• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Desain Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan kesejahteraan keluarga di wilayah pesisir. Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 1999; Babbie 2004).

Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan, serta tempat dan waktu penelitian, penelitian ini termasuk dalam metode survei (Nazir 1999). Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil contoh dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun 1989; Touliatos dan Compton 1988).

Adapun menurut dimensi waktu, desain penelitian ini merupakan cross-sectional survey. Dalam hal ini informasi dikumpulkan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik umum dari contoh, mengidentifikasi perbedaan antar kelompok, atau untuk menaksir hubungan antar variabel dalam contoh pada saat penelitian dilakukan (Touliatos dan Compton 1988).

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah pesisir Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat memiliki dua wilayah pesisir, yaitu pesisir Pantai Utara dan Pantai Selatan. Wilayah pesisir Pantai Utara (pantura) Jawa Barat meliputi lima kabupaten dan satu kota, yaitu: Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, dan Kota Cirebon. Sedangkan wilayah pesisir Pantai Selatan (pansela) mencakup lima kabupaten, yaitu: Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis,

Sebagai representasi dari kedua wilayah pesisir tersebut, dipilih masing-masing dua kabupaten sebagai lokasi penelitian. Kabupaten yang mewakili karakteristik pantura dipilih Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Sedangkan Kabupaten Sukabumi dan Ciamis mewakili karakteristik pansela. Kabupaten-kabupaten tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena alasan sebagai berikut:

(2)

1) Memiliki banyak desa pesisir. Kabupaten yang memiliki banyak desa pesisir diasumsikan memiliki banyak nelayan dan aktivitas perikanan. Kabupaten yang memiliki persentase desa pantai terbanyak di Jawa Barat berturut-turut adalah: Kabupaten Indramayu (11,94 persen), Cirebon (8,25 persen), Sukabumi (6,71 persen), dan Ciamis (4,93 persen).

2) Terdapat aktivitas perikanan laut yang cukup besar. Aktivitas perikanan laut dapat diketahui dari volume produksi penangkapan ikan laut. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, produksi perikanan laut di pantai utara pada Tahun 2005 paling tinggi dikontribusi oleh Kabupaten Indramayu dengan volume produksi 67.338 ton atau 43,35 persen dari total produksi perikanan laut Jawa Barat yaitu 155.341,60 ton. Produksi perikanan terbesar kedua adalah Kabupaten Cirebon yang memberikan kontribusi sebesar 26,11 persen (40.554,70 ton) terhadap total produksi perikanan laut Jawa Barat. Di wilayah pesisir pantai selatan Jawa Barat, Kabupaten Sukabumi memberikan kontribusi paling besar terhadap produksi perikanan laut Jawa Barat. Pada Tahun 2005 Kabupaten Sukabumi memberikan kontribusi sebesar 6,38 persen atau 8.736,72 ton dan Kabupaten Ciamis memberikan kontribusi sebesar 1.205,68 ton atau 0,78 persen terhadap produksi perikanan laut Jawa Barat (Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2007).

Selanjutnya dari setiap kabupaten dipilih satu kecamatan yang memiliki rumah tangga nelayan relatif banyak. Kecamatan yang terpilih masing-masing adalah: Kecamatan Gebang untuk Kabupaten Cirebon, Kandanghaur untuk Kabupaten Indramayu, Pelabuhanratu untuk Sukabumi, dan Pangandaran untuk Ciamis. Dari setiap kecamatan tersebut dipilih dua desa, masing-masing mewakili desa nelayan dan desa bukan nelayan. Lokasi penelitian selengkapnya disajikan pada Tabel 6 dan peta lokasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 6 Lokasi Penelitian

No. Wilayah Pesisir Kabupaten Kecamatan Desa

1. Pantai Utara (Pantura)

Cirebon Gebang Gebang Mekar dan Gebang

Indramayu Kandanghaur Eretan Wetan dan

Kertawinangun 2. Pantai Selatan

(Pansela) Ciamis Pangandaran Pangandaran Wonoharjo dan Sukabumi Pelabuhanratu Pelabuhanratu dan Citarik

(3)

Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data melalui wawancara langsung dengan responden yang mewakili keluarga contoh yang sudah terpilih. Pengumpulan data ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2008. Selanjutnya tahap kedua adalah focus group discussion (FGD) yang dilakukan satu tahun kemudian, yaitu pada Bulan Februari 2009.

Teknik Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di wilayah pesisir Jawa Barat. Dalam penelitian ini keluarga di wilayah pesisir dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok keluarga nelayan dan bukan nelayan. Keluarga nelayan adalah keluarga yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan penangkapan ikan di laut atau mata pencaharian utama kepala keluarganya adalah nelayan. Keluarga bukan nelayan adalah keluarga yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan di luar perikanan tangkap atau kepala keluarganya memiliki mata pencaharian selain nelayan.

Pembagian populasi ke dalam dua kelompok dilakukan untuk membandingkan kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan keluarga antara keluarga nelayan dan bukan nelayan. Contoh keluarga nelayan maupun bukan nelayan diambil secara acak sederhana (simple random sampling) dari seluruh keluarga yang ada di salah satu RW di setiap desa terpilih. Alur penentuan lokasi dan contoh disajikan pada Gambar 4.

Penentuan jumlah contoh mengikuti rumus Slovin sebagai berikut:

Keterangan: n = jumlah contoh N = jumlah populasi e = error

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di empat kecamatan terpilih. Adapun jumlah keluarga yang ada di empat kecamatan terpilih adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Gebang : 16.827 KK 2. Kecamatan Kandanghaur : 22.564 KK 3. Kecamatan Pelabuhanratu : 24.194 KK 4. Kecamatan Pangandaran : 15.762 KK ) 1 ( Ne2 N n + =

(4)

Sehingga jumlah populasi adalah 78.762 KK dan jumlah contoh menurut rumus Slovin adalah sebagai berikut:

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, jumlah minimal contoh dengan jumlah populasi sebanyak 76.762 keluarga dan error enam persen adalah 276 keluarga. Guna mengantisipasi adanya kesalahan atau kekurangan data, maka contoh diambil sebanyak 280 keluarga. Dari setiap desa nelayan diambil contoh sebanyak 40 keluarga nelayan dan dari setiap desa bukan nelayan diambil contoh sebanyak 30 keluarga bukan nelayan. Dengan demikian setiap kecamatan terdapat 70 contoh keluarga, sehingga jumlah seluruh contoh dalam penelitian ini adalah 280 keluarga.

Gambar 4 Alur penentuan lokasi dan contoh penelitian

Jumlah contoh ini telah memenuhi ketentuan untuk analisis statistik baik korelasi maupun SEM (structural equation modelling). Menurut Mantra dan

Purposif Purposif Kabupaten Ciamis Purposif Kecamatan Gebang Kabupaten Sukabumi Kecamatan Palabuhanratu Desa Kertawina ngun Desa Gebang Mekar Desa Wonoharjo RW RW RW RW RW RW RW RW Purposif random Keluarga

nelayan Keluarga bukan Keluarga nelayan Keluarga nelayan nelayan Keluarga bukan nelayan Keluarga bukan nelayan Kabupaten

Cirebon Kabupaten Indramayu

Provinsi Jawa Barat

Pantai utara Pantai selatan

Kecamatan Kandanghaur

Kecamatan Pangandaran

Desa

Gebang Eretan Desa Wetan Kel. Palabuhan ratu Desa Citarik Desa Pangan daran Keluarga

nelayan Keluarga bukan nelayan 280 276 ) % 6 78762 1 ( 78762 ) 1 ( + 2 = + 2 = ≈ = x Ne N n

(5)

Kasto (1989), agar data dapat dianalisis dengan statistik parametrik, maka jumlah contoh harus besar atau jumlahnya lebih besar dari 30 kasus. Jika analisis yang dipakai adalah teknik korelasi, contoh yang diambil minimal 30 kasus. Namun bilamana teknik analisis yang digunakan adalah untuk membandingkan antar kelompok, maka jumlah contoh untuk setiap sel dalam rancangan analisis harus 30 kasus. Sementara itu Sugiyono (2007) menyatakan bahwa ukuran contoh untuk menganalisis data dengan SEM minimal 100. Adapun menurut Solimun (2002), penentuan besarnya contoh untuk analisis SEM mengikuti pedoman sebagai berikut:

a. Bila pendugaan parameter menggunakan metode kemungkinan maksimum, jumlah contoh yang disarankan adalah 100 – 200, dan minimum absolutnya adalah 50.

b. Sebanyak 5 – 10 kali jumlah parameter yang ada dalam model

c. Sama dengan 5 – 10 kali jumlah variabel manifest (indikator) dari keseluruhan variabel laten.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi:

1. Karakteristik keluarga yang terdiri dari karakteristik sosio demografi dan karakteristik sosial ekonomi. Karakteristik sosio demografi mencakup: besar, tipe, dan struktur keluarga, jenis kelamin anggota keluarga, serta umur orang tua dan anggota keluarga. Sedangkan karakteristik sosial ekonomi mencakup: pendidikan istri dan anggota keluarga, pekerjaan suami-istri, pendapatan, dan aset keluarga)

2. Karakteristik usaha penangkapan (khusus untuk keluarga nelayan).

3. Struktur pengeluaran keluarga, terdiri dari pengeluaran untuk pangan dan bukan pangan

4. Kerjasama relasi gender dalam pengambilan keputusan keluarga, yang terdiri atas pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik dan kegiatan publik/kemasyarakatan.

5. Kualitas sumberdaya manusia keluarga (tingkat pendidikan dan status kesehatan seluruh anggota keluarga).

(6)

6. Tingkat pendidikan keluarga (rata-rata lama sekolah anggota keluarga yang berumur di atas 15 tahun, persentase anggota keluarga yang melek huruf, dan angka partisipasi sekolah anak usia 6 – 15 tahun).

7. Kesehatan suami-istri dan anggota keluarga (jenis penyakit yang pernah diderita serta lama sakit dan upaya penanggulangannya).

8. Tingkat kesejahteraan keluarga.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:

1. Wawancara terstruktur dengan kepala keluarga (suami dan atau isteri). Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan. Data dan informasi yang diperoleh dalam wawancara ini meliputi karakteristik keluarga yang mencakup kondisi sosio demografi dan ekonomi keluarga, yang dirasakan responden tentang kesejahteraan keluarganya, dan pola pengambilan keputusan dalam aktivitas keluarga. Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi perumahan dan lingkungan keluarga di wilayah pesisir.

2. Focus group discussion (FGD) atau diskusi dengan nara sumber yang mengerti betul tentang kondisi modal sosial di lokasi penelitian serta kebijakan tentang peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kesejahteraan keluarga. Kegiatan FGD mellibatkan tokoh masyarakat di lokasi penelitian dan diikuti oleh 10-14 orang yang terpilih.

Sementara itu data sekunder diperlukan untuk memperkaya dan menunjang analisis data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, yaitu Kantor Badan Pusat Statistik, Dinas Perikanan dan Kelautan, Kantor Kecamatan, dan Kantor Desa di lokasi penelitian. Adapun data sekunder yang dikumpulkan mencakup data keadaan umum daerah penelitian yang meliputi kondisi geografis, administratif, kependudukan, sosial budaya, prasarana dan sarana, keadaan umum perikanan tangkap, serta kebijakan pemerintah dalam hal peningkatan kesejahteraan keluarga.

Kontrol Kualitas Data

Pada pengambilan data primer, peneliti dibantu oleh delapan enumerator. Dalam rangka meminimalisir perbedaan pengisian kuesioner sebelunya dilakukan kouching untuk menyamakan persepsi. Selanjutnya dilakukan uji coba kuesioner terhadap 20 keluarga di sekitar Kampus IPB Darmaga. Uji coba ini dilakukan untuk mengevaluasi kesulitan pengisian kuesioner dan mengetahui reliabilitas dan validitas butir pertanyaan yang diajukan.

(7)

Menurut Uyanto (2006), kuesioner sebagai suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel bila memberikan hasil skor yang konsisten pada setiap pengukuran. Kegunaan dari analisis reliabilitas adalah sebagai berikut: 1) Dapat mengetahui hubungan antar butir-butir pertanyaan dalam kuesioner, 2) Mendapatkan nilai alpha Cronbach yang merupakan indeks konsistensi internal dari skala pengukuran secara keseluruhan, 3) Mengidentifikasi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang bermasalah dan harus direvisi atau harus dihilangkan.

Pada penelitian ini analisis reliabilitas menggunakan koefisien alpha Cronbach. Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Alpha Cronbach minimal 0,70 (Nunnaly 1978; Nunnaly & Bernstein 1994, diacu dalam Uyanto 2006). Alpha Cronbach dapat diinterpretasikan sebagai korelasi dari skala yang diamati dengan semua kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan menggunakan jumlah butir pertanyaan yang sama.

Butir pertanyaan yang dilakukan analisis Alpha Cronbach hanya meliputi pertanyaan tentang relasi gender dan kesejahteraan keluarga. Lampiran 2 memperlihatkan hasil uji reliabilitas dari pertanyaan mengenai relasi gender yang memberikan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,893 untuk pengambilan keputusan kegiatan domestik dan 0,692 untuk pengambilan keputusan kegiatan publik serta hasil uji reliabilitas dari indikator kesejahteraan yang bersifat kualitatif dengan kisaran nilai 0,286 sampai dengan 0,645.

Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan atas kerangka pemikiran penelitian. Pengukuran variabel penelitian disesuaikan untuk menjawab tujuan penelitian. Variabel penelitian dan pengukurannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Relasi gender atau kerjasama dalam pengambilan keputusan keluarga dibedakan atas pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik dan kegiatan publik/kemasyarakatan. Pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik terdiri atas 12 butir pertanyaan yang menyangkut siapa pengambil keputusan dalam berbagai kegiatan keluarga. Setiap butir pertanyaan disediakan lima jawaban yakni: (1) Istri saja, (2) Dominan istri, (3) Istri dan suami bersama-sama, (4) Dominan suami, dan (5) Suami saja. Selanjutnya jawaban responden diberikan skor sebagai berikut:

(8)

a. Skor 1 = jika jawaban nomor (1) istri saja atau (5) suami saja.

b. Skor 2 = jika jawaban nomor (2) dominan istri atau (4) dominan suami c. Skor 3 = jika jawaban nomor (3) atau keputusan diambil bersama-sama

oleh istri dan suami

Kemudian skor dijumlahkan dan diperoleh skor total minimal 12 dan maksimal 36. Hasil skor total tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori dengan menggunakan rumus interval kelas sebagai berikut:

Sehingga diperoleh kelompok sebagai berikut:

Berdasarkan rumus tersebut, kerjasama gender dalam pengambilan keputusan kegiatan domestik dikategorikan menjadi:

a. Kerjasama rendah dengan skor < 20 b. Kerjasama sedang, dengan skor = 20 – 28 c. Kerjasama tinggi, dengan skor > 28

2. Pola pengambilan keputusan dalam kegiatan publik/kemasyarakatan, hanya diukur dengan menggunakan enam butir pertanyaan, dengan lima jawaban seperti pada pola pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik. Oleh karena jumlah pertanyaan hanya enam butir, maka skor yang dapat diperoleh oleh contoh minimal enam dan maksimal 18. Dengan menggunakan kelas interval, pengelompokan pola pengambilan keputusan dalam kegiatan publik/ kemasyarakatan adalah sebagai berikut:

a. Kerjasama rendah, dengan skor < 10 b. Kerjasama sedang, dengan skor = 10 - 14 c. Kerjasama tinggi, dengan skor > 14

3. Relasi gender dalam pengambilan keputusan keluarga merupakan komposit dari tingkat kerjasama dalam pengambilan keputusan domestik dan publik/ kemasyarakatan. Oleh karena kedua ukuran tersebut tidak sama, maka masing-masing skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus sebagai berikut:

Dengan demikian dihasilkan dua indeks yaitu indeks kerjasama kegiatan domestik dan indeks kerjasama kegiatan publik/kemasyarakatan.

skor tertinggi – skor terendah Interval kelas =

jumlah kelas yang diinginkan

skor yang dicapai – skor terendah

Indeks = ___________________________________________ x 100 skor tertinggi – skor terendah

(9)

Selanjutnya indeks relasi gender diperoleh dari rata-rata indeks kerjasama dalam pengambilan keputusan domestik dan publik/kemasyarakatan. Indeks relasi gender dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Kerjasama rendah, dengan indeks < 33,3 b. Kerjasama sedang, dengan indeks 33,3 – 66,6 c. Kerjasama tinggi, dengan indeks > 66,6

4. Kualitas sumberdaya manusia dalam keluarga, diukur dari dua parameter, yaitu parameter pendidikan dan kesehatan. Kualitas sumberdaya manusia dalam keluarga dinyatakan dengan merata-ratakan indeks pendidikan keluarga dan indeks kesehatan keluarga.

5. Indeks pendidikan keluarga, diukur dengan tiga hal, yaitu angka melek huruf dalam keluarga, rata-rata lama sekolah anggota keluarga yang berumur di atas 15 tahun, dan angka partisipasi sekolah anggota keluarga usia 6 – 15 tahun. Angka melek huruf diukur dari persentase jumlah anggota keluarga berusia lebih dari 15 tahun yang bisa membaca dan menulis huruf latin. Sementara itu rata-rata lama sekolah (RLS) diukur dari rata-rata lama tahun sekolah seluruh anggota keluarga yang dinyatakan dalam tahun. Selanjutnya rata-rata lama sekolah dijadikan indeks RLS dengan cara sebagai berikut:

6. Indeks kesehatan diukur dari persentase lama hari sehat yang dimiliki oleh seluruh anggota keluarga dalam waktu satu bulan.

7. Tingkat kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan enam indikator, yaitu a) Indikator yang dikeluarkan oleh World Bank yaitu pendekatan pendapatan per kapita US$1 per hari dan US$2 per hari, b) Indikator garis kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS (kecukupan pangan dan non pangan), c) Kriteria rumah tangga miskin yang digunakan untuk menentukan sasaran BLT, d) Indikator keluarga sejahtera menurut BKKBN, e) Indikator miskin alasan ekonomi (Alek) yang juga dikeluarkan oleh BKKBN, dan f) Indikator kemiskinan sosial metrik yang dipergunakan oleh The Foundation for International Community Assistance (FINCA).

a. Indikator BPS (kecukupan kalori: pangan dan bukan pangan). Dalam mengukur kemiskinan dengan indikator ini menggunakan pendekatan pengeluaran per kapita perbulan dibandingkan dengan garis kemiskinan yang sudah ditetapkan. Garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat pada

100 0 15 0 x RLS IRLS − − =

(10)

Bulan Maret 2008 untuk daerah perdesaan menurut BPS dalam Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Universitas Padjadjaran (2008) adalah Rp 155.367,00 per kapita per bulan. Garis kemiskinan ini terdiri dari garis kemiskinan makanan Rp 120.247,00 per kapita per bulan dan garis kemiskinan non makanan Rp 35.120,00 per kapita per bulan. Selanjutnya keluarga dibedakan atas tiga kategori menurut tingkat kemiskinan, yaitu:

i. Miskin, jika pengeluaran per kapita per bulan < garis kemiskinan ii. Hampir miskin jika pengeluaran per kapita antara 100-125 persen

garis kemiskinan

iii. Hampir tidak miskin jika pengeluaran per kapita lebih besar dari 125 – 150 persen garis kemiskinan

iv. Tidak miskin jika pengeluaran per kapita lebih besar dari 150 persen garis kemiskinan.

b. Kriteria rumah tangga miskin penerima BLT menurut BPS terdiri dari 14 kriteria. Jika keluarga memenuhi satu kriteria maka mendapatkan skor 1, sebaliknya jika tidak memenuhi memperoleh skor nol. Dengan demikian skor yang memungkinkan untuk diperoleh keluarga contoh adalah antara nol sampai dengan 14. Berdasarkan kriteria tersebut, keluarga dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:

i. Sangat miskin, jika skor > 13 ii. Miskin, jika skor 11 - 13 iii. Hampir miskin, jika skor 9 – 10 iv. Tidak miskin, jika skor < 9

c. Berdasarkan indikator keluarga sejahtera menurut BKKBN, keluarga dikelompokkan menjadi:

i. Keluarga pra sejahtera, jika tidak memenuhi kriteria keluarga sejahtera I (pra KS)

ii. Keluarga sejahtera I (KS I) jika memenuhi enam kriteria KS I

iii. Keluarga sejahtera II (KS II) jika memenuhi kriteria KS I plus delapan kriteria KS II

iv. Keluarga sejahtera III (KS III) jika memenuhi 14 kriteria KS II plus lima kriteria KS III

(11)

v. Keluarga sejahtera III plus (KS III plus) jika memenuhi 19 kriteria KS III plus dua kriteria (Lampiran 4).

Dengan pengelompokan tersebut, keluarga dikatakan miskin jika termasuk dalam keluarga pra KS dan KS I. Keluarga pra KS dan KS I merupakan keluarga miskin ditinjau dari segi ekonomi maupun sosial (pendidikan, keagamaan, kesehatan). Disamping itu BKKBN juga menyusun kriteria keluarga miskin karena alasan ekonomi, yakni keluarga yang memenuhi enam kriteria yang terkait dengan masalah ekonomi. d. Indikator sosial metrik. Indikator ini meliputi delapan butir pernyataan,

yang masing-masing pernyataan memiliki empat pilihan jawaban dengan skor 1 sampai dengan 4. Oleh karenanya minimal total skor adalah 8 dan maksimal 32. Selanjutnya berdasarkan skor yang diperoleh, keluarga dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

i. Sangat miskin, dengan skor 24 – 32 ii. Miskin, dengan skor 16 – 23

iii. Tidak miskin, dengan skor 8 - 15

Indikator kesejahteraan keluarga selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai dengan Lampiran 5. Secara ringkas variabel penelitian dan pengukurannya disajikan pada Tabel 7.

Analisis Data

Sebelum dilakukan analisis, dilakukan editing dan koding terhadap data yang sudah dikumpulkan. Selanjutnya data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun analisis yang digunakan adalah:

1. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik keluarga nelayan dan bukan nelayan di wilayah pantura dan pansela.

2. Perbedaan antara karaketristik keluarga nelayan dan bukan nelayan diuji dengan menggunakan uji-t dua sampel independen (independent-samples t test) untuk data-data rasio seperti: umur, besar keluarga, pendapatan dan pengeluaran keluarga. Uji ini juga digunakan untuk menganalisis perbedaan antara karakteristik keluarga nelayan di pantura dan pansela Jawa Barat. Sementara untuk membedakan karakteristik keluarga antar kelompok (empat kelompok), yaitu kelompok nelayan pantura, bukan nelayan pantura, nelayan pansela, dan bukan nelayan pansela digunakan uji Anova.

Karakteristik keluarga yang menggunakan data ordinal, uji beda dilakukan dengan Mann-Whitney U-test dan Kruskall Wallis. Uji-t dua sampel

(12)

independent dan Mann-Whitney U-test dioperasikan dengan menggunakan software SPSS versi 17.0.

Tabel 7 Variabel penelitian dan pengukurannya

No Variabel Ukuran Skala data

1. Karakteristik sosial

demografi keluarga

- Jenis kelamin kepala keluarga (1= laki-laki, 2=

perempuan) nominal

- Umur ayah dan ibu (tahun) rasio

- Besar keluarga (orang) rasio

‐ Tipe keluarga (0= keluarga inti, 1= keluarga

luas) nominal

‐ Pendidikan ayah dan ibu (tahun) rasio 2. Karakteristik

sosial ekonomi keluarga

- Pekerjaan ayah dan ibu nominal

- Aset keluarga (jenis dan nilai rupiah) rasio - Pendapatan keluarga (Rp/bulan) rasio ‐ Pendapatan per kapita keluarga

(Rp/kapita/bulan) rasio

3. Pola pengeluaran keluarga

- Pengeluaran keluarga (Rp per bulan) rasio ‐ Pengeluaran perkapita keluarga

(Rp/kapita/bulan) rasio

4. Relasi gender ‐ Pengambil keputusan dalam aktivitas domestik

(skor dari 12 butir pertanyaan) Interval - Pengambil keputusan dalam aktivitas publik/

kemasyarakatan (skor dari enam butir

pertanyaan) Interval

‐ Indeks relasi gender rasio

5. Tingkat pendidikan keluarga

- Jumlah anggota keluarga yang melek huruf

(persentase) rasio

- Rata-rata lama sekolah seluruh anggota

keluarga yang berusia 15 tahun ke atas (tahun) rasio - Tingkat pendidikan keluarga (indeks) rasio 6. Tingkat

kesehatan keluarga

‐ Jumlah anggota keluarga yang pernah

menderita sakit selama sebulan terakhir (orang) rasio ‐ Jumlah hari sakit seluruh anggota keluarga

selama satu bulan terakhir (hari) rasio

‐ Tingkat kesehatan (indeks) rasio

7. Kesejahteraan

keluarga ‐ Indikator World Bank US$1 per hari dan US$2per hari rasio ‐ Indikator BPS (garis kemiskinan kecukupan

pangan dan non pangan) rasio

‐ Indikator BPS (kriteria rumah tangga miskin

BLT) (skor dari 14 butir pertanyaan) interval ‐ Indikator BKKBN (skor dari 21 butir pertanyaan) interval ‐ Miskin alasan ekonomi BKKBN (skor dari enam

butir pertanyaan) interval

‐ Indikator sosial metrik (skor dari delapan butir

pertanyaan) interval

3. Kualitas SDM keluarga dianalisis dengan menggabungkan indikator kesehatan dan pendidikan. Indikator kesehatan diukur dari tingkat kesehatan suami, istri, anak dan anggota keluarga lain. Tingkat kesehatan diukur dari

(13)

rata-rata lama hari sehat seluruh anggota keluarga selama satu bulan terakhir. Indikator pendidikan diukur dari ada tidaknya anggota keluarga yang buta huruf, rata-rata lama sekolah anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas, dan angka partisipasi sekolah dari anak usia sekolah.

4. Tingkat kesejahteraan keluarga dianalisis dengan menggunakan indikator BPS (garis kemiskinan berdasarkan kecukupan pangan dan non pangan serta kriteria rumah tangga miskin penerima BLT), BKKBN, dan socio metric. 5. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap relasi gender dan kualitas sumberdaya manusia dalam keluarga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap relasi gender: α

Keterangan:

Y = Indeks relasi gender

α = Konstanta β1-9 = Koefisien regresi

X1 = Besar keluarga (jiwa)

X2 = Umur istri (th)

X3 = Pendidikan istri (tahun)

X4 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

X5 = Kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga (%)

X6 = Aset (Rp juta)

X7 = Pengeluaran keluarga

X8 = Persepsi peran gender (nominal)

= Koefisien dummy D1 = Wilayah tempat tinggal:

D1 = 0 untuk pantura D1 = 1 untuk pansela

D2 = mata pencaharian kepala keluarga: D2= 0 untuk nelayan

D2= 1 untuk bukan nelayan

D3 = Tipe keluarga

D3 = 0 untuk keluarga inti D3= 1 untuk keluarga luas ε = Error

b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas SDM: α

Keterangan:

Y = Indeks kualitas SDM

α = Konstanta β1-9 = Koefisien regresi

(14)

X1 = Besar keluarga (jiwa)

X2 = Umur istri (th)

X3 = Pendidikan istri (tahun)

X4 = Aset keluarga (Rp)

X5 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

X6 = Persentase pengeluaran keluarga untuk kesehatan

X7 = Persentase pengeluaran keluarga untuk pendidikan

X8 = Persepsi peran gender (nominal)

X9 = Indeks kerjasama dalam kegiatan domestik

X10 Indeks kerjasama dalam kegiatan publik/kemasyarakatan

= Koefisien dummy D1 = Wilayah tempat tinggal:

D1 = 0 untuk pantura D1 = 1 untuk pansela

D2 = Mata pencaharian kepala keluarga: D2= 0 untuk nelayan

D2= 1 untuk bukan nelayan

D3 = Tipe keluarga

D3 = 0 untuk keluarga inti D3= 1 untuk keluarga luas ε = Error

6. Analisis regresi logistik digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

1

Keterangan:

p = Peluang untuk sejahtera (sejahtera=1, tidak sejahtera =0)

β1-9 = Koefisien regresi

X1 = Besar keluarga (jiwa)

X2 = Umur suami (th)

X3 = Pendidikan suami (tahun)

X4 = Aset keluarga (Rp)

X5 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

X6 = Pengeluaran keluarga (Rp/bulan)

X7 = Persepsi peran gender (nominal)

X8 = Indeks kerjasama dalam kegiatan domestik

X9 = Indeks kerjasama dalam kegiatan publik/kemasyarakatan

X10 = Indeks pendidikan

X11 = Indeks kesehatan = Koefisien dummy

D1 = Wilayah tempat tinggal:

D1 = 0 untuk pantura

D1 = 1 untuk pansela

D2 = Mata pencaharian kepala keluarga:

D2= 0 untuk nelayan

(15)

D3 = Tipe keluarga

D3 = 0 untuk keluarga inti

D3= 1 untuk keluarga luas ε = Error

7. Analisis Structural Equation Model (SEM) untuk menganalisis pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari wilayah, karakteristik keluarga, dan relasi gender terhadap kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan keluarga. Analisis SEM dioperasikan dengan software LISREL 8.8 for student (Wijanto 2008). Berikut adalah persamaan SEM:

η = βη + Γξ +ζ

Keterangan:

η = Eta, yaitu vektor dari variabel endogenous

β = Beta, matriks koefisien yang menggambarkan efek dari variabel endogenous ke variabel endogenous lainnya

Γ = Gamma, matriks koefisen yang menggambarkan efek dari variabel eksogenous ke variabel eksogenous lainnya

ξ = Xi vektor dari variabel eksogenous, ζ = Zeta, yaitu vektor dari residual atau error

Model yang dibangun dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 5. Selanjutnya model diuji kecocokannya dengan ukuran seperti pada Tabel 8.

Gambar 5 Model Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Keluarga di wilayah Pesisir

φ21 β52 λy52 λy42 λy31 λy21 λy11 λx11 λy43 λy33 λy22 λy11 Wilayah ξ1 Sos-dem keluarga η1 Ekonomi keluarga η2 X1 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Relasi Gender η3 Kualitas SDM η4 Y6 Y7 Ksejahteraan Keluarga η5 Y8 Y9 γ51 γ31 γ41 β51 β42 β41 β32 β31 β53 β54 ψ11 φ21

(16)

Keterangan:

X1 = Wilayah (0= Pantura; 1= Pansela)

Y1 = Besar keluarga (jiwa)

Y2 = Pendidikan kepala keluarga (tahun)

Y3 = Matapencaharian KK (0=nelayan; 1=bukan nelayan)

Y4 = Aset keluarga (Rp)

Y5 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

Y6 = Indeks relasi gender

Y7 = Indeks relasi gender

Y8 = Indikator BPS (0=Miskin; 1=tidak miskin)

Y9 = Indikator Sosial metrik (0=Miskin; 1=tidak miskin)

Tabel 8 Uji Kecocokan model dalam SEM

No. Ukuran Good of Fit Target-tingkat kecocokan

1. Chi-square Nilai yang kecil

2. Root Mean Square Error of

Approximation (RMSEA)

RMSEA ≤ 0,08

3. p (close fit) p ≥ 0,50

4. Normed Fit Index (NFI) NFI ≥ 0,90 5. Goodness of Fit Index (GFI) GFI ≥ 0,90 6. Adjusted Goodness of Fit Index AGFI AGFI ≥ 0,90 Sumber: Wijanto (2008).

Definisi Operasional

Istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini antara lain:

1. Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau keseluruhan bangunan yang memiliki hubungan darah atau hubungan akibat perkawinan. Dalam penelitian ini keluarga juga sekaligus merupakan rumah tangga,

2. Nelayan adalah orang yang matapencahariannya melakukan penangkapan ikan.

3. Nelayan pemilik (juragan) adalah nelayan yang memiliki perahu atau alat tangkap.

4. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja pada nelayan pemillik karena tidak memiliki peralatan (perahu atau alat tangkap) sendiri.

5. Keluarga nelayan adalah keluarga yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan penangkapan ikan.

6. Keluarga bukan nelayan adalah keluarga yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan selain penangkapan ikan di laut.

7. Aset keluarga adalah nilai asset yang dimiliki oleh keluarga yang dinilai dengan harga asset sekarang (pada saat penelitian dilakukan), dinyatakan dalam rupiah.

(17)

8. Sumberdaya manusia (SDM) dalam keluarga adalah seluruh anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, atau anggota keluarga yang lain. 9. Angka melek huruf adalah angka yang menunjukkan proporsi anggota

keluarga usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau lainnya (dinyatakan dalam persen).

10. Rata-rata lama sekolah menunjukkan jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani (dinyatakan dalam tahun sekolah). 11. Status kesehatan keluarga dihitung dari jumlah seluruh hari sehat selama

satu bulan dari seluruh anggota keluarga (dinyatakan dalam skor).

12. Pendapatan keluarga adalah penjumlahan dari pendapatan seluruh anggota keluarga baik dari kegiatan perikanan maupun yang lainnya (dinyatakan dalam rupiah per bulan).

13. Pendapatan per kapita adalah pendapatan keluarga dibagi dengan besar keluarga (dinyatakan dalam rupiah per kapita per bulan).

14. Pengeluaran keluarga adalah penjumlahan dari seluruh pengeluaran baik untuk pangan maupun untuk keperluan lainnya yang dikeluarkan rumah tangga selama satu bulan (dinyatakan dalam rupiah per bulan).

15. Pengeluaran per kapita merupakan rata-rata pengeluaran untuk setiap orang anggota rumah tangga atau hasil bagi dari pengeluaran rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga (dinyatakan dalam rupiah per kapita per bulan).

16. Pengeluaran untuk pangan adalah proporsi pengeluaran yang dipergunakan untuk mengkonsumsi makanan dibandingkan dengan total pengeluaran rumah tangga (dinyatakan dalam rupiah per bulan dan persentase terhadap total pengeluaran).

17. Pengeluaran untuk bukan pangan adalah proporsi pengeluaran yang dipergunakan untuk mengkonsumsi barang dan jasa selain pangan dibandingkan dengan total pengeluaran rumah tangga (dinyatakan dalam rupiah per bulan dan persentase terhadap total pengeluaran).

18. Relasi gender adalah kerjasama antara suami dan istri dalam pengambilan keputusan keluarga yang terbagi atas kegiatan domestik dan kegiatan publik/kemasyarakatan (dinyatakan dengan indeks). Semakin tinggi indeks relasi gender menunjukkan semakin besar kerjasama antara suami dan istri

(18)

dalam pengambilan keputusan artinya pengambilan keputusan dibuat bersama-sama antara suami dan istri.

19. Modal sosial di dalam penelitian ini merupakan hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan keluarga contoh.

20. Tingkat kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga dibandingkan dengan indikator kemiskinan dan atau kesejahteraan yang sudah ditentukan (World Bank, BPS, BKKBN, dan social metric). Kategori kesejahteraan mengikuti aturan dari indikator tersebut.

21. Indikator kesejahteraan menurut World Bank yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari indikator World Bank US$1 per hari dan US$2 per hari. Dalam hal ini kesejahteraan diukur melalui pendekatan pendapatan. Jika pendapatan perkapita keluarga kurang dari US$1 per hari maka keluarga tersebut termasuk miskin. Pada penelitian ini menggunakan kurs pada tahun 2008 yaitu Rp 9.000,00 per US$1.

22. Indikator kesejahteraan BPS yang digunakan dalam penelitian ini mencakup garis kemiskinan yang ditetapkan BPS berdasarkan kebutuhan kalori dan 14 kriteria rumah tangga miskin yang dikeluarkan oleh BPS untuk menentukan sasaran penerima bantuan langsung tunai (BLT). Kriteria selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

23. Indikator BKKBN terdiri dari dua jenis, yaitu indikator keluarga sejahtera dan indikator miskin alasan ekonomi (alek). Indikator keluarga sejahtera dan miskin alasan ekonomi (alek) dari BKKBN disajikan pada Lampiran 4.

24. Indikator sosial metrik terdiri atas delapan butir pertanyaan. Matrik sosial metrik yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Lampiran 5.

Gambar

Tabel 6  Lokasi Penelitian
Gambar 4  Alur penentuan lokasi dan contoh penelitian
Tabel 7  Variabel penelitian dan pengukurannya
Gambar 5    Model Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap  Kesejahteraan Keluarga di wilayah Pesisir
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian di atas dapatlah diketahui bahwa tenaga kerja yaitu meliputi penduduk yang berusia 10 tahun keatas, baik yang sudah bekerja maupun yang

Berpedoman pada latar belakang penelitian di atas, yang menjadi pernyataan masalah ( Problem Statement) dalam penelitian ini adalah: kinerja pegawai pada Sub

Di UBAYA perlakuan perpajakan atas gaji sudah mengikuti aturan yang berlaku, dimana bagi pegawai tetap mendapat fasilitas pengurangan yang diperbolehkan berupa Biaya Jabatan,

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami kenaikan didorong oleh masih menunjukkan penguatan nilai tukar

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU SUAMI DALAM PENCEGAHAN PAPARAN ASAP ROKOK PADA IBU HAMIL YANG ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015.. Di

Berdasarkan Analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah melalui lembaga Mediasi Perbankan di atas, sebelum

Pembahasan studi ini menjelaskan, permohonan hak cipta atas kekayaan intelektual secara elektronik dapat dilakukan secara elektronik dengan terlebih dahulu

sebagaimana fungsinya, media sebagai suatu alat unuk menyampaikan pesan- pesan komunikasi (informasi). Kegiatan ini dilakukan oleh komunikator untuk diampaikan kepada