• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI TINJAUAN ANALISIS NERACA AIR DI DAS PAREMANG KABUPATEN LUWU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI TINJAUAN ANALISIS NERACA AIR DI DAS PAREMANG KABUPATEN LUWU"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SKRIPSI

TINJAUAN ANALISIS NERACA AIR DI DAS PAREMANG

KABUPATEN LUWU

Oleh :

MUNAWIR ANWAR

ADI SYURYA

105 81 2509 15

105 81 2461 15

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGAIRAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

 

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang diberikan selama ini kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan satu tugas akhir dalam rangka penyelesaian studi di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “ Tinjauan Analisis Neraca Air di DAS

Paremang Kabupaten Luwu”.

Sebagai manusia biasa, penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir yang sederhana ini masih banyak terdapat kekeliruan dan masih memerlukan perbaikan secara menyeluruh, hal ini tidak lain disebabkan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis dalam menyelesaikan tugas yang bagi penulis dirasakan cukup berat, karenanya berbagai masukan dan saran yang sifatnya membangun sangatlah diharapkan demi sempurnanya Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses awal hingga selesainya Tugas Akhir ini, banyak sekali pihak yang telah terlibat dan berperan serta untuk mewujudkan selesainya Tugas Akhir ini. Oleh karena itu dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada kedua orang tua yang penulis hormati dan cintai Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan penulis dengan penuh kesabaran hingga penulis dapat berhasil menyelesaikan studi pada jenjang yang lebih tinggi juga kepada seluruh saudara penulis yang dengan semangat memberi dorongannya selama ini.

(7)

   

iii   

Dengan segala hormat, pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Hamzah Al Imran., ST.,MT.,IPM selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Andi Makbul Syamsuri.,ST.,MT.,IPM selaku Ketua Program Studi Teknik Pengairan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Muh. Amir Zainuddin.,ST.,MT.,IPM selaku Sekretaris Program Studi Teknik Pengairan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Ir. H.Muhammad Idrus Ompo., Sp.,PSDA selaku Dosen Pembimbing I.

5. Ibu Dr. Ma’rufah.,SP.,MP selaku Dosen Pembimbing II.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Administrasi pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar..

Serta rekan-rekan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu pada kesempatan ini, harapan penulis semoga apa yang telah dibantukan selama ini secara moril maupun materil mendapatkan imbalan amal dari Allah SWT dan semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb

Makassar, Agustus 2020

(8)

 

TINJAUAN ANALISIS NERACA AIR DI DAS PAREMANG KABUPATEN LUWU

Munawir Anwar1) dan Adi Syurya2)

1) Program Studi Teknik Pengairan Universitas Muhammadiyah Makassar, almunawiranwar15@gmail.com

2) Program Studi Teknik Pengairan Universitas Muhammadiyah Makassar,

adisurya049@gmail.com

Abstrak

Data ketersediaan dan kebutuhan air merupakan dasar perhitungan potensi sumberdaya air. Satuan analisis penelitian ini menggunakan bentuk lahan karena berpengaruhh terhadap sumberdaya air dapat digunakan untuk mengetahui kondisi sumberdaya air yang ada disuatu tempat, khususnya DAS Paremang yang meliputi ketersediaan meteorologis, ketersediaan airtanah dan air permukaan serta kebutuhan air (Irigasi dan PDAM). Hasil perhitungan tidak mengalami defisit akan tetapi semua mengalami surplus. Kebutuhan air PDAM Balutan pada DAS Paremang rata-rata sebesar 0.0263 lt/dt/ha sedangkan ketersediaan air pada Intake PDAM Balutan rata-rata sebesar 0.1379 lt/dt/ha. Kebutuhan air Irigasi Padangsappa pada DAS Paremang rata-rata sebesar 3.7514 lt/dt/ha sedangkan ketersediaan air pada Daerah Irigasi Padangsappa rata-rata sebesar 9.9078 lt/dt/ha. Ketersediaan air yang cukup banyak pada DAS Paremang memungkinkan untuk membuat bangunan-bangunan air untuk pemanfaatan sumberdaya air yang berada di DAS Paremang.

kata kunci: neraca air, ketersediaan air, kebutuhan air, DAS Paremang, Sumberdaya air

Abstract

Data on water availability and demand is the basis for calculating the potential of water resources. The analysis unit of this study uses landforms because it affects water resources can be used to determine the condition of existing water resources, especially the Paremang watershed, which includes meteorological availability, groundwater and surface water availability and water needs (Irrigation and PDAM). The results of the calculation did not experience a deficit but all experienced a surplus. Water needs of the Balutan PDAM in the Paremang watershed are on average 0.0263 lt / sec / ha while the availability of water in the Balutan PDAM intake is an average of 0.1379 lt / sec / ha. Padangsappa Irrigation water needs in the Paremang watershed averaged 3.7514 lt / sec / ha while water availability in the Padangsappa Irrigation Area averaged 9.9078 lt / sec / ha. The availability of enough water in the Paremang watershed makes it possible to make water structures for the utilization of water resources that are in the Paremang watershed.

(9)

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN ... i KATA PENGANTAR ... ii ABSTRAK ... iv DAFTAR ISI ... v DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR RUMUS ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Batasan Masalah ... 7 F. Sistematika Tulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Tentang neraca air ...

9

1. Pengertian Neraca Air ... 9

2. Manfaat Neraca Air ... 10

3. Model Neraca Air ... 10

(10)

    vi   

B. Tinjauan Kebutuhan Air ... 12

1. Kebutuhan Air Irigasi ... 13

2. Kebutuhan Air Domestik ... 14

3. Kebutuhan Air Industri ... 14

4. Kebutuhan Air Rumah Tangga dan Perkotaan ... 14

5. Kebutuhan Air Peternakan ... 15

6. Kebutuhan Air Perikanan ... 15

C. Tinjauan Tentang Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 16

1. Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 16

2. Daerah aliran sungai (DAS) Berdasarkan Fungsi ... 18

3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Pareman ... 20

a. Letak DAS Pareman ... 20

b. Kondisi Topografi DAS Pareman ... 20

D. Tinjauan Tentang Hujan ... 21

E. Tinjauan Metode Analisa Debit Andalan (Q.80) ... 24

F. Metode Analisa Frekuansi Distribusi Normal ... 25

G. Tingkat Keandalan ... 26

1. Kebutuhan Air ... 27

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besaran Kebutuhan Air ... 27

H. Metode Analisa Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi ... 28

1. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ... 29

2. Kebutuhan air perlokasi ... 30

(11)

    vii   

4. Kebutuhan air konsumtif ... 31

5. Evapotranspirasi Eto ... 31

6. Hujan efektif ... 32

a.Total kebutuhan air di tingkat areal sawah ... 33

b.Kebutuhan air irigasi dtingkat pintu utama pengambilan ... 34

c.Besaran kebutuhan air dipintu pengambilan per periode waktu ... 35

I. Metode Analisa Perhitungan Kebutuhan Air PDAM ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Lokasi dan waktu penelitian ... 38

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data ... 39

C. Alat yang Diginakan ... 39

D. Data Yang Digunakan ... 40

E. Tahapan Penelitian ... 40

F. Bagan Alur Penelitian ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Pemilihan Data ... 46

B. Pengolahan Data ... 46

1. Pembuatan Skematik Sungai ... 46

2. Perhitungan Luas Catchment DAS dan Sub DAS ... 48

C. Analisa Perhitungan Debit Andalan ... 49

(12)

    viii   

2. Pengisian Data Kosong ... 50

3. Data Input dan Metode Analisa Debit Andalan ... 55

4. Metode Analisis Frekuensi Distribusi Normal ... 55

5. Tingkat Keandalan ... 58

6. Ketersediaan Air Pada Titik pengambilan ... 60

D. Analisa Perhitungan Kebutuhan Air Disetiap Bangunan Pengambilan .... 61

1. Jenis/kelompok dan Besaran Penggunaan Air Dalam DAS Paremang ... 61

2. Kebutuhan Air Irigasi ... 61

a) Kebutuhan Air Konsumtif ... 61

b) Evapotranspirasi Eto ... 62

c) Curah Hujan Efektif ... 63

3. Perhitungan ... 67

a) Perhitungan Kebutuhan Air Persiapan Lahan ... 67

b) Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi ... 68

c) Perhitungan Kebutuhan Air PDAM ... 72

d) Kebutuhan Air Untuk Pemeliharaan Sungai ... 75

E. Penyusunan Neraca Air ... 75

1. Metode Analisa Perhitungan ... 76

2. Pembuatan Grafik Neraca Air ... 77

(13)

    ix   

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

(14)

 

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Peta Wilayah Sungai Walanae-Cenranae ... 21

2. Siklus Hidrologi ... 22

3. Peta Topografi DAS Paremang ... 37

4. Bagan Alur penelitian ... 44

5. Skema Sungai DAS Paremang ... 46

6. Luas Catchment area pada DAS Paremang ... 47

7. Hasil Perhitungan ETo Menggunakan Aplikasi Cropwat ... 62

8. Grafik Neraca Air PAda Intake PDAM Balutan ... 77

(15)

 

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Tabel Koefisien Tanaman “Kc” ... 32

2. Tabel Pola Tanam ... ...35

3. Tabel Matriks Penelitian ... ...37

4. Tabel Pengelompokan Data Penggunaan Air Pada DAS Paremang ... 45

5. Tabel Luas Catchment Area DAS dan Sub Das dalam Das Paremang ... 48

6. Tabel ketersediaan Data Hidroklimatologi pada DAS Paremang ... 48

7. Tabel Daftar Data Debit yang Kosong ... 49

8. Tabel Data Curah Hujan Rata-rata Setengah Bulanan Sta.Noling ... 50

9. Tabel Data Debit Rata-rata Setengah Bulanan Sta.Noling ... 51

10.Tabel Perhitungan Koefisien Limpasan ... 52

11.Tabel Hasil Analisa Regresi ... 53

12.Tabel data Input dan Metode Analisa Perhitungan Debit Andalan ... 54

13.Tabel Data Debit Setengah Bulanan Rat-rata Sungai Noling ... 55

14.Tabel Data Debit Setengah Bulanan Rata-rata Sungai Noling (Periode Tanam) ... 56

15.Tabel Analisa Perhitungan Debit Andalan Sungai Noling Pada Titik Tinjau PDA Noling (Q80) ... 57

16.Tabel Analisa Perhitungan Debit Andalan Sungai Noling Pada Titik Tinjau PDA Noling (Q90) ... 58

(16)

    xii

18.Tabel Daftar Penggunaan Air DAS Paremang ... 60

19.Tabel Kondisi Iklim DAS Paremang ... 61

20.Tabel Data Curah Hujan Setengah Bulanan Sta.Noling ... 63

21.Tabel Curah Hujan Setelah di Urutkan dari Kecil ke Besar ... 64

22.Tabel Curah Hujan Efektif (mm) ... 65

23.Tabel Pola Tanam Yang Digunakan Pada DI Padangsappa ... 69

24.Tabel Jadwal Tanam Yang Digunakan pada DI Padangsappa ... 69

25.Table Perhitungan Kebutuhan Air Sesuai Jadwal Tanam ... 70

26.Table Kebutuhan Air Rumah Tangga ... 71

27.Table Kebutuhan Air Rumah Tangga dan Industru (l/org/hr) ... 72

28.Table Data Pengambilan dan Kebutuhan Air Pada DAS Paremang ... 73

(17)

 

DAFTAR RUMUS

No. Judul Halaman

1. Neraca = Qketersediaan – Qkebutuhan ... 11

2. P(X≥x) = m 100% ... 25

3. NFR = LP + P + WLR + ETc – Ref ... 29

4. ETc = kc x ETo ... 31

5. R(eff) = 0,70 x R80% ... 33

6. Total kebutuhan air irigasi = NFR x A ... 33

7. DR = NFR x eff ... 35

8. Qmd = Pn x q x fmd ... 36

(18)

 

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Air adalah salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang sangat di butuhkan bagi kehidupan mahluk hidup. Air membantu aktivitas kehidupan bagi semua mahluk hidup terutama manusia. Tidak hanya manusia saja yang membutuhkan air tetapi dari unsur tumbuhan, hewan maupun tanah itu sangat membutuhkan air dalam kehidupannya. Misalnya tumbuhan memerlukan air untuk tetap tumbuh, hewan pun memerlukan air untuk tetap tumbuh sedangkan tanah memerlukan air agar bisa menjaga kesuburan dan kegemburannya.

Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Kita tidak bisa terpisahkan dari air dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa air segala mahluk hidup di dunia ini tidak akan hidup karena air dibutuhkan semua makhluk untuk bertahan hidup. Air merupakan salah satu unsur di bumi yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Karena pentingnya manfaat air bagi kehidupan banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan air sebagai sumber kehidupan. Misalnya dalam Surat Al-Anbiya ayat 30:

َﺟ َو ۖﺎَﻤُﮭَٰﻨۡﻘَﺘَﻔَﻓ ﺎٗﻘۡﺗ َر ﺎَﺘَﻧﺎَﻛ َض ۡرَ ۡﻷٱ َو ِت َٰﻮ َٰﻤﱠﺴﻟٱ ﱠنَأ ْا ٓو ُﺮَﻔَﻛ َﻦﯾِﺬﱠﻟٱ َﺮَﯾ ۡﻢَﻟ َوَأ نﻮُﻨ ِﻣ ۡﺆُﯾ َﻼَﻓَأ ٍّۚﻲَﺣ ٍء ۡﻲَﺷ ﱠﻞُﻛ ِءٓﺎَﻤۡﻟٱ َﻦِﻣ ﺎَﻨۡﻠَﻌ

َ

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan

(19)

2  

antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

mengapakah mereka tiada juga beriman.”

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa air sebagai sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Bahkan dalam surat Al Anbiyaa’ ini jelas terlihat bahwa Allah mencipakan semua makhluknya dari air. Air merupakan komponen utama sel, jaringan, dan organ manusia. Makhluk hidup mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air makhluk hidup hanya bisa bertahan hidup beberapa hari saja. (AhmadThoifur, 2014).

Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama. Manfaat air bagi kehidupan manusia antara lain untuk kebutuhan rumah tangga yaitu sebagai air minum dan MCK, kebutuhan industri, air irigasi untuk pertanian sampai sumber untuk pembangkit listrik tenaga air. Air di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyar km³ dengan 97,5% berupa air laut dan 1,75% berbentuk es serta 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Air merupakan sumber daya alam yang diperbaharui melalui daur hidrologi. Namun keberadaan air sangat bervariasi bergantung pada lokasi dan musim. Ketersediaan air di daerah tropis sangat besar dibandingkan dengan daerah lain (misalkan daerah gurun atau padang pasir).(Sudjarwadi, 1987).

Dalam suatu lingkungan ekosistem, ketersedian air sangat berperan. Konsep siklus hidrologi lingkungan menyatakan bahwa jumlah air di suatu

(20)

3  

luasan tertentu di permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang mparemangk/menyerap (input) dan keluar (output) pada jangka waktu tertentu. Neraca mparemangkan dan keluaran air di suatu tempat dikenal sebagai neraca air (water balance). Karena air bersifat dinamis maka nilai neraca air selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga di suatu tempat kemungkinan bisa terjadi kelebihan air (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Apabila kelebihan dan kekurangan air ini dalam keadaan ekstrim tentu dapat menimbulkan bencana, seperti banjir ataupun kekeringan. Bencana tersebut dapat dicegah atau ditanggulangi bila dilakukan pengelolaan yang baik terhadap lahan dan lingkungannya. Selain itu neraca air juga dapat dimanfaatkan dalam bidang pertanian, pengetahuan tentang neraca air pada suatu daerah dapat meningkatkan produksi. Pada skala sinoptik, adanya badai tropis di dekat wilayah Indonesia juga akan berpengaruh terhadap hujan yang terjadi di Indonesia (Wirjohamidjojo, 1995).

Ketersediaan air erat kaitannya dengan faktor biofisik dan iklim di suatu DAS, sedangkan kebutuhan air berhubungan langsung dengan penggunaan air oleh aktifitas di dalam DAS tersebut. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktifitas ekonomi menyebabkan terjadinya tekanan terhadap lahan dan penurunan kapasitas infiltrasi serta meningkatnya aliran permukaan. DAS (Daerah Aliran Sungai) memiliki peranan yang penting, diantaranya sebagai penyangga kesinambungan fungsi suatu danau, sebagai pelabuhan laut, dan sebagai sumber penghasilan masyarakat di sekitarnya, serta kehidupan ekosistem perairan, oleh karena itu untuk mewujudkan fungsi kesinambungan

(21)

4  

tersebut, salah satunya diperlukan sistem pengelolaan yang terpadu dan sinerjik (Sugiyanto,2009).

Pengelolaan sumber daya air bertujuan untuk menjaga ketersediaan sumber daya air yang cukup sepanjang tahun. Pengelolaan DAS dan penerapan tata guna lahan yang tidak dilakukan secara terpadu dan dengan perencanaan yang kurang baik akan menimbulkan dampak negatif terutama bagi keseimbangan dan kualitas sumberdaya air. Untuk itu perlu diketahui potensi sumberdaya air yang tersedia di suatu wilayah. Fenomena banjir, erosi, sedimentasi, kekeringan, pencemaran maupun pendangkalan yang dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. Salah satu DAS yang mungkin dapat mencerminkan fenomena tersebut adalah DAS Paremangg

Daerah Aliran Sungai Paremangg secara geografis terletak pada 3*12’07”-3*18’16” LS dan 120*02’40”-120*24’10” BT dan berbatasan dengan Sebelah Utara Daerah Aliran Sungai Tobbia, Sebelah Selatan Daerah Aliran Sungai Bajo, Sebelah Barat Daerah Aliran Sungai Saddang Sebelah Timur Teluk Bone. Secara administrativ DAS Paremangg terletak dalam Kab. Toraja Utara dan Kab. Luwu meliputi Kec. Ponrang, Kec. Ponrang Selatan, Kec. Bupon, dan Kec. Kamanre ,Bentuk DAS Paremang menyerupai bulu burung. Panjang sungai induk 63 km, lebar rata-rata 40 m, dengan luas DAS 845,44 km2 termparemangk anak sungai utama atau Orde-2. Sungai Paremangg mengalir dari arah barat ke-timur melewati Kec. Ponrang, Kec. Bupon, dan Kec. kamanre dan bermuara di Teluk Bone (BBWS-PJ, 2018)

(22)

5  

Dalam Kabupaten Luwu terdapat 11 sungai yang melintas diwilayah tersebut. Sungai Paremangg adalah sungai dengan luas daerah tangkapan terbesar, 845,44 km². Sungai Paremangg juga adalah sungai terpanjang, 73 km, dan melewati Kecamatan Bupon, Ponrang, Ponrang selatan, dan Kecamatan Kamanre (BBWS-PJ, 2018)

Dengan luas DAS Paremangg saat ini yang sangat besar maka seharusnya pemanfaatan sumber air lebih besar pula tetapi pada kenyataannya yang ada, bahwa pengguna air pada DAS Paremangg hanya daerah irigasi Padangsappa dengan luas 4.881 ha (Fungsional), 9.687 ha (Potensial) dan PDAM Balutan dengan pengguna 77.309 jiwa, sehingga perlu mengetahui potensi air yang ada pada DAS Paremangg apakah ada potensi air yang belum termanfaatkan yang nantinya menjadi masukan buat pemerintah untuk membuat bangunan-bangunan pemanfaatan air atau dengan memperluas daerah irigasi di DAS Paremang tersebut.

Oleh karena untuk mewujudkan pemanfaatan air pada DAS Paremang untuk lebih terarah, perlu dilaksanakan suatu studi untuk mengetahui ketersediaan air dan jumlah kebutuhan air yang ada pada DAS Paremang, Sehingga hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian mengenai analisis Surplus dan Defisit pada DAS Paremangg Kabupaten Luwu. (BBWS-PJ, 2018)

(23)

6  

B.Rumusan Masalah

Daerah aliran sungai Paremangg merupakan salah satu daerah aliran sungai yang sangat luas di wilayah sungai Walanae-Cenranae dengan luas 845,44 km2, namun pemanfaatan air pada daerah aliran sungai Paremang hanya untuk daerah irigasi Padang sappa dengan luas 4.881 ha (Fungsional), 9.687 ha (Potensial) dan PDAM Balutan dengan pengguna 77.309 jiwa, sehingga perlu adanya kajian tentang ketersediaan air di daerah aliran sungai Paremangg apakah ketersediaan air di DAS Paremangg memungkinkan untuk penambahan bangunan-bangunan air agar pemanfaatan sumber air dapat dikelola dengan baik dan lebih terarah.

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui Defisit yang terjadi pada DAS Paremang

b. Untuk mengetahui Debit tertinggi yang terjadi pada DAS Paremang c. Sebagai bahan masukan terhadap pemerintah.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan pada pemerintah setempat untuk mempertahankan debit yang tersedia dan lebih memanfaatkan secara maksimal potensi air yang berada di DAS Paremangg.

(24)

7  

b. Sebagai bahan bacaan dan informasi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air ataupun potensi air pada DAS Paremangg.

E.Batasan Masalah

Agar pembahasan materi dalam tugas akhir lebih terarah, peneliti menetapkan ruang lingkup yang akan dibahas antara lain:

a. Daerah penelitian adalah DAS Paremang.

b. Data hujan periode pengamatan panjang(>10 thn).

c. Data debit sungai dengan periode pengamatan panjang (>10 thn) pada bangunan ukur maupun bangunan duga air.

d. perhitungan Debit andalan (Q.80) dengan metode weibull.

F.Sistematika Penulisan

Bab I PENDAHULUAN yang berisi latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II KAJIAN PUSTAKA yang berisi tentang teori-teori yang berhubungan

dengan permasalahan yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini, meliputi teori tentang air, daerah aliran sungai, sungai, neraca air, hidrolika, klimatologi pemanfaatan air dan pemb`agian air

Bab III METODE PENELITIAN yang berisi tentang metode penelitian yang

terdiri atas lokasi dan waktu penelitian, jenis penelitian dan sumber data, alat yang digunakan, variabel penelitian, tahapan penelitian, dan bagan alur penelitian

(25)

8  

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN yang berisi tentang hasil penelitian yang

menguraikan tentang analisis neraca air di DAS Paremang Kabupaten Luwu

Bab V PENUTUP yang berisi tentang kesimpulan dan dari hasil penelitian ini,

(26)

   

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Neraca Air

1. Pengertian Neraca Air

Neraca air merupakan perimbangan antara mparemangkan (input)

dan keluaran (output) air di suatu tempat pada suatu saat/ periode tertentu.

Penyusunan neraca air pada suatu tempat dimaksudkan untuk mengetahui jumlah netto dari air yang diperoleh sehingga dapat diupayakan

pemanfaatannya sebaik mungkin (Purbawa et all, 2009).Perhitungan

Neraca air merupakan penjelasan tentang hubungan antara aliran ke dalam ( inflow) dan aliran ke luar (outflow) di suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air (Sosrodarsono dan Takeda,1978).

Menurut Mather (1978), Neraca air merupakan perimbangan antara mparemangkan (input) dan keluaran (output) air di suatu tempat pada suatu saat/ periode tertentu. Dalam perhitungan digunakan satuan tinggi air (mm, atau cm). satuan waktu yang digunakan dapat dipilih satuan harian, mingguan, dekad (10 harian), bulanan ataupun tahunan sesuai dengan keperluan.

Nasir (1999) menyatakan bahwa curah hujan bersama evapotranspirasi yang didukung oleh sifat fisik tanah akan dapat memberikan keterangan penting tentang jumlah air yang dapat diperoleh untuk menentukan periode surplus atau defisit air lahan, air yang tidak

(27)

10  

dapat tertampung dan kapan saat terjadinya yang semuanya hanya dapat dianalisis melalui perhitungan neraca air.

2. Manfaat Neraca Air

Menurut metode Thorthwaite Mather, manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain :

1) Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta saluran- salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air.

2) Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.

3) Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti sawah, perkebunan, dan perikanan.

3. Model Neraca Air

Ada berbagai macam model neraca air, namun yang biasa dikenal terdiri atas tiga model antara lain:

1) Model Neraca Air Umum

Model ini menggunakan data klimatologis dan bermanfaat untuk mengetahui berlangsungnya bulan-bulan basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air untuk penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi maupun penguapan dari sistem tanaman atau transpirasi, penggabungan keduanya dekenal sebagai evapotranspirasi).

(28)

11  

Model ini merupakan penggabungan data klimatologis dengan data tanah terutama data kadar air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik Layu Permanen (TLP), dan Air Tersedia (WHC = Water Holding Capacity).

a. Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah tersebut akan terus-menerus diserap akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin kering,

b. Titik layu permanen adalah kondisi air tanah dimana akar-akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman layu,

c. Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kapasitas lapang dan titik layu permaneng.

3) Model Neraca Air Tanaman

Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah dan data tanaman. Neraca air ini dibuat untuk tujuan khusus pada jenis tanaman tertentu. Data tanaman yang digunakan adalah data tanaman pada komponen keluaran dari neraca air. Dalam penelitian ini neraca air yang digunakan adalah Model Neraca Air Umum.

4. Rumus Menghitung Neraca Air

Neraca = Qketersediaan – Qkebutuhan... (2.1) Dengan :

(29)

12  

Neraca : Neraca air, surplus jika hasil persamaan adalah positif dan defisit jika hasil persamaan adalah negatif.

Q ketersediaan : Debit ketersediaan air. Q kebutuhan : Debit kebutuhan air.

B.Tinjauan Tentang Kebutuhan Air

Air merupakan sumber daya alam esensial, yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet dalam tata surya yang memiliki kehidupan (Kodoatie,2010). Air adalah salah satu sumber alam, yang sangat penting dan mutlak untuk sumber kehidupan. Air merupakan sumber alam yang dapat diperbaharui (renewable) oleh alam dan karena itu maka air dianggap pula sebagai milik umum (common property).

Ketersediaan air pada dasarnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah. Sumber air utama dalam pengelolaan alokasi air adalah sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, danau, dan tampungan lainnya. Penggunaan air tanah kenyataannya sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku dan air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan, akan tetapi keberlanjutannya perlu dijaga dengan pengambilan yang terkendali di bawah debit aman (safe yield).

(30)

13  

kebutuhan air irigasi yaitu dalam bentuk hujan efektif. Pada beberapa daerah dengan kualitas air permukaan yang tidak memadai, dilakukan pemanenan hujan, yaitu air hujan ditampung menjadi sumber air untuk keperluan rumah tangga.

Ketersediaan air permukaan dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Lokasi ketersediaan air dapat berlaku pada suatu titik, misalnya pada suatu lokasi pos duga air, bendung tempat pengambilan6 air irigasi, dan sebagainya dimana satuan yang kerap digunakan adalah berupa nilai debit aliran dalam meter kubik/s atau liter/s. Banyaknya air yang tersedia dapat pula dinyatakan untuk suatu areal tertentu, misalnya pada suatu wilayah sungai (WS), daerah aliran sungai (DAS), daerah irigasi (DI), dan sebagainya, dimana satuan yang digunakan adalah berupa banyaknya air yang tersedia pada satu satuan waktu, misalnya juta meter kubik/tahun atau milimeter/ hari.

Pengembangan wilayah yang ditandai dengan semakin berkembanganya sektor-sektor kehidupan yang terkait dengan ketersediaan air misalnya: irigasi (kebutuhan air untuk sawah dan tambak), domestik (kebutuhan air untuk domestik), industri (kebutuhan air untuk industri), municiple (kebutuhan air untuk perkotaan), kenutuhan air peternakan, kebutuhan air perikanan.

1. Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi sebagian besar dicukupi dari air permukaan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi berbagai faktor seperti klimatologi,

(31)

14  

kondisi tanah, koefisien tanaman, pola tanam, pasokan air yang diberikan, luas daerah irigasi, efisiensi irigasi, penggunaan kembali air drainase untuk irigasi, sistem penggolongan, jadwal tanam dan lain-lain.

2. Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air penduduk dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang ada di daerah tersebut Faktor utama menentukan kebutuhan air penduduk adalah dengan mengetahui jumlah dan pertumbuhan penduduk. Untuk hal tersebut perlu dilakukan analisis untuk memperkirakan jumlah penduduk pada beberapa tahun mendatang

3. Kebutuhan Air Industri

Untuk wilayah yang tidak diperoleh data penggunaan lahan industri, kebutuhan air industri dihitung dengan menggunakan persamaan linear. Standar yang digunakan adalah dari Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjen Cipta Karya DPU yaitu kebutuhan air untuk industri diambil sekitar 10% dari konsumsi air domestic

4. Kebutuhan Air Rumah Tangga Dan Perkotaan

Kebutuhan air rumah tangga dan perkotaan (domestic and

municipal) kerap-kali disebut juga dengan nama air baku jika air tersebut

belum diolah, dan air bersih atau air minum jika air telah diolah dengan menggunakan Instalasi Pengolah Air. Kebutuhan ini sangat penting untuk selalu dipenuhi, sebab kegagalan pemenuhan kebutuhan air rumah tangga dan perkotaan dapat menimbulkan wabah penyakit dan keresahan masyarakat. Besarnya kebutuhan air ini bergantung pada jumlah

(32)

15  

penduduk, pola konsumsi yang sejalan dengan naiknya tingkat kesejahteraan, serta ukuran besarnya kota, atau desa yang dapat diparemangmsikan bergantung pada jumlah penduduk

5. Kebutuhan Air Peternakan

Kebutuhan air peternakan dihitung berdasarkan jumlah dan jenis ternak yang ada di daerah tersebut dengan tingkat kebutuhan air masing-masing jenis ternak. Faktor utama menentukan kebutuhan air peternakan adalah dengan mengetahui jumlah dan laju pertumbuhan ternak. Untuk hal tersebut perlu dilakukan analisis untuk memperkirakan jumlah ternak pada beberapa tahun mendatang.

6. Kebutuhan Air Perikanan

Kebutuhan air perikanaan dihitung berdasarkan luas kolam/tambak yang ada di daerah tersebut dengan standar kebutuhan air perikanan. Faktor utama menentukan kebutuhan air perikanan adalah dengan mengetahui laju pertumbuhan luas kolam/tambak.

Adanya perkembangan sektor-sektor ini akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan air, namun pada musim kemarau akan terjadi penurunan debit air. Dengan demikian perlu memperhitungkan ketersediaan air agar dapat menunjang pertumbuhan sektor-sektor yang membutuhkan air dan mengetahui potensi air yang ada. Diharapkan dengan mengetahui potensi air yang ada dapat menjadi indikator dalam jumlah pemenuhan kebutuhan air, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan sumber daya air dapat terpelihara dengan baik.

(33)

16  

Salah satu upaya pengembangan sumber daya air tanah adalah untuk keperluan irigasi.penggunaan air dalam sistem pertanaman di lahan tadah hujan perlu memperhatikan pola tanam yang efisien, menguntungkan dan menjaga kesetimbangan sumberdaya air dan lingkungan. Kebutuhan air irigasi di sawah adalah besarnya satuan kebutuhan air yang harus disediakan untuk tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Besarnya satuan kebutuhan air di sawah biasanya dihitung dengan satuan kebutuhan air setiap satuan luas.

Kebutuhan air meliputi masalah persediaan air, baik air permukaan maupun air bawah tanah, begitu pula masalah manajemen dan ekonomi proyek irigasi. Kebutuhan air telah menjadi faktor yang sangat penting dalam memilih keputusan tentang perbedaan pendapat dalam sistem sungai utama dimana kesejahteraan masyarakat dari lembah, negara, dan bangsa tercakup. Sebelum sumber air dari suatu daerah aliran di daerah kering dan setengah kering dapat ditentukan secara memuaskan, pertimbangan yang hati-hati harus dicurahkan kepada kebutuhan air (consumptive use) pada berbagai sub aliran.

C.Tinjauan Tentang Daerah Aliran Sungai (DAS)

1. Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan

(34)

17  

unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau.

Daerah aliran sungai (DAS) adalah wilayah tangkapan air hujan yang akan mengalir ke sungai yang bersangkutan. Perubahan fisik yang terjadi di SUB DAS akan berpengaruh langsung terhadap kemampuan SUB DAS terhadap banjir. Adanya tekanan penduduk terhadap kebutuhan lahan baik untuk kegiatan pertanian, perumahan, industri, rekreasi, maupun kegiatan lain yang akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumber daya air adalah perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lain nya seperti pertanian, perumahan ataupun industri. Kerapatan bangunan yang tinggi misalnya akan mengurangi area peresapan air hujan kedalam tanah. Kerapatan bangunan (perumahan) ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk.

Menurut Asdak (1995) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung di mana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung dan dialirkan melalui sungaisungai kecil ke sungai utama. Sedangkan menurut Lubis dkk. (1993) Daerah Aliran Sungai merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah tofografi (punggung bukit) yang mempunyai curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau laut.

(35)

18  

Pendapat Triatmodjo (2009) Daerah Aliran Sungai (DAS) menerima input berupa curah hujan kemudian memprosesnya sesuai dengan karakteristiknya menjadi aliran. Hujan yang jatuh dalam suatu DAS sebagian akan jatuh pada permukaan vegetasi, permukaan tanah atau badan air.

Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan

inflow dan outflow dari material dan energi. Selain itu pengelolaan DAS

dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun.

2. Daerah aliran Sungai (DAS) Berdasarkan Fungsi

Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, antara lain:

a. DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan

(36)

19  

vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.

b. DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.

c. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah. Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang terkelola dengan baik dan terjaga keberlanjutannya dengan didukung oleh prasarana dan sarana di bagian tengah akan dapat mempengaruhi fungsi dan manfaat DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk pertanian, kehutanan maupun untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat secara keseluruhan.

Dengan adanya rentang panjang DAS yang begitu luas, baik secara administrasi maupun tata ruang, dalam pengelolaan DAS diperlukan adanya koordinasi berbagai pihak terkait baik lintas sektoral maupun lintas daerah secara baik.

(37)

20  

3. Daerah Aliran Sungai ( DAS) Paremangg

a. Letak DAS Paremangg

Daerah Aliran Sungai (DAS) Paremangg merupakan salah satu daerah aliran sungai yang berada dalam Wilayah Sungai (WS) Walanae Cenranae. DAS. Paremangg mempunyai luas 845,44 km2. Secara geografis DAS.Paremangg terletak pada koordinat 3°12’07”LS - 3°18’16” LS dan 120°02’40” - 120°24’10”BT . Secara hidrologis DAS Paremangg berbatasan dengan :

 Sebelah utara : Daerah Aliran Sungai Tobbi  Sebelah Selatan : Daerah Aliran Sungai Bajo  Sebelah Barat : Daerah aliran Sungai Saddang  Sebelah tiur : Teluk Bone

Secara administrative DAS Paremangg terletak dalam Kabupaten Toraja Utara dan Kabupaten Luwu yang meliputi Kecamatan Ponrang, Kecamatan Ponrang Selatan, Kecamatan Bupon dan Kecamatan Kamanre.

b. Kondisi Topografi DAS Paremangg

Kondisi topografi DAS.Paremangg sangat bervariasi mulai dari wilayah datar sampai bergunung-gunung. Dalam DAS.Paremangg terdapat daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-25 m merupakan daerah diominan dengan prosentase 51,40% dari total luas DAS. Daerah dengan ketinggian 25-100 m dpl mencapai 16,40%, 100-500 m dpl mencapai 20,05%, dan wilayah ketinggian 500-1000 mdpl sebesar

(38)

21  

12,15% dari total luas DAS.Paremangg. Peta Wilayah sungai Walana-Cenranae di tunjukkan pada gambar 2.1

Gambar 2.1 : Peta Wilayah sungai Walana-Cenranae

D.Tinjauan Tentang Hujan

Hujan adalah suatu fenomena alam yang kejadiannya begitu acak baik waktu, lokasi, dan besarannya, sehingga sulit diperkirakan. Hujan yang diperhatikan dalam analisis adalah hujan yang tercatat pada stasiun pencatat hujan yang berada dalam DAS yang ditinjau. Umumnya data hujan yang diperlukan adalah 5-20 tahun pencatatan untuk data hujan harian, dan 2-5 tahun pencatatan untuk data hujan jam-jaman. Data yang akan digunakan dipilih atas dasar ketersediaan data yang menerus dan agihan letak stasiunnya. Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan yang jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Jumlah presipitasi selalu dinyatakan

(39)

22  

dengan (mm) (Mori 2006) , berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan bumi. Di bumi hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara.

Hujan merupakan komponen mparemangkan yang paling dalam proses hidrologi. Karena jumlah kedalaman hujan ini yang dialihragamkan menjadi aliran disungai, baik melalui limpasan permukaan maupun aliran dasar. Jadi besar kecilnya jumlah kedalaman hujan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya aliran sungai. Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Siklus hidrologi dapat ditunjukkan seperti pada gambar berikut.

(40)

23  

Penguapan merupakan proses alami berubahnya molekul cairan menjadi molekul gas/ uap. Penguapan yang berasal dari benda-benda mati seperti tanah, danau, dan sungai disebut evaporasi (evaporation), sedangkan

penguapan yang berasal dari hasil pernafasan benda hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia disebut tranpirasi (transpiration), dan jika penguapan itu

berasal dari benda-benda mati dan tanaman maka disebut evapotranspirasi. Akibat penguapan ini terkumpul massa uap air, yang dalam kondisi atmosfer tertentu dapat membentuk awan.

Air hujan yang jatuh di permukaan terbagi menjadi dua bagian, pertama sebagai aliran limpasan (overland flow) dan kedua bagian air yang

terinfiltrasi. Jumlah yang mengalir sebagai aliran limpasan dan yang terinfiltrasi tergantung dari banyak faktor. Makin besar bagian air hujan yang mengalir sebagai aliran limpasan maka bagian air yang terinfiltrasi akan menjadi semakin kecil, demikian juga sebaliknya.

Aliran limpasan selanjutnya mengisi tampungan-cekungan (depression

strorage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air akan menjadi limpasan

permukaan (surface runoff) yang selanjutnya ke sungai atau laut. Air yang

terinfiltrasi, bila keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian besar dapat mengalir lateral di lapisan tidak kenyang air (unsaturated zone) sebagai

aliran antara (subsurface flow/ interflow), sebagian yang lain akan mengalir

vertikal (perkolasi/percolation) yang akan mencapai lapisan kenyang air

(41)

24  

air tanah (groundwater flow/baseflow), sungai atau tampungan dalam (deep

storage).

Sebagian besar air yang ada di permukaan bumi akan menguap kembali ke atmosfer. Atas kejadiannya, jenis hujan dibedakan :

a. Hujan konvektif

Hujan yang disebabkan karena naiknya udara ke masa yang lebih rapat dan dingin. Hujan ini sangat berubah-ubah dan intensitasnya sangat bervariasi b. Hujan orografik

Hujan yang disebabkan oleh pengangkatan mekanis diatas rintangan pegunungan. Didaerah pegunungan, pengaruh orografik sangat menonjol sehingga pola hujan badai cenderung menyerupai pola hujan tahunan rerata.

E.Tinjauan Metode Analisa Debit Andalan (Q.80)

Penyediaan sumber daya air untuk berbagai kebutuhan harus memenuhi persyaratan perencanaan tertentu dimana ketersediaannya harus memenuhi probabilitas tertentu yang disebut dengan debit andalan. Debit andalan adalah minimum sungai dengan kemungkinan debit terpenuhi dalam prosentase tertentu, misalnya 90%, 80% atau nilai prosentase lainnya, sehingga dapat dipakai untuk berbagai kebutuhan. Debit andalan pada umumnya dianalisis sebagai debit ratarata untuk periode 10 hari, setengah bulanan atau bulanan. Kemungkinan tak terpenuhi dapat ditetapkan 20%,

(42)

25  

30% atau nilai lainnya untuk menilai tersedianya air berkenaan dengan kebutuhan pengambilan (diversion requirement).(BalaiPompengan, 2010).

Soemarto (1987) menyatakan bahwa debit andalan adalah besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam perencanaan proyek-proyek penyediaan air terlebih dahulu harus dicari debit andalan (dependable discharge), yang tujuannya adalah untuk menentukan debit perencanaan yang diharapkan selalu tersedia di sungai.

Debit tersebut digunakan sebagai patokan ketersediaan debit yang mparemangk ke waduk pada saat pengoperasiannya. Untuk menghitung debit andalan tersebut, dihitung peluang 80% dari debit inflow sumber air pada pencatatan debit pada periode tertentu.

F.Metode Analisis Frekuensi Distribusi Normal.

Analisis ini dilakukan dengan cara / tahapan sebagai berikut:

1. Susun / tabelkan seluruh data debit rata-rata setengah bulanan dari besar ke kecil sesuai interval waktu yang diinginkan (dalam studi ini dipilih interval waktu setengah bulanan).

2. Berikan nomor urut data sesuai nilai besaran masing-masing data

3. Hitung probabilitas data untuk masing-masing data dengan persamaan “Weibul

P(Xx) = 100………(2.2) Dimana :

(43)

26  

dengan atau lebih besar m : Peringkat data

n : Jumlah data X : Seri data debit

X : debit andalan jika probabilitas sesuai dengan peruntukannya, missalnya P(X≥Q80%) = 0.8. 4. Besaran debit andalan adalah besaran debit yang mempunyai nilai

probabilitas sebesar “P” yang diinginkan.

Bila probabilitas yang ada tidak sesuai dengan yang diinginkan maka dapat dilakukan interpolasi.

Dalam hal pada bangunan pengambilan khususnya pada node pertama (bangunan pengambilan pertama) tidak tersedia data debit maka debit andalan dititik tersebut dihitung dengan metode analisa regional (perbandingan luas) terhadap titik (node) yang mempunyai data debit dan data luas catchment area.

G.Tingkat Keandalan

Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya bahwa penggunaan air dalam DAS baik dalam DAS.Siwa maupun DAS.Paremangg mayoritas adalah untuk irigasi. Mengacu pada Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01) Direktorat Jenderal SDA -2013 untuk irigasi ketersediaan airnya harus didasarkan pada debit andalan 80%. Untuk itu maka dalam studi ini analisa perhitungan debit andalan dilakukan untuk debit dengan tingkat keandalan 80%. Namun demikian mengingat neraca air ini nantinya akan digunakan

(44)

27  

sebagai acuan penyusunan rencana alokasi air yang biasanya rencana pemberian airnya dilakukan dengan bermacam-macam skenario maka dalam studi ini selain debit andalan dengan tingkat kenadalan 80% dihitung pula besaran debit andalan dengan debit tingkat keandalan 50% dan 95%.

1. Kebutuhan Air

Sebagaimana telah diuraikan didepan bahwa salah satu komponen yang perlu diketahui dalam penyusunan neraca air adalah komponen “kebutuhan air”. Untuk mengetahui besaran kebutuhan air bagi seluruh pengguna dalam DAS perlu dilakukan analisa perhitungn. Analisa dan perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui besaran kebutuhan air bagi semua pengguna air yang ada pada setiap titik pengambilan dalam DAS pada periode waktu tertentu.

Sedang tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai besaran kebutuhan air bagi semua pengguna yag ada pada titik pengambilan dalam DAS pada periode waktu tertentu yang selanjutnya akan digunakan untuk penyusunan neraca air.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besaran Kebutuhan Air

Besaran nilai kebutuhan air pada setiap titik pengambilan dipengaruhi faktor-faktor berikut :

a. Jenis /kelompok pengguna (irigasi atau non irigasi) b. Besaran pengguna

(45)

28  

H. Metode Analisa Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi

Agar nilai besaran kebutuhan air khususnya kebutuhan air irigasi lebih akurat dalam arti sesuai atau paling tidak mendekati dengan nilai besaran kebutuhan air yang benar-benar akan terjadi dilapangan maka nilai kebutuhan air irigasi dalam studi ini dihitung sebagai berikut :

 Dalam hal kebutuhan air riel lapangan untuk irigasi telah ditetapkan / disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan (P3A, Komisi Irigasi dan instansi lain terkait) maka kebutuhan air irigasi akan dihitung berdasarkan kebutuhan / pengambilan yang telah disepakati / ditetapkan tersebut.

 Yang dimaksud dengan kebutuhan air riel lapangan tersebut adalah rencana pemberian air irigasi yang akan dilakukan dilapangan yang telah disepakati oleh pihak2 terkait yang biasanya dituangkan dalam ketetapan rencana pola tanam.

 Apabila kebutuhan air riel sebagaimana dimaksud diatas belum ada maka kebutuhan air irigasi diperhitungan dengan metode seperti diuraikan pada butir dibawah ini.

 Dalam hal data kebutuhan air riel lapangan untuk kebutuhan air irigasi tidak tersedia maka kebutuhan air irigasi akan dihitung dengan metode sebagaimana diuraikan dibawah ini.

(46)

29  

Kebutuhan air untuk irigasi (sawah) dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

NFR = LP + P + WLR + ETc – Ref………. (2.3) Dimana :

NFR : kebutuhan air bersih disawah (Net Field Requirement), mm/hari;

LP : air kebutuhan penyiapan lahan, mm/hari; P : air kehilangan perkolasi (percolation), mm/hari; WLR : penggantian lapisan air (water layer replacement),

mm;

ETc : air konsumtif (consumptive use), mm/hari; Ref : curah hujan efaktif, mm/hari

1) Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (LP).

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan meliputi kebutuhan untuk penjenuhan dan penggenangan. Dalam perencanaan alokasi air ini besaran kebutuhan air untuk penyiapan lahan dihitung sesuai dengan rekomendasi pada “Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, yaitu sebagai berikut:

(47)

30  

a. 200 mm mm selama 30 hari atau 6,66 mm/hr, untuk sawah tanpa bero; b. 250 mm selama 30 hari atau 8,33 mm/hr, untuk sawah bero lebih 2,5

bulan.

c. 4,65 mm / hr untuk pertanian palawija.

2) Kebutuhan air perkolasi (P).

Kebutuhan air untuk perkolasi (P) adalah kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang pada areal tanaman akibat proses perkolasi melalui lobang-lobang pada tanah yang ditempati oleh akar tanaman.

Dalam studi ini besaran perkolasi dihitung mengacu pada standar perencanaan irigasi KP.01 yaitu sebesar 2mm/hari.

3) Kebutuhan air untuk penggantian lapisan (WLR).

Dalam proses pertumbuhannya tanaman padi memerlukan penggantian lapisan air yang ada. Penggantian lapisan air ini biasanya dilakukan setelah dilakukan pemupukan yaitu 1 bulan dan 2 bulan setelah waktu penanaman.

Pemberian air untuk penggantian lapisan air dalam studi ini diambil sesuai standar kriteria perencanaan irigasi – KP.01 sebagai berikut yaitu :

a. Penggantian lapisan air ke 1 diberikan selama setengah bulan setelah 1 bulan waktu penanaman, sebesar 3,33 mm/hari;

(48)

31  

b. Penggantian lapisan air ke 2 diberikan selama setengah bulan setelah 2 bulan waktu penanaman, sebesar 3,33 mm/hari; masing-masing selama ½ bulan.

4) Kebutuhan air konsumtif (Etc).

Kebutuhan air konsumtif (Consumtive use) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

ETc = kc x ETo ... (2.4) Dimana :

ETc : evapotranspirasi tanaman, (mm/hari); Kc : koefisen tanaman;

Eto : evapotranspirasi potensial /acuan, (mm/hari);

5) Evapotranspirasi Eto.

Dalam studi ini nilai evapotrasnpirasi Eto diambil sama dengan 0,70 dari nilai evapotranspirasi pan kelas A.

Koefisien tanaman:

Nilai koefisien tanaman, kc tergantung dari jenis tanaman serta varietas dari tanaman. Tabel nilai koefisen tanaman menurut Nedeco / Prosida dan FAO adalah seperti tabel berikut

(49)

32  

Table 1 : nilai koefisien tanaman “kc”

Periode bulan ke Nedeco/prosida FAO Palawija Varietas biasa Varietas unggul Varietas biasa Varietas unggul 0,5 1,20 1,20 1,10 1,10 0,50 1 1,20 1,27 1,10 1,10 0,75 1,50 1,32 1,33 1,10 1,05 1,00 2 1,40 1,30 1,10 1,05 0,82 2,50 1,35 1,30 1,10 0,95 0,45 3 1,24 0 1,05 0 3,50 1,12 0,95 4 0 0

6) Hujan efektif (Re).

Dalam studi ini hujan efektif diartikan sebagai curah hujan yang jatuh diatas daerah irigasi yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhannya.

(50)

33  

Metode yang dipakai untuk menghitung besaran nilai hujan efektif dalam studi ini mengacu pada “Standar Perencanaan Perencanaan Irigasi KP-01” dimana hujan efektif dihitung dengan persamaan sebagai berikut : R(eff) = 0,70 x R80%...(2.5)

Dimana :

R(eff) : curah hujan effektif setengah bulanan, mm/(1/2bulan);

R80 : curah hujan minimum 5 tahunan atau curah hujan dengan probabilitas 80%

a. Total kebutuhan air ditingkat areal sawah.

Setelah nilai NFR diketahui maka secara total kebutuhan air irigasi ditingkat areal sawah ditentukan oleh besaran luas sawah, dan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut

Total kebutuhan air irigasi = NFR x A ... (2.6) Dimana :

NFR : kebutuhan air ditingkat sawah (Net Field Requirement), mm/det/ha;

(51)

34  

b. Kebutuhan air irigasi ditingkat pintu utama pengambilan.

Kebutuhan air irigasi ditingkat pintu utama pengambilan adalah jumlah dari kebutuhan air irigasi ditingkat areal sawah ditambah dengan kebutuhan air pengganti kehilangan air disaluran dan bangunan pembawa.

Kehilangan air di saluran dan bangunan pembawa di diformulasikan dalam “efisiensi irigasi” yaitu perbandingan antara jumlah air (ltr/det) yang dipakai ditingkat sawah dengan jumlah air yang dialirkan dipintu pengambilan (ltr/det) dalam %.

Dalam studi ini efisiensi irigasi di perhitungkan mengikuti kriteria perencanaan irigasi KP-01 sebagai berikut :

 Kehilangan air di tingkat primer 10  efisiensi 90  Kehilangan air di tingkat sekunder 10  efisiensi 90  Kehilangan air di tingkat tersier 20 efisiensi 80 Sehinggga nilai “efisiensi irigasi” = 65

Dengan demikian kenutuhan air irigasi ditingkat areal sawah dan nilai efisiensi irigasi maka kebutuhan air irigasi ditingkat pintu utama pengambilan dapat dihitung sebagai berikut: DR = NFR x eff ... (2.7)

(52)

35  

Dimana:

DR : Diversion requirement (Kebutuhan air di bangunan utama /intake, bendung);

NFR : Net Field Requirement (kebutuhan air di sawah); Eff : effisiensi irigasi.

c. Besaran kebutuhan air di pintu pengambilan per periode

waktu

Distribusi kebutuhan air irigasi pada setiap periode waktu yang ditentukansangat tergantung pola tata tanam. Pola tata tanam yang dipakai sebagai dasar perhitungan kebutuhan air irigasi dalam studi penyusunan neraca air ini adalah:

Tabel 2.2 Pola tanam Das Paremangg

Ketersediaan Air Untuk Irigasi

Pola Tanam Dalam Satu Tahun

Tersediaan air cukup banyak Padi - Padi – Palawija Tersedia air dalam jumlah

cukup

Padi - Padi-Bera / Padi - Padi – Palawija

Daerah yang cenderung kurang air

(53)

36  

I. Metode Analisa Perhitungan Kebutuhan Air PDAM

Agar nilai besaran kebutuhan air khususnya kebutuhan air PDAM lebih akurat dalam arti sesuai atau paling tidak mendekati dengan nilai besaran kebutuhan air yang benar-benar akan terjadi dilapangan maka nilai kebutuhan air PDAM dalam studi ini dihitung dengan rumus, sebagai berikut :

Kebutuhan air bersih (Qmd) :

Qmd = Pn x q x fmd………(2.8) Kebutuhan total air bersih (Qt) :

Qt = Qmd x 100/80 (faktor kehilangan air 20%)……(2.9) Dimana :

Qmd : kebutuhan air bersih Pn : jumlah penduduk tahun n Q : kebutuhan air per orang/hari fmd : faktor hari maksimum (1,05 – 1,15) Qt : kebutuhan air total, mm³/hr

(54)

   

9

Matriks Penelitian Tabel 4. Matriks Penelitian

No Nama Judul Tujuan penelitian Variabel yang diteliti

Variabel yang belum dileti Metode Penelitian 1 Munawir Anwar dan Adi Syurya Tinjauan Analisis Neraca Air Di DAS Paremang Kabupaten Luwu  Untuk mengetahui ketersediaan air pada DAS Paremangg Kabupaten Luwu.  Kebutuhan air yang

telah termanfaatkan dan berapa debit air yang belum dimanfaatkan di DAS Paremangg Kabupaten Luwu.  Ketersediaan Air Intake PDAM dan Bendungan Padangsappa  Kebutuhan Air PDAM untuk Penduduk DAS Paremang dan Kebutuhan Air Irigasi Padangsappa  Perhitungan Evapotranspirasi menggunakan bantuan Software (Cropwat versi 8.0)  Perlu adanya pengamatan Lanjutan  Penambahan bangunan-bangunan air penunjang DAS Paremang  Perlu Penambahan stasiun pencatatan hujan Pada wilayah DAS Paremang agar penelitian selanjutnya dapat menggunakan data yang lebih baru

(55)

   

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Daerah Aliran Sungai Paremang secara geografis terletak pada 3*12’07”-3*18’16” LS dan 120*02’40”-120*24’10” BT. Secara administrative DAS Paremang terletak dalam Kab. Toraja Utara dan Kab. Luwu meliputi Kec. Ponrang, Kec. Ponrang Selatan, Kec. Bupon, dan Kec. Kamanre, Sungai Paremang mengalir dari arah barat ke-timur melewati Kec. Ponrang, Kec. Bupon, dan Kec. kamanre dan bermuara di Teluk Bone. DAS Paremang, penelitian dilakukan dalam waktu Januari 2020 – Februari 2020 ditunjukkan pada gambar sbb:

(56)

39  

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2016:8) metode penelitian kualitatif adalah Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini akan menggunakan data sekunder yaitu:

1) Data debit wilayah DAS Paremang 2) Data klimatologi wilayah DAS Paremang

3) Data keadaan umum wilayah penelitian, kondisi sosial ekonomi dan lain-lain yang diperoleh dari buku, artikel, laporan-laporan penelitian, jurnal dari instansi/badan lain yang relevan.

C. Alat Yang Digunakan

Secara umum, alat dan bahan yang digunakan dalam penunjang penelitian ini terdiri dari perangkat lunak :

1) Program Microsoft Exel atau terapan untuk pengolahan data debit serta untuk menghitung dalam Metode weibull

(57)

40  

D. Data Yang Digunakan

Adapun Data yang digunakan dalam penelitian adalah :

a. Data Primer adalah data yang mempengaruhi data lain diantaranya adalah probabilitas (tingkat keandalan) dari debit (P), Debit andalan (Q80) b. Data Sekunder adalah data yang dipengaruhi data lain seperti Curah

Hujan (CH), Kebutuhan air bersih di sawah (NFR)

E. Tahapan Penelitian

a. Tahap Persiapan

Tahap ini dimaksudkan untuk mempermudah jalannya penelitian, seperti pengumpulan data, analisis, dan penyusunan laporan untuk itu tahapan persiapan meliputi:

1) Studi Pustaka

Studi Pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data maupun dalam penyusunan hasil penelitian.

2) Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam tugas akhir ini adalah data sekunder, data sekunder diperoleh melalui beberapa instansi terkait seperti balai besar BBWS Pompengan jeneberang Stasiun curah hujan Padangsappa, data klimatologi yang meliputi curah hujan, debit serta data kebutuhan air yang berada di DAS Paremang dan pengumpulan data-data pendukung lain.

(58)

41  

b. Tahap Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah pengolahan data tersebut. Pada tahap pengolahan atau menganalisis data dilakukan dengan menghitung data yang ada dengan rumus yang akan digunakan pada penelitian ini.

1) Perhitungan ketersediaan air dengan perhitungan debit andalan (Q80) dengan metode kurva durasi debit dengan menggunakan rumus perhitungan probabilitas Weibull :

P(Xx) = 100 Dimana :

P(X≥x) : Probabilitas terjadinya variabel X (debit) yang sama dengan atau lebih besar

m : Peringkat data n : Jumlah data X : Seri data debit

x : debit andalan jika probabilitas sesuai dengan peruntukannya, missalnya P(X≥Q80%) = 0.8.

2) Setelah kita mendapatkan data-data yang diperlukan maka langkah pertama jika tidak tersedianya data kebutuhan air irigasi adalah menghitung kebutuhan air irigasi dengan rumus :

(59)

42  

Dimana:

NFR : kebutuhan air bersih disawah (Net Field Requirement), mm/hari;

LP : air kebutuhan penyiapan lahan, (mm/hr) P : air kehilangan perkolasi (percolation), mm/hr WLR : penggantian lapisan air (water layer replacement),

mm

ETc : air konsumtif (consumtive use), mm/hari; Reff : curah hujan effektif, (mm/hari);

3) Setelah nilai NFR diketahui maka secara total kebutuhan air irigasi ditingkat areal sawah ditentukan oleh besaran luas sawah, dan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Total kebutuhan air irigasi = NFR x A Dimana :

NFR : kebutuhan air ditingkat sawah (Net Field Requirement), mm/det/ha

(60)

43  

4) Dengan diketahuinya kebutuhan air irigasi ditingkat areal sawah dan nilai efisiensi irigasi maka kebutuhan air irigasi ditingkat pintu utama pengambilan dapat dihitung sebagai berikut:

DR = NFR x eff Dimana:

DR : Diversion requirement (Kebutuhan air di bangunan utama/intake, bendung);

NFR : Net Field Requirement (kebutuhan air di sawah); Eff : effisiensi irigasi.

5) Setelah mendapatkan kebutuhan air irigasi maka selanjutnya menghitung kebutuhan air PDAM, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

 Kebutuhan air bersih (Qmd) : Qmd = Pn x q x fmd

 Kebutuhan total air bersih (Qt) :

Qt = Qmd x 100/80 (faktor kehilangan air 20%) Dimana :

Qmd : kebutuhan air bersih Pn : jumlah penduduk tahun n Q : kebutuhan air per orang/hari fmd : faktor hari maksimum (1,05 – 1,15)

(61)

44  

Qt : kebutuhan air total, mm³/hr 6) Selanjutnya Menghitung Neraca Air

Neraca = Qketersediaan – Qkebutuhan Dengan:

Neraca : Neraca air, surplus jika hasil persamaan adalah positif dan defisit jika hasil persamaan negative. Q ketersediaan : Debit ketersediaan air

Q kebutuhan : Debit kebutuhan air.

7) Setelah Neraca air dihitung maka langkat terakhir adalah membuat grafik neraca air.

Setelah mengetahui ketersediaan air dan kebutuhan air maka dapat kita ketahui hasil akhir tentang analisis neraca air di DAS Paremang.

(62)

45  

F. Bagan Alur Penelitian

Gambar 3.2. Bagan Alur Penelitian

MULAI LANDASAN TEORI  DATA PRIMER  PENGUMPULAN DATA  DATA SEKUNDER  DATA PENDUDUK  OBSERVASI LAPANGAN  (KONDISI SUNGAI)  DATA CURAH HUJAN DAN  KLIMATOLOGI  KEBUTUHAN AIR  ANALISA DAN  PEMBAHASAN  KESIMPULAN DAN SARAN  ANALISIS NERACA AIR  KETERSEDIAAN AIR  SELESAI

(63)

   

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemilihan Data

Dari hasil pengumpulan data dan identifikasi pemanfaatan air selanjutnya dilakukan pemilahan data. Pemilahan data ini dimaksudkan untuk mengelompokan jenis penggunaan air yang ada dimasing-masing DAS kedalam 2 jenis penggunaan air yaitu “irigasi” dan “non irigasi”.

Hasil dari pada pemilahan data untuk masing-masing DAS adalah seperti tabel berikut:

Tabel 3. Pengelompokan data penggunaan air pada DAS.Paremang No Kelompok dan Nama Pengguna Luas

pemanfaatan Banyaknya Pengguna 1 Irigasi

1). D.I.Padang Sappa 4881 ha 2 Non Irigasi

1). PDAM.Balutan 77.309 KK

B. Pengolahan Data

1. Pembuatan Skematik Sungai

Dari hasil pengumpulan data dan identifikasi pemanfaatan air pada masing-masing DAS selanjutnya dibuat skematik sungai. Skematik sungai ini dilengkapi dengan koordinat dari masing-masing bangunan pengambilan. Dalam studi ini skematik sungai ini menggambarkan nama sungai, arah aliran sungai, nama dan letak serta koordinat bangunan pengambilan seperti gambar dibawah ini.

(64)

46  

Skema Titik Pengambilan Air Sungai DAS Paremang

(65)

47  

2. Perhitungan Luas Catchment DAS dan Sub DAS

Untuk melakukan analisa perhitungan debit andalan pada titik-titik dimana data debit tidak tersedia diperlukan data luas. Dalam studi ini luas catchment area (CA), DAS atau sub.DAS dihitung berdasarkan peta topografi.

Dalam hal luasan cathment area, DAS dan Sub DAS telah ditetapkan baik itu berdasarkan peraturan pemerintah maka luasan catchment area, DAS atau Sub DAS diambil sesuai luasan yang tertera dalam peraturan pemerintah serta untuk memastikan kembali luasan catchment area adalah melalui peta dengan menggunakan aplikasi QGis. Hasil perhitungan luas –luas tersebut adalah seperti tabel dibawah ini

   

(66)

48  

Tabel 4. Luas Catchment area, DAS dan Sub.DAS dalam DAS.Paremang

No

Nama WS, DAS dan Sub.DAS Luas

(Km2)

1 WS. Walanae-Cenranae 11.923,64

2 DAS. Paremang 845,44

3 CA. Bendung Padang Sappa 691,92

4 Intake PDAM.Balutan 9,63

C. Analisa Perhitungan Debit Andalan

1. Ketersediaan Data

Dari hasil pengumpulan dan validasi data maka ketersediaan data hidrologi pada DAS Paremang adalah seperti tabel berikut.

Tabel 5. Ketersediaan data hidroklimatologi pada DAS Paremang

No Nama DAS Jenis data Sta Tahun data

Series data terpanjang (tahun) 1 DAS. Paremang Data debit PDA. Noling 1999 - 2004

2006 - 2007 2009 - 2011 2013 - 2018 6 Data Curah Hujan Noling 1999 - 2018 19

(67)

49  

2. Pengisian Data Kosong

Untuk dapat digunakan sebagai data dasar (data input) analisa perhitungan debit andalan maka data debit yang kosong sperti pada tabel 6. perlu diisi / dilengkapi.

Tabel 6. Daftar data debit yang kosong

No DAS Jenis data Sta Tahun data

1 DAS. Paremang Data debit PDA. Noling 2005, 2008, 2012

Dalam studi ini pengisian data kosong dilakukan dengan cara pembangkitan data dengan metode regresi.

Pembangkitan data debit yang hilang dengan metode regresi ini dilakukan dengan mencari korelasi antara besaran curah hujan rata2 dengan besaran debit rata2 yang terjadi pada periode yang sama. Korelasi ini dinyatakan dengan angka koefisien limpasan. Dengan nilai koefisien limpasan yang didapat selanjutnya digunakan untuk mengestimasi besaran debit berdasarkan besaran curah hujan yang ada.

Analisa perhitungan pengisian data kosong (pembangkitan) secara detail beserta hasil analisa perhitungannya yaitu :

Gambar

Gambar  2.1  : Peta Wilayah sungai Walana-Cenranae
Gambar 2.2 Siklus Hidrologi
Table 1 : nilai koefisien tanaman “kc”
Tabel 2.2 Pola tanam Das Paremangg
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepekaan pernafasan Dibawah kondisi normal untuk penggunaan yang dimaksud, bahan ini diharapkan tidak berbahaya bagi penghirupan. Gangguan kesehatan tidak diketahui atau

Zamandaşlık, akan ve geçici, “düşük” şimdi -“başlangıcı veya sonu olmayan” bu “yaşam” yalnızca düşük türlerde bir temsil ko­ nusuydu. En önemlisi

Pada Provinsi Sumatera Selatan sektor industri pengolahan, sektor listrik dan sektor pengangkutan memiliki hubungan yang sangat kuat antara pembiayaan dengan

Dari uraian di atas, dapat disimpukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah sebuah kegiatan memimpin, merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah

Infertilitas pria dapat disebabkan oleh karena kelainan yang terdapat pada fase: (1) pre testikuler yaitu kelainan pada rangsangan proses spermatogenesis, (2) testikuler yaitu

Try out terpakai merupakan istilah yang digunakan untuk proses penelitian yang menggunakan sampel yang sama dengan sampel dalam uji validitas dan

Langkah pengerjaannya adalah pembuatan database di MySQL, migrasi dari data yang sebagian ada di Microsoft Excel ke MySQL, menyiapkan web server apache, membuat