• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MENINGITIS DI RUANG SARAF RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MENINGITIS DI RUANG SARAF RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

MENINGITIS DI RUANG SARAF RSUP Dr. M. DJAMIL

PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

AMBAR TIAGANA NIM : 143110240

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

(2)

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

MENINGITIS DI RUANG SARAF RSUP Dr. M. DJAMIL

PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Ahli Madya Keperawatan

AMBAR TIAGANA NIM : 143110240

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, S.Pd, M.Kep, Sp.KMB selaku pembimbing I dan ibu Ns. Ns. Netti, S.Kep, M.Pd selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Selanjutnya ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang. 2. Bapak H. Yusirwan Yusuf, Sp. BA. MARS selaku Direktur Umum RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.

4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.

5. Ibu Renidayati, S.Kp. M. Kep. Sp. Jiwa selaku Pembimbing Akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penelitian.

7. Teristimewa untuk ayahanda Basril dan ibunda Elly Yusbar tercinta terimakasih yang tak terhingga atas doa, semangat dan kasih sayang yang tak henti-hentinya untuk peneliti, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada keduanya.

8. Teman-teman senasib dan seperjuangan Bp 14 khususnya kelas C terimakasih atas kebersamaannya selama 3 tahun dan terimakasih kepada Oji, Sintya, Dea,

(6)

Resa, Safdara tika, Vany, Tila, Ayu, Tahhari, atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

9. To my boyfriend Jennico Alvi, S. Kep thanks for support and understand me for this. You are one of encouragement my life.

Akhir kata, peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan bagi pihak yang membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga dapat membawa manfaat bagi pegembangan ilmu keperawatan nantinya. Amin.

Padang, Juni 2017

(7)
(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

HALAMAN ORSINILITAS ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... ix DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Konsep Penyakit Meningitis 1. Pengertian ... 6 2. Klasifikasi ... 6 3. Etiologi ... 7 4. Patofisiologi ... 8 5. WOC ... 10 6. Manifestasi Klinis ... 11 7. Dampak Masalah ... 12 8. Penatalaksanaan ... 12

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Meningitis 1. Pengkajian ... 13

2. Diagnosa Keperawatan ... 18

3. Rencana Keperawatan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Desain Penelitian ... 25

(9)

C. Subjek Penelitian ... 25

D. Alat atau Imstrumen Pengumpulan Data ... 26

E. Cara Pengumpulan Data ... 27

F. Jenis-Jenis Data ... 28

G. Rencana Analisis ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

B. Hasil ... 29

1. Pengkajian... 29

2. Diagnosa Keperawatan ... 37

3. Rencana Keperawatan ... 38

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ... 40

C. Pembahasan ... 42 1. Pengkajian... 43 2. Diagnosa Keperawatan ... 47 3. Intervensi Keperawatan ... 47 4. Rencana Keperawatan ... 48 5. Evaluasi Keperawatan ... 48 BAB V PENUTUP ... 49 A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR BAGAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien Meningitis ... 24

Tabel 4.1 Pengkajian ... 37

Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan ... 43

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan... 44

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1 Lampiran : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2 Lampiran : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1

Lampiran : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2 Lampiran : Format Pengkajian Penelitian Partisipan 1 Lampiran : Format Pengkajian Penelitian Partisipan 2

Lampiran : Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Partisipan 2 Lampiran : Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang Lampiran : Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr.M. Djamil Padang

Lampiran : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran : Ganchart

(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ambar Tiagana

NIM : 143110240

Tempat / Tanggal Lahir : Prabumulih, 17 April 1997 Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Orang Tua : Ayah : Basril

Ibu : Hj. Elly Yusbar

Alamat : Komplek PTPN 7 Suni, Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran

1 TK PTPN 7 Suni, Palembang 2001-2002

2 SDN Muara Emburung, Palembang 2002-2008 3 SMPN KUD Pesari Suni, Palembang 2008-2011 4 SMAN 1 Rambang Dangku,

Palembang

2011-2014

5 Prodi Keperawatan Padang, Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes RI Padang, Kota Padang

2014-2017

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak. Penyakit infeksi otak bermacam-macam seperti Meningitis, Meningoensefalitis, dan Abses serebri. Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piamater (leptomeningens) disebut meningitis. Meningitis merupakan peradangan pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).

Batticaca (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla sipinalis. Kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.

Oragnisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi Neisseria meningitis (meningitis meningokok), Haemopbilus influenzae, dan Streptococcus pneumoniae (organism ini biasanya terdapat di nasofaring). Organisme penyebab meningitis yang sering menyerang bayi (sampai usia 3 bulan) adalah Escberichid coli dan Listeria monocytogenes. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dapat dibagi menjadi meningitis aseptik (aseptic meningitis) yang disebabkan oleh virus, dan meningitis bakterial (bacterial meningitis) yang disebabkan oleh berbagai bakteri (Batticaca, 2008).

(15)

Gejala awal yang timbul akibat dari meningitis merupakan akibat dari infeksi dan peningkatan tekanan intracranial (TIK), nyeri kepala, mual dan muntah, demam, kejang, pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan koma (Tarwoto, 2013). Dampak yang timbul akibat meningitis yaitu peningkatan tekanan intracranial, hyrosephalus, infark serebral, abses otak, dan kejang (Tarwoto, 2003).

World Health Organization (2009), menyebutkan Afrika terjadi sebanyak 78,416 kasus meningitis dengan jumlah kematian 4,053. Di Negara-negara berkembang seperti Gambia diperkirakan 2% dari semua anak < 5 tahun meninggal karena kasus meningitis (Simanullang, dkk, 2014). Di Indonesia meningitis merupakan penyebab kematian pada semua umur dengan urutan ke 17 (0,8%) setelah malaria (simanullang, 2014). Menurut Riskesdas 2007 pneumonia dengan jumlah 15,5% merupkan penyakit penyebab kematian kedua, sedangkan meningitis dengan jumlah 8,8% merupakan penyebab kematian ke empat di Indonesia (Riskesdas, 2007). RSUP Dr. Kariadi Semarang ditemukan (35,3%) pasien dengan penyakit meningitis TB dan ditemukan sejumlah (17,64%) pasien dengan diagnosa meningitis (Masfiyah, dkk, 2013).

Penelitian dari Jannis, dkk tahun 2006 di RSUP. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta ada 273 pasien meningitis dirawat bangsal selama perio yang dari 9 tahun, terdiri dari 42 (15,4%) meningitis akut dan 231 (84,61%) kronis meningitis pasien. Sebagaian besar pasien adalah laki-laki sebanyak 192 (70,3%), sementara hanya 81 (29,7%) adalah perempuan.

Berdasarkan data dari RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan Januari sampai dengan bulan Desmber tahun 2016 ditemukan sebanyak 34 pasien dengan diagnosa meningitis, ditemukan juga sebanyak 24 pasien dengan diagnosa meningitis tuberkolosa. Pada bulan Januari 2017 ditemukan sebanyak 2 pasien

(16)

dengan diaganosa meningitis dan ditemukan juga sebanyak 3 pasien dengan suspek meningitis.

Dampak yang timbul akibat meningitis yaitu peningkatan tekanan intracranial, hyrosephalus, infark serebral, abses otak, dan kejang. Ventrikulitis atau abses intraserebral dapat menyebabkan obstruksi pada CSS dan mengalir ke foramen antara ventrikel dan cairan serebral sehingga menyebabkan penurunan CSS di dalam granulasi araknoid juga dapat mengakibatkan hidrosefalus, Thrombosis septik dari vena sinus dapat terjadi, mengakibatkan peningkatan TIK yang dihubungkan dengan hidrosefalus. Kelumpuhan saraf kranial merupakan komplikasi umum pada meningitis bakterial, stroke dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan hemisfer pada batang otak, dampak lanjutan yang dapat dialami oleh pasien adalah menjadi tuli akibat kerusakan saraf kranial (Batticaca, 2008). Masalah keperawatan yang biasa muncul pada pasien meningitis yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan otak, resiko cedera, ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, dan hipertermi (Widago, dkk., 2013).

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien meningitis dapat berupa pengobatan akan kebutuhan fisik serta kebutuhan psikologis pasien. Perawat dalam merawat pasien dengan meningitis harus memantau kondisi pasien yang lemah mengharuskan pasien untuk menjaga kondisinya agar tidak terjadinya peningkatan tekanan intracranial (TIK) dengan memaksimalkan dan meminimalkannya. Membantu pasien meningitis untuk bisa kembali ke keadaan sebelum hospitalisasi serta memberikan kebutuhan psikologis pasien seperti menghilangkan ansietas, memberikan dukungan spiritual dan mendiskusikan masalah yang berhubungan dengan rasa sakit yang dirasakan oleh pasien meningitis merupakan salah satu peran yang bisa dilakukan oleh seorang perawat.

(17)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti tanggal 23 Januari 2017 terdapat 1 (satu) orang pasien dengan diagnose meningitis dan pasien berjenis kelamin laki-laki. Pasien tidak terlihat sesak, pasien nampak sadar dan pasien mengeluh nyeri pada kepala skala nyeri 7. Pasien di dapatkan tanda-tanda vital dengan tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 36,6 C dan nadi 70x/menit, pasien terpasang kateter urin, pasien terpasang infus assering, dan di lakukan juga rasangan meningeal terdapat kaku kuduk positif dan rahang kaku pada pasien. Masalah keperawatan yang muncul saat itu ketidakefektifan jaringan otak, nyeri akut, resiko cedera, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah keperawatan yang muncul akan berdeda pada setiap pasien.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti telah melakukan penelitian yang berjudul syaitu “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Meningitis di Ruangan Saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaiamana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Meningitis di Ruangan Saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Meningitis di Ruangan Saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan Meningitis di Ruangan Saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

(18)

b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan asuhan keperawatan pada pasien dengan Meningitis di Ruangan Saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

c. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan dengan pasien Meningitis di Ruangan Saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan dengan pasien Meningitis di Ruangan Saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

e. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien Meningitis di Ruangan Saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk : 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam melaksanakan penelitian dengan mengaplikasikan uranyan terhadap penyakit meningitis.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian berpendapat untuk pimpinan rumah sakit dapat meneruskan kepada perawat ruangan dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit meningitis.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran di prodi keperawatan Padang dalam asuhan keperawatan pada pasien penyakit meningitis.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam penelitian selanjutnya tentang keperawatan pada pasien penyakit meningitis.

(19)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Penyakit Meningitis

1. Pengertian Penyakit Meningitis

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan plamater (leptomeningens) disebut meningitis.Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).

Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medulla spinalis, gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti pneumonia, endokarditis, atau osteomielitis.

2. Etiologi

Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.

a. Meningitis bakteri

Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri sebagai

(20)

benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.

b. Meningitis virus

Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan kelainan neurologi.

Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu:

a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.

b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan diplococcus pneumonia.

(21)

3. Patofisiologi

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian dialirkan melalui system ventrikal.

Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningintis.

Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui

(22)

saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013)

(23)
(24)

4. Manifestasi klinis

Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinik pada meningitis bakteri diantaranya :

a. Demam, merupakan gejala awal b. Nyeri kepala

c. Mual dan muntah d. Kejang umum

e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan koma.

Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis meliputi:

a. Sakit kepala b. Mual muntah c. Demam

d. Sakit dan nyeri secara umum e. Perubahan tingkat kesadaran f. Bingung

g. Perubahan pola nafas h. Ataksia

i. Kaku kuduk j. Ptechialrash

k. Kejang (fokal, umum) l. Opistotonus

m. Nistagmus n. Ptosis

o. Gangguan pendengaran

p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif q. Fotophobia

(25)

5. Dampak Masalah

Tarwoto ( 2013), dampak maslah yang ditimbulkan pada pasien meningitis berupa:

a. Peningkatan tekanan intrakranial b. Hyrosephalus c. Infark serebral d. Abses otak e. Kejang f. Pnemonia g. Syok sepsis h. Defisit intelektual 6. Penatalaksanaan

Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu: 1) Penatalaksanaan umum

a. Pasien diisolasi

b. Pasien diistirahatkan/ bedrest c. Kontrol hipertermi dengan kompres d. Kontrol kejang

e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi 2) Pemberian antibiotik

a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas

b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol, Sefalosporin.

c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC.

(26)

Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2012)

1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat 2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab

3. Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab

4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun 5. MRI, CT-scan/ angiorafi

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Meningitis 1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Muttaqin, 2008).

a. Identitas

1) Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat. 2) Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan

klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.

b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST.

(27)

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Pengkajianpenyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat memacu terjadinya meningitis.

c. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa 2) Tanda- Tanda Vital

a. TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK ( N = 90- 140 mmHg).

b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i). c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan

lebih meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).

d. Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C). 3) Pemeriksaan Head To Toe

a) Kepala

(28)

b) Mata

Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

c) Hidung

Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi penciuman

d) Telinga

Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

e) Mulut

Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris

Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

f) Leher

Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis. Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.

Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan menelan kurang baik

Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk

g) Dada 1) Paru

I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan pola nafas

Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan sama

(29)

A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa.

2) Jantung

I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba

Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula sinistra RIC IV.

P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5 midklavikula.

A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur. h) Ekstremitas

Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu ADL.

i) Rasangan Meningeal a. Kaku kuduk

Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena adanya spasme otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat. b. Tanda kernig positif

Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna. c. Tanda Brudzinski

Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi fleksi lutut dan pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstermitas yang berlawanan.

d. Pola Kehidupan Sehari-hari 1) Aktivitas / istirahat

(30)

2) Eliminasi

Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.

3) Makanan / cairan

Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual dan muntah disebabkan peningkatan asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada pasien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang. 4) Hygiene

Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri karena penurunan kekuatan otot.

e. Data Penujang menurut Hudak dan Gallo(2012):

1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat

2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab 3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab

4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun

5. MRI, CT-Scan

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang Muncul

Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan penyakit Meningitis, yaitu:

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hambatan aliran darah ke otak.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret pada saluran nafas

(31)

c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja otot pernafasan

d. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologis e. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis

f. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi

g. Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan untuk makan

h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism i. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diaphoresis j. Resiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan

(Nanda, 2015)

3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.2

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hambatan aliran darah ke otak

Setelah dilakukan tindakan kepewatan diharapkan tingkat resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berkurang dengan

Perfusi jaringan serebral Indikator:

1. Tidak ada deviasi dari kisaran normal tekanan intrakranial

2. Tidak ada saki kepala

Edema serebra

1. Monitor adanya

kebingungan perubahan pikiran, keluha pusing, pingsan

2. Monitor setatus neurologi dengan ketat dan bandingan dengan nilai normal

3. Monitor TTV

4. Monitor TIK dan CPP 5. Monitor setatus pernafasan:

(32)

3. Tidak ada keadaan pingsan

4. Tidak ada refleks saraf terganggu

frekuensi, irama kedalaman pernafasan PaO2, PCO2,pH, bikarbonat

6. Catat perubahan pasien dalam merespon terhadap stimulus

7. Berikan anti kejang, sesuai kebutuhan

8. Hindari fleksi leher 9. Latihan roam pasif

10. Monitor intake dan out put

Monitor tekanan intra kranial (TIK)

1. Monitor tekanan darah ke otak

2. Monitor pasien TIK dan reaksi perawatan serta neurologis serta rangsangan lingkungan

3. Pertahankan setrilitas sistem pemantauan

4. Periksa pasien ada tidak adanya gejala kaku kuduk 5. Berikan antibiotic

6. Letakkan kepala dan posisi pasien dalam posis netral, hindari fleksi pinggang yang

(33)

berlebihan

7. Berikan ruang perawatan agar menimalkan elifasi TIK 8. Monitor CO2 dan pertahankan palemeter yang di tentukan

2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan peumpukan secret pada saluran nafas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan ketidaefektifan bersihan jalan nafas

Kriteria hasil

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2.Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Airway suction

1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning

3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning 4. Minta klien nafas dalam

sebelum suctioning dilakukan

5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal

6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan 7. Anjurkan pasien untuk

istirahat dan nafas dalam setelah kateter di keluarkan dari nastrokeal

8. Monitor status oksigenasi pasien

(34)

9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction 10. Hentikan suction dan

berikan oksigen apabila apsien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

11. Airway management

12. Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

13. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 14. Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

15. Pasang mayo bila perlu 16. Lakukan fisioterapi dada

bila perlu

17. Keluarkan secret dengan batuk atau suction

18. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan

19. Lakukan suction pada mayo 20. Berikan bronkodilator bila

perlu

21. Berikan pelembab udara kasa basah NaCl lembab

(35)

22. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan

23. Monitor respirasi dan status O2 3 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja otot pernafasan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan ketidakefektifan pola nafas Kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda – tanda vital dalam batas normal

Airway management

1. Buka jalan nafas dengan menggunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu 2. Posisikan apsien untuk

memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan fisioterapi dada

jika perlu

6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction

7. Auskulatsi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan

8. Lakukan suction pada mayo 9. Berikan bronkodilator bila

perlu

10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl lembab 11. Atur intake untuk cairan

(36)

keseimbangan

12. Monitor respirasi dan status O2

13. Oxygen therapy

14. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

15. Pertahankan jalan nafas yang paten

16. Atur peralatan oksigenasi 17. Pertahankan posisi pasien 18. Observasi adanya

tanda-tanda hipoventilasi

19. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi 20. Vital sign monitoring

21. Monitor TD, andi, suhu dan RR

22. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

23. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 24. Monitor TD, nadi, RR

sebelum , selama, dan setelah aktifitas

25. Monitor kualitas dari nadi 26. Monitor frekuensi dan irama

pernafasan

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah peneletian Deskriptif dengan bentuk studi

kasus, dimana penelitian diarahkan untuk mendiskripsikan bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien melalui pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, merumuskan intervensi keperawatan, penatalaksanaan intervensi dengan implementasi keperawatan, dan evaluasi dari tindakan keperawatan pada pasien Meningitis di ruang Saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruangan saraf RSUP Dr. M. Djamil. Padang. Waktu penelitian di mulai bulan Januari sampai bulan Juni 2017. Pada partisipan 1 dan partisipan 2 waktu penelitian dari tanggal 05-10 Juni 2017. . Partisipan 1 yaitu Nn. E dan partisipan 2 yaitu Ny. M.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dari penelitian ini adalah pasien yang mengalami meningitis yang berada di Ruang Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel

(38)

yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013). Sampel penelitian ini adalah dua orang pasien meningitis di Ruangan Saraf RSUP Dr. M. Djamil. Padang tahun 2017.

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien bersedia menjadi responden 2) Pasien dengan hari rawat selama 5 hari D. Alat / Instrument Pengumpulan Data

Alat / instrument pengumpulan data berupa format pengkajian keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Cara pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung dan studi dokumentasi.

Proses keperawatan meliputi: A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada partisipan 1 dan partisipan 2 tanggal 05-10 Juni 2017 pukul 09.30 WIB. Bentuk yang umumnya dipakai format pengkajian sebagai berikut:

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari : indentitas pasien, identitas penanggung jawab, riwayat kesehatan, keluhan dasar, pemeriksaan fisik, data pemeriksaan penunjang, dan program pengobatan.

2. Format analisa data terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medic, data masalah, dan etiologi.

3. Format diagnosa keperawatan teridiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, diagonas keperawatan, tanggal ditemukanya masalah dan paraf, serta tanggal dan paraf dipecahkanya masalah.

4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.

5. Format catatan perkembangan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, hari dan tanggal, jam fan implementasi keperawatan serta paraf yang melakukan implementasi keperawatan.

(39)

E. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014). Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dari sumber yang sama yaitu dengan menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

1. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien, seperti pada partisipan 1 yaitu Nn. E penurunan kesadaran, dengan tingkat kesadaran samnolen GCS 9 (E2 V2 M5), NGT terpasang, kateter terpasang, terpasang O2 binasal 3liter/menit. Pada partisipan 2 yaitu Ny. M penurunan kesadaran, dengan tingkat kesadaran delirium GCS 11 (E3 V3 M5), NGT terpasang, kateter terpasang, terpasang O2 binasl 4liter/menit.

2. Pengukuran

Pengukuran yaitu pemantauan kondisi pasien dengan metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, Nn. E dengan TTV : TD: 120/70 mmHg, nadi: 70x/menit, RR: 24x/menit, suhu; 38,3° C, Ny. M dengan TTV: TD: 110/70 mmHg, nadi: 80x/menit, RR: 26x/menit, suhu: 37,8°C.

3. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian seperti, indentitas, riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), dan activity daily living.

(40)

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan pasien peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan.

F. Jenis-Jenis Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

2. Data Sekunders

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari rekam medis, serta dari dokumentasi di ruang rawat RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

G. Rencana Analisis

Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien dengan meningitis. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, merecanakan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus meningitis. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP. Dr. M. Djamil Padang di Bangsal Syaraf. Ruangan nya terdiri atas HCU pria, HCU wanita, ruang rawatan pria dan ruang rawatan wanita. Penelitian dilakukan tepatnya di ruang rawatan wanita. Kapasitas penampungan tempat tidur pasien adalah sebanyak 8 tempat tidur di masing-masing ruangan HCU pria dan wanita dan 8 tempat tidur masing-masing-masing-masing ruang rawatan pria dan wanita yang dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim I dan tim II. Ruangan dipimpin oleh seorang karu dan ketua MPKP. Diruangan tersebut ada 18 perawat pelaksana yang dibagi menjadi 3 shif, pagi, siang, malam. Perawat berpendindikan S1 terdiri dari 2 orang perawat pelaksana dan ketua MPKP, pendidikan S2 terdiri atas satu orang yaitu Kepala Ruangan, sementara untuk perawat yang berpendidikan D3 adalah sebanyak 17 orang. Selain perawat ruangan beberapa mahasiswa praktik dari berbagai institusi juga ikut andil dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien.

B. Hasil

Penelitian yang dilakukan pada tanggal 02-09 Juni 2017 pada dua partisipan, yaitu Nn. E dan Ny. M dengan diagnosa medis penyakit meningitis di Ruang Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi, studi dokumentasi serta pemeriksaan fisik.

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan dimulai pada tanggal 05 Juni 2017 pukul 09.30 WIB. Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada kedua partisipan dituangkan pada tabel sebagai berikut.

(42)

Tabel 4.1

Pengkajian Keperawatan Partisipan 1 dan Partisipan 2

Asuhan keperawatan Partisipan 1 Partisipan 2

Pengkajian

Identitas pasien

Seorang perempuan, Nn. E 19 tahun, MR 980381, status belum kawin, pendidikan terakhir SMA, perkerjaan pelajar, agama islam, alamat Desa Kresik Tuo Kayu Aro Kerinci. Diagnosa medis yaitu meningitis, pasien masuk dengan alasan penurunan kesadaran, masuk tanggal 04 Juni 2017.

Seorang perempuan, Ny M 30 tahun, MR 980662, status sudah kawin, pendidikan terakhir SMA, perkerjaan ibu rumah tangga, agama islam, alamat Jln. Ranah ps Sakti IV Nagari Sijunjung. Diagnosa medis yaitu meningitis, pasien masuk dengan alasan penurunan kesadaran, masuk tanggal 05 Juni 2017.

Indentitas penanggung jawab

Penanggung jawab Nn. E adalah Ny. B ( ibu kandung), umur 34 tahun.

Penanggung jawab Ny. M adalah Tn. L ( suami), umur 32 tahun.

Riwayat kesehatan

Keluhan Utama

Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang dari rujukan RSUD.M. Thalib Kerinci pada tanggal 03 Juni 2017 jam 22.00 WIB.

Dengan keluhan

penurunan kesadaran dan disertai kejang sebanyak 2x, demam, nyeri kepala, batuk, mual muntah.

Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melauli IGD pada tanggal 05 Juni 2017 jam 23.14 WIB. Dengan keluhan pasien penurunan kesadaran dan di sertai demam, kejang sebanyak 1x, batuk, mual muntah.

(43)

Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 05 Juni 2017 pukul 09.00 WIB, hari rawatan yang ke 2. Keluarga mengatakan pasien penurunan kesadaran dan pasien mengalami demam.

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Juni 2017 pukul 09.00 WIB, hari rawatan yang ke 2. Keluarga mengatakan pasien penurunan kesadaran dan pasien mengalami demam. Riwayat kesehatan dahulu Keluarga mengatakan

pasien kuliah di Bukit tinggi, ± 2 minggu yang lalu pasien sudah merasakan sakit kepala, batuk, dan demam, pasien belum berobat, ± 2 bulan penyakit pasien bertambah parah, pasien sempat di obati oleh keluarga dengan cara tradisional dan baru di bawah ke RSUD kerinci dengan diagnosa thypoid dan dirawat selama ± 2 minggu pasien sempat kejang sebanyak 2x, kejang pertama pasien masih sadar, kejang yang kedua pasien mulai penurunan kesadaran, dari pemeriksaan BTA terdapat

Keluarga mengatakan pasien belum pernah dirawat drumah sakit, keluarga mengatakan ± 3 bulan yang lalu pasien selalu mengeluh dengan sakit kepala dan batuk yang dirasakannya pasien selalu menolak bila diajak untuk berobat, sebelum pasien dibawah ke rumah sakit pasien sudah demam selama ± 2 minggu yang lalu, pasien mengalami kejang 1x dan lalu pasien penurunan kesadaran, batuk pasien tidak berdahak, pasien tidak ada mengkonsumsi obat selama 6 bulan.

(44)

negatif hasil pemeriksaan laboratorium.

Pola Aktifitas Pola Nutrisi dan Cairan Keluarga mengatakan saat sehat pasien makan 3x sehari dengan nasi + lauk + sayur, namun jarang makan buah, dan minum air putih sebanyak 8-9 gelas (1800-2000cc/hari). Saat sakit pasien diberi diit MC 5x 300cc/ hari melalui NGT, infus Nacl 0,9%, 20 ttes/ menit.

Pola Eliminasi

Keluarga mengatakan saat sehat BAB pasien lancar 1-2 x sehari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan, BAK lancar, tidak ada keluhan, sebanyak ± 7-8 x perhari

Saat sakit pasien tepasang kateter, input = 1500cc/hari, urien 24 jam 200 cc/hari, warna kuning pekat dan BAB 1x/ hari, konsistensi lembek, menggunakan pempes.

Pola Nutrisi dan Cairan Keluarga mengatakan saat sehat pasien makan 3x sehari dengan nasi + lauk + sayur, namun jarang makan buah, dan minum air putih sebanyak 8-9 gelas (1800-2000cc/hari). Saat sakit pasien diberi diit MC 5x 300cc/ hari melalui NGT, infus Nacl 0,9% 20 ttes/menit.

Pola Eliminasi

Keluarga mengatakan saat sehat BAB pasien lancar 1-2 x sehari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan, BAK lancar, tidak ada keluhan, sebanyak ± 7-8 x perhari

Saat sakit pasien tepasang kateter, input = 1500cc/hari, urien 24 jam 1000 cc/hari, warna kuning pekat dan BAB 1x/ hari, konsistensi lembek, menggunakan pempes.

(45)

Isirahat dan Tidur

Sehat, tidur malam ± 8jam/hari, tidur siang ±3 jam/hari.

Sakit, pola tidur dan istirahat pasien tidak dapat dinilai karena pasien penurunan kesadaran. Aktifitas dan Latihan Sehat: keluarga mengatakan pasien seorang mahasiswa dan dapat melakukan kegiatan serta aktivitas sendiri. Sakit: pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga pemenuhan ADL pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.

Isirahat dan Tidur

Sehat, tidur malam ± 8jam/hari, tidur siang ±3 jam/hari.

Sakit, pola tidur dan istirahat pasien tidak dapat dinilai karena pasien penurunan kesadaran. Aktifitas dan Latihan Sehat: keluarga mengatakan pasien seorang mahasiswa dan dapat melakukan kegiatan serta aktivitas sendiri. Sakit: pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga pemenuhan ADL pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Pemeriksaan fisik Dari hasil pemeriksaan di

dapatkan keadaan umum pasien lemah, tingkat kesadaran samnolen, GCS 9 E2 V2 M5 TD: 128/84 mmHg, nadi 81x/menit, RR: 26x/menit, suhu: 38,4°C.

Kepala tampak simetris, rambut tidak mudah

Dari hasil pemeriksaan di dapatkan keadaan umum pasien lemah, tingkat kesadaran , GCS 11 E V2 M5 TD: 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, RR: 29x/menit, suhu: 37,8°C. Kepala tampak simetris, rambut tidak mudah rontok, tidak ada lesi dan

(46)

rontok, tidak ada lesi dan oedema.

Wajah tidak pucat, pemeriksaan nerfus VII (fasial) tidak dapat dinilai. Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik, pemeriksaan nerfus II (opticus) tidak dapat dinilai, N. III (occulomotorius) reflek pupil isokor dengan diameter 2/2mm, N, IV (trochlearis) dan N, VI (abdusens) tidak dapat dinilai.

Hidung simetris, tampak bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, lesi tidak ada, terpasang NGT, pemeriksaan N. I (olfactorius) tidak dapat dinilai.

Mulut tidak pucat, tidak terdapat lesi, pemeriksaan N. VII (Fasial), N.IX (Glassofaringeus), dan N.X (Vagus) tidak dapat

oedema.

Wajah tidak pucat, pemeriksaan nerfus VII (fasial) tidak dapat dinilai. Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik, pemeriksaan nerfus II (opticus) tidak dapat dinilai, N. III (occulomotorius) reflek pupil isokor dengan diameter 2/2mm, N, IV (trochlearis) dan N, VI (abdusens) tidak dapat dinilai.

Hidung simetris, tampak bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, lesi tidak ada, terpasang NGT, pemeriksaan N. I (olfactorius) tidak dapat dinilai.

Mulut tidak pucat, tidak terdapat lesi, pemeriksaan N. VII (Fasial), N.IX (Glassofaringeus), dan N.X (Vagus) tidak dapat dinilai.

(47)

dinilai.

Leher tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, adanya kaku kuduk, pemeriksaan N.X (Vagus), N.XI (aksesorius ) tidak dapat dinilai.

Dada simetris, pergerakan dinding dada kiri sama dengan kanan, retraksi dinding dada (+), perkusi sonor

Pada pemeriksaan kardiovaskuler: ictus cordis tidak terlihat dan ictus cordis teraba, perkusi pekak, irama teratur. Pada ekstermitas atas

dan bawah: CRT

kembali < 2 detik, tidak ada oedema, tangan kanan terpasang infus naCl 0,9%. Pemeriksaan rasangan meningeal: kaku kuduk positif, tandan kernig positif, tanda brudzinski

Leher tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, adanya kaku kuduk, pemeriksaan N.X (Vagus), N.XI (aksesorius ) tidak dapat dinilai.

Dada simetris, pergerakan dinding dada kiri sama dengan kanan, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor.

Pada pemeriksaan kardiovaskuler: ictus cordis tidak terlihat dan ictus cordis teraba, perkusi pekak, irama teratur. Pada ekstermitas atas

dan bawah: CRT

kembali < 2 detik, tidak ada oedema, tangan kanan terpasang infus naCl 0,9%. Pemeriksaan rasangan meningeal: kaku kuduk positif, tandan kernig positif, tanda brudzinski negatif

ct scan didapatkan pada partisipan 2 yaitu edema

(48)

serebral sisi kiri dan hyperemia korteks serebral, empvema subdural di sisi kiri dari falx posterior

Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada

pemeriksaan, pada tanggal 04 Juni 2017: Haemoglobin: 12,1 g/dl (12-16), Lekosit: 13. 680/mm (5.000-10.000) Trombosit: 284.000/mm (150.000- 400.000), Glukosa sewaktu: 96 mg/dl (< 200) , Ureum darah : 26 mg/dl (10,0- 50,0), Kreatinin darah: 0,5 mg/dl (0,6 – 1,1), Natrium : 127 mmol/L (136-145), Kalium : 3,5 mmol/L (3,5-5,1), Klorida serum : 97 mmol/L,

Hasil labotoriumr lumbal pungsi Volume ± 4cc Kekeruhan : negatif Warna: bening Hasil pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada

pemeriksaan, pada tanggal 05 Juni 2017: Haemoglobin: 12,4 g/dl (12-16), Lekosit: 35. 930/mm (5.000-10.000) Trombosit: 110.000/mm (150.000- 400.000), Glukosa sewaktu: 161 mg/dl (< 200) , Ureum darah : 63 mg/dl (10,0- 50,0), Kreatinin darah: 1,1 mg/dl (0,6 – 1,1), Natrium : 129 mmol/L (136-145), Kalium : 3,7 mmol/L (3,5-5,1), Klorida serum : 96 mmol/L.

Hasil laboratorium lumbal pungsi

Volume ± 5cc Kekeruhan: negatif Warna: bening

(49)

Jumlah sel: 47/mm pH: 7,47 mmHg, pCO2: 31 mmHg, p02: 199 mmHg, Jumlah sel: 49/mm pH: 7,35, pCO2: 37 mmHg, pO2: 176 mmHg

Terapi Pasien saat ini

mendapatkan terapi pada tanggal 04 Juni 2017 Dexametason 4x, Draprazol 400grm 2x, Ceftriaxson 2grm 2x, Pct 75gram 3x

Pasien saat ini

mendapatkan terapi pada tanggal 05 Juni 2017 Dexametason 4x, Draprazol 400grm 2x, Ceftriaxson 2grm 2x, Pct 75gram 3x 2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan berupa data subjektif dan data objektif. Berikut ini diagnosa keperawatan yang ditegakkan perawat ruangan berdasarkan dokumentasi, adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2

Diagnosa Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2

Partisipan I Partisipan II

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan status sirkulasi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan status sirkulasi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi.

(50)

Diagnosa yang didapatkan oleh peneliti berdasarkan observasi dan wawancara

Partisipan I Partisipan II

1. Hipertermi berhubungan dengan laju metabolism 2. Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan diaphoresis

1. Hipertermi berhubungan dengan laju metabolism 2. Resiko cedera berhubungan

dengan hipoksia

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada NIC dan NOC berdasarkan hasil studi dokumentasi status partisipan I dan partisipan II adalah seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Rencana Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2

Partisipan I Partisipan II

Dx 1: Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan status sirkulasi.

NOC:

a. Circulation status Kriteria hasil:

1) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan

2) Tidak ada ortostatik hipertensi

3) Tidak ada tanda-tanda

Dx 1: Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan status sirkulasi.

NOC:

a. Circulation status Kriteria hasil:

a) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan

b) Tidak ada ortostatik hipertensi

(51)

peningkatan intrakranial b. Perfusi jaringan : serebral

Keriteria hasil :

1) Mempertahankan tekanan intrakranial

2) Tekanan darah dalam rentang normal

3) Tidak ada nyeri kepala 4) Tidak ada muntah

5) Memonitor tingkat kesadaran

NIC :

a. Oxygen Therapy

1) Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea

2) Pertahankan jalan nafas yang paten

3) Atur perlatan oksigen 4) Monitor aliran oksigen 5) Pertahankan posisi pasien b. Monitoring Peningkatan

Intrakranial

1) Monitor tekanan perfusi serebral

2) Catat respon pasien terhadap sitmulasi

3) Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurologi terhadap aktifitas

peningkatan intrakranial b. Perfusi jaringan : serebral

Keriteria hasil :

a) Mempertahankan tekanan intrakranial

b) Tekanan darah dalam rentang normal

c) Tidak ada nyeri kepala d) Tidak ada muntah

e) Memonitor tingkat kesadaran

NIC :

a. Oxygen Therapy

a) Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea

b) Pertahankan jalan nafas yang paten

c) Atur perlatan oksigen d) Monitor aliran oksigen e) Pertahankan posisi pasien b. Monitoring Peningkatan

Intrakranial

a) Monitor tekanan perfusi serebral

b) Catat respon pasien terhadap sitmulasi

c) Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurologi terhadap

(52)

4) Monitor intake dan outpt cairan

5) Minimalkan sitmulasi dari lingkungan

6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic.

c. Vital Sign Monitoring

1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2) Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk, dan berdiri 3) Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan

4) Monitor TD, nadi, RR, sebelum selama dan setelah aktivitas

5) Monitor kualitas dari nadi 6) Monitor pola pernafasan

abdnormal

7) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.

aktifitas

d) Monitor intake dan outpt cairan

e) Minimalkan sitmulasi dari lingkungan

f) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic. c. Vital Sign Monitoring

a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

b) Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk, dan berdiri c) Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan

d) Monitor TD, nadi, RR, sebelum selama dan setelah aktivitas

e) Monitor kualitas dari nadi f) Monitor pola pernafasan

abdnormal

g) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan berdasarkan hasil studi dokumentasi dan obsevasi partisipan 1 dan partisipan 2 adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.

(53)

Tabel 4.4

Implementasi Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2

Partisipan I Partisipan II

Implementasi keperawatan pada Nn. E dimulai pada tanggal 05-08 Juni 2017. Pada diagnosa keperawatan perfusi jaringan otak berhubungan dengan status sirkulasi, impelementasi yang telah dilakukan adalah mempertahankan posisi kepala pasien elevasi 30° untuk memaksimalkan ventilasi, memonitor tingkat kesadaran, memonitor aliran O2, monitor TTV, memonitor kualitas nadi, mencatat adanya fluktuasi tekanan darah, memonitor tanda-tanda peningkatan TIK dan respon neurologis, memonitor intake output cairan, memberiakn terapi naCl 0,9% paraccetamol, dan dengan sesuai resep dokter.

Implementasi keperawatan pada Ny. M dimulai pada tanggal 06-09 Juni 2017. Pada diagnosa keperawatan perfusi jaringan otak berhubungan dengan status sirkulasi, impelementasi yang telah dilakukan adalah mempertahankan posisi kepala pasien elevasi 30° untuk memaksimalkan ventilasi, memonitor tingkat kesadaran, memonitor aliran O2, monitor TTV, memonitor kualitas nadi, mencatat adanya fluktuasi tekanan darah, memonitor tanda-tanda peningkatan TIK dan respon neurologis, memonitor intake output cairan, memberiakn terapi naCl 0,9% paraccetamol, dan dengan sesuai resep dokter.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan berdasarkan hasil studi dokumentasi dan observasi partisipan 1 dan partisipan 2 adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini

(54)

Tabel 4.5

Implementasi Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2

Partisipan I Partisipan II

Evaluasi yang didapatkan selama 5 hari pada Nn. E pada diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan status sirkulasi, yaitu pasien masih mengalami penurunan kesadaran GCS 9, tingkat kesadaran samnolen, TTV masih dalam rentang normal sehingga selalu dimonitor, pada hari ke 4 tingkat kesadaran pasien sudah meningkat yaitu delirium dengan GCS 10, pasien masih belum bisa diajak interaksi, pada hari ke 5 masalah yang ditemukan belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.

Evaluasi yang didapatkan selama 5 hari pada Ny. M pada diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan status sirkulasi yaitu hari pertama pasien masih mengalami penurunan kesadaran delirium, TTV dalam rentang normal setiap harinya, pada hari ke 3 pasien sudah ada perbaikan dengan tingkat kesadaran apatis GCS 13, pasien belum bisa diajak komunikasi, pada hari ke 5 masalah yang ditemukan belum teratasi dan intervensi dilanjurkan.

C. Pembahasan

Setelah melalukan penelitian tentang asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan dalam perawatan kasus penyakit meningitis pada Nn. E sebagai partisipan 1 dan Ny M sebagai partisipan 2 yang telah dilakukan pengkajian pada partisipan 1 tanggal 05 Juni 2017 dan partisipan 2 tanggal 06 Juni 2017 . Telah dilakukan asuhan keperawatan pada partisipan 1 dan

(55)

partisipan 2 mulai tanggal 05- 09 Juni 2017 di ruang rawat inap saraf RSUP Dr. M.Djamil Padang yang dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses keperawatan, dari pengkajian ini dapat kita lihat perbedaan kasus dengan teori yaitu : a. Identitas pasien

Identitas diperoleh dari pasien Nn. E sebagai partisipan 1 dan Ny. M sebagai paertisipan 2 serta dari keluarga dan status.

Partisipan 1 dan 2 merupakan perempuan, masing-masing berumur 19 tahun dan 30 tahun, terdapat kesamaan jenis kelamin antara partisipan 1 dan 2. Menurut analisa peneliti, pada kasus meningitis tidak ada kencederungan jenis kelamin dan usia pada penderita dalam kasus meningitis. Hal ini sesuai dengan teori yang ditemukan oleh Muttaqin (2008) yang mengatkan bahwa identitas pasien terdiri dari umur, jenis kelamin tidak ada kencenderungan hanya saja kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.

b. Keluhan Utama

Pada saat dilakukan pengkajian pada partisipan 1 ( N.n E), keluarga mengatakan pasien penurunan kesadaran dan disertai kejang sebanyak 2x. Pada partisipan II ( Ny. M) saat dilakukan pengkajian keluarga mengatakan pasien penuruanan kesadaran dan disertai demam dan kejang. Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus peneliti beransumsi bahwa keluhan utama yang dirasakan pada pasien meningitis meliputi penurunan kesadaran, demam dan kejang. Hal ini sesuai dengan teori oleh Widago (2013) yang mengatakan bahwa Keluhan utama yang dialami kedua partisipan merupakan tanda dan gejala yang akan di alami oleh pasien meningitis penurunan kesadaran, demam dan kejang.

(56)

c. Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada partisipan 1 tanggal 05 Juni 2017 pukul 09.00 WIB, hari rawatan yang ke 2. Keluarga mengatakan pasien penurunan kesadaran dan pasien mengalami demam. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Juni 2017 pukul 09.00 WIB, hari rawatan yang ke 2. Keluarga mengatakan pasien penurunan kesadaran dan pasien mengalami demam. Hasil pengkajian kedua partisipan mempunyai tanda dan gejala sama yaitu penurunan kesadaran, batuk, demam, dan kejang. Hal ini sesuai dengan Tarwoto (2013) menyebutkan manifestasi klinis dari meningitis umumnya adalah nyeri kepala, kejang, demam merupakan gejala awal dan pasien bisa terjadi peningkatan TIK apabila infeksi yang terjadi pada otak mengenai saraf kranial maka akan terjadinya peningkatan TIK.

d. Riwayat Kesehatan dahulu

Sesuai dengan pegkajian partisian 1 keluarga mengatakan pasien kuliah di bukit tinggi saat itu pasien sudah merasakan sakit kepala, batuk, dan demam, keluarga pasien sudah menyuruh pasien untuk berobat tapi hanya di jawab iya dengan pasien, ± 2 bulan penyakit pasien bertambah parah, pasien sempat di obati oleh keluarga dengan cara tradisional dan baru di bawah ke RSUD dengan diagnosa thypoid dan dirawat selama ± 2 minggu pasien sempat kejang sebanyak 2x, kejang pertama pasien masih sadar, kejang yang kedua pasien mulai penurunan kesadaran, dari pemeriksaan BTA terdapat negatif hasil pemeriksaan laboratorium.

Keluarga mengatakan pasien belum pernah dirawat drumah sakit, keluarga mengatakan ± 3 bulan yang lalu pasien selalu mengeluh dengan sakit kepala dan batuk yang dirasakannya pasien selalu menolak bila diajak untuk berobat, sebelum pasien dibawah ke rumah sakit pasien sudah demam selama ± 2 minggu yang lalu, pasien

(57)

mengalami kejang dan lalu pasien penurunan kesadaran, batuk pasien tidak berdahak, pasien tidak ada mengkonsumsi obat selama 6 bulan. Hasil pengkajian menujukan ke dua pasien mempunyai riwayat mempunyai riwayat penyakit yang berbeda pada partisipan 1 pasien dengan riwayat penyakit tyhpoid sedangkan pada partisipan 2 pasien dengan riwayat influenza. hal ini sesuai dengan teori menurut Widago (2013) mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme heamophilus influenza, neisseria meningitis.

e. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan data pada partisipan 1 dan 2 adanya perbedan yaitu pada partisipan 1 didapatkan Pemeriksaan rasangan meningeal: kaku kuduk positif, tandan kernig positif, tanda brudzinski positif, pada partisipan 2 didapatkan Pemeriksaan rasangan meningeal: kaku kuduk positif, tandan kernig negatif, tanda brudzinski negatif. Pada pemeriksaan ct scan didapatkan pada partisipan 2 yaitu edema serebral sisi kiri dan hyperemia korteks serebral, empvema subdural di sisi kiri dari falx posterior Beradasarkan teori Sidharta (2009) pemeriksaan fisik kaku kuduk pada meningitis ditemukan tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.

f. Pemeriksaan laboratorium

Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pemeriksaan partisipan 1, pada tanggal 04 Juni 2017 Lekosit: 13. 680/mm (5.000-10.000) Trombosit: 284.000/mm (150.000-, pH: 7,47 mmHg, pCO2: 31 mmHg, p02: 199 mmHg, Na+: 128 mmol/L, K+ : 3,0 mmol/L, Ca+ +: 0,55 mmol/L hasil labotoriumr lumbal pungsi, volume ± 4cc, kekeruhan : negatif, warna: bening, jumlah sel: 47/mm

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Setelah dilakukan sosialisasi, pelatihan, dan penerapan hingga sampel pasien yang menggunakan kateter tercapai, sikap tenaga medis Rumah Sakit Delia Langkat mengalami

Pemberian jus Aloe vera dengan dosis 2ml/hari, 3ml/hari, 4 ml/hari selama 15 hari pada tikus putih Wistar jantan hiperlipidemia terbukti mampu menurunkan

Adapun rancangan alur dalam video yang akan penulis kerjakan yaitu mulai dari pembukaan video dengan cuplikan momen kemenangan dalam turnamen esports, dilanjutkan dengan

Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari Kapang ini memil iki warna permulaan kuning yang akan berubah

Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode pendampingan secara komprehensif kepada siswa MA-Alwathoniyyah Semarang melalui sosialisasi aplikasi desain grafis,

Melalui kegiatan pembelajaran discovery learning, peserta didik dapat berpikir kritis dan kreatif dalam menjelaskan dan menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan dua variabel

Dengan demikian, hasil pembahasan penelitian didapat hasil yang akurat, menemukan hal baru, atau memperkuat dan membantah hasil penemuan sebelumnya, Analisis data

Faktor Internal 1. Pendapatan/ pengahasilan Faktor eksternal 1. Fasilitas yang tersediah.. evaluasi/monitoring, dan pemanfaatan hasil. Keempat bidang partisipasi