• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN LEMARI BERBAHAN DASAR LIMBAH SERBUK KAYU, PLASTIK DAN KULIT SALAK MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN LEMARI BERBAHAN DASAR LIMBAH SERBUK KAYU, PLASTIK DAN KULIT SALAK MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

-_Jurnal Teknika Atw

- 1

DESAIN LEMARI BERBAHAN DASAR LIMBAH SERBUK KAYU,

PLASTIK DAN KULIT SALAK MENGGUNAKAN METODE QUALITY

FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

Muhamad Soleh1

,

1Magister Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia

Email: -

ABSTRAK

Pencemaran lingkungan merupakan permasalahan bersama yang harus segera diatasi karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia. Pengolahan limbah serbuk kayu, plastik dan limbah kulit salak menjadi produk bernilai ekonomi tinggi dapat mengatasi pengurangan dampak pencemaran lingkungan. Metode QFD digunakan untuk mendesain lemari yang memanfaatkan komposit serbuk kayu, plastik dan limbah kulit salak. Komposit serbuk kayu dan plastik digunakan untuk bahan baku lemari, sedangkan kulit salak digunakan untuk hiasan pada lemari. Hasil penelitian ini adalah desain lemari dengan tampilan unik yang memanfaatkan kulit salak sebagai hiasan pada pintu lemari dengan berbagai pola seperti bunga, tokoh kartun, dan lain – lain. Parameter dalam pembuatan lemari dengan bahan dasar komposit serbuk kayu, plastik dan limbah salak adalah bentuk kotak dengan hiasan artistik menggunakan kulit salak; dua pintu dengan rincian satu pintu terdapat kaca dan pintu lain terdapat hiasan artistik dari kulit salak; bahan dasar komposit serbuk kayu sengon dan plastik dengan kadar MAH 0%

Kata kunci: Limbah, Komposit, Plastik, Serbuk Kayu, Desain Lemari, QFD.

ABSTRACT

Environmental pollution is a shared problem that must be addressed immediately because it involves safety, health, and human survival. Processing of wood powder waste, plastic and zalacca waste into high economic value products can overcome the reduction in the impact of environmental pollution. The QFD method is used to design cabinets that utilize wood powder composites, plastic and salak skin waste. Wood and plastic powder composites are used as raw material for cabinets, while salacca skin is used for decoration in cabinets. The results of this study are the design of a unique display cabinet that uses salak skin as a decoration on the cupboard door with various patterns such as flowers, cartoon characters, and others. Parameters in making cabinets with composite materials of wood powder, plastic and salak waste are box shapes with artistic ornaments using salak skin; two doors with details of one door with glass and another door with artistic ornaments from salak skin; composite materials of sengon wood and plastic powder with 0% MAH content. Keywords: Waste, Composite, Plastics, Wood Powder, Wardrobe Design, QFD.

1. PENDAHULUAN

Yogyakarta merupakan salah kota wisata dan kota pelajar terfavorit di Indonesia. Wisatawan baik dari luar kota hingga mancanegara banyak berkunjung untuk berlibur maupun menuntut ilmu. Oleh sebab itu, jumlah penduduk yang tinggal di Yogyakarta semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk Yogyakarta berdampak pada semakin meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan. Selain itu, berjamurnya rumah makan dan industri kecil berdampak pula terhadap peningkatan produksi limbah di Yogyakarta. Limbah sampah umumnya dapat dikatagorikan sebagai sampah organik dan anorganik. Sampah organik umumnya berasal dari sisa-sisa makanan ataupun limbah dari perkebunan. Yogyakarta merupakan salah satu penghasil perkebunan salak pondoh terbesar di Indonesia. Biji salak dan kulitnya merupakan limbah terbesar yang dihasilkan dari industri pengolahan salak setiap musim panen tiba. Produksi limbah yang tidak seimbang dengan

(2)

-_Jurnal Teknika Atw

- 2

pengolahannya membuat sampah organik semakin menumpuk sehingga mencemari lingkungan. Selain sampah oganik, sampah anorganik juga memberikan dampak pencemaran lingkungan yang lebih berbahaya. Sampah anorganik merupakan limbah yang tidak dapat terurai secara alami antara lain plastik dan kaleng bekas.

Kerusakan lingkungan merupakan permasalahan bersama yang harus diatasi karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat setempat untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara mendaur ulang sampah yang tidak dapat diurai seperti sampah plastik. Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat hingga saat ini. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu Polyethylene (PE), High

Density Polyethylene (HDPE), Polipropilena (PP), dan Asoi.

Selain pencemaran lingkungan akibat limbah sampah, kerusakan lingkungan juga terjadi akibat penebangan hutan secara besar – besaran untuk memenuhi kebutuhan kayu. Untuk mengurangi dampak kerusakan tersebut, maka perlu dipikirkan bahan alternatif selain kayu. Salah satunya dengan memanfaatkan sampah plastik dan serbuk kayu untuk pembuatan papan partikel dari komposit serbuk kayu dan sampah plastik. Komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang terbuat dari lembaran atau potongan–potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama (Maloney,1996). Komposit serbuk kayu plastik adalah komposit yang terbuat dari plastik sebagai matriks dan serbuk kayu sebagai pengisi (filler), yang mempunyai sifat gabungan keduanya. Penambahan filler ke dalam

matriks bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya per unit

volume. Dari segi kayu, dengan adanya matrik polimer didalamnya maka kekuatan dan sifat fisiknya juga akan meningkat (Febrianto, 1999).

Pembuatan komposit dengan menggunakan matrik dari plastik yang telah didaur ulang dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu. Dengan demikian, pembebanan lingkungan terhadap limbah plastik dapat dikurangi. Keunggulan produk komposit ini antara lain biaya produksi lebih murah, bahan bakunya melimpah, fleksibel dalam proses pembuatannya, kerapatannya rendah, lebih bersifat biodegradable (dibanding plastik), memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan bahan baku asalnya, dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan, serta bersifat dapat didaur ulang (recycleable). Beberapa contoh penggunaan produk ini antara lain sebagai komponen interior kendaraan (mobil, kereta api, pesawat terbang), perabot rumah tangga, maupun komponen bangunan (jendela, pintu, dinding, lantai dan jembatan) (Febrianto, 1999: Youngquist, 1995).

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba merancang sebuah produk lemari yang berbahan dasar komposit serbuk kayu plastik. Limbah kulit salak akan digunakan untuk menambah nilai artistik pada lemari. Penggunaan kulit salak untuk berbagai kerajinan tangan telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Widyabakti (2007) telah melakukan pengembangan desain souvenir dan aksesoris dengan menggunakan limbah kulit salak. Zulfi dan Retno (2010) telah memanfatkan kulit salak untuk produk kerajinan keramik. Sedangkan penggunaan limbah kulit salak untuk ornamen hiasan pada lemari belum pernah dilakukan. Diharapkan, dengan perancangan desain ini akan mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat limbah dan meningkatkan nilai limbah menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

2. BAHAN DAN METODE

2.1. Objek Penelitian

Objek Penelitian dalam penelitian ini adalah produk lemari pakaian yang digunakan di kamar.

2.2. Data yang Dibutuhkan

Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dan menyebar kuisioner yang terdiri dari data kebutuhan pelanggan

(3)

-_Jurnal Teknika Atw

- 3

terhadap produk lemari, dan penilaian pelanggan terhadap atribut produk lemari yang akan dirancang. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan melakukan kajian pustaka seperti buku, internet dan jurnal – jurnal ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

2.3. Populasi dan Sampel

Jumlah subyek untuk penyebaran kuesioner menggunakan formula yang dikembangkan oleh Nurhayati (2008). Berdasarkan hasil perhitungan dengan tingkat kepercayaan 90% dan tingkat ketelitian (α) 10% = 0.1 didapat sebanyak 68 responden. Responden terdiri dari Mahasiswa yang bertempat tinggal di sekitar Yogyakarta, masyarakat sekitar yang sudah berumah tangga atau usia diatas 18 tahun dan juga pakar yang paham tentang produk lemari.

2.4. Prosedur Penelitian

Metode Quality Function Deployment (QFD) merupakan metodologi terstruktur dalam proses perancangan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen, 1995). Metode QFD ini digunakan dalam penelitian ini untuk merancang sebuah produk lemari. Tujuan QFD tidak hanya memenuhi harapan pelanggan akan tetapi berusaha melampaui harapan pelanggan. Implementasi QFD terdiri dari tiga tahap yaitu tahap penentuan kebutuahn konsumen, tahap penyusunan rumah kualitas, dan analisa serta implementasi (Jorge et al., 2013). Penelitian mengenai QFD pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya Baran dan Mehmet (2015) yang menerapkan QFD Fast Food Restaurant untuk merancang proses bisnis sesuai dengan keinginan pelanggan. Chen dan Chen (2014) membuat model matematik untuk pengembangan produk berdasarkan segmen target pasar. Noora dan Noor (2015) menentukan kriteria pemilihan pegawai. Li et al., (2016) menggunakan QFD sebagai dasar metode evaluasi bisnis model pelayanan. Li dan Song (2016) menggabungkan metode VIKOR dan QFD pada Product – Related Service. Ehsan (2012) menerapkan QFD dalam kasus pengembangan produk tape baru. Berdasarkan penelitian terdahulu, QFD dapat digunakan dalam desain produk maupun desain sistem pelayanan.

Menurut Chandra dan Prasad (2013), tahap persiapan dalam merancang produk menggunakan metode QFD terdiri dari perencanaan produk yang dikenal dengan House of Quality (HOQ), perancangan produk untuk menerjemahkan karakteristik item yang dibutuhkan, perencanaan proses dan perencanaan produksi. Adapun urutan menyusun HOQ adalah sebagai berikut (Djati ,2003; Chandra dan Prasad, 2013): (1) identifikasi kebutuhan pelanggan terhadap produk yang akan dikembangkan (what); (2) menetukan importance rating; (3) analisis tentang

customer competitive evaluation; (4) menentukan technical requirements (how); (5) menentukan relationship antara kebutuhan pelanggan dengan technical requirements; (6) menentukan target

(How Much); (7) membuat matriks korelasi (corelationship) antar kebutuhan teknis; (8) membuat analisis tentang competitive technical assessment dengan membandingkan produk yang sejenis dari perusahaan lain pada produk dan segmen pasar yang sejenis; (9) menentukan sales point; (10) menentukan aksi terhadap pengembangan produk baru yang ditentukan melalui strategi analisis dalam HOQ.

2.5. Proses Pembuatan Komposit

Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan lemari multi fungsi komposit serbuk kayu dan plastik adalah:

a) Serbuk kayu

Kayu merupakan bahan yang sebagian besar terdiri dari selulosa (40-50%), hemiselulosa (20-30%), lignin (20-30%), dan sejumlah kecil bahan-bahan anorganik dan ekstraktif. Kayu cenderung bersifat hidrofilik, kaku, serta dapat terdegradasi secara biologis. Sifat-sifat tersebut menyebabkan kayu kurang sesuai bila digabungkan dengan plastik. Oleh karena itu, dalam pembuatan komposit kayu-plastik diperlukan bantuan coupling agent (Febrianto,1999). b) Botol plastik yang diolah/digiling menjadi serpihan

Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak

(4)

-_Jurnal Teknika Atw

- 4

teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995). Diagram proses dasar pembuatan komposit ditunjukkan pada Gambar 1. Sedangkan hasil komposit dari hasil proses pembuatan komposit ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 1. Proses pembuatan komposit

Gambar 2.Komposit serbuk kayu dan plastik

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penyebaran kuisioner, data yang diperoleh menunjukkan bahwa kebutuhan konsumen terhadap produk lemari yaitu: (1) Tampilan Lemari yang unik, (2) Ada cerminnya, (3) Awet dan tidak mudah rusak, (4) Tidak berat saat dipindahkan, (5) Ada gantungan bajunya, (6) Minimalis dan tidak memakan banyak tempat, (7) Bisa menyimpan banyak pakaian,(8) Tidak mudah berjamur, (9) Kunci tidak mudah rusak, (10) Engsel tidak mudah rusak, (11) ada laci,tempat buku dan tempat tv, (12) Mudah dipindahkan atau digeser, (13) Permukaan lemari halus, (14) harga terjangkau.

House of Quality digunakan untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan pelanggan dengan

kebutuhan teknisnya. Tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan terhadap produk lemari berdasarkan kebutuhan pelanggan adalah sebagai berikut: Tampilan Lemari yang unik dengan nilai 4; Ada cerminnya dengan nilai 3,4; Awet dan tidak mudah rusak dengan nilai 4,2; tidak berat saat dipindahkan dengan nilai 3,6; Ada gantungan bajunya dengan nilai 3,6; Minimalis dan tidak memakan banyak tempat dengan nilai 4; Bisa menyimpan banyak pakaian dengan nilai 3,6; Tidak mudah berjamur dengan nilai 3,8; Kunci tidak mudah rusak dengan nilai 4,2; Engsel tidak mudah rusak dengan nilai 4,2; ada laci,tempat buku dan tempat tv dengan nilai 2,8; mudah dipindahkan atau digeser dengan nilai 3,4; Permukaan lemari halus dengan nilai 3,8; dan harga terjangkau dengan nilai 4,8. HOQ lemari berbahan dasar komposit serbuk kayu plastik dan kulit salak ditunjukkan oleh Gambar 3.

(5)

-_Jurnal Teknika Atw

- 5

Gambar 3. House of Quality

(6)

-_Jurnal Teknika Atw

- 6

Desain lemari baru didapatkan berdasarkan hasil dari HOQ dengan menerjemahkan keinginan pelanggan ke dalam karakteristik desain. Selain itu, perbandingan antara lemari lama dengan lemari baru juga dilakukan dengan acuan lemari baru lebih mendominasi. Target dalam pembuatan lemari baru dengan bahar dasar komposit serbuk kayu, plastik dan memanfaatkan limbah salak adalah bentuk kotak dengan hiasan artistik menggunakan kulit salak; Dua pintu, dengan rincian satu pintu terdapat kaca dan pintu lain terdapat hiasan artistik dari kulit salak; bahan dasar utama adalah komposit serbuk kayu sengon dan plastik dengan kadar MAH 0%; sambungan menggunakan baut dengan penampang besi dibagian luar dan dalam; bagian kiri lemari terdapat gantungan baju dan bagian kanan lemari untuk baju lipat yang berjumlah tiga tingkat; ukuran Lemari adalah 100x50x170 cm; jenis kunci menggunakan drawer lock top; engsel yang terbuat dari stainless steel; tersedia laci, tempat buku dan tempat TV; kaki lemari menggunakan slider pads; serta bahan dihaluskan menggunakan plitur; Rp. 600.000 - Rp.1.000.000,-. Gambar desain lemari dengan bahan dasar komposit serbuk kayu, plastik dan hiasan kulit salak ditunjukan Gambar 4. Bill of Material atau daftar bagian-bagian lemari disajikan pada Tabel 1.

Gambar 4. Desain lemari berbahan dasar komposit serbuk kayu dan plastik dengan hiasan kulit salak

(7)

-_Jurnal Teknika Atw

- 7

Tabel 1. Bill of Material

No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah

1 X Lemari Komposit - 1 2 A Badan Lemari Komposit Serbuk Kayu dan Plastik dan Hiasan Kulit salak

1

3 AA Dinding

Lemari

Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

4 AAA Atap Lemari Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

5

AAB Dinding Kanan

Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

6

AAC Dinding Kiri Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

7 AAD Dinding

Belakang

Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

8 AAE Dasar Lemari Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

9 AB Pintu Lemari Komposit Serbuk

(8)

-_Jurnal Teknika Atw

- 8

No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah

10

ABA Pintu Kanan Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

11

ABAA Papan Pintu Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

12 ABAB Engsel Stainless Steel 2

13 ABAC Gagang Pintu Besi 1

14

ABAD Kunci Besi dan Kuningan 1

15

ABAE Cermin Kaca 1

16

ABB Pintu Kiri Komposit Serbuk

(9)

-_Jurnal Teknika Atw

- 9

No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah

17

ABBA Papan Pintu Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

18

ABBB Engsel Stainless Steel 2

19 ABBC Gagang Pintu Besi 1

20

ABBD Kunci Besi 1

21 ABBE Hiasan Kulit

Salak Limbah Kulit salak 1

22 AC Bagian dalam

Lemari -

23

ACA Sekat Lemari Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 6

24 ACB Gantungan

Baju Kayu sengon 1

25

ACC Penahan Laci

(10)

-_Jurnal Teknika Atw

- 10

No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah

26

AD Kaki Lemari 4

27

ADA Kaki lemari Kayu Sengon 4

28

ADB Slider pads Busa, Plastik dan

paku 4 29 AE Sambungan Lemari Besi dan Alumunium 30

AEA Baud Besi 36

31

AEB Penampang

Baut Alumunium 24

32 AF Laci Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

33

AFA Dinding Laci samping

Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 2

34 AFB

Dinding Laci Depan Belakang

Komposit Serbuk

(11)

-_Jurnal Teknika Atw

- 11

No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah

35 AFC Dasar Laci Komposit Serbuk

Kayu dan Plastik 1

36

AFE Gagang Laci Besi 1

4. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian tentang desain produk lemari berbahan dasar komposit serbuk kayu dan plastik dengan hiasan dari kulit salak dapat disimpulkan bahwa limbah tersebut dapat digunakan untuk bahan dasar pembuatan lemari. Keunggulan komposit serbuk kayu dan plastik sebagai bahan baku pembuatan lemari selain lebih murah juga memiliki kualitas yang baik dan tidak mudah berjamur. Desain lemari dibuat dengan tampilan yang unik dengan memanfaatkan kulit salak sebagai hiasan pada pintu lemari dengan berbagai pola seperti bunga, tokoh kartun, dan lain – lain. Rancangan desain ulang lemari yang berdasarkan keinginan konsumen pada metode QFD dilihat dari tingkat kepentingan yaitu tampilan lemari yang unik dengan nilai 4; ada cerminnya dengan nilai 3,4; awet dan tidak mudah rusak dengan nilai 4,2; tidak berat saat dipindahkan dengan nilai 3,6; ada gantungan bajunya dengan nilai 3,6; minimalis dan tidak memakan banyak tempat dengan nilai 4; bisa menyimpan banyak pakaian dengan nilai 3,6; tidak mudah berjamur dengan nilai 3,8; kunci tidak mudah rusak dengan nilai 4,2; engsel tidak mudah rusak dengan nilai 4,2; ada laci,tempat buku dan tempat tv dengan nilai 2,8; mudah dipindahkan atau digeser dengan nilai 3,4; Permukaan lemari halus dengan nilai 3,8; dan harga terjangkau dengan nilai 4,8. Sedangkan target dalam pembuatan desain lemari adalah bentuk kotak dengan hiasan artistik menggunakan kulit salak; dua pintu, satu pintu terdapat kaca dan pintu lain terdapat hiasan artistik dari kulit salak; bahan dasar komposit serbuk kayu sengon dan plastik dengan kadar MAH 0%; sambungan menggunakan baut dengan penampang besi dibagian luar dan dalam; bagian kiri terdapat gantungan baju dan bagian kanan untuk baju lipat yang berjumlah tiga tingkat; ukuran Lemari 100x50x170 cm; jenis kunci drawer lock top; engsel yang terbuat dari

stainless steel; tersedia laci, tempat buku dan tempat TV; kaki lemari menggunakan slider pads; bahan

dihaluskan menggunakan plitur; Rp. 600.000 - Rp.1.000.000,-.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Baran, Z., Mahmet, S., Y., (2015). Quality Function Deployment and Application on a Fast Food

Restaurant. International Journal of Business and Social Science Vol. 6, No. 9

[2] Cohen, L. (1995). Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You. New York : Prentice Hall Etniquestyle.

[3] Chen, L.N., Chen, N. C., (2014). A QFD-Based Mathematical Model for New Product Development

Considering the Target Market Segment. Journal of Applied Mathematics Volume 2014.

[4] Djati, Imam. (2003). Perencanaan dan Pengembangan Produk (Product, Planning And Design). Yogyakarta : UII Press Indonesia.

[5] Ehsan, S., J., (2012). A Case Study on Quality Function Deployment (QFD). IOSR Journal of Mechanical and Civil Engineering (IOSR-JMCE) ISSN: 2278-1684 Volume 3, Issue 6.

[6] Febrianto F., (1999). Preparation And Properties Enhancement Of Moldable Wood – Biodegradable Polymer Composites. [Disertasi]. Kyoto: Kyoto University, Doctoral Dissertation.Division of Forestry and Bio-material Science. Faculty of Agriculture.

(12)

-_Jurnal Teknika Atw

- 12

[7] Hartono ACK. (1998). Daur Ulang Limbah Plastik dalam Pancaroba : Diplomasi Ekonomi dan Pendidikan. Dana Mitra Lingkungan. Jakarta

[8] Hendri, Zulfi dan Arianingrum, Retno. (2010). Pengembangan Teknologi Pengawetan Kulit Salak Untuk Bahan Produk Seni Kerajinan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

[9] Jorge, A., Ocotlan, D.P, Juan, A.N., Ana, C.P, Victor, H.H, Heriberto, M.G., (2013). Quality Function

Deployment (QFD) House of Quality for StrategicPlanning of Computer Security of SMEs. International

Journal of Combinatorial Optimization Problems and Informatics, Vol. 4, No.1.

[10] Li,T., Ting, H., Wang, Z., Zhang, Y, (2016). A QFD-Based Evaluation Method for Business Models of

Product Service Systems. Mathematical Problems in Engineering Volume 2016.

[11] Li, X., Song, W, (2016). A Rough VIKOR-Based QFD for Prioritizing Design Attributes of

Product-Related Service, Mathematical Problems in Engineering Volume 2016.

[12] Nurhayati,C. (2008). StudiPerbandinganMetode Sampling antara Simple Random dengan Stratified Random. ICT Research Center UNAS.Vol.3 No.1 , 10

[13] Noora, M., Noor, S.M.R., (2015). A Quality Function Deployment (QFD) Approach in Determining the

Employer’s Selection Criteria, Journal of Industrial Engineering Volume 2015.

[14] Sabatari, Widyabakti. (2007). Pengembangan Desain Souvenir dan Akseoris dari Kulit Salak di Industri Kerajinan Q-Sal Craft. Prodi Teknik Busana, Fakultaas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.

[15] Syafitrie, C. (2001). Analisis Aspek Sosial Ekonomi Pemanfaatan Limbah Plastik. [Thesis] Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan).

[16] Sasse HR, Lehmkamper O, Kwasny-Echterhagen R. (1995). Polymer granulates for masonry mortars and outdoor plaster. Di dalam: Ohama Y, editor.Disposal and Recycling of Organic and Polymeric Construction Materials.Proceeding of the International RILEM Workshop. Tokyo: 26-28 Maret 1995. Chapman & Hall.hlm 75-85.

[17] Youngquist J.A. (1995). Unlikely partners? the marriage of wood and non wood materials. Forest Product Journal 45(10): 25-30.

Gambar

Gambar 1. Proses pembuatan komposit
Gambar 3. House of Quality
Gambar 4. Desain lemari berbahan dasar komposit serbuk  kayu dan plastik dengan hiasan kulit salak
Tabel 1. Bill of Material
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran

P!ftriio iL

portability. Perangkat lunak dari penelitian ini diharapkan dapat membantu kader Posyandu untuk mengelola data penimbangan balita lebih mudah dengan memanfaatkan

Operasi pengukuran dengan alat ini akan memperoleh hasil yang optimum pada kondisi batuan invaded karbonat atau sand, range tahanan batuannya 0.5 – 100 ohm-m, invasi lumpur dalam,

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dari jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk setiap aset baru

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dalam menganalisis hasil temuan ini menggunakan tiga macam analisis yaitu reduksi data, display (penyajian data), dan

Yang menjadi dasar membangun ahklak peserta didik MTs Ma‟arif NU 4 Kecamatan Pekalongan diantaranya adalah meningkatkan kedisplinan dan juga ketertiban sekolah, dan tidak lepas

“He’s here,” Stephen said, trying to keep his voice from showing his building panic. A warm breeze blew across them, and Stephen heard the sharp hum of