• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Semirata Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat. ISBN : , UNSRI Palembang 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Semirata Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat. ISBN : , UNSRI Palembang 2011"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN RUSAK KULIT DAN DAGING BUAH MANGGIS*

(DAMAGE RESISTANCES OF MANGOSTEEN RIND AND FLESH )

Yuwana, S. Hardianto dan H. Koto

Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Jalan W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu, Kode

Pos 383371.A, Faksimile 0736-21290

Email : yuwana@unib.ac.id atau yuwana_2003@yahoo.com

Abstruct

This article present the result of experiment on damage resistace and minimum energy to cause damage of mangosteen rind and flesh due to impact by means of rigid indenter of metalic ball. The aim of experiment was to study the changes of these two parameters mangosteen in respect to fruit maturity and storage time. The result of experiment indicated that the damage resistance of rind varied from 0.637 to 1.681 J/cm3 while the minimum energy to cause damage ranged from 0.056 to 0.229 J in respect to different fruit maturity. The value of rind damage resistance of mature fruit decreased from 0.5 J/cm3 to 0.3 J/cm3 during two weeks storage time but then increased to 0.4 J/cm3 at three weeks storage time indicating that there was a rind hardening for langer fruit storage time. The damage resistance of flesh of fresh mature fruit was 3.74 J/cm3 and decreased to 3.02 J/cm3 at one week storage time and then increased to approximately the previous value (3.71 J/cm3) at three weeks storage time. The minimum energy to cause damage of mature fruit sharply decreased from 0.4 J to 0.1 J at two weeks storage time and then extremely increased to 0.5 J at three weeks storage time.

Keywords : mangosteen, damage resistance, minimum energy to cause damage, maturity, storage

(2)

PENDAHULUAN

Agribisnis buah manggis segar sangat menjanjikan karena permintaan ekspor buah tersebut sangat besar. Taiwan merupakan pasar terbesar manggis Indonesia sementara negara pengimpor yang lain adalah Jepang, Brunei, Hongkong, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Belanda, Perancis, Swis dan Amerika Serikat. Kulit buah memegang peran sangat penting pada kualitas buah segar. Penampilan kulit buah yang mulus akan menumbuhkan daya tarik pertama konsumen sebelum mereka mengakses parameter kualitas yang lain. Disamping berfungsi menjaga daya tarik konsumen kulit buah juga berfungsi melindungi buah dari terpaan gaya/energi mekanis dari luar terutama bagi buah yang mempunyai struktur kulit tebal dan tekstur kuat seperti manggis. Kulit yang rusak akan memudahkan lepasnya air dari produk sehingga buah mudah terdehidrasi. Bagian yang rusak juga memudahkan akses hama dan penyakit yang akan merusak buah dari aspek fisik dan kimiawi. Rusaknya kulit pada buah manggis juga disinyalir menjadi penyebab gangguan getah kuning yang menjadi penyebab utama buah ini tidak lolos sortasi kualitas untuk produk ekspor. Kerusakan kulit menimbulkan kerusakan daging buah yang dilindunginya. Bentuk kerusakan yang diderita oleh hampir semua jenis buah termasuk buah manggis adalah memar. Memar dapat dideteksi melalui pelunakan dan munculnya warna coklat pada jaringan daging buah yang terpengaruh. Pelunakan ini terjadi akibat degradasi dinding sel dan lamela tengah oleh beberapa enzim sedangkan pencoklatan disinyalir sebagai akibat dari proses oksidasi poliphenol karena keberadaan enzim poliphenoloksidase, walaupun masih belum dapat dipastikan di sisi sebelah mana sebenarnya reaksi tersebut terjadi (Ruiz et al., 1989).

Untuk menstudi kerusakan biasanya produk dikenai pembebanan dari luar baik

pembebanan statis dan pembebanan dinamis. Nelson and Mohsenin (1968) mengadakan pembebanan statis dengan meletakkan beban mati diatas susunan tiga buah apel yang mempunyai diameter hampir sama dan mengukur deformasi yang dihasilkan. Holt and Schoorl (1977) juga mengadakan pembebanan statis pada buah dengan mempergunakan plat datar yang dikendalikan oleh mesin Instron untuk menekan buah tersebut. Pembebanan dinamis yang biasa dioperasikan adalah metode buah jatuh bebas (Diener et al., 1979; Hammerle and Mohsenin, 1966; Klein, 1987), metode impak dengan pendulum (Nelson and Mohsenin, 1968; Finney et al., 1975; Hyde and Ingle, 1967; Topping and Luton, 1986), metode impak dengan indenter yang dikendalikan dengan mesin (Clevenger and Hamann, 1968; Holt and Schoorl, 1977) dan metode impak dengan massa jatuh

(3)

bebas menimpa buah (Robitaille and Janick, 1973; Chen and Sun, 1981; Saltveit, 1984; Fluck and Ahmed, 1973).

Pada pembebanan statis pengukuran dilakuan terhadap energi terserap dan deformasi yang dihasilkan. Sedangkan pada pembebanan dinamis pengukuran biasa dilakukan terhadap energi terserap dan volume kerusakan yang dihasilkan dan selanjutnya menarik hubungan antara energi terserap dan volume kerusakan tersebut yang kemudian dinyatakan sebagai kepekaan rusak (dalam satuan ml/J) ataupun sebaliknya sebagai ketahanan rusar (dalam satuan J/ml).

Ketahanan rusak telah dinyatakan sebagai parameter untuk menduga volume kerusakan dan evaluasi pengemasan, penanganan dan pendistribusian buah (Schoorl and Holt, 1980). Parameter ini juga telah diadopsi sebagai alat untuk mengevaluasi kerusakan pada bermacam-macam buah dengan berbermacam-macam-bermacam-macam perlakuan seperti suhu (Nelson and Mohsenin, 1968; Schoorl and Holt, 1977; Salveit, 1984; Holt and Schoorl, 1984; Klein, 1987), varietas apel (Schoorl and Holt, 1977; Topping and Luton, 1986), kemasakan apel (Diener et al., 1981; Klein, 1987).

Pada penelitian ini untuk menghindarkan terjadinya kerusakan kulit maupun daging buah perlu distudi ketahanan rusak dan energi minimum penyebab rusaknya. Selama dalam penyimpanan jaringan kulit buah maupun daging buah akan mengalami perubahan tekstur sehingga perlu juga distudi perubahan nilai ketahanan rusak dan energi minimum penyebab rusak kuli dan daging buah selama penyimpanan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan ketahanan rusak dan energi minimum penyebab rusak kulit buah dengan berbagai tingkat kemasakan, dan mengetahui perubahan nilai ketahanan rusak kulit dan energi minimum penyebab rusaknya selama penyimpanan; selanjutnya untuk menentukan ketahan rusak daging buah dan energi minimum penyebab rusaknya serta mengetahui perubahannya selama proses penyimpanan.

METODE PENELITIAN

Metode impak benda jatuh bebas digunakan untuk menghasilkan kerusakan pada buah manggis. Peralatan impak terdiri dari bola besi (diameter 4,2 cm berat 300 gr) dan pengarah sasaran yang terbuat dari pipa peralon dengan diameter 4,7 cm yang dipasang tegak pada sebuah statif besi tuang. Untuk menghasilkan energi impak yang berbeda, dinding pipa dilobangi pada ketinggian yang berbeda sebagai tempat paku pengunci penahan bola besi yang sedang diletakkan di dalamnya. Pada saat perlakuan impak, paku pengunci terlebih dahulu dipasang pada ketinggian yang ditentukan, kemudian bola besi dimasukkan ke dalam pipa melalui ujung atas pipa sehingga bola tersebut tertahan oleh paku pengunci. Sampel buah manggis yang akan dikenai impak diletakkan menempel

(4)

diujung bawah pipa dan ditahan kua-kuat dengan telapak tangan. Selanjutnya bola dijatuhkan dengan mencabut paku pengunci dan membentur buah pada bagian equatorialnya.dan mengasilkan kerusakan pada bagian tersebut (kulit dan atau buah).

Energi impak dan energi terserap yang dibangkitkan dihitung dengan rumus sebagai berikut.

E = m.g.h ...( 1 ) Ea = m.g. (h – h1) ...( 2 )

Dimana E = energi benturan (J), Ea = energi terserap, m = massa bola besi (kg) dan g =

konstanta gravitasi (9,81m/s2), m.g = w = berat bola, h = ketinggian jatuh bola (m), h1 =

ketinggian pantulan bola (m). Disini tinggi pantul bola setelah membentur buah sangat kecil untuk ketinggian yang diaplikasikan, sehingga diasumsikan bahwa semua energi impak terserap oleh buah atau dengan kata lain energi terserap sama dengan energi impak.

Kerusakan buah akibat benturan diamati dan volume kerusakan ditentukan dengan membelah kulit dan daging buah rusak tersebut (lihat Gambar 1) dan mengukur diameter (d) dan kedalaman kerusakan (t).

Gamabr 1. Bentuk kerusakan kulit dan daging buah

Volume kerusakan diasumsikan berbentuk semi oblate speroid dan dihitung dengan rumus sebagai berikut (Chen and Sun, 1981).

V = (1/6) ( d2t) ...( 3 ) Disini V dalam satuan mm3 sedangkan d dan t masing-masing adalah diameter kerusakan (mm) dan kedalaman kerusakan (mm).

Sampel buah manggis yang dipakai dalam penelitian diperoleh dari kebun masyarakat Desa Sukarami, Kabupaten Bengkulu Tengah, Propinsi Bengkulu. Sampel

d

(5)

buah manggis dipanen dari pohon tanpa dijatuhkan untuk menghindarkan buah dari kerusakan awal. Pengambilan sampel direncanakan sesuai dengan tujuan penelitian.

Sampel buah pertama terdiri dari 80 buah yang dikelompokkan ke dalam 4 kategori tingkat kemasakan masing-masing 20 buah. Kategori kemasakan 1 (K1) yakni kulit buah berwarna kuning kehijauan, kulit masih banyak mengandung getah dan belum begitu siap dipetik. Kategori kemasakan 2 (K2) yakni kulit buah berwarna hijau kekuningan, belum kurang tua, buah masih mengandung getah dan masih sulit dipisahkan dari kulit. Kategori kemasakan 3 (K3) yakni kulit buah berwarna kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata, buah hampir tua, getah sudah banyak berkurang dan buah masih agak sulit dipisahkan dari kulit. Kategori kemasakan 4 (K4) yakni kulit buah berwarna merah kecoklatan, kulit masih bergetah, isi buah sudah mudah dipisahkan dari kulit dan buah sudah siap dipanen. Masing-masing buah dikenai 5 tingkat energi yang berbeda.

Sampel buah kedua terdiri dari 80 buah dengan kategori kemasakan yang seragam dan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, masing-masing 20 buah. Kelompok buah pertama diuji impak pada hari ke 1 sedangkan sisanya disimpan pada lemari pendingin dengan suhu 5 derajat C untuk dikenai uji impak pada minggu-minggu berikutnya. Suhu penyimpanan ini dipakai berdasarkan temuan bahwa pada suhu 4-6 derajat C buah manggis dapat tetap segar selam 40 hari sedangkan pada suhu 9-12 derajat C tahan selama 33 hari (Anonim, 2008). Setiap kelompok buah dikenai uji impak dengan 5 tingkat energi yang berbeda. Semua uji impak dilakukan pada suhu kamar.

Untuk setiap perlakuan analisa regresi linier dilakukan untuk mengkorelasikan hubungan antara energi terserap dan volume kerusakan, yang dituangkan menurut kaidah mekanika yaitu energi terserap sebagai sumbu x dan volume kerusakan sebagai sumbu y. Ketahanan rusak merupakan kemiringan grafik (dengan satuan J/cm) sedangkan energi minimum penyebab rusak merupakan titik potong grafik dengan sumbu y (dengan satuan J). Nilai ketahan rusak dan energi minimum untuk kulit diplotkan terhadap tingkat kemasakan. Selanjutnya nilai ketahanan rusak dan energi minimum penyebab rusak baik untuk kulit maupun daging buah juga diplotkan terhadap waktu untuk melihat perubahan parameter ini selama penyimpanan. Volume kerusakan yang diplotkan tehadap tiap tingkat energi terserap adalah nilai rata-rata volume kerusakan dari 20 buah.

(6)

Kerusakan yang terjadi pada kulit ditandai dengan perbedaan warna pada kulit yang terpengaruh dan untuk buah relatif segar kerusakan juga ditandai getah yang mengental pada bagian tersebut sehingga mudah diamati dan diukur dimensinya untuk menghitung volume kerusakannya.

Ketahanan Rusak dan Energi Minimum Penyebab Rusak

Gambar 2 memperlihatkan grafik hubungan antara volume kerusakan kulit dan energi terserap. E1= 1,6812 Vk1+ 0,2288 R2= 0,995 E2= 1,4958 Vk2+ 0,0559 R2= 0,9915 E3= 0,9186 Vk3+ 0,1384 R2= 0,9919 E4= 0,6367 Vk4+ 0,1706 R2= 0,9949 0.0 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 0.0 1.0 2.0 3.0 E n e rg i T e rs e ra p , E ( J )

Volume Kerusakan Kulit, Vk (cm3) TK1 TK2 TK3 TK4

Gambar 2. Grafik hubungan antara volume kerusakan kulit dan energi terserap untuk tingkat kemasakan buah yang berbeda.

Dari grafik Gambar 2 dapat dibaca nilai ketahanan rusak kulit dari kemiringan grafik dan energi minimum penyebab rusak kulit dari titik potong grafik dengan sumbu y. Nilai ketahanan rusak kulit bervariasi dari 0,637 J/cm3 sampai 1,681 J/cm3 sementara nilai energi minimum penyebab rusak kulit bervariasi dari 0,056 J sampai 0,229 J karena perbedaan tingkat kemasakan buah. Perubahan nilai ketahanan rusak kulit dan energi minimum penyebab rusak kulit selama proses pemasakan diperlihatkan masing-masing oleh Gambar 3 dan 4 di bawah.

(7)

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 TK1 TK2 TK3 TK4 K e ta h a n a n R u s a k K u li t (J /c m 3) Tingkat Kemasakan

Gambar 3. Grafik hubungan anatara tingkat kemasakan buah dan ketahanan rusak kulit 0,0 0,1 0,2 0,3 TK1 TK2 TK3 TK4 Tingkat Kemasakan E ne rgi M in im um P e ny e bab R us a k K ul it ( J )

Gambar 4. Grafik hubungan antara tingkat kemasakan buah dengan energi minmum penyebab rusak

Dari grafik Gambar 3 terlihat bahwa ketahanan rusak kulit menurun secara cukup reguler dengan semakin miningkatnya kemasakan buah. Ketahanan rusak kulit buah menurun ke hampir sepertiganya dari buah yang sangat mentah sampai buah mendekati matang. Sementara dari grafik Gambar 4 energi minimum penyebab rusak kulit mempunyai kecenderungan yang kurang menentu, nilainya sangat tinggi ketika buah masih sangat mentah dan menurun drastis tetapi meningkat lagi mendekati buah siap dipanen.

Gambar 5 memperlihatkan grafik hubungan antara volume kerusakan daging buah dengan energi terserap untuk lama simpan yang berbeda.

(8)

E0 = 3,7346 Vb0 + 0,3824 R2= 0,976 E7 = 3,0185 Vb7 + 0,3181 R2= 0,997 E14 = 3,3551Vb14 + 0,1235 R2= 0,9982 E21` = 3,708 Vb21 + 0,4926 R2= 0,9223 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 E n e rg i T e rs e ra p , E ( J )

Volume Kerusakan Daging Buah, Vb (cm3)

H0 H7 H14 H21

Gambar 5. Grafik hubungan antara volume kerusakan daging buah dengan energy terserap untuk lama simpan yang berbeda.

Dari grafik Gambar 5 nilai ketahanan rusak daging buah bervariasi dari 3,019 J/cm3 sampai 3,735 J/cm3 sementara energi minimum penyebab rusak daging buah bervariasi dari 0,124 J sampai 0,493 J.

Kalau kita bandingkan nilai ketahanan rusak kulit dengan nilai ketahanan rusak daging buah demikian juga energi minimum penyebab rusak kulit dengan energi minimum penyebab rusak daging buah maka kedua-duanya hampir setengah kalinya (grafik Gambar 2 dengan grafik Gambar 5). Hal ini harus difahami secara seksama supaya tidak menimbulkan salah persepsi seolah-olah daging buah lebih kuat dari kulit buah. Akan tetapi hal ini memberikan pengertian bahwa kerusakan buah baru terjadi setelah kekuatan kulit buah terlampaui terlebih dahulu yakni kira-kira dua kali ketahanannya.

Perubahan Nilai Ketahanan Rusak dan Energi Minimum Penyebab Rusak Selama Penyimpanan

Gambar 6 memperlihatkan grafik hubungan antara nilai ketahanan rusak kulit buah dengan lama penyimpanan.

(9)

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0 7 14 21

Lama Penyimpanan, h (Hari)

K e ta ha na n R us a k K ul it ( J /c m 3 )

Gambar 6. Grafik hubungan antara nilai ketahanan rusak kulit dan lama penyimpanan

Dari grafik Gambar 6 tersebut terlihat bahwa nilai ketahanan rusak kulit menurun dari sekitar 0,5 J/cm3 ke 0,3 J/cm3 dalam dua minggu penyimpanan tetapi meningkat lagi menjadi sekitar 0,4 J/cm3 pada lama penyimpanan tiga minggu. Hal ini mengisyaratkan terjadinya pengerasan kulit setelah lama penyimpanan di atas dua minggu.

Gambar 7 memperlihatkan grafik hubungan antara nilai ketahanan rusak daging buah dengan lama penyimpanan.

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 0 7 14 21

Lama Penyimpanan (Hari)

K e ta ha nan R us a k D ag ing B ua h (J/ c m 3 )

Gambar 7. Grafik hubungan antara ketahanan rusak daging buah dengan lama penyimpanan

(10)

Grafik Gambar 7 di atas memperlihatkan bahwa buah segar mempunyai nilai ketahanan rusak paling tinggi (3,74 J/cm3). Nilai ini menurun pada lama penyimpanan satu minggu (3,02 J/cm3) tetapi naik lagi mendekati nilai ketahanan rusak buah segar lagi (3,71 J/cm3) pada umur simpan tiga minggu. Kecenderungan ini sejalan dengan nilai ketahanan rusak kulit yang mengisyaratkan bahwa kulit sangat perperan dalam melindungi daging buah terhadap kerusakan. Semakin kuat (tahan) kulit semakin mampu melindungi daging buahnya.

Gambar 8 memperlihatkan grafik hubungan antara energi minimum penyebab rusak daging buah dengan lama penyimpanan.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0 7 14 21

Lama Penyimpanan (hari)

E ne rgi M in im um P e ny e bab R us a k D agi ng B ua h( J )

Gambar 8. Grafik hubungan antara energi minimum penyebab rusak daging buah dengan lama penyimpanan

Grafik pada Gambar terakhir di atas memperlihatkan bahwa energi minimum penyebab rusak daging buah turun drastis dari sikitar 0,4 J ke sekitar 0,1 J pada dua minggu pertama penyimpanan selanjitnya melonjak sangat tinggi (sekitar 0,5) pada minggu ke tiga penyimpanan. Hal ini kembali menegaskan terjadinya pengerasan kulit buah setelah lama penyimpanan dua minggu.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Nilai ketahanan rusak kulit bervariasi dari 0,637 J/cm3 sampai 1,681 J/cm3 sementara nilai energi minimum penyebab rusak kulit bervariasi dari 0,056 J sampai 0,229 J.

(11)

2. Ketahanan rusak kulit buah menurun ke hampir sepertiganya dari buah yang sangat mentah sampai buah mendekati matang sementara energi minimum penyebab rusak kulit mempunyai kecenderungan yang kurang menentu, nilainya sangat tinggi ketika buah masih sangat mentah dan menurun drastis tetapi meningkat lagi mendekati buah siap dipanen.

3. Nilai ketahanan rusak kulit buah masak menurun dari sekitar 0,5 J/cm3 ke 0,3 J/cm3 dalam dua minggu penyimpanan tetapi meningkat lagi menjadi sekitar 0,4 J/cm3 pada lama penyimpanan tiga minggu, yang mengindikasikan adanya pengerasan kulit setelah buah dua minggu disimpan.

4. Nilai ketahanan rusak daging buah untuk buah masak segar paling tinggi (3,74 J/cm3) dan nilai ini menurun pada lama penyimpanan satu minggu (3,02 J/cm3) tetapi naik lagi mendekati nilai ketahanan rusak buah masak segar lagi (3,71 J/cm3) pada umur simpan tiga minggu.

5. Nilai energi minimum penyebab rusak daging buah masak turun drastis dari sikitar 0,4 J ke sekitar 0,1 J pada dua minggu pertama penyimpanan selanjitnya melonjak sangat tinggi (sekitar 0,5) pada minggu ke tiga penyimpanan

6. Nilai ketahanan rusak kulit dan energi minimum penyebab rusak kulit hampir setengah nilai ketahanan rusak daging buah dan energi minimum penyebab rusak daging buah yang memberikan pengertian bahwa kerusakan buah baru terjadi setelah kekuatan kulit buah terlampaui terlebih dahulu yakni kira-kira dua kali ketahanannya.

Saran

Disarankan agar kulit dan daging tidak rusak maka buah manggis harus dihindarkan dari terpaan energi dari luar lebih besar dari 0,06 J.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Budidaya tanaman manggis. http//www.dipertahorumbar.web.id/buku.

Chen, P. and Z. Sun, 1981. Impact Parameters Related to Bruise Injury in Apples. ASAE papers 81 3041.

Clevenger, jr., J.T. and D.D. Hamann, 1968. The Behaviour of Apple Skin under Tensile Loading. Transactions of the ASAE 11 : 34-37.

Diener, R.G., K.C. Elliott, P.E. Nesselroad, M. Ingle, R.E. Adams and S.H. Blizzard, 1979. Bruise Energy of Peaches and Apples. Transactions of the ASAE 22 : 287-290.

(12)

Diener, R.G., S. Singha and J. Petit, 1981. The Effect of Apple Maturity and Firmness on Bruise Volume. ASAE and CSAE papers No. NAR 881-303.

Finney jr., E.E. and D.R. Massie, 1975. Instrumentation for Testing the Response of Fruits to Mechanical Impact Transactions of the ASAE 18 : 1184-1187-1192.

Fluck, R. and E.M. Ahmed, 1973. Impact Testing of Fruits and Vegetables. Transactions of the ASAE 16 : 660-666.

Hyde, J.F. and M. Ingle, 1968. Size of Apple Bruises as Affected by Cultivar, Maturity and Time in Storage. Proc. Amer. Soc. Hort. Sci. 92 : 733-738.

Hammerle, J.R. and N.N. Mohsenin, 1966. Some Dynamic Aspects of Fruit Impacting Hard and Soft Materials. Transactions of the ASAE 9 : 484-488.

Holt, J.E. and D. Schoorl, 1977. Bruising and Energy Dissipation in Apples. Journal of Texture Studies 7 : 421-432.

Holt, J.E. and D. Schoorl, 1984. Mechanical Properties and Texture of Stored Apples. Journal of Texture Studies 15 : 377-394.

Klein, J.D., 1987. Relationship of Harvest Date, Storage Conditions and Fruit Characteristics to Bruising Susceptibility of Apple. J Amer. Soc. Hort. Sci 112 (1) : 113-118.

Nelson, C.W. and N.N. Mohsenin, 1968. Maximum Allowable Static and Dynamic Loads and Effect of Temperature for Mechanical Injury in Apples. J Agric. Eng. Res. 13(4) : 305-317.

Robitaille, H.A. and J. Janick, 1973. Ethylene Production and Bruise Injury in Apple. Amer. Soc. Hort. Sci. 9(7) : 411-413.

Ruiz, M., C. Garcia and L. Rodriquez, 1989. Impact Bruises in Pomaceae Fruits; Evaluation Methods and Structural Features. 41CPPAM, Rostock, 6DR.

Saltveit, J.R.M.E., 1987. Effects of Temperature on Firmness and Bruising of Starkrimson

Delicious and Golden Delicious Apples. Hort. Science 19(4) : 550-551.

Schoorl, D. and J.E. Holt, 1977. The Effects of Storage Time and Temperature on the Bruising of Jonathan, Delicious and Granny Smith Apples. journal of Texture Studies 8 : 409-416. Schoorl, D. and J.E. Holt, 1980. Research Note Bruise Resistance meansurements in Apples.

Journal of Texture Studies 11 : 389-394.

Topping, A.J. and M.T. Luton, 1986. Cultivar Differences in the Bruising of English Apples.

(13)

Gambar

Gambar  2  memperlihatkan  grafik  hubungan  antara  volume  kerusakan  kulit  dan  energi terserap
Gambar 3. Grafik hubungan anatara tingkat kemasakan buah dan ketahanan rusak                     kulit  0,00,10,20,3 TK1 TK2 TK3 TK4 Tingkat KemasakanEnergi Minimum PenyebabRusak Kulit (J)
Gambar 5. Grafik hubungan antara volume kerusakan daging buah dengan energy                     terserap untuk lama simpan yang berbeda
Gambar 6. Grafik hubungan antara nilai ketahanan rusak kulit dan lama penyimpanan
+2

Referensi

Dokumen terkait

13 Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV Sutami - Kalianda beserta Gardu Induk 150 kV terkait yang berlokasi di Provinsi Lampung hasil kegiatan Satuan Kerja Unit

Kejang absens dapat dibagi menjadi kejang absens simpel )tipikal/ atau disebut juga  petit mal dan kejang absens kompleks )atipikal/. Kejang absens tipikal ditandai

Alamat surat ada dua macam. Pertama, alamat luar, yaitu alamat yang ditulis pada sampul surat. Kedua, alamat dalam, yaitu alamat yang ditulis pada kertas

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Melalui kegiatan menggali informasi dari percobaan, siswa dapat membuat laporan untuk menjelaskan cara menjernihkan air yang kotor.. SUMBER BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terkait jawaban siswa usia 12-17 tahun di Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, diperoleh beberapa temuan terkait

Peserta kelas ibu hamil sebaiknya kelas ibu hamil pada umur kehamilan 20 s/d 30 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dwi Sunar (2008: 61) salah satu hal yang dapat dilakukan agar siswa dapat belajar sambil bermain yaitu dengan memodifikasi media