• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAI. Jurnal Anestesiologi Indonesia. Volume I Nomor 01, Maret 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JAI. Jurnal Anestesiologi Indonesia. Volume I Nomor 01, Maret 2009"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

JAI

Jurnal Anestesiologi Indonesia

Diterbitkan oleh Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan

Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi (IDSAI) Jawa Tengah

Dipersembahkan untuk kemanusiaan khususnya bangsa Indonesia

(2)

Sejawat terhormat,

Jurnal Anestesiologi Indonesia (JAI) edisi ini memuat artikel penelitian klinik dan preklinik. Diantaranya adalah mengenai penggunaan ajuvan Klonidin pada anestesi lokal, pengaruh koloid HES dan Ketorolak pada studi koagulasi, dan studi imunohistokimia IL-10 pada infiltrasi Levobupivakain.

Dua tinjauan pustaka, mengenai neurotransmitter pada saraf otonom dan pemberian nutrisi pada pasien cedera kepala diharapkan menambah pengetahuan kita dalam bidang anestesi.

Semoga bermanfaat.

Salam,

dr. Uripno Budiono, SpAn

Artikel dalam jurnal ini boleh di-copy untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Apabila akan menggunakannya sebagai acuan, hendaknya mencantumkan artikel tersebut sebagai daftar pustaka dengan sitasinya.

Jurnal Anestesiologi Indonesia Pelindung:

 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

 Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP  Ketua Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi

Indonesia (IDSAI) Cabang Jawa Tengah Ketua Redaksi:

dr. Uripno Budiono, SpAn Wakil Ketua Redaksi: dr. Johan Arifin, SpAn, KAP Anggota Redaksi:

dr. Abdul Lian Siregar, SpAn, KNA dr. Hariyo Satoto, SpAn

dr. Witjaksono, MKes, SpAn, KAR dr. Ery Leksana, SpAn, KIC, KAO dr. Heru Dwi Jatmiko, SpAn, KAKV, KAP dr. Sofyan Harahap, SpAn, KNA dr. Jati Listianto Pujo, SpAn, KIC dr. Doso Sutiyono, SpAn

dr. Widya Istanto N, SpAn, KAKV, KAR dr. Yulia Wahyu Villyastuti, SpAn dr. Himawan Sasongko, SpAn, MSi.Med dr. Aria Dian Primatika, SpAn, MSi.Med dr. Danu Soesilowati, SpAn

dr. Hari Hendriarto, SpAn, MSi.Med Mitra Bestari:

Prof. dr.Soenarjo,SpAn, KMN, KAKV Prof. dr.Marwoto, SpAn, KIC, KAO

Seksi Usaha: dr. Mochamat Administrasi: Maryani, Nik Sumarni

Jurnal Anestesiologi diterbitkan 3 kali per tahun, setiap bulan Maret, Juli dan November sejak tahun 2009. Harga Rp.200.000,- per tahun.

Untuk berlangganan dan sirkulasi: Ibu Nik Sumarni (081326271093) Ibu Kamtini (081325776326)

Alamat Redaksi:

Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNDIP/ RS Dr. Kariadi,

Jl. Dr. Sutomo 16 Semarang. Telp. 024-8444346.

(3)

PENELITIAN Hal Artsanto R, Doso Sutiyono, Witjaksono

Perbedaan Lama Analgesi Antara Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik, Kombinasi Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik + Klonidin 75µg Serta Kombinasi Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik + Klonidin 150µg Pada Blok Subarakhnoid

Waktu regresi 2 segmen kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg, serta kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain.

1

Hari Hendriarto Satoto, Ery Leksana, Uripno Budiono

Perbedaan Pengaruh Pemberian Infus HES Dengan Berat Molekul 40 kD dan 200 kD Terhadap Plasma Prothrombin Time dan Partial Thromboplastin Time

Kajian Pada Pasien Dengan Perdarahan Sampai 20% Estimated Blood Volume Pemberian HES 200 kD memperpanjang PT dan PTT lebih besar dari pada HES 40 kD.

13

Aryono Hendrasto, Eva Susana Putridaya, Mohammad Sofyan Harahap

Pengaruh Pemberian Ketorolak 30 mg Intravena pada Penderita dengan Anestesi Spinal Terhadap Fungsi Pembekuan Darah : Protrombin Time, Partial Tromboplastin Time with

Kaolin

Pemberian dosis tunggal ketorolak 30 mg intravena pada penderita dengan anestesi spinal tidak berpengaruh terhadap fungsi koagulasi jalur ekstrinsik (PT) tapi akan memperpanjang fungsi koagulasi jalur intrinsik (PTTK) namun pemanjangan ini masih dalam batas normal atau tidak nampak secara klinis.

26

Winarto, Uripno Budiono, Mohamad Sofyan Harahap

Perbandingan Sekresi IL-10 di Jaringan Sekitar Luka Insisi Dengan dan Tanpa Infiltrasi Levobupivakain : Studi Imunohistokimia pada Tikus Wistar

Sekresi IL-10 di jaringan sekitar luka dengan infiltrasi levobupivakain lebih tinggi dibanding tanpa levobupivakain

32

TINJAUAN PUSTAKA

Iwan Dwi Cahyono, Himawan Sasongko, Aria Dian Primatika Neurotransmitter Dalam Fisiologi Saraf Otonom

Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna memperkirakan efek farmakologi obat-obatan baik pada sistem saraf simpatis maupun parasimpatis.

42

Yusnita Debora, Yulia Wahyu Villyastuti, Mohamad Sofyan Harahap Nutrisi Pada Pasien Cedera Kepala

Status hipermetabolik sering ditemukan pada pasien-pasien stroke ataupun cedera kepala, sehingga tidak jarang keadaan ini akan memperburuk keadaan pasien. Laju hipermetabolik ini dipercepat dengan puasa yang lama sehingga tubuh akan memobilisasi lemak dan protein yang nantinya akan digunakan sebagai untuk energi. Keadaan ini dapat dicegah dengan pemberian nutrisi secara dini dan pada keadaan ini lebih terpilih

pemberian enteral nutrisi.

(4)

1 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

PENELITIAN Perbedaan Lama Analgesi Antara Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik,

Kombinasi Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik + Klonidin 75µg Serta Kombinasi Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik + Klonidin 150µg Pada Blok Subarakhnoid

Artsanto R*, Doso Sutiyono*, Witjaksono*

*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang ABSTRACT

Background: Subarachnoid block using hyperbaric lidocaine, has been applicated on many variable clinic surgeries. The disadvantages of using hyperbaric lidocain 5% is short duration, 45-60 minutes, despite many surgeries take more than 1 hour.

Purpose: Prove whether addition of Clonidine 75µg and Clonidine 150 µg on subarachnoid block with hyperbaric lidocaine 5% 100 mg able to make longer time of analgesia.

Methods: It is experimental study with quota sampling design on the 60 patients which are undergoing surgery on abdominal region. In the room, blood pressure, heart rate, respiratory rate were measured. All of the patients were fasting 6 hours and no premedications. In the “Instalasi Bedah Sentral” vein access 18 G was inserted and colloid 7,5 cc/kg as preload. The patients were divided randomly into 3 groups. Uncooperative patient and who need additional analgesia during surgery, was excluded. Using ANOVA and p < 0,05. Datas were gathered in tables.

Results: There was no difference for patient characteristic and surgery distribution among 3 groups. Regression time of 2 segments on the lidocaine-clonidine 150 µg group was longer than lidocaine group and lidocaine-clonidine 75 µg group (p=0,000). The onset of sensoric block on clonidine 150 was shorter than lidocaine group and lidocaine-clonidine 75 µg group (p=0,000). The onset of motoric block on lidocaine-lidocaine-clonidine 150 µg was shorter than lidocaine group and lidocaine-clonidine 75 µg group (p=0,000). Duration of motoric block on lidocaine-clonidine 150 µg group was longer than lidocaine group and lidocaine-clonidine 75 µg group (p=0,000). Maximal level of sensoric block on lidocaine-clonidine 150 µg was higher than lidocain group and lidocaine-clonidine 75 µg group (p=0,038).

Conclusion: Regression time of 2 segments on lidocaine-clonidine 150 µg group was longer significantly than lidocaine group and clonidine 75 µg group ; lidocaine-clonidine 75 µg was longer significantly than lidocain group.

Keywords: Subarahcnoid block, hyperbaric lidocaine 5% 100 mg, Clonidine 75µg, Clonidine 150 µg.

ABSTRAK

Latar belakang: blok subarakhnoid menggunakan lidocain hiperbarik, banyak digunakan pada operasi untuk pasien dengan berbagai kondisi klinik. Kerugian dari penggunaan lidocain 5% hiperbarik adalah durasinya yang singkat, dimana banyak tindakan pembedahan yang durasinya lebih dari 1 jam.

(5)

2 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 Tujuan: Membuktikan apakah penambahan klonidin 75 µg dan klonidin 150 µg pada blok subarakhnoid dengan lidokain 5% 100 mg hiperbarik dapat memperpanjang lama analgesia.

Metode: Penelitian eksperimental dengan desain quota sampling pada 60 pasien yang menjalani operasi di daerah regio abdominal. Saat di ruangan dilakukan pengukuran tekanan darah, laju jantung dan laju nafas. Semua penderita dipuasakan 6 jam dan tidak diberikan obat premedikasi. Saat datang di Instalasi Bedah Sentral dilakukan pemasangan infus kateter intravena 18 G, dan diberikan preload cairan dengan larutan koloid 7,5 cc/kgBB. Penderita dikelompokkan secara acak dengan menggunakan tabel random menjadi 3 kelompok. Pasien tidak kooperatif dan membutuhkan analgetik tambahan selama pembedahan, pasien dikeluarkan dari penelitian. Uji statistik menggunakan ANOVA dan derajat kemaknaan p < 0,05. Penyajian data dalam bentuk tabel.

Hasil: Karakteristik penderita dan distribusi operasi antara ketiga kelompok tidak berbeda. Waktu regresi 2 segmen kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih lama dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (p=0,000). Mula kerja blok sensorik kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih cepat dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (p=0,000). Mula kerja blok motorik kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih cepat dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Klonidin 75 µg (p=0,000). Lama blok motorik kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih lama dibandingkan kelompok Lidokain dan Lidokain-Lidokain-Klonidin 75 µg (p=0,000). Level maksimal blok sensorik kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih tinggi dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (p=0,038). Kesimpulan: Waktu regresi 2 segmen kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg, serta kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain.

Kata kunci: Blok Subarakhnoid, Lidokain 5% 100 mg hiperbarik, Klonidin 75 µg, Klonidin 150 µg

PENDAHULUAN

Pada pembedahan perut bagian bawah, ekstremitas bawah dan daerah perineum, blok subarakhnoid dengan obat anestesi lokal digunakan sebagai analgesia.1 Menurut formularium rumah sakit program askeskin tahun 2007 yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, dikatakan bahwa lidokain 2 ml 100 mg merupakan obat anestetik lokal yang digunakan untuk blok subarakhnoid.2 Salah satu kekurangan dari lidokain adalah lama analgesia (duration of action) yang berkisar antara 45-60 menit, sehingga hanya cocok untuk pembedahan yang durasinya singkat. Oleh karena itu perlu diupayakan usaha untuk

memperpanjang lama analgesia, antara lain dengan penambahan epinefrin, klonidin dan opioid (morfin, pethidin, fentanyl) pada obat tersebut.3

Klonidin sebagai alternatif dipilih digunakan bersama lidokain 5% hiperbarik pada anestesi spinal untuk memperpanjang lama analgesi. Lidokain 5% hiperbarik dipilih karena dari segi harga yang cukup relatif lebih murah, penyimpanan lebih mudah, dan banyak digunakan untuk operasi dengan durasi singkat dengan pemulihan yang cepat. Penambahan klonidin melalui intratekal akan memperpanjang kerja lidokain spinal dan mengurangi kebutuhan obat

(6)

3 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

lokal anestesi. FDA menyatakan bahwa morfin dan klonidin merupakan obat yang diperbolehkan untuk intratekal sebagai analgesik.4

Klonidin dipilih karena obat tersebut tidak mendepresi saluran pernafasan dan cenderung tidak membuat adiksi seperti obat-obat golongan narkotik. Seperti halnya golongan narkotik, klonidin dapat berlaku sebagai analgesik poten jika diberikan secara intratekal. Dosis klonidin adalah 1,5 µg/kgBB dengan dosis maksimal sebesar 150 µg intratekal. Thaib melaporkan bahwa kombinasi bupivakain 0,5% hiperbarik dan klonidin 150 µg yang diberikan pada analgesia spinal menghasilkan efek analgesia yang sangat efektif, dimana blokade motorik dan blokade sensorik lebih diperpanjang.5 Kombinasi dengan adrenalin maupun klonidin memperpanjang masa analgesia, dimana blokade sensorik lebih lama pada kombinasi dengan klonidin, sedang blokade motorik lebih lama dengan adrenalin. Secara bermakna keduanya tidak memberikan perubahan hemodinamik yang bermakna.5

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah penambahan klonidin 75 µg dan klonidin 150 µg pada lidokain 5% 100 mg hiperbarik dapat memperpanjang lama analgesia blok subarakhnoid. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam penggunaan obat tersebut dalam praktek klinik pada blok subaraknoid yang dapat menghasilkan analgesia yang lebih lama. METODE

Desain penelitian adalah eksperimental berupa uji klinik tahap 2 yang dilakukan secara acak tersamar ganda. Subyek penelitian adalah semua pasien di RSDK yang dipersiapkan untuk pembedahan elektif dengan menggunakan teknik

anestesi blok subarakhoid yang memenuhi kriteria inklusi tertentu. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral selama 6-10 minggu dan telah disetujui oleh seluruh subyek penelitian telah untuk menjadi sukarelawan.

Cara pemilihan sampel dilakukan dengan cara Consecutive Random Sampling terhadap semua penderita yang dipersiapkan untuk operasi elektif, dimana semua penderita yang memenuhi kriteria dimasukkan dalam sampel sampai jumlah yang diperlukan, dan memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi antara lain pembedahan elektif regio abdomen dengan blok subarakhnoid, usia 20-35 tahun dengan ASA I-II, berat badan 50-75 kg, tinggi badan 150-50-75 cm, bersedia jadi sukarelawan, lama operasi diperkirakan sekitar 1 jam. Sedangkan kriteria eksklusi antara lain pasien tidak kooperatif, pasien membutuhkan analgetik tambahan selama pembedahan dan operator menolak dilakukan tindakan blok subarakhnoid.

Seleksi penderita dilakukan pada saat kunjungan pra bedah, penderita yang memenuhi kriteria ditentukan sebagai sampel. Penelitian dilakukan terhadap 60 penderita yang sebelumnya telah mendapatkan penjelasan dan setuju mengikuti semua prosedur penelitian. Saat di ruangan dilakukan pengukuran tekanan darah, laju jantung (Heart Rate), dan laju pernafasan (Respiratory Rate). Semua penderita dipuasakan 6 jam dan tidak diberikan obat premedikasi. Pada saat datang di Instalasi Bedah Sentral, dilakukan pemasangan infus dengan kateter intravena 18 G, dan diberikan preload cairan dengan larutan koloid 7,5 cc/kgBB. Penderita dikelompokkan secara acak dengan menggunakan tabel acak menjadi 3 kelompok, yaitu : kelompok A (kontrol) blok subarakhnoid dengan lidokain 5% hiperbarik 100 mg

(7)

4 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 ditambah NaCl 0,9% (0,5 cc) ; Kelompok

B (perlakuan 1) blok subarakhnoid dengan lidokain 5% hiperbarik 100 mg ditambah Klonidin 75 µg ; Kelompok C (Perlakuan 2) blok subarakhnoid dengan lidokain 5% hiperbarik 100 mg ditambah Klonidin 150 µg.

Penderita dibaringkan diatas meja operasi yang horizontal dengan posisi miring ke lateral. Setelah dilakukan tindakan aseptik antiseptik, dengan pendekatan median atau paramedian melalui celah antar ruas vertebra lumbal III-IV disuntikkan jarum spinal standar nomor 25G dengan arah jarum membentuk sudut kearah cephal dan bevel menghadap ke atas. Cairan serebrospinal mengalir lancar dan. jernih menunjukkan ujung jarum spinal berada dalam ruang subarakhnoid. Kecepatan penyuntikan obat 1ml/5 detik tanpa dilakukan barbotase.

Setelah selesai penyuntikan penderita segera dibaringkan dengan posisi terlentang horizontal, kepala dialasi bantal dan selama blok subarakhnoid penderita diberi oksigen. Pada saat selesai penyuntikan digunakan sebagai awal perhitungan waktu. Level analgesi ditentukan berdasarkan dermatom dengan cara pinprick menggunakan jarum 22G bevel pendek. Penilaian diakukan kanan dan kiri pada garis medioklavikuler dengan interval waktu setiap 2 menit selama 10 menit pertama. Bila blok positif dalam 10 menit pertama, maka tindakan bedah dapat dimulai dan bila negatif berarti blok gagal, selanjutnya anestesi diteruskan dengan anestesi umum dan penderita dikeluarkan dari penelitian. Bila terjadi blok yag tidak sama tinggi antara kanan dan kiri, maka digunakan blok yang tinggi untuk perhitungan statistik. Penilaian blok selanjutnya dilakukan tiap 10 menit sampai terjadinya regresi analgesi 2 segmen.

Penilaian blok motorik dilakukan pada saat yang sama dengan penilaian level analgesi dengan menggunakan kriteria dari Bromage. Mula kerja blok motorik dicatat waktunya jika Bromage score 3 dan mulai hilangnya blok motorik jika Bromage Score ≤ 2. Penilaian tekanan darah, TAR, laju jantung, dan laju nafas dilakukan sebelum dan sesudah blok subarakhnoid, selama 10 menit pertama pembedahan dilakukan tiap menit, menit ke-15, 20, selanjutnya setiap 10 menit sampai hilangnya blok motorik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistolik ≥ 30% dari tekanan sistolik preanestesi diberikan infus cepat larutan ringer laktat, bila tidak menolong diberikan efedrin 10 mg intravena secara intermitten. Bila terjadi bradikardi dimana laju jantung <60x/menit diterapi dengan sulfas atropin 0,5 mg intravena. Semua efek samping yang timbul selama pembedahan dan pasca pembedahan seperti mual, muntah, pusing, mengantuk, mulut kering, menggigil, pruritus, sesak nafas dan retensio urine dicatat.

Data yang dicatat untuk perhitungan statistik yang termasuk dalam tujuan penelitian ini meliputi waktu regresi analgesi 2 segmen. Data lain yang perlu dicatat yang meliputi tekanan darah, TAR, lama blok motorik, laju jantung dan efek samping. Data yang diperoleh dicatat dalam suatu lembar penelitian khusus yang telah disediakan satu lembar untuk setiap penderita dan dipisahkan antara kelompok kontrol dan perlakuan. Analisa deskriptif dilakukan dengan menghitung proporsi gambaran karakteristik responden menurut kelompok (kontrol dan perlakuan). Uji statistik menggunakan ANOVA dengan derajat kemaknaan p < 0,05. Hasil statistik akan disajikan dalam bentuk tabel.

(8)

5 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

HASIL

Untuk karakteristik penderita dan distribusi operasi antara ketiga kelompok (Kelompok A, B dan C) tidak berbeda (tabel 1). Waktu regresi 2 segmen pada kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (p=0,000). Mula kerja blok sensorik pada kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih cepat secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok

Lidokain-Klonidin 75 µg (p=0,000). Mula kerja blok motorik pada kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih cepat secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (p=0,000). Lama blok motorik pada kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (p=0,000). Level maksimal blok sensorik pada kelompok

Tabel 1. Karakteristik Penderita dan Distribusi Jenis Operasi Variabel Kelompok Lidokain5% 100mg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 75µg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 150µg (n=20) Uji Statistik P

1. Umur (Tahun) 44,85 ± 7,98 42,40 ± 12,51 42,15 ± 13,20 Anova 0,714 2. Jenis Kelamin(n) - Laki-laki Perempuan 14 6 12 8 12 8 Kruskall wallis 0,441 3.Pendidikan (n) - SD - SMP - SMA - Sarjana 8 3 8 1 2 9 9 0 4 5 10 1 Kruskall wallis 0,689

4. Berat badan (Kg) 56,15 ± 6,01 58,05 ± 8,06 57,00 ± 7,33 Anova 0,705 5. Tinggi badan (cm) 158,30 ± 4,78 157,80 ± 3,38 157,80 ± 3,99 Anova 0,905 6. Tek.darah sistole (mmHg) 127,55 ± 5,69 129,60 ± 8,50 125,7 ± 8,01 Anova 0,517 7.Tek.darah diastol(mmHg 76,54 ± 6,85 78,30 ± 6,80 76,00 ± 5,98 Anova 0,505 8. Tek.arteri rata-rata (mmHg) 93,50 ± 6,32 95,40 ± 6,86 92,55 ± 6,29 Anova 0,375

9. Laju Jantung 87 ± 2,49 87,60 ± 3,22 86,50 ± 2,14 Anova 0,428 10. Laju Nafas 18,20 ± 0,83 18,30 ± 1,17 18,0 ± 0,92 Anova 0,621 11. Status ASA - ASA I - ASA II 14 6 12 8 15 5 Kruskall wallis 0,754 12. Jenis Operasi(%) - TURP - Hemorhoidektomi - Hernioraphy - Appendiktomi - SCTP+MOW - ORIF 5 3 4 5 3 0 3 0 7 0 5 4 3 1 4 0 4 9 Kruskall wallis 0,053

(9)

6 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 Tabel 2. Karakteristik Blok Subarakhnoid Kel. Lidokain, Lidokain-Klonidin 75 µg dan Lidokain 150 µg Variabel Kelompok Lidokain

5% 100 mg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100 mg+ klonidin 75 µg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100 mg+ klonidin 100 µg (n=20) P

Mula Blok Sensorik (menit) 4,67 ± 0,53 3,78±0,38 3,78±0,34 0,000* Level Maksimal(T) 6,95±0,76 6,85±0,67 6,4±0,68 0,038* Regresi 2segmen(menit) 73,4±6,55 96,65±8,15 102,95±5,031 0,000* Mula Blok Motorik 3,88±0,39 3,33±0,40 3,18±0,29 0,000* Lama Blok Motorik 77,80±6,67 100,6±7,59 107,05±5,64 0,000* Sumber:Data Primer

Tabel 3. Keadaan Hemodinamik Setelah Preload Variabel Kelompok Lidokain

5% 100 mg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100 mg+ klonidin 75 µg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100 mg+ klonidin 100 µg (n=20) P Tekanan Darah Sistolik (mmHg) 132,8 ± 6,34 133,75±5,36 131,65±6,84 0,567 Tekanan Darah Diastolik (mmHg) 79,25±5,14 80,00±4,65 79,5±4,66 0,874 Tekanan Arteri Rata-rata(mmHg) 96,6±5,63 97,35±3,99 96,1±5,38 0,735 Laju Jantung(x/menit) 82,3±3,77 83,85±4,72 81,25±2,34 0,095

Laju Nafas (x/menit) 16,90±1,02 17,45±1,28 16,55±1,05 0,045 Sumber: Data Primer

Tabel 4. Tekanan Sistolik Selama Blok Subarakhnoid Kelompok Lidokain, Lidokain- Klonidin 75 µg dan Lidokain 150 µg Tekanan Darah Menit ke Kelompok Lidokain 5% 100 mg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100 mg+ klonidin 75 µg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100 mg+ klonidin 100 µg (n=20) P 1 132,8 ± 6,34 133,75±5,36 131,65±6,84 0,567 2 128,3±6,50 129,10±5,12 126,5±5,39 0,224 3 126,50±5,00 126,00±4,98 124,95±4,94 0,606 4 125,2±4,96 124,00±5,55 122,25±4,37 0,179 5 122,70±5,03 122,70±4,68 122,05±5,32 0,894 6 122,35±3,80 122,10±6,25 121,3±3,77 0,923 7 122,45±4,63 121,50±4,47 121,3±3,77 0,623 8 122,10±3,95 123,35±5,59 120,80±4,93 0,263 9 123,75±4,98 121,55±6,25 121,05±4,09 0,222 10 124,35±6,37 121,25±5,55 121,65±3,53 0,140 15 123,10±4,23 121,85±4,42 121,95±5,49 0,653 20 123,05±5,77 122,60±8,58 123,45±5,2 0,922 30 123,25±7,22 121,95±8,10 122,8±5,94 0,843 40 121,30±9,22 121,30±9,96 121,86±6,01 0,973 50 123,35±10,33 121,85±8,02 121,35±7,24 0,749 60 124,20±7,95 122,65±8,89 122,3±6,11 0,712 70 125,80±6,88 123,35±9,29 122,5±6,19 0,572 80 126,50±6,45 123,70±10,54 124,7±6,14 0,534 90 128,50±5,54 125,00±9,40 124,4±5,71 0,193 100 129,30±5,81 128,10±9,99 128,00±6,72 0,631 110 133,15±5,50 130,95±8,26 130,05±6,08 0,331 120 134,35±5,72 134,90±7,34 132,9±6,66 0,616

(10)

7 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

Lidokain-Klonidin 150 µg lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokan-Klonidin 75 µg (p=0,038). TDS, TDD, TAR, laju jantung pada keadaan hemodinamik setelah preload tidak terdapat perbedaan bermakna.

Pada laju nafas terdapat perbedaan bermakna antar ketiga kelompok (p=0,045). TDS selama blok subarakhnoid tidak terdapat perbedaan antara ketiga kelompok. TDD selama blok subarakhnoid terdapat perbedaan bermakna pada menit ke-6 antar ketiga kelompok (p=0,005). TAR terdapat perbedaan bermakna pada menit ke-6 antara ketiga kelompok penelitian (p=0,024). Laju jantung selama blok subarakhnoid tidak terdapat perbedaan antara ketiga kelompok. Laju nafas terdapat perbedaan bermakna pada menit ke-1, 2, 30, 120 antara ketiga kelompok penelitian. Distribusi efek samping terdapat perbedaan tidak bermakna antara ketiga kelompok penelitian.

Nilai pada tiap kelompok dalam rerata ± simpang baku. Karakteristik penderita distribusi operasi untuk kelompok Lidokain, Lidokain-Klonidin 75µg dan Lidokain Klonidin 150 µg.

Nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpang baku dengan kisaran waktu regresi 2 segmen pada kelompok Lidokain-Klonidin 150µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok

Lidokain-Klonidin 75µg (p=0,000). Mula kerja blok sensorik pada kelompok Lidokain-Klonidin 150µg lebih cepat secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75µg (p=0,000). Lama blok motorik pada kelompok Lidokain-Klonidin 150µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75µg (p=0,00). Level maksimal blok sensorik pada kelompok Lidokain-Klonidin 150µg lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Lidokain-Klonidin 75µg (p=0,038).

Nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpang baku dengan kisaran, TDS, TDD, TAR, laju jantung pada keadaan hemodinamik setelah preload tidak terdapat perbedaan bermakna. Pada laju nafas terdapat perbedaan bermakna antara ketiga kelompok (p=0,045).

Nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpang baku dengan kisaran, TDS selama blok subarakhnoid tidak terdapat perbedaan antara ketiga kelompok.

Nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpang baku dengan kisaran, TDD selama blok subarakhnoid tedapat perbedaan bermakna pada menit ke-6 antara ketiga kelompok (p=0,005).

Nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpang baku dengan kisaran, TAR selama blok subaraknoid terdapat perbedaan bermakna pada menit ke-6 antara ketiga kelompok (p=0,024).

(11)

8 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 Tabel 5. Tekanan Darah Diastolik Selama Blok Subarakhnoid

Tekanan Darah Menit ke Kelompok Lidokain 5% 100 mg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100 mg+ klonidin 75 µg (n=20) Kelompok Lidokain 5% 100 mg+ klonidin 100 µg (n=20) P 1 79,25±5,14 80,00±4,65 79,55±4,66 0,876 2 76,90±4,47 76,75±3,67 77,40±3,44 0,858 3 75,30±3,70 75,45±3,88 76,70±3,29 0,424 4 74,15±3,57 73,75±3,31 75,85±3,45 0,133 5 73,95±3,36 73,15±3,47 75,45±2,52 0,072 6 72,45±3,15 72,35±3,60 75,45±3,02 0,005 7 72,00±3,75 73,50±3,66 74,85±3,36 0,062 8 72,10±3,61 73,2±4,69 74,10±3,36 0,270 9 72,80±4,20 73,30±4,82 74,10±3,58 0,621 10 72,90±4,13 73,90±5,43 74,40±3,33 0,548 15 73,10±4,01 73,50±4,77 74,75±3,92 0,447 20 72,95±4,44 74,20±5,01 74,25±4,22 0,597 30 73,10±4,60 73,50±6,79 75,05±3,50 0,454 40 73,20±5,44 73,35±5,48 74,90±4,64 0,524 50 73,30±5,33 73,20±5,34 74,25±4,46 0,770 60 73,75±5,88 73,20±4,56 75,35±4,67 0,332 70 74,95±5,13 71,70±8,34 75,05±4,64 0,165 80 76,00±5,44 74,60±5,24 75,65±3,53 0,635 90 77,35±5,59 76,05±4,26 76,20±2,94 0,596 100 77,90±5,50 77,25±5,83 77,00±4,89 0,864 110 79,40±5,96 78,50±5,38 78,10±4,62 0,702 120 81,50±5,46 80,35±5,56 79,45±5,33 0,495

Tabel 7. Laju Jantung Selama Blok Subarakhnoid Laju Jantung Menit ke Kelompok Lidokain5% 100mg (x/menit) Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 75µg (x/menit) Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 150µg (x/menit) P 1 82,30 ± 3,77 83,85 ± 4,72 81,25 ± 2,34 0,095 2 79,15 ± 4,36 80,65 ± 4,37 79,20 ± 2,71 0,390 3 77,80 ± 4,56 78,90 ± 4,59 77,50 ± 3,20 0,539 4 75,00 ± 4,44 76,95 ± 4,76 76,80 ± 4,76 0,760 5 74,75 ± 4,68 76,95 ± 5,45 75,80 ± 3,63 0,675 6 73,90 ± 3,99 74,60 ± 4,46 75,35 ± 3,54 0,525 7 73,60 ± 3,50 75,20 ± 5,16 75,25 ± 3,77 0,376 8 73,55 ± 3,35 75,40 ± 5,97 74,15 ± 3,08 0,393 9 73,50 ± 4,54 75,50 ± 5,01 74,25 ± 2,55 0,317 10 73,55 ± 4,19 75,05 ± 5,60 75,10 ± 2,57 0,437 15 73,45 ± 4,29 74,70 ± 6,05 75,60 ± 3,42 0,457 20 74,40 ± 4,40 74,65 ± 5,16 75,35 ± 3,08 0,786 30 74,35 ± 4,23 74,85 ± 6,42 75,20 ± 5,27 0,882 40 75,20 ± 5,25 75,10 ± 5,70 75,05 ± 3,51 0,995 50 75,80 ± 4,53 75,45 ± 4,87 75,75 ± 3,48 0,963 60 76,20 ± 4,42 75,00 ± 3,67 77,05 ± 5,27 0,420 70 76,80 ± 5,06 75,80 ± 3,96 75,90 ± 3,96 0,728 80 76,65 ± 5,90 76,50 ± 4,11 75,90 ± 3,68 0,841 90 77,40 ± 5,74 78,40 ± 4,94 76,05 ± 4,24 0,284 100 77,50 ± 5,38 79,35 ± 4,67 77,10 ± 4,67 0,311 110 78,60 ± 4,60 81,05 ± 4,69 78,35 ± 4,61 0,135 120 80,05 ± 5,43 81,25 ± 5,34 79,50 ± 3,95 0,525

(12)

9 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

Nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpang baku dengan kisaran, laju jantung selama blok ubarakhnoid tidak terdapat perbedaan antara ketiga kelompok.Nilai dinyatakan sebegai rerata ± simpang bakudengan kisaran. Laju nafas selama blok subarakhnoid terdapat perbedaan

bermakna pada menit ke-1, 2, 30, dan 120 antara ketiga kelompok.

Nilai dinyatakan dalam jumlah, pada distribusi efek samping pada ketiga kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,567).

Tabel 8. Laju Nafas Selama Blok Subarakhnoid Laju Nafas Menit ke Kelompok Lidokain5% 100mg (x/menit) Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 75µg (x/menit) Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 150µg (x/menit) P 1 16,90 ± 1,02 17,45 ± 1,28 16,55 ± 1,05 0,045* 2 17,15 ± 1,18 17,50 ± 1,43 16,55 ± 0,95 0,049* 3 17,15 ± 0,81 17,40 ± 1,19 16,80 ± 1,02 0,180 4 17,10 ± 0,97 17,20 ± 1,01 16,75 ± 0,91 0,307 5 17,25 ± 1,02 17,20 ± 1,01 16,80 ± 0,77 0,259 6 17,45 ± 0,83 17,30 ± 0,92 17,0 ± 1,08 0,318 7 17,55 ± 0,89 17,35 ± 0,93 17,05 ± 1,28 0,322 8 17,40 ± 1,14 17,30 ± 0,03 17,10 ± 1,02 0,665 9 17,40 ± 1,19 17,30 ± 1,13 17,35 ± 0,67 0,953 10 17,85 ± 1,09 17,40 ± 0,99 17,35 ± 0,87 0,222 15 18,95 ± 1,23 17,40 ± 1,27 17,45 ± 1,10 0,287 20 18,05 ± 1,05 17,20 ± 1,24 17,40 ± 1,05 0,051 30 18,00 ± 1,08 17,25 ± 1,25 17,25 ± 0,85 0,046* 40 17,65 ± 0,99 17,30 ± 1,03 17,20 ± 1,01 0,340 50 17,75 ± 1,02 17,70 ± 1,46 16,95 ± 0,83 0,051 60 17,65 ± 0,99 17,55 ± 1,43 16,80 ± 1,01 0,052 70 17,50 ± 0,95 17,55 ± 1,67 16,70 ± 0,66 0,053 80 17,40 ± 1,39 17,85 ± 1,42 17,00 ± 1,17 0,140 90 17,65 ± 1,60 17,75 ± 1,48 16,85 ± 0,88 0,080 100 17,75 ± 1,33 17,50 ± 1,05 17,05 ± 1,05 0,161 110 17,00 ± 1,03 17,30 ± 1,56 17,15 ± 0,99 0,071 120 18,40 ± 1,35 17,90 ± 1,33 17,30 ± 1,26 0,037*

Tabel 9. Distribusi Efek Samping Efek Samping Kelompok

Lidokain5% 100mg (n) Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 75µg (n) Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 150µg (n) P Hipotensi 1 3 2 0,567 Menggigil 1 2 1 Bradikardi 0 1 0 Mual-mual 2 2 4

Tidak ada efek samping

16 12 13

(13)

10 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 Distribusi Efek Samping Pada Kelompok

Lidokain, Lidokain-Klonidin 75µg dan Lidokain-Klonidin 150µg

Efek Samping

Dapat disimpulkan nilai median dari regresi 2 segmen kelompok Lidokain lebih rendah dibandingkan kelompok Klonidin 75µg dan Klonidin 150µg. Kelompok Lidokain-Klonidin 75µg dan Lidokain-Lidokain-Klonidin 150µg masih dapat dikatakan berdistribusi normal.

Kelompok Lidokain, Lidokain-Klonidin 75µg dan Lidokain-Klonidin 150µg garis hitam median agak kebawah, ini menunjukkan distribusi miring ke kanan. Keterangan efek samping :

 1 (tidak ada efek samping), 2 (mual), 3 (menggigil), 4 (hipotensi) dan 5 (bradikardi).

 Kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg tidak ada efek samping terhadap penurunan tekanan darah

 Kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg : garis hitam median kebawah (condong ke kanan) pada angka 1 ini berarti efek samping kebanyakan pada tidak ada efek samping terhadap penurunan tekanan darah

 Kelompok Lidokain : garis hitam agak bawah (miring ke kanan) pada angka 4 ini berarti efek samping kebanyakan pada tidak ada efek samping.

PEMBAHASAN

Teknik kombinasi antara obat anestesi lokal dengan opioid digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena mempunyai dua tempat kerja yang berbeda, dimana anestesi lokal pada Spesific Sodium Channel (SSC) dan opioid pada reseptor opioid di medula spinalis. Blok subarakhnoid opioid menimbulkan analgesi karena adanya inhibisi sel neuron di substansia gelatinosa yang bekerja pada presinaps dan postsinaps. Pada presinaps menghambat pelepasan substansi P, yaitu pada reseptor µ dan reseptor δ di kornu dorsalis medulla spinalis. Penambahan opioid pada blok subarakhnoid

(14)

11 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

menimbulkan efek analgesi sinergis dengan jalan menghambat transmisi sinaptik nosiseptik aferent serabut A δ dan serabut C dan tidak menghambat hantaran jalur sinaptik atau bangkitan somatosensorik. Blok selektif A dan C pada penambahan opioid dapat meningkatkan penyebaran dermatom dan memperpanjang regresi analgesia sensorik.

Pada penelitian ini ketiga kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna tentang karakteristik penderita distribusi operasi untuk kelompok Lidokain, Lidokain-Klonidin 75µg dan Lidokain-Lidokain-Klonidin 150 µg. Hasil dari penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna antara mula kerja blok sensorik kelompok Lidokain (4,67 ± 0,53 menit), kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (3,78 ± 0,38 menit), dan kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg (3,78 ± 0,34 menit). Juga didapatkan perbedaan bermakna antara mula kerja blok motorik kelompok Lidokain (3,88 ± 0,39 menit), kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (3,33 ± 0,40 menit), dan kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg (3,18 ± 0,29 menit). Pada lama blok motorik didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok Lidokain (77,80 ± 6,67 menit), kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (100,60 ± 7,59 menit), dan kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg (107,05 ± 5,64 menit). Pada level maksimal blok sensorik didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok Lidokain (6,95 ± 0,76menit), kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (6,85 ± 0,67), dan kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg (6,40 ± 0,68).

Pada penelitian ini didapatkan waktu regresi 2 segmen pada kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg (102,95 ± 5,03 menit) lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain (73,40

± 6,55 menit) dan kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (96,65 ± 8,15 menit). Hasil penelitian ini menunjukkan TDS, TDD, TAR, laju jantung, pada keadaan hemodinamik setelah preload tidak terdapat perbedaan bermakna. Pada laju nafas terdapat perbedaan bermakna antara ketiga kelompok, dimana pada kelompok Lidokain (16,90 ± 1,02 x/menit), kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg (17,45±1,28 x/menit), dan kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg (16,55 ± 1,05 x/menit). Penelitian ini menunjukkan TDS selama blok subarakhnoid tidak terdapat perbedaan antara ketiga kelompok. Pada TDD selama blok subarakhnoid terdapat perbedaan bermakna pada menit ke-6 antar ketiga kelompok.

Hipotensi pada anestesi blok subarakhnoid sering terjadi dikarenakan blok simpatis yang menyebabkan dilatasi arteri dan vena. Dilatasi arteri menyebabkan penurunan tahanan perifer total dan tekanan arteri sistolik sampai 30%. Dilatasi vena dapat meyebabkan hipotensi yang berat sebagai akibat penurunan aliran balik vena dan curah jantung. Tindakan untuk mencegah hipotensi setelah anestesi spinal antara lain dilakukan dengan pemberian preload cairan dan vasopresor. Sudah diberikan preload cairan dengan cairan koloid 7,5 cc/kgBB sebelum dilakukan blok subarakhnoid.

Pemberian preload cairan akan memenuhi ruang vaskular, meningkatkan volume cairan sirkulasi dan curah jantung sehingga dapat mengkompensasi penurunan tahanan vaskular sistemik. Pada penelitian ini penurunan TDD diatasi dengan pemberian efedrin 10 mg intarvena. Sedangkan pada TAR terdapat perbedaan bermakna pada menit ke-6 antara ketiga kelompok penelitian. Perbedaan dapat terjadi karena TAR

(15)

12 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 merupakan hasil dari 2 kali TDD

ditambah TDS dibagi tiga. Bila TDD turun, maka TAR ikut turun. Pada laju jantung selama blok subarakhnoid, tidak terdapat perbedaan antara ketiga kelompok. Pada laju nafas selama blok subarakhnoid, terdapat perbedaan bermakna pada menit ke-1, 3, 30, 120 antara ketiga kelompok penelitian. Penelitian yang dilakukan Cozian dkk tahun 1998 menunjukkan pemberian pethidin 1 mg/kgBB pada blok subarakhnoid akan mengurangi TAR karena adanya perubahan tahanan pembuluh darah sistemik dan terjadi pengurangan sedikit laju jantung serta laju nafas, waluapun perubahan ini terkadang tidak bermakna secara statistik tetapi bermakna secara klinik.

Klonidin 75 µg menimbulkan efek samping seperti hipotensi, bradikardi, depresi nafas, mual muntah, dan gatal-gatal jika diberikan dosis lebih dari 0,5 mg/kgBB pada blok subarakhnoid. Terjadinya bradikardi akibat blok subarakhnoid dapat dikarenakan pengisian curah jantung yang menurun akibat kronotropik miokardia strech reseptor. Blok simpatis cardiac accelerator fibers (T1-4). Efek kardiovaskular blok simpatis,

pada saraf akselerasi jantung (T1-4), hal ini

memicu bradikardi. Level blok spinal dapat meninggi terjadi bradikardi karena simpatis tinggi, terjadinya bradikardi setelah 30-60 menit blok subarakhnoid. Pada level tinggi T4 serat-serat

preganglion simpatis ke jantung (T1-4)

terpengaruh dan menyebabkan bradikardi karena aktivitas parasimpatis.

Pada penelitian ini, efek samping yang terjadi pada ketiga kelompok berbeda tidak bermakna karena dosis Klonidin 75 µg dan Klonidin 150 µg yang diberikan kecil. Penelitian yang dilakukan Liu S dkk mengatakan bahwa penambahan fentanyl 20 µg pada blok subarakhnoid lidokain

5% hiperbarik hanya menimbulkan efek samping menggigil serta mual-mual, tidak ada efek samping seperti bradikardi dan depresi nafas. Pada penelitian ini juga tidak didapatkan efek samping bradikardi dan depresi nafas walaupun masih ada kejadian menggigil dan mual.6

SIMPULAN

Waktu regresi 2 segmen kelompok Lidokain-Klonidin 150 µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain dan kelompok Klonidin 75 µg, serta kelompok Lidokain-Klonidin 75 µg lebih lama secara bermakna dibandingkan kelompok Lidokain. Hal ini dapat menjadi dasar sebagai salah satu alternatif untuk memperpanjang lama analgesia pada operasi yaitu dengan penambahan Klonidin 75 µg serta Klonidin 150 µg pada blok subarakhnoid dengan Lidokain 5% 100 mg.

DAFTAR PUSTAKA

1. Atkinson RS, Rushman GB, Lee JA. Spinal analgesia intradural extradural. In Atkinson RS, Rushman GB, Lee JA, ed. Synopsis of anaesthesia. 10th ed. Singapore : PG Publishing, 1998 : 662-3

2. Slover RB, Phels RW. Opioid and nonopioid analgesic. In : Brown DL ed. Regional anasthesia and analgesic. Hiladelphia : WB Saunders Company, 1996 : 143-56

3. Rawal N. Neuraxial administration of opioid and nonopioids. In : Brown DL, ed. Regional anesthesia and analgesia. Phladelphi : WB Saunders Company, 1996 : 208-31

4. Hendrawardani, Tahib, Suntoro. Perbandingan penambahan klonidin atau epinefrin pada analgesia subarakhnoid menggunakan Lidokain 5% hiperbarik. Kumpulan Makalah PIB VIII IDSAI Surakarta, 10 Juni 1994

5. Veering B. Local Anesthetics. In : Brown DL, ed. Regional anesthesia and anelgesia. Philadelphia : WB Saunders Company. 1996 : 188-97

6. Stevens RA. Neuraxial blocks. In : Brown DL, ed. Regional Anesthesia and Anelgesia. Phildelphia : WB Saunders Company. 1996 : 319-56

(16)

13 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

PENELITIAN

Perbedaan Pengaruh Pemberian Infus HES Dengan Berat Molekul 40 kD dan 200 kD Terhadap Plasma Prothrombin Time dan Partial Thromboplastin Time Kajian Pada Pasien Dengan Perdarahan Sampai 20% Estimated Blood Volume

Hari Hendriarto Satoto*, Ery Leksana*, Uripno Budiono*

*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang ABSTRACT

Background : There were increased number of patient with major surgey. High molecular weight HES had better haemodynamic function but affected coagulation much. PT and PTT study were done to know effect HES in coagulation system.

Objective : To compare difference of PT and PTT between HES 40 kD and HES 200 kD in patient up to 20% Estimated Blood Volume bleeding.

Methods : We had experimental study with “Single Blind Randomized Clinical Trial” design. 46 patients were randomly divide into 2 group. Group 1 were given HES 40 kD and group 2 were given HES 200 kD. All the patient were administrated PT and PTT study before operation. In operating room, they were inducted by thiopentone 5 mg/kgBB, atracurium besilat 0,5 mg/kgBB, inhalation agent with isofluran, tramadol atracurium were added in necessary. PT and PTT were administrated 15 minute and 2 hours after administrated. Statisic data were analyzed with SPSS 11,5 for windows.

Result : It was demonstrated in this study that HES 00 kD had longer PTT from preoperation (29,72 ± 1,70) to (32,69 ± 0,77) and preoperation PT (12,85 ± 0,86) to (13,31 ± 0,73). There were longer PTT in HES 40 kD from (29,89 ± 1,47) to (34,10 ± 1,30). There were significantly higher PTT in HES 200 kD after administration of HES. (mean 4,21 ± 1,28 vs 2,97 ± 1,76 repectively, p = 0,009; p < 0,05).

Conclusion : HES 200 kD was significantly longer PT and PTT than HES 40 kD. Key words : HES, Prothrombin Time, Partial Thromboplastin Time.

ABSTRAK

Latar belakang : Pasien dengan operasi besar yang beresiko terjadi perdarahan semakin meningkat setiap tahun. HES dengan berat molekul besar mempertahankan hemodinamik lebih baik tetapi mengganggu faktor koagulasi. Pemeriksaan PT dan PTT dilakukan untuk memeriksa pengaruh HES pada koagulasi.

Tujuan : Membuktikan pemanjangan PT dan PTT pada pemberian larutan HES 40 kD dan HES 200 kD terhadap pasien yang menjalani operasi dengan pendarahan sampai 20% EBV.

Metode : Dilakukan penelitian eksperimental pada 46 pasien dengna desain “Single Blind Randomized Clinical Trial”. Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, masing-masing 23 pasien. Pasien diambil sampel PT dan PTT pre operasi. Pasien diinduksi dengan thiopentone 5 mg/kgBB, atracurium besilat 0,5 mg/kgBB, pemeliharaan anestesi dengan isofluran, tramadol sebagai analgetik dan ditambahakan atracurium bila perlu. Sebagai cairan rumatan anestesi, kelompok I (HES 40 kD) dan kelompok II (HES 200 kD) sebagai pengganti kehilangan darah. 15 menit dan 4 jam setelah pemberian perlakuan dilakukan pemeriksaan PT dan PTT. Analisis data statistik menggunakan SPSS 11,5 for windows.

(17)

14 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 Hasil : Dari hasil penelitian, pemberian ES 200 kD memperpanjang PTT dari preoperasi (29,72 ± 1,70) menjadi (32,69 ± 0,77) dan PT dari preoperasi (12,85 ± 0,86) menjadi (13,31 ± 0,73). Pada HES 40 kD didapatkan pemanjangan PTT dari preoperasi (29,89 ± 1,47) menjadi (34,10 ± 1,30). Analisis statistik antara PTT kelompok HES 40 kD dan 200 kD menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan nilai p = 0.009 (p<0.05).

Simpulan : Pemberian HES 200 kD memperpanjang PT dan PTT lebih besar dari pada HES 40 kD.

Kata kunci : HES, Prothrombin Time, Partial Thromboplastin Time. PENDAHULUAN

Pasien yang mengalami pembedahan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 di RSUP Dr.Kariadi terdapat 6499 pasien yang mengalami pembedahan dengan 4390 pasien(67,5%) dilakukan operasi dalam kategori mayor.1 Operasi mayor adalah operasi besar dengan kemungkinan perdarahan lebih dari 20% estimated blood volume (EBV) yang akan berpotensi terjadi syok.2,3 Kehilangan darah dapat diganti dengna kristaloid, koloid atau darah.4 Koloid mempunyai keuntungan yaitu efek intravaskular lama, reaksi imunologi minimal, infeksi virus, parasit, bakteri minimal dan tidak didapatkan keracunan sitrat sebagai antikoagulan darah. Kerugian koloid yaitu reaksi anafilaksis, edema paru, penurunan filtrasi ginjal dan gangguan koagulopati.5,6,7

Terdapat beberapa jenis koloid yaitu hydroxy ethyl starch (HES), dextran, albumin dan gelatin. HES merupakan koloid sintetis yang paling sering digunakan. HES mempunyai keuntungan yaitu harga lebih murah dibanding albumin dan reaksi anafilaksis lebih kecil dibandingkan dengan koloid lain.7 HES mempertahankan tekanan osmotik koloid plasma, meminimalkan akumulasi cairan interstitial lebih baik dan mempunyai waktu paruh lebih panjang sehingga bertahan lebih lama di darah dibandingkan dengan kristaloid. Pemberian HES sebagai cairan substitusi diberikan sesuai perdarahan yang keluar,

dibanding dengan kristaloid yang memerlukan volume yang lebih besar, yaitu diberikan 3 kali perdarahan yang terjadi.8,9 HES dengan berat molekul besar mempunyai keuntungan yaitu memperbaiki keadaan hemodinamik lebih baik tetapi mempunyai kerugian yaitu gangguan faktor koagulasi lebih besar dan kerja ginjal lebih berat.10

Pemeriksaan Protrombin Time (PT) digunakan untuk memeriksa pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Prothrombine time adalah waktu yang diperlukan untuk terbentuknya bekuan bila pada plasma sitrat ditambahakan thromboplastin jaringan. Pemeriksaan Partial Thromboplastin Time (PTT) digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur intrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan XII, prekalikrein, kininogen, XI, IX, VIII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Partial thromboplastin adalah campuran fosfolipid yang merupakan pengganti platelet factor 3 (PF3) dalam sistem reaksi APTT. Bila campuran plasma sitrat dan partial thromboplastin ditambah dengan larutan yang mengandung ion

calsium, maka terjadi

pembekuan.11,12,13,14,15

Dari penelitian yang dilakukan Kozek-Langenecker dan Arellano menyatakan bahwa HES menurunkan faktor VIII dan faktor von Willebrand. Dimana hal ini

(18)

15 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

akan menyebabkan penurunan fungsi koagulasi terutama faktor intrinsik.16,17,18 Sedangkan Madjpur melaporkan pemerian HES dengan berat molekul tinggi menurunkan fungsi koagulasi (faktor ekstrinsik dan intrinsik) dan memperpanjang waktu paruh dalam darah.19 Dari penelitian-penelitian tersebut didapatkan masih ada perbedaan titik tangkap atau mekanisme pengaruh HES terhadap fungsi koagulasi. Pengaruh HES terhadap fungsi koagulasi yang terbanyak disebut di literatur adalah faktor VIII dan faktor von Willebrand yang merupakan faktor intrinsik, namun ada juga yang mengemukakan pengaruh terhadap faktor ekstrinsik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pemanjangan PT dan PTT pada pemberian larutan HES 40 kD dan HES 200 kD terhadap pasien yang menjalani operasi dengan pendarahan sampai 20% EBV. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan dalam pemilihan larutan koloid pada operasi yang memiliki tendensi terjadinya perdarahan durante dan pasca operasi. Penelitian ini meneliti hal baru dimana dari penelitian sebelumnya belum pernah dibandingkan nilai PT dan PTT antara HES 40 kD dan 200 kD, pada penelitian ini ditambahkan analisa mengenai perubahan nilai PT dan PTT.

METODE

Penelitian dikerjakan pada tanggal 14-28 November 2008 dan telah disetujui oleh Ketua Bagian Anestesi Fakultas Kedokteran Univesitas Diponegoro/ RSUP Dr.Kariadi Semarang. Penelitian ini juga sudah memperoleh ijin dari Komisi Etik & Penelitian FK UNDIP/RSUP Dr.Kariadi serta dekan FK UNDIP dan Direktur RSUP Dr.Kariadi.

Setiap pasien yang dilakukan penelitian telah dimintakan persetujuan. Jenis penelitian adalah Single Blind Randomized Clinical Trial dengan metode randomisasi dengan tabel random. Sampel penelitian adalah pasien operasi elektif di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi antara lain adalah usia 16-45 tahun, status fisik ASA I-II, menjalani operasi dengan anestesi umum, lama operasi 1-3 jam, pasien dengan perdarahan 10-20% estimated blood volume (EBV), berat badan normal, dan bersedia ikut dalam penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi antara lain pasien dengan kontraindikasi pemakaian obat anestesi yang digunakan yaitu isofluran, thiopental, atracurium besilat dan tramadol, pasien yang mengkonsumsi obat-obatan antikoagulan, pasien dengan kadar trombosit < 100.000/µL, pasien dengan kadar SGOT > 50 I/U dan SGPT > 100 IU, pasien yang mendapat pemberian transfusi darah selama perlakuan, pasien dengan penyakit perdarahan dan pasien dengan kehamilan. Seleksi penderita dilakukan saat kunjungan prabedah di RSUP Dr.Kariadi Semarang pada penderita yang akan menjalani operasi elektif dengan anestesi umum, bedasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penderita diberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan, serta bersedia untuk mengikuti penelitian dan mengisi informed consent. Pasien secara random dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I : larutah HES 40kD, kelompok II : larutan HES 200 kD. Sehingga masing-masing kelompok berjumlah 23.Semua pasien dipuasakan 6 jam sebelum operasi, kebutuhan cairan

selama operasi dipenuhi sebelum operasi dengan menggunakan RL sebelum

induksi. Sampel diambil dari akses jalur pembuluh darah vena perifer sebanyak 3cc.

(19)

16 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 Sampel dimasukkan tabung vakum

plastik yang sudah berisi citrate anticoagulant. Sampel segera dikirim ke Laboratorium Patologi Klinik RSUP Dr.Kariadi sebagai sampel sebelum perlakuan untuk dilakukan pemeriksaan PT dan PTTK.

Saat operasi semua pasien diinduksi dengna thiopentone 5mk/kgBB, setelah reflek bulu mata hilang diberikan atracurium besilat 0,5 mg/kgBB, kemudian dilakukan intubasi endotrakheal dan dilanjutkan penggunaan isoflurane sebagai agen anestesi. Untuk cairan rumatan anestesi pada kedua kelompok mendapat perlakuan berbeda, kelompok I menggunakan larutan HES 40 kD sebagai pengganti kehilangan darah sampai dengan operasi berakhir, sedangkan kelompok II menggunakan larutan HES 200 kD sebagai pengganti kehilangan darah sampai dengan operasi berakhir.

Kedua kelompok dapat diberikan penambahan obat pelumpuh otot atracurium besilat 0,2 mg/kgBB bila diperlukan dan pemeberian tramadol sebagai analgetik intravena rumatan. Kurang lebih 15 menit setelah pemberian larutan HES, sampel darah pada kedua kelompok perlakuan diambil sebanyak 3 cc, dimasukkan tabung vacum plastik yang sudah berisi citrate anticoagulant. Sampel segera dikirim ke Laboratorium Patologi Klinik RSUP Dr.Kriadi sebagai sampel sesudah perlakuan untuk dilakukan pemeriksaan Plasma Prothrombin Time (PT) dan Partial Thromboplastin Time (PTT). 4 jam sesudah perlakuan diambil kembali darah sebanyak 3 cc dimasukkan tabung vakum plastik yang sudah berisi citrate anticoagulant. Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis deskriptif menurut kelompok perlakuan (HES 40 kD dan HES 200 kD). Hasil analisis

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Pembuatan grafik dengan box-plot dilakukan pada gambaran nilai PT dan PTT menurut kelompok perlakuan (HES 40 kD dan HES 200 kD). Dari hasil uji normalitas data, hasil dengan distribusi normal dilakukan pengujian dengan uji independent t-test. Hasil dengan distribusi tidak normal dilakukan uji non parametrik Mann-Whitney. Semua uji analitik menggunakan α ≤ 0.05 dengan interval kepercayaan 95% dan menggunakan software SPSS 11.5.

HASIL

Penelitian dilakukan pada 46 orang penderita laki-Iaki dan perempuan dengan status fisik ASA I dan II yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi tertentu, yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A 23 penderita Kelompok HES 40 kD kelompok B 23 orang Kelompok HES 200 kD.

Untuk data nominal meliputi jenis kelamin, status ASA dan jenis operasi menggunakan uji Mann Whitney. Untuk data rasio meliputi variabel umur, berat badan, tinggi badan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan arteri rata-rata, laju jantung, saturasi oksigen, jumlah trombosit, SCOT, SGPT, lama operasi dan jumlah perdarahan selama operasi menggunakan indepedent t-test.

Dari tabel 3 mengenai karakteristik penderita kedua kelompok perlakuan diatas dapat kita lihat bahwa dari uji statistik yang dilakukan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) untuk semua variabel yaitu jenis kelamin, status ASA, jenis operasi, umur, berat badan, tinggi badan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan arteri rata-rata, laju jantung, saturasi

(20)

17 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

oksigen, jumlah trombosit, lama operasi dan jumlah perdarahan selama operasi. Atas dasar hasil uji statistik yang dilakukan pada data dasar subyek penelitian pada kedua kelompok perlakuan dengan hasil menunjukkan perbedaan tidak bermakna, maka kedua keiompok dapat dikatakan homogen dan semuanya layak untuk diperbandingkan

Pada Tabel 4, dinyatakan bahwa tekanan darah sistolik selama pemberian perlakiian tidak terdapat perbedaan secara bermakna dari kedua keiompok (p > 0,05). Kecuali pada menit ke - 5 terdapat perbedaan yang bermakna. Nilai pada tabel di atas dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran.

Tabel 3. Karakteristik Pasien Karakteristik Pasien HES 40KD (n=23) HES 200KD (n=23) Uji Statistik P 1.Umur (Tahun) 41,61±13,65 43,56±12,76 Indep t-test 0,618 2.Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 11(47,82) 12(52,18) 13(56,52) 10(43,48) Mann Whitney 0,559

3.Berat badan(kg) 56,30±7,72 57,95±7,91 Indep t-test 0,477 4.Tinggi badan(cm) 157,26±3,91 157,78±3,27 Indep t-test 0,626 5.Status ASA(%) -ASA1 -ASAII 18(78,26) 5(21,74) 15(65,21) 8(34,79) Mann Whitney 0,331 6.Tek. darah sistolik(mmHg) 127,73±5,31 127,52±7,61 Indep t-test 0,911 7.Tek. darah diastolic (mmHg) 7,21±6,70 76,73±5,94 Indep t-test 0,709 8.Tek. arteri

rata-rata (mmHg)

93,91±5,98 93,52±6,14 Indep t-test 0,828 9. Laju Jantung 94,13±8,42 93,04±8,48 Indep t-test 0,665 10. Saturasi O2 98,67±1,05 98,58±1,21 Indep t-test 0,804

11.Jumlah Trombosit

196,42±14,62 193,89±15,30 Indep t-test 0,576 12.SGOT(U/l) 25,56±3,86 88,91±11,17 Indep t-test 0,228 13.SGPT(U/l) 49,17±6,45 26,22±4,54 Indep t-test 0,604 14. Lama operasi (menit) 15,21±12,10 50,30±6,11 Indep t-test 0,553 15. Jenis Operasi -Orif -Excisi Mamae -Sub Total Thyroidectomi -Laparatomi Eksplorasi 6(26,1) 6(26,1) 5(21,7) 6(26,1) 9(39,1) 4(17,4) 5(21,7) 5(21,7) Mann Whitney 0,769

16. Perdarahan 651,52±61,58 676,30±56,75 Indep t-test 0,163 Keterangan: Uji statistik menggunakan Independent T test dan Mannn Whitney (p<0,05)

(21)

18 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 Tabel 4. Tekanan Darah Sistolik Selama Pemberian Infus Kelompok HES400KD dan Kelompok HES

200KD Tekanan DarahSistolik Menit ke HES 400KD(mmHg) HES 200KD(mmHg) P 0 97,70±6,35 98,57±5,61 0,625 5 99,00±3,40 106,60±7,54 0,001 10 109,43±5,97 110,95±6,37 0,408 15 114,17±4,17 115,04±6,76 0,603 20 120,65±5,06 121,04±3,19 0,756 25 125,04±3,59 126,73±3,29 0,103 30 129,06±3,46 130,65±4,14 0,173 35 130,36±3,20 131,47±3,98 0,599 40 132,13±2,76 132,73±3,68 0,531 45 132,91±2,37 133,06±3,48 0,844

Tabel 5. TDD Selama Pemberian Infus Kelompok HES 40kD dan Kelompok HES 200kD Tekanan DarahSistolik Menit ke HES 400kD(mmHg) HES 200kD(mmHg) P 0 67,17±3,73 67,13±4,22 0,971 5 68,17±3,25 70,95±3,78 0,008* 10 72,30±2,28 73,43±2,29 0,101 15 74,47±2,57 75,65±0,72 0,076 20 74,56±3,42 76,04±3,44 0,152 25 76,78±3,04 77,21±2,69 0,611 30 77,73±2,09 78,04±2,70 0,672 35 77,39±2,01 77,56±1,97 0,769 40 77,82±2,14 77,41±1,12 0,509 45 77,39±2,18 77,08±1,88 0,616

Keterangan: Uji statistic menggunakan Independent T tes, dengan derajat kemaknaan p<0,05. *=berbeda makna

Pada Tabel 5, dinyatakan bahwa tekanan darah diastolik selama pemberian perlakuan tidak terdapat perbedaan secara bermakna dari kedua kelompok (p > 0,05). Kecuali pada menit ke - 5 terdapat perbedaan yang bermakna. Nilai pada tabel di atas dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran.

Pada Tabel 6, dinyatakan bahwa tekanan darah arteri rata - rata selama pemberian perlakuan tidak terdapat perbedaan secara bermakna dari kedua keiompok (p > 0,05). Nilai pada tabel di atas dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran.

Tabel 6. Tekanan Arteri rata-rata Selama Pemberian Infus Kelompok HES 40 KD dan Kelompok HES 200KD Tekanan DarahSistolik Menit ke HES 400KD(mmHg) HES 200KD(mmHg) P 0 78,96±4,25 78,95±5,25 0,24 5 80,78±5,06 82,73±7,08 0,28 10 82,60±4,77 84,82±5,69 0,15 15 85,01±4,43 86,52±5,74 0,34 20 88,17±3,48 89,56±4,19 0,22 25 92,30±2,89 93,21±2,59 0,26 30 93,13±2,22 93,82±2,10 0,28 35 93,04±2,22 93,65±2,10 0,34 40 93,60±1,82 94,00±1,85 0,47 45 93,39±2,08 93,82±2,12 0,48

(22)

19 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

Tabel 7. Laju Jantung Selama Pemberian Infus Kelompok HES 40 kD dan Kelompok HES 200kD Tekanan DarahSistolik Menit ke HES 400KD(mmHg) HES 200KD(mmHg) P 0 95,91±7,70 95,35±7,70 0,805 5 94,13±8,42 93,04±8,48 0,665 10 90,60±7,86 89,08±7,56 0,507 15 89,47±5,02 88,04±5,15 0,344 20 87,04±4,16 86,47±4,09 0,645 25 86,60±4,09 86,86±3,87 0,826 30 86,60±4,11 86,65±3,89 0,855 35 87,17±3,82 87,08±3,52 0,936 40 87,47±3,72 87,17±3,47 0,776 45 87,21±3,75 87,00±3,37 0,837

Keterangan: Uji statistik menggunakan Independent t test, dengan derajat kemaknaan p<0,05

Tabel 8. Perbandingan Rerata Pemeriksaan Koagulasi Preoperasi dan Sesudah 15 menit Pada Kelompk HES 40KD dan HES 200KD

No Pemeriksaan Koagulasi

HES 40KD Uji Statistik P

Preoperasi (n=23) Sesudah 15 menit (n=23) 1 PT 12,89±0,91 13,22±0,84 Paired t tes 0,180 2 PTT 29,72±1,70 32,69±0,77 Paired t tes 0,013* HES 200KD 3 PT 12,85±0,86 13,31±0,73 Paired t tes 0,047* 4 PTT 29,89±1,47 34,10±1,30 Paired t tes 0,000* Keterangan: Uji Statistik menggunakan Paired t test, dengan derajat kemaknaan p<0,05 *= berbeda bermakna

Pada Tabel 7, dinyatakan bahwa laju jantung selama pemberian perlakuan dari tidak terdapat perbedaan secara bermakna dari kedua kelompok (p > 0,05). Nilai pada label di atas dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran. Pada Tabel 8, Nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran, pada kelompok HES 40 kD nilai plasma prothrombin time (PT) pada preoperasi dan sesudah 15 menit tidak terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,180), sedangkan partial thromboplastin time (PTT) preoperasi dan sesudah 15 Menit operasi terjadi perbedaan bermakna (p = 0,013). Pada kelompok HES 200 KD untuk nilai plasma prothrombin time (PT) dan partial thromboplastin time (PTT)

pada preoperasi dan sesudah 15 menit operasi terjadi perbedaan secara bermakna (p =0,047 dan p = 0,000). Pada tabel 9, nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran, pada kelompok HES 40 kD nilai Plasma Prothrombin Time (PT) pada Sesudah 15 Menit dengan sesudah 4 jam tidak terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,180), sedangkan Partial Thromboplastin Time (PTT) Pada Sesudah 15 Menit dengan 4 jam Operasi terjadi perbedaan bermakna (p = 0,000). Pada kelompok HES 200 kD untuk nilai Plasma Prothrombin Time (PT) dan Partial Thromboplastin Time (PTT) pada Sesudah 15 Menit dan Sesudah 4 Jam terjadi perbedaan secara bermakna (p =0,046 dan p = 0,000)

(23)

20 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 Tabel 9. Perbandingan Rerata Pemeriksaan Koagulasi Sesudah 15 menit Dan Sesudah 4 Jam Operasi

Kelompok HES 40 KD serta HES 200KD No Pemeriksaan

Koagulasi

HES 40KD Uji Statistik P

Sesudah 15 menit (n=23) Sesudah 4 jam (n=23) 1 PT 13,22±0,84 13,06±0,73 Paired t tes 0,180 2 PTT 32,69±0,77 50,34±0,92 Paired t tes 0,000* HES 200KD 3 PT 13,38±0,73 13,06±0,69 Paired t tes 0,046* 4 PTT 34,10±1,30 50,48±1,58 Paired t tes 0,000* Keterangan: Uji Statistik menggunakan Paired t test, dengan derajat kemaknaan p<0,05 *= berbeda bermakna

Tabel 10. Perbandingan Rerata Pemeriksaan Koagulasi Preoperasi Dan Sesudah 4 Jam Operasi Kelompok HES 40 kD serta HES 200kD

No Pemeriksaan Koagulasi

HES 40kD Uji Statistik P

Preoperasi (n=23) Sesudah 15 menit (n=23) 1 PT 12,89±0,91 13,06±0,73 Paired t tes 0,491 2 PTT 29,72±1,70 50,34±0,92 Paired t tes 0,143 HES 200KD 3 PT 12,85±0,86 13,06±0,69 Paired t tes 0,426 4 PTT 29,89±1,47 50,48±1,58 Paired t tes 0,250 Keterangan: Uji Statistik menggunakan Paired t test, dengan derajat kemaknaan p<0,05 *= berbeda bermakna

Pada Tabel 10, Nilai dinyatakan sebagai rerata + simpangan baku dengan kisaran, pada kelompok HES 40 kD nilai plasma prothrombin time (PT) dan partial thromboplastin time (PTT) pada preoperasi dengan sesudah 4 jam operasi tidak terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,491 dan p=0,143). Pada kelompok HES 200 kD nilai plasma prothrombin time (PT) dan partial thromboplastin time (PTT) pada preoperasi dengan sesudah 4 jam operasi tidak terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,426 dan p=0,250)

Pada Gambar 6, pada kelompok HES 40 kD dan 200 kD terdapat pemanjangan Prothrombin Time saat 15 menit setelah perlakuan dan berangsur kembali ke kadar normal setelah 4 jam pemberian.

Pada Gambar 7, pada kelompok HES 40 KD dan 200 kD terdapat pemanjangan Partial Thromboplastin Time saat 15 menit setelah perlakuan dan berangsur kembali ke kadar normal setelah 4 jam pemberian.

(24)

21 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

Tabel 11. Perbandingan Rerata Pemeriksaan Koagulasi Preoperasi Kelompok HES 40kD dengan HES 200 kD

No Pemeriksaan Koagulasi

HES 40kD Uji Statistik P

Preoperasi (n=23) Sesudah 15 menit (n=23) 1 PT 12,89±0,91 12,85±0,86 Paired t tes 0,895 2 PTT 29,72±1,70 29,89±1,47 Paired t tes 0,720 Keterangan: Uji statistik menggunakan independent t test, dengan derajat kemaknaan p<0,05

Tabel 12. Perbandingan Rerata Pemeriksaan Koagulasi Sesudah 15 menit Operasi Kelompok HES 40kD dengan HES 200kD No Pemeriksaan Koagulasi Sesudah 15 menit Uji Statistik P HES 40KD HES 200KD 1 PT 13,22±0,84 13,31±0,73 Paired t tes 0,710 2 PTT 32,69±0,77 34,10±1,30 Paired t tes 0,000* Keterangan: Uji statistic menggunakan Independent t tes, dengan derajat kemaknaan p<0,05

*= berbeda bermakna

Tabel 13. Perbandingan Rerata Pemeriksaan Koagulasi Sesudah 4 Jam Operasi Kelompok HES 40kD dengan HES 200kD

No Pemeriksaan Koagulasi

Sesudah 4jam Uji Statistik P

HES 40KD HES 200KD

1 PT 13,08±0,73 13,06±0,69 Paired t tes 0,918

2 PTT 30,68±0,51 31,06±0,85 Paired t tes 0,071 Keterangan: Uji statistik menggunakan Independent t test, dengan derajat kemaknaan p<0,05

Pada tabel 11, nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran, nilai Plasma Prothrombin Time (PT) pada preoperasi pada kelompok HES 40 kD dengan HES 200 kD tidak terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,895), sedangkan Partial Thromboplastin Time (PTT) pada preoperasi pada kelompok HES 40 kD dengan HES 200 kD tidak terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,895).

Pada tabel 12, nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran Nilai Prothrombin Time (PT) sesudah 15 menit operasi pada kelompok HES 40 kD dengan HES 200 kD tidak terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,710), sedangkan pada Partial Thromboplastin Time (PTT) sesudah 15 menit operasi pada kelompok HES 40 kD dengan HES

200 kD terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,000). Partial Thromboplastin Time (PTT) pada kelompok HES40 kD nilai rata-ratanya 32,69 sedangkan pada kelompok HES 200 kD lebih panjang dengan rata-rata 34,10 tetapi semuanya masih dalam nilai normalnya.

Pada tabel 13, nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran nilai prothrombin time (PT) pada preoperasi operasi pada kelompok HES 40 kD dengan HES 200 kD tidak terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,895), sedangkan partial thromboplastin time (PTT) pada preoperasi pada kelompok HES 40 kD dengan HES 200 kD juga tidak terjadi perbedaan secara bermakna (p = 0,071).

(25)

22 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 Tabel 14. Perbandingan Rerata Pemanjangan Pemeriksaan Koagulasi Sebelum Operasi dan Sesudah 15

No Pemeriksaan Koagulasi P HES 40KD HES 200KD 1 PT 0,40±1,11 0,46±1,04 0,863 2 PTT 2,97±1,76 4,21±1,28 0,009*

Keterangan: Uji statistik menggunakan Independent t test, dengan derajat kemaknaan p<0,05

Tabel 15. Perbandingan Rerata Pemanjangan Pemeriksaan Koagulasi Sebelum Sesudah 15 Menit dan Sesudah 4 Jam No Pemeriksaan Koagulasi P HES 40kD HES 200kD 1 PT 0,25±1,04 0,15±0,98 0,733 2 PTT 2,35±1,04 3,62±2,26 0,020*

Keterangan: Uji statistik menggunakan Independent t test, dengan derajat kemaknaan p<0,05 Tabel 16. Produksi Urin Selama Pemberian HES 40 kD dan 200kD

Produksi Urin P

HES 40kD HES 200kD

>1cc/kgBB/jam 1,198±0,118 1,159±0,090 0,209 <1cc/kgBB/jam

Keterangan: Uji statistik menggunakan Independent t test, dengan derajat kemaknaan p<0,05

Pada tabel 14, nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan rerata pemanjangan sebelum operasi dan sesudah 15 menit operasi Nilai Prothrombin Time (PT) tidak terjadi perbedaan bermakna(p=0,863), sedangkan pada Partial Thromboplastin Time (PTT) terdapat perbedaan bermakna dari kedua kelompok (p=0,009).

Pada tabel 15, nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran rerata pemanjangan sesudah 15 menit dan sesudah 4 jam operasi selama operasi untuk nilai Prothrombin Time (PT) tidak terjadi perbedaan bermakna (p=0,733) sedangkan pada Partial Thromboplastin Time (PTT) terdapat perbedaan bermakna dari kedua kelompok (p=0,020).

Pada tabel 16, nilai dinyatakan sebagai rerata ± simpangan baku dengan kisaran jumlah perdarahan selama selama operasi tidak terdapat perbedaan secara bermakna dari kedua kelompok (p>0,05). Produksi urine selama operasi tidak terdapat perbedaan secara bermakna dari kedua kelompok (p = 0,209).

PEMBAHASAN

Penelitian ini membandingkan perbedaan pengaruh pemberian infus HES terhadap Prothrombin Time (PT) dan Partial Thromboplastin Time (PTT). Penderita dibagi menjadi 2 kelompok (kelompok HES 40 kD dan kelompok HES 200 kD) yang masing-masing terdiri dari 23 penderita. Dari data karakteristik penderita, yang meliputi jenis kelamin, status ASA, jenis operasi, umur, berat badan, tinggi badan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan arteri rata-rata, laju jantung, saturasi oksigen, jumlah trombosit, SGOT, SGPT, lama operasi dan jumlah perdarahan selama operasi, dapat kita lihat tidak didapatkan perbedaan bermakna dari kedua kelompok perlakuan. Variabel-variabel tersebut di atas telah dikendalikan dengan teknik inklusi dan eksklusi. Dengan demikian, kedua kelompok dapat dikatakan homogen dan layak untuk diperbandingkan.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Penderita dan Distribusi Jenis Operasi  Variabel  Kelompok  Lidokain5%  100mg (n=20)  Kelompok  Lidokain 5%  100mg+Klonidin  75µg (n=20)  Kelompok Lidokain  5% 100mg+Klonidin 150µg (n=20)  Uji  Statistik  P
Tabel 4. Tekanan Sistolik Selama Blok Subarakhnoid Kelompok Lidokain, Lidokain- Klonidin 75 µg dan  Lidokain 150 µg  Tekanan Darah  Menit ke  Kelompok Lidokain 5% 100 mg (n=20)  Kelompok Lidokain  5% 100 mg+ klonidin  75 µg (n=20)  Kelompok Lidokain  5% 10
Tabel 7. Laju Jantung Selama Blok Subarakhnoid   Laju Jantung  Menit ke  Kelompok Lidokain5% 100mg (x/menit)  Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 75µg  (x/menit)  Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 150µg (x/menit)  P  1  82,30 ± 3,77  83,85 ± 4,72  81,25
Tabel 8. Laju Nafas Selama Blok Subarakhnoid   Laju Nafas  Menit ke  Kelompok Lidokain5% 100mg (x/menit)  Kelompok Lidokain 5% 100mg+Klonidin 75µg  (x/menit)  Kelompok Lidokain  5% 100mg+Klonidin 150µg (x/menit)  P  1  16,90 ± 1,02  17,45 ± 1,28  16,55 ± 1
+7

Referensi

Dokumen terkait