• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM MATCH UP DI CHANNEL MNC FASHION SKRIPSI OLEH FRISKA DANIA PAO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PRODUKSI PROGRAM MATCH UP DI CHANNEL MNC FASHION SKRIPSI OLEH FRISKA DANIA PAO"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM “MATCH UP” DI CHANNEL MNC FASHION

SKRIPSI

OLEH

FRISKA DANIA 1301021961 08PAO

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA

(2)

ii

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM “MATCH UP” DI CHANNEL MNC FASHION

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk gelar kesarjanaan pada Jurusan Komunikasi Pemasaran

Program Studi Broadcasting Jenjang Pendidikan Strata 1

OLEH

FRISKA DANIA 1301021961 08PAO

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Friska Dania NIM : 1301021961

Judul Skripsi : Strategi Produksi Program "Match Up" di Channel MNC Fashion

Memberikan kepada Universitas Bina Nusantara hak non-eksklusif untuk menyimpan, memperbanyak, dan menyebarluaskan skripsi karya saya, secara keseluruhan atau hanya sebagian atau hanya ringkasannya saja, dalam bentuk format tercetak dan atau elektronik.

Menyatakan bahwa saya, akan mempertahankan hak eksklusif saya, untuk menggunakan seluruh atau sebagian isi skripsi saya, guna pengembangan karya di masa depan, misalnya bentuk artikel, buku, perangkat lunak, ataupun sistem informasi.

Jakarta, 11 Juli 2013

Friska Dania 1301021961

(6)

vi

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA FAKULTAS EKONOMI DAN KOMUNIKASI

Jurusan Ekonomi dan Komunikasi Semester Genap tahun 2012/2013

THE PRODUCTION STRATEGIES OF PROGRAM “MATCH UP” IN CHANNEL MNC FASHION

Abstract

The objective of this research is to explain the production process of program “Match Up” from pre production, production to post production. Which in this case will be compare with Fred Wibowo’s production concept. The research method used for this research is qualitative approach, which the main priority is the depth of information toward the vastness of respondents. The information obtained with technique observation participant and in depth interview. In the observation participant, researcher involved in the “Match Up’” production activity, and for the interview, producer, creative, production assistant, and editor is the competent sources to explain this. The result is Fred Wibowo’s production concept has a big different with “Match Up” Production Process, it cause this program get information and material from secondary source. The conclusion is there always diferrent on the concept of production for several program, especially program “Match Up”. A production process of this program is just to simple for the tv show. Keywords : Pre production, Production, Post Production

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM “MATCH UP” DI CHANNEL MNC FASHION

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses produksi program “Match Up” mulai dari pra produksi, produksi, sampai pasca produksi. Dimana dalam hal ini akan dibandingkan dengan konsep produksi milik Fred Wibowo. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dimana prioritas utamanya adalah kedalaman data bukan keluasan data. Informasi diperoleh dengan menggunakan teknik observasi partisipan dan wawancara mendalam. Dalam observasi, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan produksi progra, dan untuk wawancara, produser, kreatif, production assistant dan editor merupakan sumber yang kompeten. Hasilnya adalah diketahui bahwa konsep Fred Wibowo memiliki perbedaan besar dengan proses produksi “Match Up”, karena program ini materinya didapatkan dari sumber sekunder. Kesimpulannya adalah bahwa setiap program memiliki proses produksi yang berbeda-beda, khususnya “Match Up”. Produksi program ini terlalu sederhana untuk sebuah acara televisi.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuni-Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi/Tugas Akhir yang diberi judul STRATEGI PRODUKSI PROGRAM “Match Up” DI CHANNEL MNC FASHION dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini merupakan salah satu syarat kelulusan guna meraih gelar Sarjana jurusan Marketing Komunikasi Fakultas Ekonomi dan Komunikasi di Universitas Bina Nusantara.

Selama kegiatan pembuatan tugas akhir ini, penulis tidak hanya bekerja sendiri melainkan dibantu oleh banyak pihak dari dalam maupun luar lingkungan Universitas Bina Nusantara yang telah berjasa dalam proses penyelesaian laporan ini. Maka dari itu banyak ucapan terimakasih yang ingin disampaikan kepada orang-orang yang selalu ada dalam setiap proses pembelajaran. Adapun pihak yang bersangkutan adalah :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM Rektor Universitas Bina Nusantara.

2. Bapak Dr. Engkos Achmad Kuncoro, SE, MM Dekan Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina Nusantara.

3. Ibu Vini Mariani, S.Kom, MM Sekertaris Jurusan Marketing Komunikasi Universitas Bina Nusantara.

4. Ibu Dra. Endang Setiowati, M.Si Selaku pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan pemahaman serta arahan dalam pembuatan skripsi ini. 5. Terima kasih kepada dosen-dosen jurusan Broadcasting Bpk. Wirawan

Respati, Bpk. H. Rahmat Edi Irawan, S.Pd, M.Si, Bpk. Heribertus Sunu yang telah memberikan ilmunya kepada mahasiswa Broadcasting Binus.

(8)

viii

6. Kedua Orang Tua, Ibu Hj. Titi Maryati yang selalu memberikan dukungan, doa dan kasih sayang kepada anak tercintanya. Bapak Zainul Arifin (Alm.) yang selalu menjadi semangat dan inspirasi penulis dalam segala hal.

7. Ke-4 Kakak, Henny, Denny, Tenny, Benny yang selalu memberikan dukungan kepada adiknya untuk semangat mendapatkan gelar sarjana. 8. Kepada Mas Wisnu, Ka Keko, Ka Dimas, Ka Yasin, dan Mas Dimaz yang

rela meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

9. Seluruh Tim Produksi MNC Fashion yang sudah memberikan kesempatan untuk mengetahui lebih dalam tentang program yang diteliti.

10.Sahabat-sahabat Idola Permata Sari, Lukman Wahid, Debby Juniarenata, Devie Aryanti, Marisca Gracelia, Jemima, Dewi Sekartaji, Aprilia Putri yang telah menjadi membantu dan menjadi teman diskusi dalam menyelesaikan skripsi.

11.Kawan-kawan sejurusan Marketing Komunikasi khususnya Broadcsating Universitas Bina Nusantara atas kebersamaan dan keceriaannya selama ini. Semoga ketemu semua di wisuda November 2013. 12.Sahabat-sahabat yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang selalu

memberi dukungan saat senang maupun susah.

Terimakasih banyak atas dukungan dan doanya, sukses untuk semua.

Jakarta, 13 Juni 2013 Penyusun,

(9)

ix DAFTAR ISI

HalamanJudulLuar ... i

HalamanJudulDalam ... ii

Halaman Pernyataan Orisinalitas ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

DaftarTabel ... xii DaftarGambar ... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 4 1.3. Ruang Lingkup ... 5

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.5. SistematikaPenulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. ... Komuni kasi Massa... 9

2.1.1. ... Pengerti an Komunikasi Massa... 9

2.1.2. ... Fungsi Umum Komunikasi Massa ... 11

2.1.3. ... Fungsi Komunikasi Massa Secara Khusus ... 12

2.1.4. ... Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat ... 14

2.1.5. ... Efek Komunikasi Massa ... 17

2.2 Media Massa ... 19

2.2.1 Bentuk-Bentuk Media Massa ... 19

2.3 Televisi ... 24

2.3.1 KarakteristikTelevisi ... 27

2.3.2 Jenis Program Televisi ... 27

2.3.3 Format Acara Televisi ... 31

2.3.4 Air Magazine ... 32

2.4 Program yang diteliti ... 33

2.5 Teori Khusus ... 34

2.5.1 Konsep yang digunakan ... 34

2.6 Kerangka Pemikiran ... 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(10)

x 3.1. ... Pendeka tan Penelitian ... 43 3.2. ... Jenis Penelitian ... 45 3.3. Obyek Penelitian ... 45 3.4. Informan ... 46

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.5.1 Data Premier ... 47

3.5.2 Data Skunder ... 52

3.6. Teknik Analisis Data ... 52

3.7. Keabsahan Penelitian ... 54

3.7.1 Credibility ... 54

3.7.2 Transferbility ... 56

3.7.3 Depandability ... 56

3.7.4 Konfirmability ... 57

3.8. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. ... Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 59

4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan ... 59

4.1.2 Bisnis Konten Televisi ... 60

4.1.3 Produksi Sendiri Media Televisi ... 61

4.1.4 Unit Bisnis Pendukung ... 62

4.1.6 Visi dan Misi Perusahaan ... 63

4.1.6 Sejarah dan Jejak Langkah Perseroan ... 64

4.1.7 Kegiatan perusahaan ... 68

4.2 Obyek Penelitian ... 74

4.3 Gambaran Umum Informan ... 75

4.3 AnalisisdanInterpretasi Data ... 77

4.3.1 AnalisisIde danKonsep Program ... 77

4.3.2 AnalisisPorsesPraProduksi ... 81

4.3.3 AnalisisPorsesProduksi ... 83

4.3.4 Analisis Pasca Produksi ... 88

4.4 Diskusi ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 95 5.2. Saran ... 96 5.2.1 Saran Akademis ... 96 5.2.2 Saran Praktis ... 96 REFERENSI ... 97 DAFTAR LAMPIRAN SURAT SURVEI

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.6 ... 41 Tabel 4.1.7 ... 73

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1.1 ... 59 Gambar 4.1.7 ... 68

(13)
(14)

xiv

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM “MATCH

UP” DI CHANNEL MNC FASHION

Friska Dania

Binus University, Jakarta +6287720000216, friska.dania@yahoo.com dan Binus University, Jakarta, +6281212535820

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses produksi program “Match Up” mulai dari pra produksi, produksi, sampai pasca produksi. Dimana dalam hal ini akan dibandingkan dengan konsep produksi milik Fred Wibowo. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dimana prioritas utamanya adalah kedalaman data bukan keluasan data. Informasi diperoleh dengan menggunakan teknik observasi partisipan dan wawancara mendalam. Dalam observasi, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan produksi progra, dan untuk wawancara, produser, kreatif, production assistant dan editor merupakan sumber yang kompeten. Hasilnya adalah diketahui bahwa konsep Fred Wibowo memiliki perbedaan besar dengan proses produksi “Match Up”, karena program ini materinya didapatkan dari sumber sekunder. Kesimpulannya adalah bahwa setiap program memiliki proses produksi yang berbeda-beda, khususnya “Match Up”. Produksi program ini terlalu sederhana untuk sebuah acara televisi.

Kata kunci : Pra Produksi, Produksi, Pasca Produksi

Abstract

The objective of this research is to explain the production process of program “Match Up” from pre production, production to post production. Which in this case will be compare with Fred Wibowo’s production concept. The research method used for this research is qualitative approach, which the main priority is the depth of information toward the vastness of respondents. The information obtained with technique observation participant and in depth interview. In the observation participant, researcher involved in the “Match Up’” production activity, and for the interview, producer, creative, production assistant, and editor is the competent sources to explain this. The result is Fred Wibowo’s production concept has a big different with “Match Up” Production Process, it cause this program get information and material from secondary source. The conclusion is there always diferrent on the concept of production for several program, especially program “Match Up”. A production process of this program is just to simple for the tv show. Keywords : Preproduction, Production, Post Production

(15)

xv Pendahuluan

Di zaman modern seperti ini industri hiburan kreatif sudah semakin banyak jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion. Semua hal tersebut dikemas menjadi suatu program acara yang disiarkan di sebuah stasiun televisi atau media penyiaran lain. Kemasan dari program tersebut juga tidak sebaku seperti lazimnya program televisi pada saat dahulu.

Selain itu perusahaan media saat ini pun sudah banyak yang melakukan konvergensi dengan mengembangkan penyiaran atau penyebaran informasinya melalui berbagai media. Konvergensi di sini berarti berbaur atau bergabungnya sejumlah media atau teknologi yang berbeda seperti misalnya komputer, televisi, radio, telepon, satelit, kabel, mesin fax, internet, dan bahkan mesin fotokopi. (KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)). Hal itu dimaksudkan untuk memperluas jaringan serta target pasar, konvergensi juga memberikan kesempatan untuk sebuah perusahaan media untuk bisa mandiri dalam mengembangkan kreatifitas dalam informasi yang mereka sampaikan.

Salah satu perusahaan media yang melakukan kovergensi adalah PT. Media Nusantara Citra, Tbk. Dimana MNC mengembangkan jaringan informasinya dengan membentuk beberapa media baru, antara lain media cetak (majalah High End, Tabloid Nova, Mom n Kiddie, CnR, serta surat kabar Seputar Indonesia), radio (Trijaya FM, Global Radio), Televisi (RCTI, Global TV, MNC TV), kabel (Indovision, Top TV, Okevision), jaringan online (Okezone.com). salah satu dari media tersebut adalah kabel atau jaringan televisi berbayar milik anakan perusahaannya yaitu PT. MNC Sky Vision. Dikarenakan saat ini pelanggan televisi berbayar seperti Indovision di Indonesia sudah mulai banyak. Seiring dengan meningkatnya sektor ekonomi di Indonesia, selain itu biaya televisi langganan pun sudah mulai terjangkau dan memiliki banyak pilihan paket.

Dengan melihat peningkatan jumlah penikmat televisi berjaringan milik MNC Sky Vision, maka dari itu mereka memulai mengembangkan saluran televisi khusus untuk ditayangkan di jaringan televisi berbayarnya. Adapun beberapa saluran yang diusung oleh MNC antara lain adalah MNCSport, MNC Lifestyle, MNC Drama MNC Comedy MNC Infotainment, MNC News, MNC International, MNC Muslim, Life, MNC Movie, MNC Shop, SINDO TV, MNC Music, MNC Internasional, Golf Channel serta MNC Fashion. Semua jenis media ini sudah disesuaikan dengan katergori yang telah ditetapkan dan semua isi program acaranya merupakan materi seputaran kategori yang ada.(MNC Channel)

Dalam beberapa saluran yang disebutkan, ada salah satu jenis saluran televisi khusus yang bergenre Fashion yaitu MNCFashion. Seperti yang kita ketahui bahwa dunia Fashion merupakan kategori informasi yang lebih condong kepada media cetak seperti majalah, karena memang dalam media cetak dapat mengulas secara lengkap dan lebih detail dibanding di televisi. Namun MNC mencoba untuk mengangkat dunia Fashion dalam layar televisi Indonesia. Karena memang tidak dipungkiri bahwa dunia Fashion saat ini sudah sangat banyak pengaruhnya dalam masyarakat modern, dan televisi menjadi salah satu media yang baik untuk mengembangkan informasinya. Untuk MNCFashion saja program yang disajikan tidak hanya sekedar jenis program Fashion yang formal atau biasa, mereka lebih sering mencampurkan materi Fashion dengan unsur hiburan lainnya seperti selebritis

(16)

xvi

atau diary, yang membuat suatu ketertarikan tersendiri dan mendekatkan materi program dengan audience yang dituju.

Salah satunya adalah program “Match Up” yang merupakan jenis program magazine karena program tersebut memiliki pakem atau segmen tetap pada setiap episodenya. Selain itu juga “Match Up” merupakan program yang membahas satu bidang khusus yaitu Fashion dimana didalamnya terdapat informasi mengenai perbandingan Fashion antara 2 selebritis atau public figure dunia yang dinilai memiliki beberapa kesamaan serta pengaruh atau keterkaitan dalam dunia Fashion entah itu model, aktor, designer, sampai editor majalah Fashion.

Program seperti ini sebenarnya pernah diusung oleh beberapa saluran televisi hiburan internasional seperti E! Channel. Namun “Match Up” dikemas dengan format yang berbeda dimana di dalamnya ada penjelasan mengenai profile atau sejarah hidup dari selebritis yang diangkat secara lengkap dan gaya busana yang dibahasnya juga ada dari mulai harian hingga busana terburuknya.

Selain untuk mengetahui informasi mengenai gaya busana selebritis yang terbaik, program “Match Up” juga bisa menjadi referensi untuk gaya berpakaian penontonnya, terlebih jika yang diulas adalah gaya artis favoritenya. Program ini ditayangkan setiap hari Senin-Jumat pukul 20.30 sampai dengan pukul 21.00, selain tayangan inti ada pula tayangan ulangnya yang biasanya disiarkan pada pagi atau siang hari. Untuk televisi swasta nasional yang berjenis Free To Air mungkin sekitar waktu penayangan “Match Up” merupakan jenis waktu Prime Time, dimana kebanyakan masyarakat sudah berada dirumah dan sedang santai menonton televisi. Namun jika dibanding dengan program televisi swasta lain, program ini kurang dikenal, terlebih karena akses jaringan yang terbatas hanya pada konsumen televisi berbayar. Dan memang untuk program Fashion hanya beberapa kalangan saja yang tertarik untuk melihat dan mengerti. Jadi kemungkinan persaingan popularitasnya sangat jauh dengan saluran televisi lain yang lebih memilih menyajikan program hiburan seperti komedi atau drama pada waktu tersebut.

Selain itu program ini pun hanya mengandalkan materi dari sumber sekunder yaitu internet, dimana hasil dari program tersebut merupakan perpaduan dan penyatuan dari video, foto, dan informasi yang didapat dari internet. Maka dari itu kemungkinan proses produksinya pun berbeda dengan program televisi pada umumnya yang melakukan proses pengambilan gambar secara langsung. Dalam laporan ini akan dicari tahu bagaimana upaya tim produksi “Match Up”MNCFashion dalam mengolah materi yang seadanya menjadi program televisi. Terlebih lagi ketertarikan secara visual menjadi faktor penting dalam program televisi.

Teori Khusus

Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep produksi dari Fred Wibowo. Dalam proses produksi suatu program televisi pasti memiliki tahapan sehingga menjadi layak sebagai master tayang. Sistem tersebut juga biasa disebut dengan SOP atau standard operation procedure yang didalamnya terdapat beberapa tahap untuk produksi sebuah program acara, yaitu : (Wibowo, 2009)

(17)

xvii

Tahap ini merupakan tahap awal dan sangat penting, kerena jika tidak dilakukan proses pra produksi maka tidak akan ada lahir sebuah program. Selain tahap pra produksi juga membantu dan memudahkan tim untuk melakukan produksi program karena dalam tahap ini segala persiapan benar-benar diolah dengan matang. Pada tahap proses dibagi menjadi 3 bagian, antara lain :

1. Penemuan Ide

Tim produksi merapatkan persiapan yang diawali dengan pencarian ide untuk tema dan materi yang akan diangkat. Sebelumnya mereka melakukan riset atau mencari informasi terlebih dahulu sebelum memutuskan jadi atau tidaknya untuk memakai tema tersebut.

2. Perencanaan

Setelah mengetahui dan menetapkan tema yang akan dipakai, maka tim mulai menyusun perencanaan perancangan produksi program. Dari mulai menyusun bahan, mengumpulkan materi, kerangka pemikiran, jadwal produksi, pembuatan naskah, sampai pemilihan lokasi dan kru yang bertugas. Hal ini akan menjadi patokan tim dalam melakukan tahap produksi program dan secara tidak langsung membantu mengatur pekerjaan agar lebih mudah.

3. Persiapan

Pada tahap ini, setelah perancangan rapih dan teratur. Maka mulai dilakukan perisapan secara materi dan teknis. Dari mulai perizinan, perjanjian, persiapan lokasi, persiapan dan distribusi peralatan, sampai persiapan talent. Semua hal tersebut dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

Ketiga tahap tersebut akan menentukan arah dari produksi yang akan dilakukan. Dengan persiapan yang matang maka produksi pun akan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah dirancang. Maka dari itu proses pra produksi merupakan proses dasar yang sangat penting dalam produksi program acara.

2.) Produksi

Setelah perancangan dan persiapan dilakukan pada tahap pra produksi, maka saatnya tim produksi melaksanakan proses inti yaitu produksi program. Proses produksi pada umumnya adalah melakukan pengambilan gambar atau shooting. Dimana pengambilan gambar tersebut disesuaikan dengan jalan cerita yang akan dibangun. Pada tahap ini biasanya sutrada terlebih dahulu menentukan jenis shoot yang akan digunakan dalam adegan yang disusun dalam suatu daftar bernama shoot list. Dalam shoot list sutradara dapat memecah 1 kalimat menjadi beberapa shoot. Setelah sutradara menyiapkan shoot list crew lainnya melakukan proses produksi secara teknis sesuai dengan arahan sutradara. Setelah proses pengambilan gambar dilakukan, maka tim harus membuat timecode. Timecode adalah waktu atau nomor pita

(18)

xviii

yang tertera pada video yang dihasilkan dari proses pengambilan gambar. Setelah itu baru dilakukan proses logging atau pencatatan dalam bentuk nomor kode nama file, jam, menit dan detik. Hal itu dilakukan untuk mempermudah proses pasca produksi atau editing.

3.) Pasca-Produksi

Pasca produksi adalah proses dimana hasil pengambilan gambar diolah dengan mengedit atau menambahkan item lain sehingga layak tayang. Pada pasca editing hal pertama yang dilakukan adalah preview hasil shooting. Pasca-produksi memiliki 3 langkah utama, yaitu :

I. Editing offline

A. Editing offline dengan teknik analog

Berdasarkan logging yang telah dibuat sutradara akan membuat editing kasar atau editing offline, dimana hasil gambar dipilih yang terbaik dan sesuai dengan ide yang telah dibentuk. Setelah dipilih gambar disambung dalam pita VHS, lalu dilakukan screening untuk mengetahui hasilnya sudah sesuai dan baik atau belum. Jika memang sudah pas maka harus dibuat editing script yang didalamnya terdapat paparan mengenai detail gambar tersebut seperti list musik. Jika semua materi dan naskah telah selesai di proses dalam editing offline, maka semuanya diserahkan kepada editor untuk masuk ke tahap editing online.

B. Editing offline dengan teknik digital atau non-linier

Proses editing offline digital hampir sama dengan editing offline menggunakan teknik manual. Bedanya hanyalah perangkat yang digunakan, dimana dalam teknik digital proses pemilihan dan pemotongan dilakukan menggunakan komputer. Hasil potongan tersebut harus sesuai dengan logging yang dibuat dan dimasukan ke dalam hardisk untuk penyimpan data.Proses ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar dalam pita menjadi file digital, yang ketika diperlukan dapat dipanggil untuk disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Selain itu dalam teknik digital gambar yang dipotong tidak harus berurutan, beda dengan teknik manual yang harus berurutan agar tidak ada kesalahan dan tidak sulit ditemukan. Setelah tersusun baik baru diurutkan kemudian dipersatukan agar gambar yang sudah disambung dapar dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Sesudah selesai editing offline, baru dilakukan screnning untuk mengetahui gambar yang dipilih sudah benar atau belum, dan jika sudah langsung masuk ke tahap editing online.

(19)

xix II. Editing online

A. Editing online dengan teknik analog

Dari naskah editing yang sudah dibuat, editor mulai menyambungkan semua materi yang telah dipotong menjadi suatu rangkaian cerita sesuai dengan naskah.Lalu masukan kelengkapan seperti musik, suara dan format lainnya untuk melengkapi materi yang ada. Setelah semua menjadi materi yang beralur, maka mulai masuk dalam tahap mixing.

B. Editing online dengan teknik digital

Proses editing online pada teknik digital hanya tinggal menyatukan dan menyempurnakan editing offline. Malah terkadang editor langsung melakukan mixing untuk suara dan efek. Sesudah editing online selesai, hasil gambar dimasukan kedalam pita Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standard. Dan siap untuk dilakukan screening guna mengetahui hasilnya.

C. Mixing (pencampuran gambar dan suara)

Mixing dilakukan untuk menambahkan efek, suara, dan musik, semua hal tersebut harus diseimbangkan sehingga selaras dengan video dan gambar yang ditunjukan.Jangan sampai ada yang saling mendahului atau menimpa sehingga terlihat dan terdengar berantakan. Setelah mixing selesai maka proses editing pun tuntas, materi tayang yang sudah jadi di preview terlebih dahulu sebelum disiarkan ke jaringan televisi.

Menurut Morissan ada 3 tahap utama produksi televisi yang dimana didalamnya terdapat percampuran antara kreatifitas, tenaga, peralatan, dan biaya, yaitu :

1. Pra produksi :

Sebuah program televisi pasti selalu diawali dengan pembahasan ide atau gagasan sampai dengan pelaksanaan pelaksanaan pengambilan gambar. Dengan kata lain tim melakukan rapat untuk menyusun perencanaan produksi program. Dalam perencanaan ini terdapat interaksi atau perpaduan antara kreatifitas individu dengan faktor pendukung yang tersedia seperti dana, peralatan, serta tim. Baik buruknya produksi akan sangat ditentukan oleh perencanaan di atas kertas. Perencanaan diatas kertas merupakan hasil imajinasi dari ide atau gagasan yang ditentukan yang akan dipraktekan pada saat proses produksi sesungguhnya. Perencanaan tersebut antara lain adalah penuangan ide dalam outline, penulisan naskah, storyboard, peninjauan lokasi, production meeting, technical meeting, dekorasi sampai talent atau aktor yang digunakan.

(20)

xx 2. Produksi

Tahap produksi merupakan seluruh kegiatan pengambilan gambar (shooting) baik di studio maupun diluar studio. Asistant Producer bekerja sama dengan para host dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan. Proses pengambilan gambar dapat dilakukan secara live (langsung) atau dengan tapping. Setelah pengambilan gambar dilakukan maka harus dilakukan pemeriksaan atau peninjauan ulang untuk mengetahui hasil yang didapat. Dengan hal tersebut maka jika ada kesalahan atau hal yang tidak sesuai dengan perencanaan maka dapat segera diperbaiki. Dan dilakukan pengambilan gambar ulang.

3. Pasca produksi

Dalam pasca produksi kegiatan setelah pengambilan gambar sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap tayang, antara lain editing, memberikan ilustrasi, musik, efek, evaluasi dan materi atau hal pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian mengenai strategi produksi program “Match Up” di MNC Fashion ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan runtutan kejadian tentang obyek penelitian secara mendalam dengan pengumpulan data sedalam-dalamnya. Pada riset kualitatif kedalaman (kualitas) data menjadi hal yang utama, berbeda dengan kuantitatif yang memerlukan data mendasar dari sample yang banyak. Maka dari itu untuk penelitian kualitatif tidak memerlukan banyak sampling, namun hanya memerlukan beberapa sample yang dapat memberikan data yang nyata dan jelas tentang obyek yang diteliti. (Kriyantono, 2006)

Penelitian ini merupakan salah satu dari jenis penelitian deskriptif, dimana di dalamnya terdapat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang objek yang diteliti. Dalam penelitian ini kerangka konseptual disusun dan dengan konsep tersebut maka akan dihasilkan variabel dan indikator yang menjadi acuan untuk mengiterpretasikan data yang telah dikumpulkan. Data yang ada disajikan sesuai dengan realita yang ada tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel. (Kriyantono, 2006)

Data Primer merupakan data yang berasal dari sumber pertama. Data ini didapatkan melalui sumber atau subyek yang dijadikan obyek penelitian yang mengetahui banyak informasi dan memiliki data mengenai hal yang diteliti (Sarwono, 2006) Dalam penelitian ini data primer yang digunakan diperoleh dengan teknik pengumpulan data antara lain adalah :

Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi. Pada observasi jenis partisipasif ini peneliti terjun langsung ke tempat objek penelitian. Dimana ia akan terlibat dalam kegiatan dari hal yang akan dia teliti, pada jenis ini peneliti mencoba untuk mengetahui kondisi lapangan secara nyata dan merasakan sebagai salah satu anggota dari kegiatan yang diteliti. Dengan melakukan observasi partisipan maka peneliti akan mendapatkan gambaran dan pengalaman secara mendalam yang akan mempermudah dirinya untuk meinterpretasikan data-data yang didapat dari sumber informasi.

(21)

xxi

Dalam penelitian ini akan digunakan wawancara mendalam (Depth Interview) : Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.(Kriyantono, 2006).

Dalam penelitian ini pada proses wawancara menggunakan alat perekam suara yaitu berupa telepon genggam. Selain itu ada juga data lain yang digunakan untuk memperkuat hasil penelitian ini yaitu naskah dari program “Match Up”.

Untuk penelitian ini teknik analisis atau interpretasi data yang digunakan adalah teknik naratif.Naratif merupakan sebuah bentuk istilah teks atau lisan yang memberikan sebuah gambaran pada satu peristiwa atau kejadian yang dihubungkan secara kronologis. (Creswell, 2007). Pada analisis naratif hal yang difokuskan adalah teks sebagai objek pada struktur narasi atau cerita yang didapat.

Pada penelitian ini ada beberapa tahap yang dilakukan untuk menganalisis data penelitian kualitatif yang telah didapat :

1. Hal pertama yang dilakukan adalah mentranskrip data rekaman wawancara dari file audio ke bentuk teks.

2. Setelah mendapatkan transkrip dari wawancara narasumber maka harus dibuat kategori-kategori dengan tanda kode sesuai dengan konsep yang digunakan agar memudahkan untuk menganalisis data.

3. Kategori tersebut di sebut dengan koding, dimana koding yang dimaksud dibagi menjadi 3 bagian yaitu, open coding, axial gabungan, dan selective coding.

4. Setelah data dikoding, maka hasil koding tersebut dapat menjadi narasi untuk pembahasan hasil penelitian.

Hasil dan Bahasan

Program “Match Up” merupakan program dengan variasi materi yang baru yaitu dengan mengangkat pembahasan mengenai perbandingan selebritis yang mempunyai jejak karir yang cemerlang. Namun keunikan dari program “Match Up” bukanlah karena mengenai ulasan perbandingan, tapi lebih kepada konten yang ditekankan terfokus pada urusan fashionnya. Ide program tersebut merupakan inspirasi dari seorang creative MNC Fashion yang ingin mengadaptasi program serupa yang pernah ditayangkan oleh channel internasional E!Entertainment.

Selain itu “Match Up” juga ditayangkan pada channelMNC Fashion yang disiarkan oleh jaringan televisi berbayar milik PT. MNC Sky Vision. Program ini berisikan informasi mengenai perbandingan fashion 2 selebritis yang dibagi menjadi 4 segmen yaitu, pada segmen 1 menyajikan informasi mengenai profile umum serta jejak karir khususnya dibidang fashion dari 2 selebritis yang dituju. Pada segmen 2 disajikan keterangan mengenai perbandingan gaya casual yang biasa mereka kenakan sehari-hari. Lalu pada segmen 3 diperlihatkan gaya busana mereka saat berlenggok di atas red carpet suatu event besar. Sedangkan pada segmen 4 busana terburuk adalah sajian informasi yang dirasa cocok sebagai penutup program acara.

Program “Match Up” merupakan tayangan harian pada channel MNC Fashion yang disiarkan setiap hari Senin sampai Jumat setiap pukul 21.30 WIB. Sesuai dengan ketentuan programing bahwa rata-rata dari program di MNC Fashion mengikuti segmentasi dari channel itu sendiri, begitu pun dengan program “Match Up”. Untuk

(22)

xxii

segmentasinya “Match Up” menargetkan dapat menarik penonton kaum wanita yang berusia 20 tahun ke atas dan berasal dari status ekonomi sosial A dan A+. MNC Fashion merupakan saluran televisi baru serta memiliki tim produksi yang masih terbatas. Sehingga banyak dari mereka yang perorangnya bisa menangani sampai 10 program. Begitu pun dengan program “Match Up”, semua tim pasti mendapatkan tanggung jawab untuk menyusun materi tayang program “Match Up”. Tidak seperti halnya program televisi yang lain, untuk program “Match Up” ini proses produksinya berbeda dengan SOP yang biasa dilakukan untuk produksi program televisi pada umumnya. proses produksi program “Match Up” terbilang lebih sederhana dan singkat. Jika pada konsep SOP rancangan Fred Wibowo, pada tahap pra produksi dibagi menjadi 3 tahap yaitu penemuan ide, perencanaan dan persiapan. Maka pada produksi “Match Up” semua tahap dijabarkan secara umum, karena memang perencanaan dan persiapan program ini tidak sekompleks program televisi pada umumnya yang melakukan proses shooting. Pada pra produksi program “Match Up” penemuan ide dibicaran dengan hanya diskusi santai antara creative. Tim produksi tidak mengadakan rapat pra produksi khusus karena memang tuntutan waktu yang terbatas, jangankan untuk rapat, waktu riset pun sangat terbatas. Yang utama adalah menariknya materi dan jangan sampai memakai materi yang pernah diangkat oleh creative lain. Sebelum penyusunan naskah, creative terlebih dahulu mencari data video dan foto untuk memastikan materi tayang benar-benar ada. Setelah semua terkumpul maka creative langsung merancang naskah sesuai dengan segmen yang telah ditetapkan. Jadi untuk program “Match Up” tidak perlu perencanaan atau persiapan khusus seperti halnya masalah teknis atau perizinan, tim produksi hanya membutuhkan perangkat komputer beserta jaringan internet.

Begitu pula dengan konsep yang dikemukakan oleh Morissan dimana baik buruknya program ditentukan oleh perencanaan diatas kertas. Namun perencanaan program “Match Up” hanya dilakukan dengan meriset materi melalui internet dan perbincangan antar kreatif lalu pembuatan naskah. Tanpa ada perancangan ide program, storyboard atau rundown sekalipun. Mereka hanya mengandalkan naskah untuk materi, dan perhitungan waktu ditentukan oleh editor dimana mereka sebisa mungkin membagi waktu persegmen sehingga semua materi bisa disampaikan dan tetap melihatkan detailnya.

Untuk tahap produksi SOP yang biasa dilakukan adalah proses pengambilan gambar atau shooting. Namun di tahap produksi program “Match Up”Production Assistant hanya perlu memilih materi apa yang akan dikumpulkan. Mereka juga hanya perlu menerima naskah beserta link dari materi yang harus dikumpulkan, lalu mengunduhnya menggunakan internet. Bersamaan dengan pengumpulan materi, Production Assistant juga berhubungan dengan pengisi suara untuk voice over melalui email karena proses perekaman tidak dilakukan di studio melainkan dikediaman dubber tersebut. Setelah semua materi terkumpul, Production Assistant harus membagi materi yang ada dalam folder segmen untuk memudahkan editor. Pada tahap pasca produksi memang tidak jauh berbeda, mereka memiliki tahapan offline dan online editing. Dimana pada tahap offline editing, editor mempreview ulang materi dan memilih data yang diperlukan. Namun memang tidak semua editor “Match Up” melakukan hal tersebut, adapula beberapa yang lebih senang untuk langsung masuk proses editing online, jadi materi di preview bersamaan dengan editing online. Setelah semua proses selesai, maka master tayang tersebut di preview kembali oleh Production Assistant lalu ke produser guna mengetahui apakah

(23)

xxiii

hasilnya sudah sesuai atau belum. Jika hasilnya dinyatakan layak, maka materi tayang dikirim ke NLE untuk Quality Control dan pemotongan segmen. Lalu dari NLE baru didistribusikan ke MCR (Master Control Room) untuk disiarkan keseluruh penjuru Indonesia khususnya pelanggan televisi berbayar miliki PT. MNC Sky Vision.

Simpulan dan Saran

Dari pembahasan sesuai dengan konsep yang ada maka dapat disimpulkan bahwa proses produksi “Match Up”MNC Fashion berbeda dengan proses produksi program televisi pada umumnya seperti yang dikemukakan Fred Wibowo dan Morissan. Namun tetap, program “Match Up” melalui tahap yang sama seperti program lainnya yaitu mulai dari tahap pembentukan Ide, pra produksi, produksi dan pasca produksi. Saat pembentukan ide creative MNC Fashion mencoba untuk mengadaptasi program serupa yang pernah ditayangkan oleh jaringan televisi internasional E! Entertainment. Namun dengan kreatifitas yang ada mereka mencoba untuk membuatnya dengan format yang sedikit berbeda.

Pada tahap pra produksi program “Match Up”, creative mengalami permasalahan waktu yang padat sehingga kurangnya riset untuk materi program. Mereka hanya mengandalkan informasi yang mereka temukan di internet. Selain itu juga dalam tahap pra produksi, tidak perlu persiapan yang rumit seperti rapat, teknis, atau perizinan. Tim produksi “Match Up” hanya membutuhka script yang baik dan materi yang lengkap dan jelas.

Untuk tahap produksi didapatkan perbedaan yang sangat signifikan dimana untuk program “Match Up” tidak perlu melakukan proses shooting karena subyek yang dituju sangat sulit untuk dijangkau. Jadi production assistant hanya perlu memilih materi apa saja yang harus dikumpulkan dan mengunduhnya. Setelah itu naskah voice over diberikan kepada pengisi suara melalui surat elektronik, dan data rekamannya pun dikirim melalui email.

Tahap pasca produksi “Match Up” tidak jauh berbeda dengan proses editing pada program televisi lainnya. Dimana ada tahap editing offline yaitu untuk memilih materi mana saja yang layak dan berguna untuk proses editing selanjutnya. Lalu masuk ke tahap editing online dimana materi yang sudah terpilih disatukan sesuai dengan susunan dalam naskah. Lalu masuk tahap mixing untuk menambah item-item guna melengkapi materi tayang, seperti suara, teks, dan efek.

1. Saran Akademis

Untuk membuat laporan tugas akhir diusahakan untuk selalu disiplin dalam pengerjaan. Selain itu juga dalam melakukan penelitian harus teliti dan jujur karena dengan penelitian yang benar maka dengan sendirinya mengerti dan siap terhadap materi yang ada.

2. Saran Praktis

Untuk perkembangan program “Match Up”, mungkin MNC Fashion harus berani untuk sesekali mengangkat artis Indonesia. Karena tidak dipungkiri hal tersebut akan menjadi nilai jual bagi program ini yang kemungkinan bisa menarik target audience yang lebih luas. Selain itu juga perubahan format harus dicoba untuk menghindari kejenuhan terhadap program “Match Up”.

(24)

xxiv Referensi

Buku :

Ardianto, E., Komala, L., & Karlinah, S. (2009). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Edit Revisi). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inqury & Research Design. California: Sage Publications, Inc.

Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Moleong, L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif (Revisi Cetakan ke-22).

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Morissan, M. (2011). Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Prenada Media Group.

Rukmananda, N. (2004). Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Grasindo.

Ruslan, R. (2003). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stokes, J. (2007). How To Do Media and Cultural Studies (terjemahan : cetakan ke-2). Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, B., & Sutinah. (2005). Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan . Jakarta: Kencana.

Wibowo, F. (2009). Teknik Produksi Program Televisi (cetakan 3). Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Website:

KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). (t.thn.). Konvergensi Media dan Regulasi Konten. Dipetik July 25, 2013, dari Komisi Penyiaran Indonesia: http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/24-dunia-penyiaran/31127-konvergensi-media-dan-regulasi-konten

MNC Channel. (t.thn.). Dipetik Maret 2013, dari MNC Group: http://www.mncgroup.com/businesses/content/id#content

Jurnal :

Riyadi, T. (2010). Mengkaji Karakteristik Media Televisi untuk Memudahkan Merancang Komunikasi Visual yang Tepat. Humaniora Vol.1 No. 2 , 707. Sulistyowati, F. (2006). Organisasi Profesional Jurnalis dan Kode Etik

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4-8 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas model 3D pada PhotoModeler Scanner Pengambilan sudut yang kecil ini disebabkan oleh adanya halangan untuk mengambil data

Pada Tabel 15 terlihat bahwa karakteristik petani yang berhubungan nyata dan positif dengan persepsi petani terhadap varietas padi dari aspek keunggulan teknis

NTP-Padi terhadap biaya produksi dan barang modal juga menunjukan penurunan (koefisien regressi -0,22), yang mengindikasikan bahwa dalam periode tahun 2006-2008 laju peningkatan

  Hipertensi  pada  usia  lanjut  mempunyai  ciri  khas  tersendiri  sebagai  salah  satu  faktor  risiko  kejadian  kardiovaskuler,  serebrovaskuler 

Barbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat akan menyebabkan hambatan pada reseptor GABA pada sistem saraf pusat, barbiturat menekan

Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Yendrawati (2013), Sari dan Banu (2014) serta Surastiani dan Bestari (2015) yang menyatakan kapasitas sumber daya

Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki

Setelah kotak suara dibuat, dalam modus siaga, tekan terus 1; atau pilih Menu > Pesan > Pesan suara > Dengarkan pesan suara untuk membuat panggilan ke nomor