• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISMAIL RAJI AL FARUQI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMIKIRAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISMAIL RAJI AL FARUQI."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PEMIKIRAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

MENURUT ISMAIL RAJI AL-FARUQI

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

MUAIYADA

NIM: E01212027

PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA

JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Muaiyada, NIM E01212027, 2016. Pemikiran Islamisasi Ilmu Pengetahuan Menurut Ismail Raji Al-Faruqi. Skripsi Program Studi Filsafat Agama Jurusan Pemikiran Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: pemikiran, Islamisasi ilmu pengetahuan, Ismail Raji Al-Faruqi,

Skripsi dengan judul “Pemikiran Islamisasi Ilmu Pengetahuan Menurut Ismail Raji Al-Faruqi” ini adalah hasil penelitian kepustakaan yang dilakukan

oleh peneliti guna untuk mengetahui latar belakang dari Islamisasi ilmu pengetahuan yang ditujukan untuk orang-orang Muslim pada khususnya. Apalagi dengan adanya berbagai kemunduran yang dialami oleh umat Muslim ketika kebangkitan Barat.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian library research dengan pendekatan hermeneutik yaitu panafsiran, suatu upaya untuk memahami suatu makna atau maksud dalam suatu pemikiran agar tidak terjadinya kesalah pahaman. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan selama peneliti lakukan adalah dengan cara mengumpulkan data-data dari buku-buku, jurnal, maupun artikel.

Dari penelitian yang dilakukan dapat dikatakan bahwa pengaruh Barat yang begitu signifikan telah membuat masyarakat Muslim tercengang, mulai hal pendidikannya, budaya, serta teknologi yang sangat cepat berkembang ke seluruh dunia. Masyarakat Muslim banyak yang taqlid dengan hal itu semua tanpa memikirkan apa dampak kedepannya. Apalagi dengan sikap yang seperti di jaman modern yang kapitalis seperti sekarang semakin merajalela sekulerisme, westernisasi di kalangan masyarakat Muslim pada khususnya. Sikap yang membuat masyarakat Muslim jauh dengan dunia spiritual. Pemikiran ummat diubahnya menjadi pemikiran sekuler yang hanya memikirkan kesenangan dunia tanpa memikirkan hal-hal yang ukhrawi.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

SAMPUL DALAM ... ii

ABSTRAK ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN ... v

PEDOMAN TRANSLITRASI ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN ... viii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN a. Latar Belakang ... 1

b. Identifikasi Masalah ... 15

c. Rumusan Masalah ... 16

d. Definisi Operasional... 16

e. Alasan Memilih Judul ... 17

f. Tujuan ... 17

g. Kegunaan Penelitian ... 18

h. Kajian Pustaka ... 18

i. Motode Penelitian ... 20

(8)

BAB II : LATAR BELAKANG KONSEP ISLAMISASI ILMU

PENGETAHUAN

a. Biografi Ismail Raji Al-Faruqi ... 25

b. Argumentasi-argumentasi Islamisasi Ilmu Pengetahuan Menurut Ismail Raji Al-Faruqi ... 27

c. Prinsip-prinsip Menjalankan Islamisasi Ilmu Pengetahuan ... 31

BAB III : RENCANA KERJA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN a. Langkah-langkah Untuk Mencapai Islamisasi Ilmu Pengetahuan ... 48

b. Alat-alat Bantu yang Digunakan ... 54

c. Tujuan Mencapai Islamisasi Ilmu Pengetahuan ... 55

d. Dialektika Munculnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan ... 55

BAB IV : TINJAUAN KHAS ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISMAIL RAJI AL-FARUQI a. Latar Belakang Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan ... 67

b. Tinjauan Khas Islamsasi Sains Menurut Al-Faruqi ... 70

c. Implikasi Islamisasi Sains dalam Perkembangan Masyarakat Modern ... 72

BAB V : PENUTUP a. Kesimpulan ... 75

b. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencari ilmu merupakan hal yang wajib bagi kita sebagai makhluk Allah.

Dengan ilmu kita bisa mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dengan

ilmu serta pengetahuan yang dimilikinya pula, manusia memiliki ketajaman

intelektual yang tinggi dan bisa mencapai apa yang diinginkan dan di cita-citakan.

Sebab, ilmu adalah suatu pengetahuan tentang obyek tertentu yang telah disusun

secara sistematis sebagai hasil penelitian dengan menggunakan metode tertentu.

Sedangkan, pengetahuan adalah hasil usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

memahami suatu obyek tertentu. Jadi, ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan

tentang obyek tertentu yang disusun secara sistematis sebagai hasil penelitian

dengan menggunakan metode tertentu1.

Dengan berbagai cara ataupun metode bisa digunakan untuk mendapatkan

ilmu dan pengetahuan. Karena Allah swt. memerintahkan kepada kita manusia

untuk senantiasa menuntut ilmu. Bahkan, nabi Muhammad diperintahkan oleh

Allah pertama kali adalah menuntut ilmu. Seperti yang dikutip dalam sebuah

hadis yaitu sebabik-baiknya orang beriman adalah orang yang menuntut ilmu.

Dalam alquran dan hadis pun juga dijelaskan bahwa ilmu pengetahuan penting

bagi kehidupan manusia, karena orang yang berilmu akan mendapatkan posisi

1

(10)

2

yang paling tinggi dan paling mulia. Seperti dijelaskan dalam Qs. Al-Mujadillah2:

11

نﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majlis”. Maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”. Maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dari situlah kita mengetahui betapa pentingnya kita untuk menuntut ilmu.

Kita diwajibkan oleh Allah untuk menuntut ilmu mulai dari dalam kandungan

hingga liang lahat. Dalam hadis nabi pun juga dijelaskan bahwa “tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”. Karena ilmu tidak mengenal batasan. Semakin banyak

ilmu pengetahuan yang kita peroleh, semakin luas pula wawasan kita terhadap

dunia. Dengan begitu, banyak bermunculan para intelektual-intelektual Muslim

maupun Barat yang mengemukakan tentang kajian-kajian keilmuan yang

dimilikinya. Hingga pada akhirnya ilmu pengetahuan mencapai masa

keemasannya di masa daulah Umayyah dan Abbasiyah yang berlandaskan Islam,

seperti ditandai dengan didirikannyaDar Al-Hikmah pada masa Harun Al-Rasyid

sebagai pusat ilmu pengetahuan, dan lembaga riset laboratorium penelitian. Selain

(11)

3

dalam berbagai bidang, seperti Al-Kindi, Musa Al-Khawarizmi, Ibn Rusyd, Ibn

Bajjah, Al-Bagdadi, dsb.

Namun, dengan seiring waktu dan perkembangan zaman yang semakin

pesat serta banyaknya para intelektual baru yang bermunculan di bidang ilmu

pengetahuan Barat menjadikan intelektual Muslim semakin terpinggirkan. Hingga

saat ini pun Barat masih menjadi kiblat ilmu pengetahuan seluruh manusia yang

ada di dunia ini. Melalui teori-teori baru yang dikemukakan dan

penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu mencengangkan,

Barat terus melihat dunia Islam dengan sebelah mata. Apalagi dunia Islam sendiri

tidak kunjung beranjak dari ketertinggalannya. Hal itu bisa dilihat dari pendidikan

zaman sekarang yang terus berkembang dan mengalami perubahan dalam sistem

pembelajarannya maupun kurikulumnya, seperti di madrasah-madrasah sekarang

lebih banyak dimasuki pelajaran-pelajaran umum yang mengarah ke Barat-baratan

sedikit memperoleh pelajaran keagamaan. Selain itu, pola berpikir dan tingkah

laku manusia zaman sekarang lebih mengarah dan mengikuti budaya-budaya

Barat atau westernisasi yang mengakibatkan manusia lebih sekuler.

Maka dari itu, menurut Prof. Dr. Abdus Salam mengatakan bahwa

kemerosotan atas ilmu pengetahuan yang hidup di dunia Islam lebih banyak

disebabkan oleh faktor-faktor intern, yaitu karena terasingnya usaha-usaha ilmiah

kita dan karena kehilangan gairah untuk mengadakan pembaharuan (taglid)3.

Mehdi Golshani juga mengatakan bahwa kemunduran umat Islam terhadap ilmu

pengetahuan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: Pertama, umat Islam

3

(12)

4

menghentikan semua kegiatan yang berkaitan dengan kretivitas berpikir para

ilmuwan Muslim dalam bentuk ijtihad. Kedua, dalam mencari ilmu-ilmu empiris

umat Islam banyak terasing dari ilmu-ilmu agama, akibatnya kurang memahami

pandangan dunia Islam karena tepengaruh dengan tradisi keilmuan Barat yang

ateistik. Ketiga, dihapusnya studi-studi ilmu-ilmu kealaman dari

kurikulum-kurikulum madrasah-madrasah agama dan kurangnya hubungan yang harmonis

antara sumber-sumber ilmu modern dengan kelompok sarjana-sarjana agama4.

Selain itu, kemunduran dan keterbelakangan peradaban Islam dalam

bidang sains dan teknologi di dunia Islam dipengaruhi oleh beberapa faktor,

bukan hanya dari faktor luar saja namun juga berasal dari dalam diri umat Islam

itu sendiri yang kurang peduli terhadap kebebasan penalaran intelektual dan

kurang menghargai kajian rasional-empirik atau kurang adanya semangat dalam

pengembangan ilmiah dan filosofi5.

Apalagi jika kita melihat dan menyaksikan sebab dari kemunduran yang

menimpa ummat (manusia) adalah sikap kecerobohan mereka untuk begitu saja

meniru kebudayaan-kebudayaan Barat6. Hal itu terlihat dari beberapa bidang yang

mempengaruhi kehidupan manusia, diantaranya mulai dari desain-desain rumah,

kantor, perilaku, pembicaraan yang terkesan lebih mengikuti budaya Barat.

Dengan berbagai permasalahan kemunduran yang dihadapi para ilmuwan

Muslim, Shaber Ahmed mengatakan bahwa untuk mengatasi kemunduran di

4

Mehdi Golshani,Filsafat Sains menurut Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2003), 27

5

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam; Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa, 2003), 337

6

(13)

5

bidang ilmu pengetahuan diperlukan suatu usaha untuk membangun suatu Negara

yang memegang Islam secara komprehensif sebagai sebuah ideologi yang dianut

dan diterapkan di dalamnya7. Untuk itu diperlukan suatu perombakan atau

pembaharuannya khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan. Sebab, kemajuan di

bidang ilmu pengetahuan merupakan tolak ukur dari kemajuan suatu bangsa.

Melihat keadaan dunia Islam yang semakin miris tersebut membuat para

intelektual Muslim yang bermunculan sebagai tokoh-tokoh intelektual pembaharu

Islam yang bertujuan untuk meningkatkan kejayaan Islam seperti pada masanya

dahulu dan meninggalkan metode-metode taqlid yang berbahaya8. Sebut saja

Muhammad Abdul Wahab (1703-1787M) dan Muhammad Abduh (1849-1905M)

yang merupakan tokoh pembaharu Islam pada Abad 20 yang pemikirannya tidak

lepas dari nash-nash alquran dan hadis9. Selain kedua tokoh tersebut banyak para

pemikir Islam yang mulai bermunculan setelahnya dari berbagai negara dan

mempunyai cara berpikir masing-masing, namun mereka mempunyai usaha yang

sama yaitu untuk menjernihkan pola pikir masyarakat yang sekuler dan telah

mendapatkan pengaruh westernisasi yang telah mengesampingkan dunia spiritual

secara utuh.

Pengaruh yang diberikan oleh Barat kepada dunia Islam tidak bisa

terelakkan. Mulai dari dunia militer, ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan

bahkan spiritual membuat batin Ummat Islam semakin lemah. Apalagi yang

paling cepat mempengaruhi ummat Islam dari dunia Barat adalah dari segi budaya.

7

Shabir Ahmed, at.all,Islam dan Ilmu Pengetahuan, terj. Zetira Nadia Rahmah, (Bangil: Al-Izzah, 1999), vii

8

Ismail Raji Al-Faruqi,Islamisasi Pengetahuan, xi

9

(14)

6

Budaya modernisme yang terus berkembang di dunia ini membuat manusia

menjadi manusia yang kapitalis, orientalis, dsb. Penyakit modernisme itu juga

sudah menjungkirbalikkan antara sarana dan tujuan sehingga sains dan teknologi

yang semakin berkembang sudah tidak lagi berada di lingkungan manusia

semestinya10. Seperti, dalam bidang sains dan teknologi yang sudah memberikan

dampak negatif bagi masyarakat Islam pada khususnya dengan munculnya

beberapa film dan karikatur yang menghina nabi Muhammad, munculnya

nabi-nabi palsu, bahkan ada yang mengaku dirinya sebagai malaikat Jibril, dsb.

Sedangkan dari sains sendiri lebih mengarah kepada hal sekuler.

Maka dari itu, pada kajian kali ini penulis lebih memusatkan perhatian

kepada seorang tokoh pembaharu Islam yang berasal dari Palestina yaitu Ismail

Raji Al-Faruqi. Beliau adalah seorang tokoh yang berjuang untuk kejayaan umat

Islam. Beliau berusaha untuk mengangkat harkat dan martabat umat Islam melalui

ide besarnya yaitu Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Ide tersebut muncul akibat dari

kegelisahan yang dirasakan oleh para intelektual Muslim terhadap kemunduran

umat Islam yang begitu jauh dengan Barat dalam bidang ilmu pengetahuan. Selain

itu, Al-Faruqi mengemukakan idenya tersebut juga atas dasar malaise yang

dihadapi oleh ummah, karena mereka telah dikalahkan, dibantai, dirampas negeri

dan kekayaannya, dirampas kehidupan dan harapan-harapannya. Mereka juga

disekularkan, diwesterniskan, dide-Islamiskan oleh Barat11.

Ketidakberdayaan umat Islam ketika itulah membuat mereka lebih bersifat

taqiyah yaitu kaum Muslim lebih menyembunyikan identitasnya sebagai seorang

10

(15)

7

Muslim, karena mereka merasa malu dan takut terhadap ancaman dunia luar yang

bisa saja mengancam keselamatan dirinya12. Kejadian tersebut menggugah para

intelektual Muslim hadir untuk membangkitkan semangat masyarakat Muslim

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkalahkan oleh Barat dengan

berlandaskan prinsip-prinsip Islam. Dengan begitu, muncullah ide gagasan

Islamisasi Ilmu Pengetahuan yaitu suatu upaya pembebasan pengetahuan dari

asumsi-asumsi atau penafsiran-penafsiran Barat terhadap realitas dan kemudian

menggantikannya dengan pandangan dunia Islam13. Tujuan utamanya yaitu untuk

merumuskan kajian yang mencakup segala kajian tentang alam semesta bersama

dengan aplikasi teknologinya dan didasarkan pada prinsi-prinsip Islam.

Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan itu muncul ketika

diselenggrakannya konferensi Dunia di Mekkah pada tahun 1977 tentang

pendidikan Muslim14. Konferensi tersebut diprakarsai dan dilaksanakan oleh King

Abdul Aziz University yang telah behasil membahas 150 makalah yang ditulis

oleh sarjana-sarjana dari 40 negara dan merumuskan rekomendasi untuk

pembenahan dan penyempurnaan sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan

oleh umat islam seluruh dunia. Gagasan ini dilontarkan oleh Syed Muhammad

Naquib Al-Attas dalam makalahnya yang berjudul“Preliminary Thoughts On The

Nature of Knowledge and The Definition and The Aims of Edication”, dan Ismail

Raji Al-Faruqi dalam makalahnya“Islamicizing sosial Science”.

12

Moh. Shofan, Jalan Ketiga Pemikiran Islam; Mencari Solusi Perdebatan Tradisionalisme dan Liberalisme, (Yohyakarta: IRCiSSoD, 2006), 248

13

Ibid, 264

14

(16)

8

Kedua tokoh tersebut merupakan pelopor dari gagasan Islamisasi ilmu

pengetahuan yang memiliki tujuan yang sama yaitu membangkitkan kembali

semangat umat Islam dalam hal mencari ilmu, mengetahui dan mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan tanpa mengesampingkan ajaran-ajaran agama.

Meskipun mereka berasal dari negara yang berbeda, akan tetapi memiliki

kesamaan yaitu memperjuangkan umat Islam dari keterpurukannya. Selain itu,

mereka yakin dengan gagasan Islamisasi yang mereka kemukakan dengan

berbagai pendapat bisa membeikan konstribusi yang baik dalam kehidupan umat

Islam.

Naquib Al-Attas menyatakan bahwa tatangan terbesar yang diam-diam

dihadapi oleh umat Islam pada zaman ini adalah tantangan pengetahuan, bukan

dalam bentuk kebodohan, melainkan pengetahuan yang dipahamkan dan

disebarkan ke seluruh dunia oleh peradaan Barat. Adapun jalan yang ditempuh

untuk mengubah cara pandang dunia Barat yang sekuler adalah melalui apa yang

dimaksud dengan islamisasi bahasa, sebab semua berawal dari pikiran dan

perubahan pikiran pararel itu dengan perubahan bahasa15.

Sedangkan menurut Al-Faruqi, sistem pendidikan Islam telah dicetak

dalam karikatur Barat, sehingga ia dipandang sebagai inti malaise atau

penderitaan yang dialami umat. Ia mengkritik ilmu pengetahuan Barat yang

berkembang dewasa ini telah terlepas dari nlai-nilai spiritual16. Oleh karena itu,

menurutnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah suatu bentuk usaha yang harus

15

A. Khudori Soleh,Filsafat Islam; Dari Klasik Hingga Kontemporer, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 233

16

(17)

9

dilakukan guna meng-Islamkan ilmu pengetahuan dengan cara menempatkan

ajaran tauhid sebagai suatu ajaran yang bersuber dari alquran dan hadis sebagai

kebenaran yang absolute dari Allah.

Islamisasi ilmu Pengetahuan adalah jantung dari visinya 17 . Ia

memperjuangkan ide besarnya tersebut ke seluruh dunia Islam, mulai dari

Pakistan, India, Afrika Selatan, Malaysia, Mesir, Libya, hingga ke Arab Saudi.

Idenya tersebut sangat terkenal dengan konsep integrasi antara ilmu pengetahuan

(umum) dan agama. Beliau juga dikenal sebagai penentang yang paling keras

terhadap dikotomi ilmu pengetahuan dan agama. Menurutnya, Islam tidak

mengenal dikotomi lmu. Ilmu dalam Islam dan asalnya adalah bersumber dari

nash-nash alquran dan hadis. Bukan seperti sekarang saat dunia Barat maju dalam

bidang ilmu pengetahuan, namun kemajuan itu kering dari ruh spiritualitas, hal itu

tidak lain karena adanya pemisahan dan dikotomi antara ilmu pengetahuan dan

agama18.

Maka dari itu, konsep Islamisasi Ilmu pengetahuan yang ditawarkan oleh

Ismail Raji Al-Faruqi adalah suatu proses untuk memberikan ruh atau spirit Islam

kepada ilmu pengetahuan modern dengan mengetahui terlebih dahulu landasan

filsafat pengetahuan tersebut yang kemudian di nilai relevansinya terhadap

nilai-nilai Islam19. Oleh karena itu, dalam hal ini diperlukan untuk mempelajari ilmu

pengetahuan Islam dan ilmu pengetahuan modern sebagai langkah penting dalam

memajukan dunia Islam.

17

John L. Esposito-John O. Voll,Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer, terj. Sugeng Hariyanto,dkk. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), 13

18

Herry Muhammad,Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, 209

19

(18)

10

Hal itu juga sesuai dengan pendapat Osman Bakar yang mengatakan

bahwa umat Islam sebaiknya bisa menerima secara positif ilmu pengetahuan

modern dalam bingkaian prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam dalam melakukan

Islamisasi Ilmu Pengetahuan20. Dengan menerima ilmu pengetahuan modern

berarti dalam usaha meng-Islamkan ilmu pengetahuan tidak dimulai dari dasar,

melainkan dengan mempelajari perkembangan ilmu pengetahuan modern yang

ada. Selain itu, diperlukan juga mempelajari ilmu pengetahuan Islam sebagai

pelajaran yang patut diketahui dan dijadikan sebagai alat untuk mensukseskan

usaha Islamisasi Ilmu pengetahuan.

Hal itulah yang membuat para pengagas Islamisasi Ilmu Pengetahuan

memulai argumentasinya dari premis bahwa ilmu pengetahuan itu tidak bebas

nilai21. Oleh karena itu, nilai-nilai sebuah agama dapat masuk dalam pembicaraan

tentang ilmu pengetahuan.

Maka dari itu, makna dari apa itu Islamisasi ilmu pengetahuan yang

dikemukakan oleh Ismail Raji Al-Faruqi pada khususnya penulis menggunakan

pendekatan teori hermeneutik. Sebab, hermeneutik merupakan tafsiran. Ketika

kita ingin mengartikan atau memahami makna dari suatu kata atau bahasa kita

bisa lakukan dengan menggunakan hermeneutika. Jika melihat arti hermeneutika

sendiri secara etimologi yaitu sebuah penafsiran atau tafsiran. Sedangkan, secara

terminologi hermeneutik merupakan suatu disiplin yang berkepentingan denga

20

Osman Bakar,Tauhid dan Sains; Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam, terj. Yuliani Liputo, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), 233

21

(19)

11

upaya memahami makna atau arti dan maksud yang terkandung dalam sebuah

konsep pemikiran22.

Hermeneutika tampil sebagai cara yang baru untuk mengenal bahasa

dengan cara interpretasi atau pemahaman. Setiap kegiatan manusia yang berkaitan

dengan berpikir, berbicara, menulis, dan menginterpretasikan sesuatu selalu

berkaitan dengan bahasa. Realitas yang masuk dalam dunia perbincangan manusia

selalu berupa realitas yang terbahasakan, sebab manusia memahami dalam bahasa.

Dengan begitu, dalam kehidupan manusia tidak aka lepas dari bahasa. Meskipun

dengan bahasa mereka berkomunikasi, akan tetapi dengan bahasa pula seseorang

bisa salah paham dan salah tafsir. Hal inilah yang membuat hermeneutika tampil

sebagai cara baru untuk mengenal bahasa dengan cara interpretasi atau

pemahaman23.

Hermeneutika berbicara tentang pemahaman bukan untuk menciptakan

kembali hal yang dibaca. Hermeneutika bukan hanya terkadang mengeluarkan

kembali sesuatu yang sudah tersimpan lama. Namun, hermeneutika menunjuk

suatu masalah principal tidak hanya dalam setiap bentuk bacaan, akan tetapi

dalam bentuk semua jenis ekspresi verbal. Hermeneutika adalah seni untuk

menghindari salah paham24.

Oleh karena itu, dalam pembahasan kajian ini menjelaskan tentang

pemikiran dari Ismail Raji Al-Faruqi dalam ide besarnya tentang Islamisasi Ilmu

pengetahuan dengan mengggunakan metode hermeneutik. Sebab, hermeneutik

22

Abdullah Khozin Afandi,Hermeneutika, (Surabaya, Alpha, 2007), 3

23

Edi Mulyono, Belajar Hermeneutika; Dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praksis Islamic Studies, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2013), 19

24

(20)

12

berperan untuk menjelaskan seperti apa yang diinginkan penulis teks. Apalagi

penerapan hermeneutik sangatlah luas yaitu dalam bidang teologis, filosofis,

linguistic, maupun hukum. Sebab, hermeneutik pada dasarnya adalah filosofis

yaitu suatu bagian dari seni berpikir.

Dalam kajian kali ini penulis menggunakan pendekatan hermeneutik kritik

Jurgen Habermas yaitu seorang filosof Jerman yang terkenal dengan ilmu-ilmu

sosial. Akan tetapi, dalam bidang hermeneutiknya ia berada dalam lingkungan

hermeneutik kritik yang menurutnya sebagai pembenahan dari hermeneutik

sebelumnya yaitu hermeneuti teori dan hermeneutik filosofis yang tidak

mempertimbangkan faktor extra linguistik sebagai kondisi yang mempunyai

pengaruh terhadap pemikiran atau perbuatan seseorang.

Maka dari itu, hermeneutik kritik ini yang dipelopori oleh Jurgen

Habermas (sebagai generasi kedua dari madzhab fankfurt) meletakkan

perhatiannya pada permasalahan faktor extra bahasa dan dalam perkembangannya

ini melahirkan apa yang dikonsepsikan sebagai hermeneutika kritik.

Hermeneutika kritik bergerak tidak hanya sebatas menafsirkan melainkan

mempunyai tujuan untuk mengubah serta pembebasan sekedar menafsirkannya.

Selain itu, paradigma yang digunakan dalam hermeneutika kritik ini

adalah paradigma psikoanalisis, yaitu meliputi keadaan jiwa yang ada dalam diri

seseorang. Setelah mengetahui kejiwaan seseorang, langkah selanjutnya adalah

kita harus mengetahui latar belakang tau sejarah kehidupannya. Dengan begitu,

dapat dikatakan bahwa pedekatan ini berusaha untuk memperhatikan bagaimana

(21)

13

atau pemikiran yang bisa memiliki konstribusi terhadap kehidupan masa yang

akan datang.

Hal itulah yang bisa dijadikan oleh penulis untuk melakukan suatu kajian

dari pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang Islamisasi Ilmu pengetahuan dengan

menggunakan pendekatan hermeneutika Jurgen Habermas bisa dianggap relevan.

Hermeneutika Jurgen Habermas yang dimaksudkan adalah yang ada dalam

tulisannya yang berjudul Knowledge and Human Interest(pengetahuan dan minat

manusia)25. Dalam hal ini Habermas mengatakan bahwa semua peristiwa yang

akan terjadi di masa yang akan mendatang tidak akan mempersulit

keyakinan-keyakinan tersebut, malah akan memperteguhkannya. Hal itu dikarenakan

Habermas mengikuti petunjuk yang diberikan oleh C.S. Pierce yang menggunkan

tiga bentuk penyimpulan, yaitu deduksi, induksi, dan abduksi26.

Dengan deduksi ia membuktikan bahwa sesuatu seharusnya berperilaku

dalam cara tertentu tanpa memerlukan informasi baru, namun harus ada sebuah

fakta ilmiah yang sudah terbukti valid. Dalam induksi ia ingin membuktikan

bahwa sesuatu pada kenyataannya akan berperilaku dalam suatu cara tertentu,

selain itu juga ada pengujian apa yang harus dilakukan dan dengan kemungkinan

apa prediksi-prediksi itu dapat diyakini kebenarannya. Sedangkan, dengan

abduksi ia ingin membuktikan bahwa sesuatu mungkin akan berperilaku menurut

suatu caa tertentu, dalam gal ini yang dimaksudkan adalah membentuk suatu

hipotesis yang bersifat menerangkan, karena jika kita harus mempelajari sesuatu

25

E. Sumaryono,Hermeneutika; Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 81

26

(22)

14

atau memahami fenomena secara lugas, maka harus melalui proses yang bisa

menjelaskan suatu atau fenomena tersebut.

Dalam hal ini habermas membedakan anatar pemahaman dan penjelasan.

Pemahaman merupakan suatu kegiatan dimana pengalaman dan pengertian teoritis

menjadi satu. Seperti halnya pemikiran, Hbermas menegaskan bahwa penjelasan

haruslah berupa penerapan secara obyektif sesuatu hukum atau teori terhadap

fakta, dan pemahaman menjadi bagian subyektifnya. Sebab, pemahaman juga

melibatkan pengalaman interpreter. Sedangkan, penjelasan adalah sutu bentuk

pemahaman yang sudah kita lakukan yng kemudian kita kemukakan dengan

menggunakan bahasa sesuai dengan pemahaman kita.

Habermas juga memberikan peringatan kepada kita bahwa kita tidak dapat

memahami sepenuhnya makna suatu fakta, sebab ada juga fakta yang tidak dapat

diinterpretasikan. Habermas menyatakan bahwa selalu ada makna yang lebih yang

tidak dapat dijangkau oleh interpretasi. Karena semua hal tersebut akan mengalir

secara terus-menerus dalam kehidupan kita.

Apalagi Ismail Raji Al-Faruqi dalam mgemukakan idenya tersebut bukan

tanpa alasan. Sebab, ia mengetahui bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi

oleh umat Islam pada waktu itu. Seperti teori horizon yang dikemukakan oleh

Gadamer bahwa suatu hal yang terjadi tidak akan lepas dari pengaruh situasi

lingkungan.

Dengan begitu, jika dikaitkan dengan melihat sumbangan ide tebesar dari

Ismail Raji Al-Faruqi dalam bidang ilmu pengetahuan bisa dijadikan sebagai

(23)

15

memajukan dunia Islam di masa yang akan datang. Sehingga mampu menjadikan

dunia Islam sebagai pemimpin sebuah peradaban dunia sebagaimana yang pernah

dialami pada zaman keemasan Islam. Sedangkan, dalam hermeneutik Habermas

dalam metode yang digunakannya dapat memberikan suatu pemahaman terhadap

apa yang dimaksudkan oleh Ismail Raji Al-Faruqi tentang Islamisasi Ilmu

Pengetahuan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkannya. Selain itu

juga, sebagai seorang tokoh pembaharu Islam apa yang menjadikan Islamil Raji

Al-Faruqi mencetuskan ide tersebut dan mempertahankannya demi memajukan

dan mengangkat harkat martabata umat Islam dengan kita mengetahui sejarah

umat Islam pada zaman rasulullah, pada zaman kejayaannya dahulu dalam bidang

ilmu pengetahuan, dan mengepa bisa terjadi kemunduran yang begitu jauh dengan

Barat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan oleh penulis di atas,

perlu kiranya penulis melakukan suatu batasan permasalahan yang akan diangkat

dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Dengan berbagai permasalahan yang dialami oleh umat Islam dalam hal sains

dan teknologi para pemikir Islam beusaha untuk membangkitkan kembali

semangat umat Islam untuk bisa bersaing dengan Barat, para pemikir Islam

memunculkan ide besarnya yang berkaitan dengan sains dan teknologi yaitu

Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang bermaksud untuk tetap mengembangkan

ilmu-ilmu pengetahuan akan tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai

(24)

16

2. Dengan mengembangkan ide Islamisasi Ilmu Pengetahuan perlulah suatu cara

agar masyarakat muslim mengetahui tentang adanya usaha yang dilakukan

oleh para pemikir Islam guna mengangkat harkat dan martabat sebaagi

seorang Muslim agar tidak terus-menerus ditindas oleh Barat dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya. Meskipun dalam

hal ini akan terdapat pro dan kotra yang akan terjadi dikemudian hari dengan

usaha yang dilakukan oleh para pemikir Islam

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas,

penulis telah membatasi permasalahan tersebut menjadi dua permasalahan,

diantaranya:

1. Menjelaskan latar belakang munculnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan

2. Menjelaskan argumentasi-argumentasi Ismail Raji Al-Faruqi dan

langkah-langkah mencapai Islamisasi Ilmu Pengetahuan

D. Definisi Operasional

Untuk dapat diketahui ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skripsi

ini, penulis perlu memberikan batasan pengertian terhadap kata-kata yang

digunakan dala judul skripsi agar terhindar dalam penafsiran yang salah,

diantaranya:

Pemikiran adalah suatu istilah yang menunjuk baik pada proses kegiatan

(25)

17

yang berkenaan dengan metafisika, universalia (hal-hal universal), dan

epistemologi27.

Islamisasi ilmu pengetahuan adalah suatu upaya untuk membangun

semangat umat Islam dalam berilmu pengetahuan, mengembangkannya melalui

kebebasan penalaran intelektual dan kajian rasional empirik atau semangat

pengembangan ilmiah (scientific inquary) dan filosofis yang merupakan

perwujudan dari sikap concern, loyal dan komitmen terhadap doktrin-doktrin dan

nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam alquran dan hadis28.

Ismail Raji Al-Faruqiadalah seorang pemikir Islam abad 20 yang berasal

dari Palestina, seorang Faqih dan mencoba mengangkat harkat dan martabat umat

Islam melalui ide besarnya yaitu Islamisasi Ilmu Pengetahuan29.

E. Alasan Memilih Judul

Ada beberapa yang menjadikan alasan bagi penulis untuk memilih judul

Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi untuk dijadikan sebagai topik pembahasan dalam

skripsi ini. Hal tersebut antara lain:

1. Memperoleh wawasan tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang

dikemukakan oleh Ismail Raji Al-Faruqi

2. Ingin mengetahui dan mengkaji maksud dari Islamisasi Ilmu Pengetahuan

3. Memperoleh wawasan kajian keIslaman dalam pemikiran Islam pada

umumya dan memahami pokok pemikiran dari setiap tokoh pada khususnya

27

Lorens Bagus,Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), 793 28Muhaimin,Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam,337

29

(26)

18

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang dimaksudkan penulis dalam judul skripsi ini adalah

meliputi tujuan praktis dan tujuan teoketik. Sebagai tujuan praktisnya adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya Islamisasi ilmu pengetahuan

2. Untuk mengetahui argumentasi-argumentasi yang dikemukakan oleh Ismail

Raji Al-Faruqi dan langkah-langkah mencapai Islamisasi ilmu pengetahuan

Adapun, tujuan teoketiknya adalah:

1. Mengoperasionalkan teori hermeneutik sebagai pendekatan dalam judul

skripsi ini untuk mengikuti mengembangkan khazanah keilmuan

2. Merumuskan suatu teori yaitu untuk mengetahui makna teks yang

dimaksudkan dari pengarang tentang pemikirannya Islamisasi Ilmu

Pengetahuan tersebut, mengapa pemikiran tersebut bisa muncul

G. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu sumbangan khazanah keilmuwan, khususnya di jurusan

Filsafat Agama

2. Dapat dijadikan pijakan untuk mengembangkan kajian berikutnya

(development research)

3. Sebagai bahan informasi untuk menumbuh kembangkan kajian mahasiswa

Muslim yang sadar dan peduli akan pentingnya kemajuan ilmu pengetahuan

di dunia Islam

(27)

19

Berdasarkan pra penelitian yang penulis lakukan, telah ditemukan

beberapa pembahasan mengenai Islamisasi Ilmu Pengetahuan dengan berbagai

macam alasan. Hal ini menunjukkan bahwa Islamisasi Ilmu pengetahuan sangat

menarik untuk dibahas dan dipelajari, karena Islamisasi Ilmu Pengetahuan

merupakan suatu gerakan baru dalam upaya untuk memajukan dunia Islam yang

dipelopori oleh pemikir Islam termasuk Ismail Raji al-Faruqi.

Sejauh pengetahuan penulis, sebelumnya sudah ada yang membahas

namun penulis jadikan sebagai acuan agar mencapai kesempurnaan. Maka dari itu,

perlu kiranya untuk melakukan kajian pustaka agar tidak terjadi penulisan ulang

sehingga pembahasan yang dilakukan tidak sama dengan yang lain. Terdapat buku,

jurnal, skripsi, atau sejenisnya yang ditulis oleh beberapa orang yang menuliskan

hal yang serupa, akan tetapi berbeda dengan judul yang kami ambil, diantaranya:

1. Tesis Drs. Aan Najib, Islamisasi Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Islam

(Telaah Atas pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi), yang membahas tentang

permasalahan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dalam pandangan Ismail Raji

Al-Faruqi yang meliputi landasan epistemologi Islamisasi, langkah aktualisasi

Ilmu pengetahuan, dan bentuk implikasi ilmu pengetahuan dalam pendidikan

2. Isno, Islamisasi Ilmu pengetahuan dalam Perspektif Ismail Raji Al-Faruqi,

2005, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan

Ampel Surabaya. Dalam skripsi ini mengkaji tentang karya dari Ismail Raji

Al-Faruqi tentang Islamisasi Ilmu pengetahuan dan implikasinya terhadap

lingkungan pendidikan Islam (Universitas Islam pada umumnya dan IAIN

(28)

20

3. Halimatus Sa’diyyah, Islamisasi Ilmu pengetahuan: Studi Komparasi antara Pandangan Ismail Raji Al-Faruqi dan Ziauddin Sardar, 2004, Jurusan

Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin. Dalam skripsi ini menjelaskan

perbedaan dan persamaan pemikiran mengenai Islamisasi Ilmu pengetahuan

dari masing-masing kedua tokoh pemikir tersebut

4. Wirna Khusnul Urifah, Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan Menurut Syed

Nuqaib Al-Attas dan Ismail Raji Al-Faruqi: Studi Perbandingan, 2010,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel

Surabaya. Dalam skripsi ini menjelaskan perbedaan dan persamaan pemikiran

tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan dari masing-masing kedua tokoh

tersebut

Berpijak pada tinjauan pustaka di atas, maka dalam skripsi mencoba

mengkaji, dan mengedepankan sisi yang belum banyak dikaji oleh penulis

terdahulu yaitu “PemikiranIslamisasi Ilmu pengetahuan Menurut Ismail Raji

Al-Faruqi”.

I. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian yang digunakan adalah library research (penelitian

kepustakaan) yang dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan.

Pertama-tama mencari segala buku yang ada yang mengenai tokoh dan topik yang

bersangkutan

2. Sumber data

(29)

21

a. Data Primer

1. Islamization of Knowledge oleh Ismail Raji Al-Faruqi,

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Islamisasi Pengetahuan

b. Data Sekunder

1. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Dinamika Masa Depan Kini oleh

Taufik Abdullah

2. Tokoh-tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer oleh John L.

Espositi-John O. Voll

3. Tokoh-tokoh yang Berpengaruh Abad 20 oleh Herry Muhammad

4. Tauhid dan Sains, Esai-Esai tentang sejarah dan Filsafat Sains Islam

oleh Osman Bakar

5. Filsafat Sains menurut Alquran oleh Mehdi Golshani

6. Islam sebagai Ilmu oleh Kuntowijoyo

7. Jalan Ketiga Pemikiran Islam; Mencari Solusi Perdebatan

Tradisionalisme dan Liberalisme oleh Moh. Shofan

8. Filsafat Islam; Dari Klasik Hingga Kontemporer oleh A. Khudori

Soleh

9. Hermeneutika; Sebuah Metode Filsafat oleh E. Sumaryono

10. Hermeneutika oleh Poespropodjo

11. Dan masih banyak lagi karya-karya yang lainnya

3. Metode Pengumpulan data

Mengenai pengumpulan data, penulis menggunakan studi kepustakaan

(30)

22

dengan tema yang akan dibahas. Dengan mengambil karya tokoh pribadi dan

dengan karangan khusus tentang filsafatnya30.

4. Metode Analisis data

Dalam menganalisa data yang telah diperoleh penulis menggunakan

metode deskriptif, induktif, historis, dan interpretasi. Diantaranya:

a. Metode deskriptif, yaitu metode yang menguraikan secara teratur seluruh

konsespsi tokoh31. Makasudnya adalah untuk menggambarkan pemikiran

Ismail Raji Al-Faruqi terhadap masalah yang dibahas

b. Metode Induktif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menelaah

pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang islamisasi ilmu pengetahuan

dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal yang bersifat khusus

yang kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum32

c. Metode historis, yaitu dilihat benang merah dalam pengembangan pikiran

tokoh, baik berhubungan dengan lingkungan historis dan

pengaruh-pengaruh yang di alaminya, maupun dalam perjalanan kehidupannya

sendiri. Sebagai latara belakang diselidiki keadaan khusus yang dialami

tokoh dan diperiksa riwayat hidup tokoh, pendidikannya, pengaruh yang

diterimanya dan segala macam pengalaman yang membentuk

pandangannnya serta mencari pandangan pokoknya33

30

Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair,Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 63

31

Ibid, 65

32

(31)

23

d. Metode interpretasi, yaitu metode untuk menangkap arti dan nuansa yang

dimaksudkan tokoh secara khas34. Dalam hal ini usaha memahami

pemikirasn yang khas dari Ismail Razi Al-Faruqi

J. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penyusunan hasil penelitian ini, maka

pembahasannya dikelompokkan menjadi lima bab yang penjelasannya adalah

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN menjelaskan tentang latar belakang,

identifikasi masalah, rumusan masalah, definisi operasional, alasan memilih judul,

tujuan, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, sistematika

pembahasan

BAB II : LATAR BELAKANG KONSEP ISLAMISASI ILMU

PENGETAHUAN menjelaskan tentang biografi Ismail Raji Al-Faruqi,

argumentasi-argumentasi Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Ismail Raji

Al-Faruqi, dan prinsip-prinsip menjalankan Islamisasi ilmu pengetahuan

BAB III : RENCANA KERJA ISLAMISASI ILMU

PENGETAHUAN menjelaskan tentang langkah-langkah untuk mencapai

Islamisasi ilmu pengetahuan, alat-alat bantu yang digunakan, tujuan mencapai

Islamisasi ilmu pengetahuan, dialektika munculnya Islamisasi ilmu pengetahuan

BAB IV : TINJAUAN KHAS ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

MENURUT ISMAIL RAI AL-FARUQI menjelaskan tentang latar belakang

34

(32)

24

gagasan Islamisasi imu pengetahuan, tinjauan khas Islamisasi sains menurut

Al-Faruqi, implikasi Islamisasi sains dalam perkembangan masyarakat modern

(33)

BAB II

LATAR BELAKANG KONSEP ISLAMISASI ILMU

PENGETAHUAN

A. Biografi Ismail Raji Al-Faruqi

Ismail Raji Al-Faruqi lahir pada tanggal 1 Januari 1921 di Jaffa, Palestina.

Ia adalah seorang pemikir Islam yang intens yang memadukan antara Islam

dengan esensi ajaran tauhid dengan pengetahuan dan seni. Sebagai seorang yang

berasal dari Palestina yang dahulunya belum dikuasai oleh Israel, ia begitu

mengagumi tempat kelahirannya tersebut. Akan tetapi, ketika Palestina telah

dikuasai oleh Israel, Al-Faruqi menjadi salah seorang penentang zionisme.

Bahkan, pendapat yang dikemukakannya bahwa Negara Israel harus dirobohkan

dan rakyat Palestina berhak melawan aksi-aksi mereka dipertahakannya hingga

kematiannya1.

Riwayat pendidikan yang dilalui oleh Al-Faruqi tidak jauh bebeda dengan

anak-anak keturunan Arab pada umumnya yang selalu mengutamakan pendidikan

agama. Ia memulai pendidikannya di College Des Fress, Libanon dari tahun

1926-1936. Kemudian, ia melanjutkan kuliah di American University, Beirut sampai

tahun 1941. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di bidang filsafat dan

meraih gelar Ph.D di Universitas Indiana pada tahun 1952. Akan tetapi,

menurutnya apa yang dicapainya masih belum memuaskan. Pada akhirnya, ia

1

(34)

26

melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar, Kairo untuk mendalami ilmu

ke-Islaman. Sepulangnya ia dari Kairo dengan bekal ilmu ke-Islaman yang semakin

mendalam, ia lebih sering mengisi tentang kajian-kajian Islam di

universitas-universitas maupun di majlis ta’lim. Selain itu juga, ia sering diundang untuk menjadi guru tamu di universitas-universitas Amerika untuk mengisi kajian

ke-Islaman. Tidak lama kemudian, pada tahun 1968 Al-Faruqi menjadi guru besar

pemikiran dan kebudayaan Islam di Temple University, Philadelphia.

Disamping konstribusinya yang besar dalam memperkenalkan studi-studi

ke-Islaman di berbagi perguruan tinggi di Amerika, ia juga aktif dalam

gerakan-gerakan ke-Islaman dan keagamaan. Kemudian, ia mencanangkan suatu

proyeknya yang terkenal yaitu Islamisasi ilmu pengetahuan. Selain itu juga,

bersama dengan istrinya Louis Lamya, ia membentuk kelompok-kelompok kajian

Islam seperti Muslim Student Assosiation (MSA), American Academy of

Religion (AAR), mendirikan Himpunan Ilmuan Sosial Muslim (The Assosiation

of Muslim Social Scientist-AMSS), Islamic Society of North America (ISNA),

mendirikan Jurnal American Journal of Islamic Social Sciences (AJISS), dan juga

mendirikan perguruan tinggi pemikiran Islam (The International Institute of

Islamic Thought-IIIT)2.

Selain itu juga, Al-Faruqi juga duduk sebagai penasihat serta ikut

mendesain program studi Islam di berbagai universitas di dunia Islam, seperti di

Pakistan, India, Afrika Selatan, Malaysia, Saudi Arabia dan Mesir. Selain itu,

Al-2

(35)

27

Faruqi juga ikut mendesain program studi Islam di tempat-tempat isolatif seperti

di Universitas Mindanau, Philipina Selatan, dan Universitas Qum, Teheran, Iran3.

Kehidupan akademis Al-Faruqi sangat produktif. Selama hidupnya ia

banyak menulis ratusan artikel. Hampir semua bidang keilmuan sudah

dijelajahinya, mulai dari etika, seni, ekonomi, metafisika, politik, sosiologi, dll

semua ia kuasai dengan baik dan disajikan secara komprehensif sehingga

membentuk sebuah karya. Diantara karya-karyanya adalah On Arabism, Urabah

and Religions,An Analysis of the Dominant Ideas of Arabism and of Islam as its

Highest Moment of Conciousness (1962), Usul As-Sahyuniyah fi Ad-Din

Al-Yahudi (Analytical Study of the Growth of Particularism in Hebrew Scripture

(1964), Christian Ethics, Historical Atlas of the Religions of the World (1967).

Selain itu, Al-Faruqi juga menjadi seorang penulis buku bersama, seperti dalam

buku Historical Atlas of the World,The Great Asian Religions, dan The Cultural

Atlas of Islam. Hingga menjelang akhir hayatnya, Al-Faruqi telah berhasil

menuangkan konsep-konsep pemikirannya dalammagnum opusnya yang berjudul

Tauhid; Its Implication for Thought and life.

B. Argumentasi-argumentasi Ismail Raji Al-Faruqi tentang Islamisasi Ilmu

Pengetahuan

Gagasan tentang Islamisasi sains pertama kali dilontarkan ole Al-Faruqi

pada saat pembentukan The International Institute f Islamic Thougth di

Washington pada tahun 1981 dan forum The First International Conference of

3

(36)

28

Islamic Thought dan Islamization of Knowledge di Islamabad pada tahun 1982.

Esposito menuturkan Islamisasi sains inilah yang menjadi inti visi dari Al-Faruqi.

Ia menganggap kelumpuhan politik, ekonomi, dan religio-kulural umat Islam

utamanya merupakan akibat dualisme sistem pendidikan di dunia Islam, ditamba

hilangnya idetitas dan pudarnya visi Islam. Al-Faruqi meyakini bahwa sosial atas

problem ini adalah mengkaji peradaban Islam dan pengetahuan modern4.

Al-Faruqi berpandangan bahwa pengetahuan modern mengakibatkan

adanya pertentangan antara wahyu dan akal dalam diri umat Islam, memisahkan

pemikiran dari aksi serta adanya dualisme kultural dan religius. Oleh karena itu,

diperlukan Islamisasi sains yang berpijak dari ajaran tauhid. Sains menurut tradisi

Islam tidak menerangkan dan memahami realitas dan entitas yang terpisah dari

independen dari realitas absolute (Allah), tetapi melihatnya sebagai bagian

integral dari eksistensi Allah. Islamisasi sains menurut Al-Faruqi, harus diarahkan

pada suatu kondisi analisis dan sintesis tentang hubungan realitas yang sedang

dipelajari dengan pola hukum Tuhan (divine pattern)5.

Al-Faruqi percaya bahwa Islam adalah solusi bagi problematika yang

dihadapi manusia sekarang ini. Apalagi yang hidapi oleh umat Muslim saat ini

adalah berada dalam keadaan yang lemah dan berada dalam zaman kemunduran,

seperti buta huruf, kebodohan, dan juga tahayul. Sehingga, hal itu membuat umat

Islam lari kepada keyakinan yang buta, bersandar kepada literalisme dan

4

John L. Esposito-John O. Voll,Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer, terj. Sugeng Hariyanto,dkk. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), 41

5

(37)

29

legalisme atau menyerahkan diri kepada syaikh (pemimpin) mereka dan

meninggalkan ijtihad suatu sumber kreativitas yang seharusnya dipertahankan6.

Kemunduran yang di alami oleh umat Islam dalam berbagai bidang

kehidupanya telah membuat mereka berada dalam anak tangga terbawah. Hal itu

dikarenakan mereka melihat kemajuan bangsa Barat yang begitu mengagumkan.

Sehingga sebagian dari mereka para kaum Muslim yang tergoda dengan kemajuan

Barat melakukan reformasi dengan jalan westernisasi. Namun, ternyata jalan

westernisasi yang ditempuh menurutnya lebih baik telah menghancurkan umat

Islam dari ajaran alquran dan hadis, karena semua yang berhubungan dengan

kemajuan Barat diterima oleh umat Islam tanpa adanya filter7.

Selain permasalahan mengenai westernisasi, juga adanya persoalan

mengenai bidang akademik. Banyak para pemuda-pemuda Muslim yang

berpendidikan Barat, bahkan telah memperkuat westernisasi dan sekularisasi di

lingkungan perguruan tinggi. Kejadian tersebut membuat adaya suatu gejala

dirasakan oleh Al-Faruqi sebagai The Lack of Vision yaitu kehilangan yang jelas

tentang sesuatu yang harus diperjuangkan sampai berhasil8.

Meskipun dalam berbagai aspek-aspek tertentu kemajuan Barat ikut

memberikan dampak yang positif bagi umat Islam, namun Al-Faruqi melihat

bahwa kemajuan yang dicapai oleh umat Islam bukan sebagai kemajuan yang

dikehendaki oleh ajaran agamanya. Kemajuan yang mereka capai hanyalah

kemajuan yang semu. Di satu pihak umat Islam telah berkenalan dengan peradabn

6

Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, (Bandung: Pustaka, 1984), 40

7

Ibid, 4-5

8

(38)

30

Barat modern, akan tetapi di sisi yang lain mereka kehilangan pijakan yang

kokoh, yaitu pedoman hidup yang bersumber dari moral agama. Melihat

fenomena ini, Al-Faruqi melihat kenyataan bahwa umat Islam seakan-akan berada

di persimpangan jalan. Sulit untuk menentukan pilihan arah yang tepat. Sebab,

umat Islam pada akhirnya terkesan mengambil sikap mendua, yaitu antara tradisi

ke Islaman dan nilai-nilai peradaban Barat modern. Pandangan dualisme yang

seperti itu menjadi suatu penyebab dari kemunduran yang di alami oleh umat

Islam. Bahkan mencapai pada suatu hal yang serius yaitu malaise. Maka dari itu,

sebagai prasyarat yang harus dilakukan untuk menghilangkan tanggapan

mengenai kemunduran umat Islam seperti dualisme dan sekaligus mencari jalan

keluar dari malaise yang dihadapi oleh umat, hal yang harus dilakukan adalah

pengetahuan harus di-Islamisasikan atau diadakan asimilasi pengetahuan agar

serasi dengan ajaran tauhid dan ajaran Islam9.

Apalagi Al-Faruqi tidak menginginkan apapun kecuali

mempertimbangkan kembali seluruh khasanah ilmu pengetahuan manusia dari

titik pijak Islam. Maka dari itu, Al-Faruqi mengatakan bahwa tidak ada cara lain

untuk membangkitkan Islam dan menolong nestapa dunia, kecuali dengan

mengkaji kembali kultur keilmuan Islam masa lalu, masa kini, dan keilmuan Barat

sekaligus, kemudian mengolahnya menjadi keilmuan yang rahmatan li al-alamin

melalui apa yang disebut dengan Islamisasi ilmu yang kemudian disosialisasikan

lewat sistem pendidikan Islam yang integratis10. Oleh karena itu, ia tidak pernah

9

Ibid, 22

10

(39)

31

bosan mengingatkan orang-orang Islam yang menerima secara utuh westernisasi

dan modernisasi barat untuk melakukan reformasi pemikiran Islam. Ini berarti

bahwa umat Islam tidak saja menguasai ilmu-ilmu warisan Islam saja, melainkan

juga harus menguasai disiplin ilmu modern. Sangat perlu bagi umat Islam

melakukan integrasi pengetahuan-pengetahuan baru dengan warisan Islam dengan

penghilangan, perubahan, penafsiran kembali dan adaptasi

komponen-komponennya sehingga sesuai dengan pandangan dan nilai-nilai Islam. Dalam

bukunya Islamization of Knowledge; General Principles and Work Plan,

Al-Faruqi mengelaborasi gagasannya, dan gagasanya Al-Al-Faruqi ini tidak hanya

bersifat teoritis, namun juga cenderung kepada perencanaan praktis11.

C. Prinsip-prinsip Menjalankan Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Dalam menjalankan suatu usaha yang dilakukan untuk membangun

masyarakat Islam yang lebih baik lagi, maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi perlu adanya prinsip-prinsip yang harus dijalankan agar tidak keluar

dari ketentuan dan batasan yang telah menjadi patokan. Oleh karena itu, Al-Faruqi

dalam menjalankan Islamisasi Pengetahuan mengemukakan prinsip-prinsip dasar

yang digunakannya, diantaranya:

1. Ke-Esaan Allah (tauhid)

Tauhid merupakan prinsip penentu pertama dalam Islam, kebudayaannya,

dan sainsnya. Tauhid inilah yang memberikan identitas kepada peradaban

Islam yang mengikat semua unsurnya bersama-sama dan menjadikan

unsur-unsur tersebut sebagai suatu kesatuan integral yang organis. Dalam mengikat

11

(40)

32

unsur yang bebeda tersebut, tauhid membentuk sains dan budaya dalam

bingkainya sendiri. Ia mencetak unsur-unsur sains dan budaya agar saling

selaras dan saling mendukung. Tanpa harus mengubah sifat-sifat mereka,

esensi tersebut mengubah unsur-unsur yang membentuk peradaban dengan

memberikannya ciri baru sebagai bagian dari peradaban tersebut. Tingkat

perubahan ini bisa beragam, mulai dari tingkat yang kecil hingga yang

radikal. Perubahan yang bersifat kecil hanya mempengaruhi bentuknya,

sedangkan yang radikal jika mempengaruhi fungsinya. Hal ini dikarenakan

fungsilah yang merupakan relevansi unsure peradaban dengan esensinya.

Itulah sebabnya umat Islam perlu mengembangkan ilmu tauhid dan

menjadikan displin-disiplin logika, epistemology, metafisika, dan etika

sebagai cabang-cabangnya. Dengan demikia, tauhid merupakan perintah

Tuhan yang tetinggi dan paling penting. Ini dibuktikan oleh kenyataan adanya

janji Tuhan untuk mengampuni semua dosa kecuali pelanggaran terhadap

tauhid.

Tidak ada satupun perintah dalam Islam yang bisa dilepaskan dari tauhid.

Seluruh agama itu sendiri, kewajiban manusia untuk menyembah Tuhan,

untuk mematuhi perintah-perintah-Nya dan menjauhi laranga-larangan-Nya

akan hancur begitu tauhid dilanggar. Oleh karena itu, berpegang teguh pada

prinsip tauhid merupakan suatu keniscayaan dan merupakan fondamen dari

seluruh kesalehan, religiusitas, dan kebaikan. Seorang Muslim dapat

(41)

33

ke-Esaan dan transendensi Allah sebagai prinsip tertinggi dari seluruh

ciptaan, wujud, dan kehidupan.

Islam menyatakan bahwa transendensi Tuhan adalah urusan semua orang.

Islam telah menegaskan bahwa Tuhan telah menciptakan semua manusia

dalam keadaan mampu mengenal-Nya dalam transenden-Nya. Ini adalah

anugerah bawaan manusia sejak lahir, suatu fitrah yang dimiliki semua orang.

Dengan mengidentifikasi hal yang transenden seperti Tuha, maka manusia

akan menyingkirkan bimbingn perbuatan diluar hal yang trnsenden tersebut.

Setiap manusia memiliki pengalaman keagamaan yang esensinya kembali

kepada tauhid. Tuhan bukanlah sesuatu yang absolute semata, namun

merupakan esensi dari kenormatifan12. Tuhan sebagai kenormatifan berarti

bahwa dia adalah zat yang memerintah. Gerak-geriknya, piki6rannya,

perbuatannya adalah segala realitas yang pasti dan dapat dipahami oleh

manusia.

Disamping sebagai makhluk metafisis, Tuhan juga sebagai tujuan

akhirbagi setiap umat Islam. Jika mereka menggunakan pengetahuannya,

maka mereka akan menyatakan bahwa nilai metafisik adalah yang dapat

digunakan sebagai hikmah yang sangat penting dalam melaksanakan

perintah-perintahnya yang akan menggerakkan kepada dan ke arah apa yang

diserukan atau dengan kata lain kenormatifan.

Al-Faruqi menambahkan bahwa Tuhan adalah suatu tujuan dan suatu

akhir. Dia adalah obyek akhir dari semua harapan. Konsepsi Tuhan sebagai

12

(42)

34

terminus finalistis tertinggi dan latar dasar aksiologis member pengertian

bahwa ia sangat unik. Sebab, jika tidak demikian maka masalahnya yang

perlu diangkat lagi adalah masalah prioritas atau ultimatnya yang satu

terhadap yang lain. Sangat wajar jika suatu akhir finalistis itu unik. Al-quran

secara tegas menyatakan “jika ada Tuhan-tuhan lain di langit dan di bumi

selain Allah, maka pastilah langit dan bumi itu akan rusak dan binasa”. Inilah

keunikan yang oleh orang Islam dan diteguhkannya dalam pengakuan

keyakinan imannya. Tidak ada Tuhan melainkan hanya Allah semata. Syirk

atau menghubungkan Tuhan-tuhan lain dengan Allah sebenarnya adalah

mensekutukan nilai-nilai moral dengan yang bersifat elemental dan utilitarian

yang kesemua itu, menurut Al-Faruqi hanyalah sebagai instrumental dan

tidak pernah berakhir13.

Untuk mengerti Tuhan sebagi inti kenormatifan dan tujuan akhir dimana

segala makhluk yang diperintahkan oleh Tuhan tidak mungkin, kecuali

makhluk-makhluk yang mengerti bahwa kenormatifan ini adalah benar-benar

kenormatifan, mengingat kenormatifan adalah suatu konsep yang relasional.

Oleh karena itu, maka para makhluk yang diciptakan seharusnya mengerti

dan menyadari perintah-perintah-Nya. Relasionalitas bukanlah relatifitas dan

seharusnya tidak dipahami secara langsung bahwa Tuhan tergantung atau

membutuhkan kepada manusia dan dunianya. Dalam Islam, Tuhan itu Maha

Kaya dan Berkecukupan. Akan tetapi, sifat Tuhan ini tidak lantas

menghalangi penciptaan suatu dunia dimana manusia mendapatkan dan

13

(43)

35

menerima berbagai kewajiban serta menyadari kemampuannya. Inti

terpenting dari elaborasi Al-Faruqi ini adalah bahwa pengalaman agama

dalam Islam ada pada Tuhan yang unik dan kehendak-Nya menjadi

kewajiban serta membimbing kehidupan manusia. Alquran menjelaskan

tentang pemakluman Tuhan kepada para malaikat tentang maksud-Nya untuk

menciptakan dunia dan memposisikan manusia sebagai khalifah Tuhan.

Manusia yang berani menerima kebenaran, akan mampu melaksanakan

keinginan, kehendak, serta kemauan Tuhan14.

Dalam menjalankan tugas kosmiknya, manusia seharusnya dibimbing

dengan etika tauhid dalam setiap perbuatan atau tindakannya yaitu etika

dimana keberhargaan manusia sebagai pelaku diukur dengan tingkat

keberhasilan yang dicapainya dalam mengisi aliran ruang dan waktu, dalam

dirinya, dan juga lingkungan sekitarnya. Melalui tauhid, Islam mencegah

etika manusia menjadi etika konsekuensi atau etika utilitarian.

Sebagaimana telah disinggung diatas bahwa tauhid tidak hanya menjadi

esensi dari etika Islam, namun juga menjadi esensi bagi pengetahuan. Dalam

hubungannya dengan keilmuan, tauhid memberikan tiga pedoman, yaitu:

a. Ia menolak segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan realitas. Prinsip

ini menjadikan segala sesuatu dalam agama terbuka untuk diselidiki dan

dikritik. Prinsip ini bertujuan untuk melindungi umat Islam dari

pengetahuan dan statement yang tidak teruji dan tidak dikonfirmasikan.

14

(44)

36

b. Ia menolak adanya kontradiksi-kontradiksi hakiki, termasuk kontradiksi

antara akal dan wahyu. Dalam al ini tauhd sebagai kesatupaduan

kebenran menurut umat Isam untuk mengembalikan tesis-tesis yang

kontadiktif kepada peahaman untuk dikaji sekali lagi. Islam

mengausmsikan bahwa pasti ada sau aspek yang luput dari hubungan

yang kontradiktif tersebut. Demikian pula tauhd menuntut umat Islam

untuk mengembalikan solusi atas kontradiksi tersebut kepada wahyu

supaya mereka kembali membaca wahyu itu sekali lagi, jika ada arti yang

kurang jelas yang mungkin telah lupt dari pemahamannya pada

pembacaan yang pertama, dan jika diteliti kembali akan dapat

menghilangkan kontradiksi tersebut.

c. Ia terbuka dengan segala bukti baru yang bertentangan. Prinsip ketiga ini

melindungi umat Islam dari literalisme, fanatisme, dan konservatisme

yang mengakibatkan kemandegan sekaligus mendorong umat Islam

kepada sikap rendah hati intelektual.

Tauhid juga menjadi prinsip tata sosial yang artinya tauhid tidak hanya

menekankan kesalehan sosial. Seperti halnya, Islam mengajarkan bahwa

shalat yang tidak mencega pelakunya dari perbuatan eji dan mungkar adalah

sia-sia, dan ibadah haji yang tidak mendatangkan manfaat sosial bagi para

pelakunya adalah tidak sempurna. Dalam Qs. Ali Imran: 104

(45)

37

Artinya: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang

mungkar. Dan mereka itulah oran-orang yang beruntung”

Al-Faruqi mendefinisikan ummah disini sebagai suatu kumpulan warga

yang organis dan padu yang tidak dibatasi oleh tanah kelahiran, kebangsaan,

ras, kebudayaan yang bersifat universal, total dan bertanggung jwab dalam

kehidupan bersamanya dan juga dalam kehidupan pribadi masing-masing

anggotanya. Masing-masing individu dari ummah ini erlu mencapai

kebahagiaan di dunia dan akhirat nanti dan mengaktualisasikan setiap

kehendak Ilahi dalam ruang dan waktu dari semesta ini.

Aktualisasi kehendak Ilahi pada manusia mensyaratkan manusia itu

meniah dengan lawan jenisnya dan melahirkan keuturunan, hidup bersama

yang dengan demikian menyediakan ajang bagi hubungan-hubungan dimana

unsur moral dari kehendak Ilahi dapat dipenuhi oleh keputusan dan tindakan

manusia. Ajang ini dalam kenyataannya terdiri dari empat peringkat, yaitu

diri sendiri, keluarga, suku, bangsa atau ras, dan ummah secara universal.

Oleh kaena itu, berpegang pada tauhid berarti mengahayti

perintah-perintah Tuhan sebagai kewajiban, dan mengaktualisasikan nilai-nilai yang

tersirat dalam perintah-perintah tersebut, maka secara logis semua ini

berkaitan antara satu individu dengan individu yang lainnya. Disini, Tuhan

tidak hanya memerintahkan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut,

melainkan juga mengarahkan metode yang menetapkan matri-materi untuk

(46)

38

hubungan yang dilahirkannya. Keniscayaan keduanya dapat ditetapkan

secara rasional. Penetapan Tuhan atas keduanya adalah penegasan atas

keniscayaan rasional mereka. Karenanya, Al-Faruqi menegaskan bahwa

tidak mungkin ada tauhid tanpa keluarga. Keluarga itu pul yang menjadi

embrio terbentuknya komunitas yang lebih besar lagi, sehingga internalisasi

nilai-nilai tauhd dalam keluarga menjadi suatu keniscayaan, dengan harapan

dari komunitas tauhid yang kecil ini bisa mencetak komunitas tauhid secara

global yang mendunia.

Dalam tauhid kehidupan umat Islam berada dalam pengawasan Tuhan.

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, dan segala sesuatu itu dicatat dan

diperhitungan bagi pelakunya, bai itu berupa kebaikan ataupun kejahatan.

Demikian pula dalam tata ekonomi, Islam mensyaratkan bahwa produksi

barang-barang dan jasa harus bebas sepenuhnya dari unsur penipuan dan

pemalsuan. Tauhid mengaitkan aktifitas produksi dengan empat prinsip:

Selain menetapkan etika produksi, tauhid juga mengatur etika konsumsi.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Al-Faruqi memang mendasarkan

interpretasi Islamnya pada doktrin tauhid, memadukan penegasan klasik

sentalitas ke-Esaan Tuhan (monoteisme) dengan interpretasi mdernis

(ijtihad) dan penerapan Islam dalam kehidupan modern. Tauhd inilah yang

menjadi esensi pengalaman keagamaan, inti Islam, dan prnsip sejarah,

pengetahuan, sains, etika, estetika, umat, keluarga, serta tatanan politik,

(47)

39

2. Kesatuan Alam

a. Tata Kosmis

Al-Faruqi menyatakan bahwa hal ini merupakan kelanjutan dari

ke-Esaan Allah16. Orang yang mengakui akan ke-Esaan Allah berarti

harus menerima ke-Esaan ciptaan-Nya. Seperti yang dijelaskan dalam

Qs. Al-Anbiya17: 22





























Artinya: “seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha suci Allah telah memiliki ‘Arsy dari apa yang mereka sifatkan”

Dari ayat tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada realitas

tertinggi kecuali Allah swt. Jika ada realitas tertinggi yang lebih dari satu,

maka realitas tertinggi itu bukanlah yang tertinggi. Kemudian, alam

semesta ini tentu akan mempunyai tata atau aturan yang berbeda-beda

agar kita sebagai manusia mengetahui tentang alam semesta ini. Selain

itu, kesatuan alam ini mengandung makna adanya suatu tata kosmik yang

didalamnya terdapat berbagai obyek, baik itu sebagi substansi-substansi,

kualitas-kualitas, hubungan-hubungan, maupun peristiwa-peristiwa.

Dari konsistensi atau kesatuan tata kosmis itulah yang membuat

kita dapat menyadari kepermanenan substansi sebagai benda-benda dan

pengulangan-pengulangan sebagai kausalitas. Tanpa tata kosmis ini,

16

Ismail Raji Al-Faruqi,Islamisasi Pengetahuan, 58

17

(48)

40

benda-benda, sebab-sebab, dan konsekuen-konsekuen tidak akan sama.

Tata kosmis tersebut terdiri dari hukum-hukum alam. Hukum-hukum ini

berlaku di alam semesta dan meresapi setiap bagian atau aspek alam.

Jadi, bisa dikatakan bahwa segala sesuatu kehidupan yang ada di dalam

kosmos dan setiap peristiwa yang terjadi adalah sesuai dengan

perintah-Nya.

b. Penciptaan: Sebuah Tujuan-tujuan Ukhrawi

Menurut Al-Faruqi, segala sesuatu berjalan dan bergerak sesuai

dengan tujuan-tujuan sang pencipta. Manusia dituntut untuk mengetahui

dan meneliti hukum-hukum dan tujuan-tujuan yang telah dimaksudkan.

Hal itu dikarenakan alam semesta ini diciptakan oleh Allah untuk

kepentingan manusia. Seperti yang dijelaskan dalam Qs. Al-Furqan18: 2













































Artinya: “Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat”

Ukuran yang dimaksudkan adalah memeberikan kepada segala

sesuatu yang berupa sifat, hubungan-hubungannya dengan hal-hal lain,

dan perjalanan eksistensinya. Sebab, ukuran Tuhan terhadap segala

(49)

41

merujuk kepada sebuah tujuan akhir yaitu kepada siapa segala sesuatu itu

akan kembali. Apalagi Tuhan akan membuat suatu kehendak yang baik

kepada sesuatu hal yang memang seharusnya baik.

Sebagai seorang Muslim begitu memahami bahwa segala sesuatu

yang diciptakan oleh Allah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, meskipun

hal itu tidak diketahui oleh mereka (manusia). Mereka menganggap

bahwa setiap kehidupan adalah baik, segala apap

Referensi

Dokumen terkait

a) Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai

dilanjutkan tanpa adanya perbaikan atau perkuatan struktur, tetapi sebaliknya apabila elemen-elemen struktur tersebut dinyatakan tidak aman, baik dari mutu hasil

bahwasanya Allah mengijinkan Iblis untuk, mencobai Ayub bukan karena Allah terhasut oleh Iblis, akan tetapi Allah ingin membuktikan bahwa Ayub benar-benar saleh,

Berpengaruhnya suhu air pada proses penggilingan kedelai dikarenakan penambahan air saat menggiling tidak lain merupakan proses pelarutan protein globular

display. Dalam proses penggilingan dan pencetak menggunakan 2 motor, pemilihan motor AC ½ HP dan motor DC dikarenakan pada proses penggilingan bumbu pecel rpm yang dibutuhkan

Hasil uji kemampuan bak- teri dalam mengoksidasi 6 jenis karbohidrat menunjukkan bahwa semua isolat yang dikoleksi dari 13 desa tergolong dalam 2 grup, yaitu bakteri ras 1 biovar

Penelitian ini betujuan untuk melakukan indenti- fikasi jenis parasit cacing pada satwa liar (harimau, badak, dan gajah Sumatera) dan ternak domestik (sapi, kerbau, dan