commit to user
KETERAMPILAN BERMAIN BULUTANGKIS DITINJAU DARI UNSUR FISIK DOMINAN DALAM BULUTANGKIS
PADA PEMAIN TUNGGAL ANAK PUTRA PERSATUAN BULUTANGKIS PURNAMA
SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
USWAN FIRMANSYAH K4608027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Januari 2013
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Uswan Firmansyah
NIM : K4608027
Jurusan/Program Studi : POK / Pend. Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul
BULUTANGKIS DITINJAU DARI UNSUR FISIK DOMINAN DALAM BULUTANGKIS PADA PEMAIN TUNGGAL ANAK PUTRA PERSATUAN
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
commit to user
iii
KETERAMPILAN BERMAIN BULUTANGKIS DITINJAU DARI UNSUR FISIK DOMINAN DALAM BULUTANGKIS
PADA PEMAIN TUNGGAL ANAK PUTRA PERSATUAN BULUTANGKIS PURNAMA
SURAKARTA
Oleh :
USWAN FIRMANSYAH K4608027
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Januari 2013
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, November 2012 Pembimbing I Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd NIP. 19651128 199003 1 001 Pembimbing II Drs. Budhi Satyawan, M.Pd NIP. 19650909 199403 1 003
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Waluyo, S.Pd, M.Or.
Sekretaris : Drs. Sarwono, M.S .
Anggota I : Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Anggota II : Drs. Budhi Satyawan, M.Pd.
commit to user
vi
ABSTRAK
Uswan Firmansyah. KETERAMPILAN BERMAIN BULUTANGKIS DITINJAU DARI UNSUR FISIK DOMINAN DALAM BULUTANGKIS PADA PEMAIN TUNGGAL ANAK PUTRA PERSATUAN BULUTANGKIS PURNAMA
SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut. (2) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut. (3) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut. (4) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi korelasional. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh pemain tunggal anak putra di klub PB PURNAMA Surakarta yang berjumlah 20 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu seluruh populasi yang dijadikan sampel penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan: : (1) Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis, angka sig = 0.009 < taraf sig = 0.05 dan memberikan sumbangan relatif sebesar -1.93% dan sumbangan efektif sebesar -1.48%. (2) Ada hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis, angka sig = 0.000 < taraf sig = 0.05 dan memberikan sumbangan relatif sebesar 26.28% dan sumbangan efektif sebesar 20.26%. (3) Ada hubungan yang signifikan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis, angka sig = 0.000 < taraf sig = 0.05 dan memberikan sumbangan relatif sebesar 75.64% dan sumbangan efektif sebesar 58.31% . (4) Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis, angka sig = 0.000 < taraf sig = 0.05 dan memberikan sumbangan sebesar 77.09%. Besarnya angka F antara power otot tungkai (X1), kelincahan (X2), dan daya tahan kardiovaskular (X3) dengan keterampilan bermain bulutangkis (Y) adalah 17.943.
commit to user
vii
ABSTRACT
Uswan Firmansyah. SKILL PLAYS BADMINTON BE SIGHTED FROM DOMINANT PHYSICAL ELEMENT IN BADMINTON ON UNIFIED SON
CHILD SOLOIST PURNAMA SURAKARTA'S BADMINTON. Thesis,
Surakarta : Faculty of Education and Teacher Training Sebelas Maret University. December 2012.
To the effect this research is: (1) To know there is don't it relationships among power tungkai's muscle with skill plays badminton and if there is how big that relationship. (2) To know there is don't it relationships among mobility with skill plays badminton and if there is how big that relationship. (3) To know there is don't it relationships among kardiovaskular's resistance with skill plays badminton and if there is how big that relationship. (4) To know there is don't it relationships among power tungkai's muscle, mobility, and kardiovaskular's resistance with skill plays badminton and if there is how big that relationship.
This research utilize descriptive method with studi korelasional. Population and this research sample is all son child soloist at PB PURNAMA Surakarta's club that total 20 person. Sample tech that is utilized is total sampling, which is exhaustive population which made by research sample.
Base this observational result can be concluded: : (1) Available relationships that signifikan among power tungkai's muscle with skill plays badminton, sig's number = 0.009 < sig's level = 0.05 and gives relative contribution as big as -1.93% and effective contribution as big as -1.48% . (2) Available relationships that signifikan among mobility with skill plays badminton, sig's number = 0.000 < sig's level = 0.05 and gives relative contribution as big as 26.28% and effective contribution as big as 20.26% . (3) Available relationships that signifikan among kardiovaskular's resistance with skill plays badminton, sig's number = 0.000 < sig's level = 0.05 and gives relative contribution as big as 75.64% and effective contribution as big as 58.31% . (4) Available relationships that signifikan among power tungkai's muscle, kardiovaskular's mobility and resistance with skill plays badminton, sig's number = 0.000 < sig's level = 0.05 and gives contribution as big as 77.09% . Its outgrows numeral f among power tungkai's muscle (X1), mobility (X2), and kardiovaskular's resistance (X3) with skill plays badminton (Y) is 17.943.
commit to user
viii
MOTTO
# Bukanlah yang kuat, tetapi yang uletlah yang menjadikan mereka manusia besar # (Nunse)
# Rasa takut terhadap sesuatu, biasanya semakin merajalela bila kita menurutinya. Karena itu bersikaplah seolah-olah kita tidak merasa takut lagi,
sehingga secara berangsur-angsur ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya # (Thoreau)
# Kemasyhuran seseorang tidak terletak pada kenyataan bahwa ia tidak pernah jatuh, Akan tetapi ia bangkit berdiri kembali setelah jatuh #
(Kong Fu Tse)
# Orang yang bodoh sebenarnya telah mati sebelum mati. Tapi orang alim atau pandai mereka tetap hidup sepanjang masa,
sekalipun sudah mati # (Wali Songo)
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dengan doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT penulis persembahkan karya ini kepada :
Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tak henti-hentinya untuk ananda tercinta
Adik-adikku Vio, Hafiz dan Lutfi yang terus memberi suport
Sayangku terkasih yang selalu memberi semangat & menjadi semangatku
Temen-temen yang selalu membantuku Ino, Sidoel, Mas Anton, Mas Joko, Mbak Reny, Rista, Erni, Yuli terima kasih atas semangat, perjuangan, dan kerjasamanya
Temen-temenQ seperjuangan P yang selalu kompak Temen-temen PP Wulutamplek UNS Surakarta
Pelatih & adik-adik PB PURNAMA Surakarta Almamater
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dimudahkan dan senantiasa diberi bantuan dalam penyusunan skripsi sampai akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis berterimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi;
2. Drs. H. Mulyono, M. M., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Waluyo, S.Pd. M.Or., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
4. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., selaku pembimbing I dan Drs. Budhi Satyawan, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak arahan, mendukung dan memberikan semangat kepada penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi tanpa kesulitan yang berarti; 5. Sri Santoso Sabarini, S.Pd, M.Or., selaku penasehat akademik yang senantiasa
memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah dengan tulus memberikan ilmu dan memberikan motivasi tersendiri kepada penulis;
commit to user
xi
7. Ketua Persatuan Bulutangkis PURNAMA Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian;
8. Yunita Ambar W, Andika Nugraha, Ari, dan Daka., para pelatih Persatuan Bulutangkis PURNAMA Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian;
9. Atlet-atlet putra usia 10-12 tahun Persatuan Bulutangkis PURNAMA Surakarta yang telah berkenan menjadi sampel dalam penelitian ini;
10.Rekan-rekan POK yang dengan tulus membantu peneliti;
11.Pihak-pihak lain yang membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
commit to user
xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ... iiHALAMAN PENGAJUAN. ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN. ... v
HALAMAN ABSTRAK... vi
HALAMAN MOTTO... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN. ... ix
KATA PENGANTAR. ... x
DAFTAR ISI. ... xii
DAFTAR TABEL. ... xiv
DAFTAR GAMBAR. ... xv
DAFTAR LAMPIRAN. ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori... 6
1. Keterampilan Bermain Bulutangkis ... 6
a. Karakteristik Permainan Bulutangkis ... 6
b. Bentuk Gerak Dasar Permainan Bulutangkis ... 6
c. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis ... 10
d. Aspek-Aspek yang Harus Dikembangkan dalam Bulutangkis. 19
2. Unsur Fisik Dominan dalam Bulutangkis ... 24
commit to user
xiii
b. Kelincahan ... 28
c. Daya Tahan Kardiovaskular... 31
B. Kerangka Berpikir... 34
C. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
B. Rancangan Penelitian... 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ... 39
E. Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN A.Deskripsi Data. ... 45
B.Mencari Reliabilitas. ... 45
C.Pengujian Prasyarat Analisis. ... 46
D.Hasil Analisis Data. ... 48
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.Simpulan. ... 55
B.Implkasi. ... 56
C.Saran. ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi Data Hasil Test ... 45
2. Hasil Uji Reliabilitas ... 45
3. Range Kategori Reliabilitas ... 46
4. Hasil Uji Normalitas Data ... 46
5. Hasil Uji Linieritas ... 47
6. Hasil Sumbangan Masing-Masing Prediktor ... 50 7. Prediksi Ambilan Konsumsi Oksigen Maksimal dengan Tes Lari Bolak-Balik 65
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Teknik Pegangan Raket Bulutangkis ... 13 2. Ilustrasi Keterkaitan diantara Kemampuan Biomotorik... 30 3. Skematis Kerangka Berpikir ... 36 4. Grafik Korelasi antara Power Otot Tungkai dengan Keterampilan
Bermain Bulutangkis ... 48 5. Grafik Korelasi antara Kelincahan dengan Keterampilan Bermain
Bulutangkis... 49 6. Grafik Korelasi antara Daya Tahan Kardiovaskular dengan Keterampilan
Bermain Bulutangkis ... 50 7. Vertical Jump Test ... 62 8. Skema Pelaksanaan Langkah Bulutangkis ... 63
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Petunjuk Pelaksanaan Tes ... 61
2. Data sampel Penelitian ... 66
3. Bagan Kompetisi keterampilan Bermain Bulutangkis ... 67
4. Daftar Peringkat Tes Kompetisi Keterampilan Bermain Bulutangkis ... 71
5. Data Hasil Tes Power Otot Tungkai... 72
6. Data Hasil Tes Kelincahan ... 73
7. Data Hasil Tes Daya Tahan Kardiovaskular ... 74
8. Rekapitulasi Data Tes ... 75
9. Uji Reliabilitas. ... 76
10.Uji Normalitas. ... 78
11.Uji Linieritas... 81
12.Analisis Regresi. ... 83
13.Menghitung Sumbangan Masing-masing Prediktor. ... 86
14.Tabel Kerja. ... 87
15.Analisis Regresi Tiga Prediktor dengan Metode Skor Deviasi. ... 88
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bulutangkis sebagai salah satu cabang olahraga permainan yang popular dan digemari oleh masyarakat Indonesia, mulai dari anak-anak sampai tingkat orang tua, laki-laki maupun perempuan. Bulutangkis cepat menyebar di pelosok daerah-daerah dikarenakan dengan olahraga bulutangkis ini Negara Indonesia dapat dikenal di dunia Internasional yaitu dengan prestasi-prestasi yang dicapai oleh atlet-atlet Indonesia. Dengan memasyarakatnya bulutangkis tersebut maka usaha-usaha untuk menuju prestasi bulutangkis harus secara terus menerus digalakkan dan ditingkatkan guna mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah diperoleh, agar membawa nama harum Negara Indonesia ditingkat dunia.
Tentunya prestasi tinggi yang diraih oleh atlet-atlet Indonesia tersebut dapat diperoleh melalui perjuangan yang berat dan pembinaan-pembinaan yang baik serta terprogram dengan teratur baik dari segi teknik, taktik, mental dan unsur-unsur kondisi fisiknya. Harus diakui bahwa prestasi puncak olahraga disaat ini tidak hanya mengandalkan bakat alam semata, seolah-olah juara olahraga adalah sesatu yang dilahirkan. Anggapan semacam itu sudah harus ditinggalkan sebab sudah tidak sesuai dengan pembinaan olahraga modern. Pembinaan olahraga prestasi kini tidak hanya mengandalkan bakat saja tetapi juga pada proses atau pembinaan itu sendiri. Ungkapan bahwa juara tidak dilahirkan tetapi juara harus dibentuk dan diciptakan adalah sesuatu kenyataan, meskipun bakat tetap merupakan faktor yang dominan.
Keberhasilan dalam usaha peningkatan prestasi sudah barang tentu disebabkan
umumnya faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi maksimal adalah faktor
penguasaan teknik yang sempurna, kondisi fisik dan kemampuan, fisik penguasaan masalah teknik, aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik dan memiliki kematangan juara yang mantap, sedangkan faktor eksogen meliputi : pelatih, keuangan, alat, perlengkapan, tempat, organisasi, lingkungan dan prestasi pemerintah.
commit to user
2
Untuk dapat mencapai prestasi yang prima, seorang pemain bulutangkis memerlukan unsur-unsur kondisi fisik yang baik seperti : power otot tungkai, kelincahan, daya tahan kardiovaskular. Dengan memiliki power tungkai yang kuat, seorang pemain bulutangkis dapat melompat untuk melakukan pukulan smash, drop, dan lob lebih cepat dan akurat. Dengan memiliki kelincahan yang baik, maka seorang pemain bulutangkis dapat menguasai lapangan sehingga dapat menjangkau dan mengembalikan shuttlecock yang ditempatkan lawan tanpa menemui kesulitan yang berarti. Dengan memiliki daya tahan kardiovaskular yang baik, maka seorang pemain bulutangkis dapat bermain bulutangkis lebih lama sehingga tidak mudah mengalami kelelahan.
Usaha-usaha untuk dapat meningkatkan prestasi bulutangkis sudah banyak ditempuh oleh pihak pemerintah maupun swasta, pelatih ataupun pembina. Penelitian dibidang keolahragaan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan prestasi olahraga. Penelitian dibidang keolahragaan sangat besar kegunaannya terhadap mutu prestasi meskipun perannya tidak secara langsung. Demikian juga penelitian pada cabang olahraga bulutangkis sangat diperlukan untuk memberi masukan bagi sistem pembinaan yang telah dilakukan pada masa kini. Hal ini besar manfaatnya untuk lebih memantapkan sistem pembinaan bulutangkis di perkumpulan-perkumpulan bulutangkis dan sekolah-sekolah.
Perkembangan prestasi bulutangkis di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di daerah-daerah ini terbukti dengan munculnya klub-klub atau perkumpulan-perkumpulan bulutangkis di daerah-daerah. Salah satu klub yang muncul di Surakarta yaitu Persatuan Bulutangkis (PB) PURNAMA. Usaha untuk meningkatkan prestasi bulutangkis di PB. PURNAMA telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu peningkatan teknik, fisik, taktik dan mental, serta latihan secara rutin.
Selain itu, PB. PURNAMA juga sering mengikuti kejuaraan namun hasilnya belum memuaskan, karena untuk wilayah Surakarta saja belum mampu menjuarai. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya masalah dalam pembinaan prestasi. Menghadapi permasalahan diatas, pengurus dan pelatih PB. PURNAMA perlu meninjau kembali masalah-masalah yang ada. Masalah-masalah yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi suatu klub bulutangkis yang perlu ditinjau diantaranya yaitu kualitas pelatih,
commit to user
3
sarana dan prasarana yang dimiliki, dukungan pemerintah dan masyarakat, serta kualitas pemain itu sendiri.
Sehubungan dengan kualitas pemain, kondisi fisik adalah masalah yang mendesak untuk dikaji, berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi di PB. PURNAMA terutama hal fisik yang perlu menjadi perhatian adalah power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular karena faktor-faktor tersebut sangat mendukung dalam pencapaian prestasi yang baik. Oleh karena itu dalam upaya mencapai prestasi yang maksimal dalam bulutangkis, diperlukan sistem pembinaan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri pemain secara optimal.
Dalam upaya peningkatan prestasi dalam permainan bulutangkis di PB. PURNAMA, teknik keterampilan bulutangkis harus dilatihkan secara intensif. Kemampuan keterampilan bulutangkis tersebut harus ditingkatkan melalui latihan yang terprogram dengan memperhatikan unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan keterampilan bulutangkis di PB. PURNAMA tersebut.
Pembinaan yang dilakukan harus mengembangkan unsur-unsur dari dalam diri pemain diperlukan dalam pencapaian prestasi bulutangkis. Unsur dari dalam diri pemain yang harus dikembangkan untuk mencapai prestasi dalam permainan bulutangkis yaitu faktor kemampuan, teknik, fisik, taktik, dan mental. Dalam memberikan latihan keterampilan bulutangkis, pelatih harus memperhatikan unsur fisik yang dominan dalam bulutangkis yaitu power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular yang dimiliki tiap pemainnya, agar dapat meningkatkan keterampilan bermain bulutangkis, secara umum dibutuhkan latihan sesuai dengan kondisi dan perkembangan otot sebelumnya. Pembinaan di PB. PURNAMA dilakukan pada usia dini, ada pengelompokan umur berdasarkan PBSI yaitu kelompok umur yaitu usia dini (dibawah usia 10 tahun), anak (10-12 tahun), pemula (13-14 tahun), remaja (15-16 tahun). Pembinaan dan latihan yang didasarkan pada kelompok umur dapat menjadi pemain yang terampil dan mampu meraih prestasi yang tinggi oleh para pemain di PB. PURNAMA , untuk dapat memberikan latihan yang tepat pada unsur-unsur yang menentukan pada keterampilan bermain bulutangkis tersebut, maka harus memperhatikan kondisi dan perkembangan otot yang dimiliki sebelumnya.
Peranan masing-masing variabel terhadap kemampuan keterampilan bermain bulutangkis dapat dilihat dari hubungan dan besarnya kekuatan hubungan tiap variabel
commit to user
4
tersebut terhadap keterampilan bermain bulutangkis. Oleh karena hubungan dan besarnya kekuatan masing-masing variabel belum diketahui, maka perlu diadakan penelitian lebih dahulu. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka akan
Fisik Dominan dalam Bulutangkis pada Pemain Tunggal Anak Putra Persatuan
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Tidak semua pemain bulutangkis di PB. PURNAMA Surakarta memiliki kondisi fisik yang baik.
2. Pencapaian prestasi bulutangkis di PB. PURNAMA Surakarta yang belum optimal perlu mendapat perhatian serius dari pengurus dan pelatih.
3. Pembinaan dan latihan keterampilan bermain bulutangkis di PB. PURNAMA Surakarta belum memperhitungkan unsur-unsur fisik yang berpengaruh atau unsur-unsur fisik yang memiliki hubungan dengan keterampilan bermain bulutangkis.
4. Keterampilan bermain bulutangkis ditinjau dari power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular pada pemain tunggal anak putra PB. PURNAMA Surakarta perlu diketahui.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini maka permasalahan perlu dibatasi, pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis.
2. Kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis.
3. Daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis.
4. Power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis.
D. Perumusan Masalah
Bertolak dari pembatasan masalah diatas, maka penelitian ini mengemukakan rumusan-rumusan masalah sebagai berikut :
commit to user
5
1. Adakah hubungan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis? Bila ada seberapa besar hubungan tersebut?
2. Adakah hubungan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis? Bila ada seberapa besar hubungan tersebut?
3. Adakah hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis? Bila ada seberapa besar hubungan tersebut?
4. Adakah hubungan antara power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis? Bila ada seberapa besar hubungan tersebut?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kelincahan dengan keterampilan
bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain : 1. Manfaat Teoritis:
Dapat dijadikan informasi dalam mengetahui keterampilan bermain bulutangkis seorang atlet ditinjau dari kemampuan power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular atlet tersebut.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Peneliti, peneliti menjadi tahu unsur kondisi fisik yang mempengaruhi keterampilan bermain bulutangkis dan dapat mengetahui seberapa besar
commit to user
6
sumbangan yang diberikan oleh power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular terhadap keterampilan bermain bulutangkis.
b. Bagi pelatih club yang diteliti, penelitian ini dapat dijadikan informasi tentang unsur kondisi fisik yang mempengaruhi dalam meningkatkan keterampilan bermain bulutangkis atlet-atletnya.
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Keterampilan Bermain Bulutangkis
a. Karakteristik Permainan Bulutangkis
Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang berkembang di Indonesia dan sangat memasyarakat. Permainan bulutangkis sering pula disebut dengan istilah badminton. Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang (single) atau dua orang melawan dua orang (double). Permainan bulutangkis menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai obyek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis yaitu berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing pemain berusaha agar shuttlecock tidak menyentuh lantai di daerah permainannya sendiri. Apabila shuttlecock jatuh di lantai atau menyangkut net, maka permainan berhenti dan dimulai dengan melakukan servis.
b.Bentuk Gerak Dasar Permainan Bulutangkis
Ditinjau dari gerakan permainan bulutangkis banyak gerakan yang dilakukan seorang pemain bulutangkis. Subarjah (2001) menyatakan:
Gerakan dalam permainan bulutangkis terdri beberapa macam yaitu gerakan memukul dengan raket, gerakan berdiri, gerakan melangkah, berlari, gerakan bergerser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai arah dari posisi diam dan lain sebagainya. Kesemua gerakan itu terangkai dalam suatu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain bulutangkis untuk menyelesaikan tugas gerak (hlm.4)
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, seluruh gerakan yang ada dalam permainan bulutangkis bersumber dari keterampilan dasar yaitu, gerak
commit to user
8
lokomotor, gerak non lokomotor dan gerak manipulatif. Gerakan lokomotor yang sering dijumpai dalam permainan bulutangkis misalnya gerakan menggeser, melangkah, berlari, memutar badan dan melompat. Gerakan non lokomotor misalnya terlihat dari sikap berdiri (stance) saat servis atau menerima servis, gerak melenting, menjangkau atau merubah berbagai posisi badan. Sedangkan gerak manipulatif misalnya gerakan memukul shuttlecock dengan raket dari berbagai posisi.
Dari kesemua bentuk gerakan dalam permainan bulutangkis tersebut, terdapat beberapa gerak yang sifatnya sangat dominan, sehingga menjadi ciri utama dari permainan bulutangkis. Pola gerak yang dominan dalam permainan bulutangkis yaitu berbagai macam cara berdiri, melangkah berbagai arah, misalnya melangkah ke depan, melangkah ke belakang, melangkah ke samping kanan atau kiri, mundur, serong kiri dan serong kanan. Kemudian ada juga melompat yang dilakukan ketika melakukan pukulan-pukulan atas. Selanjutnya adalah gerakan memukul kok dengan menggunakan raket yang dilakukan dari atas kepala (overhead strokes), dari samping atau mendatar (side arm strokes), dan dari bawah (under hand strokes).
Pola gerak yang terjadi dalam permainan bulutangkis tersebut pada umumnya disebut Pola Gerak Dominan (PGD) (Subarjah, 2001: 6). Pola gerak dasar dominan merupakan syarat dari terbentuknya keterampilan khas dalam suatu cabang olahraga. Jika seseorang tidak memiliki pola gerak dasar dominan yang diperlukan, tidak mungkin ia mampu menunjukkan kemampuannya yang baik dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Sebaliknya, pola gerak dominan khas olahraga tertentu akan dimiliki seseorang secara memadai, jika seseorang tersebut terlibat melakukannya. Oleh karena itu, kemampuan mengenal dan menganalisa pola gerak dominan sangat penting, sehingga dapat dikembangkan. Kemampuan seseorang mengenal dan menganalisa pola gerak dominan memiliki keuntungan. Menurut Subarjah (2001) pengembangan pola gerak dominan memiliki berbagai keuntungan yaitu:
(1)Siswa akan berkembang potensi gerak dan kemampuannya, sehingga memiliki kesiapan untuk mendalami olahraga yang bersangkutan. Bahkan bukan hanya untuk satu cabang olahraga, karena biasanya beberapa cabang olahraga memiliki pola gerak dominan yang hampir sama.
commit to user
9
(2)Dikaitkan dengan kondisi sekolah di Indonesia yang selalu kekurangan alat dan fasilitas pengembangan pola gerak dominan dari suatu cabang olahraga merupakan pilihan yang tepat. Artinya, setiap guru penjas tetap bisa mengajarkan semua pelajaran yang tercantum dalam kurikulum penjas tanpa tergantung pada alat (hlm.7)
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan mengenal pola gerak dominan sangat penting, sehingga seseorang dapat diketahui apakah kemampuan yang dimiliki sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari. Adapun pola gerak dominan yang perlu dikembangkan dalam permainan bulutangkis yaitu, pola gerak melangkah, melompat dan berlari, dengan arah depan, belakang, serong kiri, serong kanan, kemudian gerak memukul dari atas kepala, dari samping dan dari bawah. Pola gerak ini dapat dikembangkan dengan membiasakan pemain kepada kemampuan memukul bola dengan menggunakan raket. Berbagai macam gerak pukulan, meskipun tidak menggunakan raket yang sebenarnya bisa dikembangkan sesuai dengan jenis pukulan yang ada dalam permainan bulutangkis. Lebih lanjut Subarjah
dalam permainan bulutangkis mencakup dua aspek yaitu tuntutan kondisi fisik (2001: 9).
1)Tuntutan Kondisi Fisik
Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan keseluruhan, di samping menunjukkan ciri sebagai aktivitas jasmani yang memerlukan kemampuan anaerobik, jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan stroke satu persatu. Namun rangkaian kegiatan secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam satu permainan menunjukkan sifat sebagai cabang olahraga anaerobik dan aerobik sangat dominan. Ciri ini disimpulkan dari sifat cabang olahraga bulutangkis berdasarkan tuntutan kondisi fisik.
Tidak dipungkiri bahwa permainan bulutangkis memerlukan kecepatan dan mobilitas bergerak yang dikombinasikan dengan agilitas yang biasanya dimanfaatkan untukk menutup lapangan atau untuk mengejar shuttlecock ke segala arah. Pergerakannya cepat dan disusul dengan perubahan arah, baik ke depan, ke belakang, ke samping kiri atau ke samping kanan.
Power juga dibutuhkan, terutama untuk melakukan pukulan terutama pukulan smash. Demikian pula flexibilitas atau kelentukan dibutuhkan dalam
commit to user
10
permainan bulutangkis terutama untuk mengambil bola yang jauh yang memerlukan langkah lebar, sehingga pemain harus mampu melakukan gerakan split. Demikian juga untuk unsur kondisi fisik lainnya seperti kekuatan, keseimbangan reaksi, koordinasi juga dibutuhkan dalam permainan bulutangkis.
2)Keterampilan Dasar
Menurut Subardjah (2001) tangkis
berdasarkan pada beberapa dominan yaitu keterampilan manipulatif, (hlm.4).
Keterampilan manipulatif hanya dapat dilaksanakan apabila seseorang mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Keterampilan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket yang merupakan keterampilan dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting.
Keterampilan lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota badan, dalam proses perpindahan atau titik berat badan dari suatu bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor meliputi:
a) Langkah-langkah pengambilan bola atau penempatan posisi dalam pola tertentu seperti gerakan dari belakang ke depan net, dari samping kiri menyilang ke kanan, atau kombinasi dari pergerakan tersebut dengan titik sentral adalah lapangan tengah.
b)Gerakan melompat sebagai kombinasi dari langkah untuk mengambil posisi memukul shuttlecock, gerak dasar lokomotor juga berupa melompat yang biasanya dilakukan pada waktu pemain memukul shuttlecock tinggi untuk kepentingan penyerangan, misalnya smash silang.
Gerakan dasar non lokomotor merupakan gerakan yang dilakukan di tempat, dan hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini berupa kuda-kuda dalam posisi kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki dibuka dengan jarak yang enak bagi pemain. Maksudnya, gerakan itu tetap labil, meskipun pada saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu pada bidang tumpu. Permainan di depan net
commit to user
11
tampak nyata memerlukan akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai.
Karakteristik gerak dasar permainan bulutangkis ini sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh seorang pelatih. Hal ini karena tugas pelatih adalah merencanakan tugas-tugas ajar (tugas latihan) dengan memperhatikan struktur gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas gerak perlu diperhatikan, karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability) seseorang, maka ia akan terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak dalam suatu cabang olahraga termasuk permainan bulutangkis.
c. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis
Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang di dalam pelaksanaan permainannya dibutuhkan keterampilan yang baik. Menguasai teknik dasar bulutangkis merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung keterampilan bermain bulutangkis. Berkaitan dengan teknik dasar bulutangkis Tohar
pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan (1992: 95). Menurut Purnama (2010) menyatakan:
Untuk menjadi pemain bulutangkis yang baik, maka seorang atlet harus menguasai teknik dasar bermain bulutangkis dengan benar. Teknik dasar yang dimaksud bukan hanya pada penguasaan teknik memukul, tetapi juga melibatkan teknik-teknik yang berkaitan dengan permainan bulutangkis (hlm.13).
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bulutangkis merupakan suatu proses gerakan secara terkoordinasi yang meliputi cara memukul bola dan gerakan-gerakan khusus yang mendukung gerakan memukul bola. Sumarno & Muhtar (2010) mengklasifikasikan teknik dasar bulutangkis menjadi empat macam yaitu: "(1) Teknik memegang raket (grips), (2) Teknik mengatur kerja kaki (footwork), (3) Teknik menguasai pukulan (strokes), dan (4) Teknik menguasai pola-pola pukulan"(hlm.2.2). Menurut Subardjah
commit to user
12
beberapa bagian yaitu (1) cara memegang raket (grips), (2) stance (sikap berdiri), (3) Footwork (gerakan kaki) dan, (4) pukulan (strokes (2001: 25).
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, teknik dasar permainan bulutangkis terdiri empat macam yaitu: teknik memegang raket (grips), teknik mengatur kerja kaki (footwork), teknik menguasai pukulan (strokes), dan teknik pola-pola pukulan. Kualitas permainan atau penampilan pemain bergantung pada penguasaan macam-macam teknik dasar bulutangkis dengan didukung kemampuan fisik yang memadai, taktik dan mental yang baik.
1) Teknik Memegang Raket
Teknik pegangan raket merupakan unsur yang penting dan harus dikenalkan bagi pemain pemula. Hal ini karena, teknik pegangan raket ini akan membentuk tipe permainan seseorang. Sumarno & Muhtar menyatakan -tama yang perlu diperhatikan bagi pemain yang baru mulai bermain bulutangkis adalah cara memegang raket. Kesalahan di dalam cara memegang raket ini sangat sulit untuk diperbaiki. Selain itu cara memegang
(2010: 2.3).
Teknik memegang raket ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap pemain terutama bagi pemain pemula. Ada beberapa macam cara memegang raket atau grips yang dapat digunakan. Menurut Sugiarto (2002) bahwa,
-macam tipe pegangan raket yaitu, pegangan gebuk kasur, pegangan forehand (forehand grip), pegangan backhand (backhand grip) danpegangan campuran atau kombinasi (combination grip)"(hlm.32).
Teknik pengangan gebuk kasur merupakan istilah lain dari pegangan cara Amerika (American grip). Teknik pelaksanaan pegangan gebuk kasur adalah letakkan raket di lantai. Ambil dan peganglah pada bagian ujung pegangan raket dengan cara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan yang luas (sejajar permukaan kepala raket). Pegangan gebuk kasur ini lebih efektif digunakan dalam melakukan semes dan untuk mengambil bola di atas jaring (net) dengan menekan bola ke bawah secara tajam. Sebaliknya tipe pegangan ini kurang efektif dalam permainan di depan net, karena kurang memiliki keleluasan gerak. Sumarno & Muhtar menyatakan, "Grip ini (American grip) kurang efektif untuk melakukan
commit to user
13
pukulan backhand dan untuk permainan netting yang di samping net atau di bawah net"(2010 : 2.4).
Teknik pegangan forehand dilakukan dengan cara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan yang sempit (sejajar dinding kepala raket). Yang perlu diperhatikan dalam teknik pegangan ini adalah letak ujung ibu jari tidak melebihi dan tidak kurang dari jari telunjuk. Menurut Sugiarto (2002 : 25) teknik pegangan forehand memiliki beberapa
lepas. (2) Memudahkan melakukan pukulan terhadap bola yang datangnya di sebelah kanan badan (forehand). (3) Tidak perlu memutar pegangan yang disebabkan kesalahan menempatkan posisi kepala raket . Tetapi pegangan
forehand backhand, (2)
Teknik pegangan backhand merupakan jenis pegangan lanjutan dari pegangan forehand, yaitu dari pegangan forehand grip dapat beralih ke backhand grip dengan memutar raket seperempat putaran ke kiri, namun posisi ibu jari tidak seperti pada forehand grip, melainkan agak dekat dengan daun raket, atau dengan jalan menempelkan penampang ibu jari pada permukaan tangkai raket yang terlebar. Menurut Sugiarto keuntungan pegangan backhand
bola yang datangnya di sebelah kiri badan. Sebaliknya kelemahan dari teknik ini, pemain akan kesukaran dalam mengembalikan bola, terutama semes
(2002: 34).
Teknik pegangan campuran atau combination grip sering pula disebut pegangan jabat tangan. Pegangan campuran atau combination grip adalah suatu cara memegang raket dengan mengubah cara pegangan raket sesuai dengan datangnya bola dan jenis pukulan. Pegangan campuran ini merupakan kombinasi antara pegangan gebuk kasur dan teknik pegangan forehand. Teknik pegangan kombinasi hampir sama seperti pegangan forehand, yaitu posisi raket dimiringkan, dipegang seperti pada saat berjabat tangan. Teknik pegangan kombinasi ini merupakan salah satu cara pegangan yang paling efektif, karena pegangan raket sesuai dengan berbagai jenis datangnya bola. Dengan teknik pegangan kombinasi atlet akan memiliki
commit to user
14
pukulan yang lengkap dan sulit dianalisis kelemahannya. Berikut ini disajikan gambar macam-macam teknik pegangan raket sebagai berikut:
Pegangan Forehand Pegangan Geblek Kasur
Pegangan Backhand Pegangan Kombinasi
Gambar 1. Teknik Pegangan Raket Bulutangkis (Tohar, 1992)
2) Kerja Kaki (Footwork)
Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan
bulutangkis. footwork yang baik adalah
supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari (2011: 48). Menurut Subardjah (2001 Footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan (hlm.32). Untuk memperoleh footwork yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Sedangkan Aristanto (1990) menyatakan:
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu: (1) menentukan saat yang tepat untuk bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat
commit to user
15
kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) tetap memiliki keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan(hlm.26).
Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul kok yang berada di lapangan bagian depan atau di samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul kok di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.
3) Teknik Memukul Bola
Memukul bola (shuttlecock) merupakan ciri dalam permainan bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar (1992) menyatakan "Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan"(hlm.67).
Seorang pebulutangkis yang terampil apabila memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Menurut Sumarno & Muhtar (2010) bahwa, "Macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah service, lob, drive, smash, dropshot dan netting"(hlm.2.29). Menurut Tohar (1992) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis service, (2) Pukulan lob, (3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smash, (5) Pukulan drive, (6) Pengembalian service (hlm.67). Menurut Sugiarto -macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah servis, lob, smes, dropshot, drive dan netting (2002: 39)
Teknik pukulan yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi, servis, lob, drive, dropshot, smash, netting dan pengembalian servis. Jenis-jenis pukulan dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan backhand. Jenis-jenis pukulan tersebut diuraikan sebagai berikut:
commit to user
16
a) Pukulan Servis
Servis dalam permainan bulutangkis merupakan pukulan pembuka atau sajian bola pertama untuk memulai permainan. Tohar (1992)
menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam permainan bulutangk (hlm.67).
Servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang dapat memperoleh nilai. Agar servis berhasil dengan baik dan sah, maka dalam pelaksanaannya harus sesuai peraturan yang berlaku. Sugiarto (2002) menyatakan aturan-aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan servis pada saat perkenaan adalah:
(1) Bola maksimum berada sebatas pinggang.
(2) Mulai dari pegangan, kepala raket harus condong ke bawah. (3) Kaki tidak menyentuh garis.
(4) Kedua kaki berhubungan dengan lantai.
(5) Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat diperlambat atau dipercepat tetapi gerakan harus berkelanjutan tanpa adanya istirahat(hlm.31).
Teknik servis dalam permainan bulutangkis dapat dilakukan dengan beberapa macam. Sugiarto mengemukakan, "jenis-jenis pukulan servis yaitu (a) servis pendek/short service , (b) servis tinggi/ high service, dan (c) servis drive/ drive service "(2002: 40-50).
Servis pendek merupakan pukulan service dengan mangarahkan shuttlecock dengan sasaran bidang yang sah yang sedekat mungkin dengan net. Servis pendek hanya memerlukan sedikit tenaga, seolah-olah bola hanya didorong saja menggunakan perpindahan berat badan dari belakang ke depan, sedangkan gerak pergelangan lengan hanya dipakai untuk menentukan arah saja. Servis lob atau servis tinggi merupakan servis yang dilakukan dengan arah bola panjang dan tinggi ke belakang lapangan lawan agar bola jatuh sedekat mungkin dengan garis batas belakang. Servis ini biasanya menggunakan teknik pukulan forehand dari bawah.
commit to user
17
Servis datar atau servis drive ini merupakan servis yang mengutamakan kecepatan laju bola, dan jalannya bola mendatar. Tohar menyatakan, "Servis drive adalah pukulan servis dengan cara menerbangkan shuttlecock secara keras, cepat mendatar dan setipis mungkin melewati net serta sejajar dengan lantai"(1992: 73).
b) Pukulan Lob
Pukulan lob merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola lurus, tinggi dan jauh ke belakang pertahanan lawan. Tohar (1992) lob adalah suatu pukulan dalam permainan bulu tangkis yang dilakukan dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke belakang garis
(hlm.78).
Sasaran pukulan lob adalah bidang lapangan lawan bagian belakang. Agar dapat mencapai sasaran di daerah belakang lapangan lawan, maka pukulan ini dilakukan dengan keras dan panjang. Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis. Sugiarto (2002) menyatakan, "Pukulan lob merupakan pukulan yang sangat penting bagi bola pertahanan maupun penyerangan"(hlm.54). Sedangkan Sumarno & Muhtar (2010
akan dicapai lob dapat dibagi menjadi 2 yaitu: lob serang (attack clear) dan lob tangkisan (high defensive clear (hlm.2.33). Hal senada dikemukakan Dinata & Tarigan (2004) bahwa :
Pukulan lob berbentuk lob serang atau berupa lob bertahan. Lob serang ditandai dengan lambungan kok yang tidak terlalu tinggi, tetapi jatuh digaris belakang. Sedangkan lob bertahan dilakukan dengan cara melambungkan kok setinggi-tingginya, supaya pemain bisa memperbaiki posisi badannya dan bersiap-siap untuk menerima serangan lawan dalam permainan (hlm.15).
c) Pukulan Drop (Dropshot)
Pukulan dropshot merupakan pukulan yang diarahkan di dekat net pada lapangan permainan lawan. Tohar (1992
commit to user
18
shuttlecock ke daerah pihak lawan dengan menjatuhkan shuttlecock (hlm.83). Menurut Sugiarto bahwa, Dropshot adalah pukulan yang dilakukan dengan tujuan menempatkan bola secepatnya dan sedekat-dekatnya dengan jaring pada lapangan
(2002 : 71).
Dropshoot pada prinsipnya merupakan teknik memukul shuttlecock agar jatuh secepat mungkin dekat net. Pukulan yang cepat dan ditempatkan sedekat mungkin di depan net akan sulit dikembalikan oleh lawan. Sugiarto (2002 Dropshot dibedakan menjadi dua yaitu: (1) dopshot dari atas (Overhead dropshot) terdiri atas drop penuh dan drop potong, (2) dop dari bawah (underhand dropshot (hlm.59-62)
d) Pukulan Drive
Pukulan drive adalah pukulan yang biasa digunakan untuk menekan lawan atau untuk memberikan kesempatan kepada lawan mendapatkan bola-bola yang melambung sehingga lawan tidak memperoleh kesempatan menyerang dengan pukulan atas. Pukulan drive merupakan jenis pukulan yang dilakukan dengan keras dan mendatar yang arah lambungan bolanya sejajar dengan lantai atau net. Tohar (1992) menyatakan, "Pukulan drive adalah pukulan yang dilakukan dengan menerbangkan shuttlecock secara mendatar, ketinggiannya menyusur di atas net dan penerbangannya sejajar dengan lantai"(hlm.104).
Pukulan drive merupakan pukulan yang laju bolanya cepat, sehingga pukulan ini termasuk jenis pukulan serangan yang dapat digunakan untuk mempercepat tempo permainan. Sumarno & Muhtar (2010) menyatakan, "Manfaat drive adalah mempercepat tempo permainan dengan meluncurkan bola datar di atas net ). Pukulan
drive rut
Sugiarto (2002 drive adalah mempercepat tempo permainan dengan meluncurkan bola serendah-rendahnya di depan jaring. Selain itu pukulan drive berfungsi untuk mengacaukan posisi (hlm.64). Dilihat dari lintasan bola, pukulan drive dapat dibedakan
commit to user
19
menjadi dua macam yaitu (1) Drive lurus atau silang ke belakang (arah pojok lapangan), (2) Drive ke muka jaring (drive dropshot).
e) Pukulan Smash
Smash merupakan pukulan overhead yang keras dengan kecepatan tinggi arahnya menukik ke bawah di bidang lapangan lawan. Menurut Sumarno & Muhtar (2010 smash adalah pukulan yang dilakukan paling cepat dan sekeras-kerasnya, ke arah bawah lapangan
lawan ). Menurut Tohar smash adalah suatu
pukulan yang keras dan curam ke bawah mengarah ke bidang lapangan pihak lawan"(1992: 92).
Smash merupakan teknik serangan yang paling efektif dalam permainan bulutangkis. Setiap pemain harus benar-benar menguasai teknik smash dengan baik, karena smash merupakan bentuk serangan yang paling mematikan. Menurut Sugiarto ada beberapa jenis pukulan smash yang dapat dilakukan, sesuai dengan kemauan atlet dan situasi di full smash), (2) smes potong, (3) smes seputar kepala (around the head smash), (4) backhand
smash, (5) (2002: 61-67).
f) Netting
Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Faktor tenaga dalam perminan netting hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan dengan tenang dan pasti. Prinsip-prinsip dalam melakukan permainan netting, menurut Sumarno & Muhtar (2010) yaitu, "(1) shuttlecock harus diambil di atas atau setinggi mungkin. (2) Lambungan shuttlecock harus serendah mungkin dengan net, dan (3) Jatuhnya shuttlecock harus sedekat mungkin dengan net"(hlm.2.43).
Dalam permainan net bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini
commit to user
20
untuk mempertinggi target kesulitan lawan memukul kembali bola terutama untuk menerobosnya. Sugiarto
bola yang jatuh dekat net adalah agar lawan kesulitan untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola dekat dengan net, maka
(2002: 68).
4) Pola Pola Pukulan
Penguasaan pola-pola pukulan penting untuk mengembangkan permainan dan memperoleh kemenangan pada permainan bulutangkis. Pemain perlu mendapatkan pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulang-ulang dan teratur. Sugiarto (2002
pukulan adalah pukulan yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan yang dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga menjadi bentuk/pola teknik pukulan yang dapat dimainkan secara harmonis
(hlm.99)
Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula. Sugiarto (2002) menyatakan bahwa pola pukulan yang dapat dikembangkan dalam permainan diantaranya yaitu:
(1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-chop-lurus) (2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot) (3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash) (4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net) (5) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net) (6) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net)
(7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-chop-smash)((hlm.82-97) Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut, pemain dapat pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas gerakan.
commit to user
21
Dewasa ini permainan bulutangkis telah terjadi revolusi dari tipe permainan lama menjadi tipe permainan modern. Perubahan ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan dunia modern yang sangat memperhatikan kecepatan dan akurasi. Perubahan tipe permainan ini berpengaruh pada pandangan dasar dari jiwa dan tipe atau karakteristik permainan bulutangkis. Sebagai konsekuensinya, hal ini berpengaruh terhadap pandangan orang tentang aspek-aspek yang perlu diutamakan pengembangannya untuk mencapai prestasi bulutangkis secara maksimal. Aristanto (1990:4) menyatakan aspek-aspek yang harus dikembangakan agar mencapai prestasi yang tinggi dalam permainan bulutangkis sebagai berikut:
1) Aspek Fisik
Kondisi fisik merupakan faktor penting untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bompa Phisical preparation has to be considered as one of the most, and in some cases, the most important ingredient in training reqiued to achieve high performance. The main objectives are to increase the develop biomotor abilities to the highest (1990: 52).
Pendapat tersebut menunjukkan, persiapan fisik harus dipertimbangkan sebagai suatu faktor utama dan terpenting sebagai unsur yang diperlukan dalam latihan guna mencapai prestasi yang tertinggi. Tujuan utama latihan fisik adalah untuk meningkatkan potensi fungsional atlet dan mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang paling tinggi. Suhendro (1999)
prestasi seorang atlet, dan bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga, sebab seorang atlet tidak dapat melangkah sampai ke puncak prestasi bila tidak didukung oleh kondisi fisik yang
(hlm.41).
Kemampuan fisik yang baik sangat penting dan merupakan faktor utama untuk meraih prestasi yang tinggi. Kondisi fisik yang baik akan sangat membantu dalam penguasaan teknik, taktik dan mental. Sudjarwo (1995) bahwa:
commit to user
22
Mempelajari teknik dalam cabang olaharga tertentu tidak mungkin dilakukan sebelum atlet memiliki kemampuan fisik yang menunjang gerakan teknik tersebut. Taktik yang telah direncanakan dalam pertandingan tidak akan terlaksana tanpa didukung kemampuan teknik yang memadai. Dan secara mental seorang atlet yang memiliki kemampuan teknik akan lebih mantap dan optimis dalam pertandingan(hlm.41-42)
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan fisik yang baik memiliki keterkaitan antara penguasaan teknik, taktik dan mental. Dengan memiliki kemampuan fisik baik akan mudah dalam menguasai suatu teknik cabang olahraga, mampu menjalankan taktik dan strategi permainan dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan optimis dalam pertandingan. Oleh karena itu, komponen-komponen kondisi fisik harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal untuk meraih prestasi yang tinggi. Komponen-komponen kondisi fisik menurut Purnama (2010)
otot local, daya tahan cardiovascular, kekuatan, power, kecepatan, fleksibilitas dan komposisi tubuh (hlm.1).
2) Aspek Teknik
Pengembangan teknik hanya dapat dilakukan melalui latihan-latihan yang sistematis, terencana dan selalu ditingkatkan. Latihan teknik dilakukan secara berulang-berulang bertujuan untuk mengotomatisasikan gerakan sesuai dengan teknik yang dikehendaki. Pada hakikatnya pengembangan teknik merupakan bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan yang cermat, efisien dan efektif.
Mengulang-ulang gerakan merupakan salah satu cara untuk menguasai suatu teknik cabang olahraga. Setiap pengulangan gerakan teknik hendaknya dimulai dari gerakan yang mudah meningkat ke yang lebih sulit atau kompleks dan dapat dimulai dari bagian menuju keseluruhan atau sebaliknya. Berdasarkan jenisnya penguasaan teknik menurut Sudjarwo (1995) dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
(1) Teknik dasar, ialah penguasaan teknik tingkat awal yang terdiri dari gerakan dasar dari proses gerak, bersifat sederhana dan mudah dilakukan. Teknik ini biasanya diberikan bagi mereka yang baru belajar keterampilan olahraga tingkat pemula.
commit to user
23
(2) Teknik menengah, ialah penguasaan teknik yang sudah menuntut kemampuan fisik yang meningkat, misalnya kekuatan, kecepatan, kelincahan, koordinasi dan sebagainya.
(3) Teknik tinggi merupakan penguasaan tingkat akhir dari pengembangan tingkat dasar dan tingkat menengah yang menuntut gerakan dengan tempo tinggi, ketepatan dan kecermatan. Penguasaan teknik tinggi memerlukan kualitas kemampuan fisik seperti kecepatan, koordinasi, keseimbangan dan daya ledak (power) guna menunjang gerakan-gerakan yang sulit, simultan bahkan dalam posisi dan kondisi yang sulit pula (hlm.43).
Penguasaan teknik yang baik sangat penting dalam usaha pencapaian prestasi olahraga. Oleh karena itu, penguasaan teknik perlu dibina secara cermat dan teratur dengan frekuensi pengulangan yang sebanyak mungkin, sehingga dapat dikuasai dengan baik. Adisasmita dan Syarifuddin (1996) menyatakan:
Untuk menguasai teknik suatu cabang olahraga ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu:
(1)Menganalisis gerak teknik. Hasil penganalisisan yang tepat dipakai sebagai patokan pembinaan, sehingga hanya gerakan-gerakan yang tepat dan benar serta berfungsi saja yang dipilih untuk latihan kecapakan teknik untuk menghasilkan prestasi yang tinggi.
(2)Menghasilkan hal-hal yang dapat merintangi atau menghambat efisiensi teknik (hlm.106).
Melalui penganalisaan dan penilaian yang seksama dapat diketahui elemen-elemen penting yang berfungsi dengan baik dalam usaha pembentukan kecakapan teknik. Untuk melatih teknik maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Sudjarwo (1995) menyatakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melatih teknik sebagai berikut:
(1)Informasi teori dan instruksi pelaksanaan harus tegas dan jelas. Teori teknik gerakan harus diberikan dengan jelas, diterangkan dengan contoh atau peragaan yang tepat, selanjutnya dicoba untuk dilakukan oleh atlet.
(2)Contoh gerakan teknik dapat dilakukan dengan suatu demonstrasi yang dilakukan oleh pelatih atau model yang ditunjuk untuk memberikan peragaan secara tepat. Untuk menunjukkan gerakan yang tepat dapat pula melalui media seperti film, slide, gambar-gambaratau media lainnya.
(3)Instruksi pelaksanaan harus cermat sebelum dilakukan gerakan ulang (drill), sebab apabila gerakan teknik terlanjur salah dilakukan seterusnya akan menjadi kebiasaan yang salah, sehingga sulit untuk ditingkatkan.
commit to user
24
(4)Koreksi dan perbaikan harus selalu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan teknik.
(5)Pemberian motivasi atau dorongan yang positif perlu diberikan, demikian pula umpan balik dan evaluasi sangat diperlukan (hlm.45-46).
Petunjuk cara melatih teknik tersebut sangat penting untuk diperhatikan seorang pelatih. Pelaksanaan latihan teknik yang baik akan memudahkan atlet untuk menguasai teknik yang dipelajari. Dengan menguasai teknik yang baik akan memberi peluang yang besar untuk meraih prestasi yang maksimal.
3) Aspek Taktik
Taktik merupakan bagian yang sangat penting dalam pembinaan olahraga. Taktik sangat berperan terutama dalam olahraga permainan. Hal ini sesuai pendapat Sudjarwo (1995
diperlukan terutama untuk penampilan dalam olahraga yang (hlm.61) Sedangkan yang dimaksud dengan taktik menurut Suhendro (1999
dan akan dilaksanakan dalam permainan oleh perorangan, kelompok maupun (hlm.363).
Taktik merupakan bagian yang penting yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan permainan atau pertandingan. Usaha untuk menyusun taktik permainan yang berhasil harus didukung unsur lainnya seperti tingkat kemampuan fisik atlet, tingkat penguasaan teknik dan lain sebagainya. Adisasmita dan Syarifuddin (1996) menyatakan faktor-faktor pendukung taktik yaitu:
(1)Kemampuan fisik. Kemampuan fisik yang baik tidak akan menyebabkan menurunnya tempo bertanding, sehingga tetap mampu melaksanakan taktik dengan segala macam variasinya.
(2)Kemampuan teknik. Kecakapan teknik sangat membantu lancarnya tugas-tugas taktik. Dengan memiliki kemahiran teknik maka konsentrasi hanya tertuju kepada taktik saja.
(3)Team work. Kerjasama menentukan berhasilnya suatu team. Team work menentukan pengertian-pengertian satu sama lain dalam melaksanakan taktik.
(4)Distribusi energi. Pengaturan distribusi energi selama pertandingan harus sesuai dan tepat. Hal ini untuk menghindari menurunya tempo karena kehabisan tenaga sebelum atau selesai bertanding atau tempo bertanding rendah karena tidak menggunakan tenega semestinya.
commit to user
25
(5)Penguasaan pola-pola pertandingan. Pola pertandingan sebaiknya jangan statis, pola pertandingan hendaknya mempunyai variasi-variasi. Hal ini perlu agar tidak dapat diterka lawan. Di samping itu, dengan adanya variasi dapat digunakan untuk merubah taktik apabila usaha yang terdahulu gagal (hlm.119).
Taktik dalam bertanding akan sangat bermanfaat atau berjalan dengan lancar jika didukung kemampuan fisik yang prima, penguasaan teknik yang baik, memiliki kerjasama yang kompak, distribusi energi yang baik serta penguasaan pola-pola pertandingan. Bagian-bagian tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya, oleh karena itu harus dikuasai dan dimiliki oleh setiap atlet.
4) Aspek Psikis/Mental
Aspek mental merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembinaan olahraga prestasi. Kemampuan fisik, penguasaan teknik yang baik serta taktik yang efektif, jika tidak didukung mental yang baik akan berpengaruh dalam usaha mencapai prestasi yang tinggi. Suhendro (1999)
mengejawantahkan kemampuan fisik, teknik dan taktik atlet dalam penampilan (hlm.63)
Mental merupakan kondisi psikologis yang penting dalam kegiatan olaharga. Mental berfungsi sebagai penggerak, pendorong dan pemantap bagi atlet untuk mempraktekkan kemampuan fisik dan skill dalam mencapai pretasi yang tinggi. Atlet yang memiliki mental baik akan mampu mengatasi segala kesulitan seperti kegagalan, gangguan emosi, putus asa dan lain sebagainya dengan penuh kesabaran, pengertian dan latihan yang teratur. Noer -faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kondisi mental, dapat dikelompokkan dalam dua faktor yaitu: (1) faktor-faktor yang berasal dari dalam atlet (faktor intern), (2) faktor-faktor yang berasal dari luar
(1995: 357).
Melatih atau menangani mental atlet adalah sangat penting dalam pembinaan olahraga prestasi. Jika kondisi mental atlet dalam kondisi yang tidak stabil harus segera dibenahi. Faktor-faktor yang mempengaruh mental atlet baik faktor internal maupun faktor eksternal harus segera dipecahkan
commit to user
26
sebelum melangsungkan pertandingan. Faktor internal antara lain yaitu faktor fisiologis atlet dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal antara lain yaitu penonton, lawan yang bukan tandingannya, kehadiran/ketidakhadiran pelatih, beban tugas yang terlalu berat.
2. Unsur Fisik Dominan dalam Bulutangkis
Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan keseluruhan, di samping menunjukkan ciri sebagai aktivitas jasmani yang memerlukan kemampuan anaerobik, jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan stroke satu persatu. Ciri ini disimpulkan dari sifat cabang olahraga bulutangkis berdasarkan tuntutan kondisi fisik.
Tidak dipungkiri bahwa permainan bulutangkis memerlukan kecepatan dan mobilitas bergerak yang dikombinasikan dengan agilitas yang biasanya dimanfaatkan untuk menutup lapangan atau untuk mengejar shuttlecock ke segala arah. Pergerakannya cepat dan disusul dengan perubahan arah, baik ke depan, ke belakang, ke samping kiri atau ke samping kanan.
Power juga dibutuhkan, terutama untuk melakukan pukulan terutama pukulan smash. Demikian pula flexibilitas atau kelentukan dibutuhkan dalam permainan bulutangkis terutama untuk mengambil bola yang jauh yang memerlukan langkah lebar, sehingga pemain harus mampu melakukan gerakan split. Demikian juga untuk unsur kondisi fisik lainnya seperti kekuatan, keseimbangan reaksi, koordinasi juga dibutuhkan dalam permainan bulutangkis.
Menurut Subarjah (2012 : 3) menyatakan bahwa Dalam permainan bulutangkis, komponen-komponen kondisi fisik yang menonjol adalah kecepatan gerak, kelincahan (agilitas), daya ledak otot atau power otot, dan daya tahan umum (kemampuan aerobik) . Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dijelaskan bahwa unsur fisik yang dominan dalam bulutangkis antara lain yaitu sebagai berikut :
a. Power Otot Tungkai
1). Pengertian Power Otot Tungkai
Power adalah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang