Alhamdulillah, akhirnya Modul Statistik Distribusi dan Jasa ini bisa Alhamdulillah, akhirnya Modul Statistik Distribusi dan Jasa ini bisa diselesaikan sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan. Modul ini akan diselesaikan sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan. Modul ini akan digunakan sebagai bahan ajar di Program Diploma IV (D-IV) Sekolah Tinggi digunakan sebagai bahan ajar di Program Diploma IV (D-IV) Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta. Dengan demikian Modul ini diharapkan dapat Ilmu Statistik (STIS) Jakarta. Dengan demikian Modul ini diharapkan dapat menjadi panduan dan referensi bagi dosen pengampu mata kuliah Statistik menjadi panduan dan referensi bagi dosen pengampu mata kuliah Statistik Distribusi dan Jasa sehingga dapat mempunyai kesamaan pemahaman dan tingkat Distribusi dan Jasa sehingga dapat mempunyai kesamaan pemahaman dan tingkat ke dalaman
ke dalaman dalam dalam pemberian materi kpemberian materi kuliah ini.uliah ini.
Di samping sebagai bahan ajar, modul ini juga bisa menjadi jembatan Di samping sebagai bahan ajar, modul ini juga bisa menjadi jembatan ((bridging bridging ) antara teori dan praktek karena dikemas dalam bentuk kombinasi) antara teori dan praktek karena dikemas dalam bentuk kombinasi antara teori dan aplikasinya di semua unit kerja yang ada di Kedeputian Statistik antara teori dan aplikasinya di semua unit kerja yang ada di Kedeputian Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh karenanya maka Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh karenanya maka pembahasan
pembahasan awal awal pada pada modul modul ini ini lebih lebih difokuskan difokuskan pada pada pemahaman pemahaman tentangtentang pengertian
pengertian official statisticsofficial statistics secara umum, secara umum, official statisticsofficial statistics di bidang statistik di bidang statistik distribusi dan jasa dan kedudukkan statistik distribusi dan jasa di dalam struktur distribusi dan jasa dan kedudukkan statistik distribusi dan jasa di dalam struktur organisasi Kedeputian Statistik Distribusi dan Jasa di BPS. Pembahasan organisasi Kedeputian Statistik Distribusi dan Jasa di BPS. Pembahasan selanjutny
selanjutnya disusun per bab dengan ka disusun per bab dengan kesamaan struktur pembahasan yesamaan struktur pembahasan yaitu aitu dimulaidimulai dari : (i) Arti dan Kegunaan Data, (ii) Ruang Lingkup dan Cakupan, (iii) Metode dari : (i) Arti dan Kegunaan Data, (ii) Ruang Lingkup dan Cakupan, (iii) Metode Pengumpulan
Pengumpulan Data, (iv) Jenis Data, (vData, (iv) Jenis Data, (v) ) Metode Analisa Data di Metode Analisa Data di masing-masingmasing-masing unit kerja di Kedeputian Statistik Distribusi dan Jasa BPS.
unit kerja di Kedeputian Statistik Distribusi dan Jasa BPS.
Berdasarkan isi dan cara penyajiannya, modul ini bisa digunakan bukan Berdasarkan isi dan cara penyajiannya, modul ini bisa digunakan bukan saja oleh mahasiswa Program D-IV STIS tetapi juga oleh pengguna data statistik saja oleh mahasiswa Program D-IV STIS tetapi juga oleh pengguna data statistik distribusi dan jasa yang lain. Pengguna umum (
distribusi dan jasa yang lain. Pengguna umum (users with a general interest users with a general interest )) seperti media masa, media cetak, media elektronik dan pengguna umum lainnya, seperti media masa, media cetak, media elektronik dan pengguna umum lainnya, dapat menggunakan modul ini untuk mendapatkan pengetahuan (
dapat menggunakan modul ini untuk mendapatkan pengetahuan (knowledgeknowledge)) tentang suatu topik tertentu misalnya penghitungan inflasi, defisit neraca tentang suatu topik tertentu misalnya penghitungan inflasi, defisit neraca perdagang
perdagangan an termasuk termasuk perkembangannya (perkembangannya (trend trend ) baik di tingkat daerah, provinsi) baik di tingkat daerah, provinsi maupun nasional atau antar negara di pasar
maupun nasional atau antar negara di pasar internasional.internasional.
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Pengguna dengan kepentingan bisnis (
Pengguna dengan kepentingan bisnis (users with a business interest users with a business interest )) mencakup pengambil keputusan, pengusaha dan pengguna dengan interes tertentu mencakup pengambil keputusan, pengusaha dan pengguna dengan interes tertentu bisa memanfaatkan modul ini untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang bisa memanfaatkan modul ini untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang arti dan pentingnya statistik distribusi dan jasa dalam perekonomian Indonesia. arti dan pentingnya statistik distribusi dan jasa dalam perekonomian Indonesia. Dengan memahami konsep dan definisi penting yang digunakan pada setiap unit Dengan memahami konsep dan definisi penting yang digunakan pada setiap unit kerja di statistik distribusi dan jasa, formula yang dipakai untuk penghitungan kerja di statistik distribusi dan jasa, formula yang dipakai untuk penghitungan inflasi dan formula lainnya akan sangat membantu mereka dalam pengambilan inflasi dan formula lainnya akan sangat membantu mereka dalam pengambilan keputusan penting di dalam lingkup bisnis ataupun pekerjaannya. Pengguna keputusan penting di dalam lingkup bisnis ataupun pekerjaannya. Pengguna dengan kepentingan untuk riset atau penelitian (
dengan kepentingan untuk riset atau penelitian (users users with with a a research research interest interest )) misalnya dosen, peneliti, konsultan dan peneliti pada lembaga pemerintahan misalnya dosen, peneliti, konsultan dan peneliti pada lembaga pemerintahan lainnya, mereka telah memahami metode statistik dan berbagai teori statistik lainnya, mereka telah memahami metode statistik dan berbagai teori statistik yangyang ada tetapi ingin lebih mendalami lagi bagaimana aplikasinya di dalam dunia nyata ada tetapi ingin lebih mendalami lagi bagaimana aplikasinya di dalam dunia nyata atau penelitian yang lebih konkrit, bisa menggunakan modul ini sebagai bahan atau penelitian yang lebih konkrit, bisa menggunakan modul ini sebagai bahan rujukan atau referensi.
rujukan atau referensi.
Penyusun menyadari bahwa Modul Statistik Distribusi dan Jasa ini masih Penyusun menyadari bahwa Modul Statistik Distribusi dan Jasa ini masih memerlukan banyak masukan, baik kritik maupun saran yang konstruktif dan memerlukan banyak masukan, baik kritik maupun saran yang konstruktif dan membangun dari berbagai pihak untuk penyempurnaan Modul ini. Oleh membangun dari berbagai pihak untuk penyempurnaan Modul ini. Oleh karenanya maka penyusun menerima kritik dan saran dengan senang hati dan karenanya maka penyusun menerima kritik dan saran dengan senang hati dan lapang dada.
lapang dada.
Akhirnya, penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Akhirnya, penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para
para subject matter subject matter di Kedeputian Statistik Distribusi dan Jasa, Jurusan Statistika di Kedeputian Statistik Distribusi dan Jasa, Jurusan Statistika STIS dan berbagai pihak lainnya yang telah banyak membantu sehingga Modul STIS dan berbagai pihak lainnya yang telah banyak membantu sehingga Modul Statistik Distribusi dan Jasa ini dapat tersusun dan diterbitkan sebagai bahan ajar Statistik Distribusi dan Jasa ini dapat tersusun dan diterbitkan sebagai bahan ajar di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta. Semoga Modul ini di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta. Semoga Modul ini mencapai tujuannya dan bermanfaat bagi para pembaca.
mencapai tujuannya dan bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Desember 2013 Jakarta, Desember 2013
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Bab 1. Pendahuluan 1 1.1.Pengertian Statistik Pemerintahan (official statistics) ... 1
1.2.Pentingnya Statistik Distribusi dan Jasa ... 4
1.3.Struktur Organisasi Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS ... 6
1.4.Pengorganisasian Penulisan ... 7
BAGIAN 1 – STATISTIK DISTRIBUSI
Bab 2. Statistik Perdagangan Dalam Negeri ... 102.1. Arti dan Kegunaan Data ... 10
2.2. Ruang Lingkup dan Cakupan ... 13
2.3. Metode Pengumpulan Data... 15
2.4. Jenis Data ... 18
2.5. Metode Analisa Data ... 21
Bab 3. Statistik Perdagangan Luar Negeri ... 23
3.1. Arti dan Kegunaan Data ... 23
3.2. Ruang Lingkup dan Cakupan ... 27
3.3. Metode Pengumpulan Data... 28
3.4. Jenis Data ... 35
3.5. Metode Analisa Data ... 35 DAFTAR ISI
Bab 4. Statistik Transportasi... 38
4.1. Arti dan Kegunaan Data ... 38
4.2. Ruang Lingkup dan Cakupan ... 39
4.3. Metode Pengumpulan Data... 39
4.4. Jenis Data ... 41
4.5. Metode Analisa Data ... 44
BAGIAN 2 – STATISTIK KEUANGAN, PARIWISATA,
KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI INFORMATIKA
Bab 5. Statistik Keuangan ... 505.1. Arti dan Kegunaan Data ... 50
5.2. Ruang Lingkup dan Cakupan ... 52
5.3. Metode Pengumpulan Data... 54
5.4. Jenis Data ... 54
5.5. Metode Analisa Data ... 57
Bab 6. Statistik Pariwisata... 61
6.1. Arti dan Kegunaan Data ... 61
6.2. Ruang Lingkup dan Cakupan ... 61
6.3. Metode Pengumpulan Data... 63
6.4. Jenis Data ... 64
6.5. Metode Analisa Data ... 67
Bab 7. Statistik Komunikasi dan Teknologi Informatika... 68
7.4. Jenis Data ... 73
7.5. Metode Analisa Data ... 75
BAGIAN 3 – STATISTIK HARGA
Bab 8. Statistik Harga Konsumen... 788.1. Arti dan Kegunaan Data ... 78
8.2. Ruang Lingkup dan Cakupan ... 79
8.3. Metode Pengumpulan Data... 81
8.4. Jenis Data ... 82
8.5. Metode Analisa Data ... 82
Bab 9. Statistik Statistik Harga Perdagangan Besar ... 84
9.1. Arti dan Kegunaan Data ... 84
9.2. Ruang Lingkup dan Cakupan ... 86
9.3. Metode Pengumpulan Data... 88
9.4. Jenis Data ... 88
9.5. Metode Analisa Data ... 89
Bab 10. Statistik Harga Produsen ... 94
10.1. Arti dan Kegunaan Data ... 94
10.2. Ruang Lingkup dan Cakupan ... 95
10.3. Metode Pengumpulan Data ... 96
10.4. Jenis Data ... 100
Bab 11. Statistik Harga Perdesaan... 107
11.1. Arti dan Kegunaan Data ... 107
11.2. Ruang Lingkup dan Cakupan ... 108
11.3. Metode Pengumpulan Data ... 109
11.4. Jenis Data ... 110
11.5. Metode Analisa Data ... 111
KONSEP DAN DEFINISI STATISTIK DISTRIBUSI DAN JASA ... 116
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Statistik Pemerintahan (official statistics)
Statistik Pemerintahan atau official statistics adalah statistik yang dipublikasikan oleh lembaga (instansi) pemerintah, seperti kementerian tertentu atau lembaga pemerintahan lainnya termasuk juga lembaga atau organisasi internasional. Mereka menyediakan informasi baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif di semua area atau aspek kehidupan manusia, seperti kondisi kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan hidup. Menurut OECD, Organization for Economic Cooperation and Development , official statistics atau statistik pemerintahan adalah data (statistik) yang didiseminasikan oleh suatu sistem perstatistikan nasional, misalnya Badan Pusat Statistik-BPS, dan juga badan atau lembaga lainnya yang bukan pemerintahan.
Statistik pemerintahan mengandung makna angka atau nilai statistik kuantitatif yang diterbitkan oleh instansi pemerintah atau badan resmi pemerintah lainnya. Lembaga statistik pemerintah mengumpulkan fakta-fakta seseorang (individu) atau rumah tangga, perusahaan (badan hukum) untuk mengkompilasinya dengan cara rahasia dan hanya digunakan untuk keperluan statistik.
Statistik pemerintahan (official statistics) diperlukan dalam mensikapi agenda pembangunan nasional dan global. Statistik pemerintahan mengambil peran penting d alam melahirkan informasi statistik resmi yang berkualitas tinggi. Statistik pemerintahan mampu memberikan informasi dalam analisis kebijakan pengambilan keputusan pembangunan berkelanjutan, perdamaian dan keamanan, serta untuk pengetahuan bersama. Hal tersebut menuntut keterbukaan dan transparansi, serta memerlukan kepercayaan dari masyarakat terhadap integritas sistem statistik resmi dan keyakinan terhadap ketergantungan pada statistik resmi tersebut.
Berdasarkan Komisi Statistik di PBB tahun 1994 dan ditegaskan kembali tahun 2013, official statistics harus mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut: Principle 1. Official statistics provide an indispensable element in the
information system of a democratic society, serving the Government, the economy and the public with data about the economic, demographic, social and environmental situation. To this end, official statistics that meet the test of practical utility are to be compiled and made available on an impartial basis by official statisticals agencies to honour citizens’ entitlement to public information.
“prinsip pertama memberikan pengertian pentingnya statistik pemerintah untuk melayani pemerintah dan masyarakat dengan
menghasilkan data melalui suatu lembaga yang resmi”.
Principle 2. To retain trust in official statistics, the statisticals agencies need to decide according to strictly professional considerations, including scientific principles and professional ethics, on the methods and procedures for the collection, processing, storage and presentation of statisticals data.
“prinsip kedua mensyaratkan bahwa untuk menjaga agar statistik pemerintahan tetap terpercaya maka lembaga tersebut harus mengerjakannya secara professional (termasuk etika dan kaidah ilmiah) dimulai dari proses pengumpulan, pengolahan, penyimpanan hingga penyajian data. “
Principle 3. To facilitate a correct interpretation of the data, the statisticals agencies are to present information according to scientific standards on the sources, methods and procedures of the statistics.
dengan prosedur kaidah ilmiah yang standar sehingga dapat menghasilkan interprestasi statistik yang benar”.
Principle 4. The statisticals agencies are entitled to comment on erroneous interpretation and misuse of statistics.
“prinsip keempat mengandung makna lembaga statistik berhak untuk memberikan pendapat terhadap suatu penarikan kesimpulan statistik yang salah”.
Principle 5. Data for statisticals purposes may be drawn from all types of sources, be they statisticals surveys or administrative records. Statisticals agencies are to choose the source with regard to quality, timeliness, costs and the burden on respondents.
“Prinsip kelima memberikan penekanan bahwa data yang dijadikan sumber dari suatu statistik harus mempertimbangkan kualitas, waktu, biaya dan beban dari responden”.
Principle 6 . Individual data collected by statisticals agencies for statisticals compilation, whether they refer to natural or legal persons, are to be strictly confidential and used exclusively for statisticals purposes.
“Prinsip keenam mensyaratkan bahwa data responden yang digunakan dalam statistik pemerintah harus dijaga kerahasiaannya dan hanya digunkan untuk kegiatan statistik”.
Principle 7 . The laws, regulations and measures under which the statisticals systems operate are to be made public.
“Prinsip ketujuh sebagai dasar dari peraturan dan undang-undang statistik bahwa undang-undangnya bersifat terbuka dan dapat diketahui umum”.
Principle 8. Coordination among statisticals agencies within countries is essential to achieve consistency and efficiency in the statisticals system.
“Prinsip kedelapan mengandung makna perlunya setiap lembaga statistik pemerintah saling bekerjasama untuk menjamin sistem yang digunakan konsisten dan efisien”.
Principle 9. The use by statisticals agencies in each country of international concepts, classifications and methods promotes the consistency and efficiency of statisticals systems at a ll official levels.
“Prinsip kesembilan mengadung pengertian bahwa semua konsep, klasifikasi dan metode statistik yang digunakan setiap negara harus konsisten dan efisien dalam semua lingkup level statistik pemerintah”.
Principle 10. Bilateral and multilateral cooperation in statistics contributes to the improvement of systems of official statistics in all countries. “Prinsip kesepuluh memberikan jalan hubungan kerjasama antar lembaga statistik pemerintah untuk mengembangkan sistem statistik pemerintah”.
1.2. Pentingnya Statistik Distribusi dan Jasa
Pembangunan merupakan suatu proses untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan asumsi adanya stabilitas perekonomian sebagai prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat. Peningkatan kesejahteraan rakyat dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Stabilitas perekonomian sangat penting untuk
memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi.
Stabilitas ekonomi makro dicapai ketika hubungan variabel ekonomi makro yang utama berada dalam keseimbangan, misalnya antara permintaan domestik
keseimbangan yang sangat tepat. Ketidakseimbangan fiskal dan neraca pembayaran misalnya tetap sejalan dengan stabilitas ekonomi asalkan dapat dibiayai secara berkesinambungan. Perekonomian yang tidak stabil menimbulkan biaya yang tinggi bagi perekonomian dan masyarakat. Ketidakstabilan akan menyulitkan masyarakat, baik rumah tangga maupun swasta. Ketidakstabilan, semisal pasokan barang berkurang akan menyebabkan harga meningkat (inflasi), beban terberat akibat inflasi yang tinggi akan dirasakan oleh penduduk miskin
yang mengalami penurunan daya beli.
Perencanaan pembangunan dan evaluasi pembanguan memerlukan gambaran (potret) hubungan variabel variabel ekonomi yang terjadi. Hubungan variabel yang dipotret secara akurat, terpercaya dan mutakhir akan menghasilkan perencanaan dan evaluasi pembangunan yang lebih terarah dan mencapai tujuan
yang diharapkan. Peran statistik dalam hal ini statistik distribusi dan jasa akan memberikan gambaran mengenai hubungan variabel-variabel ekonomi. Statistik distribusi dan jasa meliputi kegiatan statistik harga, statistik distribusi, statistik keuangan, statistik tehnologi informasi dan statistik pariwisata.
Pengumpulan data statistik distribusi dan jasa mencatat aktifitas hubungan variabel pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional, mencatat hubungan permintaan domestik dengan keluaran nasional, neraca pembayaran, penerimaan dan pengeluaran fiskal, serta tabungan dan investasi. Semisal hubungan permintaan akan barang dan jasa baik untuk rumah tangga, investasi, konsumsi pemerintah dan keperluan ekspor dan penawarannya ( supply), pola hubungan tersebut akan tergambar dari pergerakan harganya. Statistik harga akan mencatat pola hubungan tersebut di setiap level, level harga produsen, harga tingkat perdagangan besar, harga konsumen baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan.
Dari sisi asal usul barang dan distribusi barang yang keluar wilayah negara juga perlu menjadi catatan, apakah barang tersebut berasal dari produksi dalam negeri atau produksi luar negeri dan apakah barang tersebut di ekspor-impor. Pencatatan ini menjadi bagian dari kegiatan statistik ekpor impor. Selain distribusi/pergerakan barang dan jasa, aktifitas penduduk yang keluar masuk
wilayah negara dalam aktifitas pariwisata juga menjadi bagian dari pencatatan statistik pariwisata disamping penunjang jasa pariwisata seperti hotel, restoran.
BPS mengapresiasi peran vital statistik distribusi dan jasa bagi pembangunan nasional dengan memberikan rilis resmi kompilasi statistik distribusi dan jasa melalui BRS (Berita Resmi Statistik) setiap awal bulan. Kompilasi rilis statistik distribusi dan jasa tersebut selalu ditunggu dan menjadi bahan para stakeholder dalam mengambil kebijakan.
1.3. Struktur Organisasi Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa
Direktorat Statistik Distribusi Direktorat Statistik Harga Direktorat Statistik Keuangan, Teknologi Informasi dan Pariwisata
SubDit Statistik Transportasi SubDit Statistik Ekspor SubDit Statistik Perdagangan SubDit Statistik Impor
SubDit Stat Harga Konsumen (HK) SubDit Statistik
Keuangan
SubDit Stat Harga Perdagangan
Besar (HPB) SubDit Statistik
Pariwisata
SubDit Stat Harga Produsen (HP) SubDit Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi SubDit Stat Harga Pedesaan (HPd)
Untuk melaksanakan kegiatan distribusi dan jasa, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik dan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik. Susunan organisasi Deputi Bidang Statistik Distrib usi dan jasa BPS adalah seperti bagan struktur di atas.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang statistik distribusi dan jasa. Deputi Bidang Statistik Distribusi & Jasa terdiri dari Direktorat Statistik Harga, Direktorat Statistik Distribusi, dan Direktorat Statistik Keuangan, KTI & Pariwisata.
1.4. Pengorganisasian Penulisan
Penulisan modul statistik distribusi dan jasa terdiri dari 12 (dua belas bab) yang mencakup Bab Pendahuluan dan Bagian Isi. Setiap bab dalam bagian isi akan menjelaskan mengenai arti dan kegunaan data, ruang lingkup dan cakupan, metode pengumpulan data, jenis data dan metode analisis data. Secara rinci organisasi penulisan modul statistik distribusi dan jasa adalah sebagai berikut:
Bab 1. Pendahuluan
(Mencakup Pengertian Statistik Pemerintahan (official statistics), Pentingnya Statistik Distribusi dan Jasa, Struktur Organisasi Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS, serta Pengorganisasian Penulisan)
BAGIAN 1 – STATISTIK DISTRIBUSI
Bab 2. Statistik Perdagangan Dalam Negeri Bab 3. Statistik Perdagangan Luar Negeri Bab 4. Statistik Transportasi
BAGIAN 2 – STATISTIK KEUANGAN, PARIWISATA, KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI INFORMATIKA
Bab 5. Statistik Keuangan Bab 6. Statistik Pariwisata
Bab 7. Statistik Komunikasi dan Teknologi Informatika
BAGIAN 3 – STATISTIK HARGA Bab 8. Statistik Harga Konsumen
Bab 9. Statistik Harga Perdagangan Besar Bab 10. Statistik Harga Produsen
BAGIAN I
BAB 2
STATISTIK PERDAGANGAN DALAM NEGERI
2.1. Arti dan Kegunaan Data
Perdagangan merupakan faktor penting guna merangsang pertumbuhan ekonomi. Perdagangan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk yang hasilnya merupakan bekal utama yang jika tidak tersedia negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Perdagangan membantu semua warga negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta pengutamaan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keuntungan komperatif (Todaro, 2000).
Kegiatan perdagangan, baik perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri, mempunyai peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara tidak terkecuali Indonesia. Keduanya saling menopang dalam menggerakan perekonomian nasional yang berujung pada peningkatan pendapatan nasional. Dengan demikian maka meski kinerja ekspor
Indonesia diproyeksikan melambat, bahkan sejumlah kalangan dan pengamat ekonomi menilai defisit neraca pembayaran akan masih mengancam hingga 3 – 5 tahun mendatang (2016 – 2018), perekonomian Indonesia masih akan tetap kokoh karena adanya kegiatan perdagangan dalam negeri. Kegiatan perdagangan dalam negeri laksana pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional di kala ancaman ekses krisis global yang tak kunjung pulih (Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan dalam konferensi pers bulanan di kantor Kemendag).
perdagangan memiliki kontribusi penting dalam pertumbuhan perekonomian saat ini. Karenanya, seraya tetap berupaya meningkatkan ekspor, perdagangan dalam negeri harus diperhatikan agar kita tidak terlalu bergantung pada ekonomi dunia. “Kebijakan dan strategi kita menyangkut perekonomian tidak hanya berorientasi pada ekspor, artinya perdagangan dalam negeri juga memiliki peran penting,” Sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Presiden Yudhoyono, Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa pun kembali mengingatkan tentang pentingnya membangun pasar domestik dalam rangka menunjang perekonomian dalam negeri sehingga kebal terhadap goncangan ekonomi global. “Ekspor akan turun, dan di sisi lain market kita besar, sehingga pasar domestik akan dijadikan incaran pasar impor,”
Menyikapi hal tersebut, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Ditjen PDN) Gunaryo sangat optimis untuk terus mengoptimalkan kinerja per-dagangan dalam negeri pada tahun 2013 ini. Yakni dengan memperkuat dan meningkatkan sejumlah prestasi kegiatan dan program Ditjen PDN yang selama ini telah dilakukan, yaitu peningkatan daya saing dan akses pasar UMKM Nasio-nal, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, penciptaan iklim investasi yang makin baik, dan perbaikan sarana distribusi dan logistik dalam rangka men-dukung pembangunan sistem logistik nasional.
Upaya memperkuat pasar domestik ini dinilai banyak pihak sebagai langkah yang sangat tepat menyusul meningkatnya jumlah kelas menengah dan pertumbuhan daya beli masyarakat Indonesia. Dilaporkan, jumlah kelas menengah
Indonesia tahun 2012 telah menembus 150 juta jiwa lebih. Dari sisi ekonomi, kenaikan jumlah kelas menengah ini akan mendorong terjadinya peningkatan angka konsumsi Indonesia yang diharapkan berkontribusi besar terhadap dinamisnya pergerakan perdagangan di dalam negeri.
Proyeksi bakal meningkatnya angka konsumsi tersebut tentu saja memunculkan optimisme tersendiri di kalangan para pelaku bisnis dalam negeri. Beberapa perusahaan nasional terlihat juga makin ekspansif melakukan berbagai terobosan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik. Bahkan, sejumlah
perusahaan berani memasang target pertumbuhan yang cukup tinggi di tahun 2013 ini. Fenomena itu terjadi karena fakta di lapangan menunjukkan adanya gairah be-lanja konsumen Indonesia yang cukup tinggi selama beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat secara kasat mata dari munculnya mal-mal baru di sejumlah per-kotaan dan adanya tren masyarakat yang menjadikan pusat perbelanjaan tak hanya sebagai pusat belanja tapi juga pusat rekreasi keluarga. (dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan RI)
Peran dan pentingnya kegiatan perdagangan dalam negeri bagi pemerintah dalam menggerakkan perekonomian Indonesia tidak akan pernah berhasil tanpa didukung oleh data dan informasi yang akurat dan tepat waktu. Dengan demikian, data dan informasi tentang perdagangan dalam negeri yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi sangat penting. Data statistik di bidang perdagangan dalam negeri sangat diperlukan bukan saja oleh pemerintah tetapi juga oleh pemangku kepentingan ( stakeholders) lain termasuk para akademisi.
Pemerintah menggunakan data statistik perdagangan dalam negeri antara lain untuk penyusunan kebijakan tata niaga dari suatu komoditi tertentu, monitoring ketersediaan pasokan bahan makanan dan komoditi lain yang distribusinya sering bermasalah, bahan untuk penyusunan model pemantauan distribusi pangan, misalnya cabai merah dan bawang merah dan sistem monitoring hortikultura (sistem informasi hortikultura).
Pentingnya data statistik perdagangan dalam negeri juga dikemukakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika menjelaskan arti penting perdagangan dalam negeri di tengah-tengah krisis perekonomian global yang belum menunjukkan tanda-tanda usai. Hal itu ditegaskan oleh Presiden Yudhoyono saat membuka rapat kabinet terbatas di Kementerian Perindustrian,"Kebijakan dan strategi kita menyangkut perekonomian tidak hanya berorientasi pada ekspor, artinya perdagangan dalam negeri juga memiliki peran penting," katanya. Selanjutnya Presiden mengatakan bahwa di tengah krisis global yang masih terus berlangsung sampai sekarang ini, ternyata perdagangan dalam
ini dengan bentangan geografis dan besarnya penduduk yang kita miliki tidak boleh diabaikan," katanya sekalipun selama masih ada ruang dan potensi untuk
tumbuh maka upaya untuk meningkatkan ekspor tetap harus dijalankan.
Bagi pemangku kepentingan ( stakeholders) non pemerintah, data statistik perdagangan dalam negeri ini antara lain bisa digunakan untuk penyusunan pola penjualan produksi, pola distribusi perdagangan, peta wilayah penjualan produksi, peta wilayah distribusi perdagangan dan penghitungan marjin perdagangan dan transportasi (trade and transport margin). Selanjutnya, akademisi bisa memanfaatkan data statistik perdagangan dalam negeri untuk berbagai keperluan analisis, antara lain misalnya analisis pola distribusi dan integrasi pasar untuk suatu komoditi tertentu, dan berbagai analisis lainnya.
2.2. Ruang Lingkup dan Cakupan
Data statistik perdagangan dalam negeri yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencakup perdagangan besar dan perdagangan eceran. Untuk lebih jelasnya ruang lingkup dan cakupan kegiatan perdagangan dalam negeri adalah sebagai berikut :
a. Perdagangan Besar
i. Perdagangan Besar Dalam Negeri ii. Perdagangan Besar Ekspor
iii. Perdagangan Besar Impor b. Perdagangan Eceran
i. Pedagang Eceran di Toko/Kios, termasuk di toko modern seperti hypermarket, supermarket, mini market, department store, dan sejenisnya.
ii. Pedagang Eceran Kaki Lima di Los, Koridor/ Emperan Toko. iii. Pedagang Eceran Keliling
Perdagangan
adalah kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang baru maupun bekas. meliputi: penjualan mobil dan sepeda motor, serta penjualan eceran bahan
bakar kendaraan, perdagangan besar dalam negeri, perdagangan eceran, perdagangan ekspor, dan perdagangan impor.
Perdagangan Besar Dalam Negeri
adalah kegiatan penjualan kembali yang pada umumnya dalam partai besar kepada pedagang eceran, perusahaan industri, kantor, rumah sakit, rumah makan, akomodasi, atau kepada pedagang besar lainnya, atau kegiatan sebagai agen/distributor atau perantara dalam pembelian/ penjualan barang dagangan dari/kepada orang atau perusahaan sejenis di dalam negeri.
Pedagang Besar Ekspor (Eksportir)
adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan (ekspor) dalam wilayah hukum NKRI, baik sendiri maupun secara bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi yang mendapat pengakuan sebagai eksportir terdaftar dari Menteri Perdagangan melalui Dirjen Perdagangan Luar Negeri (Buku Kebijakan Umum Bidang Ekspor, Departemen Perdagangan RI, 2008).
Pedagang Besar Impor (Importir)
adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan impor atau memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasn ya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen. Importir yang dicakup pada penelitian ini adalah yang memiliki Angka Pengenal Importir Umum/API-U.
(Buku Kebijakan Umum Bidang Impor, Departemen Perdagangan RI, 2008).
Perdagangan Eceran (retailer )
Kegiatan penjualan yang pada umumnya dalam partai kecil oleh toko, toko serba ada (toserba), kios, tempat penjualan melalui pesanan, penjaja dan penjual
masyarakat umum untuk penggunaan atau konsumsi perorangan atau rumahtangga.
Hypermarket
adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan rumahtangga termasuk sembilan bahan pokok secara eceran langsung kepada konsumen akhir. Didalamnya terdiri dari pasar swalayan, toko serba ada yang menyatu dalam satu bangunan dan pengelolaannya dilakukan secara tunggal serta memiliki luas lantai usahanya lebih dari 4.000 m2 dan paling besar (maksimal) 8.000 m2. Seperti: Hypermart, Carrefour, Giant, The Club Store, dan lain-lain.
Supermarket
adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan rumahtangga termasuk kebutuhan sembako secara eceran dan langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan yang luas lantainya maksimal 4.000 m2. Seperti: Hero Supermarket, Tip Top, dan lain-lain.
Mini Swalayan/Mini Market
adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari secara eceran dan langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan yang luas lantai usahanya paling besar 200 m2. Seperti: Alfa Mart, Indomaret, dan lain-lain.
2.3. Metode Pengumpulan Data a. Sumber Data
Data statistik perdagangan dalam negeri dikumpulkan atau diperoleh melalui 3 (tiga) sumber yaitu Sensus, Survei dan Kompilasi. Data yang berasal dari sensus diintegrasikan dengan pelaksanaan kegiatan Sensus Ekonomi, yang terakhir adalah Sensus Ekonomi 2006. Sensus Ekonomi 2006 (SE06) merupakan sensus ekonomi ketiga setelah dua sensus sebelumnya yaitu pada tahun 1986 dan 1996. Dalam kegiatan Sensus Ekonomi (SE06) unit penelitiannya adalah perusahaan/usaha perdagangan
Di samping melalui sensus ekonomi, data statistik perdagangan dalam negeri juga diperoleh melalui kegiatan survei dengan unit penelitian adalah perusahaan/ usaha perdagangan dengan skala usaha disesuaikan dengan tujuan masing-masing survei. Sementara itu data statistik perdagangan dalam negeri ada juga yang diperoleh melalui kompilasi data administrasi dari instansi terkait,
seperti dari Asosiasi dan KADIN,
b. Pengumpulan Data Dari Kegiatan Rutin
Data statistik perdagangan dalam negeri yang dikumpulkan melalui kegiatan rutin yang dilakukan oleh Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri (Statistik PDN) Badan Pusat Statistik adalah melalui kegiatan :
i. Survei Usaha Terintegrasi (SUSI) untuk perusahaan PND (Perusahaan Non Direktori) dan Usaha Rumah Tangga, digunakan sebagai pendekatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
ii. SUSI 2006 dan 2007 integrasi dengan Sensus Ekonomi 2006 (SE06), di SE06 disebut Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
iii. Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi, 2009 di 15 Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Timur (Kaltim), Sulawesi Utara (Sulut), Sulawesi Selatan (Sulsel), Maluku dan Papua.
c. Pengumpulan Data Dari Kegiatan Ad Hoc
Data statistik perdagangan dalam negeri yang dikumpulkan melalui kegiatan Ad Hoc yang dilakukan oleh Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri (Statistik PDN) Badan Pusat Statistik adalah melalui kegiatan :
i. Survei Pola Perdagangan Komoditi 1997 di Provinsi DKI J akarta dan Jawa Tengah
iv. Survei Tenaga Kerja Asing 2003
v. Survei Jejaring Perusahaan/ Usaha 2009
Berikut adalah salah satu contoh kegiatan survei yang pernah dilakukan oleh Subdirektorat Perdagangan Dalam Negeri yaitu Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi, 2009 di 15 Provinsi.
Latar Belakang Survei
Selama ini BPS sudah lama meneliti tentang data harga barang/komoditi, tetapi data tentang distribusinya belum ada yang meneliti. Untuk itu BPS sejak tahun 2009 telah melakukan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi.
Data distribusi perdagangan sangat penting untuk dijadikan acuan berbagai hal diantaranya untuk mengetahui kenapa tiba-tiba suatu barang menghilang dari pasaran, kenapa harga barang di suatu tempat mahal. Bagaimana pola
distribusinya?
Diharapkan data dari survei ini bisa digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran pola distribusi perdagangan dalam negeri dan dapat dibangun sistem pola distribusi perdagangan yang lebih baik.
Tujuan Survei
1. Mendapatkan Pola Penjualan Produksi. 2. Mendapatkan Pola Distribusi Perdagangan. 3. Mendapatkan Peta Wilayah Penjualan Produksi. 4. Mendapatkan Peta Wilayah Distribusi Perdagangan.
5. Memperoleh data tentang Trade and Transport Margin (TTM ) mulai tingkat pedagang besar sampai dengan pedagang eceran.
Cakupan Provinsi
Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2009 dilaksanakan di 15 Provinsi (59 Kab/Kota) yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua.
Cakupan Komoditi
Ban mobil, ban sepeda motor, tepung terigu, beras, minyak goreng, gula pasir, garam, kedelai, cabe merah, bawang merah, ikan segar, daging sapi, daging ayam ras, pupuk, besi beton, dan semen (sampel:12.490).
Penentuan komoditi dalam survei ini adalah komoditi strategis, yaitu komoditi-komoditi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Komoditi yang dalam SBH paling banyak dikonsumsi b. Komoditi yang dalam pembentukan inflasi cukup berperan
c. Komoditi yang dalam pembentukan PDB mempunyai kontribusi cukup besar terhadap kebutuhan masyarakat
Kuesioner yang digunakan a. VPDP10 - PEDAGANG b. VPDP10 - PRODUSEN
2.4. Jenis Data
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa data dan informasi yang dihasilkan oleh Subdirektorat Perdagangan Dalam Negeri merupakan hasil integrasi dengan kegiatan Sensus Ekonomi dan Survei yang bersifat rutin maupun Ad Hoc. Dengan demikian maka jenis data dan informasi yang dihasilkan oleh Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri adalah sebagai berikut ini :
Hasil Integrasi dengan Sensus Ekonomi :
a. Banyaknya perusahaan perdagangan menurut provinsi dan klasifikasi lapangan usaha
b. Banyaknya tenaga kerja perusahaan perdagangan menurut provinsi dan klasifikasi lapangan usaha
c. Banyaknya perusahaan perdagangan menurut provinsi dan lokasi usaha d. Banyaknya perusahaan perdagangan menurut provinsi dan status badan
hukum
f. Banyaknya perusahaan perdagangan menurut klasifikasi lapangan usaha dan kelompok banyaknya pekerja
g. Banyaknya perusahaan perdagangan menurut provinsi dan jaringan usaha h. Banyaknya perusahaan perdagangan menurut klasifikasi lapangan usaha
dan jaringan usaha
i. Banyaknya perusahaan perdagangan menurut provinsi dan tahun mulai beroperasi secara komersial
j. Banyaknya perusahaan perdagangan menurut klasifikasi lapangan usaha dan mulai beroperasi secara komersial
k. Karakteristik perusahaan/usaha perdagangan skala mikro dan kecil l. Karakteristik perusahaan/usaha perdagangan skala menengah dan b esar Hasil Survei Pola Distribusi Perdagangan
a. Peta Distribusi Perdagangan dari 16 Komoditi yang diteliti di 15 Provinsi b. Peta Distribusi Produksi dari Komoditi yang diteliti di beberapa Provinsi
c. Peta Sentra 16 Komoditi yang diteliti di 15 Provinsi
d. Pola Distribusi Produksi dari Komoditi yang diteliti di beberapa provinsi e. Pola Distribusi Perdagangan dari 16 Komoditi yang di teliti di 15 Provinsi f. Nilai penjualan (omset)
Contoh Peta yang dihasilkan
Gambar 2.1.
Peta Sentra Produksi beras
Papua Kalimantan Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Bali NTB NTT Sulawesi Selatan Maluku
Gambar 2.2
Peta Distribusi Produksi Beras di Jawa Tengah
Gambar 2.3.
Peta Distribusi Perdagangan Beras di Jawa Tengah
Kota Kota Surabaya
Demak
Kota Semarang
Jakarta Timur Bandung Karawang Kota Kendal Batang Kota Semarang Temanggun
Gambar 2.4.
Pola Distribusi Perdagangan Beras di Jawa Tengah
2.5 Metode Analisa data
Berdasarkan data dan informasi yang dihasilkan oleh Subdirektorat Perdagangan Dalam Negeri di Badan Pusat Statistik (BPS) maka ada banyak cara atau metode yang bisa dilakukan untuk menganalisa data tersebut, antara lain yang paling sederhana :
a. Konsentrasi Pasar ( Market Concentration) yaitu untuk menganalisa keberadaan suatu komoditi tertentu di pasar dalam negeri, misalnya cabai merah penjualan terbanyak terkonsentrasi di mana dan bisa disebutkan apakah di provinsi atau kabupaten dan bahkan di tingkat wilayah yang lebih rendah lagi. Selanjutnya bisa dipetakan untuk beberapa komoditi unggulan atau komoditi yang dianggap strategis. b. Analisa Permintaan dan Penawaran ( Demand and Supply
Analysis) yaitu untuk menganalisa berapa banyak permintaan terhadap suatu barang atau komoditi dan sekaligus bisa dianalisa apakah pasokan (supply) nya mencukupi. Berdasarkan analisa permintaan dan
Agen Pedagang Eceran Industri Pengolahan Konsumen Akhir Grosir Kegiatan Usaha Lainnya Distributor Pedagang Pengumpul (beras) Produsen
penawaran
penawaran selanjutnya selanjutnya dapat dapat dilakukan dilakukan analisa analisa lebih lebih lanjut lanjut tentangtentang elastisitas masing-masing
elastisitas masing-masing komoditi yang diperdagangkkomoditi yang diperdagangkan.an. c.
c. Analisa Asal dan Tujuan Barang (Analisa Asal dan Tujuan Barang ( Origin and Destination AnalysisOrigin and Destination Analysis)) yaitu
yaitu untuk menuntuk menganalisa dari ganalisa dari mana asal mana asal dan tujuan dan tujuan barang ybarang yangang diperdagangkan. Dengan analisa ini akan terlihat jelas pola konsumsi, diperdagangkan. Dengan analisa ini akan terlihat jelas pola konsumsi, pola
pola perdagangperdagangan an dan dan sekaligus sekaligus potensi potensi atau atau kemampuan kemampuan suatusuatu wilayah tertentu dalam memasok (
wilayah tertentu dalam memasok ( supply supply) barang yang dibutuhkan) barang yang dibutuhkan oleh masyarakat, baik di wilayahnya sendiri maupun ke wilayah lain di oleh masyarakat, baik di wilayahnya sendiri maupun ke wilayah lain di luar wilayahnya sendiri.
luar wilayahnya sendiri. d.
d. Analisa Marjin Perdagangan dan Transportasi (Analisa Marjin Perdagangan dan Transportasi (Trade andTrade and Transport Margin Analysis
Transport Margin Analysis)) yaitu untuk menganalisa berapa besaryaitu untuk menganalisa berapa besar keuntungan yang diperoleh dari kegiatan perdagangan yang telah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan perdagangan yang telah dilakukan dan sekaligus kemampuan menutup biaya transportasi yang dilakukan dan sekaligus kemampuan menutup biaya transportasi yang telah terjadi dalam proses
telah terjadi dalam proses perdagangperdagangan barang tersebut.an barang tersebut. e.
e. Pemetaan ( Mapping Pemetaan ( Mapping )) yaitu melakukan analisa dengan menggunakanyaitu melakukan analisa dengan menggunakan peta, baik peta
peta, baik peta sentra produksi, peta distribusentra produksi, peta distribusi produksi, peta distribusisi produksi, peta distribusi perdagangan, peta pola di
perdagangan, peta pola distribusi perdagangan, dan stribusi perdagangan, dan sebagainya.sebagainya. f.
f. Berbagai analisa lainnya,Berbagai analisa lainnya, yaitu analisa-analisa di luar yang telahyaitu analisa-analisa di luar yang telah disebutkan di atas yang terkait dengan penggunaan data dan informasi disebutkan di atas yang terkait dengan penggunaan data dan informasi perdagangan dala
BAB 3
BAB 3
STATISTIK PERDAGANGAN LUAR NEGERI
STATISTIK PERDAGANGAN LUAR NEGERI
3.1.
3.1. Arti dan Kegunaan DataArti dan Kegunaan Data
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini yang ditengarai dengan adanya Dalam era globalisasi seperti sekarang ini yang ditengarai dengan adanya keterbukaan ekonomi, keterkaitan atau ketergantungan, dan persaingan yang keterbukaan ekonomi, keterkaitan atau ketergantungan, dan persaingan yang semakin ketat, kegiatan ekspor dan impor yang merupakan bagian dari semakin ketat, kegiatan ekspor dan impor yang merupakan bagian dari perdagang
perdagangan an internasional internasional menjadi menjadi semakin semakin penting. penting. Globalisasi Globalisasi juga juga dapatdapat diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan untuk memadukan perekonomian diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan untuk memadukan perekonomian suatu negara ke dalam perekonomian global termasuk kegiatan ekspor dan impor. suatu negara ke dalam perekonomian global termasuk kegiatan ekspor dan impor. Dalam kaitannya dengan kegiatan perdagangan ekspor dan impor saat ini Dalam kaitannya dengan kegiatan perdagangan ekspor dan impor saat ini selanjutnya dunia sedang mengarah kepada konsep liberalisasi perdagangan. selanjutnya dunia sedang mengarah kepada konsep liberalisasi perdagangan. Artinya setiap negara melakukan perdagangan ekspor dan impor antar negara Artinya setiap negara melakukan perdagangan ekspor dan impor antar negara tanpa ada hambatan pajak, tarif atau kuota. Selanjutnya jika ini disepakati oleh tanpa ada hambatan pajak, tarif atau kuota. Selanjutnya jika ini disepakati oleh masyarakat dunia berarti akan terjadi integrasi ekonomi dalam bidang masyarakat dunia berarti akan terjadi integrasi ekonomi dalam bidang perdagang
perdagangan an antar antar negara. negara. Ekspor dEkspor dan an impor akan impor akan terjadi terjadi antara antara suatu suatu kelompokkelompok negara dengan kelompok negara lainnya.
negara dengan kelompok negara lainnya.
Semua negara, baik negara maju maupun negara sedang berkembang Semua negara, baik negara maju maupun negara sedang berkembang (NSB) masih mempunyai ketergantungan pada kegiatan perdagangan (NSB) masih mempunyai ketergantungan pada kegiatan perdagangan internasional. Oleh karena nya wajar bila para ekonom sering mengartikan internasional. Oleh karena nya wajar bila para ekonom sering mengartikan perdagang
perdagangan an internasional internasional sebagai sebagai engine engine of of growth growth atau atau mesin mesin pertumbuhan.pertumbuhan. Kegiatan ekspor impor ikut berkontribusi pada perubahan distribusi pendapatan Kegiatan ekspor impor ikut berkontribusi pada perubahan distribusi pendapatan dan kekayaan dalam suatu negara dan antara satu negara dengan negara-negara dan kekayaan dalam suatu negara dan antara satu negara dengan negara-negara lainnya. Perdagangan internasional itu merupakan suatu kekuatan yang lainnya. Perdagangan internasional itu merupakan suatu kekuatan yang mempunyai kecendrungan menciptakan pemerataan kesejahteraan baik di tingkat mempunyai kecendrungan menciptakan pemerataan kesejahteraan baik di tingkat nasional
nasional maupun maupun internasional. internasional. Hal Hal ini sini sangat diangat dimungkinkan mungkinkan mengingat mengingat hasilhasil yang diperoleh dari aktifitas e
yang diperoleh dari aktifitas ekspor dan impor dapat kspor dan impor dapat menggambarkan kemampuanmenggambarkan kemampuan suatu perekonomian dalam menghasilkan pendapatan yang sesungguhnya yang suatu perekonomian dalam menghasilkan pendapatan yang sesungguhnya yang lebih dipahami sebagai devisa
Menurut Adam Smith, perdagangan antar negara yang bebas akan Menurut Adam Smith, perdagangan antar negara yang bebas akan memberikan hasil yang maksimal karena akan mengarah pada spesialisasi. memberikan hasil yang maksimal karena akan mengarah pada spesialisasi. Dengan demikian, setiap negara akan melakukan perdagangan internasional Dengan demikian, setiap negara akan melakukan perdagangan internasional karena memiliki keunggulan absolut dalam ketersediaan faktor produksi atau cara karena memiliki keunggulan absolut dalam ketersediaan faktor produksi atau cara memproduksi. Keunggulan mutlak (
memproduksi. Keunggulan mutlak (absolute advantageabsolute advantage) dapat diartikan secara) dapat diartikan secara sederhana bahwa suatu negara mengekspor barang tertentu karena negara tersebut sederhana bahwa suatu negara mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki keunggulan jenis barang yang tidak dimiliki oleh negara lain dan bisa memiliki keunggulan jenis barang yang tidak dimiliki oleh negara lain dan bisa menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
dibandingkan dengan negara lain.
Sebaliknya suatu negara akan mengimpor barang yang mengalami Sebaliknya suatu negara akan mengimpor barang yang mengalami kerugian absolut atau tidak efisien dalam memproduksinya. Keunggulan mutlak kerugian absolut atau tidak efisien dalam memproduksinya. Keunggulan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang tersebut. Keuntungan atau yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang tersebut. Keuntungan atau keunggulan ini akan diperoleh bila masing-masing negara mampu memproduksi keunggulan ini akan diperoleh bila masing-masing negara mampu memproduksi barang
barang tertentu tertentu dengan dengan jam/hari jam/hari kerja kerja yang yang lebih lebih sedikit sedikit dibandingkan dibandingkan dengandengan seandainya barang-barang itu dibuat oleh negara lain. Namun demikian semua seandainya barang-barang itu dibuat oleh negara lain. Namun demikian semua negara, baik negara sedang berkembang (NSB) maupun negara yang sudah atau negara, baik negara sedang berkembang (NSB) maupun negara yang sudah atau sangat maju dapat melakukan kegiatan perdagangan internasional atau ekspor sangat maju dapat melakukan kegiatan perdagangan internasional atau ekspor impor tanpa terkecuali.
impor tanpa terkecuali.
David Ricardo menyatakan, walaupun suatu negara tidak mempunyai David Ricardo menyatakan, walaupun suatu negara tidak mempunyai keuntungan mutlak dalam memproduksi barang (kedua jenis barang) tetapi masih keuntungan mutlak dalam memproduksi barang (kedua jenis barang) tetapi masih dapat melakukan perdagangan international yang saling menuntungkan bila dapat melakukan perdagangan international yang saling menuntungkan bila memiliki keunggulan komparatif. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi memiliki keunggulan komparatif. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi ekspor pada jenis barang yang mempunyai kerugian absolut yang dalam produksi ekspor pada jenis barang yang mempunyai kerugian absolut yang lebih kecil. Dari jenis barang inilah negara tadi mempunyai keunggulan lebih kecil. Dari jenis barang inilah negara tadi mempunyai keunggulan komparatif, di pihak lain negara tersebut
komparatif, di pihak lain negara tersebut sebaliknya mengimpor jenis barang yangsebaliknya mengimpor jenis barang yang memiliki kerugian absolut lebih besar
memiliki kerugian absolut lebih besar dalam memproduksinydalam memproduksinya. Hukum ini da. Hukum ini dikenalikenal dengan hukum keunggulan komparatif (
dengan hukum keunggulan komparatif (comparative advantagecomparative advantage).).
Mengingat betapa pentingnya peran perdagangan internasional atau ekspor Mengingat betapa pentingnya peran perdagangan internasional atau ekspor
diperlukan oleh kementerian atau lembaga pemerintahan saja tetapi juga dibutuhkan oleh pengguna data lainnya ( stakeholders) dan para akademisi atau pengamat ekonomi yang lain.
Pemerintah suatu negara seringkali memerlukan data statistik perdagangan luar negeri khususnya tentang ekspor dan impor untuk beberapa tujuan berikut ini: a. Sebagai bahan untuk penghitungan pendapatan nasional (GNP atau GDP)
Dalam proses penghitungan pendapatan nasional, baik GDP maupun GNP seringkali digunakan model persamaan berikut : Y = C + I + G + ( X – M), di mana X adalah ekspor dan M adalah impor. Dengan demikian untuk menghasilkan atau menghitung angka pendapatan nasional diperlukan data ekspor dan data impor. Data ekspor (X) dan impor (M) bisa diambil di subdirektorat statistik ekspor dan impor Badan Pusat Statistik (BPS).
b. Penghitungan surplus atau defisit neraca pembayaran internasional
Surplus atau defisit neraca pembayaran internasional dihitung dari selisih antara ekspor dengan impor (X – M ). Seperti telah dijelaskan sebelumnya data ekspor (X) dan impor (M) juga diambil dari subdirektorat ekspor dan impor di Badan Pusat Statistik (BPS). Dari hasil pencatatan ekspor impor ini bisa terlihat apakah suatu negara lebih aktif atau pasif dalam kegiatan perdagangan international. Bila ekspor suatu negara lebih besar dibandingkan impor maka ekonomi negara tersebut akan kuat, sebaliknya bila ekspor lebih kecil dari impor maka Negara tersebut akan bergantung pada negara lain. c. Menganalisa komposisi ekspor (X) dan impor (M).
Pada bagian ini data ekspor dan impor bisa digunakan untuk menganalisa komoditi unggulan Indonesia di pasar internasional.
d. Mengetahui asal dan tujuan barang ekspor (X) dan impor (M)
Informasi ini bisa digunakan oleh pemerintah untuk melihat antara lain bias atau konsentrasi ekspor dan impor dari dan ke negara mana saja, dan pangsa pasar di Negara tujuan ekspor dan berbagai kegunaan lainnya.
e. Bahan untuk membuat kebijakan ekonomi/perdagangan internasional
Dengan mengetahui volume, nilai dan jenis barang yang di ekspor maupun di impor, bisa dijadikan pedoman untuk penyusunan kebijakan perdagangan
internasional, misalnya kebijakan ekspor di dalam negeri, kebijakan ekspor di luar negeri, tarrif barrier dan non tariff barrier, dan kebijakan lainnya.
f. Untuk keperluan lain yang akan dilakukan oleh pemerintah
Pencatatan statistik perdagangan international atau ekspor dan impor diperlukan untuk mengetahui pola arus kinerja perdagangan international Indonesia dengan negara lain, memberikan informasi kinerja perdagangan luar negeri Indonesia dalam bentuk volume dan nilai yang dirinci menurut jenis barang/komoditi, negara tujuan/asal, dan pelabuhan muat/bongkar, Dari hasil pencatatan ekspor impor ini bisa terlihat apakah suatu negara lebih aktif atau pasif dalam kegiatan perdagangan international. Bila ekspor suatu negara lebih besar dibandingkan impor maka ekonomi negara tersebut akan kuat, sebaliknya bila ekspor lebih kecil dari impor maka negara tersebut akan bergantung pada negara lain.
Pengguna data ekspor impor non pemerintah, seperti eksportir, importir atau pengguna lain ( stakeholders) menggunakan data ini untuk tujuan yang sedikit berbeda dengan pemerintah, misalnya untuk :
a. Menganalisa komposisi ekspor (X) dan impor (M).
Orientasi pengguna data non pemerintah biasanya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan mengetahui komposisi barang ekspor (X) dan barang impor (M) mereka bisa merancang untuk masuk dalam bisnis komoditi
yang diyakini mempunyai peluang lebih baik di pasar internasional. b. Mengetahui asal dan tujuan barang ekspor (X) dan impor (M)
Ada kesamaan dengan pemerintah, informasi ini penting bagi pengguna data ekspor impor non pemerintah, untuk melihat antara lain bias atau konsentrasi ekspor dan impor dari dan ke negara mana saja, dan pangsa pasar di negara tujuan ekspor tetapi fokus mereka lebih kepada pencarian pasar yang lebih menguntungkan.
c. Untuk keperluan lain
Data statistik perdagangan international atau ekspor dan impor dapat digunakan untuk mengetahui pola, volume dan nilai yang dirinci menurut
data ekspor impor ini mereka bisa menganalisa apakah masih ada peluang untuk melakukan ekspor ke suatu negara tertentu.
Selanjutnya bagi para akademisi atau cendekiawan dan pengamat ekonomi, data ekspor dan impor selain dapat digunakan seperti apa yang dilakukan oleh pemerintah maupun penggunan non pemerintah ( stakeholders), bisa menggunakan data ekspor impor ini untuk berbagai keperluan analisa,
misalnya untuk :
a. Menganalisa daya saing (competitiveness) produk ekspor (X)
b. Menganalisa keunggulan komparatif (comparative advantage) produk ekspor (X) .
c. Mengetahui asal dan tujuan barang ekspor (X) dan impor (M) d. Untuk keperluan analisa lainnya
3.2. Ruang Lingkup dan Cakupan
Data statistik perdagangan luar negeri yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencakup data ekspor dan impor barang. Data ekspor yang dicatat mengikuti aturan dalam sistem perdagangan umum ( general trade), artinya semua barang yang keluar dari wilayah suatu negara dicatat sebagai ekspor tanpa terkecuali. Sedangkan data impor yang dicatat mengikuti aturan dalam sistem perdagangan khusus ( special trade system), di mana barang-barang yang diimpor untuk diolah pada kawasan khusus, seperti kawasan berikat dan kawasan bebas Batam free Trade Zone, tidak dimasukkan. Namun demikian sejak Januari tahun 2008, pencatatan statistik impor juga mengikuti aturan sistem p erdagangan umum. Ekspor Barang (X)
adalah seluruh barang yang dibawa keluar dari wilayah suatu negara, b aik bersifat komersial maupun bukan komersial (barang hibah, sumbangan, hadiah), termasuk barang bergerak seperti: kapal laut, pesawat udara, satelit, serta barang yang akan
Tidak Termasuk Dalam Statistik Ekspor :
1. Barang-barang dan perhiasan penumpang yang bepergian ke Luar Negeri 2. Barang-barang yang dikirim untuk perwakilan negara tersebut di Luar
Negeri
3. Barang-barang untuk eksebisi/pameran 4. Peti kemas untuk diisi kembali
5. Uang dan surat-surat berharga 6. Barang-barang contoh/sample
7. Barang-barang yang dikirim ke Luar Negeri untuk diperbaiki Impor Barang (M)
adalah seluruh barang yang masuk ke dalam wilayah suatu negara (Custom Area) baik bersifat komersial maupun non komersial, termasuk b arang bergerak seperti
kapal laut, pesawat udara, satelit, d an lain-lain.. Tidak Termasuk Dalam Statistik Impor :
1. Barang-barang dan perhiasan penumpang yang bepergian dari Luar Negeri 2. Barang-barang yang dikirim untuk perwakilan negara tersebut dari Luar
Negeri
3. Barang-barang untuk eksebisi/pameran 4. Peti kemas untuk diisi kembali
5. Uang dan surat-surat berharga 6. Barang-barang contoh/sample
7. Barang-barang yang dikirim dari Luar Negeri untuk diperbaiki
3.3. Metode Pengumpulan Data a. Sumber Data
Data statistik perdagangan luar negeri, baik ekspor maupun impor, dikumpulkan dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) baik dari pelabuhan laut maupun dari pelabuhan udara, di seluruh Indonesia. Dokumen
dalam bentuk softcopy dan hardcopy. Dokumen PEB softcopy didapatkan dari 27 KPBC di pelabuhan laut maupun pelabuhan udara di seluruh Indonesia.
Tabel 3.1. Daftar Dokumen PEB Softcopy Menurut KPBC dan Pelabuhan
No. KPBC Kode Nama Pelabuhan
1. KPBC 010700 Belawan
2. KPBC 010800 Polonia Medan
3. KPBC 011500 Teluk Bayur
4. KPBC 020400 Batam
5. KPBC 020100 Tanjung Balai Karimun
6. KPBC 020900 Dumai 7. KPBC 021200 Pekanbaru 8. KPBC 030600 Jambi 9. KPBC 030700 Lampung 10. KPBC 020500 Tanjung Pinang 11. KPBC 030100 Palembang 12. KPBC 040300 Tanjung Priok
13. KPBC 040400 Halim Perdana Kusumah
14. KPBC 050100 Soekarno – Hatta
15. KPBC 050400 Merak
Seperti dijelaskan sebelumnya dokumen PEB adalah dokumen PEB dalam bentuk softcopy yang diterima dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) di seluruh pelabuhan di Indonesia, baik pelabuhan laut maupun pelabuhan udara. Dengan demikian dokumen PEB hardcopy adalah dokumen PEB yang berasal dari KPBC di luar KPBC softcopy.
Lanjutan Tabel 3.1.
Daftar Dokumen PEB Softcopy Menurut KPBC dan Pelabuhan
No. KPBC Kode Nama Pelabuhan
17. KPBC 060100 Tanjung Emas Semarang
18. KPBC 070100 Tanjung Perak Surabaya
19. KPBC 070500 Juanda
20. KPBC 070300 Gresik
21. KPBC 080100 Ngurah Rai Bali
22. KPBC 090100 Pontianak 23. KPBC 100300 Balikpapan 24. KPBC 100100 Banjarmasin 25. KPBC 100500 Samarinda 26. KPBC 111100 Bitung 27. KPBC 110100 Ujung Pandang
Tabel 2.2. Daftar Dokumen PIB Softcopy Menurut KPBC dan Pelabuhan
No. KPBC Kode Nama Pelabuhan
1. KPBC 010700 Belawan
2. KPBC 010800 Polonia Medan
3. KPBC 020100 Tanjung Balai Karimun
4. KPBC 020400 Batam 5. KPBC 021200 Pekanbaru 6. KPBC 030100 Palembang 7. KPBC 030600 Jambi 8. KPBC 030600 Bandar Lampung 9. KPBC 040100 Tanjung Priok I 10. KPBC 040200 Tanjung Priok II
11. KPBC 040300 Tanjung Priok III
12. KPBC 040400 Halim Perdana Kusuma
13. KPBC 050100 Soekarno-Hatta
14. KPBC 050400 Merak
15. KPBC 050500 Gede Bage Bandung
16. KPBC 050900 Bekasi
17. KPBC 060100 Tanjung Emas Semarang
18. KPBC 070100 Tanjung Perak Surabaya
19. KPBC 070500 Juanda
20. KPBC 080100 Ngurah Rai Bali
21. KPBC 090100 Pontianak
22. KPBC 100300 Balikpapan
23. KPBC 110100 Ujung Pandang
Sementara itu untuk data impor sama seperti data ekspor, data dikumpulkan dan didapatkan oleh petugas BPS dari dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy. Dokumen
PIB soft copy didapatkan dari 23 Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) di pelabuhan, baik pelabuhan laut maupun pelabuhan udara melalui Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) di seluruh Indonesia. Sedang dokumen PIB hardcopy didapatkan dari KPBC di luar KPBC PIB softcopy. Berikut ini adalah daftar dokumen PIB softcopy yang diperoleh dari 23 KPBC di 23 pelabuhan laut dan pelabuhan udara di seluruh Indonesia.
Seperti dijelaskan sebelumnya dokumen PIB tersebut di atas adalah dokumen PIB dalam bentuk softcopy yang diterima dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) di seluruh pelabuhan di Indonesia, baik pelabuhan laut maupun pelabuhan udara. Dengan demikian dokumen PIB hardcopy adalah dokumen PIB yang berasal dari KPBC di luar KPBC softcopy.
Sistem penerimaan dokumen PEB dan PIB :
1. Sistem penerimaan dokumen PEB dan PIB yang diterapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah sistem "carry over " artinya dokumen dari suatu bulan tertentu penerimaannya akan ditunggu selama satu bulan dan kemudian akan ditutup
2. Dokumen PEB dan PIB bulan bersangkutan yang datang setelah tangggal penutupan akan dimasukkan dalam pengolahan bulan berikutnya.
b. Periode Referensi dan Penilaian
Periode referensi dan penilaian data ekspor dan data impor agak sedikit berbeda dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
i. Untuk Ekspor Barang
Periode penentuan ekspor adalah tanggal diberikannya izin muat barang tersebut (custom declaration) oleh petugas bea dan cukai
Dinilai pada harga FOB ( free on board ) yaitu harga sampai di pelabuhan muat setelah barang dimuat ke kapal
ii. Untuk Impor Barang
Periode penentuan impor adalah tanggal diberikannya izin barang tersebut masuk ke wilayah suatu negara (keluar dari custom area).
Dinilai pada harga CIF (cost, insurance and freight ) yaitu harga sampai di pelabuhan tujuan sehingga telah termasuk ongkos kapal dan asuransi.
c. Sistem Pengkodean Barang Ekspor dan Impor
Dokumen PEB dan dokumen PIB sebelum masuk dalam proses pengolahan harus diberi kode untuk item-item tertentu seperti kode pelabuhan, kode negara asal dan tujuan barang dan kode jenis barang. Saat ini BPS menggunakan Harmonized System (HS) sebagai kode jenis barang ekspor dan impor. Versi terakhir yang digunakan BPS untuk barang ekspor dan impor adalah 10 dijit HS dengan rincian sebagai berikut :
i. 6 (enam) dijit pertama adalah kode jenis barang ekspor maupun impor yang berlaku di seluruh negara
ii. 2 (dua) dijit berikutnya adalah kode jenis barang ekspor maupun impor yang berlaku di kawasan ASEAN
iii. 2 (dua) dijit terakhir adalah kode untuk pos tarif nasional dari barang ekspor maupun impor seperti tersebut dalam kode HS tersebut.
d. Alur Sistem Perdagangan Luar Negeri
Gambar 3.1.
Tabel 3.3 Contoh Komoditi Hasil Laut dan Kode HS – nya :
Kode HS 10 dijit Komoditi Hasil Laut
0302.11.00.00 Ikan Trout, Segar atau Dingin
0302.12.00.00 Ikan Salem Pacific, Segar atau Dingin
0302.31.00.00 Ikan Tuna Bersirip Panjang, Segar atau Dingin 0302.33.00.00 Ikan Skip Jack, Segar atau Dingin
0302.34.00.00 Ikan Tuna Bermata Besar, Segar atau Dingin 0302.35.00.00 Ikan Tuna Bersirip Biru, Segar atau Dingin 0302.40.00.00 Ikan Herring, Segar atau Dingin
0302.50.00.00 Ikan Cod, Segar atau Dingin 0302.70.00.10 Hati Ikan, Segar atau Dingin 0302.70.00.20 Telur Ikan, Segar atau Dingin 0303.11.00.00 Ikan Salem Merah, Beku 0303.21.00.00 Ikan Trout, Beku
0303.31.00.00 Ikan Hallbut, Beku
0303.41.00.00 Ikan Tuna Bersirip Panjang, Beku 0303.42.00.00 Ikan Tuna Bersirip Kuning, Beku
3.4. Jenis Data
Data dan informasi yang dihasilkan oleh Subdirektorat Ekspor dan Impor dapat dilihat pada buku publikasi bulanan, tahunan dan publikasi lainnya. Publikasi bulanan berbentuk Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri (Ekspor dan Impor), sedang publikasi tahunan berbentuk Buku Publikasi Statistik perdagangan Luar Negeri (Ekspor dan Impor). Sementara publikasi lain yang dihasilkan seperti Indeks unit Value Ekspor (tahunan), Analisa Komoditi Ekspor, dan Direktori Eksportir.
Bentuk penyajian data statistik ekspor impor menurut komoditi dibedakan menurut HS 2 dijit, 9 dijit dan 10 dijit, SITC 1, 2, 3, 8 dijit, komoditi HS 9 dijit dan negara tujuan/asal, komoditi HS 9 dijit dan pelabuhan bongkar/ muat. Selain itu juga ekspor impor menurut kelompok komoditi (21 golongan barang), impor menurut golongan penggunaan barang, ekspor menurut golongan barang ISIC.
Publikasi statistik ekspor impor menurut Negara tujuan/asal dan komoditi berdasarkan SITC 3 digit; menurut Negara tujuan/asal dan komoditi berdasarkan komoditi HS 9 digit; menurut Negara tujuan/asal komoditi migas/non migas; menurut kelompok Negara ekonomi; menurut kelompok Negara ekonomi migas/non migas; non migas menurut Negara tujuan/asal utama berdasarkan 9 negara asal utama. Publikasi ekspor impor menurut pelabuhan muat/bongkar menurut propinsi berdasarkan komoditi SITC 3 digit; menurut pelabuhan muat/bongkar migas/non migas.
Di samping berbagai data dan informasi yang dihasilkan tersebut, pengguna data statistik ekspor dan impor juga bisa membuat berbagai indikator untuk keperluan analisis perdagangan internasional (ekonomi) yaitu antara lain Rasio Ekspor dan Impor terhadap PDB, Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor, Persentase Sumbangan Ekspor Impor, Indeks Spesialisasi Perdagangan, Ekspor Produk Dinamik, dan Revealed Comparative Advantage (RCA Index).
3.5. Metode Analisa Data
Dari data ekspor dan impor yang telah dihasilkan Badan Pusat Statistik (BPS), para pengguna data bisa menggunakan indikator perdagangan tersebut
untuk keperluan analisis perdagangan internasional maupun analisis ekonomi berupa indikator-indikator dan indeks sebagai berikut :
a. Rasio Ekspor dan Impor Terhadap PDB
Rasio ekspor impor terhadap PDB ini digunakan untuk mengetahui derajat keterbukaan perdagangan international kegiatan ekonomi domestik suatu negara:
Dalam hal ini :
Xt adalah nilai ekspor barang dan jasa periode (t)
Mt adalah nilai impor barang dan jasa periode (t)
PDBt adalah nilai PDB pada periode (t)
b. Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor
Untuk menghitung pertumbuhan nilai ekspor impor d igunakan formula berikut :
Dalam hal ini :
Gi adalah tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun ekspor impor
Xo adalah nilai total ekspor atau impor pada periode (o)
Xt adalah nilai total ekspor impor pada periode (t)
N adalah banyaknya periode waktu
c. Persentase Sumbangan Ekspor atau Impor
Untuk mengetahui besarnya sumbangan suatu komoditas dalam perdagangan international (ekspor impor) digunakan formula berikut :
dengan : Xi nilai ekspor pada kelompok komoditi (i)
Xt nilai total ekspor
d. Indeks Spesialisasi Perdagangan International
Untuk mengetahui posisi negara sebagai pengekspor atau pengimpor suatu komoditi tertentu digunakan formula berikut :
dengan : Si indeks spesialis perdagangan untuk komoditi (i)
e. Revealed Comparative Advantage (RCA)
Untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu Negara dapat digunakan formula berikut :
Dengan :
Xij nilai ekspor komoditi suatu Negara
Xtj nilai total ekspor Negara
Xiw nilai total ekspor untuk seluruh dunia