• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN GERAKAN POLITIK ISLAM AYATULLAH BAQIR AL-SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI

C. Respon Dunia Islam Terhadap Gerakan Politik Mereka

Revolusi Islam adalah sebuah bentuk perubahan besar, yang merubah sebuah ketatanegaraan pemerintah, keadaan sosial, politik, dan ekonomi, yang dilakukan oleh orang-orang Islam. Munculnya revolusi Islam ini telah banyak mengangkat isu-isu yang terkait dengan kebangkitan Islam kontemporer, yang meliputi sebuah keyakinan, kebudayaan, kekuasaan dan politik.181

Apalagi setelah adanya gerakan politik Islam yang ditampilkan oleh Ayatullah Khomeini di Iran dan Baqir al-Shadr di Irak.Yang mana keberhasilan Khomeini dalam melakukan revolusi di Iran ini telah mengilhami kebangkitan Islam di hampir seluruh dunia Islam, baik di wilayah Timur Tengah maupun

179

Mufidah, Revolusi Islam Iran..., 93.

180

Moin, Ayatullah Khomeini..., 84.

181

diluarnya.182Tujuan dari revolusi Islam sendiri ialah untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan menghapus penindasan, sedangkan cita-cita besar dari revolusi Islam ialah melahirkan sebuah sistem yang berlandaskan pada ajaran-ajaran Islam. Pengaruh adanya sebuah revolusi dinilai melalui bentuk keberhasilannya dalam merealisasikan visi-misi dan cita-citanya dalam negeri, serta perubahan yang ditimbulkannya dan interaksi regional dan internasional.

Penjelasan mengenai revolusi Islam diatas ialah merupakan hasil dari cita-cita gerakan politik Islam kedua tokoh tersebut (al-Shadr dan Khomeini) dan menjadi salah satu bentuk respon yang diberikan oleh dunia Islam lainnya atas gerakan politik Islam mereka.

Banyak negara-negara diluar sana, khusunya negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang terpengaruh atau terilhami oleh gerakan politik Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini, yang kemudian menjadi sebuah gerakan besar yang dikenal dengan revolusi Islam. Respon dunia Islam salah satunya dialami oleh negara Lebanon, Bahrain adalah negara-negara yang banyak muncul kelompok gerakan Syiah dan Sunni yang memiliki visi dan misi yang sama dengan gerakan al-Shadr dan Khomeini, gerakan Syiah yang ada di Lebanon, Palestina, dan wilayah Teluk Parsi (Kuwait, Bahrain, Arab Saudi),183 Mesir, Arab Saudi, Iriyani Utara Yaman, dan Jama’at-i Islami Pakistan juga memberikan dukungan moral, tetapi tidak ada yang bertindak.184Mereka sama-sama menghendaki terjadinya revolusi Islam, seperti yang terjadi di Iran, dengan misi membentuk negara Islam. Mereka memberikan respon yang baik pada

182

Saefuddin, Pemikiran Modern dan Postmodern...., 129.

183

Ibid., 93.

184

gerakan politik Syiah dengan memberikan dukungan kepada al-Shadr dan Khomeini.Meskipun mereka tidak banyak melakukan tindakan. Tetapi setelah kemenangan yang di capai Khomeini di Iran, banyak dari negara-negara Islam yang mulai menjalankan aksinya untuk mencapai sebuah revolusi Islam, seperti halnya dengan yang dicapai oleh Khomeini yang melengserkan kekuasaan monarkhi Reza Shah dan mendirikan Republik Islam Iran sendiri.

Reaksi atau respon dari gerakan politik Islam Syiah al-Shadr dan Khomeini juga diberikan oleh negara Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa negara Indonesia memiliki penduduk yang mayoritas Islam, secara tidak langsung Indonesia juga memerikan respon baik atas gerakan al-Shadr dan Khomeini di Irak dan Iran. Pengaruh dari gerakan tersebut juga sampai pada negara-negara di luar Timur Tengah. Indonesia salah satunya, berkat gerakan tersebut yang menimbulkan sebuah revolusi Islam terbesar sepanjang sejarah, telah membuat populasi Islam Syiah di Indonesia meningkat, dan mereka kaum Syiah yang ada di Indonesia merasa percaya diri, tanpa adanya kekhawatiran didalamnya.185

Respon tidak hanya diberikan oleh negara Islam saja, tetapi juga oleh negara-negara yang memiliki mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi bukan negara Islam. Kemenangan revolusi Islam Syiah yang terjadi khususnya di negara Iran dapat mempunyai pengaruh yang kurang menyenangkan bagi mereka yang bukan negara muslim, tetapi mayoritas penduduknya Islam. Kaum fundamentalis dari negara-negara itu merasa memperoleh angin segar dan kemungkinan besar akan meningkatkan perjuangan mereka untuk memperoleh

185

keadilan dan menghapuskan penindasan. Tetapi ada juga negara-negara yang non-Muslim yang merasa senang dengan adanya gerakan kedua tokoh tersebut.Mereka mendukung adanya gerakan itu, sehingga mencapai hasil sebuah revolusi.Sebab mereka (negara non-Muslim) adalah orang yang kecewa terhadap orang-orang Barat atas pengaruh Imperealisme, Liberalisme, Westernisasi yang kebanyakan mencoba untuk menghapuskan agama, dan lebih banyak mengejar duniawi saja.

Sesungguhnya kemunculan gerakan Islam khususnya dari golongan Syiah tidak dapat dipisahkan dari peran al-Shadr dan Khomeini dalam gerakan politik Islam mereka sejak abad 20 M. Keadaan seperti ini merupakan gejala sosial politik yang menimpa beberapa negara yang mayoritas berpenduduk Islam, dan memiliki pemerintah yang bermisi melakukan westernisasi dan sekularisasi negara. Dengan adanya gerakan Islam al-Shadr dan Khomeini ini telah membangkitkan semangat untuk mereka dalam berjuang untuk kebangkitan Islam kembali untuk mencapai sebuah keadilan dan mengahpus penindasan didalamnya.186

186

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Adapun hasil dari pemaparan mengenai Revolusi Islam Syiah : studi komparatif gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr (1931-1980) dan Ayatullah Khomeini (1902-1989), maka penulis telah menyimpulkan pembahasan diatas, sebagaimana berikut dibawah ini :

1. Baqir al-Shadr adalah seorang cendekiawan muslim, ulama dan tokoh politik Irak yang namanya mendunia. Begitupun juga dengan Ayatullah Khomeini, ia adalah seorang tokoh politik, revolusioner, dan cendekiawan muslim asal Iran. Keduanya berasal dari lingkungan keluarga Syiah yang religius, keilmuan mereka tentang agama dan ilmu pengetahuan lainnya tidak dapat diragukan lagi, mereka juga banyak menerbitkan karya-karya hasil dari pemikiran mereka.

2. Baqir al-Shadr dan Khomeini sama-sama berjuang di jalan Islam. Al-Shadr di Irak sedangkan Khomeini di Iran. Peran mereka dalam aktivitas gerakan politik Islam Syiah di Irak maupun Iran sangatlah besar. Kondisi Irak dan Iran yang saat itu berada dalam fase kediktatoran pemerintah dan kezaliman, telah membuat al-Shadr dan Khomeini tergerak untuk melakukan sebuah perubahan di dalamnya. Al-Shadr bergabung dengan beberapa kelompok gerakan politik Islam Syiah, seperti Jamaat Ulama, partai dakwah Islam, jurnal politik al-Adwa, untuk melakuakan sebuah konfrontasi kepada pemerintah Bagdad, Begitupun dengan Khomeini di Iran, ia menghimpun kekuatan melawan rezim

Shah dengan dakwah dan kuliah, menjalin kerjasama dengan beberapa pihak lain, seperti kaum ulama militan dan kaum liberal marxis. Munculnya gerakan

politik Islam Syi’ah di Irak maupun Iran, telah menimbulkan sebuah dampak

positif dan negatif.

3. Terdapat persampersamaan dan perbedaan dari gerakan politik Islam al-Shadr dan Khomeini. Dari sudut pandang perbedaan ditemukan 3 hal, yakni

pertama, jalur pelaksanaan gerakan politik Islam Syiah mereka. Kedua, hasil

dari gerakan politik Islam al-Shadr dan Khomeini. Ketiga, pengaruh yang ditimbulkan oleh gerakan politik mereka. Sedangkan dari sudut pandang persamaan ada 4 point. Pertama, visi dan misi yang sama-sama bersumber dari konsep Imamah. Kedua, latar belakang munculnya gerakan politik Islam.

Ketiga, peran penting al-Shadr dan Khomeini dalam aktivitas gerakan politik

Islam mereka. Keempat, upaya pelaksanaan gerakan politik Islam Syiah al-Shadr di Irak dan Khomeini di Iran.

B. SARAN

Sebagai akhir dari skripsi ini, penulis ingin ingin memberikan saran sebagai berikut :

1. Hendaklah kita sebagai orang muslim selalu menjunjung tinggi agama Islam, perlu untuk kita membangkitkan semangat dalam diri sendiri dan orang lain untuk memperjuangkan agama Islam, mengembalikan kebangkitan Islam kembali. Tidak harus dengan cara fisik seperti kekerasan, demonstrasi, tetapi bisa dilakukan lewat media dakwah atau intelektual.

2. Penulis melihat dengan mempertimbangkan aspek-aspek keislaman dalam penulisan karya ilmiah ini, bahwa kedua tokoh tersebut (Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini) telah memberikan semangat kepada kaum muslim untuk terus berjuang mempertahankan eksistensi Islam di kancah dunia, tidak hanya