• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANTUAN TEKNIS RPI2JM Kabupaten Deli Serdang DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BANTUAN TEKNIS RPI2JM Kabupaten Deli Serdang DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 1

Dukungan kajian analisis terhadap aspek-aspek lingkungan dan sosial pada RPI2-JM bidang Cipta Karya dibutuhkan untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

8.1. ASPEK LINGKUNGAN

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis; 5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Adapun tugas dan wewenang pemerintah kab/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal. 8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KHLS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang

Bab

.8

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA

KARYA DI KABUPATEN DELI SERDANG

(2)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 2

sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1. RPI2-JMmembutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadika sebag alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. ordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

Bagian ini berisikan

quick assement

KLHS RPI2-JM. Diagram alir pentahapan pelaksanaan KLHS adalah sebagai berikut :

Gambar 8.1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS

(3)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 3

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti:

(1) Perubahan iklim,

(2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahankeanekaragaman hayati,

(3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

(4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

(6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

(7) Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

8.1.2. Amdal, UKP-UPL dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan HidupNo. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008.

Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Adapun jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel 8.1. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total

> 10 ha > 100.000 ton b. TPA di daerah pasang surut:

- luas landfill, atau - Kapasitas Total

semua kapasitas/ besaran

c. Pembangunan transfer station:

- Kapasitas > 500 ton/hari d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:

- Kapasitas > 500 ton/hari e. Pengolahan dengan insinerator:

(4)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 4

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran - Kapasitas semua kapasitas f. Composting Plant:

- Kapasitas > 500 ton/hari g. Transportasi sampah dengan kereta api:

- Kapasitas > 500 ton/hari B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas > 25 ha b. Kota besar, luas > 50 ha c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha C. Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang: -Luas, atau

-Kapasitasnya

> 2 ha > 11 m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:

-Luas, atau -Kapasitasnya

> 3 ha > 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

-Luas layanan, atau -Debit air limbah

> 500 ha > 16.000 m3/hari D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di

permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km b. Kota sedang, panjang: > 10 km E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi

-Luas layanan > 500 ha b. Pembangunan jaringan transmisi

- panjang > 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL.

(5)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 5

Tabel 8.2. Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled

landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:  Luas kawasan, atau < 10 Ha

 Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut

 Luas landfill, atau < 5 Ha  Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station

 Kapasitas < 1.000 ton/hari

iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu  Kapasitas < 500 ton

v. Pembangunan Incenerator  Kapasitas < 500 ton/hari

vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos  Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

b. Air Limbah

Domestik/Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

 Luas < 2 ha

 Atau kapasitas < 11 m3/hari

ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah  Luas < 3 ha

 Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman

 Luas < 500 ha

 Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari c. Drainase Permukaan

Perkotaan

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder  Panjang < 5 km

ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

 Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:

 luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi

 Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km  Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km  Pedesaan, Panjang : -

iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

 Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps  Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

 Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps

(6)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 6

e. Pembangunan Gedung i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,

perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung

(7)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 7

pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

f. Pengembangan kawasan permukiman baru

i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan Kualitas Permukiman

i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;  Luas kawasan: < 10 ha

ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

 Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

Luas kawasan: < 10 ha h. Penanganan Kawasan

Kumuh Perkotaan

i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

Luas kawasan: < 5 ha

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.10 Tahun 2008

8.2. ASPEK SOSIAL

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan

(8)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 8

serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut :

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Tugas dan Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota. b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Secara umum upaya-upaya yang dapat dilaksanakan terhadap aspek sosial pada Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya adalah:

1. Advokasi masyarakat untuk menimbulkan keyakinan bahwa pembangunan Bidang Cipta Karya adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum.

2. Sosialisasi program pengamanan kegiatan ekonomi atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat, yaitu program re-settlement (pemukiman kembali) atau konsolidasi lahan.

3. Kesepakatan pemukiman kembali atau konsolidasi lahan atas masyarakat yang lahannya digunakan oleh pembangunan bidang Cipta Karya.

4. Pengamanan kegiatan produktif masyarakat yang lahannya terkena pembangunan Bidang Cipta Karya.

5. Pengamanan sistem ekonomi lokal, pada wilayah yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta karya atau lahannya digunakan untuk pembangunan tersebut.

6. Kesepakatan kompensasi atas kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan ataupun biaya penggantian lahan atas lahan yang digunakan untuk pembangunan kegiatan-kegiatan Bidang Cipta Karya.

(9)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 9

7. Pemberdayaan ekonomi kelompok masyarakat yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta Karya.

8. Sosialisasi program pengamanan sosial atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat

A. Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali

Kegiatan Safeguard Pengadaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun.

Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, memperbaiki pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak kegiatan pengadaan tanah.

Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk kegiatan RPI2JM mengacu pada prinsip-prinsip berikut:

1. Transparan, kegiatan harus diinformasikan secara transparan kepada pihak yang terkena dampak, mencakup: daftar warga, aset (tanah, bangunan, tanaman, dll) yang terkena dampak; 2. Partisipatif, Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam

seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat pemukiman kembali;

3. Adil, Pengadaan tanah tidak memperburuk kondisi kehidupan DP Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya termasuk biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, dan diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah.

4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan. 5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila :

 DP mendapatkan manfaat yang lebih besar dibanding harga tanah miliknya

 Tanah hibahkan nilainya ≤ 10% dari nilai tanah bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 (satu) juta Rupiah.

Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus didokumentasikan secara formal;

1. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas lahan yang diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, pendapatan serta status pekerjaan DP, harga pasaran tanah yang diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh NJOP sebelum pembebasan tanah;

2. Kegiatan yang mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau melibatkan pemindahan Iebih dari 100 orang atau 20 KK, harus didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali atau RTPTPK.

3. Jika kegiatan investasi mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang atau 40 KK atau kurang dari 10% asset produktif atau melakukan pemindahan penduduk secara temporer selama konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana.

4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan Safeguard.

(10)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 10

5. Ada beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi bagi DP, yakni:

 Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang memiliki karakteristik ekonomi serupa saat pembayaran ganti rugi dilakukan;

 Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;

 Perhitungan ganti rugi tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman ditambah biaya kerugian non material lain,

 Perhitungan ganti rugi aset diganti dengan aset yang sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh aset.

 Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan / atau pemukiman dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas, atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa:

 Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset produktif,  Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau prasarana. 6. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan menjadi:

 Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan,

 Warga yang tidak memiliki hak atas tanah tetapi menguasai/ menggarap lahan  Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik tanah,

 Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum ataupun perjanjian dengan pemilik tanah, Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk kepentingan agama).

B. Metode Pendugaan Dampak

Ada beberapa metode pendugaan dampak yang terjadi terhadap lingkungan, yakni melihat dampak fisik dan dampak non fisik.

Dampak Fisik, yakni dampak pada individu, tanah, bangunan, tanaman dan asset produksi:  Pendugaan dampak melihat kerusakan langsung yang terjadi pada alam sekitar,  Pendugaan dampak melihat tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi,

 Pendugaan dampak melihat tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi,  Pendugaan dampak melihat tingkat partisipasi nyata dari masyarakat.

Dampak Non Fisik, yakni dampak terhadap lokasi, akses terhadap tempat kerja atau terhadap prasarana dan sarana, dsb.

8.3. RENCANA PENGELOLAAN

8.3.1. Rencana Sistem Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan

Sistem Pengelolaan Safeguard Lingkungan dan Safeguard sosial di Kabupaten Deli Serdang direncanakan dikelola dengan sistem terpadu di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang dengan melibatkan Iangsung Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) terkait sesuai tugas masing-masing SKPD.

Pengelolaan Safeguard sosial direncanakan dikelola oleh Dinas-Dinas terkait pembangunan infrastruktur khususnya bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang seperti untuk pengadaan lahan

(11)

Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deli Serdang VIII . 11

dan permukiman kembali direncanakan dikelola oleh Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan Dinas Cipta Karya dan Pertambangan.

8.3.2. Prosedur Pelaksanaan dan Pemantauan

Untuk memastikan bahwa safeguard Iingkungan dan safeguard pengadaan tanah dipantau dengan baik, maka diperlukan tahapan prosedur sebagai berikut:

 Identifikasi, Penyaringan dan Pengelompokan dampak,

 Study dan Penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan, berupa diskusi, dan konsultasi,

 Perumusan dan perencanaan rencana pemantauan,  Pemantauan ulang terhadap proses diatas,

 Perumusan mekanisme pemantauan dan penanganan safeguard.

Pelaksanaan Pemantauan Safeguard Sosial dan Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman kembali dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang dengan melibatkan Satuan Perangkat Kerja Daerah terkait sesuai tugas masing¬masing-masing SKPD dengan melibatkan peran serta masyarakat.

Gambar

Gambar 8.1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
Tabel 8.1.  Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
Tabel 8.2.  Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL  Sektor Teknis CK  Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, di akhir tahun 2006 tekanan inflasi IHK diperkirakan akan mereda dan diperkirakan berada pada sekitar 8% (yoy) seiring dengan berkurangnya dampak

Memperhatikan Akta permohonan banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Garut Nomor: 137/Pdt.G/2011/PA.Grt pada tanggal 06 Mei 2011, yang menyatakan Pembanding

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah membuat cetakan penekukan (Curling Dies) untuk membentuk pelat engsel melingkar dengan satu langkah

Sistem pendukung keputusan penempatan lokasi mesin ATM dengan menerapkan metode Analytical Network Process dapat memberikan nilai terhadap lokasi untuk penempatan

turath mungkin banyak ditemui di Negara- negara Islam, namun pengkajian Islam yang diintegrasikan dengan pengamalannya dalam suatu lingkungan yang disebut pesantren hanya terdapat

9 Relevan dengan Surya, Slameto dan Ali seperti yang dikutip Tohirin, menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

Berdasarkan data yang telah didapat baik melalui interview dan wawancara serta dokumentasi dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah perlu

Metode perancangan stabilizer tegangan tiga fasa ini akan dilakukan dengan merancang sistem hardware yang meliputi satu unit kendali mikrokontroler ATMega32,