• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat berinteraksi dengan pangan, udara, air serta serangga. Apabila berbagai komponen lingkungan mengandung bahan berbahaya seperti bahan beracun, ataupun bahan mikroba yang memiliki potensi timbulnya penyakit, maka manusia akan jatuh sakit dan menurunkan kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010).

Menurut Kepmenkes Nomor 288 tahun 2003, Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna

(2)

melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkingan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2007).

Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, maka tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit, maka sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2006).

Status kesehatan suatu populasi sangat ditentukan oleh kondisi tempat-tempat itu dan juga ketersediaan layanan kesehatan. Peranan pasar tradisional sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan, terutama bagi golongan masyarakat menengah ke bawah. Pasar merupakan jalur utama untuk penyebaran penyakit seperti kasus kolera di Amerika latin, SARS dan Avian Influenza di Asia (Kepmenkes 519, 2008)

Di Indonesia terdapat sekitar 13.650 pasar tradisional dengan 12.6 juta pedagang beraktivitas di dalamnya. Jika setiap pedagang memiliki empat anggota keluarga, maka lebih dari 50 juta orang atau hampir 25% dari populasi total Indonesia beraktifitas di pasar (Kepmenkes 519, 2008).

Pasar sehat mutlak diperlukan dalam mewujudkan Kabupaten/Kota sehat dimana keberadaannya merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut (Dinkes Bontang, 2012).

(3)

Keberadaan fasilitas sanitasi sangat penting untuk memberikan keleluasaan pada pedagang dan pengunjung pasar tradisional, contohnya seperti toilet. Toilet merupakan salah satu sarana sanitasi yang paling vital dan kebersihan toilet dapat dijadikan ukuran terhadap kualitas manajemen sanitasi di suatu tempat. Sarana toilet umum diperuntukan untuk masyarakat umum yang berkunjung ke suatu tempat, sehingga pengguna toilet umum akan sangat beragam dan senantiasa berganti. Oleh sebab itu toilet dapat menjadi tempat/sarana penyebaran penyakit (Dwipayanti, 2008).

Menurut Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2004), Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka. Toilet Umum adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus lengkap dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan lain yang bersih, aman dan higienis dimana masyarakat di tempat-tempat domestik, komersial maupun publik dapat membuang hajat serta memenuh kebutuhan fisik, sosial dan psikologis lainnya.

Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan manusia sakit yaitu DBD. Penyakit DBD disebabkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegypti. Siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti mengalami empat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium yaitu telur, larva, pupa, hiddup didalam air tawar yang jernih serta tenang. Genangan air yang disukai adalah genangan air yang terdapat didalam suatu wadah atau container, bukan genangan air di tanah. Tempat-tempat perindukan yang paling potensial adalah tempat penampungan air (TPA) yang

(4)

digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti drum, bak mandi, bak WC, gentong, tempayan, serta ember-ember dan lain-lain (Soegijanto, 2006).

Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka kejadian penyakit DBD meningkat dan menyebar ke seluruh daerah kabupaten di wilayah Republik Indonesia. Angka kematian kasus DBD masih tinggi, terutama penderita DBD yang datang terlambat dengan derajat IV (Soegijanto, 2006).

Menurut Marlina (2007) pada pasar tradisional terdapat beberapa kendala yang berhubungan dengan unsur physical evidence. Konsumen menyatakan bahwa fasilitas yang terdapat di pasar tradisional sangat terbatas dan tidak memiliki desain yang menarik. Contohnya, fasilitas toilet yang terdapat dalam pasar tersebut tidak terawat dengan baik, sehingga keadaan toilet yang kotor dan bau yang tidak sedap membuat konsumen tidak tertarik menggunakan fasilitas tersebut.

Sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan air bak toilet ditumbuhi oleh bakteri. Bakteri yang ada di toilet umum merupakan bakteri yang berasal dari tanah, air, mulut, urin, kotoran dan kulit manusia. Bakteri yang paling banyak ditemukan pada seluruh tempat di dalam toilet merupakan bakteri yang biasanya ada pada kulit manusia (Flores, 2011).

Kandidiasis adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut Monilia. Candida adalah penghuni normal saluran pencernaan dan vagina yang biasanya tidak menimbulkan penyakit. Penyebab utama kandidiasis adalah

(5)

Candida albicans, selain itu masih ada spesies Candida lain, misalnya Candida glabrata (Wong, 2009).

Ada lebih dari 80 juta mikroorganisme ditemukan di toilet. Tidak semua mikroorganisme bisa hilang ketika disiram dan dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit seperti diare, tipus dan muntaber (Naning, 2011). Hasil penelitian Prahatamaputra (2009) menunjukkan bahwa dari 10 sampel bak WC siswi yang diperiksa di SMA Banjarmasin, 8 bak WC (80%) mengandung jamur Candida albicans dan 2 bak WC (20%) tidak mengandung jamur Candida albicans. Penelitian Taufiq (2015) ada pengaruh frekuensi menguras terhadap jumlah jamur Candida pada air bak toilet wanita di SPBU wilayah Surakarta dan terdapat 5 spesies jamur berdasarkan tingkat keseringannya yaitu Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata, Candida krusei, dan Candida tropicalis. Penelitian Astri (2013) angka Container Index (CI) di toilet sebesar 11,36 %, dimana angka CI di atas 10% sangat potensial bagi penyebaran penyakit DBD. Menurut WHO, angka CI > 5% mempunyai resiko penularan DBD yang tinggi.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan bahwa terlihat kondisi toilet umum di pasar tradisional Kota Medan masih jauh dari syarat kesehatan. Toilet umum tidak terjaga kebersihannya sehingga terlihat sangat kotor, bau dan tidak dilengkapi dengan sarana sanitasi yang memadai. Survei pendahuluan ini dilakukan pada pasar yang hanya memiliki toilet dan bak air saja.

Pasar merupakan tempat berinteraksi masyarakat lokal maupun pendatang, sanitasi yang kurang baik pada toilet umum beberapa pasar di kota Medan, kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan pada toilet umum, masih adanya

(6)

pengunjung dan penjual yang memiliki perilaku yang kurang baik maka, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai Pengelolaan Sanitasi Toilet umum, pemeriksaan jentik nyamuk dan pemeriksaan jamur Candida albicans Pada air bak toilet umum di beberapa pasar tradisional kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Sanitasi yang kurang baik serta kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan maka akan dapat mengakibatkan toilet menjadi kotor dan bau. Keadaan toilet yang kotor dan bau dapat mendukung perkembangbiakan mikroorganime di dalam toilet, khususnya pada air bak toilet. Tidak semua mikroorganisme bisa hilang ketika disiram dan dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit seperti diare, tipus, muntaber dan penyakit lainnya. Air yang tergenang di toilet umum kemungkinan mengandung jamur Candida albicans dan jentik nyamuk.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengelolaan sanitasi toilet umum, pemantauan jentik nyamuk Aedes spp. dan kandungan Candida albicans pada air bak toilet umum di pasar tradisional.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui sanitasi toilet umum di pasar tradisional.

b. Mengetahui keberadaan jentik nyamuk dengan mengetahui angka Container Index pada bak air pasar tradisional di Kota Medan.

(7)

c. Mengetahui kandungan Candida albicans pada air bak toilet umum di pasar tradisional.

d. Mengetahui Jumlah koloni Candida albicans pada air bak toilet umum di pasar tradisional.

e. Mengetahui manajemen pengelolaan sanitasi toilet umum pasar tradisional.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk pengayaan literatur tentang pengelolaan sanitasi toilet umum, pemantauan jentik nyamuk dan keberadaan Candida albicans pada air bak toilet umum di pasar tradisional Kota Medan tahun 2016.

1.4.2 Bagi masyarakat Kota Medan sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan terhadap kondisi sanitasi toilet umum di pasar tradisional.

1.4.3 Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagi peneliti lainnya mengenai pengelolaan sanitasi toilet umum, pemantauan jentik nyamuk dan keberadaan Candida albicans pada air bak toilet umum di pasar tradisional Kota Medan tahun 2016.

1.4.4 Bagi para pengelola toilet dapat menjadi masukkan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai sanitasi toilet umum di pasar tradisional.

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi tersebut adalah kondisi saat ini yang telah mengalami perubahan dari hutan rawa gambut menjadi beberapa bentuk tataguna lahan sebagai akibat dari kehilangan

Dalam jangka pendek dan menengah, tambahan pembiayaan sekitar 2-3 persen dari PDB diperlukan untuk mengembangkan prasarana pada level yang dapat mendorong pertumbuhan

Metode yang di gunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Analisis Kontribusi, yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk

Penelitian ini dilatarbelakangi ketidakmampuan anak tunagrahita ringan kelas VIII dalam keterampilan membuat Nasi Goreng. Hal ini disebabkan kurangnya

Data dosis yang terkumpul digunakan untuk membuat profil atau gambaran dosis radiasi yang diterima oleh pasien untuk tiap modalitas dan jenis penyinaran dalam skala

terakreditasi dan terstandardisasi untuk melakukan fungsi pengaturan,.. 48 pengawasan, dan pengujian serta memberikan rekomendasi terhadap alat mesin pertanian

Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) membukukan kinerja positif sepanjang kuartal I/2016 dengan pertumbuhan kuantitas penjualan sebesar 23,88% dan penaikan pendapatan sebesar

Semua itu tidak perlu dilakukan secara rutin setiap hari. Sejumlah pakar mendapatkan bahwa melakukan olahraga 5 kali dalam sepekan sudah cukup untuk mewujudkan