Amalia Adininggar Widyasanti
Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Ekonomi Internasional
Sudut Pandang Perencanaan Pembangunan Nasional
Indonesia pada Bidang Investasi dan Perdagangan Jasa
dalam Kerangka Kerjasama Bilateral Indonesia-Jepang
(serta ASEAN-Korea Selatan)
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
OUTLINE PRESENTASI
E. KERJASAMA LUAR NEGERI INDONESIA, JEPANG, DAN KOREA SELATAN
Free Trade Agreements yang diikuti oleh Jepang dan Korea Selatan
Kerjasama Bilateral (Ekonomi) Indonesia-Jepang dan Indonesia Korea-Selatan
C. RPJMN 2015-2019 – PERDAGANGAN JASA
Target Perdagangan Jasa
Isu Strategis, Arah kebijakan dan Strategi Perdagangan Jasa
A. PENGANTAR dan STRATEGI
Pentahapan RPJMN dalam RPJPN
Visi Misi Pembangunan
B. RPJMN 2015-2019 –INVESTASI
Target Penguatan Investasi
Sasaran Pembangunan, Arah kebijakan dan Strategi Penguatan Investasi
Perkembangan Investasi asal Jepang dan Korea Selatan
D. RPJMN 2015-2019 – KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Target capaian dari kerjasama ekonomi internasional
Sasaran Pembangunan, Arah kebijakan dan Strategi Kerjasama Ekonomi
Internasional
STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
DIMENSI PEMBANGUNAN
MANUSIA DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN
KONDISI PERLU
Kepastian dan
Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban DemokrasiPolitik & Tata Kelola & RB
Pendidikan Kesehatan Perumahan Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi &
Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan Pariwisata dan Industri Mental / Karakter
3 DIMENSI PEMBANGUNAN
RPJMN 2015-2019 –
PENGUATAN INVESTASI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Tantangan GeoEkonomi
1.
Proses pemulihan ekonomi global saat ini diperkirakan akan
berlangsung secara moderat
2.
pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser
terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia
Pasifik
.
3.
tren perdagangan global ke depan tidak saja dipengaruhi
oleh peranan perdagangan barang
, tetapi juga oleh
perdagangan jasa
4.
harga komoditas secara umum diperkirakan menurun,
namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat
5.
semakin meningkatnya hambatan non tarif di negara tujuan
ekspo
r
6.
implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang
akan dimulai tanggal 31 Desember 2015
7. pergeseran fenomena kerjasama ekonomi
ke arah plurilateral dan mega blok
Peta Kebijakan Nasional Terkait
Diplomasi Ekonomi (Buku I)
8
AGENDA 1:
MENGHADIRKAN KEMBALI
NEGARA UNTUK MELINDUNGI
SEGENAP BANGSA DAN
MEMBERIKAN RASA AMAN PADA
SELURUH WARGA NEGARA
Memperkuat Peran dalam Kerjasama Global dan Regional Meminimalisasi Dampak Globalisasi
………..
(
aspek politik lainnya)Arah Kebijakan
mendorong peranan dan
partisipasi aktif peme-rintah dan swasta dalam meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif
globalisasi ekonomi terhadap pereko-nomian nasional dan kesejahteraan rakyat.
1. Menguatkan diplomasi ekonomiIndonesia dalam forum bilateral, multilateral, regional dan global
2. Meningkatkan kerjasama ekonomi internasional dengan prinsip mengedepankan kepentingan nasional, saling menguntungkan, serta memberikan keuntungan yang maksimal bagi pembangunan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
Kerjasama Ekonomi Internasional untuk
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
9
Arah kebijakan kerja sama ekonomi internasional:
mendorong kerja sama ekonomi internasional yang lebih selektif
dengan mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
khususnya melalui peningkatan ekspor, pariwisata, dan investasi,
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
(RPJMN 2015-2019, BUKU II BIDANG EKONOMI)
Kerjasama
Ekonomi
Internasional
•
Ekspor Nonmigas
(barang dan jasa)
bernilai tambah tinggi
•
Investasi
•
Pariwisata
Pertumbuhan
Ekonomi
kes
ejah
ter
aan
mas
yar
ak
at
Target Pengembangan Perdagangan Luar Negeri
Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan Ekspor Produk Non-Migas (%)
8,0 9,9 11,9 13,7 14,3%
Rasio Ekspor Jasa Terhadap PDB (%) 2,7 2,8 2,9 3,2 3,5
Kontribusi produk Manufaktur terhadap Total Ekspor (%)
Sasaran Pembangunan
Penguatan Investasi
Target Realisasi Investasi PMDN dan PMA 2015-2019
Investasi
Satuan
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
Realisasi Investasi
PMA dan PMDN
Triliun
rupiah
519,5
594,8
678,8
792,5
933,0
Rasio PMDN
%
33,8
35,0
36,3
37,6
38,9
Target Realisasi Investasi
(PMA dan PMDN) Berdasarkan Wilayah
Wilayah
(Rp Triliun)
Perkiraan
2014
Proyeksi Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
NASIONAL 456.6 519.5 594.8 678.8 792.5 933.0 Jawa 263.7 282.6 302.6 317.5 337.6 354.5 Sumatera 63.0 75.2 90.2 108.0 132.2 163.1 Kalimantan 62.9 74.5 88.8 105.4 128.1 156.9 Sulawesi 20.4 27.8 38.1 52.0 72.7 102.6Bali dan Nusa
Tenggara 14.7 19.0 24.9 32.4 43.2 58.1 Maluku 4.8 7.3 9.5 13.6 16.1 18.7
PENGEMBANGAN INVESTASI WISATA ALAM KOTA
TANGERANG UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET
NASIONAL
INDIKATOR
2014 (Baseline)
2019
Pariwisata
Kontribusi terhadap PDB Nasional
4,2%
8 %
Wisatawan Mancanegara (Orang)
9 juta
20 juta
Wisatawan Nusantara (Kunjungan)
250 juta
275 juta
Devisa (triliun rupiah)
120
260
Industri
Sasaran Pertumbuhan:
Industri (%)
4,7
8.6
Kontribusi dalam PDB
20,7%
21,6%
Penambahan jumlah Industri skala
menengah dan besar
-
9.000 unit*
Slide - 13Pariwisata dan Industri: Target Nasional 5 tahun ke depan
Pembangunan Bidang Jasa
JASA-JASA
Pentingnya pembangunan bidang jasa dalam mendorong proses
transformasi ekonomi ke depan
PDB Sisi
Pengeluaran
Ekspor
Jasa
Peningkatan
Ekspor
Nonmigas
PDB Sisi
Produksi
Peningkatan
Nilai Tambah
Sektor
Nontradable
ECONOMIC
GROWTH
Strategi Perdagangan Luar Negeri
Source: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
Arah Kebijakan Investasi Nasional
Source: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
Penguatan
Investasi
Peningkatan Iklim Investasi dan
Iklim Usaha
Peningkatan Investasi yang
Inklusif
1
2
Pilar Kebijakan Penguatan Investasi
Penguatan investasi ditempuh melalui dua pilar kebijakan yaitu
pertama
adalah
Peningkatan
Iklim Investasi dan dan Iklim Usaha
untuk meningkatkan efisiensi proses perijinan bisnis;
dan
kedua
adalah
Peningkatan Investasi yang inklusif
terutama dari investor domestik.
Kedua pilar kebijakan ini akan dilakukan secara terintegrasi baik di tingkat pusat maupun di
daerah.
Arah kebijakan pilar
pertama:
menciptakan
iklim investasi dan iklim usaha
yang lebih
berdaya saing, baik di tingkat pusat maupun daerah
Arah Kebijakan Pilar 1
Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha
meningkatkan
efisiensi
proses
perijinan
meningkatkan
kepastian
berinvestasi
dan berusaha
di Indonesia
mendorong
persaingan
usaha yang
lebih sehat dan
Arah kebijakan pilar
kedua:
Mengembangkan dan memperkuat investasi di sektor riil
Arah Kebijakan Pilar 2
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
ARAH KEBIJAKAN:
1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan
manca negara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara
2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan
wisata sehingga berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri
3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam
industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing
produk / jasa pariwisata nasional di setiap destinasi periwisata yang menjdai
fokus pemasaran
4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia
pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional
5. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa
6. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu
usaha
7. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per
Tenaga Kerja)
Perkembangan FDI dan
Realisasi Investasi PMA
asal Jepang dan Korea Selatan
Perkembangan FDI asal Jepang:
Share Manufaktur Menurun
21 -1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 SMT I US D J u ta
FDI dari Jepang tahun 2010-2015 Semester I Berdasar Sektor
Real Estate, Persewaan, dan Jasa Bisnis Lembaga Perantara Keuangan
Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi Pertambangan dan Penggalian
Perdagangan Besar dan Eceran; Perbaikan Kendaraan Bermotor; Barang-Barang Rumah Tangga
Industri Pengolahan
22
2010
2011
2012
2013
2014
2015 SMT I
Industri Pengolahan
3317
5253
7105
5497,31
3963,95
1760,02
Perdagangan Besar dan Eceran; Perbaikan Kendaraan Bermotor; Barang-Barang Rumah Tangga
134
331
409
242,14
281,16
217,92
Pertambangan dan Penggalian
83
-97
28
-215,9
558,57
218,6
Listrik, Gas, dan Air
63
237
-4,00
-18,53
2,99
0,98
Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi
58
75
130
90,01
122,6
51,45
Perikanan
16
34,00
23,00
24,68
58,05
13,01
Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan
12
25,00
25,00
18,75
14,21
6,01
Konstruksi
11
26,00
13,00
31,69
2,24
11,8
Lembaga Perantara Keuangan
-16
177
116
-49,74
645,48
11,8
Real Estate, Persewaan, dan Jasa Bisnis
-18
5
-41
76,61
200,81
70,64
Perkembangan Realisasi PMA asal Jepang:
Sektor Sekunder
23 0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Industri Alat Angkutan dan Transportasi LainnyaIndustri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran
24
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Perumahan, Kawasan Industri dan
Perkantoran 0,0 393,8 38.410,8 71.460,1 71.159,7 422.715,2 Perdagangan dan Reparasi 177.443,6 33.945,3 43.962,0 85.593,8 58.532,8 26.892,6 Listrik, Gas dan Air 7.300,0 0,0 56.241,3 111.442,7 13.695,3 134.441,5 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 89,4 4.170,5 15.089,6 17.523,7 37.334,8 45.022,0
0,0 50.000,0 100.000,0 150.000,0 200.000,0 250.000,0 300.000,0 350.000,0 400.000,0 450.000,0
Grafik 4 besar sektor tersier PMA Jepang 2010-2015
Perkembangan Realisasi PMA asal Jepang:
Sektor Tersier
Perkembangan Realisasi Investasi PMA asal Jepang:
Berdasarkan Lokasi Investasi
25
Tabel Realisasi PMA asal Jepang berdasar Wilayah Tahun 2010-2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jawa 688.984,3 1.449.535,9 2.204.607,4 4.642.829,9 2.637.539,1 2.267.989,9 Sumatera 13.553,6 16.846,5 94.712,0 11.194,9 4.891,0 186.987,1 Kalimantan 2.122,4 50,3 152.775,4 45.474,9 49.937,6 38.548,5 Bali dan Nusa Tenggara 7.938,7 45.308,7 3.964,1 7.907,6 10.640,5 780,2 Sulawesi 0,0 1.166,7 882,0 5.486,7 2.123,1 677,5
Maluku dan Papua 0,0 3.155,0 0,0 0,0 0,0 0,0
712.599,0 1.516.063,1 2.456.940,9 4.712.894,0 2.705.131,3 2.494.983,2
Tabel 10 besar Realisasi PMA asal Jepang berdasar Lokasi Tahn 2010-2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa Barat 444.499,2 894.112,8 1.750.241,8 3.878.068,0 2.152.827,7 1.676.091,9 Banten 8.420,1 420.723,6 92.791,5 134.410,2 163.580,8 391.457,6 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 135.194,5 81.504,1 217.528,5 220.909,2 105.814,8 59.820,3 Jawa Timur 91.550,7 38.496,7 85.639,9 298.585,2 180.164,1 81.709,4 Kalimantan Barat 150.792,9 45.474,9 49.937,6 38.548,5 Jawa Tengah 7.573,2 14.698,7 58.150,5 110.401,0 34.906,7 57.066,9 Sumatera Utara 13.479,9 7.724,2 4.793,8 3.225,0 3.042,0 138.515,7
Riau 70.313,5
Nusa Tenggara Barat 120,0 44.717,5 7.599,7 5.987,0 1.843,8
Kepulauan Riau 47.441,2
Sumatera Selatan 8.365,8 4.632,2
Bali 7.818,7 3.230,5 780,2
Sulawesi Selatan 1.166,7 5.269,8 2.049,8
Jambi 7.886,9
Nusa Tenggara Timur 5.500,0
Papua Barat 3.155,0 Kalimantan Selatan 2.100,0
26
Perkembangan FDI asal Korea per sektor
-200 0 200 400 600 800 1000 1200 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (sampai semester I) Ju ta US D
FDI dari Korea Selatan tahun 2010-2015 Semester I Berdasar Sektor
Listrik, Gas dan Air
Perikanan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
Real Estate, Persewaan, dan Jasa Bisnis
Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi
Lembaga Perantara Keuangan
Industri Pengolahan
Perdagangan Besar dan Eceran; Perbaikan Kendaraan Bermotor; Barang-Barang Rumah Tangga
Perkembangan Realisasi Investasi PMA asal Korea
Selatan
27 0, 200.000, 400.000, 600.000, 800.000, 1.000.000, 1.200.000, 1.400.000, 1.600.000, 2010 2011 2012 2013 2014 2015Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik Listrik, Gas dan Air
Industri Tekstil
Industri Kulit, Barang dari kulit dan Sepatu
Pertambangan
28
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Listrik, Gas dan Air 1.242,5 0 123.223,9 133.385,2 29.260,9 0 Perdagangan dan Reparasi 34.591,3 13.426,5 19.570,9 59.520,2 69.845,7 31.803,8 Transportasi, Gudang dan
Telekomunikasi 1.410 32.328 88 26.389 12.625 33.097 Konstruksi 2.000 2.225 6.334,1 3.913,6 26.052,3 12.761,3 0, 20.000, 40.000, 60.000, 80.000, 100.000, 120.000, 140.000, 160.000,
29
Tabel Realisasi PMA asal Korea Selatan berdasar Wilayah Tahun 2010-2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa 221.361,4 1.089.629,0 1.656.823,0 1.983.766,7 737.622,0 458.252,6 Kalimantan 23.017,5 8.084,6 46.390,8 92.779,8 329.388,2 425.445,2 Sumatera 28.511,3 109.386,8 172.865,6 78.245,2 51.492,8 111.997,8 Maluku dan Papua 0,0 1.350,2 35.679,9 42.760,8 340,1 1.057,2 Sulawesi 49.381,6 6.115,2 4.536,0 5.351,5 5.802,7 5.417,7 Bali dan Nusa Tenggara 6.234,9 4.160,6 33.408,8 2.576,0 1.972,9 486,9
Tabel Realisasi PMA asal Korea berdasar Lokasi Tahn 2010-2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Banten 27.780 632.771,9 1.121.777,8 1.681.734,9 184.454,9 70.212,2 Jawa Barat 159.023,2 288.427,6 456.458,6 202.110,3 406.276,5 305.072,8 Kalimantan Timur 12.732,3 6.584,6 34.908 62.634,7 274.901,7 379.503,4 Sumatera Selatan 24.992,6 101.321 166.050 20.160,4 10.363,4 41.540,5 Jawa Timur 9.905,4 143.253,4 18.505,7 68.086,1 5.754,6
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 22.015,1 15.669,7 49.974,4 83.232,8 55.566,8
Kalimantan Selatan 9.867,6 26.862,8 54.486,5 44.835,3
Lampung 92.686,8
Jawa Tengah 8.777,4 20.184,2 33.490,9
Kepulauan Bangka Belitung 6.623,5 20.000,1 21.212,7 10.661
Nanggroe Aceh Darussalam 37.431,8
Sulawesi Barat 37.348,6 Bali 32.684,4 Papua 24.160,8 Maluku 18.600 Maluku Utara 18.000 Papua 17.629,9 Sulawesi Selatan 10.527,3 4.450 Sumatera Utara 7.308,9 5.356,1 Kalimantan Barat 7.005,2
Nusa Tenggara Timur 3.598,4
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN JASA
Posisi Ekspor Indonesia di Pasar Dunia:
Pertumbuhan Ekspor Indonesia < Pertumbuhan Pasar
Trend Perdagangan Jasa
Dunia
• Ekspor Jasa dunia mengalami perkembangan yang pesat
32
Kontribusi Ekspor Jasa dari Asia
semakin meningkat….
33 26,1% 42,1% 14,3% 0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% Asia EU USWTO Members share in world commercial
services trade
34 16,4 1,4 1,8 1,5 1,4 1,8 2,3 2,8 2,8 3,9 3,1 4,2 6,7 5,0 15,7 22,9 0 5 10 15 20 25 30 35 Other Members Taipei, Chinese Brazil Thailand Norway Australia Switzerland Hong Kong, China Canada Singapore Korea, Republic of India China Japan United States European UnionPeran Asia sebagai eksportir jasa semakin besar
35
Hongkong Singapore
Korea
Perkiraan ke Depan: Neraca Jasa thd PDB
36 -10,0% -5,0% 0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 Hongkong India -12,0% -10,0% -8,0% -6,0% -4,0% -2,0% 0,0% 2,0% 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 Malaysia Singapore ThailandSumber: Oxford Economics Model - Bappenas -3,0% -2,0% -1,0% 0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 China Taiwan -0,4% -8,0% -6,0% -4,0% -2,0% 0,0% 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Indonesia
IndonesiaPermintaan Jasa Pariwisata Jepang dan Korea
Meningkat
37 Value Share Annual percentage change
2014 2010 2014 2010-14 2012 2013 2014 Exporters European Union (28) 425.1 36.1 34.3 5 -3 8 4 Extra-EU (28) exports 142.1 11.2 11.5 7 4 11 4 United States 177.5 14.3 14.3 7 7 7 3 China 56.9 4.8 4.6 6 3 3 10 Macao, China 50.9 2.9 4.1 16 14 18 -2 Thailand 38.4 2.1 3.1 18 25 23 -8 Importers European Union (28) 378.6 38.2 32.5 4 -5 7 6 Extra-EU (28) imports 126.6 13.2 10.9 3 -5 2 7 China 164.9 6.4 14.1 32 40 26 28 United States 111.4 10.1 9.6 6 12 4 6 Russian Federation 50.4 3.1 4.3 17 30 25 -6 Canada 33.8 3.5 2.9 3 5 0 -4 Australia 26.3 2.6 2.3 4 3 2 -8 Brazil 25.6 1.9 2.2 12 5 12 2 Saudi Arabia, Kingdom of 24.1 2.5 2.1 3 -1 4 37 Singapore 23.9 2.2 2.1 6 7 5 -1
Korea, Republic of
23.5
2.2
2.0
6
4
5
8
Hong Kong, China 22.0 2.0 1.9 6 6 6 4
Jepang dan Korea:
Eksportir Jasa Transportasi
38 Value Share Annual percentage change
2014 2010 2014 2010-14 2012 2013 2014 Exporters European Union (28) 413.7 43.4 43.3 4 -2 5 3 Extra-EU (28) exports 184.2 19.9 19.3 3 -1 4 -3 United States 89.9 8.7 9.4 6 5 4 3 Singapore 44.8 4.7 4.7 4 5 0 0 Japan 39.5 4.7 4.1 0 5 -2 0 China 38.2 4.2 4.0 3 9 -3 2 Korea, Republic of 35.3 4.8 3.7 -3 12 -9 -6 Importers European Union (28) 366.3 32.5 29.9 3 -3 5 2 Extra-EU (28) imports 159.8 14.6 13.0 3 -3 6 -2 China 96.2 6.4 7.8 11 7 10 2 United States 94.3 7.6 7.7 6 4 7 4 India 77.3 4.7 6.3 14 4 -6 35 Japan 45.8 4.7 3.7 0 12 -15 -2 United Arab Emirates 45.5 2.6 3.7 15 11 7 5 Singapore 39.3 3.0 3.2 7 7 4 4 Korea, Republic of 31.6 3.1 2.6 1 2 -3 4 Thailand 26.7 2.3 2.2 4 7 -1 -6
USD miliar, %
PERDAGANGAN:
Produk utama ekspor Indonesia ke Jepang adalah bahan bakar...
Nama Produk Nilai (USD Miliar) 2013 Kontribusi thd Total Ekspor Indonesia ke Jepang
Pangsa Pasar di Jepang
(Kontribusi thd Kebutuhan Impor Jepang)
TOTAL 27,1 100% 3.25%
Bahan bakar mineral dan minyak
(terutama: gas, minyak mentah, dan batubara) 14,2 52,6% 5.06%
Karet 1,3 4,9% 24.73%
Peralatan elektronik 1,3 4,8% 1.35%
Bijih tembaga 1,0 3,8% 3.17%
Kayu dan Barang Kayu 1,0 3,7% 8.00%
Nikel 0,9 3,4% 38.52%
Alat-alat mesin 0,8 2,9% 1.25%
Ikan 0,6 2,4% 5.44%
Mutiara 0,6 2,3% 5.34%
Kertas dan Barang Kertas 0,5 1,8% 13.26%
•
52,6% ekspor Indonesia ke Jepang berupa bahan bakar (
gas, minyak, dan batubara
), yang mengisi
5,1 % kebutuhan impor bahan bakar Jepang
•
Produk Indonesia yang mengisi kebutuhan impor Jepang cukup besar adalah:
karet dan nikel
STRATEGI KE DEPAN
Substitutes:
Foreign direct investment (FDI) will substitute trade in goods and services when a
firm determines to invest and produce in a country to bring goods and services
closer to the market.
Complementary:
Investment will be a complementary to trade when companies find the most
efficient destinations to invest and further export their products.
Trade and Investment Linkages
TRADE
INVESTMENT
the economy should take the benefits of the substitution and
complementary links between trade and investment to
•mengolah sumber daya alam mentah menjadi produk yang lebih bernilai tambah tinggi (terutama pertanian, produk turunan migas, dan hasil pertambangan);
•mendorong penciptaan lapangan kerja (terutama TK lokal) •mendorong penyediaan barang konsumsi untuk kebutuhan pasar dalam negeri;berorientasi ekspor, (terutama produk olahan nonmigas berbasis SDA);
•mendorong pengembangan partisipasi Indonesia dalam jaringan produksi global (Global Production Network), baik sebagai perusahaansubsidiary, contract manufacturer,
maupunindependent supplier;
•mendorong penyediaan kebutuhan bahan baku untuk industri dalam negeri
1. Pengutamaan
peningkatan investasi
pada sektor yang :
•Pengembangan potensi investasi daerah (regional
champions) sesuai dengan sektor unggulan dan mendorong daerah meningkatkan kesiapan dalam menarik investasi; •Promosi investasi di daerah
•Pemberian insentif investasi di daerah, sesuai dengan kewenangan daerah, terutama untuk UKM
•Pengembangan mekanisme konsultasi Pemerintah dan Pelaku Bisnis (terutama: UKM)
2. Peningkatan upaya
penyebaran investasi di
daerah yang lebih
berimbang
Strategi Indonesia pada Perundingan
Internasional untuk Pengembangan Investasi
yang Inklusif
•Pembinaan kemitraan antara PMA dengan UKM;
•Perkuatan rangkaian proses kemitraan : pengenalan calon mitra usaha, pemahaman posisi keunggulan dan
kelemahan usaha, pengembangan strategi kemitraan, fasilitasi pelaksanaan kemitraan usaha, monitoring dan evaluasi kemitraan PMA dan UKM.
3. Peningkatan kemitraan
antara PMA dan UKM
lokal, terutama melalui:
•
Pengembangan mekanime promosi investasi yang
lebih efektif
•
Pengembangan strategi promosi yang lebih efisien
dan efektif
4. Peningkatan efektivitas
strategi dan Upaya
promosi investasi
melalui:
•
Alternatif pembiayaan : Kerjasama Pemerintah
Swasta (KPS)
5. Peningkatan koordinasi
dan kerjasama investasi
antara pemerintah dan
dunia usaha
Strategi Pilar 2
•
terutama melalui investasi antar wilayah yang
dapat mendorong pengembangan ekonomi daerah
6. Pengembangan
investasi lokal
•diutamakan pada ketahanan energi dan ketahanan pangan •mengutamakan kegiatan investasi yang dapat memberikan
efek pengganda yang besar terhadap perekonomian nasional
7. Pengembangan
investasi keluar (
outward
investment
)
•alih kepemilikan ke masyarakat domestik melalui pasar modal;
•alih teknologi/keahlian kepada pengusaha dan pekerja domestik; serta
•alih proses produksi dengan secara bertahap meningkatkan porsi pemasok domestik bagi kebutuhan bahan baku, barang setengah jadi, serta jasa-jasa industri.
8. Pengurangan dampak
negatif dominasi PMA
terhadap perekonomian
nasional,
secara bertahap akan dilakukan melalui tiga jalur proses
pengalihan, yaitu:
Strategi dan kebijakan bidang investasi akan didukung oleh pengembangan kualitas layanan
manajemen birokrasi pemerintah agar dapat berdaya saing, terutama dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Strategi Pilar 2
Posisi Indonesia (dalam Sektor TIS)
pada Kerjasama Ekonomi Internasional
Terima Kasih
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
2010 2011 2012 2013 2014
2015 (sampai semester
I)
Pertambangan dan Penggalian 152 5 27 -0,73 42,65 2,88
Perdagangan Besar dan Eceran; Perbaikan Kendaraan Bermotor;
Barang-Barang Rumah Tangga 149 182 238 207,98 158,23 69,07
Industri Pengolahan 43 445 350 680,85 634,97 409,04
Lembaga Perantara Keuangan 4 94 70 -28,03 156,82 -2,39
Transportasi, Pergudangan, dan
Komunikasi 0 1 0 -0,56 -0,15 -0,06
Real Estate, Persewaan, dan Jasa
Bisnis 0 -4 6 0,1 -1,67 13,86
Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan 0 0 0 4,62 16,8 39,97
Perikanan 0 0 0 0 39,74 0
Listrik, Gas dan Air47 -7 0 0 0 2,22 33,48