemampuan figural sebanyak 15 soal.
Cara Ukur : Dengan menjawab 45 soal Tes Potensi Akademik selama 45
menit.
Skala Ukur : Numerikal
Tes Potensi Akademik Kedua
Defenisi : Tes Potensi Akademik merupakan salah-satu bentuk
pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performansi maksimal) yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi (Zuzker, 2003).
Alat Ukur : Tes Potensi Akademik sesuai Sesuai dengan standar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang terdiri atas 45 soal yang terbagi atas 3 subtes, yaitu tes kemampuan verbal sebanyak 15 soal, tes kemampuan numerik sebanyak 15 soal dan tes kemampuan figural sebanyak 15 soal.
Cara Ukur : Dengan menjawab 45 soal Tes Potensi Akademik selama 45
menit. Pada Tes Potensi Akademik kedua, sampel diberi aromaterapi lavender dengan metode uap selama 30 menit sebelum melakukan tes.
Skala Ukur : Numerikal
Kurang Tidur
Defenisi : Kurang tidur (sleep deprivation) adalah situasi dimana
seorang individu tidak dapat mencapai waktu tidur ≥6 jam
perhari. Penyebab kurang tidur bisa psikologis dan fisik atau gabungan dari keduanya. (Lili Garliah, 2009)
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Menganilis hasil kuesioner yang telah diisi oleh sampel
Skala Ukur : Numerikal
Hasil : Seseorang dikatakan kurang tidur apabila waktu tidur kurang
dari 6 jam.
3.4 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotetsis penulis pada penelitian ini adalah:
Pemberian aromtarerapi lavender berpengaruh terhadap hasil Tes Potensi Akademik.
33
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan rancangan one group pre-test and post-test group design. Pada penelitian ini, peneliti akan melihat ada tidaknya pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap hasil Tes Potensi Akademik siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar.
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 21 di Kota Makassar, Sulawesi Selatandan analisis sampel dilakukan di Universitas Hasanuddin. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 3 bulan, yakni mulai dari 22 Agustus 2017-22 November 2107.
4.3 Variabel
4.3.1 Variabel dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Tes Potensi Akademik. 4.3.2 Variabel independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah aromaterapi lavender.
Tes Potensi Akademik 1 (Tanpa pemberian
aromaterapi)
Jeda hari (Sesuai kesepakatan jadwal dengan pihak SMA Negeri 21 Makassar)
Tes Potensi Akademik 2 (Dengan pemberian
4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa/i Kelas XIISMA Negeri 21 Makassar, Sulawesi Selatan.
4.4.2 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah dua kelas pada kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang dipilih secara acak, yang dianggap mewakili populasinya. Menurut Federer (1963), untuk penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap, acak kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan: (t-1) (r-1) > 15 (2-1) (r-1) > 15 (r-1) > 15/1 r > 15+1 r > 16
dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan
r = jumlah replikasi
Sehingga jika berdasarkan rumus tersebut maka r yang didapatkan adalah 16 orang perkelompok sampel, sehingga pada penelitian ini setidaknya peneliti harus mengambil data dari sampel sekurang-kurangnya sejumlah 16 orang pada kelompok yang menjadi sampel.
4.4.3 Teknik Sampling
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster
4.5 Kriteria Sampel
4.5.1 Kriteria Inklusi
Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar Sulawesi Selatan yang bersedia menjadi sampel penelitian.
4.5.2 Kriteria Eksklusi
a. Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang tidak hadir pada saat
penelitian dilakukan.
b. Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang memiliki gangguan
menghidu.
c. Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang tidak menyukai bau
aromaterapi lavender.
d. Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang alergi terhadap
aromaterapi lavender.
e. Siswa/i kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang pernah melakukan Tes
Potensi Akademik sebelumnya.
f. Siswa/i kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang kurang tidur.
g. Siswa/i kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang tidak sarapan.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Empat set alat aromaterapi lavender yang masing masingterdiri atas 5 ml
aromaterapi lavender beserta beserta alat pemanas aromaterapi.
2. Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan Tes Potensi Akademik
a. 90 rangkap soal Tes Potensi Akademik
b. 90 rangkap lembar jawaban Tes Potensi Akademik
3. Peralatan penunjang lainnya :
a. 1 buah ruang Kelas
b. Alat dokumentasi
c. Stopwatch
d. Bingkisan hadiah
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Tahap persiapan
Pada tahap persiapan penelitian, dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Peneliti menyusun proposal penelitian.
2. Peneliti mengajukan proposal kepada pembimbing.
3. Peneliti mengusulkan perizinan berupa izin etik penelitian dan perizinan pengambilan sampel penelitian di lokasi pengambilan sampel.
4. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian untuk pengambilan sampel
penelitian.
5. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam analisis
sampel penelitian. 4.7.2 Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Peneliti mengunjungi SMA Negeri 21 Makassar sebagai lokasi
2. Peneliti melakukan sosialisasi dan pengambilan data identitas siswa yang diperoleh dari guru di sekolah.
3. Peneliti memilih kelompok yang dijadikan sebagai sampel penelitian.
Peneliti memberikan Tes Potensi Akademik sebanyak dua kali kepada sampel
I. Pertama, peneliti memberikan instruksi untuk mengerjakan Tes Potensi
Akademik tanpa memberikan pemberitahuan sebelumnya.
II. Kedua, jeda sehari setelah Tes Potensi Akademik Pertama, peneliti juga memberikan instruksi untuk melakukan Tes Potensi Akademik juga tanpa memberikan pemberitahuan sebelumnya, akan tetapi sebelum masuk ke ruangan tes, peneliti telah memasang 4 buah alat pemanas aromaterapi yang berisi aromaterapi lavender pada tiap sudut ruangan. Peserta diberi aromaterapi selama 30 menit sebelum melakukan Tes Potensi Akademik. Dibutuhkan waktu sekitar 15-30 menit untuk aromaterapi tersebut dihirup hingga dipersepsi oleh otak (Jaelani, 2009).
4. Peneliti meminta kesediaan partisipan untuk melakukan Tes Potensi
Akademik.
5. Peneliti menjelaskan prosedur pelaksanaan Tes Potensi Akademik kepada
siswa/i yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
6. Pada pelaksanaan tes kedua, peneliti mengumumkan sekaligus memberi
bingkisan kepada partisipan yang meraih nilai tertinggi pada saat Tes Potensi Akademik Pertama sebagai bentuk apresiasi penulis kepada kesungguhan sampel.
8. Pengolahan data selesai dan data hasil tes siap dilaporkan
4.7.3 Tahap pelaporan
Pada tahap pelaporan penelitian, dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Peneliti mengumpulkan data hasil pemeriksaan.
2. Peneliti melakukan pengolahan dan penyajian data hasil penelitian.
3. Peneliti melakukan evaluasi dan pembahasan hasil data penelitian bersama
pembimbing.
4. Penulis melakukan penarikan kesimpulan dan saran dari penelitian.
5. Peneliti menyusun laporan penelitian.
6. Peneliti mencetak hasil penelitian.
7. Peneliti melakukan ujian hasil penelitian
8. Peneliti membuat publikasi penelitian.
4.8 Cara Pengumpulan Data
Berdasarkan cara memperoleh data, jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu berupa hasil Tes Potensi Akademik dari siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang berasal dari dua kelompok berbeda dan dengan dua perlakuan berbeda pula.
4.9 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data
4.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
4.9.2 Analisis Data
Sebelum dilakukan analisa data dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran data. Data selanjutnya diberi kode, ditabulasi, dan dimasukkan ke dalam komputer.
4.9.2.1. Analisa Data Pengaruh Karakteristik Tertentu terhadap Hasil Tes
Potensi Akademik Pertama dan Kedua
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan selisih nilai Tes Potensi Akademik kedua dan Tes Potensi Akademik pertama pada tiap karakteristik. Normalitas distribusi data dianalisis dengan uji Saphiro-Wilk. Uji ini dipilih dikarenakan besar sampel dalam penelitian ini termasuk sampel kecil (<50 subjek). Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah variansi antara kelompok yang diuji berbeda atau tidak, variansinya homogen
atau heterogen. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan Levene’s
Statistics
Apabila uji normalitas menunjukkan sebaran data yang normal dan homogen,
uji hipotesis menggunakan Independent T test dan apabila uji normalitas
menunjukkan sebaran data yang tidak normal, uji hipotesis menggunakan uji Mann Whitney.
4.9.2.2. Analisa Data Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Hasil Tes
Potensi Akademik
Analisa data meliputi analisis deskriptif dan uji hipotesis. Pada analisis deskriptif data berskala kategorikal adalah aromaterapi lavender dan berskala numerik adalah Tes Potensi Akademik. Normalitas distribusi data dianalisis
dengan uji Saphiro-Wilk. Uji ini dipilih dikarenakan besar sampel dalam penelitian ini termasuk sampel kecil (<50 subjek).
Apabila uji normalitas menunjukkan sebaran data yang normal, uji hipotesis
menggunakan paired T test. Dan apabila uji normalitas menunjukkan sebaran data
yang tidak normal, uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon. Kedua uji ini dipilih
karena membandingkan sampel dengan 2 perlakuan berbeda, yaitu proporsi tanpa dan selama perlakuan pada populasi tunggal.
4.9.2 Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis, lalu disajikan dalam bentuk tabel distribusi disertai penjelasan yang disusun dalam bentuk narasi.
4.10 Etika Penelitian
1. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada
beberapa institusi terkait.
2. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari hasil tes dengan tidak menuliskan nama pasien, tetapi hanya berupa inisial.
41
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN
5.1 Deskripsi Umum
Penelitian ini telah dilakukan pada siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar Tahun Pelajaran 2017/2018. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik cluster random sampling. Penelitian ini mendapat izin
penelitian dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan dan SMA Negeri 21 Makassar. Pengambilan data dimulai pada tanggal 6 Oktober 2017 hingga 2 November 2017. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data primer dari hasil Tes Potensi Akademik siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar. Tes dilakukan sebanyak 2 kali. Pada tes pertama, peneliti memberikan instruksi untuk mengerjakan Tes Potensi Akademik tanpa memberikan pemberitahuan sebelumnya. Pada tes kedua, jeda sehari setelah Tes Potensi Akademik Pertama, peneliti juga memberikan instruksi untuk melakukan Tes Potensi Akademik tanpa memberikan pemberitahuan sebelumnya dan dengan soal berbeda, akan tetapi sebelum masuk ke ruangan tes, peneliti telah memasang 4 buah alat pemanas aromaterapi yang berisi aromaterapi lavender pada tiap sudut ruangan. Peserta akan diberi aromaterapi selama 30 menit sebelum melakukan Tes Potensi Akademik. Penelitian ini mengangkat variabel penelitian yaitu variabel dependen berupa hasil Tes Potensi Akademik (TPA) dan variabel independen berupa pemberian aromaterapi lavender.
Soal Tes Potensi Akademik diperoleh dari Soal SBMPTN tahun 2013. Terdapat masing-masing 5 macam kode soal pada Tes Potensi Akademik pertama dan kedua. Kode soal dibagi atas kode 1, 2 3, 4 dan 5. Semua soal memiliki konten yang sama. Tes Potensi Akademik berbentuk pilihan ganda sebanyak 45 soal dan terbagi atas 3 subtes, yaitu tes kemampuan verbal, tes kemampuan numerik dan tes kemampuan figural.
Pada penelitian ini, didapatkan sebanyak 87 sampel. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 28 sampel. Sebelum melakukan penelitian,
seluruh sampel dimintai kesediaannya dengan mengisi informed consent.
5.2 Analisis Univariat
Sebelum dilakukan analisa data, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran data. Data selanjutnya diberi kode, ditabulasi, dan dimasukkan ke dalam komputer. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 21 untuk mengetahui karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi
No Karakteristik Frekuensi (N:28) Persentasi (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki 7 25 Perempuan 21 75 2 Umur 16 8 28,57 17 20 71,43
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin sampel pada penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin perempuan yakni sebanyak 21 orang (75%) dan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang (25%).
Pada tabel tersebut, dapat pula diketahui bahwa usia sampel terbanyak berada pada usia 17 tahun yakni seanyak 20 orang (28,57%), dan umur 16 tahun sebanyak 8 orang (28,57%). Tidak ada perbedaan umur (dalam tahun) pada sampel saat melakukan tes pertama dan kedua.
5.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah suatu proses analisa data yang bertujuan untuk mengetahui hubungan suatu faktor dependen terhadap faktor independen yang diteliti. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap hasil Tes Potensi Akademik Siswa Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan mengnalisa hasil Tes Potensi Akademik pertama dan kedua.
5.2.1 Pengaruh Karakteristik Penelitian terhadap Hasil Tes Potensi Akademik Pertama dan Kedua
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh karakteristik tertentu terhadap Hasil Tes Potensi Akademik pertama dan kedua, analisis yang digunakan adalah independent T test. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan selisih nilai Tes Potensi Akademik kedua dan Tes Potensi Akademik pertama pada tiap karakteristik. Namun sebagai prasyarat analisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan
rumus Saphiro Wilk dan uji homogenitas dengan rumus Levene statistic dengan