• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revolusi Islam Syiah: studi komparatif Ayatullah Muhammad Baqir al Shadr (1931-1980) dan Ayatullah Khomeini (1902-1989).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Revolusi Islam Syiah: studi komparatif Ayatullah Muhammad Baqir al Shadr (1931-1980) dan Ayatullah Khomeini (1902-1989)."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan dengan tema revolusi Islam Syi’ah : studi komparatif gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini. Yang didalamnya terdapat beberapa rumusan masalah seperti : Pertama, Siapakah Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini.Kedua, Bagaimana gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam serta dampaknyadan ketiga, Bagaimana Perbandingan Gerakan politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini yang dari keseluruhannya menjadi fokus dalam penelitian ini.

Pendekatan dan metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah politik yang disertai dengan studi Biografi dan komparasi (perbandingan). Menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan atau studi pustaka. Sedangkan untuk teorinya menggunakan teori politik Islam Ibn Taimiyah, dan Teori comparative.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis perbandingan dari gerakan politik Islam Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr di Irak dan Ayatullah Khomeini di Iran, memiliki persamaan dan perbedaanterkait dengan gerakan politik mereka. Dari sisi perbedaan ada tiga hal, yakni pertama, jalur pelaksanaan gerakan politik Islam Syiah mereka. Kedua, hasil dari gerakan politik Islam Syiah al-Shadr dan Khomeini. Yang ketiga, pengaruh yang ditimbulkan oleh gerakan politik mereka. Sedangkan dari persamaan ada empat point. Pertama, visi dan misi yang sama-sama dari konsep Imamah. Kedua, latar belakang munculnya gerakan politik Islam Syiah mereka. Ketiga, peran penting al-Shadr dan Khomeini dalam aktivitas gerakan politik Islam mereka. Keempat, upaya gerakan politik Islam Syiah al-Shadr di Irak dan Khomeini di Iran.

(7)

ABSTRACT

This minithesis has the result from literature research with theme the Islam

Shi’i revolution : Comparative study Shii political movement of Ayatullah

Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini. Which some including, formulation as : the first, who is Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini. Second, what the political movement Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini with Islam revolution and their movement impact. Third, what comparative the political movement between Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini, and altogether become focus with this research.

The approach and method in this research use political history approach along with biography study and comparative. And using the qualitative research method with library research or literature research genre. While the theory use Islam politics theory from Ibn Taimiyah and comparative theory.

The result from this research indicate has comparative analysis of political movement Islam Shii. Their have the similarity anddifferentiation about their political movement. From division the similarity has three point, The first, implementation track of their political movement. Second, the result of their political movement. Third, the impact has showing of their political movement. While the differentiation has four point, first, the perspective and mission equaaly of the Imamah idea. Second, the behind background of appear their Islam Shi’i political movement. Third, the important role al-Shadr and Khomeini of their activity Islam Shii political movement. And fourth, the efforts of Islam Shii political movement al-Shadr in Irak and Khomeini in Iran.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Pendekatan danKerangkaTeori ... 7

F. PenelitianTerdahulu ... 9

G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II : BIOGRAFI AYATULLAH MUHAMMAD BAQIR AL-SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI ... 16

A. Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr (1931-1980) ... 16

(9)

C. Karakteristik Pemikiran Ayatullah Muhammad Baqir

Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam politik Syi’ah... 35

BAB III : GERAKAN POLITIK SYIAH : BAQIR AL-SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI SERTA DAMPAKNYA .... 41

A. Gerakan politikAyatullah Muhammad Baqir Al-Shadr ... 41

B. Gerakan politik Ayatullah Khomeini ... 47

C. Dampak Gerakan politik Mereka bagi Revolusi Islam .... 55

BAB IV : PERBANDINGAN GERAKAN POLITIK BAQIR AL- SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI ... 60

A. Perbedaan GerakanpolitikAyatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini ... 60

B. Persamaan GerakanpolitikAyatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini ... 69

C. Respon Dunia Islam TerhadapGerakanPolitikMereka ... 76

BAB V : PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN- LAMPIRAN ... 87

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Syiah merupakan sebutan yang dilekatkan bagi mereka pengikut setia

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiya Allᾱh ‘anhu, sepupu sekaligus menantu Rasulullah ShallᾱAllᾱh ‘alayh Wasallam. Untuk asal usul kelahiran Syiah terdapat ragam pendapat mengenai hal tersebut, dan pendapat yang paling populer

mengatakan bahwa Syiah muncul setelah terjadinya kegagalan perundingan antara

pihak Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiya Allᾱh ‘anhu dengan pihak Muawiyah bin Abi Sufyan dalam perang Shiffin,1 atau yang lazim dikenal dengan peristiwa

Tahkim (arbitrase).2 Menurut pandangan orang Syiah sebenarnya yang berhak

untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad Shallᾱ Allᾱh ‘alayh

Wasallam setelah beliau wafat adalah Ali bin Abi Thalib dan ahlul

bait.3Mengikuti perkembangan Syiah selanjutnya, aliran Syiah mulai tampak

secara nyata menjadi sebuah aliran yang berhaluan politik. Hal seperti ini dimulai

sejak akhir periode pemerintahan Utsman bin Affan Radhiya Allᾱh ‘anhu yang berada di Mesir, yang kemudian berlanjut dan tumbuh pesat pada periode Ali bin

1

Perang Shiffin merupakan perang yang terjadi antara Muawiyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib Radiya allahu anhu. Perang ini terjadi di wilayah Shiffin, oleh sebab itu perang ini disebut dengan perang Shiffin. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam :Dirasah Islamiyah II (Jakarta : P.T Raja Grafindo Persada,2008), 40.

2

Usaha yang dilakukan seorang perantara (orang ke-3) dalam meleraikan sengketa atau perselisihan. Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru (Surabaya : Amelia Surabaya, 2003), 24.

3

Sebutan bagi orang-orang keturunan Rasulullah dari putrinya yakni Fatimah az-Zahra binti Nabi Muhammad Shallᾱ Allᾱh ‘alayh Wasallam. Jalaludin Rakhmat, Rintihan Suci Ahlul Bait Nabi

(11)

Abi Thalib Radhiya Allᾱh ‘anhu yang berpusat di Kufah, Irak.4Karena hal ini pulalah yang membuat para Revolusioner5 muslim menjadikan politik sebagai

bagian dari Islam.

Sekitar abad ke-20 M kaum Syiah termasuk menjadi kelompok Mayoritas,

jumlahnya mencapai 57% dari 25 juta penduduk Irak. Komposisi etnis agama di

Irak ialah 53% Arab Syiah, 21% Arab Sunni, 14% Kurdi Sunni, 5% Arab

Non-Muslim, 6% Non-Arab Non- Muslim. Pada umumnya umat Syiah didominasi oleh

kawasan Irak selatan dan Timur seperti Bashrah, Karbala, Diwaniyah, Hillah,

„Amarah, Muntafiq, Kut, Najaf, Kazimain, dan Al-Thaurah. Wilayah Karbala dan

Najaf dikenal sebagai kota Suci umat Syiah yang ada di negara Irak.6 Dan di Irak

inilah banyak lahir sosok cendekiawan-cendekiawan muslim yang berbakat. Salah

satu cendekiawan Syiah yang paling populer abad 20-an yakni Ayatullah

Muhammad Baqir al-Shadr, beliau adalah Salah seorang sarjana, ulama, guru, dan

tokoh politik yang termasyhur di Irak dan Iran. Lahir dan besar di Kazhimain, Irak

dan berasal dari keturunan keluarga religius terkemuka didunia Syiah.7Al-Shadr

telah mengajarkan bahwasannya politik merupakan bagian dari Islam, oleh karena

itu ia menyeru dan memberikan semangat kepada kaum muslim agar senantiasa

mengenali dan melestarikan kekayaan khazanah Islam dan melepaskan diri dari

pengaruh-pengaruh eksternal apa pun, seperti (pengaruh marxisme dan

kapitalisme). Ia juga mendorong umat muslim supaya bangun dari tidur

4

Rochimah et.al, Ilmu Kalam (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2013), 49-50.

5

Sebutan bagi orang yang cenderung menghendaki perubahan secara menyeluruh dan mendasar, bersifat revolusi ; penganut paham politik yang menghendaki perubahan ketatanegaraan, pemerintahan, sosial dengan sekaligus. Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 830.

6

Riza Sihbudi,Menyandera Timur Tengah (Jakarta: Mizan, 2007), 67.

7

(12)

panjangnya dan menyadari bahwa orang-orang barat sedang berusaha untuk

menghanjurkan ideologi Islam dengan cara mendakwahkan ideologi mereka

kepada kaum muslim. Maka dari itu Kaum muslim harus bersatu dan berjuang

dalam hal menolak intervensi seperti itu dalam sistem sosial, ekonomi, dan politik

mereka.8

Dengan bergabungnya dan didirikannya gerakan politik yang berbasiskan

Islam, hal ini tentunya membuat Gerakan al-Shadr dimasa-masa itu bisa dikatakan

memiliki pengaruh yang besar dan dijadikan titik tolak garis keislaman yang baru

bagi kegiatan para Ulama.9Terjadinya revolusi Islam di beberapa negara-negara

muslim cukup membawa pengaruh pada ulama dan cendekiawan di Iraq, salah

satunya yang tergerak hatinya ialah Baqir al-Shadr, sejak menyatakan dukungan

terbuka terhadap Ayatullah Khomeini dalam Revolusi Islam yang terjadi di Iran,10

al-Shadr-pun mengekspresikan harapan perubahan yang sama di negaranya yakni

Irak.11Namun sebelum harapan itu terwujud secara sempurna, Takdir berkendak

lain, al-Shadr dijatuhi hukuman mati oleh rezim Saddam.

Apabila di negara Irak ada Muhammad Baqir al-Shadr sebagai lentera

Islam bagi dunia Syiah di Irak, begitu juga dengan negara Iran mereka memiliki

revolusioner Islam yakni Ruhullah12 Khomeini.13Ruhullah kecil lahir Khomein di

8

Muhammad Baqir ash-Shadr,Falsafatuna : pandangan Muhammad Baqir ash-Shadr terhadap pelbagai aliran filsafat dunia”, Terj. M.Nur Mufid bin Ali (Bandung : Mizan, 1993), 11-12.

9

Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, 17.

10

TM Aziz,”The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in Iraq from 1958 to 1980”, dalam An Anthology of Contemporary Middle Easten History, Ed. Syafiq Mughni (Canada : The Indonesia-Canada Islamic Higher Education Project, 2002), 100.

11

Ayatullah Muhammad Baqir Shadr, Khilafah dan Imamah, Terj. Hikmat Danaatmaja(Jakarta : Nur al Huda, 2012), 178.

12

(13)

Iran bagian Tengah Pada 24 Oktober 1902, keluarga Khomeini merupakan

keturunan dari Sayyid Musawi, beliau memiliki nasab dari Nabi Muhammad

Shallᾱ Allᾱh ‘alayh Wasallam melalui jalur ketujuh Syiah yakni Musa

al-Khazim.14Selain dikenal sebagai bapak revolusi Islam Iran, beliau juga seorang

ulama, guru besar dan figur terkemuka di pusat teologi Qum.

Pentingnya tema ini diangkat karena disini kita akan tahu tentang

bagaimana perjuangan tokoh-tokoh Islam dunia dalam memperjuangkan agama

Islam. Ayatullah Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini adalah sedikit contoh

dari pelopor revolusi Islam di dunia, mereka mencoba untuk membangkitkan

semangat para pejuang Islam untuk melawan kezaliman orang-orang kafir dan

mendorong kaum muslim untuk bangun dari tidur panjangnya dan menyadari

bahwa orang-orang imperialis sedang berusaha untuk mengahancurkan ideologi

Islam dengan cara memupuk ideologi mereka di dunia Islam. Selain itu kedua

tokoh ini juga berusaha untuk menampilkan kebangkitan Islam lewat revolusi

Islam dalam kancah dunia sebagai ideologi yang kuat ke arena politik

Internasional. Adanya revolusi Islam yang terjaditelah berhasil menghancurkan

kezaliman dan kediktatoran penguasa yang lalim,dandapat membawa pengaruh

positif bagi dunia, khususnya Islam. Dengan fakta ini, maka kita dapat belajar

tentang bagaimana memperjuangkan dan membangkitkan kembali kejayaan Islam

sebagai agama Rahmatal lil alamin, meskipun tidak harus dengan melakukan

revolusi, banyak hal yang bisa dilakukan oleh umat Islam tentunya untuk

13

Sebutan Khomeini ini dinisbatkan pada tanah asal kelahirannya yakni Khomein, sebuah kota kecil yang terletak tidak jauh dari kota Arak (Iran bagian Tengah). Azra,Ensiklopedi Islam Jilid 4,111.

14

(14)

membangun kembali kejayaan Islam yang hampir pudar ini, salah satu contohnya

dengan terus belajar, dan memetik pelajaran dari masa lalu. Karena kejayaan

Islam dan umatnya merupakan sebuah harapan yang harus ada dan tertanam

dalam benak semua orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Lewat studi komparasi atau perbandingan, maka kita akan mengetahui

secara jelas mengenai revolusi Islam Syiah yang dilakukan oleh kedua tokoh

diatas bagi dunia Islam. Alasan mengambil studi komparatif atau

perbandingaannya sendiri ialah bahwasannya kedua tokoh ini yakni Ayatullah

Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini meski memiliki karakteristik

yang khas dari keduanya dalam mengembalikan kejayaan Islam lewat revolusi

mereka.Tentunya faktor persamaan dan perbedaan tetap ada didalamnya, meski

tidak banyak. Jika dilihat dari unsur intelektual dan agama, mereka memiliki

persamaan dan perbedaan satu sama lain, begitupun dengan unsur-unsur yang

lainnya.

Disini penulis mencoba membandingkannya dari unsur kekuasaan,

implementasi gerakan politik,seperti Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr

memiliki pengaruh gerakan politik Syiah di negara Irak sedangkan Ayatullah

Khomeini pengaruhnya besar dalam dunia politik di Iran sehingga beliau

digadang-gadang sebagai bapak revolusi Islam Iran. Sudut pandang

pemikiran-pun turut dibandingkan dalam penulisan ini.

B. Rumusan Masalah

(15)

2. Bagaimana gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan

Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam serta dampaknya?

3. Bagaimana Perbandingan Gerakan politik antara Ayatullah Muhammad Baqir

al-Shadr dan Ayatullah Khomeini ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam sebuah penelitian tentunya mempunyai tujuan dan maksud tertentu

yang mendasarinya,adapun berikut ini adalah tujuan dari penelitian ini:

1. Untuk menguraikan secara kronologis dan sistematis mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah

Khomeini

2. Untuk mengetahui perjuangan Gerakan Politik Ayatullah Muhammad Baqir

al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam serta dampaknya.

3. Untuk menjelaskan dan memaparkan tentang hasil analisis perbandingan

antara Gerakan Politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan

Ayatullah Khomeini.

D. Kegunaan atau Manfaat Penelitian

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupunpraktis:

1. Teoritis

a. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

revolusi Islam, khususnya tentang perbandingan gerakan politik antara

(16)

b. Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

informasi pada penelitian yang akan datang.

2. Praktis

Bagi jurusan Sejarah Peradaban Islam, penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai informasi dan bahan pembelajaran mengenai revolusi

Islam, khususnya tentang perbandingan gerakan politik antara Ayatullah Baqir

al-Shadr dan Ayatullah Khomeini.

E. Pendekatan dan Kerangka teoritik

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah politik dengan

pendekatan studi Biografi dan komparasi (perbandingan), yakni pendekatan yang

digunakan dalam sebuah penelitian dengan maksud membuat rekonrstuksi

peristiwa atau kejadian yang terkait dengan sejarah politik yang berhubungan

dengan masalah pemerintahan dan kenegaraan, secara sistematis, akurat dan

objektif.15 Dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta

mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan

yang kuat,16studi biografi juga tak lupa ditambahkan sebagai bentuk interpretasi

dalam penelitian ini. Biografi merupakan studi terhadap seseorang atau individu

yang dituliskan oleh peneliti atas permintaan individu tersebut atau atas keinginan

peneliti yang bersangkutan.17Biografi atau catatan tentang kehidupan seseorang

itu sifatnya mikro, biografi sendiri menjadi bagian dalam mosaik Sejarah yang

15

Kuntowijoyo, Metodolohi Sejarah (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2003), 176.

16

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), 16.

17

(17)

lebih besar.18Karena sebagian besar biografi berisi tentang tokoh-tokoh besar yang

memiliki pengaruh besar terhadap dunia atau peradaban umat manusia.

Mengenai kajian komparasi atau perbandingan, Yang dimaksud dengan studi

perbandingan ialahsuatu kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan identifikasi

persamaan atau perbedaan antara dua gejala tertentu atau lebih, Mengenai masalah

Revolusi Islam Syiah : Studi Komparatif Gerakan Politik Muhammad Baqir

al-Shadr (1931-1980) dengan Ayatullah Khomeini (1902-1989). Dalam sebuah

penelitian tentunya sangat dibutuhkan yang namanya kerangka teori, tujuannya

antara lain untuk membantu memecahkan dan mengidentifikasi suatu masalah

yang ingin diteliti. Selain itu sebuah kerangka teori juga dipakai untuk

memperlihatkan tolak ukur atau kriteria yang dijadikan sebagai dasar untuk

membuktikan sesuatu. Maka untuk menjelaskan tentang Revolusi Islam Syiah :

Studi Komparatif Gerakan Politik Muhammad Baqir al-Shadr (1931-1980)

dengan Ayatullah Khomeini (1902-1989), Diperlukan adanya suatu pendekatan

terhadap makna yang dapat menunjukkan maksud dan tujuan yang sebenarnya.

Untuk itu penulis disini menggunakan teori politik Islam yang di gagas oleh Ibn

Taimiyah, dalam teorinya Ibn Taimiyah menyatakan secara tegas bahwa

kekuasaan kepala negara atau raja itu hanya merupakan amanah dari Allah yang

di berikan kepada hamba-hamba pilihannya. Konsep Ibn Taimiyah mengenai

kebutuhan manusia terhadap negara atau kekuasaan itu didasarkan pada akal dan

hadis. Argumen rasionalnya terletak pada kebutuhan universal semua manusia

untuk bergabung, bekerja sama menikmati berbagai manfaat kepemimpinan tanpa

18

(18)

peduli mereka menganut suatu agama atau tidak. Ibn Taimiyah menekankan

perlunya kepemimpinan dan pemerintahan dalam kehidupan masyarakat. Tetapi

Ibn Taimiyah mengkritik dan meragukan validitas pendapat bahwa kekhalifahan

berasal sumber al-Quran dan Sunnah, Ibn Taimiyah juga mengkritik teori Syi’ah

tentang Imamah dan teori Sunni tentang kekhalifahan, menurutnya tidak ada dasar

dalam teori tersebut dalam al-Quran dan al-Sunnah. Teori politik Ibn Taimiyah

memiliki kemiripan dengan konsep pemerintahan modern, dimana perlunya

pemerintahan sebagai sebuah esensi kekuasaan.19Kekuasaan disini dimaksudkan

melalui adanya pola hubungan dimana terdapat pihak yang dominan didalamnya

sebagai posisi sentral dalam pemerintahan dan pihak lain yang harus tunduk dan

taat. Teori comparative juga turut mendukung kelengkapan teori dalam penelitian

ini, mengenai teori comparative, seperti yang diungkapkan oleh kaum

comparativis yang menyatakan bahwa suatu institusi,kompleks, proses atau

ikhwal harus dicopot dari Matriks budaya yang lebih besar dengan cara tertentu

sehingga bisa dibandingkan institusi, kompleks, proses, atau ikhwal-ikhwal dalam

konteks sosio kultural lain.20

F. Penelitian terdahulu

Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan pencarian penelitian terdahulu

gunanya ialah untuk membandingkan antara penelitian yang kita teliti dengan

penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang

pembahasannya terkait dengan pembahasan dalam proposal Revolusi Islam Syiah

19

Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam : Telaah Kritis Ibnu Taimiyah tentang Pemerintahan Islam.Terj. Masrohin (Surabaya : Risalah Gusti, 1995), 36.

20

(19)

: Studi Komparatif Muhammad Baqir al-Shadr (1931-1980) dengan Ayatullah

Khomeini (1902-1989)

1. TM Aziz,The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in

Iraq from 1958 to 1980, karya tulis ini berbentuk artikel, didalamnya

dijelaskan mengenai peran dari Muhammad Baqir al-Shadr dalam aktivitas

politik Syiah yang berada di Irak sejak tahun 1958-1980.

2. Salim Ahyar, Perjuangan Ayatullah Khomeini pada Masa Pengasingan

Tahun 1964-1979 dan Dampaknya Pasca Revolusi Iran. Skripsi ini

memaparkan tentang bagaimana perjuangan Khomeini dalam masa-masa

pengasingannya di beberapa negara seperti Turki, Prancis dan Irak sejak tahun

1964-1979.21

3. Dista Kurniawan, Pemikiran Politik Islam Ayatullah Khomeini tentang

Wlayah Faqih. Dalam Jurnal ini dipaparkan tentang pemikiran atau pandangan

Ayatullah Khomeini prihal wilayah Faqih dan hal-hal yang terkait dengan

wilayah tersebut.22

4. Abdul Kadir, Syiah Dan Politik : Studi Republik Islam Iran. Dalam jurnal ini

dijelaskan mengenai Syiah dan politik mengenai kondisi dan pengaruhnya

terhadap bangsa Iran, pasca terjadinya peristiwa revolusi Islam Iran tahun

1979 yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini.23

21

Salim Ahyar, Perjuangan Ayatullah Khomeini pada Masa Pengasingan Tahun 1964-1979 dan Dampaknya Pasca Revolusi Iran(Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2007). 22

Dista Kurniawan,Pemikiran Politik Islam Ayatullah Khomeini tentang wilayah Faqih,

lihat

http://www.academia.edu/11771677/PEMIKIRAN_POLITIK_ISLAM_AYATULLAH_KHOMEI NI_TENTANG_WILAYAH_FAQIH (24 Februari 2017).

23

(20)

5. Abdul Salam, Gerakan Revolusioner dalam Syiah (Studi Tentang Revolusi

Islam Iran 1979). Dalam karya tulis ini dijelaskan mengenai peristiwa revolusi

Islam Iran yang terjadi pada 1979, dan keberhasilan gerakan revolusioner

Islam khususnya Syiah dalam menumbangkan sistem Monarki Iran dan

menggantikannya dengan Republik Islam Iran.24

G. Metode penelitian

Tahapan-tahapan metode penelitian Sejarah akan dijelaskan sebagai

berikut, sebelum menjelaskannya secara lebih rinci, dalam penulisan skripsi ini

penulis menggunakan metode penelitian kualitatif,25dengan jenis penelitian

kepustakaan atau literatur.26Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti

yakni, pertama, peneliti mengumpulkan mengumpulkan sumber atau data-data

yang terkait dengan tema penelitian tersebut melalui penelitian pustaka (Library

Research). Sumber-sumber tersebut diperoleh dari perpustakaan umum, seperti

UIN Sunan Ampel, Perpustakaan Daerah Surabaya (Perpusda), perpustakaan

Medayu Agung serta buku-buku, artikel maupun jurnal yang bersifat online,

Selain itu peneliti juga memanfaatkan media teknologi informasi seperti Internet,

Googlebooks dan lain sebagainya. Dari hasil penelusuran dan pengumpulan

sumber, penulis memperoleh sumber berupa primer dan Sekunder. Adapun

rinciannya sebagai berikut :Sumber Primer terdiri dari Falsafatuna : Pandangan

Muhammad Baqir al-Shadr terhadap Pelbagai Aliran Filsafat Dunia. Karya

Muhammad Baqir Al-Shadr, Terjemah : M.Nur Mufid bin Ali. Khilafah dan

24

Abdul Salam, Gerakan Revolusioner Islam Syiah (Studi tentang Revolusi Islam Iran 1979) (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam, Yogyakarta, 2010).

25

Mohammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Edisi Kedua) (Jakarta : Erlangga, 2009), 21.

26

(21)

Imamah Karya Ayatullah Muhammad Baqir Shadr et.al, Terjemah : Hikmat

Danaatmaja. Islam and Schools Economics Karya Syahid Muhammad Baqir

al-Shadr. Terjemah : M.Hashem menjadi“Islam dan Mazhab Ekonomi”. Risalatuna Karya Syahid Muhammad Baqir Shadr, Terjemah : Muhammad Abdul Qadir

Alcaff menjadi Syahadat kedua : ketika keimanan saja tak cukup. Palestine : The

Institute for The Compilation and Publication of The Works of Imam Khomeini,

Karya Imam Khomeini, Terjemah Muhammad Anis Maulachela menjadi

Palestina dalam Pandangan Imam Khomeini”.Islamic Goverment, Karya Imam

Khomeini, terjemah Anis Maulachela menjadi “Sistem Pemerintahan Islam”.40

Hadits : Telaah Imam Khomeini Buku Dua. Karya Ayatullah Ruhullah al Musawi

al Khomeini.Artikel Roeslan Abdulgani, Ambruknya Tentara Rezim Shah Kontra

Kekuatan Rakyat Iran “Merdeka”, edisi Jum’at, 19 Oktober 1979, danGema

Revolusi Iran Dewasa Ini “Merdeka”, edisi Jum’at 12 Oktober 1979.Sumber

sekunder juga digunakan oleh peneliti, seperti buku“Pioneers of Islamic Law”,Para Perintis Zaman Baru Islam, Ed. Ali Rahnema karya Chibili Mallat tahun 1996.“The Renewal Islamic Law” Terjemah Santi Indra Astuti “Menyegarkan Islam : kajian komperhensif pertama atas hidup dan karya

Muhammad Baqir al-Shadr”, Karya Chibili Mallat Tahun 2001.“Menyandera Timur

tengah” karya Riza Sihbudi Tahun 2007.“Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini : Aspek

Sufistik Ayatullah Khomeini Yang Tak Banyak Diketahui ”. Karya Yamani Tahun

2002.ArtikelThe Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in

(22)

Langkah kedua, peneliti melakukan Kritik atau analisis yakni setelah

melakukan penelusuran sumber sebagaimana penjelasan diatas, kemudian peneliti

melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh tadi, dengan cara

melakukan cross check, melihat asal sumber dan menyeleksi sumber-sumber, hal

ini dilakukan peneliti gunanya untuk melihat keobyektifan, validitas,dan

keotentikan dari sumber tersebut, apakah sumber tersebut cocok dan layak atau

tidak apabila digunakan dalam penelitian ini. Fokus dalam penelitian ini sendiri

ialah tentang hal-hal yang berkaitan dengan Revolusi Islam Syiah antara gerakan

politik dari Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini,

sehingga dalam penelitian ini peneliti menganalisis secara mendalam dengan

melakukan kritik atas keseluruhan sumber data yang sudah diperoleh. Untuk itu

penulis memeriksa dan menilai dari segi isi (teks) yang ada dalam buku-buku

tersebut, apakah relevan atau tidak dengan permasalahan yang ada dalam

penelitian tersebut dan apakah sumber yang didapatkan ini sesuai dengan yang

dikehendaki oleh peneliti.

Langkah ketiga, peneliti melanjutkan dengan proses Interpretasi atau

Penafsiran, pada proses ini peneliti melakukan sebuah penafsiran terhadap

fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari sumber data tersebut, dengan melakukan

pengolahan fakta yang telah di kritisi. Penafsiran diuraikan secara

deskriptifdengan merangkai fakta yang diperoleh peneliti dari sumber data seperti

buku Falsafatuna, Risalatuna, Islamic Goverment, Khilafah dan Imamah dan

yang lainnya dalam kesatuan yang bersifat logis. Selain itu peneliti juga

(23)

sehingga berbagai fakta yang ada dalam sumber data tersebut terlepas satu sama

lainnya, kemudian dapat disusun dan dihubungkan kembali menjadi satu kesatuan

yang berkesinambungan dan masuk akal seperti yang tertuang dalam penelitian

ini.

Tahap akhir dari metode penelitian ini ialah historiografi atau biasa disebut

dengan penulisan sejarah,merupakan langkah akhir dalam penelitian sejarah.

Dalam langkah ini penulis menyajikan keseluruhan dari isi penelitian ini dalam

bentuk uraian yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang sederhana dan

tak melupakan ejaan yang disempurnakan dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Adapun penelitian ini ditulis

dalam bentuk laporan penelitian yang berupa skripsi.

H. Sistematika Pembahasan

Secara umum Sistematika pembahasan disusun untuk mempermudah

pemahaman terhadap penulisan ini, dalam hal ini akan di paparkan tentang

hubunganyang sistematis antara bab awal hingga bab yang lainnya yang terkait

dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan beberapa

bab yang akan dibahas.

Bab I, Pada bab ini akan dipaparkan mengenai pendahuluan, yang

didalamnya terdiri dari latar belakang, rumusan masalah atau batasan masalah,

tujuan dari penelitian, kegunaan atau manfaat diadakannya penelitian ini.

Pendekatan dan kerangka teori, Penelitian Terdahulu.Metodologi penelitian dan

(24)

Adapun dalam bab II ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan

secara deskriptif, kronologis dan sistematis tentang hal-hal yang berkaitan

dengan biografi Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini

mulai dari latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, karier dan

karya-karyanya, serta Karakteristik Pemikiran Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr

dan Ayatullah Khomeini dalam politik Syiah.

Sedangkandalam bab III ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan

secara deskriptif tentang Bagaimana gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir

al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam khususnya dinegara Irak

dan Iran serta dampaknya bagi revolusi Islam.

Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang Bagaimana

perbandingangerakan politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan

Ayatullah Khomeini, dengan melakukan analisis mendalam terkait perbandingan

persamaan dan perbedaan diantara keduanya, yang dilihat dari unsur gerakan

politiknya keduanya.

Adapun dalam bab V, Peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan

dan saran yang ditulis pada bagian penutup sebagai akahir dari dari sebuah

(25)

BAB II

BIOGRAFI AYATULLAH MUHAMMAD BAQIR AL- SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI

A. Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr

Muhammad Baqir ibn Sayid Haydar ibn Ismail Al Shadr, ia adalah

seorang sarjana, ulama, guru, dan tokoh politik.Lahir pada 1350 H/1931 M, di

Kazhimain, Baghdad, Irak.27 Berasal dari keluarga Syiah yang religius dan

terkemuka, yang telah banyak melahirkan generasi penerus bangsa yang hebat,

khususnya di Irak, Iran, dan Lebanon, tokoh-tokoh yang paling populer

diantaranya, seperti : Sayid Shadr Al-Din Al-Shadr (w. 1371 H/1954M),28

Muhammad Al-Shadr (w. 1373 H/1956M)29 dan Musa Al-Shadr (w. 1395 H/1978

M).30 Nama al-Shadr sendiri merupakan sebuah rujukan kepada nama kakek

buyutnya yang bernama Shadr al-Din al-Amili (w. 1264 H/1847 M), yang lahir

dan besar di Ma’rakah, Lebanon Selatan, menginjak dewasa kakek buyutnya

melakukan hijrah ke Najaf dan Isfahan untuk belajar, hingga wafatnya dan

dimakamkan di Najaf. Sedangkan kakeknya, yang bernama Isma’il lahir dan

27

Mallat,Menyegarkan Islam..., 9.

28

Sayid Shadr Al-Din Al-Shadr, salah seorang ulama Syiah dan Marja’ Qum, beliau pernah belajar

dan mengajar di kota Najaf, Irak sebelum akhirnya tahun 1920-an beliau pundah ke kota Qum. Muhammad Riza Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran : Bara Timur Tengah (Bandung : Mizan, 1993), 46.

29

Muhammad Al-Shadr, seorang pemimpin religius yang memiliki peranan penting dalam revolusi Irak melawan Inggris yang sebagian besar hal itu diorganisasikan dan dilaksanakan oleh pemimpin-pemimpin religius. Beliau juga mendirikan Haras Al-Istiqlal (Pengawal Kemerdekaan).Ash-Shadr, Falsafatuna, 11.

30

(26)

dibesarkan di Isfahan pada 1258 H/1842 M.31 Kemudian pada 1280 H/1863 M

Isma’il berhijrah ke Najaf dan dilanjutkan ke Samarra, konon di Samarra ini

beliau menggantikan al-Mujaddid al-Syrazi di Hauzah32 yang merupakan

lingkungan orang-orang alim sekte Syiah. Putranya, Ayah Baqir al-Shadr yakni

Haidar al-Shadr lahir di Samarra (1309 H/1891M). Semasa hidupnya Haidar

belajar langsung kepada ayahandanya dan Ayatullah al-Hairi al-Yazdi di kota

Karbala. Dan wafat di Kazimiah pada 1356 H/1937 M dalam keadaan miskin

harta, Beliau telah meninggalkan dua orang putra dan seorang putri yakni Isma’il,

Baqir al-Shadr dan Bint al-Huda. Meskipun ia seorang Marja’33yang terkenal, namun, ia meninggal dalam keadaan miskin harta, dan tidak meninggalkan harta

apapun kepada keluarganya, yang diwariskan hanyalah keilmuannya saja.

Tidak hanya dari pihak ayahnya yang berasal dari keturunan ulama’-ulama

besar, dari pihak Ibundanya-pun mengalir darah ulama’ terkemuka yakni Syeikh

Abdul Husain al-Yasin. Dikarenakan mengalami kesulitan Ekonomi

ditahun-tahun awal setelah ditinggal oleh Ayahnya wafat, membuat anggota keluarga

lainnya turut serta berjasa dalam mengasuh dan mendidik Baqir al-Shadr dan

saudara-Saudaranya, selanjutnya beliau tumbuh dalam lingkungan pengawasan

paman dari pihak Ibunya, yakni Murtadha al-Yasin yang nuga merupakan ulama

terkemuka dalam dunia Syiah.34

Menginjak usia empat tahun, Ayah Baqir al-Shadr meninggal Dunia, hal

itu membuat al-Shadr menjadi seorang yatim, dan kemudian al-Shadr kecil diasuh

31

ash-Shadr, Falsafatuna ....(Bandung, penerbit Mizan, 1993). 11

32Merupakan lingkungan alim Syi’ah. Mallat,

Para Perintis Zaman Baru Islam,253.

33

Julukan bagi mereka yang memiliki otoritas tertinggi (orang yang ahli) dalam bidang agama. Ira M.Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), 857.

34

(27)

oleh Ibundanya serta kakak kandungnya, yakni Ismail (1340/1921-1388/1968),

yang juga merupakan seorang Mujtahid35 termasyhur di Irak. Sejak usia

kanak-kanak al-Shadr sudah menampakkan tanda- tanda kejeniusan yang sudah tertanam

dalam dirinya, bisa dibilang pemikiran beliau melebihi anak-anak seusianya,

mungkin kejeniusan al-Shadr ini dilatar belakangi oleh keluarga yang alim.

Kejadian ini dibuktikan dengan fakta bahwa beliau pernah melakuakan ceramah

mengenai sejarah Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan kultur Islam.36Hal ini

mulai terlihat ketika al-Shadr bersekolah di sekolah dasar Muntada al-Nasyr

daerah Khazimiyah.

Menurut beberapa laporan rekan-rekan sejawat al-Shadr disekolahnya.

Jauh-jauh hari dia sudah mengukuhkan diri sebagai subjek minat dan

keingintahuan guru-gurunya, sebegitu jauh sikap yang diambilnya, hingga

beberapa murid berusaha meniru cara berjalan, berbicara dan perilaku al-Shadr

selama didalam kelas.37 Dalam hal sosial keagamaan al-Shadr merupakan

penganut aliran Syiah dari Sekte Syiah Imamiyah.38Hal ini bisa dilihat

bahwasannya al-Shadr merupakan keturunan dari keluarga miskin dan memiliki

intelektual tinggi yang menganut paham syiah.39

35

Orang yang memenuhi persyaratan melaksanakan ijtihad dan menyampaikan pandangan yang mandiri mengenai hukum islam.Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, 859.

36

al-Shadr, Falsafatuna,11.

37

Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, 253-254

38

Sekte Syiah Imamiyah, al-Ismailiyah adalah termasuk golongan al-Imamiyah, aliran ini dinisbatkan kepada Isma’il bin Ja’far al-Sadiq dan keturunannya, aliran ini memiliki kesamaan dengan sekte Itsna ‘Asyariyah dalam hal pengakuan terhadap para imam Syi’ah, akan tetapi mereka berselisih paham mengenai imam pengganti setelah Ja’far al-Sadiq. Menurut Imamiyah, pengganti Ja’far al-Sadiq ialah putranya, Ismail, sedangkan menurut Itsna Asyariyah pengganti Ja’far al-Sadiq ialah Musa al-Kazhim. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, 860. Mohammad Abu Zahrah, Sejarah Aliran-Aliran dalam Islam Bidang Politik dan Aqidah (Ponorogo : Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1991), 70.

39

(28)

Adapun riwayat pendidikan dari al-Shadr dapat dilampirkan sebagai

berikut : sejak kecil al-Shadr sudah menelaah ilmu pengetahuan yang banyak dari

kalangan keluarganya. Setelah ayahnya meninggal, beliau diasuh oleh kakak dan

pamannya, dari situlah ia banyak belajar. Ia telah menyelesaikan sekolah dasarnya

pada usia sebelas tahun, kemudian melanjutkan mengambil studi logika, selain itu

ia juga menulis sebuah buku yang isinya mengkritik para filosof. Pada usia tiga

belas tahun, al-Shadr mengkaji ilmu Ushul ilm al-fiqh yang berisi tentang

asas-asas ilmu tentang prinsip-prinsip hukum Islam yang terdiri dari Al- Quran, Hadis,

Ijma, Qiyas dan ilmu Mantiq yang diajarkan oleh kakaknya sendiri, Ismail.

Seperti kebiasaan keluarganya yang melakukan hijrah dari satu tempat ke tempat

yang lainnya guna menuntut ilmu, maka al-Shadr pun melakukan hal yang sama

pula, diusianya yang genap enam belas tahun, beliau berhijrah ke kota Najaf untuk

menggali ilmu agama lebih dalam dari berbagai cabang keilmuan Islami selama

kurun waktu empat tahun. Setelah itu ia kembali menorehkan ide pemikirannya

lewat karya tulis ilmiah, yakni sebuah ensiklopedi mengenai ilmu Ushul, dengan

judul Ghayat Al-Fikr fi Al-Ushul (pemikiran puncak dalam ushul). Di Najaf

Shadr berguru kepada dua orang ulama ternama, yakni Ayatullah Murtadha

al-Yasin, pamannya sendiri dari garis keturunan ibunya, Dan Ayatullah Udzma

Sayyid Abu al-Qasim al-Khuiy, al-Shadr memperdalam ilmu Fiqh dan Ushul

Fiqh-nya kepada pamannya. Setelah menyelesaikan studinya pada dua orang

ulama ternama tadi selama kurang lebih 13 tahun, selanjutnya al-Shadr

(29)

kepada seorang pemimpin Hawza40, yakni Sayyid Muhsin al-Allamah al-Hakim

yang merupakan seorang Marja dan cendekiawan muslim yang termasyhur.

Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr merupakan sosok tokoh penting

dalam dunia Syiah khususnya di Irak. Ia salah satu ulama, cendekiawan dan

pemikir yang terkemuka pada saat itu. Masa kecilnya dihabiskan untuk belajar

dari satu guru ke guru lainnya. Jadi tak heran apabila beliau menyalurkan

keilmuan yang diperolehnya di tanah asal kelahirannya, Irak. Al-Shadr banyak

berpartisipasi dalam dunia pendidikan dan keagamaan atau dakwah. Dalam usia

yang relatif muda yakni 25 tahun ia sudah mengajar Bahts Kharij (tahap akhir

dalam ilmu ushul).41dan rata-rata muridnya usianya lebih tua darinya. Selain itu,

ia juga mengajar fiqh. Usia tiga puluh tahun ia sudah menjadi seorang mujtahid.

Al-Shadr juga banyak menulis mengenai ekonomi Islam, atau yang paling dikenal

demgan Iqtisaduna. Ia juga sering dimintai kritik dan sarannya oleh berbagai

organisasi Islam, seperti Bank Pembangunan Islam. Dalam karya-karyanya, ia

sering kali menyerang dialektika-materialistik dan sebagai gantinya

merekomendasikan konsep Islam dalam membedakan kebenaran dan kesalahan.

Al-Shadr juga berceramah, menelaah kitab-kitab dan menuangkan

gagasan-gagasannya lewat media tulisan. Oleh sebab itu, Sampai sekarang hasil tulisannya

masih dapat kita rasakan.

40

Organisasi para ulama marja atau sebuah tempat yang didalamnya mengajarkan pola atau metode pendidikan agama tradisional dilingkungan Syiah, baik itu di Irak maupun di Iran yang sampai saat ini dipertahankan. Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam Jilid 4 (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 111.

41

(30)

Selain berkiprah didunia pendidikan, dan keagamaan.Al-Shadr juga

berkiprah didunia politik.Hal ini dibuktikan dengan adanya sebuah artikel Hanna

Batatu di Middle East Journal di Washington yang dikutip dari karya Chibli

Mallat “Muhammad Baqir al-Shadr” dalam Para Perintis Zaman Baru Islam,

yang memeperlihatkan pada orang-orang tentang arti pentingnya al-Shadr bagi

gerakan bawah tanah Syiah di Irak. Sedangkan nilai penting al-Shadr dalam

kebangkitan berbagai gerakan politik Islam di Irak, di dunia Syiah dan dunia

muslim pada umumnya tidak mungkin bisa diabaikan begitu saja.42Keterlibatan

al-Shadr dalam dunia politik telah dimulai sebelum tahun 60-an dan pada saat itu

reputasinya sebagai seorang ahli fiqih dan ushul fiqih sudah sangat

diperhitungkan. Mengingat keahliannya sebagai seorang ahli fiqih, oleh para

seniornya di Hauza, ia diproyeksikan sebagai Grand Marja’ berikutnya.

Untuk itu ia diminta untuk meninggalkan dunia politik dan meletakkan

jabatannyadi partai Dakwah dan Buletin Al-Adwa mengingat seorang Grand

Marja tidak boleh bersentuhan dengan dunia politik dan tidak boleh terlibat

dalam kepengurusan sebuah partai. Pada tahun 1961 ia meletakan jabatan di partai

Dakwah dan Buletin Al-Adwa, akan tetapi secara pribadi ia masih berhubungan

dan berkomunikasi dengan anggota partai dan editorial bulletin tersebut. Dengan

posisinya sebagai pemimpin tertinggi Hawza, maka fokusnya sekarang terarah

untuk mengembangkan dan memperbaiki Hawza. Salah satu yang menjadi

keinginannya terhadap Hawza adalah memperbaiki kurikulum Hawza yang

42

(31)

selama lebih kurang satu setengah abad hanya terfokus pada pelajaran fiqih dan

ushul fiqih serta cendrung menganggap pelajaran lain tidak penting.43

Muhammad Baqir al-Shadr juga berpartisipasi dalam lingkup aktivitas

politik, al-Shadr memulai debut karier politiknya ketika ia selesai merampungkan

studinya. Al-Shadr baru dinobatkan sebagai Marja’44 bagi kaum Syiah Irak

setelah wafatnya Muhsin al-Hakim pada 1970. Kaum Syiah Irak dibawah kendali

kepemimpinan al-Shadr mulai diperhitungkan sebagai sebuah kekuatan politik

Islam yang potensial.Bahkan beberapa pernyataan mengungkapkan bahwa

al-Shadr merupakan pendiri dari Jamaah al-Ulama yang dikemudian hari menjadi

cikal bakal partai Dakwah Islam. Akan tetapi hal ini dibantah oleh Baqir

Hakim, yang merupakan putra dari Muhsin Hakim, yang membantah bahwa

al-Shadr adalah pendiri sekaligus anggota Jamaah al-Ulama. Menurut pernyataan

Baqir al-Hakim, bahwasanya al-Shadr tidak ada kaitannya dengan Jamaah

al-Ulama dan partai Dakwah. Namun, terlepas dari persoalan diatas jelas bahwa sulit

memisahkan antara al-Shadr dengan gerakan umat Syiah Irak. Semisal pada masa

al-Shadr para ulama di Najaf menuntut peranan yang lebih aktif lagi dalam kancah

ruang politik.45

Dari penjelasan diatas dapat ditarik benang merah bahwasannya gerakan

Baqir al-Shadr di masa itu memiliki pengaruh yang begitu besar dan menjadi titik

tolak ukur garis keislaman yang baru dalam kegiatan para ulama (khususnya

ulama Syiah), dikarenakan ia telah mencapai kesempurnaan tingkat ilmiah yang

terhormat meskipun pada saat itu usia al-Shadr masih relatif muda. Dibalik itu

43

TM Aziz,”The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr, 100. 44

Ulama yang mempunyai otoritas dibidang hukum dan agama.Ash-Shadr, Falsafatuna,11. 45

(32)

semua ia juga mendapatkan dukungan yang luar biasa oleh pamannya, Ayattullah

Syekh Murtadha al-Yasin dan kakaknya al-Hujjah Sayyid Ismail

Shadr.46Peristiwa pengeksekusian Shadr dan saudara perempuannya (Bint

al-Huda), merupakan salah satu titik puncak tantangan terhadap Islam di Irak.

Dengan gugurnya Muhammad Baqir al-Shadr bersama Bint al-Huda, negara Irak

kehilangan sosok aktivis Islamnya yang paling penting.47

Baqir al-Shadr merupakan sedikit dari beberapa tokoh-tokoh Islam yang

mampu berbicara dengan fasihnya tentang pemikiran-pemikiran Barat. Kesan

apologi yang sekian lama ini menyatu dengan pada pemikir Islam, kini beliau

tepis dengan kecerdasan dan kejelian pemikirannya, tidak hanya akrab dan paham

dengan hasil karya-karya pemikir Islam di zaman klasik maupun modern, akan

tetapi beliau juga paham dengan pemikiran-pemikiran barat yang sedang

berkembang. Dalam beberapa hasil karya-karyanyanya, beliau juga mengutarakan

beberapa kritikan terhadap pemikiran Barat dengan fasihnya, seperti gagasan Karl

Marx, Descrates, John Locke dan yang lainnya juga.

Sebagai salah satu seorang pemikir yang termasyhur, sekitar tahun

1950-1980 an al-Shadr telah melambungkan kebangkitan intelektualnya dengan

menuangkan pemikirannya dalam hasil karya-karyanya di Najaf, dan ciri yang

paling mencolok dari kebangkitannya itu ialah dalam dimensi politiknya.48

Beberapa karya dalam berbagai disiplin ilmu mampu dihasilkannya, berikut

merupakan buku-buku yang paling terkenal yaitu :

46

Syahid Muhammad Baqir Shadr,Syahadat Kedua : Ketika Keimanan Saja Tak Cukup, Terj. Muhammad Abdul Qadir Alcaff (Jakarta : Pustaka Zahra, 2003), 11-12.

47

Chibli Mallat, The Pioneers of Islamic Revival:Muhammad Baqir as-Sadr,Edited by Ali Rahnema (London and New Jersey : Zed Book Ltd, 1994), 252.

48

(33)

1. Ekonomi : Iqtisaduna (ekonomi kita)49, Al-Bank Al-Islamiyyah (bank Islam)

Al-Bank Al-Laribawi fi Al-Islam (Bank tanpa bunga dalam Islam).50Maqalat

al-Iqtishadiyyah, Al-Bank al-Islamiyyah.

2. Filsafat : Falsafatuna (Filsafat Kita) atau Our Philosophy.51

3. Ushul fiqh : Durus fi Ilm Al-Ushul (kuliah tentang ilmu prinsip hukum

Islam),Al-Maalim Al-Jadidah fi Al-Ushul (Buku ini merupakan salah satu dari

tiga buah buku yang dipersiapkan oleh Baqir al-Shadr untuk mahasiswa di

Kuliah Ushuluddin Baghdad tahun1385 H), Ghayat al- Fikr fi Ilmi al-Ushul,

adalah sebuah buku yang berisi tentang Puncak Pemikiran Ilmu Ushul Fiqh).

4. Fiqih : Al-Fatwa Al-Wadihah (fatwa yang jelas), Manhaj as-Shalihin (jalan

orang-orang sholeh), Mujaz Ahkam al-Hajj, Al-Ta Liqah ala Manasik al-Hajj,

Al-Taliqah ala Shalah al-Jumuah.

5. Sejarah : Ahl al-Bait Tanawwu al-Ahdaf wa Wahdah al-Hadaf, Fadak

fit-Tarikh (fadak dalam sejarah).

6. Theologi/Aqidah : Al-Tasyayyu wa al-Islam – Bahts Haul al-Wilayah, Baths Haul al-Mahdi (pembahasan tentang Imam Mahdi), Al-Mujaz fi Ushul al-Din

: al-Mursil, al-Rasul, al-Risalah The Revealer, The Messenger, and The

Messag.

7. Mantiq/Logika :Al-Ushul Al-Mantiqiyyah li Al-Istiqra (asas-asas logika dalam

induksi).52

49

Syahid Muhammad Baqir al-Shadr, Islam dan Mazhab Ekonomi, Terj.M.Hashem (Jakarta : Pustaka Zahra, 2002), 54.

50

Sihbudi, Menyandera Timur tengah, 90.

51

Al-Shadr, Falsafatuna,11.

52

(34)

8. Tafsir dan Ulumul Quran : Al-Madrasah al-Quraniyyah al-Tafsir al-Maudhui

li al-Quran al-Karim, Al-Buhuts fi Ulum al-Quraniyyah.

9. Kebudayaan Islam : Al-Madrasah al-Islamiyah (madzhab Islam), Risalatuna,

Al-Islam Yaqud al-Hayah, Nazhrah Ammah fi al-Ibadah, Maqalat wa

Muhazrat.

10.Artikel :Taliqat ala Al-Asfar (ulasan tentang empat kitab perjalanan Mulla

Sadhra), Manabi Al-Qudrah fi Dawlat Al-Islam (sumber-sumber kekuasaan

dalam negara Islam), Al-Insan al-Muashir wa Al-Musykilah Al-Ijtimaiyyah

(manusia modern dan problem sosial), Al-Mursil wa Al-Rasul wa Al-Risalah

(yang mengutus, rasul dan risalah).

Akan tetapi kemasyhuran al-Shadr mulai naik setelah beliau wafat,

semenjak itu reputasi al-Shadr mulai diakui dan dihargai di berbagai kalangan

masyarakat.Nama Baqir al-Shdar telah melewati lintasan Mediterania, Eropa dan

Amerika Serikat dalam dunia intelektualnya.53

Diantara karya-karya beliau.karya dalam bidang filsafat, seperti

Falsafatuna-lah yang membuat nama al-Shadr lebih banyak dikenal, kitab

Falsafatuna yang sudah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa diantaranya

bahasa Inggris. Kitab Falsafatuna ditulis oleh al-Shadr sebagai hasil reaksi atas

perkembangan arus komunis di Irak, terlebih dalam kalangan Syiah yang

memisahkan diri.Falsafatuna juga hadir sebagai sebuah kritik terperinci, dari titik

pandang Islam.54Tidak hanya itu saja, masalah-masalah sosial juga banyak

dibahas dalam Falsafatuna dan Iqtisaduna, menurut al-Shadr sebuah sistem yang

53

Shadr,Syahadat Kedua..., 13.

54

(35)

dibangun diatas landasan falsafah, tradisi dan hukum Islam mampu memecahkan

masalah-masalah sosial.

Al-Shadr juga mengkritik secara tajam marxisme dan kapitalisme yang

sudah mengeksploitasi kebebasan dominasi golongan kaya atas mekanisme

kekuasaan dan aliansi individu dalam masyarakat yang dikendalikan oleh sistem

yang materialistis. Bagi al-Shadr sendiri, Islam merupakan alternatif yang paling

tepat. Karena Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah sumber segala kekuasaan,

legislator tunggal dan satu-satunya pemilik semua sumber alam.55Seyyed Hussein

Nashr, dalam pengantar Falsafatuna Muhammad Baqir al-Shadr mengunkapkan

pernyataannya tentang hasil karya al-Shadr, mengatakan : “ Tulisan-tulisan

Muhammad Baqir al-Shadr mengandung makna teologis dan filosofis, sebab

beliau adalah intelektual penting dalam kehidupan Islam Kontemporer, satu

figur yang karya-karyanya melampaui sekedar semata-mata polemik dan retorik”.

Dan Iqtisaduna merupakan karya-karya yang paling melambungkan

namanya dibelantika keilmuan sebagai seorang teoritis kebangkitan Islam

ternama.Pada 1980-an Iqtisaduna telah diterjemahkan kedalam bahasa Jerman,

dengan disertai Mukaddimah mengenai alim Syiah ini oleh seorang orientalis

muda Jerman.56Karya-karya al-Shadr dibidang hukum konstitusi dan ekonomi

Islam merupakan hasil karya yang paling inovatif.Sebenarnya masih banyak

karya-karya al-Shadr, karyanya tidak hanya dalam bentuk buku-buku saja tetapi

juga artikel-artikel. Dan tulisan-tulisan al-Shadr merupakan bagian integral dari

kebangkitan Islam, sangat kritis terhadap sistem politik dan sosial ekonomi yang

55

Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, 90.

56

(36)

berlaku didalam dunia Islam dikarenakan tidak adanya keadilan. Al-Shadr

memandang hal ini sebagai hal yang paling penting bagi umat muslim, tidak

hanya untuk menyambut seruan Islam kepada keadilan sosial, melainkan juga

untuk memahami sepenuhnya implikasinya yang bermacam-macam.57

Sesudah kewafatannya pada 9 April 1980 M, beberapa karya-karya beliau

dalam bidang Ushul dipublikasikan. Dan kebanyakan karya-karyanya direkam

dalam bentuk catatan atau sejenisnya oleh para muridnya. Hal demikian ini terjadi

pada muridnya yang bernama Kazhim al-Husaini al-Hariri yang telah

mengumpulkan volume pertama kitab Mabahits al-Ushul pada 1987. Dan salah

satu pengikut setia dan kesayangan al-Shadr, Mahmud al-Hasyimi mengumpulkan

bagian-bagian kuliah al-Shadr mengenai Taarud al-Adillah al-Syariyyah, yang

kemudian dijadikan buku dan dipublikasikan pada 1977.58Terlepas dari hasil

karya-karya al-Shadr tersebut. Sejumlah artikel al-Shadr yang bertemakan sosial

juga di publikasikan dan dimuat dalam jurnal Al-Adwa, yang merupakan sebuah

jurnal yang dipublikasikan di najaf, dan kemudian dikumpulkan setelah wafatnya

al-Shadr, sebagaimana dengan karyanya yang lain Risalatuna (pesan kami).59

B. Ayatullah Khomeini

Ayatullah Khomeini memiliki nama kecil yakni Ruhullah, sedangkan

nama aslinya ialah Ruhullah Mousavvi (Musawi),60 beliau lahir pada 20 Jumada

Al-Tsaniyah 1320/24 September 1902, disebuah kota kecil bernama Khomein, di

57

Umer Chapra, Masa depan Ilmu Ekonomi : Sebuah Tinjauan Islam,Terj. Ikhwan Abidin (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), 58-59.

58

Mallat, Menyegarkan Islam...,24.

59

Ibid., 33 - 37.

60

(37)

Iran bagian tengah,61sebutan nama Khomeini sendiri sebenarnya diambil dari

nama kota tersebut.62 Ruhullah dilahirkan dilingkungan sebuah keluarga yang

cukup berada dan religius, nasab keturunannya bermuara pada Imam Musa

Al-Kazhim63 bin Jafar Al-Shadiq Ibn Muhammad Al-Baqir Ibn Ali Zayn Al-Abidin

Ibn Husain Ibn Ali bin Abi Thalib ra. Disebutkan pula bahwa keluarga Khomeini

merupakan keluarga Sayid Musawi, yang nasabnya sampai kepada Nabi

Muhammad melalui jalur imam ketujuh syiah, Musa al-Kazhim.64Kakeknya,

Sayyid Ahmad Musawi Hindi dilahirkan di Kintur, keluarga dari kakeknya adalah

salah satu keluarga ulama terkemuka di India yakni Mir Hamed Husein Hindi

Neysyaburi.65 Pada tahun 1830, Sayyid Musawi meninggalkan India untuk pergi

berziarah ke kota Suci Najaf, kemudian di kota Najaf beliau bertemu dengan

seorang saudagar kaya yang berasal dari Khomein, oleh saudagar kaya tersebut,

Sayyid Musawi ditunjuk sebagai pembimbing spiritual, Sayyid Musawi-pun pergi

ke Khomein. Di dusun Khomein inilah sayyid Musawi menikahi seorang putri

dari Tuan rumahnya, yang bernama Sakinah, dari pernikahannya tersebut beliau

dikaruniai empat orang, salah satunya yakni Mustafa yang lahir pada 1856.

61

Moin, Ayatullah Khomeini, 69.

62

Agus Nur Cahyo, Tokoh-Tokoh Dunia Yang Paling DiMusuhi Amerika dan Sekutunya

(Jogjakarta : Diva Press, 2011), 111.

63

Imam Musa Al-Kazhim merupakan salah satu dari 12 Imam Syiah yang dianut oleh aliran Itsna ‘Asyariyah yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Ali Zain al-Abidin, Mohammad Baqir, Jafar Shadiq, Musa Kazhim, Ali Ridha, Muhammad Taqi, Ali al-Hadi, Hasan al-Askari, dan Muhammad al-Mahdi al-Muntazhar. Muhammad Iqbal & Amien Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam : Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer

(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), 237.

64

Yamani, WasiatSufi Ayatullah Khomeini, 24.

65

(38)

Kemudian Sayyid Mustafa menikah dengan Hajar (Agha Khanum), dan dikaruniai

enam orang anak, salah satunya adalah Ruhullah.66

Sayyid Musthafa, Ayahnya, adalah salah satu ulama terpandang

dilingkungan Syiah, beliau merupakan murid Muhammad Taqi Mudarrisi dan

Mirza Hasan Syirazi. Sifat alimnya, concern kepada dhuafa, serta keberanian dan

sikap konsekuen pada sesuatu hal yang diperjuangkannya, terbukti menurun pada

putranya, yakni Ruhullah Khomeini. Sayangnya tujuh bulan setelah kelahirannya,

Rulullah kecil harus kehilangan ayahnya, karena ayahnya adalah seorang

penentang rezim tirani dinasti Qajar, ayahnya dibunuh oleh agen rahasia penguasa

Qajar pada 1903,67 pendapat lain mengemukakan bahwa ayah Khomeini

meninggal akibat dibunuh oleh tuan tanah kaya, Jafar Quli Khan-yang merasa

tidak senang atas keberadaan dan sikap Sayyid Musthafa dalam membela kaum

yang lemah. Setelah kehilangan ayahnya, Ruhullah kecil diasuh oleh ibunya

(Agha Khanum) dan bibinya (Sahiba).Sejak kecil Ruhullah Khomeini merupakan

anak yang energik, kuat, pemberani dan bersemangat dalam hal apapun.68Tak

heran apabila Ruhullah sejak kecil sudah mengenyam pendidikan agama dari

keluarganya, karena hal ini didukung dengan latar belakang lingkungan keluarga

yang religius.

Tidak hanya dari pihak ayahnya yang berasal dari keturunan ulama-ulama

besar, dari pihak Ibunya-pun mengalir darah ulama terkemuka Syiah, ibunya

merupakan Putri dari Ayatullah Mirza Ahmad, seorang teolog yang dihormati di

66

Imam Khomeini, Palestina dalam Pandangan ImamKhomeini, Terj. Muhammad Anis Maulachela (Jakarta : Pustaka Zahra, 2004), xxxvii.

67

Iqbal, Pemikiran Politik Islam, 230.

68

(39)

Iran. Menginjak usia enam belas tahun, ibunda khomeini meninggal dunia,

sebagai seorang Syiah yang taat, khomeini menjalani hidup dan tumbuh besar

dalam tradisi sosial keagamaan Syiah. Salah satu alasan yang menggerakkan hati

khomeini untuk merebut dan menghancurkan kekuasaan Reza Pahlevi dan

merintis revolusi Islam ialah karena beliau terkenang tentang sejarah Rasulullah

dan kehidupam para imam-imam Syiah yang mengalami pahit dan duka

perjuangan dalam menegakkan kebenaran dan menentang kebatilan yang ada yang

begitu membekas dalam pemikiran khomeini muda. Hal ini kelak memotivasi

khomeini untuk melakukan revolusi Islam.69

Sejak kanak-kanak sampai usia tujuh tahun Ruhullah mengenyam

pendidikan di maktab70 yang berada dikotanya, berlatar belakang keluarga dengan

tradisi Syiah yang mengakar kuat didalamnya. Ruhullah yang dididik oleh

bibinya, sejak kecil sudah mulai menghafal al-Quran. Setelah menyelesaikan

pendidikannya di maktab, Ruhullah kembali melanjutkan pendidikannya di

sebuah sekolah yang didirikan oleh pemerintaha, pendirian sekolah ini dalam

rangka upaya untuk modernisasi Iran. Disekolah ini beliau belajar tentang

aritmetika, sejarah, geografi, bahasa arab, Syair persia, Kaligrafi dan ilmu dasar

lainnya.71 Ketika berusia lima belas tahun, mulai belajar agama, tata bahasa Arab,

kepada saudara kandungnya, Sayyid Murtadha (kelak dikenal dengan sebutan

Ayatullah Pasandideh), selain belajar dengan kakaknya, Ruhullah juga belajar

69

Iqbal, Pemikiran Politik Islam, 230-231.

70

Tempat membaca yang ada di Iran, biasanya seorang mullah tua dan wanita daerah setempat yang mengajar, mereka belajar tentang abjad dan pelafalan huruf-huruf Arab. Moin, “Ayatullah Khomeini,70.

71

(40)

mengenai logika dari Mirza Riza Najafi, yang merupakan Iparnya.72. Sejak kecil

Ruhullah merupakan akan yang terampil dan kreatif, beliau sering menulis dan

menyusun Syair Persia. Kemudian pendidikannya berlanjut dengan dibimbing

oleh Mahallati, menurutnya saat itu Khomein sudah bukanlah tempat yang subur

bagi kegiatan aspirasinya, kota Najaf merupakan pilihan yang ideal dalam hal itu.

Setelah kematian ibunda serta bibinya secara beruntun ketika Khomeini berusia

enam belas tahun telah membuat Khomeini bersedih.

Oleh karena itu, Pada usia 17 tahun, berangkatlah Khomeini ke Sultanabad

untuk belajar agama kepada Syekh Abdul Karim Haeri Yazdi (w 1936), salah satu

ulama termasyhur yang ada di Persia, ia merupakan ulama yang memiliki sudut

pandang pemikiran modern dan dinamis. Setelah pindah ke Qum mengikuti

gurunya, Abdul Karim Haeri Yazdi, Khomeini mendapatkan pendidikan bidang

intelektual dan spiritual dalam tahap lanjutan sekaligus menjadi asisten Haeri di

Madrasah Feiziyah di Qum. kelak, posisi Qum yang merupakan pusat keagamaan

di Iran menjadi semakin baik, dengan di jadikannya Qum sebagi basis untuk

melancarkan Revolusi Islam oleh Khomeini. Namun, setelah meninggalnya Abdul

Karim Haeri Yazdi, Khomeini mulai mengajar di Madrasah Feiziyah dengan

menjadi asisten dari Ayatullah Burujurdi (w.1961), yang merupakan pengganti

Syekh Abdul Karim.73

Selain itu ditempat yang baru ini, Khomeini kembali memperdalam

penguasaan belajarnya tentang retorika Syair dan tata bahasa kepada Syekh

Muhammad Reza Masjed Syahi (w.1943).Setelah lama menetap untuk belajar di

72

Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah, 28.

73

(41)

Qum, pada akhirnya Khomeini menyelesaikan pendidikannya dalam studi Fikih

dan Ushul dibawah bimbingan ulama dari Kasyan, yakni Ayatullah Alio Yasrebi

(w.1959) yang umurnya sebelas tahun lebih tua darinya.

Ketika Khomeini menginjak usia 25 tahun, tepatnya taun 1930-an, beliau

diangkat menjadi Mujtahid dan mendapatkan amanah berupa Ijazah untuk

menyampaikan hadis dari empat guru yang termasyhur. Guru pertama dari

keempat guru tersebut ialah Syekh Muhsin Amin Ameli (w. 1952), ulama

terkemuka di Lebanon. Yang kedua, Syekh Abbasal-Qummi (w. 1959),

merupakan salah seorang ahli hadis dan sejarahwan terkenal, karyanya yang

paling monumental berjudul Mafatih al-Jinan (kunci Surga). Yang ketiga, Abul

Qasim Dehkrodi Isfahani (w. 1934), beliau seorang Mullah yang tersohor di Kota

Isfahan. Dan guru yang terakhir adalah Muhammad Reza Masjed Syahi (w.

1943).74 Setelah lama menetap di Qum membuat Khomeini ingin

mengembangkan minat belajarnya pada irfan, Guru pertamanya dalam bidang

irfan ialah Mirza Ali Akbar Yazdi (w. 1926), selain Mirza beberapa guru bidang

irfan lainnya termasuk Sayyid Abu Al-Hasan Rafii Qazwini (w. 1975) dan

Ayatullah Muhammad Ali Syahabadi (w. 1950) sebagai guru bidang hikmah.

Berikutnya pengaruh dari Syahabadi sebagai guru yang paling dihormatinya atas

Khomeini belakangan terbukti tidak hanya terkait pengaruh dalam irfan, akan

tetapi Syahabadilah guru yang mengajarkan kepada Khomeini mengenai kaitan

antara irfan dan Concern sosial politik.75

74

Khomeini, Palestine..., xxxviii.

75

(42)

Setelah lama mengembara ilmu dimana-mana, Khomeini memutuskan

untuk mengahiri masa lajangnya tepat pada usia 27 tahun, ia menikahi putri

seorang Ayatullah asal Teheran, yang bernama Syarifah Batul. Dari

pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai lima orang anak, yang terdiri dari dua

putra dan tiga putri.76

Ayatullah Khomeini memulai karir akademiknya pada usia yang sangat

muda yakni 27 tahun. Awalnya ia menjadi seorang guru dalam bidang Hikmah,

yakni sebuah disiplin ilmu yang memiliki hubungan dekat dengan ‘irfan. Kemudian ia juga mengajar kuliah ketika masa pengasingannya di Najaf tahun

1972, dengan memberikan kuliah mengenai “jihad besar” yang dimaksudkan ialah

perang melawan hawa nafsu, hal ini tujuannya untuk mendidik murid-muridnya

dalam hal akhlak dan keruhanian. Kuliah lain juga ia sampaikan terutama tentang

masalah sistem politik Wilayah al-Faqih, yang dianggap sebagai kelengkapan

dalam rangkaian kuliahnya.77

Selain mengajar, Khomeini juga mengadakan pengajian-pengajian dengan

pembahasan tentang irfan secara sembunyi-sembunyi. Dalam kegiatan pengajian

tersebut Khomeini juga sekaligus mendidik dan mengilhami beberapa rekan

dekatnya, seperti Murtadha Mutahhari. Ketenaran Khomeini tidak hanya sebatas

dalam bidang dakwah dan akademik (guru), ia juga banyak menghasilkan

karya-karya fenomenal lewat tulisannya.78

Ia juga terkenal sebagai seorang ulama termasyhur dalam masyarakat

Syiah Itsna Asyariyah (Dua Belas). Oleh sebab itu beliau di juluki dengan sebutan

76

Khomeini, Palestine...., xxxviii.

77

Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah, 38.

78

(43)

Ayatullah atau Ayatullah al-Udzma. Kemudian dalam usia yang masih muda

Khomeini sudah mencapai tingkat Mujtahid dalam bidang hukum Islam, dengan

demikian beliau dapat mengeluarkan wewenangnya yang berupa fatwa yang

dianut oleh seluruh kaum Syiah. Sebagaimana tradisi dalam dunia Syiah,

sebenarnya untuk mencapai jenjang tersebut dibutuhkan banyak persyaratan yang

sulit, yang diukur dengan akhlak maupun keluasan ìlmu pengetahuan. Setelah

wafatnya Ayatullah Burujerdi sebagai tokoh sentral dalam Syiah pada 1961, oleh

kaum Syiah di Iran Ayatullah Khomeini ditunjuk sebagai Marja dini.79 Berikut ini

termasuk dari karya-karya Ayatullah Khomeini :

1. Syarh Dua As-Sahar (komentar mengenai Karya Imam Muhammad Baqir)

2. Mishbah Al-Hidayah (ringkasan tentang hakikat Nabi Muhammad Saw)

3. Syarh-i Chihil Hadits (Syarh atas 40 Hadis)80

4. Miraj Al-Salikin wa Shalah Al-Arifin atau Asrar Al-Shalah (risalah

makna-batin bagian Shalat dan Wudhu)

5. Adab As-Shalah

6. Syarh-i Hadits Junud-i Aql o Jahl (pandangan Ayatullah Khomeini mengenai

akhlak dan irfan)

7. Yadname-ye Ostad-e Syahid Mortaza Motahhari

8. Saragozasythaye Vizheh

9. Kasyf Al-Asrar (buku yang berisi jawaban-jawaban mengenai tuduhan kepada

kaum Syiah)

79

Azra, Ensiklopedi Islam, 111-112.

80

(44)

10.Shahife-ye Nour (22 Jilid) (banyak mengandung rujukan terhadap

concern-concern irfan dan akhlaki)

11.Al-Hukumah al-Islamiyyah (pemerintahan Islam, yang didalamnya terdapat

pandangan Ayatullah Khomeini mengenai politik, terutama tentang ide negara

Islam yang didasarkan pada konsep “Wilayah al-Faqih” (kepemimpinan kaum

ulama’))81

Selain buku-buku diatas, Khomeini juga banyak melontarkan

komentar-komentarnya atau catatan pinggir terhadap beberapa karya tulis, seperti catatan

pinggir atas karya Qaisari dalam Fuushush Al-Hikam dan Mishbah Al-Uns,

komentar Hamzah Ibn Fanari atas Miftah Al-Ghaib, karya Al-Qunawi sehingga

beberapa gurunya perlu menulis atas buku-buku karya Khomeini.82

Sampai detik akhir hayatnya, Khomeini tetap memberikan kontribusinya

pada negara dan agamanya, hari-harinya dipenuhi dengan upaya untuk

membimbing bangsa Iran a

Referensi

Dokumen terkait

artinya pancasila memiliki peranan paling penting sebagai dasar dan ideologi serta unsur lainnya seperti yang telah saya bahas sebelumnya, dengan kesempurnaan

Bentonit yang belum dimodifikasi merupakan Bentonit hidrofilik sehingga tidak efektif untuk menyerap molekul organik yang hidrofobik Bentonit dapat berinteraksi dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinasi sikap guru terhadap profesinya, konsep diri, dan iklim kerja sekolah terhadap kinerja guru sekolah dasar di gugus

Tuanku Canselor Universiti Putra Malaysia (UPM), Sultan Sharafuddin Idris Shah bertitah dengan konsep dunia tanpa sempadan, graduan harus bersedia dengan perubahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna buah mahkota dewa berubah dari hijau menjadi merah merata dalam waktu 12-15 hari penyimpanan akibat degradasi pigmen buah

Berdasarkan hasil penelitian tentang pola arus, persebaran dan kelimpahan fitoplankton di Pantai Morosari, Demak menunjukkan bahwa: pola arus yang terjadi membentuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi berdasarkan usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan/profesi, dan tempat tinggal, dan motivasi dalam

Aset alam dilihat dari 1)keasrian dan keunikan, keasrian di Gua Pindul ini memang dijaga oleh masyarakat sekitar, akan tetapi dengan dijadikannya Gua Pindul sebagai