• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari Inovasi hingga Praktik Teladan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dari Inovasi hingga Praktik Teladan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

1 Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012

Laporan Akhir Java Reconstruction Fund 2012

Dari Inovasi

hingga Praktik Teladan

Tanggapan & Kesiapsiagaan Terhadap Bencana:

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

(2)

Laporan Akhir Java Reconstruction Fund 2012

Dari Inovasi

sampai Praktik Teladan

Tanggapan & Kesiapsiagaan Terhadap Bencana:

Laporan ini disusun oleh Sekretariat JRF (Java Reconstruction Fund) dengan kontribusi dari Bank Dunia sebaga Badan Mitra serta tim proyek. Sekretariat JRF dipimpin oleh JRF Manager, Shamima Khan, dengan anggota tim: David Lawrence, Anita Kendrick, Inayat Bhagawati, Lina Lo, Puni Ayu Indrayanto, Shaun Parker, dan Heri Wahyudi

Tim ini didukung oleh Amenah Smith, Inge Susilo, dan Olga Lambey. Penulis Kontributor: Rosaleen Cunningham Fotografer: Fauzan Ijazah Penyunting Bahasa: Ivan Lanin Penerjemah: Hindra Cahyadi Rancangan & Tata Letak: Studio Rancang Imaji Percetakan: PT Mardi Mulyo Foto Sampul:

Para pembangun perempuan

menunjukkan sebuah maket perumahan mereka dari lokasi desa baru mereka di Batur, Yogyakarta. Para penduduk desa ini telah direlokasi jauh dari “zona merah” Gunung Merapi.

Foto:

Rosaleen Cunningham untuk Sekretariat JRF

(3)

48 51 54 54 56 58 64 66 66 68 72 80 86 92 Bab 3 - Pembiayaan JRF: Pengelolaan

Sumber Daya untuk Hasil Berkualitas

Alokasi dan Pencairan kepada Proyek Biaya Proyek

Pembiayaan JRF – Kesimpulan

Kisah JRF 5:

Masyarakat Merapi:

Kehidupan Baru di luar Zona Merah

Bab 4 - Penutupan JRF: Pembelajaran yang Didapatkan untuk Hasil Berkesinambungan

Kisah JRF 6:

Pangandaran Enam Tahun Kemudian: Mempersiapkan Diri Menghadapi yang Terburuk untuk Mencegah yang Terburuk

Lampiran Lembar Fakta

Lembar Fakta 1:

Proyek Perumahan Sementara

Lembar Fakta 2:

Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak)

Lembar Fakta 3:

Pemulihan Mata Pencaharian di DIY dan Jawa Tengah (Pemulihan Mata

Pencaharian JRF—GIZ)

Lembar Fakta 4:

Akses terhadap Pembiayaan dan Pembangunan Kapasitas untuk Usaha Mikro dan Kecil yang Terdampak Gempa (Pemulihan Mata Pencaharian JRF—IOM)

Daftar Akronim dan Singkatan

daftar isi

30 31 32 34 39 44 46 2 4 6 8 10 11 12 12 13 14 15 16 17 19 20 22 24 26 28 Daftar Isi Mengenai JRF

Sambutan Ketua Bersama JRF Perjalanan JRF

Ringkasan Eksekutif

Dukungan JRF terhadap

Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Portofolio JRF: Mencapai Hasil

yang Signifikan

Pemulihan Perumahan dan Infrastruktur Masyarakat Pemulihan Mata Pencaharian Pembiayaan JRF: Pengelolaan Sumber Daya untuk Hasil Berkualitas Penutupan JRF

Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi

Jawa: Wilayah Rawan Bencana Struktur dan Tata Kelola JRF Peningkatan Kemitraan dan Transparansi melalui Komunikasi

Model yang Strategis dan Efektif untuk Rekonstruksi Pascabencana

Peristiwa Penting dalam Operasi JRF

Kisah JRF 1:

Perempuan Bertekad: Kekuatan Semangat

Kisah JRF 2:

Relokasi Bantul: Menuju Tempat yang Lebih Aman

Bab 2 - Portofolio JRF: Beradaptasi dengan Perubahan Kebutuhan, Mencapai Hasil

Menyesuaikan Tanggapan JRF dengan Kebutuhan Rekonstruksi

Hasil Portofolio: Mencapai Hasil yang Permanen

Pemulihan Perumahan dan Infrastruktur Masyarakat Pemulihan Mata Pencaharian

Kisah JRF 3:

Penguatan Mata Pencaharian: “Bukan Sekadar Uang”

Kisah JRF 4:

Lebih dari Pemulihan: JRF Menciptakan Peluang Baru bagi Masyarakat yang Telah Pulih

(4)

Me ng enai JRF Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 4 5 Jawa Tengah Jawa Barat DIY

Peta Indonesia

Kegiatan Lokasi JRF

Lokasi Kegiatan JRF

Dibentuk pada tahun 2006, Java Reconstruction Fund (JRF)

merupakan kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan para donor dengan mandat untuk mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menyusul terjadinya gempa dan tsunami.

Uni Eropa, pemerintah Belanda, Inggris, Kanada, Denmark, dan

Finlandia, serta Asian Development Bank (ADB) memberikan komitmen lebih dari US$90 juta untuk membantu pembangunan kembali daerah terkena gempa dan tsunami di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Komitmen para donor ini diresmikan melalui penandatanganan perjanjian kontribusi bersama Bank Dunia, yang bertindak sebagai Wali Amanat JRF.

JRF membina hubungan kerja erat dengan Pemerintah Indonesia

di semua tingkatan. Tim Teknis Nasional (TTN) dan Tim Koordinasi Nasional (National Coordinating Team, NCT) Pemerintah membantu memastikan konsolidasi upaya dalam rekonstruksi Jawa dengan berkoordinasi erat dengan JRF. Setelah mandat NCT dan TTN berakhir pada kuartal ketiga 2008, JRF bekerja bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam koordinasi rekonstruksi secara keseluruhan. Pemerintah daerah menyediakan pengawasan pelaksanaan proyek dan panduan umum.

Keberadaan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF)

menyediakan model positif dan struktur administratif yang memungkinkan pembentukan cepat JRF. Hal ini mencakup kemampuan untuk dengan cepat mengembangkan, membiayai, dan melaksanakan proyek; mengoordinasikan sumber daya internasional untuk tujuan bersama; menghindari duplikasi kerja; menciptakan sinergi; dan mengurangi biaya transaksi untuk donor maupun penerima manfaat. Pemerintah Indonesia menghargai kelenturan dari pendekatan ini. Pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan dana ini untuk menambah sumber dayanya dan membiayai rekonstruksi dan pembangunan dengan melaksanakan proyek melalui badan pemerintah dan mitra lain.

(5)

Sambut an K etua Ber sama JRF Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 6 7 Armida S. Alisjahbana Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional

Stefan Koeberle Kepala Perwakilan Bank Dunia Julian Wilson Kepala Delegasi Uni Eropa

Sebagai penutup, kami menyatakan kekaguman kami terhadap kekuatan dan daya tahan yang ditunjukkan oleh masyarakat Jawa sepanjang proses rekonstruksi. Kami juga berterima kasih kepada seluruh mitra JRF, termasuk donor, pemerintah pusat, pemerintah tingkat provinsi dan daerah, IOM dan GIZ, serta Sekretariat JRF atas upaya mereka dalam memastikan keberhasilan program rekonstruksi. Terlebih penting lagi, kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat atas rasa kepemilikan yang tinggi terhadap program JRF.

Kami bangga karena telah bermitra dengan mereka dalam perjalanan pembangunan kembali yang luar biasa ini.

Kemitraan dan keterlibatan masyarakat telah menjadi salah satu kunci keberhasilan JRF. Anak-anak ini melintasi jalan konblok yang dibangun oleh masyarakat melalui proyek Rekompak. Foto:

Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF

Dengan gembira kami mempersembahkan laporan terakhir Java Reconstruction Fund (JRF) yang menandai penutupan program rekonstruksi pascabencana yang sangat sukses. Dalam enam tahun terakhir, JRF telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pemulihan dan rekonstruksi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. JRF berhasil memberikan dampak yang besar, khususnya dalam membantu masyarakat membangun kembali rumah dan mata pencaharian mereka menyusul terjadinya beragam bencana, yaitu gempa bumi Mei 2006, tsunami Juli 2006 di Jawa Barat, dan letusan Gunung Merapi di tahun 2010.

Keberhasilan ini tercapai melalui kepemimpinan Pemerintah Indonesia yang kuat, kemitraan yang luas, dan pengelolaan yang baik atas sumber daya JRF. Koordinasi pemerintah pusat dan tingkat provinsi atas JRF memastikan keselarasan program ini dengan agenda rekonstruksi Pemerintah Indonesia secara keseluruhan. Sumber daya berlimpah yang berasal dari kontribusi para donor dan pengelolaan yang baik atas sumber daya juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan program ini. Selain itu, hal yang tak kalah pentingnya adalah komunikasi strategis yang memungkinkan JRF untuk terus mempertahankan transparansi dan pertanggungjawaban pada seluruh portofolionya.

Dalam kilas balik JRF ini kami juga sangat menghargai pendekatan inovatif yang sekarang menjadi model yang diterima untuk kesiapsiagaan dan rekonstruksi bencana. Dengan memanfaatkan pengalaman dan pembelajaran yang didapatkan dari program rekonstruksi tsunami di Aceh dan Nias, pemerintah dan JRF telah mengadaptasi program dan pendekatan yang pertama kali digunakan di Aceh untuk menanggapi kebutuhan daerah yang unik dan terus berubah di Jawa. Adopsi pendekatan perumahan berbasis masyarakat telah menghasilkan salah satu program rekonstruksi perumahan terbesar yang dilaksanakan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Gabungan peningkatan keterampilan dan akses terhadap pembiayaan telah menghasilkan inovasi dalam pemulihan mata pencaharian. Kegiatan kesiapsiagaan terhadap bencana yang terintegrasi ke dalam semua proyek JRF telah membangun keterampilan dan infrastruktur untuk memberikan posisi yang lebih kuat kepada masyarakat dalam menghadapi bencana pada masa depan.

Kami gembira karena pengalaman JRF akan terus memberi kontribusi terhadap upaya rekonstruksi, jauh melampaui wilayah operasinya dan lama setelah program berakhir pada bulan Desember 2012.

Pembelajaran yang didapatkan dari inovasi JRF memberi kontribusi terhadap upaya pemulihan dan rekonstruksi di seluruh Indonesia dan seluruh dunia. Dengan luas dan dalamnya pengalaman yang didapatkan melalui upaya pemulihan di Jawa dan rekonstruksi lain di seluruh Indonesia pada dekade terakhir, Indonesia mulai mengemuka sebagai salah satu pemimpin dunia dalam upaya tanggap bencana dan rekonstruksi.

Sambutan K

etua Ber

(6)

2010

2011

2012

Januari: Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Desember 2010 ke Desember 2011 Oktober-November:

Gunung Merapi meletus

Juni: Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Desember 2011 ke Desember 2012 Juni:

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM selesai

September:

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ selesai

Mei:

Pertemuan akhir Komite Pengarah JRF

Juni:

Tanggal penutupan Rekompak

Desember:

Tanggal penutupan program JRF

Perjalanan JRF

:

2006

2007

2008

2009

Mei:

Gempa bumi Jawa

Juli:

Tsunami Jawa Barat

Oktober:

Program JRF dibentuk

Desember:

Proyek Perumahan Sementara IOM & CHF serta permukiman tetap Rekompak dimulai

Maret-April:

Kajian Paruh Waktu dan penelaahan hasil serta status sementara JRF diselesaikan

Mei:

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ dimulai

Juni:

Proyek Perumahan Sementara IOM selesai

Agustus:

Proyek Perumahan Sementara CHF selesai

Oktober:

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM dan GIZ didukung oleh Komite Pengarah JRF

Maret:

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM dimulai

Juni:

Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Juni 2009 ke Desember 2010

(7)

Ringk asan Ek sek utif - Duk ung an JRF t erhadap Pr oses P emulihan P asc abe nc ana di Ja w a Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 10 11

Dukungan Java Reconstruction Fund terhadap pemulihan pascabencana di Jawa berada pada tahun terakhirnya, setelah berhasil memberikan tanggapan terhadap berbagai bencana sesuai dengan kondisi dan perubahan yang ada. JRF didirikan pada tahun 2006 berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia untuk mendukung upaya pemulihan Pemerintah dalam menanggapi bencana yang menimpa Jawa pada bulan Mei dan Juli tahun itu. Sekitar US$94 juta dalam bentuk hibah disediakan oleh tujuh donor. JRF dijadwalkan akan ditutup pada bulan Desember 2011, tapi diperpanjang berdasarkan permintaan Pemerintah untuk menanggapi letusan Gunung Merapi pada akhir 2010 yang memengaruhi banyak wilayah yang sama yang telah tercakup dalam JRF. Dukungan JRF terhadap rekonstruksi setelah terjadinya bencana 2006 selesai pada tahun 2011, dan pelaksanaan kegiatan rekonstruksi pasca-Merapi yang didanai oleh JRF akan selesai pada bulan Juni 2012. Program JRF secara keseluruhan akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2012.

Pemerintah Indonesia dikenal luas dengan pengelolaan rekonstruksi pascabencana di Jawa yang efisien dan efektif. Pemerintah Indonesia terutama dikenal karena keberhasilannya menyelesaikan program ekstensif rekonstruksi perumahan dengan sangat cepat. Lebih dari 200.000 rumah berhasil dibangun dalam waktu kurang dari dua tahun—suatu prestasi yang luar biasa— dengan menggunakan pendekatan berbasis masyarakat yang diadaptasi dari program perumahan inovatif yang diperkenalkan di bawah Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF). Pendekatan strategis JRF terhadap rekonstruksi pascabencana memberi kontribusi kepada keberhasilan ini dan telah membuahkan hasil positif di bidang rekonstruksi perumahan dan infrastruktur masyarakat serta pemulihan mata pencaharian, yang menekankan pengurangan risiko bencana serta pengelolaan dan pembangunan kapasitas daerah untuk dapat menanggapi terjadinya bencana masa depan dengan lebih baik. Hasil akhirnya adalah masyarakat yang lebih kuat dan lebih tangguh, yang lebih siap menghadapi kejadian masa depan.

Laporan ini adalah laporan tahunan terakhir mengenai program rekonstruksi pascabencana JRF di Jawa yang sangat berhasil. Laporan ini menyajikan kilas balik riwayat dan prestasi program JRF. Judul laporan ini, Tanggapan

dan Kesiapsiagaan terhadap Bencana: Dari Inovasi hingga Praktik Teladan, menyoroti kenyataan bahwa JRF sebagai instrumen untuk koordinasi donor atas bantuan bencana dibangun di atas model perintisan Multi Donor Fund untuk

Duk

ungan JRF t

erhadap P

roses P

emulihan P

ascabencana di Ja

w

a

Dukungan teknis yang diberikan melalui proyek pemulihan mata pencaharian yang dilaksanakan oleh IOM telah mendorong perkembangan pertanian organik dan menyediakan akses yang lebih baik kepada pasar.

Foto: Koleksi IOM

Ringkasan Eksekutif

(8)

Ringk asan Ek sek utif - Duk ung an JRF t erhadap Pr oses P emulihan P asc abe nc ana di Ja w a Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 12 13

Lebih dari 15.000 rumah dibangun melalui program Rekompak. Masyarakat adalah pemeran utama dalam proses pembangunan seperti bapak ini di Desa Batur, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Foto:

Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF

PEMULIHAN MATA PENCAHARIAN

JRF menyelesaikan program pemulihan mata pencahariannya yang inovatif pada tahun 2011 untuk pendekatan komprehensif dan terintegrasi terhadap revitalisasi ekonomi. Dua Proyek Pemulihan Mata Pencaharian JRF yang dilaksanakan oleh International Organization

for Migration (IOM) serta Gesellschaft für

Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dari Jerman adalah sarana utama pemerintah untuk memulihkan ekonomi setelah terjadinya gempa bumi dan tsunami 2006. Bekerja sama dengan pemerintah daerah, proyek-proyek ini membuahkan hasil signifikan dalam mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Proyek-proyek mata pencaharian JRF telah mengembangkan pendekatan inovatif dalam mengatasi kebutuhan pemulihan ekonomi dalam konteks rekonstruksi pascabencana. Kegiatan proyek berfokus pada penggantian aset,

penyediaan bantuan teknis dan peningkatan keterampilan usaha, serta peningkatan akses terhadap pembiayaan kepada lebih dari 15.000 UMKM di daerah bencana. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ telah meningkatkan akses terhadap pembiayaan untuk UMK yang terkena dampak bencana dengan menyediakan US$5 juta dalam bentuk pinjaman kepada lebih dari 10.000 penerima manfaat, yang sebagian besar sebelumnya dianggap tidak dapat menerima pinjaman bank. Dana pinjaman bergulir yang disediakan dengan pembiayaan JRF akan terus mendukung UMKM yang terkena dampak bencana selama sekurangnya sepuluh tahun setelah proyek ditutup, dan akan diawasi oleh lembaga keuangan pemerintah Permodalan Nasional Madani (PNM). Proyek GIZ juga membangun kapasitas di sektor perbankan daerah untuk menangani pinjaman bermasalah, dan mengembangkan bahan pelatihan yang akan melanjutkan dampak melampaui masa proyek. Pembangunan kapasitas untuk meningkatkan kesinambungan hasil dan memasyarakatkan

Beragam inovasi dalam hal perbaikan perumahan,

infrastruktur masyarakat, dan mata pencaharian

berdampak secara signifikan dan positif terhadap

kehidupan para penerima manfaat.

Aceh dan Nias (MDF). Di bawah JRF, model ini diadaptasi dan disempurnakan, baik untuk program secara keseluruhan maupun portofolio proyeknya. Pembelajaran dan pendekatan yang diambil dari pengalaman JRF dalam rekonstruksi perumahan dan infrastruktur masyarakat, pemulihan mata pencaharian, serta pengurangan risiko bencana sekarang diterapkan ke dalam program pemerintah di seluruh Indonesia. Pengalaman ini juga dianggap sebagai model praktik teladan untuk program pascabencana dalam konteks lain di seluruh dunia.

PORTOFOLIO JRF:

MENCAPAI HASIL YANG SIGNIFIKAN

Hasil signifikan telah tercapai di bawah JRF dalam rekonstruksi masyarakat dan rehabilitasi mata pencaharian. Portofolio ini terdiri dari tiga proyek di bidang perumahan dan infrastruktur masyarakat, serta dua proyek pemulihan mata pencaharian. Berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia, strategi JRF mengikuti pendekatan bertahap yang mengatasi kebutuhan perumahan dan mata pencaharian berdasarkan prioritas dan sensitivitas terhadap waktu. Dukungan awal difokuskan untuk memenuhi

kebutuhan perumahan dan pemulihan

masyarakat, sedangkan dukungan selanjutnya difokuskan untuk mengatasi pemulihan ekonomi. JRF telah memastikan adanya faktor pengurangan risiko bencana pada semua aspek programnya.

PEMULIHAN PERUMAHAN DAN INFRASTRUKTUR MASYARAKAT

JRF mengikuti pendekatan multitahap untuk rekonstruksi perumahan dan infrastruktur masyarakat yang menghasilkan rekonstruksi

yang efisien dan tepat waktu. Tempat pe-nampungan sementara yang aman dan tahan lama, yang jumlahnya mencapai hampir 7.300 unit, disediakan pada tahap awal rekonstruksi. Pergeseran ke pembangunan hunian tetap terjadi relatif cepat. Kegiatan ini usai dilaksanakan pada Maret 2008. Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) menyediakan mekanisme siap pakai dalam membantu masyarakat yang terkena dampak letusan Gunung Merapi 2010, dan dukungan JRF terhadap proyek diperpanjang dengan pemberian tambahan. Secara keseluruhan, JRF akan menyelesaikan sekitar 15.400 struktur rumah inti tahan gempa saat program berakhir.

Intervensi pengurangan risiko bencana dalam proyek JRF telah menciptakan masyarakat yang tangguh dan dapat menghadapi bencana masa depan dengan lebih baik. JRF telah membantu 310 desa dalam mengembangkan Rencana Pembangunan Permukiman (RPP) yang menekankan pengurangan risiko bencana melalui proyek Rekompak. Proses RPP telah mendorong keterlibatan kelompok marginal yang lebih besar dalam rekonstruksi rumah dan infrastruktur masyarakat serta perencanaan terhadap bencana masa depan. Infrastruktur masyarakat, seperti jembatan, jalan, dinding penahan, jalur evakuasi, serta saluran irigasi dan drainase diidentifikasi dan dibangun melalui proses RPP. Pemerintah daerah memperluas perencanaan permukiman masyarakat dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri dalam tahap “replikasi”. Keterlibatan masyarakat yang lebih besar menghasilkan kepuasan penerima manfaat yang tinggi atas aset infrastruktur yang disediakan.

(9)

Ringk asan Ek sek utif - Duk ung an JRF t erhadap Pr oses P emulihan P asc abe nc ana di Ja w a Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 14 15 PENUTUPAN JRF

Secara keseluruhan, hasil luar biasa telah ter- capai melalui JRF dan prospek kesinam-bungannya tampak positif. JRF dianggap sebagai model yang sangat efektif bagi rekonstruksi pascabencana. Masyarakat yang terkena dampak bencana 2006 menunjukkan bahwa mereka sekarang lebih siap menghadapi bencana yang sering terjadi di Jawa.

Inovasi yang dikembangkan melalui JRF menyajikan pembelajaran untuk situasi pascabencana masa depan di Indonesia dan di seluruh dunia. Pengalaman JRF menyediakan pembelajaran untuk menghadapi berbagai jenis bencana – gempa bumi, tsunami, longsor, dan letusan gunung berapi. Dengan mengambil pembelajaran dari pengalaman di Aceh dan Jawa, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Indonesia Multi Donor Fund Facilty for Disaster

Recovery (IMDFF-DR) sebagai dana siaga untuk kegiatan tanggapan dan pencegahan bencana. Model rekonstruksi perumahan Rekompak digunakan dalam program pemerintah yang ada agar siap menghadapi bencana masa depan, dan Sekretariat MDF dan JRF menerbitkan buku mengenai model Rekompak untuk berbagi pengalaman dengan khalayak internasional. Pembelajaran mengenai pencegahan dan pengurangan risiko serta tanggapan diterapkan

di seluruh Indonesia, dan praktik teladan ini dapat memberikan informasi mengenai dukungan pascabencana secara global sekaligus menjadi sumber berharga untuk pertukaran pengetahuan Selatan-Selatan. Produk yang menyoroti pengalaman utama dan praktik teladan dari pengalaman JRF dan MDF sedang

dikembangkan agar pembelajaran dari

keberhasilan Indonesia yang luar biasa dalam rekonstruksi pascabencana dapat dibagikan ke seluruh dunia.

Inovasi yang

dikembangkan melalui

JRF menyajikan

pembelajaran untuk

situasi pascabencana

masa depan di Indonesia

dan di seluruh dunia.

Mitra pelaksana JRF, GIZ dan IOM, merancang proyek-proyek mata pencaharian yang inovatif di berbagai kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta

Foto: Koleksi Sekretariat JRF

kegiatan pengurangan risiko bencana merupakan fokus penting di kedua proyek ini.

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian berhasil memulihkan banyak UMKM ke tingkat operasi sebelum gempa atau lebih baik dan memberikan dampak signifikan kepada pendapatan pe-nerima manfaat, terutama bagi perempuan. Proyek-proyek ini melampaui targetnya dan membuahkan hasil positif, setelah meningkatkan pendapatan penerima manfaat sekurangnya 70%. Perempuan yang bekerja di industri rumah tangga sangat merasakan dampak gempa, dan dukungan JRF menyediakan sumber daya dan keterampilan kepada wirausaha perempuan ini untuk tidak saja melanjutkan kembali kegiatan mata pencaharian mereka sebelumnya, tapi juga meningkatkan usaha dan pendapatan mereka. Lebih dari 40% penerima manfaat proyek IOM dan GIZ adalah perempuan, sebuah angka yang melampaui target. Pengalaman ini dapat memberi kontribusi pembelajaran penting untuk upaya merehabilitasi mata pencaharian dalam konteks pascabencana lain.

PEMBIAYAAN JRF: PENGELOLAAN SUMBER DAYA UNTUK HASIL BERKUALITAS

Penggunaan sumber daya keuangan sepenuh-nya diperkirakan tercapai pada tanggal

penu-tupan JRF bulan Desember 2012. Tujuh donor telah memberikan kontribusi sebesar US$94,1 juta kepada JRF, dengan tambahan US$4,5 juta diperkirakan berasal dari pendapatan yang dihasilkan investasi dana JRF selama masa pendanaan. Bagian terbesar portofolio JRF telah dialokasikan untuk pemulihan perumahan dan infrastruktur masyarakat yang mencapai US$77,4 juta atau 82% dari dana JRF. Delapan belas persen (US$17,2 juta) dialokasikan untuk proyek yang berfokus pada pemulihan mata pencaharian. Semua dana proyek telah sepenuhnya disalurkan dan digunakan.

Penggunaan lebih dari 99% dana yang tersedia merupakan prestasi keuangan luar biasa untuk program yang memiliki lingkup seluas dan karakteristik sekompleks ini. Dana JRF telah dikelola dengan baik oleh Wali Amanat, Badan Mitra, dan Badan Pelaksana, menghasilkan penggunaan dana yang transparan dan berkualitas tinggi, serta diperkirakan tidak ada dana yang tersisa. Peran pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam mempercepat arus dana, mengelola pembiayaan proyek secara efisien, dan mengambil keputusan pengelolaan keuangan dengan cepat telah memberi kontribusi signifikan kepada status keuangan portofolio JRF yang mengesankan.

(10)

Bab 1 - JRF: Model T ang gapan Benc ana y ang Dapa t Diadap tasi Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 16 17

JAWA: WILAYAH RAWAN BENCANA

Pada dini hari tanggal 27 Mei 2006, gempa berukuran 5,9 skala Richter mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan beberapa bagian provinsi Jawa Tengah. Gempa bumi yang menimpa salah satu wilayah terpadat di Asia ini menelan lebih dari 5.700 korban jiwa dan menghancurkan lebih dari 280.000 rumah. Bencana ini berdampak besar terhadap perumahan, bangunan sektor swasta, dan perekonomian.

Kerusakan dan kerugian total akibat gempa ini diperkirakan mencapai sekitar Rp. 29,1 triliun, atau US$3,1 miliar. Skala bencana ini setara dengan gempa yang menimpa Gujarat, India tahun 2001 dan Pakistan tahun 2005. Tim gabungan yang dipimpin Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pemerintah Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah, serta masyarakat internasional, termasuk Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), Gesellschaft fÜr Technische Zusammenarbeit (GTZ)1, Japan Bank for International

Cooperation (JBIC), United Nations Development Programme (UNDP), UN Habitat, dan lainnya, mempersiapkan penilaian awal kerusakan dan kerugian (Damage and Loss Assessment, DaLA) yang menentukan kebutuhan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi secara keseluruhan.

Kerusakan terbesar terkonsentrasi pada tiga sektor: perumahan, usaha kecil dan menengah (UKM), dan sektor sosial. Kabupaten Bantul dan Klaten terkena dampak terparah gempa. Kerusakan terhadap rumah perorangan mencapai lebih dari 60% dari total kerusakan dan kerugian sejumlah US$1.6 miliar. Usaha kecil dan menengah, yang sebagian besar berbasis rumah tangga di sektor kerajinan yang penting di wilayah ini, juga sangat terpengaruh dampak bencana. Aset produktif dan bangunan sektor swasta terkena dampak parah dengan perkiraan kerusakan mencapai US$1 miliar, selain kerugian dalam pendapatan. Kerusakan pada sektor sosial, terutama kesehatan dan pendidikan, diperkirakan mencapai US$425 juta. Semua sektor lain, termasuk infrastruktur, menderita kerugian yang relatif lebih kecil.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana2, bersama dengan

pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten, memimpin tanggapan darurat. Keputusan Presiden No. 6/2006 membentuk Tim Koordinasi Nasional setelah terjadi

JRF

: Model T

anggapan Bencana y

ang D

apat Diadaptasi

1 GTZ saat ini dikenal sebagai GIZ (Gesellschaft fÜr Internationale Zusammenarbeit).

2 Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BNPB), atau Bakornas PB. Bakornas PB dibentuk tahun 1979 dan menjadi BNPB tahun 2008. Seorang fasilitator

Rekompak memaparkan beberapa opsi rumah dalam sebuah pertemuan masyarakat bagi para warga desa yang terdampak letusan Merapi di Cangkringan.

Foto: Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF

JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi

Bab 1

(11)

Bab 1 - JRF: Model T ang gapan Benc ana y ang Dapa t Diadap tasi Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 18 19

ke lebih dari 640 lokasi berbeda. Penilaian Kebutuhan Pascabencana (Post Disaster Needs Assessment, PDNA) dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan didukung oleh Bank Dunia, dan temuan awal disajikan pada pertemuan Komite Peninjau Teknis (Technical Review Committee, TRC) JRF pada tanggal 25 November 2010. Berdasarkan penilaian dan PDNA awal oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah daerah, Pemerintah Indonesia mengidentifikasi perumahan sementara dan permanen, infra-struktur darurat (termasuk air dan sanitasi), serta rehabilitasi mata pencaharian sebagai prioritas kebutuhan. Berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia, donor JRF setuju untuk memperpanjang tanggal penutupan dan cakupan JRF untuk menanggapi letusan Merapi.

STRUKTUR DAN TATA KELOLA JRF

JRF diatur oleh Komite Pengarah yang beranggotakan perwakilan dari pemerintah dan donor. Komite Pengarah bertanggung

jawab untuk (i) menetapkan prioritas strategis; (ii) menyetujui proposal pembiayaan proyek; (iii) meninjau kemajuan penggunaan dana; (iv) memastikan koherensi dan kolaborasi dengan rencana aksi pemerintah; serta (v) memantau kemajuan berdasarkan kerangka kerja hasil JRF. Komite Pengarah juga berfungsi sebagai forum untuk dialog kebijakan bersama pemerintah mengenai hal terkait dengan upaya rekonstruksi dan pembangunan. Bappenas memimpin Komite Pengarah, bersama dengan Uni Eropa sebagai donor terbesar, dan Bank Dunia sebagai Wali Amanat. Bank Dunia memainkan peran pengawasan atas semua proyek JRF.

Komite Pengarah didukung oleh Komite Peninjau Teknis (Technical Review Committee, TRC). TRC, bersama perwakilan pemerintah daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, menyediakan tinjauan teknis atas proposal proyek dan kegiatan program, meng- awasi kemajuan pelaksanaan, dan memberikan rekomendasi kepada Komite Pengarah.

Gunung Merapi mengeluarkan asap dan abu melatari pemandangan Candi Prambanan, Yogyakarta. Lebih dari 350.000 orang diungsikan selama letusan Merapi 2010. JRF mendukung upaya tanggap rekonstruksi awal terhadap letusan dengan memperpanjang masa proyek Rekompak. Foto:

Kantor Berita Antara untuk Sekretariat JRF

gempa bumi di Jawa untuk mengoordinasikan dan melaksanakan upaya rekonstruksi. Tim Teknis Nasional (TTN), yang beranggotakan badan pemerintah terkait, dibentuk untuk mendukung peran dan fungsi Tim Koordinasi Nasional.

Pemerintah Indonesia meminta bantuan lembaga donor untuk upaya rekonstruksi. Pada pertemuan Consultative Group on Indonesia (CGI) ke-15 yang diselenggarakan tanggal 14 Juni 2006, DaLA awal disajikan, dan Menteri Keuangan meminta para donor untuk memobilisasi dukungan melalui dana perwalian multidonor, serupa dengan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF). Para donor menggalang dana sebagai tanggapan terhadap gempa dan permintaan Pemerintah, dan Java Reconstruction Fund (JRF), yang dikelola Bank Dunia, dibentuk pada bulan Oktober 2006.

Kemudian, pada tanggal 17 Juli 2006, gempa bumi dasar laut besar kedua melanda pantai selatan Jawa. Gempa yang mencapai 7,7 skala

Richter ini memicu tsunami yang menyebabkan kerusakan luas. Tsunami menimpa pantai selatan Jawa Barat, menelan lebih dari 650 korban jiwa dan menyebabkan lebih dari 28.000 orang mengungsi. Kerusakan dan kerugian mencapai sekitar US$110.3 juta. Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, merupakan wilayah yang terkena dampak terparah, menderita kerusakan dan kerugian sekitar US$95 juta. Di sepanjang pantai Ciamis saja, hampir 6.000 keluarga mengungsi. Berdasarkan permintaan pemerintah, pemulihan Jawa Barat juga disertakan dalam mandat JRF.

Pada tanggal 26 Oktober 2010, bencana kembali melanda wilayah ini saat Gunung Merapi, gunung berapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah, meletus. Letusan ini diikuti oleh tujuh letusan besar lain, dengan yang terakhir terjadi tanggal 11 November 2010. Bersama kerusakan besar atas perumahan dan infrastruktur setempat, letusan ini dilaporkan menimbulkan 260 korban jiwa dan lebih dari 500 korban luka. Sekitar 367.000 orang mengungsi

(12)

Bab 1 - JRF: Model T ang gapan Benc ana y ang Dapa t Diadap tasi Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 20 21

kasi di tingkat proyek mencakup serangkaian kegiatan, mulai dari diskusi interaktif sampai penyebaran informasi satu arah. Contohnya mencakup situs web proyek, nawala, selebaran, brosur dan poster, serta lokakarya dan dialog yang terintegrasi ke dalam kegiatan pembangunan kapasitas atau forum diskusi masyarakat.

Mekanisme penanganan keluhan yang efektif mendorong transparansi di tingkat proyek.

Setiap proyek bertanggung jawab membentuk sistem penanganan keluhannya sendiri untuk pencatatan dan tindak lanjut atas pertanyaan, keluhan, dan umpan balik. Sistem ini dipublikasikan melalui papan pengumuman, poster, dan alat

komunikasi lain. Sebagian besar pertanyaan yang diterima terkait dengan penargetan dan kelayakan manfaat program, pengelolaan dan alokasi hibah, serta kerangka waktu pelaksanaan. Keluhan yang diterima relatif sedikit, dan keluhan biasanya ditangani dan diatasi melalui diskusi dan komunikasi langsung dengan pihak terkait.

Media merupakan mitra penting JRF. Sejak JRF dimulai, media telah memainkan peran penting dalam memberi informasi kepada masyarakat mengenai program dan prestasinya, serta menyediakan media interaksi dan partisipasi di antara pemangku kepentingannya. Media umum, seperti televisi, radio, dan surat kabar,

Kemitraan antara pemerintah daerah dan nasional serta masyarakat internasional membantu memperkuat upaya pemerintah dalam membangun kembali rumah serta memulihkan mata pencaharian di Jawa.

Foto: Koleksi Sekretariat JRF Operasi harian JRF dikelola oleh Sekretariat

bersama dengan MDF untuk Aceh dan Nias.

Melalui keahlian dan staf bersama dengan MDF untuk Aceh dan Nias, skala efisiensi berhasil dicapai sehingga menghasilkan penurunan biaya administrasi program. Tugas khusus Sekretariat mencakup pengawasan dan evaluasi portofolio JRF, koordinasi kegiatan JRF, serta pengelolaan dananya. Kualitas portofolio JRF terus ditingkatkan melalui peningkatan kegiatan pengawasan dan evaluasi rutin.

PENINGKATAN KEMITRAAN DAN TRANSPARANSI MELALUI KOMUNIKASI Komunikasi yang baik merupakan hal pen-ting dalam keberhasilan JRF. Pendekatan komunikasi strategis yang kuat memungkinkan JRF menerapkan tata kelola yang baik melalui peningkatan transparansi dan pertanggung- jawaban, sekaligus memperkuat partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap proyek. Kegiatan seperti pembangunan jaringan koor-dinasi, pelaksanaan kegiatan penjangkauan masyarakat, peningkatan hubungan dengan media, serta pengelolaan umpan balik telah memperkuat kemitraan yang merupakan landasan keberhasilan program JRF.

Pada tahap awal JRF, pembentukan berbagai jaringan komunikasi untuk meningkatkan koor-dinasi dijadikan prioritas. JRF memainkan peran penting dalam mengoordinasikan berbagai sumber daya internasional untuk mendukung

agenda pemulihan pascabencana pemerintah. Dengan menggunakan struktur tata kelola serupa dengan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) serta dipimpin oleh Pemerintah Indonesia, Komite Pengarah tidak hanya berfungsi seba-gai badan pengambil keputusan, tapi juga berfungsi sebagai forum untuk dialog kebijakan mengenai hal-hal terkait upaya rekonstruksi dan pembangunan.

Sekretariat JRF menggunakan komunikasi strategis untuk pengelolaan kegiatan dan pelaporan kepada pemangku kepentingan

Pemangku kepentingan ini mencakup donor, Pemerintah Indonesia (pemerintah pusat dan provinsi), penerima manfaat, mitra dan badan pelaksana, serta media. Berbagai platform komunikasi strategis dibentuk untuk terus menyampaikan informasi kepada pemangku kepentingan dan untuk memberikan kesempatan mendiskusikan kemajuan dan tantangan dalam mendukung pengambilan keputusan. Platform ini mencakup format pelaporan rutin, fasilitasi pertemuan, dan kunjungan lokasi langsung. Acara khusus juga diadakan untuk menandai tonggak atau memperingati kejadian penting.

Bersamaan dengan masa pelaksanaan penuh kegiatan proyek JRF, permintaan terhadap transparansi dan pertanggungjawaban mening-kat. Kegiatan penjangkauan masyarakat berfungsi tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman atas proyek, tapi juga meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki. Kerangka

komuni-JRF adalah contoh keberhasilan Pemerintah

Indonesia dalam mengelola rekonstruksi

pascabencana secara efektif dan efisien.

(13)

Bab 1 - JRF: Model T ang gapan Benc ana y ang Dapa t Diadap tasi Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 22 23

rakat, sementara dukungan selanjutnya berfokus untuk mengatasi pemulihan ekonomi di wilayah yang terkena dampak bencana. Pengambilan keputusan yang ramping dan efisien menghasilkan keseimbangan yang mengesankan antara kecepatan dan kualitas yang dicapai oleh Pemerintah Indonesia dan mitra pembangunan dalam rekonstruksi Jawa.

Komitmen kuat pemerintah menghasilkan upaya rekonstruksi cepat yang terkoordinasi dengan baik. Pemerintah nasional mende-legasikan pelaksanaan rekonstruksi kepada dua gubernur untuk memastikan adanya rasa memiliki di tingkat daerah. Hal ini juga memungkinkan provinsi untuk merancang strategi yang sesuai dengan masyarakatnya masing-masing. Dukungan yang diberikan oleh TTN kepada Tim Koordinasi Nasional untuk mengoordinasikan rekonstruksi sangat penting bagi kecepatan dan efektivitas proses rekonstruksi. TTN menyatukan berbagai pe-mangku kepentingan dalam pertemuan koordinasi bulanan sampai penutupannya di tahun 2008. Masyarakat internasional juga memainkan peran penting dalam memperkuat upaya pemerintah dan organisasi masyarakat sipil nasional dalam tanggap darurat.

Bauran seimbang mitra pelaksana memberi kontribusi terhadap kinerja JRF yang mantap.

Dengan menciptakan kemitraan yang kuat bersama pemerintah, masyarakat, dan LSM yang melaksanakan proyek, JRF dapat memanfaatkan keunggulan komparatif dan bauran keterampilan yang diberikan oleh setiap mitra, tergantung pada lingkungan dan kebutuhan pelaksanaan. Keunggulan ini mencakup fleksibilitas dalam arus dana, rasa memiliki yang kuat di berbagai tingkatan berbeda, dan penyelesaian masalah yang efektif hingga ke akarnya.

Kemitraan yang diciptakan melalui JRF akan terus memperkuat kesiapan dan tanggapan bencana di Jawa sampai program berakhir pada bulan Desember 2012. Rekonstruksi terus diuntungkan dari kepemimpinan pemerintah nasional dan daerah yang kuat. Pendekatan JRF terhadap rekonstruksi memiliki efek penggandaaan yang besar dengan pembelajaran untuk program pemulihan pascabencana pada masa depan. Pembelajaran yang didapatkan dari pelaksanaan JRF sedang didokumentasikan bersama dengan pembelajaran dari MDF untuk Aceh dan Nias, dan semua ini akan dipublikasikan bersamaan dengan acara penutupan bersama untuk JRF dan MDF untuk Aceh dan Nias.

Komunikasi yang baik

memperkuat kemitraan.

Hal ini adalah salah satu kunci

keberhasilan program JRF.

telah mendukung program dan proyek secara keseluruhan melalui lebih dari 450 pemberitaan yang positif. Media sosial baru, seperti Facebook dan YouTube, juga memainkan peran dalam mempromosikan JRF sekaligus meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan.

MODEL YANG STRATEGIS DAN EFEKTIF UNTUK REKONSTRUKSI PASCABENCANA JRF adalah contoh keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam mengelola rekonstruksi pasca-bencana secara efektif dan efisien. Dukungan rekonstruksi ini dipimpin oleh Pemerintah Indonesia dan berkoordinasi erat dengan pemerintah daerah dari sejak awal. Pemerintah Indonesia bekerja melalui kementerian terkait dalam mengoordinasikan dan melaksanakan program rekonstruksi, pendekatan yang terbukti

sesuai untuk skala, lingkup, dan sifat bencana. Menggunakan pembelajaran dari rekonstruksi Aceh, Pemerintah Indonesia menetapkan strategi yang jelas untuk rekonstruksi, khususnya untuk perumahan, serta menetapkan agenda dan pendekatan umum untuk diikuti oleh semua mitra.

JRF mengadopsi pendekatan bertahap ter- hadap rekonstruksi sejalan dengan strategi Pemerintah Indonesia. Strategi dan portofolio Java Reconstruction Fund selaras dengan Rencana Aksi Nasional untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang berfokus pada pemulihan perumahan dan infrastruktur umum, serta revitalisasi masyarakat dan perekonomian regional. Dukungan awal berfokus untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, perumahan, dan pemulihan masya-Foto: Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF JRF mengadopsi pendekatan bertahap terhadap rekonstruksi. Dukungan awal berfokus pada pemberian rumah dan fasilitas lingkungan. Rumah ini dibangun sebagai bagian dari tanggapan erupsi Merapi.

(14)

Bab 1 - JRF: Model T ang gapan Benc ana y ang Dapa t Diadap tasi Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 24 25

Komite Pengarah menyetujui pembiayaan tambahan untuk tiga proyek JRF:

• Pada tahun 2009, US$11,6 juta dialokasikan kepada Rekompak untuk melaksanakan kegiatan terkait PRB melalui perencanaan tata ruang masyarakat.

• Pada awal 2011, US$3,5 juta dialokasikan kepada Rekompak untuk kegiatan yang memenuhi kebutuhan korban Merapi.

• Pada tahun 2011, total US$2 juta dialokasikan kepada dua proyek pemulihan mata pencaharian untuk meningkatkan skala dalam mencapai lebih banyak penerima manfaat dan melaksanakan strategi penutupan.

Antara 2009 :

dan 2011

Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Desember 2010 menjadi Desember 2011.

• Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu yang memadai untuk (1) menyelesaikan pelaksanaan dan memenuhi kebutuhan rekonstruksi yang tersisa seperti yang diidentifikasi oleh Pemerintah Indonesia dan prioritas Pemerintah Daerah; (ii) memperkuat kapasitas pemerintah daerah; dan (iii) memastikan adanya strategi penutupan untuk keberlanjutan dan transfer aset JRF.

Januari 2010 :

Menyusul terjadinya letusan Gunung Merapi, tanggal penutupan JRF diperpanjang ke Desember 2012.

• Hal ini merupakan tanggapan permintaan Pemerintah untuk membantu dengan rekonstruksi masyarakat yang terkena dampak bencana berupa abu vulkanis dan aliran lahar.

Juni 2011 :

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM : 30 Juni 2011. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ: 30 September 2011.

Tanggal :

Penutupan Proyek

2010 & 2011

2012

Rekompak: 30 Juni 2012.

Program JRF akan berakhir.

Tanggal :

Penutupan Proyek

31 Desember :

2006

JRF dibentuk.

Tiga proyek perumahan dan pemulihan masyarakat telah disetujui oleh Komite Pengarah.

Proyek Perumahan Sementara IOM: Desember 2006. Proyek Perumahan Sementara CHF: Desember 2006. Rekompak: Desember 2006.

Oktober :

Desember

Tanggal mulai proyek :

2007

Komite Pengarah menyetujui nota konsep untuk dua proyek pemulihan mata pencaharian.

Proyek Perumahan Sementara IOM: 30 Juni 2007. Proyek Perumahan Sementara CHF: 31 Agustus 2007.

Oktober :

Tanggal penutupan : proyek

2008

Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Juni 2009 menjadi Desember 2010. • Proyek pemulihan mata pencaharian yang baru disetujui memerlukan

masa pelaksanaan yang lebih lama daripada yang tersedia untuk memaksimalkan dampak.

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM: Maret 2008.

Juni :

Tanggal mulai proyek :

Kajian Paruh Waktu dan Pelaksanaan Inventarisasi selesai. Temuan dan rekomendasi utama:

• Proyek sangat relevan dan dibutuhkan, serta sepenuhnya sejalan dengan tujuan Pemerintah Indonesia atas upaya rehabilitasi dan pemulihan.

• Sejalan dengan Deklarasi Paris, harmonisasi donor ditingkatkan melalui penggunaan model dana perwalian multidonor.

• Penggunaan Pengurangan Risiko Bencana akan semakin meningkatkan keberlanjutan upaya rekonstruksi.

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ: Mei 2009.

Maret - April :

Tanggal mulai proyek :

2009

(15)

Bab 1 - JRF: Model T ang gapan Benc ana y ang Dapa t Diadap tasi Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 26 27

Pak Udin, petugas bagian kredit BUKP Prambanan mengatakan, “Sebagian besar orang yang meminjam dari kami memiliki visi atau impian mereka sendiri. Tanpa fasilitas kredit kami, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk mewujudkannya.” Pak Udin menjadi petugas bagian kredit tidak lama setelah terjadi gempa. Ia mengatakan bahwa efek terburuk gempa adalah hilangnya modal bagi usaha kecil. “Namun setelah masyarakat berhasil melepaskan diri dari trauma awal, mereka kembali mandiri dan mulai mengajukan permohonan pinjaman kepada kami.”

Ia menyatakan hal serupa dengan Ibu Eny mengenai lintah darat, “Kami sangat berhasil menekan keberadaan rentenir atau lintah darat yang datang saat masyarakat membutuhkan dana. Hal yang paling menyenangkan dari pekerjaan ini adalah dapat dengan tulus membantu masyarakat dan menyediakan modal untuk membantu mereka memulai usaha – dan kehidupan yang lebih baik.” Proyek GIZ secara aktif mencari LKM (lembaga keuangan mikro) yang berpengalaman dalam pemberian pinjaman kelompok, seperti BUKP. Pinjaman dari dana bergulir JRF juga tersedia di cabang-cabang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi.

Di desa Bokoharjo, (dusun Marangan), BPR Danagung telah membantu kelompok koperasi perempuan setempat sejak 2003. Kelompok ini didirikan 30 tahun lalu dan memiliki 69 anggota. Mereka memiliki ikatan kuat sebagai kelompok, dan menyatakan bahwa semangat merekalah yang membuat mereka istimewa.

Selama bertahun-tahun, 20 anggota mereka berhasil menjalankan usaha peternakan ikan – beternak ikan lele. Ibu Pujiati, ketua kelompok, menjelaskan bagaimana keadaan berubah setelah terjadi gempa: “Usaha ternak lele kami sangat terpengaruh gempa. Sebagian besar dari 12 dasar kolam retak dan airnya keluar, sehingga tentunya semua ikan dan telurnya mati. Saat kami mencoba memperbaikinya, jamur telah menginfeksi kolam, sehingga semua ikan baru mati. Kami mencobanya selama setahun, tapi setelah tiga kali gagal panen, kami menyadari bahwa ini adalah waktunya untuk mencoba usaha baru.”

Hal yang dikagumi Pak Harso, petugas bagian kredit BPR Danagung dari mereka adalah kemauan dan kemampuan mereka untuk mencoba hal baru: “Ibu Puji adalah contoh baik dari semangat yang mereka bicarakan. Setelah usaha ikan lele berakhir, ia memulai penggilingan padi. Ia lalu menyadari bahwa mesin giling bergerak lebih berguna karena dapat mengambil beras dari pelanggan. Ia pun membeli mesin ini dan semakin mengembangkan usahanya. Saat orang lain mulai menirunya, ia merasa bahwa persaingan sudah terlalu banyak, jadi ia beralih ke perkebunan cabai. Perempuan lain pun sama – mereka beralih saat melihat peluang baru, saat mereka melihat pasar berubah. Mereka tidak diam saja jika usaha tersebut tidak berjalan.” Pak Harso telah mengenal para perempuan ini sejak 2003, saat mereka mendapatkan pinjaman pertama dari BPR Danagung. “Kami membangun hubungan yang sangat baik dengan mereka selama ini. Inilah mengapa pinjaman terakhir kami melalui GIZ dan JRF mencapai Rp. 48 juta (sekitar US$5.300). Mereka tidak pernah tidak membayar cicilan, bahkan saat terjadi gempa. Catatan pembayaran pinjaman mereka selalu baik.”

Tingkat bunga pinjaman rendah yang ditetapkan GIZ di bawah proyek JRF setelah gempa sangat berguna bagi para peminjam, ujar Pak Harso. Tingkat bunga ini bahkan lebih rendah daripada tingkat bunga BPR sendiri, dan memungkinkan para perempuan memiliki cadangan modal.

Dukungan kepada lembaga keuangan ini akan berlanjut melalui dana pinjaman bergulir yang ditetapkan oleh JRF. PNM (Permodalan Nasional Mandiri), lembaga keuangan milik negara, telah bermitra dengan GIZ dalam proyek Pemulihan Mata Pencaharian di bawah JRF dan akan terus mengelola dana bergulir untuk sekurangnya sepuluh tahun setelah proyek berakhir.

Pak Harso menyatakan, “Sebagai petugas bagian kredit, saya merasakan kepuasan yang sangat besar saat bekerja dengan kelompok ini. Orang lain datang dan pergi, tapi kelompok ini memiliki arti khusus buat saya. Tingkat bunga pinjaman yang rendah semakin memberdayakan mereka.”

Semangat mereka pun semakin kuat.

Kisah JRF 1

Perempuan Bertekad:

Kekuatan Semangat

“Sedikit demi sedikit, saya membangun kembali toko saya. Setiap minggu saya pergi ke BUKP (Badan Usaha Kredit Pedesaan) membawa sedikit tabungan saya sebesar Rp. 150.000 per minggu (sekitar US$15). BUKP dapat melihat kemajuan saya mulai dari nol sampai memiliki catatan kredit yang baik sehingga dua tahun lalu, saat saya memerlukan tambahan modal untuk membeli lebih banyak persediaan untuk toko saya, mereka menawarkan pinjaman kepada saya. Sekarang saya menjual kasur dan menambah jumlah barang yang saya simpan, seperti minyak dan gula. Berikutnya, saya berencana untuk menjual kompor dan lemari. Saya belum pernah meminjam uang sebelumnya, tapi saya tidak takut karena bunga pinjamannya rendah. Jika tidak ada BUKP, saya tidak akan bisa mendapatkan persediaan ini.”

Walaupun Ibu Eny memiliki naluri berbisnis yang baik, peluangnya mendapatkan pinjaman dari tempat lain sangat kecil. Ia dianggap tidak bisa mendapatkan pinjaman oleh lembaga keuangan formal karena tidak

memiliki jaminan dan catatan pembayaran pinjaman. JRF menyalurkan dana kepada usaha mikro yang terkena gempa, seperti Ibu Eny, melalui lembaga keuangan mikro dan koperasi, termasuk BUKP. Pada bulan Juni 2011, proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ telah memberikan pinjaman kepada lebih dari 10.000 penerima manfaat, yang sebagian besar seperti Ibu Eny, sebelumnya dianggap tidak dapat menerima pinjaman bank. Dana untuk pinjaman ini berasal dari dana pinjaman bergulir yang dibentuk melalui hibah dari Java Reconstruction Fund.

Ibu Eny menambahkan sambil berbisik, “Dalam enam bulan terakhir, banyak lintah darat yang mendekati saya, tapi mereka tidak akan berhasil karena sekarang saya adalah agen BUKP – masyarakat dapat meminta bantuan saya; saya membantu mereka mengisi formulir pendaftaran dan mereka pun dapat menyimpan tabungan di BUKP melalui saya.”

Eny Herianti adalah pemilik toko kelontong di desa Sumberharjo, kabupaten

Sleman, dekat Yogyakarta. Saat terjadi gempa 2006, sebagian besar rumah di

desanya hancur, termasuk rumah dan toko yang ia jalankan bersama orang tuanya.

Perlahan tapi pasti, Ibu Eny mulai membangun kembali usahanya dengan bantuan

dari proyek Pemulihan Mata Pencaharian JRF yang dilaksanakan oleh GIZ.

1

2

1. Ibu Eny menyiapkan ikan asin untuk dijual di tokonya. 2. Kelompok pengusaha kecil perempuan di Bokoharjo. Pada saat usaha lele mereka hancur karena gempa, para perempuan ini bangkit dengan memanfaatkan kredit mikro yang disediakan melalui proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ Foto:

Rosaleen Cunningham untuk Sekretariat JRF

(16)

Bab 1 - JRF: Model T ang gapan Benc ana y ang Dapa t Diadap tasi Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 28

s

29

yang dilaksanakan oleh Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas, atau Rekompak. Pembangunan rumah dimulai pada tahun 2010.

Pak Sogiman, seorang pembuat wayang, adalah salah seorang pengungsi yang telah menjalani relokasi. “Setiap musim hujan, kami tidak bisa tidur pada malam hari karena takut terjadi longsor. Namun, di musim kemarau, kami kekurangan air,” ujarnya menjelaskan. Pada suatu malam setahun lalu, saat terjadi hujan lebat, sebatang pohon yang tumbuh di atas bukit di belakang rumahnya tumbang, meluncurkan bebatuan dan tanah. Longsor menimpa rumah dan menghantam kamar tidurnya. Keluarganya menyelamatkan diri, dan ia berbisik, “Kami tidak punya keberanian lagi.” Ia, istri, dan anak-anak mereka lega karena sekarang tinggal di tempat yang aman dan ia pun menyebutkan kelebihan lainnya. Ia menyatakan bahwa usahanya meningkat karena sekarang para pembeli lebih mudah menghubunginya, sehingga pendapatannya sedikit meningkat. Akses untuk mendapatkan air tidak lagi menjadi masalah, dan anak-anak lebih mudah pergi ke sekolah.

Beberapa anggota masyarakat pun berpartisipasi dalam pelatihan kesiapsiagaan dan perencanaan

terhadap bencana, walaupun hal ini masih perlu disampaikan kepada seluruh anggota masyarakat. Rambu-rambu evakuasi secara jelas terlihat di kampung baru, dan beberapa latihan simulasi telah dilakukan, misalnya latihan menghadapi longsor dan gempa bumi. Pelatihan diperluas hingga pengajaran cara untuk membantu evakuasi orang yang paling berisiko, misalnya orang yang memiliki masalah mobilitas (“cabut pintu dari kosen dan simpan sehingga dapat digunakan untuk menggotong orang,”) ujar Pak Sogiman menjelaskan.

Lebih banyak lagi keluarga yang harus direlokasi pada tahun-tahun mendatang. Sementara itu, dengan dukungan JRF melalui Rekompak, tindakan mitigasi bagi masyarakat yang masih menghadapi ancaman longsor telah dilakukan - dinding penahan dibangun, sebagian jembatan diperkokoh, dan tepi sungai diperkuat.

Setelah melewati banyak malam penuh kegelisahan, Pak Lurah yakin bahwa setelah melihat hasil positif dari relokasi yang dibantu oleh Rekompak, pemerintah daerah dan provinsi akan berkomitmen dalam merelokasi keluarga yang paling berisiko ke tempat yang lebih aman.

2

1. Kampung Baru memiliki jalur evakuasi dengan penanda yang jelas, serta akses yang lebih baik kepada air bersih, pasar, serta layanan-layanan publik seperti sekolah.

2. Ibu Tukijem terus memelihara tanamannya di desanya yang lama, namun kini tinggal di Kampung Baru yang berjarak aman dari kawasan rawan longsor.

Foto: Heri Wahyudi untuk Sekretariat JRF

Relokasi Bantul:

Menuju Tempat yang Lebih Aman

Dia dan para perempuan sepuh lain di desanya telah mengalami sekurangnya enam longsor besar dalam hidup mereka, saat lumpur sungai yang menyeret rumah dan pepohonan. Gempa 2006 juga mengakibatkan longsor. Namun, longsor kecil semakin sering terjadi setiap tahun saat musim hujan. Longsor terbaru terjadi pada awal tahun ini, bulan Januari 2012. Penyebabnya bukanlah penggundulan hutan, melainkan hujan dan kualitas tanah, serta tebing terjal yang mengelilingi desa tersebut. Ibu Tukijem masih suka mengunjungi rumah lamanya pada siang hari untuk memelihara tanaman cabai, walaupun sekarang ia tinggal di kampung baru bersama dengan 35 keluarga lain. Seperti halnya warga lain yang mengungsi, Ibu Tukijem sepakat dengan petugas desa untuk tidak kembali ke tempat tinggalnya, kecuali untuk menggarap lahannya. Berbeda dengan masyarakat lain yang tinggal di wilayah berbahaya yang berisiko tinggi, warga Jatirejo

tidak perlu diminta untuk pindah. Sejak 2004, mereka telah mengajukan petisi kepada pemerintah daerah untuk mendukung relokasi.

Bayu Bintoro adalah kepala desa, atau Pak Lurah, Wukirsari, dan ia menjelaskan sejarah panjang relokasi, “Setiap musim hujan saya mengkhawatirkan nasib dusun-dusun di Wukirsari, sampai saya tidak bisa tidur. Sya tahu para kepala desa akan berjaga malam selama musim hujan, meningkatkan kewaspadaan, dan menenangkan masyarakat.” Pada tahun 2004, masyarakat meminta tanah desa dialokasikan untuk relokasi. Selama beberapa tahun berikutnya, warga dan Pak Lurah mendatangi semua saluran resmi sampai ke tingkat kabupaten untuk mendapatkan dokumen dan otorisasi yang tepat untuk transfer lahan yang sah. Lahan harus dinilai dan survei geologis pun dilakukan. Pada tahun 2008, JRF mulai mendukung proyek ini melalui proses Rencana Pembangunan Permukiman (RPP)

Ibu Tukijem adalah salah satu warga sepuh dusun Jatirejo, di desa Wukirsari,

kabupaten Bantul, dan seingatnya, desanya selalu terkena longsor.

Kisah JRF 2

(17)

Bab 2 - P ort of olio JRF: Ber adap tasi de ng an P erubahan K ebutuhan, Me nc apai Hasi l Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 30 31

MENYESUAIKAN TANGGAPAN JRF DENGAN KEBUTUHAN REKONSTRUKSI

Kebutuhan rekonstruksi sangat bervariasi tergantung pada skala dan lingkup bencana serta konteks setempat. JRF, mengikuti model MDF di Aceh dan Nias, terbukti merupakan instrumen fleksibel yang dapat menanggapi prioritas pemerintah dan kebutuhan yang khusus. Program JRF, melalui portofolio lima proyeknya, dapat beradaptasi sebagai tanggapan atas perubahan konteks dan kebutuhan, termasuk terhadap bencana baru, dan hal ini terbukti merupakan faktor utama keberhasilannya.

Hasil luar biasa tercapai dalam rekonstruksi Jawa secara keseluruhan melalui upaya bersama pemerintah, donor, dan masyarakat. Belajar dari pengalaman Pemerintah Indonesia dalam rekonstruksi Aceh dan mengadaptasikan kebutuhan dan skala bencana dan kebutuhan setempat, rekonstruksi di Jawa berjalan lancar dan relatif cepat. Pada tahun 2008, TTN berakhir dengan menyelesaikan sebagian besar rekonstruksi fisik, dan tanggung jawab rekonstruksi yang tersisa diserahkan kepada pemerintah daerah, di bawah koordinasi Bappenas.

JRF fleksibel dalam menanggapi prioritas dan kebutuhan pemerintah. Pembangunan kembali rumah merupakan prioritas utama upaya rekonstruksi Pemerintah. Saat TTN menyelesaikan mandatnya pada tahun 2008, sebagian besar kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi secara keseluruhan telah selesai, termasuk sebagian besar rekonstruksi perumahan JRF. Laporan penutupan TTN mengindikasikan bahwa bantuan pemulihan mata pencaharian di antara rumah tangga yang terkena dampak gempa, terutama akses terhadap pembiayaan, tetap diperlukan3. Pengurangan risiko

bencana juga diidentifikasi sebagai kebutuhan penting untuk meningkatkan daya tahan masyarakat terhadap bencana masa depan. JRF memperpanjang programnya sampai Desember 2011 untuk memenuhi kebutuhan penting yang tersisa ini.

Dampak ekonomi dari gempa bumi 2006 sangatlah berat terutama karena banyaknya jumlah industri rumah tangga di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pihak yang paling parah terkena dampak bencana dan juga yang paling sedikit memiliki sumber daya untuk membangun kembali mata pencaharian

Por

tof

olio JRF

: Ber

adaptasi dengan P

erubahan K

ebutuhan, Mencapai Hasil

3 Tim Teknis Nasional: Laporan Akhir Pelaksanaan Tugas, Juni 2008.

Portofolio JRF:

Beradaptasi dengan Perubahan Kebutuhan, Mencapai Hasil

BAB 2

Anak-anak berseragam sekolah berjalan melalui waduk air di desa Purwosari, Jawa Tengah. Waduk tersebut menyediakan pasokan air yang penting bagi pertanian dan kebutuhan rumah tangga.

Foto: Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF

(18)

Bab 2 - P ort of olio JRF: Ber adap tasi de ng an P erubahan K ebutuhan, Me nc apai Hasi l Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 32 33

sementara pada tanggapan awal, yang dilaksa-nakan oleh dua mitra pelaksana yang berbeda, IOM dan Cooperative Housing Foundation (CHF). Proyek ini selesai dan ditutup pada pertengahan 2007. Rekompak, yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, dimulai pada bulan Desember 2006 dan mendapatkan perpanjangan awal pada bulan Juni 2011 untuk meningkatkan kesiapan menghadapi bencana dan upaya infrastruktur masyarakatnya, didasarkan pada rekomendasi dari Kajian Paruh Waktu (Mid Term Review, MTR) JRF dan permintaan pemerintah. Upaya JRF dalam pemulihan mata pencaharian dimulai setelah rekonstruksi perumahan berjalan. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian yang dilaksanakan oleh IOM dan GIZ mulai dilaksanakan pada akhir 2008 dan

2009. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM berhasil menyelesaikan kegiatannya dan ditutup pada tanggal 30 Juni 2011, sementara proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ ditutup pada tanggal 30 September 2011. Pelaksanaan kegiatan Rekompak terkait pemulihan masyarakat yang terkena dampak letusan Merapi akan diselesaikan pada tanggal 30 Juni 2012.

Penurunan kerentanan terhadap bencana yang akan terjadi di masa yang akan da-tang merupakan hasil penting upaya JRF. JRF memprioritaskan penurunan risiko bencana (PRB) di semua aspek programnya, menciptakan sinergi di seluruh proyek. Rancangan dan teknik tahan gempa telah dimasukkan ke dalam kegiatan rekonstruksi fisik di perumahan permanen dan

Photo:

Rosaleen Cunningham for JRF Secretariat Pengerajin wayang, Pak Sogiman, dan keluarganya merasa aman semenjak mereka direlokasi ke daerah yang lebih aman di Wukirsari, Bantul, melalui Rekompak. Menurutnya usahanya lebih maju karena rumahnya lebih mudah dijangkau oleh pembeli. Foto:

Rosaleen Cunningham untuk Sekretariat JRF

mereka. Sekitar 650.000 pekerja yang bekerja di sektor yang terkena dampak gempa bumi, terutama di industri keramik, furnitur, tekstil dan tenun, pengolahan kulit dan perak, serta pengolahan makanan. UMKM menderita sekitar 90% kerusakan dan kerugian di sektor swasta, dengan 30.000 usaha terkena dampak langsung. Kurangnya akses terhadap pembiayaan, terutama modal kerja, dan ketidakmampuan untuk melunasi pinjaman yang ada diidentifikasi sebagai kendala utama pemulihan usaha mikro dan kecil ini.

Pada kuartal terakhir 2010, letusan Gunung Merapi kembali membawa kehancuran kepada masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Tanggapan untuk mendukung pemulihan dimobilisasi dengan cepat melalui Rekompak JRF. Komite Pengarah JRF menanggapi permintaan Pemerintah dengan mengalokasikan pembiayaan tambahan kepada Rekompak untuk membantu rekonstruksi masyarakat di wilayah yang terdampak bencana, termasuk 45 desa yang telah menerima bantuan JRF untuk rekonstruksi gempa bumi 2006. Tanggal penutupan JRF juga diperpanjang sampai Desember 2012 untuk memberi waktu dalam menjalankan kegiatan tambahan ini.

Bab ini menyajikan gambaran umum hasil yang dicapai JRF melalui lima proyeknya. Perincian cakupan lengkap setiap proyek disediakan pada Lampiran.

HASIL PORTOFOLIO: MENCAPAI HASIL YANG PERMANEN

JRF mendukung tanggapan Pemerintah Indonesia atas kerusakan gempa 2006 di dua area: Rekonstruksi Perumahan dan Infrastruktur Masyarakat, serta Rehabilitasi Mata Pencaharian. Hal ini mengikuti pendekatan bertahap. Rekonstruksi perumahan diprioritaskan Pemerintah Indonesia pada tahap awal rekon-struksi, diikuti dengan rehabilitasi mata pencaharian. Pembiayaan JRF untuk proyek diselaraskan dengan strategi ini.

Dana JRF telah sepenuhnya dialokasikan, dengan US$94,7 juta dialokasikan untuk portofolionya yang terdiri dari lima proyek. Dana sebesar US$77,4 juta dialokasikan untuk rekonstruksi dan rehabilitasi perumahan dan infrastruktur masyarakat melalui tiga proyek: dua proyek yang telah selesai menyediakan perumahan sementara, serta proyek perumahan JRF, yang secara resmi dikenal sebagai Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak). Dua proyek Pemulihan Mata Pencaharian melengkapi portofolio, satu dilaksanakan oleh GIZ dan satu lagi oleh IOM. Keduanya telah mendapat alokasi total US$17,2 juta.

JRF menyelesaikan kegiatannya sebagai tang- gapan terhadap bencana 2006 pada tahun 2011. Dua proyek JRF menyediakan perumahan

Upaya bersama pemerintah, donor, dan

masyarakat mendorong terwujudnya

hasil yang luar biasa dalam upaya

rekonstruksi Jawa secara keseluruhan.

(19)

Bab 2 - P ort of olio JRF: Ber adap tasi de ng an P erubahan K ebutuhan, Me nc apai Hasi l Lapor an Akhir Ja va R ec ons truction Fund 2012 34 35

penampungan tambahan saat perumahan permanen sedang dibangun, sehingga jumlah rumah sementara yang disediakan oleh JRF mencapai hampir 7.300. Rekonstruksi perumahan permanen secara keseluruhan dilaksanakan dengan cepat dan pembangunan perumahan sementara tambahan tidak lagi diperlukan. Oleh karena itu, proyek mengalibrasi ulang pendekatannya untuk mengurangi target perumahan sementara dan mengalihkan fokus kepada perumahan permanen.

Kajian Paruh Waktu (Mid Term Review, MTR) JRF menemukan bahwa proyek Perumahan Sementara sangat relevan karena mengatasi kesenjangan kritis dalam memenuhi kebutuhan tempat penampungan. Lebih dari 95% pene-rima manfaat melaporkan bahwa tempat penampungan sementara yang aman dan tahan lama meningkatkan kemampuan mereka dalam

melanjutkan kehidupan rumah tangga mereka sehari-hari setelah terjadi gempa.

JRF menggunakan pendekatan multitahap untuk rekonstruksi perumahan permanen dan infrastruktur masyarakat. Setelah target perumahan permanen dan elemen utama infrastruktur masyarakat untuk kegiatan rekon-struksi gempa bumi dan tsunami awal hampir selesai, Rekompak berfokus pada dukungan untuk pengembangan Rencana Pembangunan Permukiman (RPP). Rencana tata ruang tingkat desa ini membantu masyarakat mengidentifikasi

kebutuhan serta memasukkan strategi

pengelolaan dan penurunan risiko bencana melalui pendekatan inklusif berbasis masyarakat.

Rekompak berhasil memenuhi target rekon-struksi perumahan untuk tiga bencana. Target awal untuk perumahan dalam menanggapi

Seorang penerima manfaat Rekompak, Eni Indriastuti bersama ayahnya di depan rumah mereka di desa Wonokromo, Yogyakarta. Ia bertindak sebagai bendahara kelompok terdiri dari 10 keluarga yang bekerja sama membangun rumah mereka dengan dukungan proyek Rekompak JRF.

Foto:

Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF

PEMUlIHAN MASYARAKAT DAN PERUMAHAN

PEMUlIHAN MATA PENCAHARIAN

Area Dukungan JRF

Nilai

Hibah

Juta US$

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Perumahan Sementara – IOM Perumahan Sementara – CHF Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) 1,05 1,27 75,12 Des - Juni Des - Juni Mei - Sep

Pemulihan Usaha Mikro dan Kecil - IOM dan Jawa Tengah - GIZ

5,98 11,26 Des - Agt Des Juni

Tabel 2.1 Masa Pelaksanaan Proyek yang Didanai JRF

tempat penampungan sementara, dan proses Rencana Pembangunan Pemukiman (RPP) melibatkan fokus PRB yang kuat. Proyek infrastruktur masyarakat yang berfokus pada PRB mencakup rute evakuasi, tempat berkumpul darurat, dan dinding penahan. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian yang dilaksanakan oleh IOM mencakup pembangunan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat sipil, dan UMKM dalam PRB serta kesiapan dari strategi penutupan proyeknya. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ juga mencakup PRB dalam bantuan teknisnya. Letusan terakhir Gunung Merapi membuktikan keberhasilan berbagai fasilitas dan pelatihan tanggapan terhadap bencana yang disediakan proyek JRF. Masyarakat yang terkena dampak menggunakan rute, fasilitas, dan prosedur evakuasi, serta menerapkan keterampilan pengelolaan dan teknis baru pada saat evakuasi dan tanggap bencana.

Hasil yang signifikan dan dampak permanen telah tercapai melalui proyek JRF. Hasil proyek dalam dua area utama pemrograman JRF, rekonstruksi perumahan dan pemulihan mata pencaharian, dijelaskan di bagian- bagian selanjutnya.

PEMULIHAN PERUMAHAN DAN INFRASTRUKTUR MASYARAKAT

Sejalan dengan prioritas Pemerintah Indonesia, JRF memberikan komitmen awal untuk memenuhi kebutuhan mendasar atas tempat penampungan dan perumahan. Dua proyek perumahan sementara menyediakan 4.790 tempat penampungan segera kepada rumah tangga yang terkena dampak bencana sementara proses pembangunan perumahan permanen yang memakan waktu dilakukan. Pada awalnya, Rekompak menyediakan 2.489 tempat

Referensi

Dokumen terkait

atas dasar permintaan guru-guru SMA yang pada saat itu menerima kedatangan tim pengabdian ketika akan mensosialisasikan undangan pelatihan media literacy

Kelima, dapat lebih mengungkapkan penyesuaian diri dan agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali, melalui metode penelitian baik

Peningkatan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan (hutan sosial) Rehabilitasi kawasan perdesaan yang rusak dan tercemar lingkungan, terkena dampak bencana serta perubahan

Karena Indonesia dalam waktu yang tidak lama lagi menjadi negara pengimpor minyak maka kita harus bersiap untuk mengkonsumsi BBM dengan harga 3 kali lipat dari harga sekarang

Sistem akan menampilkan menu yang dimaksud, user dapat melihat pendahuluan, kemudian dapat memilih materi yang akan dipelajari... Penjelasan Sequence Diagram Aplikasi

Menurut Benwell (1996) dalam Siali, et al (2013) manajemen persediaan bermula dari pemasok dan kesalahan-kesalahan dari pemasok akan menyebabkan keterlambatan

perbedaannya terdapat pada gending yang digunakan yakni Ladrang Asmarandana Kenya Tinembé, Laras Pelog Pathet Nem dan struktur penyajiannya yang disajikan hanya sampai

penelitian ini adalah agar dapat mengetahui efek pemberian anestesi inhalasi sevofluran terhadap perubahan frekuensi nadi selama intra anestesi sehingga perawat