ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan dengan tema revolusi Islam Syi’ah : studi komparatif gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini. Yang didalamnya terdapat beberapa rumusan masalah seperti : Pertama, Siapakah Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini.Kedua, Bagaimana gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam serta dampaknyadan ketiga, Bagaimana Perbandingan Gerakan politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini yang dari keseluruhannya menjadi fokus dalam penelitian ini.
Pendekatan dan metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah politik yang disertai dengan studi Biografi dan komparasi (perbandingan). Menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan atau studi pustaka. Sedangkan untuk teorinya menggunakan teori politik Islam Ibn Taimiyah, dan Teori comparative.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis perbandingan dari gerakan politik Islam Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr di Irak dan Ayatullah Khomeini di Iran, memiliki persamaan dan perbedaanterkait dengan gerakan politik mereka. Dari sisi perbedaan ada tiga hal, yakni pertama, jalur pelaksanaan gerakan politik Islam Syiah mereka. Kedua, hasil dari gerakan politik Islam Syiah al-Shadr dan Khomeini. Yang ketiga, pengaruh yang ditimbulkan oleh gerakan politik mereka. Sedangkan dari persamaan ada empat point. Pertama, visi dan misi yang sama-sama dari konsep Imamah. Kedua, latar belakang munculnya gerakan politik Islam Syiah mereka. Ketiga, peran penting al-Shadr dan Khomeini dalam aktivitas gerakan politik Islam mereka. Keempat, upaya gerakan politik Islam Syiah al-Shadr di Irak dan Khomeini di Iran.
ABSTRACT
This minithesis has the result from literature research with theme the Islam
Shi’i revolution : Comparative study Shii political movement of Ayatullah
Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini. Which some including, formulation as : the first, who is Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini. Second, what the political movement Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini with Islam revolution and their movement impact. Third, what comparative the political movement between Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini, and altogether become focus with this research.
The approach and method in this research use political history approach along with biography study and comparative. And using the qualitative research method with library research or literature research genre. While the theory use Islam politics theory from Ibn Taimiyah and comparative theory.
The result from this research indicate has comparative analysis of political movement Islam Shii. Their have the similarity anddifferentiation about their political movement. From division the similarity has three point, The first, implementation track of their political movement. Second, the result of their political movement. Third, the impact has showing of their political movement. While the differentiation has four point, first, the perspective and mission equaaly of the Imamah idea. Second, the behind background of appear their Islam Shi’i political movement. Third, the important role al-Shadr and Khomeini of their activity Islam Shii political movement. And fourth, the efforts of Islam Shii political movement al-Shadr in Irak and Khomeini in Iran.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Pendekatan danKerangkaTeori ... 7
F. PenelitianTerdahulu ... 9
G. Metode Penelitian ... 11
H. Sistematika Pembahasan ... 14
BAB II : BIOGRAFI AYATULLAH MUHAMMAD BAQIR AL-SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI ... 16
A. Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr (1931-1980) ... 16
C. Karakteristik Pemikiran Ayatullah Muhammad Baqir
Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam politik Syi’ah... 35
BAB III : GERAKAN POLITIK SYIAH : BAQIR AL-SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI SERTA DAMPAKNYA .... 41
A. Gerakan politikAyatullah Muhammad Baqir Al-Shadr ... 41
B. Gerakan politik Ayatullah Khomeini ... 47
C. Dampak Gerakan politik Mereka bagi Revolusi Islam .... 55
BAB IV : PERBANDINGAN GERAKAN POLITIK BAQIR AL- SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI ... 60
A. Perbedaan GerakanpolitikAyatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini ... 60
B. Persamaan GerakanpolitikAyatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini ... 69
C. Respon Dunia Islam TerhadapGerakanPolitikMereka ... 76
BAB V : PENUTUP ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
LAMPIRAN- LAMPIRAN ... 87
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Syiah merupakan sebutan yang dilekatkan bagi mereka pengikut setia
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiya Allᾱh ‘anhu, sepupu sekaligus menantu Rasulullah ShallᾱAllᾱh ‘alayh Wasallam. Untuk asal usul kelahiran Syiah terdapat ragam pendapat mengenai hal tersebut, dan pendapat yang paling populer
mengatakan bahwa Syiah muncul setelah terjadinya kegagalan perundingan antara
pihak Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiya Allᾱh ‘anhu dengan pihak Muawiyah bin Abi Sufyan dalam perang Shiffin,1 atau yang lazim dikenal dengan peristiwa
Tahkim (arbitrase).2 Menurut pandangan orang Syiah sebenarnya yang berhak
untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad Shallᾱ Allᾱh ‘alayh
Wasallam setelah beliau wafat adalah Ali bin Abi Thalib dan ahlul
bait.3Mengikuti perkembangan Syiah selanjutnya, aliran Syiah mulai tampak
secara nyata menjadi sebuah aliran yang berhaluan politik. Hal seperti ini dimulai
sejak akhir periode pemerintahan Utsman bin Affan Radhiya Allᾱh ‘anhu yang berada di Mesir, yang kemudian berlanjut dan tumbuh pesat pada periode Ali bin
1
Perang Shiffin merupakan perang yang terjadi antara Muawiyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib Radiya allahu anhu. Perang ini terjadi di wilayah Shiffin, oleh sebab itu perang ini disebut dengan perang Shiffin. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam :Dirasah Islamiyah II (Jakarta : P.T Raja Grafindo Persada,2008), 40.
2
Usaha yang dilakukan seorang perantara (orang ke-3) dalam meleraikan sengketa atau perselisihan. Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru (Surabaya : Amelia Surabaya, 2003), 24.
3
Sebutan bagi orang-orang keturunan Rasulullah dari putrinya yakni Fatimah az-Zahra binti Nabi Muhammad Shallᾱ Allᾱh ‘alayh Wasallam. Jalaludin Rakhmat, Rintihan Suci Ahlul Bait Nabi
Abi Thalib Radhiya Allᾱh ‘anhu yang berpusat di Kufah, Irak.4Karena hal ini pulalah yang membuat para Revolusioner5 muslim menjadikan politik sebagai
bagian dari Islam.
Sekitar abad ke-20 M kaum Syiah termasuk menjadi kelompok Mayoritas,
jumlahnya mencapai 57% dari 25 juta penduduk Irak. Komposisi etnis agama di
Irak ialah 53% Arab Syiah, 21% Arab Sunni, 14% Kurdi Sunni, 5% Arab
Non-Muslim, 6% Non-Arab Non- Muslim. Pada umumnya umat Syiah didominasi oleh
kawasan Irak selatan dan Timur seperti Bashrah, Karbala, Diwaniyah, Hillah,
„Amarah, Muntafiq, Kut, Najaf, Kazimain, dan Al-Thaurah. Wilayah Karbala dan
Najaf dikenal sebagai kota Suci umat Syiah yang ada di negara Irak.6 Dan di Irak
inilah banyak lahir sosok cendekiawan-cendekiawan muslim yang berbakat. Salah
satu cendekiawan Syiah yang paling populer abad 20-an yakni Ayatullah
Muhammad Baqir al-Shadr, beliau adalah Salah seorang sarjana, ulama, guru, dan
tokoh politik yang termasyhur di Irak dan Iran. Lahir dan besar di Kazhimain, Irak
dan berasal dari keturunan keluarga religius terkemuka didunia Syiah.7Al-Shadr
telah mengajarkan bahwasannya politik merupakan bagian dari Islam, oleh karena
itu ia menyeru dan memberikan semangat kepada kaum muslim agar senantiasa
mengenali dan melestarikan kekayaan khazanah Islam dan melepaskan diri dari
pengaruh-pengaruh eksternal apa pun, seperti (pengaruh marxisme dan
kapitalisme). Ia juga mendorong umat muslim supaya bangun dari tidur
4
Rochimah et.al, Ilmu Kalam (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2013), 49-50.
5
Sebutan bagi orang yang cenderung menghendaki perubahan secara menyeluruh dan mendasar, bersifat revolusi ; penganut paham politik yang menghendaki perubahan ketatanegaraan, pemerintahan, sosial dengan sekaligus. Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 830.
6
Riza Sihbudi,Menyandera Timur Tengah (Jakarta: Mizan, 2007), 67.
7
panjangnya dan menyadari bahwa orang-orang barat sedang berusaha untuk
menghanjurkan ideologi Islam dengan cara mendakwahkan ideologi mereka
kepada kaum muslim. Maka dari itu Kaum muslim harus bersatu dan berjuang
dalam hal menolak intervensi seperti itu dalam sistem sosial, ekonomi, dan politik
mereka.8
Dengan bergabungnya dan didirikannya gerakan politik yang berbasiskan
Islam, hal ini tentunya membuat Gerakan al-Shadr dimasa-masa itu bisa dikatakan
memiliki pengaruh yang besar dan dijadikan titik tolak garis keislaman yang baru
bagi kegiatan para Ulama.9Terjadinya revolusi Islam di beberapa negara-negara
muslim cukup membawa pengaruh pada ulama dan cendekiawan di Iraq, salah
satunya yang tergerak hatinya ialah Baqir al-Shadr, sejak menyatakan dukungan
terbuka terhadap Ayatullah Khomeini dalam Revolusi Islam yang terjadi di Iran,10
al-Shadr-pun mengekspresikan harapan perubahan yang sama di negaranya yakni
Irak.11Namun sebelum harapan itu terwujud secara sempurna, Takdir berkendak
lain, al-Shadr dijatuhi hukuman mati oleh rezim Saddam.
Apabila di negara Irak ada Muhammad Baqir al-Shadr sebagai lentera
Islam bagi dunia Syiah di Irak, begitu juga dengan negara Iran mereka memiliki
revolusioner Islam yakni Ruhullah12 Khomeini.13Ruhullah kecil lahir Khomein di
8
Muhammad Baqir ash-Shadr,Falsafatuna : pandangan Muhammad Baqir ash-Shadr terhadap pelbagai aliran filsafat dunia”, Terj. M.Nur Mufid bin Ali (Bandung : Mizan, 1993), 11-12.
9
Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, 17.
10
TM Aziz,”The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in Iraq from 1958 to 1980”, dalam An Anthology of Contemporary Middle Easten History, Ed. Syafiq Mughni (Canada : The Indonesia-Canada Islamic Higher Education Project, 2002), 100.
11
Ayatullah Muhammad Baqir Shadr, Khilafah dan Imamah, Terj. Hikmat Danaatmaja(Jakarta : Nur al Huda, 2012), 178.
12
Iran bagian Tengah Pada 24 Oktober 1902, keluarga Khomeini merupakan
keturunan dari Sayyid Musawi, beliau memiliki nasab dari Nabi Muhammad
Shallᾱ Allᾱh ‘alayh Wasallam melalui jalur ketujuh Syiah yakni Musa
al-Khazim.14Selain dikenal sebagai bapak revolusi Islam Iran, beliau juga seorang
ulama, guru besar dan figur terkemuka di pusat teologi Qum.
Pentingnya tema ini diangkat karena disini kita akan tahu tentang
bagaimana perjuangan tokoh-tokoh Islam dunia dalam memperjuangkan agama
Islam. Ayatullah Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini adalah sedikit contoh
dari pelopor revolusi Islam di dunia, mereka mencoba untuk membangkitkan
semangat para pejuang Islam untuk melawan kezaliman orang-orang kafir dan
mendorong kaum muslim untuk bangun dari tidur panjangnya dan menyadari
bahwa orang-orang imperialis sedang berusaha untuk mengahancurkan ideologi
Islam dengan cara memupuk ideologi mereka di dunia Islam. Selain itu kedua
tokoh ini juga berusaha untuk menampilkan kebangkitan Islam lewat revolusi
Islam dalam kancah dunia sebagai ideologi yang kuat ke arena politik
Internasional. Adanya revolusi Islam yang terjaditelah berhasil menghancurkan
kezaliman dan kediktatoran penguasa yang lalim,dandapat membawa pengaruh
positif bagi dunia, khususnya Islam. Dengan fakta ini, maka kita dapat belajar
tentang bagaimana memperjuangkan dan membangkitkan kembali kejayaan Islam
sebagai agama Rahmatal lil alamin, meskipun tidak harus dengan melakukan
revolusi, banyak hal yang bisa dilakukan oleh umat Islam tentunya untuk
13
Sebutan Khomeini ini dinisbatkan pada tanah asal kelahirannya yakni Khomein, sebuah kota kecil yang terletak tidak jauh dari kota Arak (Iran bagian Tengah). Azra,Ensiklopedi Islam Jilid 4,111.
14
membangun kembali kejayaan Islam yang hampir pudar ini, salah satu contohnya
dengan terus belajar, dan memetik pelajaran dari masa lalu. Karena kejayaan
Islam dan umatnya merupakan sebuah harapan yang harus ada dan tertanam
dalam benak semua orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Lewat studi komparasi atau perbandingan, maka kita akan mengetahui
secara jelas mengenai revolusi Islam Syiah yang dilakukan oleh kedua tokoh
diatas bagi dunia Islam. Alasan mengambil studi komparatif atau
perbandingaannya sendiri ialah bahwasannya kedua tokoh ini yakni Ayatullah
Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini meski memiliki karakteristik
yang khas dari keduanya dalam mengembalikan kejayaan Islam lewat revolusi
mereka.Tentunya faktor persamaan dan perbedaan tetap ada didalamnya, meski
tidak banyak. Jika dilihat dari unsur intelektual dan agama, mereka memiliki
persamaan dan perbedaan satu sama lain, begitupun dengan unsur-unsur yang
lainnya.
Disini penulis mencoba membandingkannya dari unsur kekuasaan,
implementasi gerakan politik,seperti Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr
memiliki pengaruh gerakan politik Syiah di negara Irak sedangkan Ayatullah
Khomeini pengaruhnya besar dalam dunia politik di Iran sehingga beliau
digadang-gadang sebagai bapak revolusi Islam Iran. Sudut pandang
pemikiran-pun turut dibandingkan dalam penulisan ini.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan
Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam serta dampaknya?
3. Bagaimana Perbandingan Gerakan politik antara Ayatullah Muhammad Baqir
al-Shadr dan Ayatullah Khomeini ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian tentunya mempunyai tujuan dan maksud tertentu
yang mendasarinya,adapun berikut ini adalah tujuan dari penelitian ini:
1. Untuk menguraikan secara kronologis dan sistematis mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah
Khomeini
2. Untuk mengetahui perjuangan Gerakan Politik Ayatullah Muhammad Baqir
al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam serta dampaknya.
3. Untuk menjelaskan dan memaparkan tentang hasil analisis perbandingan
antara Gerakan Politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan
Ayatullah Khomeini.
D. Kegunaan atau Manfaat Penelitian
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis
maupunpraktis:
1. Teoritis
a. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
revolusi Islam, khususnya tentang perbandingan gerakan politik antara
b. Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi pada penelitian yang akan datang.
2. Praktis
Bagi jurusan Sejarah Peradaban Islam, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai informasi dan bahan pembelajaran mengenai revolusi
Islam, khususnya tentang perbandingan gerakan politik antara Ayatullah Baqir
al-Shadr dan Ayatullah Khomeini.
E. Pendekatan dan Kerangka teoritik
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah politik dengan
pendekatan studi Biografi dan komparasi (perbandingan), yakni pendekatan yang
digunakan dalam sebuah penelitian dengan maksud membuat rekonrstuksi
peristiwa atau kejadian yang terkait dengan sejarah politik yang berhubungan
dengan masalah pemerintahan dan kenegaraan, secara sistematis, akurat dan
objektif.15 Dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta
mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan
yang kuat,16studi biografi juga tak lupa ditambahkan sebagai bentuk interpretasi
dalam penelitian ini. Biografi merupakan studi terhadap seseorang atau individu
yang dituliskan oleh peneliti atas permintaan individu tersebut atau atas keinginan
peneliti yang bersangkutan.17Biografi atau catatan tentang kehidupan seseorang
itu sifatnya mikro, biografi sendiri menjadi bagian dalam mosaik Sejarah yang
15
Kuntowijoyo, Metodolohi Sejarah (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2003), 176.
16
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), 16.
17
lebih besar.18Karena sebagian besar biografi berisi tentang tokoh-tokoh besar yang
memiliki pengaruh besar terhadap dunia atau peradaban umat manusia.
Mengenai kajian komparasi atau perbandingan, Yang dimaksud dengan studi
perbandingan ialahsuatu kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan identifikasi
persamaan atau perbedaan antara dua gejala tertentu atau lebih, Mengenai masalah
Revolusi Islam Syiah : Studi Komparatif Gerakan Politik Muhammad Baqir
al-Shadr (1931-1980) dengan Ayatullah Khomeini (1902-1989). Dalam sebuah
penelitian tentunya sangat dibutuhkan yang namanya kerangka teori, tujuannya
antara lain untuk membantu memecahkan dan mengidentifikasi suatu masalah
yang ingin diteliti. Selain itu sebuah kerangka teori juga dipakai untuk
memperlihatkan tolak ukur atau kriteria yang dijadikan sebagai dasar untuk
membuktikan sesuatu. Maka untuk menjelaskan tentang Revolusi Islam Syiah :
Studi Komparatif Gerakan Politik Muhammad Baqir al-Shadr (1931-1980)
dengan Ayatullah Khomeini (1902-1989), Diperlukan adanya suatu pendekatan
terhadap makna yang dapat menunjukkan maksud dan tujuan yang sebenarnya.
Untuk itu penulis disini menggunakan teori politik Islam yang di gagas oleh Ibn
Taimiyah, dalam teorinya Ibn Taimiyah menyatakan secara tegas bahwa
kekuasaan kepala negara atau raja itu hanya merupakan amanah dari Allah yang
di berikan kepada hamba-hamba pilihannya. Konsep Ibn Taimiyah mengenai
kebutuhan manusia terhadap negara atau kekuasaan itu didasarkan pada akal dan
hadis. Argumen rasionalnya terletak pada kebutuhan universal semua manusia
untuk bergabung, bekerja sama menikmati berbagai manfaat kepemimpinan tanpa
18
peduli mereka menganut suatu agama atau tidak. Ibn Taimiyah menekankan
perlunya kepemimpinan dan pemerintahan dalam kehidupan masyarakat. Tetapi
Ibn Taimiyah mengkritik dan meragukan validitas pendapat bahwa kekhalifahan
berasal sumber al-Quran dan Sunnah, Ibn Taimiyah juga mengkritik teori Syi’ah
tentang Imamah dan teori Sunni tentang kekhalifahan, menurutnya tidak ada dasar
dalam teori tersebut dalam al-Quran dan al-Sunnah. Teori politik Ibn Taimiyah
memiliki kemiripan dengan konsep pemerintahan modern, dimana perlunya
pemerintahan sebagai sebuah esensi kekuasaan.19Kekuasaan disini dimaksudkan
melalui adanya pola hubungan dimana terdapat pihak yang dominan didalamnya
sebagai posisi sentral dalam pemerintahan dan pihak lain yang harus tunduk dan
taat. Teori comparative juga turut mendukung kelengkapan teori dalam penelitian
ini, mengenai teori comparative, seperti yang diungkapkan oleh kaum
comparativis yang menyatakan bahwa suatu institusi,kompleks, proses atau
ikhwal harus dicopot dari Matriks budaya yang lebih besar dengan cara tertentu
sehingga bisa dibandingkan institusi, kompleks, proses, atau ikhwal-ikhwal dalam
konteks sosio kultural lain.20
F. Penelitian terdahulu
Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan pencarian penelitian terdahulu
gunanya ialah untuk membandingkan antara penelitian yang kita teliti dengan
penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang
pembahasannya terkait dengan pembahasan dalam proposal Revolusi Islam Syiah
19
Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam : Telaah Kritis Ibnu Taimiyah tentang Pemerintahan Islam.Terj. Masrohin (Surabaya : Risalah Gusti, 1995), 36.
20
: Studi Komparatif Muhammad Baqir al-Shadr (1931-1980) dengan Ayatullah
Khomeini (1902-1989)
1. TM Aziz,The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in
Iraq from 1958 to 1980, karya tulis ini berbentuk artikel, didalamnya
dijelaskan mengenai peran dari Muhammad Baqir al-Shadr dalam aktivitas
politik Syiah yang berada di Irak sejak tahun 1958-1980.
2. Salim Ahyar, Perjuangan Ayatullah Khomeini pada Masa Pengasingan
Tahun 1964-1979 dan Dampaknya Pasca Revolusi Iran. Skripsi ini
memaparkan tentang bagaimana perjuangan Khomeini dalam masa-masa
pengasingannya di beberapa negara seperti Turki, Prancis dan Irak sejak tahun
1964-1979.21
3. Dista Kurniawan, Pemikiran Politik Islam Ayatullah Khomeini tentang
Wlayah Faqih. Dalam Jurnal ini dipaparkan tentang pemikiran atau pandangan
Ayatullah Khomeini prihal wilayah Faqih dan hal-hal yang terkait dengan
wilayah tersebut.22
4. Abdul Kadir, Syiah Dan Politik : Studi Republik Islam Iran. Dalam jurnal ini
dijelaskan mengenai Syiah dan politik mengenai kondisi dan pengaruhnya
terhadap bangsa Iran, pasca terjadinya peristiwa revolusi Islam Iran tahun
1979 yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini.23
21
Salim Ahyar, Perjuangan Ayatullah Khomeini pada Masa Pengasingan Tahun 1964-1979 dan Dampaknya Pasca Revolusi Iran(Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2007). 22
Dista Kurniawan,Pemikiran Politik Islam Ayatullah Khomeini tentang wilayah Faqih,
lihat
http://www.academia.edu/11771677/PEMIKIRAN_POLITIK_ISLAM_AYATULLAH_KHOMEI NI_TENTANG_WILAYAH_FAQIH (24 Februari 2017).
23
5. Abdul Salam, Gerakan Revolusioner dalam Syiah (Studi Tentang Revolusi
Islam Iran 1979). Dalam karya tulis ini dijelaskan mengenai peristiwa revolusi
Islam Iran yang terjadi pada 1979, dan keberhasilan gerakan revolusioner
Islam khususnya Syiah dalam menumbangkan sistem Monarki Iran dan
menggantikannya dengan Republik Islam Iran.24
G. Metode penelitian
Tahapan-tahapan metode penelitian Sejarah akan dijelaskan sebagai
berikut, sebelum menjelaskannya secara lebih rinci, dalam penulisan skripsi ini
penulis menggunakan metode penelitian kualitatif,25dengan jenis penelitian
kepustakaan atau literatur.26Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti
yakni, pertama, peneliti mengumpulkan mengumpulkan sumber atau data-data
yang terkait dengan tema penelitian tersebut melalui penelitian pustaka (Library
Research). Sumber-sumber tersebut diperoleh dari perpustakaan umum, seperti
UIN Sunan Ampel, Perpustakaan Daerah Surabaya (Perpusda), perpustakaan
Medayu Agung serta buku-buku, artikel maupun jurnal yang bersifat online,
Selain itu peneliti juga memanfaatkan media teknologi informasi seperti Internet,
Googlebooks dan lain sebagainya. Dari hasil penelusuran dan pengumpulan
sumber, penulis memperoleh sumber berupa primer dan Sekunder. Adapun
rinciannya sebagai berikut :Sumber Primer terdiri dari Falsafatuna : Pandangan
Muhammad Baqir al-Shadr terhadap Pelbagai Aliran Filsafat Dunia. Karya
Muhammad Baqir Al-Shadr, Terjemah : M.Nur Mufid bin Ali. Khilafah dan
24
Abdul Salam, Gerakan Revolusioner Islam Syiah (Studi tentang Revolusi Islam Iran 1979) (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam, Yogyakarta, 2010).
25
Mohammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Edisi Kedua) (Jakarta : Erlangga, 2009), 21.
26
Imamah Karya Ayatullah Muhammad Baqir Shadr et.al, Terjemah : Hikmat
Danaatmaja. Islam and Schools Economics Karya Syahid Muhammad Baqir
al-Shadr. Terjemah : M.Hashem menjadi“Islam dan Mazhab Ekonomi”. Risalatuna Karya Syahid Muhammad Baqir Shadr, Terjemah : Muhammad Abdul Qadir
Alcaff menjadi Syahadat kedua : ketika keimanan saja tak cukup. Palestine : The
Institute for The Compilation and Publication of The Works of Imam Khomeini,
Karya Imam Khomeini, Terjemah Muhammad Anis Maulachela menjadi
“Palestina dalam Pandangan Imam Khomeini”.Islamic Goverment, Karya Imam
Khomeini, terjemah Anis Maulachela menjadi “Sistem Pemerintahan Islam”.40
Hadits : Telaah Imam Khomeini Buku Dua. Karya Ayatullah Ruhullah al Musawi
al Khomeini.Artikel Roeslan Abdulgani, Ambruknya Tentara Rezim Shah Kontra
Kekuatan Rakyat Iran “Merdeka”, edisi Jum’at, 19 Oktober 1979, danGema
Revolusi Iran Dewasa Ini “Merdeka”, edisi Jum’at 12 Oktober 1979.Sumber
sekunder juga digunakan oleh peneliti, seperti buku“Pioneers of Islamic Law”,Para Perintis Zaman Baru Islam, Ed. Ali Rahnema karya Chibili Mallat tahun 1996.“The Renewal Islamic Law” Terjemah Santi Indra Astuti “Menyegarkan Islam : kajian komperhensif pertama atas hidup dan karya
Muhammad Baqir al-Shadr”, Karya Chibili Mallat Tahun 2001.“Menyandera Timur
tengah” karya Riza Sihbudi Tahun 2007.“Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini : Aspek
Sufistik Ayatullah Khomeini Yang Tak Banyak Diketahui ”. Karya Yamani Tahun
2002.ArtikelThe Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in
Langkah kedua, peneliti melakukan Kritik atau analisis yakni setelah
melakukan penelusuran sumber sebagaimana penjelasan diatas, kemudian peneliti
melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh tadi, dengan cara
melakukan cross check, melihat asal sumber dan menyeleksi sumber-sumber, hal
ini dilakukan peneliti gunanya untuk melihat keobyektifan, validitas,dan
keotentikan dari sumber tersebut, apakah sumber tersebut cocok dan layak atau
tidak apabila digunakan dalam penelitian ini. Fokus dalam penelitian ini sendiri
ialah tentang hal-hal yang berkaitan dengan Revolusi Islam Syiah antara gerakan
politik dari Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini,
sehingga dalam penelitian ini peneliti menganalisis secara mendalam dengan
melakukan kritik atas keseluruhan sumber data yang sudah diperoleh. Untuk itu
penulis memeriksa dan menilai dari segi isi (teks) yang ada dalam buku-buku
tersebut, apakah relevan atau tidak dengan permasalahan yang ada dalam
penelitian tersebut dan apakah sumber yang didapatkan ini sesuai dengan yang
dikehendaki oleh peneliti.
Langkah ketiga, peneliti melanjutkan dengan proses Interpretasi atau
Penafsiran, pada proses ini peneliti melakukan sebuah penafsiran terhadap
fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari sumber data tersebut, dengan melakukan
pengolahan fakta yang telah di kritisi. Penafsiran diuraikan secara
deskriptifdengan merangkai fakta yang diperoleh peneliti dari sumber data seperti
buku Falsafatuna, Risalatuna, Islamic Goverment, Khilafah dan Imamah dan
yang lainnya dalam kesatuan yang bersifat logis. Selain itu peneliti juga
sehingga berbagai fakta yang ada dalam sumber data tersebut terlepas satu sama
lainnya, kemudian dapat disusun dan dihubungkan kembali menjadi satu kesatuan
yang berkesinambungan dan masuk akal seperti yang tertuang dalam penelitian
ini.
Tahap akhir dari metode penelitian ini ialah historiografi atau biasa disebut
dengan penulisan sejarah,merupakan langkah akhir dalam penelitian sejarah.
Dalam langkah ini penulis menyajikan keseluruhan dari isi penelitian ini dalam
bentuk uraian yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang sederhana dan
tak melupakan ejaan yang disempurnakan dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Adapun penelitian ini ditulis
dalam bentuk laporan penelitian yang berupa skripsi.
H. Sistematika Pembahasan
Secara umum Sistematika pembahasan disusun untuk mempermudah
pemahaman terhadap penulisan ini, dalam hal ini akan di paparkan tentang
hubunganyang sistematis antara bab awal hingga bab yang lainnya yang terkait
dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan beberapa
bab yang akan dibahas.
Bab I, Pada bab ini akan dipaparkan mengenai pendahuluan, yang
didalamnya terdiri dari latar belakang, rumusan masalah atau batasan masalah,
tujuan dari penelitian, kegunaan atau manfaat diadakannya penelitian ini.
Pendekatan dan kerangka teori, Penelitian Terdahulu.Metodologi penelitian dan
Adapun dalam bab II ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan
secara deskriptif, kronologis dan sistematis tentang hal-hal yang berkaitan
dengan biografi Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini
mulai dari latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, karier dan
karya-karyanya, serta Karakteristik Pemikiran Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr
dan Ayatullah Khomeini dalam politik Syiah.
Sedangkandalam bab III ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan
secara deskriptif tentang Bagaimana gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir
al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam khususnya dinegara Irak
dan Iran serta dampaknya bagi revolusi Islam.
Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang Bagaimana
perbandingangerakan politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan
Ayatullah Khomeini, dengan melakukan analisis mendalam terkait perbandingan
persamaan dan perbedaan diantara keduanya, yang dilihat dari unsur gerakan
politiknya keduanya.
Adapun dalam bab V, Peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan
dan saran yang ditulis pada bagian penutup sebagai akahir dari dari sebuah
BAB II
BIOGRAFI AYATULLAH MUHAMMAD BAQIR AL- SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI
A. Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr
Muhammad Baqir ibn Sayid Haydar ibn Ismail Al Shadr, ia adalah
seorang sarjana, ulama, guru, dan tokoh politik.Lahir pada 1350 H/1931 M, di
Kazhimain, Baghdad, Irak.27 Berasal dari keluarga Syiah yang religius dan
terkemuka, yang telah banyak melahirkan generasi penerus bangsa yang hebat,
khususnya di Irak, Iran, dan Lebanon, tokoh-tokoh yang paling populer
diantaranya, seperti : Sayid Shadr Al-Din Al-Shadr (w. 1371 H/1954M),28
Muhammad Al-Shadr (w. 1373 H/1956M)29 dan Musa Al-Shadr (w. 1395 H/1978
M).30 Nama al-Shadr sendiri merupakan sebuah rujukan kepada nama kakek
Sayid Shadr Al-Din Al-Shadr, salah seorang ulama Syiah dan Marja’ Qum, beliau pernah belajar
dan mengajar di kota Najaf, Irak sebelum akhirnya tahun 1920-an beliau pundah ke kota Qum. Muhammad Riza Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran : Bara Timur Tengah (Bandung : Mizan, 1993), 46.
29
Muhammad Al-Shadr, seorang pemimpin religius yang memiliki peranan penting dalam revolusi Irak melawan Inggris yang sebagian besar hal itu diorganisasikan dan dilaksanakan oleh pemimpin-pemimpin religius. Beliau juga mendirikan Haras Al-Istiqlal (Pengawal Kemerdekaan).Ash-Shadr, Falsafatuna, 11.
30
dibesarkan di Isfahan pada 1258 H/1842 M.31 Kemudian pada 1280 H/1863 M
Isma’il berhijrah ke Najaf dan dilanjutkan ke Samarra, konon di Samarra ini
beliau menggantikan al-Mujaddid al-Syrazi di Hauzah32 yang merupakan
lingkungan orang-orang alim sekte Syiah. Putranya, Ayah Baqir al-Shadr yakni
Haidar al-Shadr lahir di Samarra (1309 H/1891M). Semasa hidupnya Haidar
belajar langsung kepada ayahandanya dan Ayatullah al-Hairi al-Yazdi di kota
Karbala. Dan wafat di Kazimiah pada 1356 H/1937 M dalam keadaan miskin
harta, Beliau telah meninggalkan dua orang putra dan seorang putri yakni Isma’il,
Baqir al-Shadr dan Bint al-Huda. Meskipun ia seorang Marja’33yang terkenal, namun, ia meninggal dalam keadaan miskin harta, dan tidak meninggalkan harta
apapun kepada keluarganya, yang diwariskan hanyalah keilmuannya saja.
Tidak hanya dari pihak ayahnya yang berasal dari keturunan ulama’-ulama
besar, dari pihak Ibundanya-pun mengalir darah ulama’ terkemuka yakni Syeikh
Abdul Husain al-Yasin. Dikarenakan mengalami kesulitan Ekonomi
ditahun-tahun awal setelah ditinggal oleh Ayahnya wafat, membuat anggota keluarga
lainnya turut serta berjasa dalam mengasuh dan mendidik Baqir al-Shadr dan
saudara-Saudaranya, selanjutnya beliau tumbuh dalam lingkungan pengawasan
paman dari pihak Ibunya, yakni Murtadha al-Yasin yang nuga merupakan ulama
terkemuka dalam dunia Syiah.34
Menginjak usia empat tahun, Ayah Baqir al-Shadr meninggal Dunia, hal
itu membuat al-Shadr menjadi seorang yatim, dan kemudian al-Shadr kecil diasuh
31
ash-Shadr, Falsafatuna ....(Bandung, penerbit Mizan, 1993). 11
32Merupakan lingkungan alim Syi’ah. Mallat,
Para Perintis Zaman Baru Islam,253.
33
Julukan bagi mereka yang memiliki otoritas tertinggi (orang yang ahli) dalam bidang agama. Ira M.Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), 857.
34
oleh Ibundanya serta kakak kandungnya, yakni Ismail (1340/1921-1388/1968),
yang juga merupakan seorang Mujtahid35 termasyhur di Irak. Sejak usia
kanak-kanak al-Shadr sudah menampakkan tanda- tanda kejeniusan yang sudah tertanam
dalam dirinya, bisa dibilang pemikiran beliau melebihi anak-anak seusianya,
mungkin kejeniusan al-Shadr ini dilatar belakangi oleh keluarga yang alim.
Kejadian ini dibuktikan dengan fakta bahwa beliau pernah melakuakan ceramah
mengenai sejarah Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan kultur Islam.36Hal ini
mulai terlihat ketika al-Shadr bersekolah di sekolah dasar Muntada al-Nasyr
daerah Khazimiyah.
Menurut beberapa laporan rekan-rekan sejawat al-Shadr disekolahnya.
Jauh-jauh hari dia sudah mengukuhkan diri sebagai subjek minat dan
keingintahuan guru-gurunya, sebegitu jauh sikap yang diambilnya, hingga
beberapa murid berusaha meniru cara berjalan, berbicara dan perilaku al-Shadr
selama didalam kelas.37 Dalam hal sosial keagamaan al-Shadr merupakan
penganut aliran Syiah dari Sekte Syiah Imamiyah.38Hal ini bisa dilihat
bahwasannya al-Shadr merupakan keturunan dari keluarga miskin dan memiliki
intelektual tinggi yang menganut paham syiah.39
35
Orang yang memenuhi persyaratan melaksanakan ijtihad dan menyampaikan pandangan yang mandiri mengenai hukum islam.Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, 859.
36
al-Shadr, Falsafatuna,11.
37
Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, 253-254
38
Sekte Syiah Imamiyah, al-Ismailiyah adalah termasuk golongan al-Imamiyah, aliran ini dinisbatkan kepada Isma’il bin Ja’far al-Sadiq dan keturunannya, aliran ini memiliki kesamaan dengan sekte Itsna ‘Asyariyah dalam hal pengakuan terhadap para imam Syi’ah, akan tetapi mereka berselisih paham mengenai imam pengganti setelah Ja’far al-Sadiq. Menurut Imamiyah, pengganti Ja’far al-Sadiq ialah putranya, Ismail, sedangkan menurut Itsna Asyariyah pengganti Ja’far al-Sadiq ialah Musa al-Kazhim. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, 860. Mohammad Abu Zahrah, Sejarah Aliran-Aliran dalam Islam Bidang Politik dan Aqidah (Ponorogo : Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1991), 70.
39
Adapun riwayat pendidikan dari al-Shadr dapat dilampirkan sebagai
berikut : sejak kecil al-Shadr sudah menelaah ilmu pengetahuan yang banyak dari
kalangan keluarganya. Setelah ayahnya meninggal, beliau diasuh oleh kakak dan
pamannya, dari situlah ia banyak belajar. Ia telah menyelesaikan sekolah dasarnya
pada usia sebelas tahun, kemudian melanjutkan mengambil studi logika, selain itu
ia juga menulis sebuah buku yang isinya mengkritik para filosof. Pada usia tiga
belas tahun, al-Shadr mengkaji ilmu Ushul ilm al-fiqh yang berisi tentang
asas-asas ilmu tentang prinsip-prinsip hukum Islam yang terdiri dari Al- Quran, Hadis,
Ijma, Qiyas dan ilmu Mantiq yang diajarkan oleh kakaknya sendiri, Ismail.
Seperti kebiasaan keluarganya yang melakukan hijrah dari satu tempat ke tempat
yang lainnya guna menuntut ilmu, maka al-Shadr pun melakukan hal yang sama
pula, diusianya yang genap enam belas tahun, beliau berhijrah ke kota Najaf untuk
menggali ilmu agama lebih dalam dari berbagai cabang keilmuan Islami selama
kurun waktu empat tahun. Setelah itu ia kembali menorehkan ide pemikirannya
lewat karya tulis ilmiah, yakni sebuah ensiklopedi mengenai ilmu Ushul, dengan
judul Ghayat Al-Fikr fi Al-Ushul (pemikiran puncak dalam ushul). Di Najaf
Shadr berguru kepada dua orang ulama ternama, yakni Ayatullah Murtadha
al-Yasin, pamannya sendiri dari garis keturunan ibunya, Dan Ayatullah Udzma
Sayyid Abu al-Qasim al-Khuiy, al-Shadr memperdalam ilmu Fiqh dan Ushul
Fiqh-nya kepada pamannya. Setelah menyelesaikan studinya pada dua orang
ulama ternama tadi selama kurang lebih 13 tahun, selanjutnya al-Shadr
kepada seorang pemimpin Hawza40, yakni Sayyid Muhsin al-Allamah al-Hakim
yang merupakan seorang Marja dan cendekiawan muslim yang termasyhur.
Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr merupakan sosok tokoh penting
dalam dunia Syiah khususnya di Irak. Ia salah satu ulama, cendekiawan dan
pemikir yang terkemuka pada saat itu. Masa kecilnya dihabiskan untuk belajar
dari satu guru ke guru lainnya. Jadi tak heran apabila beliau menyalurkan
keilmuan yang diperolehnya di tanah asal kelahirannya, Irak. Al-Shadr banyak
berpartisipasi dalam dunia pendidikan dan keagamaan atau dakwah. Dalam usia
yang relatif muda yakni 25 tahun ia sudah mengajar Bahts Kharij (tahap akhir
dalam ilmu ushul).41dan rata-rata muridnya usianya lebih tua darinya. Selain itu,
ia juga mengajar fiqh. Usia tiga puluh tahun ia sudah menjadi seorang mujtahid.
Al-Shadr juga banyak menulis mengenai ekonomi Islam, atau yang paling dikenal
demgan Iqtisaduna. Ia juga sering dimintai kritik dan sarannya oleh berbagai
organisasi Islam, seperti Bank Pembangunan Islam. Dalam karya-karyanya, ia
sering kali menyerang dialektika-materialistik dan sebagai gantinya
merekomendasikan konsep Islam dalam membedakan kebenaran dan kesalahan.
Al-Shadr juga berceramah, menelaah kitab-kitab dan menuangkan
gagasan-gagasannya lewat media tulisan. Oleh sebab itu, Sampai sekarang hasil tulisannya
masih dapat kita rasakan.
40
Organisasi para ulama marja atau sebuah tempat yang didalamnya mengajarkan pola atau metode pendidikan agama tradisional dilingkungan Syiah, baik itu di Irak maupun di Iran yang sampai saat ini dipertahankan. Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam Jilid 4 (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 111.
41
Selain berkiprah didunia pendidikan, dan keagamaan.Al-Shadr juga
berkiprah didunia politik.Hal ini dibuktikan dengan adanya sebuah artikel Hanna
Batatu di Middle East Journal di Washington yang dikutip dari karya Chibli
Mallat “Muhammad Baqir al-Shadr” dalam Para Perintis Zaman Baru Islam,
yang memeperlihatkan pada orang-orang tentang arti pentingnya al-Shadr bagi
gerakan bawah tanah Syiah di Irak. Sedangkan nilai penting al-Shadr dalam
kebangkitan berbagai gerakan politik Islam di Irak, di dunia Syiah dan dunia
muslim pada umumnya tidak mungkin bisa diabaikan begitu saja.42Keterlibatan
al-Shadr dalam dunia politik telah dimulai sebelum tahun 60-an dan pada saat itu
reputasinya sebagai seorang ahli fiqih dan ushul fiqih sudah sangat
diperhitungkan. Mengingat keahliannya sebagai seorang ahli fiqih, oleh para
seniornya di Hauza, ia diproyeksikan sebagai Grand Marja’ berikutnya.
Untuk itu ia diminta untuk meninggalkan dunia politik dan meletakkan
jabatannyadi partai Dakwah dan Buletin Al-Adwa mengingat seorang Grand
Marja tidak boleh bersentuhan dengan dunia politik dan tidak boleh terlibat
dalam kepengurusan sebuah partai. Pada tahun 1961 ia meletakan jabatan di partai
Dakwah dan Buletin Al-Adwa, akan tetapi secara pribadi ia masih berhubungan
dan berkomunikasi dengan anggota partai dan editorial bulletin tersebut. Dengan
posisinya sebagai pemimpin tertinggi Hawza, maka fokusnya sekarang terarah
untuk mengembangkan dan memperbaiki Hawza. Salah satu yang menjadi
keinginannya terhadap Hawza adalah memperbaiki kurikulum Hawza yang
42
selama lebih kurang satu setengah abad hanya terfokus pada pelajaran fiqih dan
ushul fiqih serta cendrung menganggap pelajaran lain tidak penting.43
Muhammad Baqir al-Shadr juga berpartisipasi dalam lingkup aktivitas
politik, al-Shadr memulai debut karier politiknya ketika ia selesai merampungkan
studinya. Al-Shadr baru dinobatkan sebagai Marja’44 bagi kaum Syiah Irak
setelah wafatnya Muhsin al-Hakim pada 1970. Kaum Syiah Irak dibawah kendali
kepemimpinan al-Shadr mulai diperhitungkan sebagai sebuah kekuatan politik
Islam yang potensial.Bahkan beberapa pernyataan mengungkapkan bahwa
al-Shadr merupakan pendiri dari Jamaah al-Ulama yang dikemudian hari menjadi
cikal bakal partai Dakwah Islam. Akan tetapi hal ini dibantah oleh Baqir
Hakim, yang merupakan putra dari Muhsin Hakim, yang membantah bahwa
al-Shadr adalah pendiri sekaligus anggota Jamaah al-Ulama. Menurut pernyataan
Baqir al-Hakim, bahwasanya al-Shadr tidak ada kaitannya dengan Jamaah
al-Ulama dan partai Dakwah. Namun, terlepas dari persoalan diatas jelas bahwa sulit
memisahkan antara al-Shadr dengan gerakan umat Syiah Irak. Semisal pada masa
al-Shadr para ulama di Najaf menuntut peranan yang lebih aktif lagi dalam kancah
ruang politik.45
Dari penjelasan diatas dapat ditarik benang merah bahwasannya gerakan
Baqir al-Shadr di masa itu memiliki pengaruh yang begitu besar dan menjadi titik
tolak ukur garis keislaman yang baru dalam kegiatan para ulama (khususnya
ulama Syiah), dikarenakan ia telah mencapai kesempurnaan tingkat ilmiah yang
terhormat meskipun pada saat itu usia al-Shadr masih relatif muda. Dibalik itu
43
TM Aziz,”The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr, 100. 44
Ulama yang mempunyai otoritas dibidang hukum dan agama.Ash-Shadr, Falsafatuna,11. 45
semua ia juga mendapatkan dukungan yang luar biasa oleh pamannya, Ayattullah
Syekh Murtadha al-Yasin dan kakaknya al-Hujjah Sayyid Ismail
Shadr.46Peristiwa pengeksekusian Shadr dan saudara perempuannya (Bint
al-Huda), merupakan salah satu titik puncak tantangan terhadap Islam di Irak.
Dengan gugurnya Muhammad Baqir al-Shadr bersama Bint al-Huda, negara Irak
kehilangan sosok aktivis Islamnya yang paling penting.47
Baqir al-Shadr merupakan sedikit dari beberapa tokoh-tokoh Islam yang
mampu berbicara dengan fasihnya tentang pemikiran-pemikiran Barat. Kesan
apologi yang sekian lama ini menyatu dengan pada pemikir Islam, kini beliau
tepis dengan kecerdasan dan kejelian pemikirannya, tidak hanya akrab dan paham
dengan hasil karya-karya pemikir Islam di zaman klasik maupun modern, akan
tetapi beliau juga paham dengan pemikiran-pemikiran barat yang sedang
berkembang. Dalam beberapa hasil karya-karyanyanya, beliau juga mengutarakan
beberapa kritikan terhadap pemikiran Barat dengan fasihnya, seperti gagasan Karl
Marx, Descrates, John Locke dan yang lainnya juga.
Sebagai salah satu seorang pemikir yang termasyhur, sekitar tahun
1950-1980 an al-Shadr telah melambungkan kebangkitan intelektualnya dengan
menuangkan pemikirannya dalam hasil karya-karyanya di Najaf, dan ciri yang
paling mencolok dari kebangkitannya itu ialah dalam dimensi politiknya.48
Beberapa karya dalam berbagai disiplin ilmu mampu dihasilkannya, berikut
merupakan buku-buku yang paling terkenal yaitu :
46
Syahid Muhammad Baqir Shadr,Syahadat Kedua : Ketika Keimanan Saja Tak Cukup, Terj. Muhammad Abdul Qadir Alcaff (Jakarta : Pustaka Zahra, 2003), 11-12.
47
Chibli Mallat, The Pioneers of Islamic Revival:Muhammad Baqir as-Sadr,Edited by Ali Rahnema (London and New Jersey : Zed Book Ltd, 1994), 252.
48
1. Ekonomi : Iqtisaduna (ekonomi kita)49, Al-Bank Al-Islamiyyah (bank Islam)
Al-Bank Al-Laribawi fi Al-Islam (Bank tanpa bunga dalam Islam).50Maqalat
al-Iqtishadiyyah, Al-Bank al-Islamiyyah.
2. Filsafat : Falsafatuna (Filsafat Kita) atau Our Philosophy.51
3. Ushul fiqh : Durus fi Ilm Al-Ushul (kuliah tentang ilmu prinsip hukum
Islam),Al-Maalim Al-Jadidah fi Al-Ushul (Buku ini merupakan salah satu dari
tiga buah buku yang dipersiapkan oleh Baqir al-Shadr untuk mahasiswa di
Kuliah Ushuluddin Baghdad tahun1385 H), Ghayat al- Fikr fi Ilmi al-Ushul,
adalah sebuah buku yang berisi tentang Puncak Pemikiran Ilmu Ushul Fiqh).
4. Fiqih : Al-Fatwa Al-Wadihah (fatwa yang jelas), Manhaj as-Shalihin (jalan
orang-orang sholeh), Mujaz Ahkam al-Hajj, Al-Ta Liqah ala Manasik al-Hajj,
Al-Taliqah ala Shalah al-Jumuah.
5. Sejarah : Ahl al-Bait Tanawwu al-Ahdaf wa Wahdah al-Hadaf, Fadak
fit-Tarikh (fadak dalam sejarah).
6. Theologi/Aqidah : Al-Tasyayyu wa al-Islam – Bahts Haul al-Wilayah, Baths Haul al-Mahdi (pembahasan tentang Imam Mahdi), Al-Mujaz fi Ushul al-Din
: al-Mursil, al-Rasul, al-Risalah The Revealer, The Messenger, and The
Messag.
7. Mantiq/Logika :Al-Ushul Al-Mantiqiyyah li Al-Istiqra (asas-asas logika dalam
induksi).52
49
Syahid Muhammad Baqir al-Shadr, Islam dan Mazhab Ekonomi, Terj.M.Hashem (Jakarta : Pustaka Zahra, 2002), 54.
50
Sihbudi, Menyandera Timur tengah, 90.
51
Al-Shadr, Falsafatuna,11.
52
8. Tafsir dan Ulumul Quran : Al-Madrasah al-Quraniyyah al-Tafsir al-Maudhui
li al-Quran al-Karim, Al-Buhuts fi Ulum al-Quraniyyah.
9. Kebudayaan Islam : Al-Madrasah al-Islamiyah (madzhab Islam), Risalatuna,
Al-Islam Yaqud al-Hayah, Nazhrah Ammah fi al-Ibadah, Maqalat wa
Muhazrat.
10.Artikel :Taliqat ala Al-Asfar (ulasan tentang empat kitab perjalanan Mulla
Sadhra), Manabi Al-Qudrah fi Dawlat Al-Islam (sumber-sumber kekuasaan
dalam negara Islam), Al-Insan al-Muashir wa Al-Musykilah Al-Ijtimaiyyah
(manusia modern dan problem sosial), Al-Mursil wa Al-Rasul wa Al-Risalah
(yang mengutus, rasul dan risalah).
Akan tetapi kemasyhuran al-Shadr mulai naik setelah beliau wafat,
semenjak itu reputasi al-Shadr mulai diakui dan dihargai di berbagai kalangan
masyarakat.Nama Baqir al-Shdar telah melewati lintasan Mediterania, Eropa dan
Amerika Serikat dalam dunia intelektualnya.53
Diantara karya-karya beliau.karya dalam bidang filsafat, seperti
Falsafatuna-lah yang membuat nama al-Shadr lebih banyak dikenal, kitab
Falsafatuna yang sudah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa diantaranya
bahasa Inggris. Kitab Falsafatuna ditulis oleh al-Shadr sebagai hasil reaksi atas
perkembangan arus komunis di Irak, terlebih dalam kalangan Syiah yang
memisahkan diri.Falsafatuna juga hadir sebagai sebuah kritik terperinci, dari titik
pandang Islam.54Tidak hanya itu saja, masalah-masalah sosial juga banyak
dibahas dalam Falsafatuna dan Iqtisaduna, menurut al-Shadr sebuah sistem yang
53
Shadr,Syahadat Kedua..., 13.
54
dibangun diatas landasan falsafah, tradisi dan hukum Islam mampu memecahkan
masalah-masalah sosial.
Al-Shadr juga mengkritik secara tajam marxisme dan kapitalisme yang
sudah mengeksploitasi kebebasan dominasi golongan kaya atas mekanisme
kekuasaan dan aliansi individu dalam masyarakat yang dikendalikan oleh sistem
yang materialistis. Bagi al-Shadr sendiri, Islam merupakan alternatif yang paling
tepat. Karena Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah sumber segala kekuasaan,
legislator tunggal dan satu-satunya pemilik semua sumber alam.55Seyyed Hussein
Nashr, dalam pengantar Falsafatuna Muhammad Baqir al-Shadr mengunkapkan
pernyataannya tentang hasil karya al-Shadr, mengatakan : “ Tulisan-tulisan
Muhammad Baqir al-Shadr mengandung makna teologis dan filosofis, sebab
beliau adalah intelektual penting dalam kehidupan Islam Kontemporer, satu
figur yang karya-karyanya melampaui sekedar semata-mata polemik dan retorik”.
Dan Iqtisaduna merupakan karya-karya yang paling melambungkan
namanya dibelantika keilmuan sebagai seorang teoritis kebangkitan Islam
ternama.Pada 1980-an Iqtisaduna telah diterjemahkan kedalam bahasa Jerman,
dengan disertai Mukaddimah mengenai alim Syiah ini oleh seorang orientalis
muda Jerman.56Karya-karya al-Shadr dibidang hukum konstitusi dan ekonomi
Islam merupakan hasil karya yang paling inovatif.Sebenarnya masih banyak
karya-karya al-Shadr, karyanya tidak hanya dalam bentuk buku-buku saja tetapi
juga artikel-artikel. Dan tulisan-tulisan al-Shadr merupakan bagian integral dari
kebangkitan Islam, sangat kritis terhadap sistem politik dan sosial ekonomi yang
55
Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, 90.
56
berlaku didalam dunia Islam dikarenakan tidak adanya keadilan. Al-Shadr
memandang hal ini sebagai hal yang paling penting bagi umat muslim, tidak
hanya untuk menyambut seruan Islam kepada keadilan sosial, melainkan juga
untuk memahami sepenuhnya implikasinya yang bermacam-macam.57
Sesudah kewafatannya pada 9 April 1980 M, beberapa karya-karya beliau
dalam bidang Ushul dipublikasikan. Dan kebanyakan karya-karyanya direkam
dalam bentuk catatan atau sejenisnya oleh para muridnya. Hal demikian ini terjadi
pada muridnya yang bernama Kazhim al-Husaini al-Hariri yang telah
mengumpulkan volume pertama kitab Mabahits al-Ushul pada 1987. Dan salah
satu pengikut setia dan kesayangan al-Shadr, Mahmud al-Hasyimi mengumpulkan
bagian-bagian kuliah al-Shadr mengenai Taarud al-Adillah al-Syariyyah, yang
kemudian dijadikan buku dan dipublikasikan pada 1977.58Terlepas dari hasil
karya-karya al-Shadr tersebut. Sejumlah artikel al-Shadr yang bertemakan sosial
juga di publikasikan dan dimuat dalam jurnal Al-Adwa, yang merupakan sebuah
jurnal yang dipublikasikan di najaf, dan kemudian dikumpulkan setelah wafatnya
al-Shadr, sebagaimana dengan karyanya yang lain Risalatuna (pesan kami).59
B. Ayatullah Khomeini
Ayatullah Khomeini memiliki nama kecil yakni Ruhullah, sedangkan
nama aslinya ialah Ruhullah Mousavvi (Musawi),60 beliau lahir pada 20 Jumada
Al-Tsaniyah 1320/24 September 1902, disebuah kota kecil bernama Khomein, di
57
Umer Chapra, Masa depan Ilmu Ekonomi : Sebuah Tinjauan Islam,Terj. Ikhwan Abidin (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), 58-59.
58
Mallat, Menyegarkan Islam...,24.
59
Ibid., 33 - 37.
60
Iran bagian tengah,61sebutan nama Khomeini sendiri sebenarnya diambil dari
nama kota tersebut.62 Ruhullah dilahirkan dilingkungan sebuah keluarga yang
cukup berada dan religius, nasab keturunannya bermuara pada Imam Musa
Al-Kazhim63 bin Jafar Al-Shadiq Ibn Muhammad Al-Baqir Ibn Ali Zayn Al-Abidin
Ibn Husain Ibn Ali bin Abi Thalib ra. Disebutkan pula bahwa keluarga Khomeini
merupakan keluarga Sayid Musawi, yang nasabnya sampai kepada Nabi
Muhammad melalui jalur imam ketujuh syiah, Musa al-Kazhim.64Kakeknya,
Sayyid Ahmad Musawi Hindi dilahirkan di Kintur, keluarga dari kakeknya adalah
salah satu keluarga ulama terkemuka di India yakni Mir Hamed Husein Hindi
Neysyaburi.65 Pada tahun 1830, Sayyid Musawi meninggalkan India untuk pergi
berziarah ke kota Suci Najaf, kemudian di kota Najaf beliau bertemu dengan
seorang saudagar kaya yang berasal dari Khomein, oleh saudagar kaya tersebut,
Sayyid Musawi ditunjuk sebagai pembimbing spiritual, Sayyid Musawi-pun pergi
ke Khomein. Di dusun Khomein inilah sayyid Musawi menikahi seorang putri
dari Tuan rumahnya, yang bernama Sakinah, dari pernikahannya tersebut beliau
dikaruniai empat orang, salah satunya yakni Mustafa yang lahir pada 1856.
Imam Musa Al-Kazhim merupakan salah satu dari 12 Imam Syiah yang dianut oleh aliran Itsna ‘Asyariyah yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Ali Zain al-Abidin, Mohammad Baqir, Jafar Shadiq, Musa Kazhim, Ali Ridha, Muhammad Taqi, Ali al-Hadi, Hasan al-Askari, dan Muhammad al-Mahdi al-Muntazhar. Muhammad Iqbal & Amien Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam : Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer
(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), 237.
64
Yamani, WasiatSufi Ayatullah Khomeini, 24.
65
Kemudian Sayyid Mustafa menikah dengan Hajar (Agha Khanum), dan dikaruniai
enam orang anak, salah satunya adalah Ruhullah.66
Sayyid Musthafa, Ayahnya, adalah salah satu ulama terpandang
dilingkungan Syiah, beliau merupakan murid Muhammad Taqi Mudarrisi dan
Mirza Hasan Syirazi. Sifat alimnya, concern kepada dhuafa, serta keberanian dan
sikap konsekuen pada sesuatu hal yang diperjuangkannya, terbukti menurun pada
putranya, yakni Ruhullah Khomeini. Sayangnya tujuh bulan setelah kelahirannya,
Rulullah kecil harus kehilangan ayahnya, karena ayahnya adalah seorang
penentang rezim tirani dinasti Qajar, ayahnya dibunuh oleh agen rahasia penguasa
Qajar pada 1903,67 pendapat lain mengemukakan bahwa ayah Khomeini
meninggal akibat dibunuh oleh tuan tanah kaya, Jafar Quli Khan-yang merasa
tidak senang atas keberadaan dan sikap Sayyid Musthafa dalam membela kaum
yang lemah. Setelah kehilangan ayahnya, Ruhullah kecil diasuh oleh ibunya
(Agha Khanum) dan bibinya (Sahiba).Sejak kecil Ruhullah Khomeini merupakan
anak yang energik, kuat, pemberani dan bersemangat dalam hal apapun.68Tak
heran apabila Ruhullah sejak kecil sudah mengenyam pendidikan agama dari
keluarganya, karena hal ini didukung dengan latar belakang lingkungan keluarga
yang religius.
Tidak hanya dari pihak ayahnya yang berasal dari keturunan ulama-ulama
besar, dari pihak Ibunya-pun mengalir darah ulama terkemuka Syiah, ibunya
merupakan Putri dari Ayatullah Mirza Ahmad, seorang teolog yang dihormati di
66
Imam Khomeini, Palestina dalam Pandangan ImamKhomeini, Terj. Muhammad Anis Maulachela (Jakarta : Pustaka Zahra, 2004), xxxvii.
67
Iqbal, Pemikiran Politik Islam, 230.
68
Iran. Menginjak usia enam belas tahun, ibunda khomeini meninggal dunia,
sebagai seorang Syiah yang taat, khomeini menjalani hidup dan tumbuh besar
dalam tradisi sosial keagamaan Syiah. Salah satu alasan yang menggerakkan hati
khomeini untuk merebut dan menghancurkan kekuasaan Reza Pahlevi dan
merintis revolusi Islam ialah karena beliau terkenang tentang sejarah Rasulullah
dan kehidupam para imam-imam Syiah yang mengalami pahit dan duka
perjuangan dalam menegakkan kebenaran dan menentang kebatilan yang ada yang
begitu membekas dalam pemikiran khomeini muda. Hal ini kelak memotivasi
khomeini untuk melakukan revolusi Islam.69
Sejak kanak-kanak sampai usia tujuh tahun Ruhullah mengenyam
pendidikan di maktab70 yang berada dikotanya, berlatar belakang keluarga dengan
tradisi Syiah yang mengakar kuat didalamnya. Ruhullah yang dididik oleh
bibinya, sejak kecil sudah mulai menghafal al-Quran. Setelah menyelesaikan
pendidikannya di maktab, Ruhullah kembali melanjutkan pendidikannya di
sebuah sekolah yang didirikan oleh pemerintaha, pendirian sekolah ini dalam
rangka upaya untuk modernisasi Iran. Disekolah ini beliau belajar tentang
aritmetika, sejarah, geografi, bahasa arab, Syair persia, Kaligrafi dan ilmu dasar
lainnya.71 Ketika berusia lima belas tahun, mulai belajar agama, tata bahasa Arab,
kepada saudara kandungnya, Sayyid Murtadha (kelak dikenal dengan sebutan
Ayatullah Pasandideh), selain belajar dengan kakaknya, Ruhullah juga belajar
69
Iqbal, Pemikiran Politik Islam, 230-231.
70
Tempat membaca yang ada di Iran, biasanya seorang mullah tua dan wanita daerah setempat yang mengajar, mereka belajar tentang abjad dan pelafalan huruf-huruf Arab. Moin, “Ayatullah Khomeini,70.
71
mengenai logika dari Mirza Riza Najafi, yang merupakan Iparnya.72. Sejak kecil
Ruhullah merupakan akan yang terampil dan kreatif, beliau sering menulis dan
menyusun Syair Persia. Kemudian pendidikannya berlanjut dengan dibimbing
oleh Mahallati, menurutnya saat itu Khomein sudah bukanlah tempat yang subur
bagi kegiatan aspirasinya, kota Najaf merupakan pilihan yang ideal dalam hal itu.
Setelah kematian ibunda serta bibinya secara beruntun ketika Khomeini berusia
enam belas tahun telah membuat Khomeini bersedih.
Oleh karena itu, Pada usia 17 tahun, berangkatlah Khomeini ke Sultanabad
untuk belajar agama kepada Syekh Abdul Karim Haeri Yazdi (w 1936), salah satu
ulama termasyhur yang ada di Persia, ia merupakan ulama yang memiliki sudut
pandang pemikiran modern dan dinamis. Setelah pindah ke Qum mengikuti
gurunya, Abdul Karim Haeri Yazdi, Khomeini mendapatkan pendidikan bidang
intelektual dan spiritual dalam tahap lanjutan sekaligus menjadi asisten Haeri di
Madrasah Feiziyah di Qum. kelak, posisi Qum yang merupakan pusat keagamaan
di Iran menjadi semakin baik, dengan di jadikannya Qum sebagi basis untuk
melancarkan Revolusi Islam oleh Khomeini. Namun, setelah meninggalnya Abdul
Karim Haeri Yazdi, Khomeini mulai mengajar di Madrasah Feiziyah dengan
menjadi asisten dari Ayatullah Burujurdi (w.1961), yang merupakan pengganti
Syekh Abdul Karim.73
Selain itu ditempat yang baru ini, Khomeini kembali memperdalam
penguasaan belajarnya tentang retorika Syair dan tata bahasa kepada Syekh
Muhammad Reza Masjed Syahi (w.1943).Setelah lama menetap untuk belajar di
72
Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah, 28.
73
Qum, pada akhirnya Khomeini menyelesaikan pendidikannya dalam studi Fikih
dan Ushul dibawah bimbingan ulama dari Kasyan, yakni Ayatullah Alio Yasrebi
(w.1959) yang umurnya sebelas tahun lebih tua darinya.
Ketika Khomeini menginjak usia 25 tahun, tepatnya taun 1930-an, beliau
diangkat menjadi Mujtahid dan mendapatkan amanah berupa Ijazah untuk
menyampaikan hadis dari empat guru yang termasyhur. Guru pertama dari
keempat guru tersebut ialah Syekh Muhsin Amin Ameli (w. 1952), ulama
terkemuka di Lebanon. Yang kedua, Syekh Abbasal-Qummi (w. 1959),
merupakan salah seorang ahli hadis dan sejarahwan terkenal, karyanya yang
paling monumental berjudul Mafatih al-Jinan (kunci Surga). Yang ketiga, Abul
Qasim Dehkrodi Isfahani (w. 1934), beliau seorang Mullah yang tersohor di Kota
Isfahan. Dan guru yang terakhir adalah Muhammad Reza Masjed Syahi (w.
1943).74 Setelah lama menetap di Qum membuat Khomeini ingin
mengembangkan minat belajarnya pada irfan, Guru pertamanya dalam bidang
irfan ialah Mirza Ali Akbar Yazdi (w. 1926), selain Mirza beberapa guru bidang
irfan lainnya termasuk Sayyid Abu Al-Hasan Rafii Qazwini (w. 1975) dan
Ayatullah Muhammad Ali Syahabadi (w. 1950) sebagai guru bidang hikmah.
Berikutnya pengaruh dari Syahabadi sebagai guru yang paling dihormatinya atas
Khomeini belakangan terbukti tidak hanya terkait pengaruh dalam irfan, akan
tetapi Syahabadilah guru yang mengajarkan kepada Khomeini mengenai kaitan
antara irfan dan Concern sosial politik.75
74
Khomeini, Palestine..., xxxviii.
75
Setelah lama mengembara ilmu dimana-mana, Khomeini memutuskan
untuk mengahiri masa lajangnya tepat pada usia 27 tahun, ia menikahi putri
seorang Ayatullah asal Teheran, yang bernama Syarifah Batul. Dari
pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai lima orang anak, yang terdiri dari dua
putra dan tiga putri.76
Ayatullah Khomeini memulai karir akademiknya pada usia yang sangat
muda yakni 27 tahun. Awalnya ia menjadi seorang guru dalam bidang Hikmah,
yakni sebuah disiplin ilmu yang memiliki hubungan dekat dengan ‘irfan. Kemudian ia juga mengajar kuliah ketika masa pengasingannya di Najaf tahun
1972, dengan memberikan kuliah mengenai “jihad besar” yang dimaksudkan ialah
perang melawan hawa nafsu, hal ini tujuannya untuk mendidik murid-muridnya
dalam hal akhlak dan keruhanian. Kuliah lain juga ia sampaikan terutama tentang
masalah sistem politik Wilayah al-Faqih, yang dianggap sebagai kelengkapan
dalam rangkaian kuliahnya.77
Selain mengajar, Khomeini juga mengadakan pengajian-pengajian dengan
pembahasan tentang irfan secara sembunyi-sembunyi. Dalam kegiatan pengajian
tersebut Khomeini juga sekaligus mendidik dan mengilhami beberapa rekan
dekatnya, seperti Murtadha Mutahhari. Ketenaran Khomeini tidak hanya sebatas
dalam bidang dakwah dan akademik (guru), ia juga banyak menghasilkan
karya-karya fenomenal lewat tulisannya.78
Ia juga terkenal sebagai seorang ulama termasyhur dalam masyarakat
Syiah Itsna Asyariyah (Dua Belas). Oleh sebab itu beliau di juluki dengan sebutan
76
Khomeini, Palestine...., xxxviii.
77
Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah, 38.
78
Ayatullah atau Ayatullah al-Udzma. Kemudian dalam usia yang masih muda
Khomeini sudah mencapai tingkat Mujtahid dalam bidang hukum Islam, dengan
demikian beliau dapat mengeluarkan wewenangnya yang berupa fatwa yang
dianut oleh seluruh kaum Syiah. Sebagaimana tradisi dalam dunia Syiah,
sebenarnya untuk mencapai jenjang tersebut dibutuhkan banyak persyaratan yang
sulit, yang diukur dengan akhlak maupun keluasan ìlmu pengetahuan. Setelah
wafatnya Ayatullah Burujerdi sebagai tokoh sentral dalam Syiah pada 1961, oleh
kaum Syiah di Iran Ayatullah Khomeini ditunjuk sebagai Marja dini.79 Berikut ini
termasuk dari karya-karya Ayatullah Khomeini :
1. Syarh Dua As-Sahar (komentar mengenai Karya Imam Muhammad Baqir)
2. Mishbah Al-Hidayah (ringkasan tentang hakikat Nabi Muhammad Saw)
3. Syarh-i Chihil Hadits (Syarh atas 40 Hadis)80
4. Miraj Al-Salikin wa Shalah Al-Arifin atau Asrar Al-Shalah (risalah
makna-batin bagian Shalat dan Wudhu)
5. Adab As-Shalah
6. Syarh-i Hadits Junud-i Aql o Jahl (pandangan Ayatullah Khomeini mengenai
akhlak dan irfan)
7. Yadname-ye Ostad-e Syahid Mortaza Motahhari
8. Saragozasythaye Vizheh
9. Kasyf Al-Asrar (buku yang berisi jawaban-jawaban mengenai tuduhan kepada
kaum Syiah)
79
Azra, Ensiklopedi Islam, 111-112.
80