BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang bahagia, sejahtera, tentram dan
damai. Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan pernikahannya berjalan
mulus dan terus bertahan sampai maut memisahkan seperti janji yang mereka
ucapkan saat mengikat cinta mereka. Namun, tidak dipungkiri bahwa dalam setiap
pernikahan atau rumah tangga, pastinya akan ditemui berbagai masalah, entah
masalah kesalahpahaman hingga yang berujung konflik dan akhirnya membuat
pasangan suami istri tidak mampu menyelesaikannya dan mengambil keputusan
untuk bercerai.
Perceraian dari kata dasar cerai yang berarti putus hubungan secara formal
menurut pengadilan, agama maupun hukum.1 Perceraian juga diartikan sebagai cerai
hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan
peran sebagai orang tua.2 Faktor-faktor yang menyebabkan perceraian adalah faktor
budaya, ekonomi, sosial, dan faktor emosional. Adapun dampak yang sangat
dirasakan dari perceraian ini adalah anak-anak dan perempuan, namun dalam
penelitian ini, penulis akan memfokuskan kepada dampak perceraian terhadap
perempuan.
Penulis menemukan pada banyak kasus, perempuan yang mengalami perceraian
memaknai hancurnya rumah tangga mereka dengan alasan-alasan tertentu. Ada
1
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Lux (Semarang: Widya Karya, 2011), 107.
2
perempuan yang meyakini bahwa perceraian hanya terjadi ketika ada kematian.3
Perempuan lain mengatakan bahwa ingin segera bercerai karena tidak tahan lagi
dengan perbuatan suami yang terus berselingkuh.4 Ada juga perempuan yang
ditinggalkan suaminya dan diceraikan karena memiliki anak yang cacat.5
Alasan-alasan perceraian yang diungkapkan para perempuan di atas, melahirkan
suatu persepsi tentang peran mereka paska perceraian.
Mawar memahami bahwa keluarga dan pernikahan adalah anugerah Tuhan, dan
yang dapat memutuskan pernikahan hanyalah kematian. Dalam kasusnya, perceraian
tidak diinginkannya, tetapi suaminya tetap ingin bercerai dan memilih
meninggalkannya bersama kedua anak mereka. Akhirnya, mawar tinggal sendiri
bersama kedua anaknya. Mawar tidak memiliki pekerjaan tetap, namun tetap
berusaha menghidupi kedua anaknya.6
Bagi Rosa, ia terpaksa bercerai karena tidak sanggup hidup bersama suaminya.
Rosa tidak memiliki pekerjaan tetap dan ia mengalami kesulitan untuk menghidupi
ketiga anaknya. Ada banyak pekerjaan yang sudah diupayakaannya, namun tidak
satu pun didapatinya. Akhirnya ia meninggalkan Kota Ambon dan pindah ke Sorong
untuk mencari pekerjaan.7 Anak-anaknya dititipkan ke orang tuanya.
3
Wawancara dengan Mawar 59 tahun (perempuan yang diceraikan), Ambon, 11 Desember 2014. Semua informan dalam penelitian ini menggunakan nama samaran guna melindungi informan dan memberikan mereka keleluasaan untuk menyampaikan informasi.
4
Wawancara dengan Rosa 35 tahun (Perempuan yang menceraikan) Ambon, 14 Desember 2014.
5
Wawancara dengan Jasmin 43 tahun (perempuan yang diceraikan), Ambon, 13 Desember 2014.
6
Wawancara dengan Mawar.
7
Dalam kisah Jasmin, setelah suaminya meninggalkan ia bersama anaknya yang
cacat, ia mengalami kesulitan karena tidak memiliki pekerjaaan tetap. Pada
akhirnya, keluarganya membantu membiayai kehidupannya bersama anak-anaknya.8
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Peran Perempuan Paska Perceraian di GPM Jemaat Kategorial
Lanud Pattimura dari Perspektif Konseling Feminis dengan rumusan masalahnya
ialah :
1. Bagaimana peran perempuan paska perceraian di GPM Jemaat Kategorial
Lanud Pattimura dari perspektif Konseling Feminis?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ialah
Mendeskripsikan dan menganalisis peran perempuan paska perceraian di GPM
Jemaat Kategorial Lanud Pattimura dari perspektif Konseling Feminis.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dalam penelitian ini yakni ; pada tataran akademis,
dapat menjadi sumbangan bagi pengembangan studi konseling feminis,
terkhususnya studi tentang perceraian dan perempuan. Pada tataran praksis, dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi perempuan-perempuan yang mengalami
perceraian khususnya di GPM Jemaat Kategorial Lanud Pattimura.
8
1.5Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan ini ialah metode penelitian
deskriptif analisis.
Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat, sedangkan studi analisis ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan-hubungan.9
Yang dideskripsikan dan dianalisis dalam penelitian adalah peran perempuan
paska perceraian di GPM Jemaat Kategorial Lanud Pattimura. Analisis feminis yang
akan digunakan adalah tentang peran perempuan paska perceraian dalam kaitan
dengan rekonstruksi kebebasan, sehingga memungkinkan perempuan untuk dapat
melakukan apa saja pada kehidupannya tanpa ada batasan dan pengekangan.10 Jenis
Penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Kualitatif.
Penelitian Kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.11
Teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Informan yang akan
diwawancarai untuk mendukung penelitian ini adalah empat perempuan yang
mengalami perceraian di GPM Jemaat Kategorial Lanud Pattimura, tiga diantaranya
adalah fokus penulis, dan satu adalah pembanding. Lokasi penelitian yang penulis
pilih adalah GPM Jemaat kategorial Lanud Pattimura. Alasan penulis memilih lokasi
ini ialah karena dari hasil observasi dan wawancara selama pra penelitian, penulis
menemukan ada banyak masalah yang dialami ibu-ibu (para perempuan) yang telah
bercerai. Lokasi ini juga strategis serta dapat memudahkan penulis untuk menjangkau
para narasumber yang akan diwawancarai.
9
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 89.
10
MusaW. Dube, Postcolonial Feminist Interpretation of the Bible (Amerika: Chalice Press, 2000), 30. 11
Berdasarkan metode penelitian ini, maka yang akan penulis gunakan sebagai teori
acuan ialah Teori Konseling Feminis Stein.
1.6Sistematika Penulisan
Tulisan ini terdiri dari empat bab, antara lain: bab satu yakni pendahuluan yang
berisi tentang uraian latar belakang dari penulisan ini, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kajian penelitian, metode penelitian, teori dan
sistematika penulisan. Bab dua tentang konseling feminis yang meliputi: definisi,
faktor penyebab serta dampak perceraian; pengertian konseling pastoral dan
konseling feminis, peran perempuan paska perceraian dari perspektif konseling
feminis. Bab tiga tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi deskripsi
dan analisis peran perempuan paska perceraian. Bab empat tentang penutup meliputi
kesimpulan yang berisi temuan-temuan dan saran-saran yang berupa kontribusi dan
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.