• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LA VIE DEVANT SOI KARYA ROMAIN GARY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LA VIE DEVANT SOI KARYA ROMAIN GARY."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Farida Nurul Azizah NIM 10204241028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Man jadda wajada.

Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Man shabara zhafira.

Siapa yang bersabar akan beruntung.

Man saara ala darbi washala.

Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan.

(A. Fuadi)

Lequel donc des bienfaits de votre Seigneur nierez-vous ?

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Ibunda Kasinah dan Ayahanda Sumarno yang telah memberikan dukungan dan semangat luar biasa. Terima kasih atas kasih sayang yang telah kalian berikan, atas ketulusan do’a yang tiada henti dari kalian, atas pembelajaran tentang perjuangan hidup. Semoga Alloh selalu melindungi kalian.

2. Kakak-kakak saya, Mas Yoyok, Mba Ari, Mba Iis, Mb Yuni, beserta keponakan-keponakan kecil saya. Terima kasih atas dukungan, semangat kebaikan, do’a dan motivasi yang menguatkan.

3. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa Prancis yang telah mengalirkan ilmu yang sangat membelajarkan dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan ketelatenan.

4. Sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Bahasa Prancis 2010, Reni, Adel, Nurul, Afi, Dama, Nunun, Resti, Anis, Eva, Hamdan, Mas Yudi, Tofa, Fari, Yuan, Sanggar, Ari, Ifa, Isna, semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas suntikan semangat kebaikan, semangat belajar, kebersamaan, keceriaan, canda dan tawa kalian yang selalu menghiasi hari-hari saya.

5. Sahabat seperjuangan Keluarga Muslim AL-HUDA periode 2011-2012 (Laskar Tasbih) khususnya bidang BSBK yang telah memberikan banyak perubahan pada diri saya. Terima kasih untuk saling menasehati, mengingatkan, dan menyempurnakan. Terima kasih atas semangat perubahan ke arah kebaikan.

(7)

vii memperoleh gelar sarjana.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih secara tulus kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada saya.

Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada pembimbing saya yaitu Dra. Alice Armini, M.Hum. yang penuh kesabaran, kearifan dan bijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan yang tidak henti-hentinya disela-sela kesibukannya.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh dosen dan staff di Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis, FBS, UNY beserta teman-teman jurusan Pendidikan Bahasa Prancis, dan juga handai tauladan yang telah memberi dukungan moral, bantuan dan dorongan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Akhirnya ucapan terima kasih banyak saya ucapkan kepada kedua orang tua saya dan keluarga besar saya atas do’a yang tiada henti, pengorbanan, dukungan dan curahan kasih sayang sehingga saya tidak pernah putus asa untuk menyelesaikan skripsi.

Disadari bahwa penulisan skripsi masih jauh dari sempurna, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi yang berjudul “Analisis Struktural-Semiotik Roman La Vie devant Soi Karya Romain Gary” ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 26 Mei 2014 Penulis,

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

ABSTRAK... xiii

AXTRAIT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifkasi Masalah... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan penelitian ... 6

F. Manfaat penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI... 8

A. Roman sebagai Karya Sastra ... 8

B. Analisis Struktural Roman ... 8

C. Keterkaitan Antarunsur Sastra... 20

(9)

ix

D. Validitas dan Reliabilitas... 29

BAB IV ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LA VIE DEVANT SOIKARYA ROMAIN GARY... 30

A. Analisis Sruktural Roman ... 30

1. Alur ... 30

2. Penokohan ... 37

3. Latar ... 52

4. Tema ... 60

B. Keterkaitan Antarunsur Karya Sastra... 63

C. Analisis Semiotik ... 65

1. Wujud Tanda Kebahasaan yang Berupa Ikon, Indeks, dan Simbol ... 65

2. Makna Cerita yang Terkandung dalam Roman La Vie devant Soimelalui Penggunaan Tanda dan Acuaanya yang Berupa Ikon, Indeks dan Simbol ... 79

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 82

A. KESIMPULAN... 82

B. IMPLIKASI ... 86

C. SARAN ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(10)

x DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Skema Tahap-tahap Alur ... 12 Tabel 2. Skema Tahap-tahap Alur dalam Roman La Vie devant SoiKarya

(11)

xi

Gambar 2. Hubungan antara Representan,Objek dan Interpretan... 22 Gambar 3. Skema Penggerak Aktan dalam Roman La Vie devant Soi

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Résume ... 94

(13)

xiii

Farida Nurul Azizah 10204241028

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam roman La Salamandre yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema, (2) mendeskripsikan keterkaitan antarunsur intrinsik tersebut, (3) mendeskripsikan wujud hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa ikon, indeks, simbol dan makna cerita yang terkandung dalam romanLa Vie devant Soi. Subjek penelitian ini adalah roman dalam roman La Vie devant Soi karya Romain Gary yang diterbitkan oleh Mercure de France pada tahun 1975. Objek penelitian yang dikaji adalah : (1) unsur-unsur intrinsik yaitu alur, penokohan, latar, tema, (2) keterkaitan antarunsur tersebut, (3) wujud hubungan antara tanda dan acuannya, dan makna cerita yang terkandung dalam roman melalui penggunaan tanda dan acuannya berupa ikon, indeks, dan simbol. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptifkualitatif dengan pedekatan teknik analisis isi (content analysis). Validitas data diperoleh dan diuji dengan validitas semantik. Reliabilitas data diperoleh dengan teknik pembacaan dan penafsiran teks romanLa Vie devant Soidan didukung dengan teknikexpert-judgement.

(14)

xiv

L’ANALYSE STRUCTURALE-SÉMIOTIQUE DU ROMANLA VIE DEVANT SOIDE ROMAIN GARY

Par :

Farida Nurul Azizah 10204241028

Extrait

Cette recherche a pour but : (1) de décrire les éléments intrinsèques du romanLa Vie devant Soi,(2) de décrire la relation entre ces éléments formant une unité textuelle, (3) de trouver la relation entre les signes et les références comme l’icône, l’indice, le symbole et de révéler le sens de l’histoire du roman La Vie devant Soi.

Le sujet de la recherche est le roman La Vie devant Soi de Romain Gary publié par Mercure de France en 1975. Quant aux objets, ce sont (1) les éléments intrinsèques du roman comme l’intrigue, le personnage, les lieux, et le thème, (2) la relation entre ces éléments forme l’unité textuelle, (3) la relation entre les signes et les références, et le sens de l’histoire de ce roman par l’utilisation des signes et des références comme l’icône, l’indice, et le symbole. La méthode utilisée est la méthode descriptive-qualitative avec la technique d’analyse du contenu. La validité se fonde sur la validité sémantique. Alors que la réliabilité est examinée par la lecture et par l’interprétation du texte de ce roman, et fondée sur la fidélité à base du jugement d’expertise.

(15)

1

Kehadiran sastra pada mulanya adalah untuk mengekspresikan pengalaman-pengalaman manusia baik yang dialami sendiri maupun berdasarkan pengalaman orang lain. Karya sastra merupakan suatu instrument yang digunakan untuk menuangkan ide, gagasan, perasaan melalui bahasa (Barthes, 1996: 10). Bahasa merupakan sebuah sistem tanda.

Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut fiksi (fiction). Fiksi adalah sebuah cerita naratif yang menceritakan tentang peristiwa-peristiwa bersifat imaginasi dan diceritakan mirip dengan kenyataan sehingga tampak sungguh ada (Peyroutet, 200: 4). Roman merupakan sebuah karya sastra dalam bentuk prosa, yang cukup panjang, dengan daya tariknya terdapat pada penggambaran peristiwa-peristiwanya, pelajaran moral atau karakter, menjelaskan tentang perasaan atau keinginan, representasi dari dunia nyata baik secara subjektif maupun objektif (Larousse, 1999: 898).

(16)

2

(Nurgiyantoro, 2013: 39). Semiotika merupakan studi tentang tanda. Tanda-tanda ini dibedakan menjadi ikon, indeks dan simbol Peirce (1978: 11).

Roman yang dikaji dalam penelitian ini adalah salah satu karya dari Romain Gary. Gary banyak menghasilkan karya-karya sastra antara lain Education Eropeenne (1945), Le Grand Vestiaire (1947), Les Couleurs du Jour (1952), Les Racines du ciel(1956),Lady L (1958)La Promesse de l'aube (1960), Au-delà limite votre ticket n’est plus valable (1975), Les Cerfs-volant (1980), La Vie devant Soi(1975) dll (Simonne, 2002: 20-21, 36-37).

Romain Gary merupakan seorang diplomat dan penulis yang lahir di Rusia pada 21 Mei 1914. Gary adalah seorang Yahudi Azhkenazi. Pada umur 14 tahun ia pindah ke Prancis tepatnya di Nice untuk melanjutkan sekolah menengah akhir dan lulus dari jurusan Hukum di Paris.Gary bergabung dengan Departemen Luar Negeri pada tahun 1945 sebagai sekretaris dan penasehat kedutaan di Sofia dan Berne. Juru Bicara PBB pada tahun 1952 dan 1956. Gary telah menikah dengan artis komedian Jean Seberg 1962-1970 (Gary, 1975: 5).

(17)

Salah satu romannya yang layak diteliti dari Romain Gary adalah La Vie devant Soi. Roman ini dianugerahi Prix Goncourt pada tahun 1975, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh academi Goncourt untuk karya sastra Prancis. Roman ini telah difilmkan dengan judul Madame Rosa (1977), kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Life Before Us(1986).

Roman ini menceritakan wujud bakti seorang anak (Momo) kepada ibu angkatnya (Madame Rosa) sebagai tanda cintannya. Momo adalah seorang anak laki-laki Arab dan Madame Rosa adalah seorang wanita Yahudi tua. Momo adalah anak asuh Madame Rosa yang telah dia asuh sejak kecil bersama anak-anak lainnya. Momo berjuang untuk tetap bertahan hidup bersama Madame Rosa dan anak-anak asuh lainnya yang tinggal di lantai enam pada sebuah apartemen. Momo membantu Madame Rosa yang sedang sakit untuk menyembunyikan diri di lubang Yahudi, karena Madame Rosa tidak ingin mati di rumah sakit. Semua orang berhak untuk menentukan nasib sendiri, tidak diatur oleh dokter dan obat. Momo dengan setia menemani Madame Rosa sampai akhir hidup Madame Rosa. Dalam roman ini terdapat banyak tanda-tanda kehidupan yang perlu diuraikan untuk mengetahui maksudnya.

(18)

4

diperlukan sebuah analisis mendalam terhadap tanda yang terdapat didalamnya menggunakan semiotik. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Dalam ilmu filsafat, ilmu yang mengkaji gejala kebudayaan dengan memahami makna tanda-tanda kehidupan itu disebut semiotik. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam semiotik, yaitu jenis tanda (ikon dan lambang), jenis sistem tanda (bahasa, musik atau gerakan tubuh), jenis teks, dan jenis konteks atau situasi yang mempengaruhi makna tanda (kondisi psikologis, sosial, historis dan kultural). Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan hal tersebut penulis akan meneliti serta menganalis tanda-tanda kehidupan yang terdapat dalam romanLa Vie devant Soikarya Romain Gary dari sisi Struktural-Semiotik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Wujud unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam romanLa Vie devant Soikarya Romain Gary.

2. Keterkaitan unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam romanLa Vie devant Soikarya Romain Gary.

(19)

4. Makna yang terkandung dalam romanLa Vie devant Soikarya Romain Gary melalui penggunaan tanda dan acuannya yang berupa ikon, indeks, dan simbol.

5. Fungsi tanda dan acuannya dalam menjelaskan makna yang terkandung pada romanLa Vie devant Soikarya Romain Gary.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang dan Identifikasi Masalah di atas, maka masalah yang muncul akan bervariasi. Agar memperoleh hasil yang lebih fokus, maka dalam penelitian ini akan membatasi masalah yang akan dikaji lebih lanjut sebagai berikut :

1. Wujud unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam romanLa Vie devant Soikarya Romain Gary.

2. Keterkaitan unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar dan tema dalam romanLa Vie devant Soikarya Romain Gary.

3. Wujud hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa ikon, indeks, simbol, dan makna yang terkandung dalam roman La Vie devant Soikarya Romain Gary.

D. Rumusan Masalah

(20)

6

1. Bagaimanakah wujud unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam romanLa Vie devant Soikarya Romain Gary?

2. Bagaimanakah keterkaitan unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam roman La Vie devant Soi karya Romain Gary?

3. Bagaimanakah wujud hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa ikon, indeks, simbol, dan makna yang terkandung dalam roman La Vie devant Soikarya Romain Gary?

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam romanLa Vie devant Soikarya Romain Gary.

2. Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam roman La Vie devant Soi karya Romain Gary.

3. Mendeksripsikan wujud hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa ikon, indeks, simbol, dan makna yang terkandung dalam roman La Vie devant Soikarya Romain Gary.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk analisis karya sastra

(21)

2. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya mahasiswa bahasa Prancis mengenai karya-karya Romain Gary.

(22)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Roman sebagai Karya Sastra

Roman, menurut Larousse (1999: 898) adalah sebuah karya sastra dalam bentuk prosa, yang cukup panjang, dengan daya tariknya terdapat pada penggambaran peristiwa-peristiwanya, pelajaran moral atau karakter, menjelaskan tentang perasaan atau keinginan, representasi dari dunia nyata baik secara subjektif maupun objektif.

Menurut kamus Le Robert Micro (Robert, 2006: 1184), roman adalah sebuah karya sastra yang bersifat imajinatif yang tersusun dalam bentuk prosa yang menampilkan tokoh-tokoh seperti kenyataannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa roman adalah sebuah karya fiksi bersifat imaginatif, yang tersusun dalam bentuk prosa, yang menceritakan pengalaman beberapa orang yang banyak menuliskan tentang keseluruhan hidup tokoh, mulai dari lahir sampai mati. Sebuah roman dapat memberikan kesenangan dan hiburan intelektual kepada pembaca, karena pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang, manusia, budaya, dunia dan kehidupan yang terkandung dalam roman tersebut.

B. Analisis Struktural Roman

(23)

makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh saling hubungannya dengan unsur-unsur lainnya dan keseluruhan atau totalitas. Barthes (1996: 8) mengemukakan bahwa :

Pour décrire et classer l’infinité des récits, il faut donc une théorie (au sens pragmatique que l’on vient de dire), et c’est à la chercher, a l’esquisser qu’il faut d’abord travailler. L’élaboration de cette théorie peut être grandement facilitée si l’on se soumet des l’abord a un modèle qui lui fournisse ses premiers termes, et ces premiers principes. Dans l’état actuel dans le recherche, il parait raisonnable de donner comme modèle fondateur a l’analyse structure du récit, la linguistique elle-même. ’’Untuk menggambarkan dan mengelompokan satuan dari berbagai cerita, diperlukan sebuah teori (dalam makna pragmatik seperti yang baru saja dibicarakan) dan pertama yang harus dilakukan adalah mencari unsur pembangun cerita untuk mengupas isi cerita. Dengan melibatkan sebuah teori, dapat memudahkan dalam mengupasnya jika sejak awal kita telah memiliki teori yang menjadi acuan atau prinsip dasar teorinya. Dalam konteks penelitian ini, bahasa (yang digunakan) sebagai model analisis struktural dari sebuah cerita’’.

Analisis struktural merupakan konsep dasar yang dijadikan penentu untuk mengetahui struktur cerita yang tidak sederhana, sebab terdapat suatu kesatuan peristiwa dengan unsur-unsur pembangunannya yang saling berjalinan membentuk sebuah cerita (Barthes, 1996: 10-11). Unsur-unsur pembagunnya berupa alur yang mencerikan urutan peristiwa, penokohan, latar, dan aspek lainnya.

(24)

10

dan sebagainya. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik karya akan dieksploitasi semaksimal mungkin.

Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyelurahan. Unsur karya sastra itu terdiri dari alur, penokohan, latar, dan tema.

1. Alur atau Plot

Fiksi adalah sebuah cerita naratif yang menceritakan tentang peristiwa-peristiwa bersifat imaginasi dan diceritakan mirip dengan kenyataan sehingga tampak sungguh ada. Peristiwa satu dengan peristiwa lain dirangkai menjadi sebuah cerita secara berurutan, mulai dari awal hingga akhir cerita. Urutan cerita tersebut disebut sebagai alur atau plot (Peyroutet, 200: 4).

Schmitt dan Viala (1982: 62) menyatakan bahwa:

L’ensemble des faits relatés dans un récit constitue son action. Cette action comprend, des actes (les agissements des divers participants), des états (qui affectent ces participant), des situations (dans lesquelles ils se trouvent, qui concernent les rapports qu’ils ont entre eux), des évenements (naturel ou sociaux, qui surviennet indépendemmant de la volonté des participants). L’action du récit se construit selon les rapports et transformations de ces quatre éléments.

(25)

Di dalam alur terdapat satuan cerita atau sekuen yang membentuk sebuah cerita. Sekuen merupakan urutan peristiwa berdasarkan cerita. Berdasarkan hubungan antarsekuen maka Barthes (1996: 8) mengemukakan bahwa ada dua fungsi sekuen yaitu fonction cardinal(fungsi utama) dan fonction catalyse(fungsi katalisator). Satuan cerita yang mempunyai fungsi sebagai fungsi utama dihubungkan berdasarkan hubungan logis atau hubungan sebab-akibat, satuan ini berfungsi paling utama dalam mengarahkan jalan cerita. Satuan cerita yang mempunyai fungsi sebagai katalisator berfungsi sebagai penghubung satuan-satuan cerita yang lain, mempercepat, memperlambat, melanjutkan kembali, mengantisipasi dan kadang-kadang mengecoh pembaca. Setelah mendapatkan satuan isi cerita, unsur-unsur terpisah tersebut harus dihubungkan untuk mendapatkan fungsi. Baru kemudian dapat ditentukan alur apa yang dipakai dalam cerita tersebut.

Besson (1987: 118) menyatakan bahwa dalam tahap penceritaan atau alur dibagi menjadi lima tahapan yaitu :

a. Tahap Penyituasian (La situation initiale)

Merupakan tahap awal cerita yang memberikan informasi tentang gambaran dan pengenalan situasi latar, dan tokoh cerita. Tahap ini menjadi pondasi pada cerita yang akan diceritakan selanjutnya.

b. Tahap Pemunculan Konflik (L’action se déclenche)

(26)

12

c. Tahap Peningkatan Konflik (L’action se développe)

Pada tahap ini terjadi pengembangan konflik yang sudah muncul sebelumnya. Permasalahan yang mulai rumit berkembang menjadi semakin meningkat dan mengarah ke klimaks.

d. Tahap Klimaks (L’action se dénoue)

Tahap klimaks ini berisi konflik yang sudah memuncak atau sudah pada keadaan paling tinggi. Klimaks cerita dialami oleh para tokoh yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik.

e. Tahap Penyeleseian (La situation finale)

Tahap penyeleseian merupakan penyeleseian konflik utama yang sebelumnya telah mencapai klimaksnya. Pada tahap ini diceritakan permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dapat menemui jalan keluar dan berangsur-angsur mulai terselesaikan dan menuju ke akhir cerita.

Adapun skema tahap-tahap alur menurut Robert Besson adalah sebagai berikut:

Table 1. Skema Tahap-Tahap Alur Situation

initial

Action propement dite Situation finale

1 2 3 4 5

L’action se déclanche

L’action se developpe en 3 ou 4 péripatiés

(27)

Peyroutet (2001:4) membedakan teknik alur/plot berdasarkan cara penggambaran peristiwanya.

a. Récit Linéaire

Cerita yang digambarkan tampak sama seperti nyata. b. Récit Linéaire à ellipses

Cerita yang banyak menggambarkan peristiwa tambahan agar dapat membantu pembaca untuk berimaginasi sesuai penggambaran dalam cerita.

c. Récit en parallèle

Cerita yang digambarkan secara berurutan, mulai dari cerita pertama diikuti cerita kedua dan selanjutnya.

d. Récit non linéaire

Cerita digambarkan secara tidak berurutan. Cerita dimulai dari peristiwa terakhir, kemudian flash-back, hingga membentuk sebuah cerita.

Besson (1987: 144) mengemukakan bahwa les rouages du récit (roda penggerak cerita) terdiri dari lima elemen yaitu :

a. La situation, les sircontances de temps et de lieuyaitu situasi, latar tempat dan latar waktu cerita. Dimana, kapan dan bagaimana kejadian dalam cerita tersebut terjadi.

b. Le héros-sujet ou l’actionyaitu siapa yang menjadi tokoh utama dalam cerita. c. Le but, et le projet du héros yaitu tujuan dan target yang hendak dicapi oleh

(28)

14

d. Les alliés du héros, les facteurs favorables yaitu hubungan antar tokoh dan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya peristiwa, misal, dengan bantuan siapa dan dengan bantuan apa.

e. Les opposants au héros, les obstacles yaitu tokoh lain yang menjadi oposisi atau penentang tokoh utama dalam mencapai tujuannya.Les obstaclesini tediri dari:

a) Obstacles naturel: gunung, sungai, gunung berapi, badai, matahari, hutan, banjir, dingin, dll.

b) Obstacles vivant: musuh, manusia, anjing, polisi, serangga, ular, dll. c) Obstacles intérieur: lelah, lapar, terluka, sakit, takut, malu, ragu, dll. d) Evénements défavorable: kerusakan, mogok, kehilangan sesuatu, dll.

(29)

Adapun skema penggerak aktan digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Penggerak Aktan

Dari skema di atas dapat dijelaskan bahwa le destinateur (D1) adalah penggerak cerita yang memberi tugas kepada le sujet (S) untuk mendapatkan l’objet (O)sebagai tujuannya.Untuk mendapatkanl’objet (O), le sujet (S)dibantu dan didukung oleh l’adjuvant (A) , selain itu dihambat atau dihalangi pula oleh l’opposant (Op). Kemudian le destinataire akan menerima l’objet (O) sebagai hasil dari pencapaianle sujet (S).

Akhir cerita dalam peneltian ini dikategorikan sesuai dengan salah satu dari tujuh tipe akhir cerita yang dikemukakan oleh Peyroutet (2001: 8) yaitu:

a. Fin retour à la situation de départ / Akhir cerita yang kembali lagi ke situasi awal cerita.

b. Finheureuse/ Akhir cerita yang bahagia.

Adapun skema penggerak aktan digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Penggerak Aktan

Dari skema di atas dapat dijelaskan bahwa le destinateur (D1) adalah penggerak cerita yang memberi tugas kepada le sujet (S) untuk mendapatkan l’objet (O)sebagai tujuannya.Untuk mendapatkanl’objet (O), le sujet (S) dibantu dan didukung oleh l’adjuvant (A) , selain itu dihambat atau dihalangi pula oleh l’opposant (Op). Kemudian le destinataire akan menerima l’objet (O) sebagai hasil dari pencapaianle sujet (S).

Akhir cerita dalam peneltian ini dikategorikan sesuai dengan salah satu dari tujuh tipe akhir cerita yang dikemukakan oleh Peyroutet (2001: 8) yaitu:

a. Fin retour à la situation de départ / Akhir cerita yang kembali lagi ke situasi awal cerita.

b. Finheureuse/ Akhir cerita yang bahagia.

Adapun skema penggerak aktan digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Penggerak Aktan

Dari skema di atas dapat dijelaskan bahwa le destinateur (D1) adalah penggerak cerita yang memberi tugas kepada le sujet (S) untuk mendapatkan l’objet (O)sebagai tujuannya.Untuk mendapatkanl’objet (O), le sujet (S) dibantu dan didukung oleh l’adjuvant (A) , selain itu dihambat atau dihalangi pula oleh l’opposant (Op). Kemudian le destinataire akan menerima l’objet (O) sebagai hasil dari pencapaianle sujet (S).

Akhir cerita dalam peneltian ini dikategorikan sesuai dengan salah satu dari tujuh tipe akhir cerita yang dikemukakan oleh Peyroutet (2001: 8) yaitu:

a. Fin retour à la situation de départ / Akhir cerita yang kembali lagi ke situasi awal cerita.

(30)

16

c. Fincomique/ Akhir cerita yang lucu.

d. Fintragique sans espoir/ Akhir yang tragis dan tidak ada harapan. e. Fintragique mais espoire/ Akhir cerita tragis tapi ada harapan. f. Suitepossible / Akhir cerita yang mungkin masih berlanjut.

g. Fin réflexive / Akhir cerita yang ditutup dengan perkataan narator yang memetik hikmah dari cerita tersebut.

Macam-macam cerita dalam karya sastra menurut Peyroutet (2001: 12) dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:

a. Le récit réaliste adalah cerita yang menggambarkan keadaan seperti kenyataannya, seperti tempat, waktu, dan keadaan sosialnya.

b. Lerécit historiqueadalah cerita yang menggambarkan tentang sejarah, dimana tempat, waktu, peristiwa, dan pakaiannya harus disesuaikan dengan kondisi saat itu.

c. Lerécitd’aventuresadalah cerita tentang petualangan yang biasanya terjadi di tempat yang jauh.

d. Le récit policier adalah cerita yang melibatkan polisi atau detektif, yang menguak tentang pembunuhan, pencurian dan sebagainya

e. .Le récit fantastique adalah cerita khayalan atau cerita fiktif yang berasal dari daya imajinasi penulis.

(31)

2. Penokohan

Schmitt dan Viala (1982: 63) menjelaskan tentang pengertian tokoh sebagai berikut :

Les participants de l’action sont ordinairement les personnages du récit.Il s’agit très souvent d’humains ; mais une chose, an animal ou une entité (la Justice, la Mort, etc.) peuvent être personnifiés et considérés alors comme des personnages.

’’Tokoh adalah para pelaku aksi dalam suatu cerita yang dimanusiakan dan bisa berwujud benda, binatang, ataupun entitas tertentu (hukuman, kematian, dsb) yang bisa diumpamakan sebagai tokoh’’.

Schmitt dan Viala (1982: 70) berpendapat bahwa “Un personnage est toujours une colection de traits, physiques, moraux, sociaux. La combinaison de ces traits et la manière de les présenter, constituent le portrait du personnage”. Pendapat ini menjelaskan tentang gambaran tokoh yang terdiri dari gambaran fisik, moral dan sosial. Kombinasi dari ketiga gambaran tersebut yang akan membentuk seperti apa potret tokoh itu.

(32)

18

Teknik pelukisan tokoh menurut Peyroutet (2001 :18) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, méthode directe atau teknik langsung dan méthode indirecte atau teknik tidak langsung. Teknik langsung dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung mengenai sikap, gestur, kostum yang menggambarkan tokoh. Sedangkan teknik tidak langsung dilakukan secara tak langsung, artinya pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pembaca hanya dapat mengetahuinnya berdasarkan aktivitas yang dilakukan tokoh, tindakan atau tingkah laku tokoh, dan juga melalui peristiwa yang dialami tokoh.

Meskipun tokoh-tokoh dalam cerita hanya fiktif, namun gambaran kepribadian serta fisiknya dapat diketahui melalui tingkah laku, keterangan dari tokoh lain, latar psikologis maupun sosialnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita mengakibatkan konflik muncul karena adanya tokoh. Sehingga sebuah cerita tidak mungkin akan berjalan tanpa adanya tokoh-tokoh yang menghidupkan cerita.

3. Latar

(33)

juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan (spiritual setting).

Menurut Peyroutet (2001: 6) menjelaskan tentang latar yaitu : a. Latar Tempat

Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Misalnya terjadi di negara mana, kota mana, dan desa mana. Tempat yang unik dan imaginasi misalnya hutan, gurun pasir, planet lain yang dapat membuat pembaca ikut berimajinasi.

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, missal tahun, bulan, dll. Waktu juga dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

c. Latar sosial

Latar sosial berhubungan dengan lingkungan kehidupan soaial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerita. Ia dapat berupa sejarah, kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi dalam masyarakat (Schmitt dan Viala, 1984: 169). Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah atau atas.

(34)

20

4. Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan (Handoko melalui Nurgiyantoro, 2012: 68).

Nurgiyantoro (2012: 82,83) mengemukakan bahwa macam-macam tema ada dua yaitu tema utama atau tema pokok atau tema mayor dan tema tambahan atau tema minor. Tema tambahan berfungsi untuk menyokong dan menonjolkan tema utama atau tema pokok, menghidupkan suasana cerita atau juga dapat dijadikan sebagai latar belakang cerita. Tema tambahan bisa lebih dari satu, sedangkan tema utama atau tema pokok tidak mungkin lebih dari satu.

C. Keterkaitan Antarunsur Karya Sastra

(35)

sesuatu kejadian. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir tokoh dan karenanya akan mempengaruhi pemilihan tema (Nurgiyantoro, 2012: 74-75).

Oleh karena itu, alur tidak dapat dipisahkan dari penokohan. Adanya latar juga berkaitan dengan penokohan karena latar dapat memberikan gambaran karakter seorang tokoh berdasarkan tempat dia tinggal dan lingkungan sosial . Penokohan mempunyai relasi yang erat dengan latar. Latar yang meliputi tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Keterkaitan antarunsur di atas akan menimbulkan kesatuan cerita yang diikat oleh tema. Dengan kata lain, tema cerita merupakan hal pokok yang dapat diketahui berdasarkan perilaku para tokoh, latar, maupun kejadian-kejadian yang dialami para tokoh sehingga dapat diketahui pula makna yang terkandung dalam suatu cerita.

D. Semiotik Dalam Karya Sastra

Semiotik adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, seperti cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengiriman tanda, dan penerimaan tanda. Pada umumnya tanda atau biasa disebut dengan representamen sebenarnya digunakan untuk mengemukakan sesuatu. Peirce (melalui Deledalle, 1978: 117) mengemukakan tentang representamen bahwa :

(36)

22

’’Sebuah representamen adalah subjek yang berupa tanda pada sebuah hubungan triadik, yang kedua merupakan objeknya, dan intrepenan adalah yang ketiga, hubungan triadik ini menjadikan representamen untuk menentukan tafsiran (interpenat) supaya mempertahankan hubungan triadik yang sama dengan objek tanpa sama dengan interprenan’’.

Titik sentra dari semiotika Peirce adalah sebuah trikotomi dasariah mengenai relasi menggantikan di antara tanda dengan objeknya melalui interpretan. Representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi atau material yang berfungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpenant yaitu suatu tanda lain, yang ekuivalen dengannya, dalam benak seseorang (intreperer). Objek yang diacu oleh tanda adalah realitas atau apa saja yang (dianggap) ada. Dengan demikian, relasi di antara representamen, objek dan interpretan, membentuk sebuah struktur triadik.

Gambar 2: Hubungan antara Representan, Objek dan Interpretan. 22

’’Sebuah representamen adalah subjek yang berupa tanda pada sebuah hubungan triadik, yang kedua merupakan objeknya, dan intrepenan adalah yang ketiga, hubungan triadik ini menjadikan representamen untuk menentukan tafsiran (interpenat) supaya mempertahankan hubungan triadik yang sama dengan objek tanpa sama dengan interprenan’’.

Titik sentra dari semiotika Peirce adalah sebuah trikotomi dasariah mengenai relasi menggantikan di antara tanda dengan objeknya melalui interpretan. Representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi atau material yang berfungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpenant yaitu suatu tanda lain, yang ekuivalen dengannya, dalam benak seseorang (intreperer). Objek yang diacu oleh tanda adalah realitas atau apa saja yang (dianggap) ada. Dengan demikian, relasi di antara representamen, objek dan interpretan, membentuk sebuah struktur triadik.

Gambar 2: Hubungan antara Representan, Objek dan Interpretan. 22

’’Sebuah representamen adalah subjek yang berupa tanda pada sebuah hubungan triadik, yang kedua merupakan objeknya, dan intrepenan adalah yang ketiga, hubungan triadik ini menjadikan representamen untuk menentukan tafsiran (interpenat) supaya mempertahankan hubungan triadik yang sama dengan objek tanpa sama dengan interprenan’’.

Titik sentra dari semiotika Peirce adalah sebuah trikotomi dasariah mengenai relasi menggantikan di antara tanda dengan objeknya melalui interpretan. Representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi atau material yang berfungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpenant yaitu suatu tanda lain, yang ekuivalen dengannya, dalam benak seseorang (intreperer). Objek yang diacu oleh tanda adalah realitas atau apa saja yang (dianggap) ada. Dengan demikian, relasi di antara representamen, objek dan interpretan, membentuk sebuah struktur triadik.

(37)

Peirce (melalui Deledalle, 1978) membedakan hubungan antartanda dan acuannya menjadi tiga jenis. Peirce mengklasifikasikan tanda-tanda menjadi l’icône, l’indicedanle symbole.

1. L’icôneatau Ikon

‘’Une icône est un signe qui posséderait le caractère qui le rend signifiant, même si son objet n’existait pas’’ adalah ikon merupakan tanda yang didasarkan atas kemiripan di antara representamen objeknya, entah objek tersebut betul-betul exisatau tidak. Sebagaimana halnya dengan klasifikasi tanda lain. Peirce (melalui Deledalle, 1978 : 149) membedakan ikon menjadi tiga yaitu ikon topologis, ikon diagramatik dan ikon metafora.

a. Des imagesatau ikon imagi

‘’Celles qui font partie des simples qualités ou premières priméites’’ merupakan tanda yang secara langsung bersifat ikonis, yang menampikan kualitas-kualitas simple dan menunjukkan kemiripan citrawi dengan objek acuannya.

b. Des diagrammesatau ikon diagram

’’Celles qui représentent le relation, principalement, dyadiques ou considérées comme telle, des partie d’une chose par des relationsanalogues dans leurs propes partie’’ adalah ikon yang menampilkan relasi-relasi terutama relasi diadik atau lebih-kurang demikian, di antara bagian-bagian dari sesuatu melalui hubungan yang ada pada bagiannya sendiri-sendiri. Jenis ikon yang ini berupa diagram, skema, grafik, denah.

(38)

24

’’Celles qui représentent le caractère représentatif d’un représentâme en représentant un parallélisme dans quelque chose d’autre’’ adalah suatu meta-tanda (metasign) yang ikonitasnya berdasarkan pada kemiripan atau similaritas di antara objek-objek dari dua tanda simbolis.

2. L’indiceatau Indeks

Peirce (melalui Deledalle, 1978: 158) menyatakan bahwa indeks adalah sebagai berikut.

Un signe ou représentation qui revoie à son objet non pas tant parce qu’il a similarité ou analogie avec lui ni parce qu’il associe aves les caractères généraux que cet objet se trouve posséder, que parce qu’il est en connexion dynamique et avec l’objet d’une part et avec les sens ou la mémoire de la personne pour laquelle il sert de signe, d’autre part.

Indeks adalah tanda yang memiliki kaitan kausal di antara representamen dan objeknya sehingga solah-olah akan kehilangan karakter yang menjadikannya tanda jika objeknya dipindahkan atau dihilangkan.

Indeks bisa berupa hal-hal semacam zat atau benda material (asap adalah indeks adanya api), gejala alam (jalan becek adalan indikasi hujan turun beberapa saat yang lalu), gejala fisik (kehamilan adalah indikasi sudah adanya pembuahan), bunyi dan suara (bel adalah indeks dari kedatangan tamu) (Budiman, 2011: 79).

3. Le symboleatau Simbol

(39)
(40)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan subjek sebuah roman berbahasa Prancis yang berjudul La Vie devant Soi karya Romain Gary yang diterbitkan oleh Mercure de France pada tahun 1975 dengan jumlah ketebalan 273 halaman. Objek penelitian ini adalah (1) unsur-unsur intrinsik yaitu alur, penokohan, latar, tema, (2) keterkaitan antarunsur tersebut, (3) wujud hubungan antara tanda dan acuannya, dan makna cerita yang terkandung dalam roman melalui penggunaan tanda dan acuannya berupa ikon, indeks, dan simbol.

B. Teknik Penelitian

(41)

C. Prosedur Analisis Konten 1. Pengadaan Data

Penelitian ini tidak dilakukan penentuan sampel. Untuk mengetahui permasalahan yang ingin diungkap, data membutuhkan interpretasi-interpretasi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam rumusan masalah. Kegiatan pengadaan data ini dilakukan oleh peneliti dengan kemampuan berpikir yang meliputi pengetahuan, kecermatan, dan ketelitian guna mendapatkan data yang diperlukan.

a. Penentuan Unit Analisis

Penentuan unit analisis merupakan kegiatan memisah-misahkan data menjadi bagian-bagian yang selanjutnya dapat dianalisis. Penentuan unit analisis berdasarkan pada unit sintaksis yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Unit yang terkecil adalah kata, sedangkan unit yang lebih besar berupa frasa, kalimat, paragraf dan wacana (Zuchdi, 1993: 30).

b. Pengumpulan dan Pencatatan Data

(42)

28

2. Inferensi

Inferensi merupakan kegiatan memaknai data sesuai dengan konteksnya, hal ini dikarenakan makna sebuah teks berhubungan dengan konteksnya. Inferensi dilakukan terlebih dahulu dengan memahami makna konteks yang ada di dalam teks romanLa Vie devant Soi.Lalu dilanjutkan dengan pemahaman makna di luar teks yang didukung dengan teori struktural yakni dari unsur-unsur intrinsik (alur, latar, penokohan, tema) dan teori semiotik yakni tentang ikon, indeks, dan simbol.

3. Analisis Data a. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dengan mendeskripsikan kalmiat-kalimat yang relevan dengan permasalahan yang dikaji yaitu unsur-unsur intrinsik, ikon, indeks, dan simbol dalam romanLa Vie devant Soi karya Romain Gary.

b. Teknik Analisis

(43)

Kegiatan analisis ini meliputi membaca, mencatat data, membaca ulang, mengidentifikasi data, mengklasifikasi data, membahas data, penyajian data, dan penarikan inferensi.

D. Validitas dan Reliabilitas

Untuk memperoleh data yang valid, dalam penelitian ini digunakan suatu teknik pengukuran tingkat kesensitifan suatu teknik terhadap makna-makna simbolik yang relevan dengan konteks tertentu yang disebut validitas semantik (Zuchdi, 1993: 75).

(44)

85 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN

Penelitian ini dilakukan dengan analisis struktural kemudian dilanjutkan dengan analisis semiotik untuk menguak makna yang terkandung di dalam roman La Vie devan Soi karya Romain Gary. Berdasarkan hasil pembahasan terhadap roman tersebut yang dijelaskan pada BAB IV, maka dapat disimpulkan berdasarkan tiga masalah sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

1. Wujud Unsur-unsur Intrinsik Berupa Alur, Penokohan, Latar, dan Tema dalam Roman La Vie devant Soi karya Romain Gary

(45)

Peristiwa dalam roman terjadi di pemukiman Belleville, Paris Prancis pada tahun 1956, dimana para imigran yang berasal dari Yahudi, Arab, Aljazair, Tunisia dan orang berkulit hitam (Afrika) telah tinggal di sana. Mereka mempunyai latarbelakang yang berbeda-beda, mulai dari budaya, tradisi, agama pun juga berbeda. Perbedaan itu tidak membuat mereka terpecah belah. Mereka bisa hidup berdampingan, saling menghargai, menghormati, tolong-menolong antara satu sama lain. Unsur-unsur yang membangun cerita dalam roman La Vie devant Soi saling berkaitan dan diikat dalam sebuah tema mayor yaitu tentang wujud bakti seorang anak kepada ibu angkatnya sebagai tanda cintanya. Selain itu terdapat juga tema minor yaitu tentang kasih sayang dan toleransi.

2. Keterkaitan Antarunsur Intrinsik Berupa Alur, Penokohan, Latar dan Tema dalam RomanLa Vie devant Soikarya Romain Gary

(46)

87

merupakan hal pokok yang dapat diketahui berdasarkan perilaku para tokoh, latar, maupun kejadian-kejadian yang dialami para tokoh sehingga dapat diketahui pula makna yang terkandung dalam cerita.

3. Wujud Hubungan Antara Tanda dan Acuannya yang Berupa Ikon, Indeks dan Simbol dalam RomanLa Vie devant Soikarya Romain Gary

Analisis semiotik pada roman ini membahas hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa ikon, indeks, dan simbol. Pada analisis semiotik ditemukan tiga ikon topologis, satu ikon metafora, dua belas indeks dan delapan simbol. Tanda-tanda yang terdapat dalam roman ini mengungkapkan potret kehidupan para imigran di pemukiman Belleville, Paris, Prancis yang dianggap sebagai kaum marginal. Mereka yang hidup sebagai pelacur, waria, dan anak yatim piatu dianggap sebagai masyarakat yang terpinggirkan. Namun, di sanalah para imigran hidup bersama secara harmonis meskipun mereka mempunyai latar belakang yang berbeda. Mereka mempunyai solidaritas yang tinggi, bertoleransi, empati dan peduli terhadap sesama.

(47)

abu-abu. Hal ini melambangkan bahwa kehidupan yang dijalani Madame Rosa keras dan berujung pada kematian. Gambar anak kecil yang dipangku oleh Madame Rosa adalah seorang anak laki-laki bernama Momo. Gambar titik hitam pada pusar Momo dan Madame Rosa menggambarkan tidak adanya hubungan darah di antara mereka. Momo merupakan anak asuh Madame Rosa yang telah diasuh oleh Madame Rosa sejak umur 3 tahun. Momo selalu dianggap seprti anak kecil oleh Madame Rosa. Gambar kepala Momo diganti dengan batu berwarna keemasan yang melambangkan kehidupan Momo yang keras, namun ia mempunyai kesempatan kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang sebab ia masih muda.

Gambar tubuh Madame Rosa dan Momo yang tidak sempurna tanpa tangan menggambarkan orang yang tidak mempunyai kekuatan atau lemah. Momo dan Madame Rosa merupakan imigran yang dianggap sebagai kaum marginalyang lemah. Gambar tangga di belakang menggambarkan sebuah tangga apartemen yang dihuni oleh Madame Rosa dan Momo. Mereka tinggal di lantai 6 pada sebuah apartemen tanpa lift dirue de Bissondi pemukiman Belleville, Paris, Prancis.

(48)

89

dengan setia merawat Madame Rosa yang sedang sakit. Ia membantu meringankan perekonomian Madame Rosa dengan mencari uang sendiri dan menjadi pribadi yang mandiri. Ia juga menghormati dan menghargai dengan perbedaan agama yang dianut oleh Madame Rosa. Momo muslim dan Madame Rosa Yahudi.

Berdasarkan judul La Vie devant Soiberarti kehidupan di masa yang akan datang. Kehidupan masa lalu Momo dan Madame Rosa telah mereka lewati bersama sebagai imigran yang dianggap kaum marginal, sedangkan kehidupan di masa yang akan datang merupakan apa yang akan mereka alami setelah kematian. Di kehidupan setelah kematian, manusia tidak lagi membutuhkan identitas seperti baju, perhiasan dan hal-hal yang menjadi pembeda kelas sosial. Manusia lahir dalam keadaan telanjang dan mati pun dalam keadaan telanjang pula. Bagi Madame Rosa kehidupan yang akan datang adalah kehidupan setelah kematian. Setelah Madame Rosa mati, masih ada sebuah kehidupan selanjutnya yang tidak dapat ketahui olehnya. Bagi Momo, kehidupan yang akan datang setelah kematian Madame Rosa adalah kehidupan selanjutnya yang belum Momo ketahui. Momo mempunyai jalan hidup panjang ke depannya. Momo dapat mencari pengalaman hidup yang lebih baik sebab ia masih muda dan mempunyai banyak kesempatan.

(49)

pun masa lalu yang kita alami, kita harus optimis untuk menjemput masa depan yang lebih baik.

B. IMPLIKASI

Penelitian terhadap romanLa Vie devant Soi karya Romain Gary telah mengungkapkan unsur-unsur intrinsik, keterkaitan antarunsur intrinsik, serta wujud tanda dan makna yang terkandung dalam roman ini sehingga penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Prancis. Implikasi dari penelitian ini diharapkan sebagai berikut.

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran bahasa Prancis dalam mata kuliah Analyse de la Littérature Française dengan mengambil extrait. Dari extrait tersebut, pembelajar dapat melakukan analisis singkat mengenai unsur-unsur intrinsik roman.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran bahasa Prancis dalam mata kuliah Littérature Française mengenai sastrawan Prancis abad 21 yaitu Romain Gary.

3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bahasa Prancis dalam rangka memperkayavocabulairepembelajar bahasa Prancis.

C. SARAN

(50)

91

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk lebih mengenal sejarah Prancis tentang pemukiman Belleville di Paris, Prancis yang dikenal sebagai pemukiman para imigran. Selain itu, dapat dijadikan sarana untuk mengenal sejarah tentang Rafle Vel d’Hiv (pendeportasian orang-orang Yahudi di Paris oleh rezim Nazi).

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menganalisis karya sastra berdasarkan struktural-semiotik pada penelitian selanjutnya.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faifi, Sulaiman. 2013. Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq. Jakarta : Penerbit Ummul Qura.

Arifin, Winarsih dan Farida Soemargono. 2001. Kamus Perancis-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Barthes, Roland dkk. 1981.L’analyse Struktural du récit. Paris : Édition du Seuil. Besson, Robert. 1987. Guide Pratique de la Communication Écrite. Paris :

Édition Casteilla.

Budiman, Kris. 2011.Semiotika Visual. Yogyakarta : Jalasutra. Brabis, David. 2006.Paris Plan Discover Explore.Paris: Michelin.

Cazerave, Michel. 1996.Encyclopédie des Symboles.Paris: La Pochothèque. Deledalle, Gérard. 1978.Charles S. Peirce Écrites sur le signe. Paris : Éditions du

Seuil.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Gary, Romain. 1975.La vie devant soi. Paris : Mercure de France. Larousse. 1999.Le Petit Larousse Ilustré. Paris : Larousse.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Prisip-prisip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Peyroutet, Claude. 1998.La pratique de l’expression écrite. Paris: Nathan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rey, Alain. 1991. Le Petit Robert Dictionnaire de Culture General 2. Paris : Le Robert.

Robert, Paul. 1993. Le Petit Robert. Paris : Dictionnaire le Robert. Robert, Paul. 2006.Le Robert Micro.Paris: Poche.

(52)

93

Shahida, Bani dan Khrisna Pabichara. 2010. Kamus Nama Indah Islami. Jakarta : Zaman.

Sudarmadji, Jakob dan Saini K.M. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.

Thawilah, Abdul Wahab Abdussalam. 2012. Fikih Kuliner.(Terj. Kalifurrahman Fath dan Solihin). Jakarta: Al-Kautsar.

Ubersfeld, Anne. 1996.Lire le Théâtre I. Paris : Édition Belin.

Zuhdi, Darmiyati dkk. 1993. Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta : Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Akses internet melalui :

Tirvin, Vina. ’’Images des marginaux dans Gros-Câlin et La Vie devant soi, deux romans de Gary signés Ajar’’. Athabasca University, diakses pada tanggal 13 April 2014 pukul 20.30 melalui http://www.images.acswebnetworks.com/2017 /78/Marginaux.pdf.

http://www.code-couleur.com/signification/dore.html diakses pada tanggal 13 april 2014 pukul 20.50.

http://www.code-couleur.com/signification/gris.htmldiakses pada tanggal 13 april 2014 pukul 20.54.

http://www.code-couleur.com/signification/blanc.html diakses pada tanggal 13 april 2014 pukul 20.55.

http://www.code-couleur.com/signification/noir.html diakses pada tanggal 28 april 2014 pukul 14.09.

http://www.larousse.fr/encyclopedie/divers/rafle_du_V%C3%A9ldHiv/148491 diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 16.34.

(53)
(54)

94

Lampiran 1

Le Résume du Mémoire : L’Analyse Structurale-Sémiotique du Roman La Vie devant Soi de Romain Gary

Par :

Farida Nurul Azizah 10204241028 A. Introduction

La littérature est comme un art qui se désintéresserait de tout rapport avec le langage, dès qu’elle aurait usé comme d’un instrument pour exprimer l’idée, la paissions ou la beauté (Barthes, 1981: 10). Le langage a des systèmes de signes. D’après Le Robert Micro (2006: 1184), roman est une œuvre d’imagination en prose, assez longue, qui présente et fait vivre dans un milieu des personnages donnés comme, réels, fait connaitre leur psychologie, leur destin, leurs aventures.

Afin de comprendre le contenu et la signification d’un roman, il faut d’abord comprendre la structure du roman. La structure contient de l’intrigue, le personnage, le lieu et le thème. Tous ces aspects ont un lien étroit entre eux. Ils ne peuvent pas être indépendants les uns des autres. Pour comprendre ces aspects, il faut analyser d'une façon structurale pour décrire la relation entre les éléments.

(55)

aves les caractères généraux que cet objet se trouve posséder, que parce qu’il est en connexion dynamique et avec l’objet d’une part et avec les sens ou la mémoire de la personne pour laquelle il sert de signe, d’autre part. Le symbole est un signe qui renvoie à l’objet qu’il dénote en vertu d’une loi, d’ordinaire une association d’idées générales, qui détermine l’interprétation du symbole par référence à cet objet.

Le sujet de cette recherche est le roman La Vie devant Soi de Romain Gary. Ce roman est paru 1975 par Mercure de France avec 273 pages. Ce roman a gagné le Prix de Goncourt en 1975, le prix littéraire le plus convoité de France. En 1977, ce roman est filmé en titre Madame Rosa. Puis, il a été traduit en anglais en titre The Life before Us. Ce roman raconte l’histoire d’amour d’un petit garçon arabe pour une très vieille femme juive.

Roman Gary était diplomate et écrivain, né en Russie en 1914, à l’âge de quatorze ans, il a fait ses études secondaires à Nice et son droit à Paris. Il entre au ministère des Affaires étrangère en 1945 comme secrétaire et conseiller d’ambassade à Sofia et à Berne. Porte-parole à l’O.N.U de 1952 à 1956. Il a été marié à la comédienne Jean Serberg de 1962 à 1970. Il était mort en 1980.

(56)

96

La méthode utilisée dans cette étude est l’analyse du contenu avec l’approche descriptive-qualitative, parce que la source donnée dans ce roman est un texte du roman qui se compose des mots, des phrases et des propositions. La validité est obtenue par un examen de validité et de fiabilité. La validité de cette recherche est basse sur la validité sémantique, alors que la réliabilite est examinée par la lecture et par l’interprétation du texte du roman et fondée sur la fidélité à base du jugement d’expertise.

B. Développement 1. L’analyse Structurale

Le roman La Vie devant Soi se compose de 89 séquences. Pour obtenir l’histoire principale du roman, il faut d’abord trouver la séquence. La séquence est une suite logique noyaux (la fonction cardinale), unis entre eux par une relation de cause à effet. Dans le roman, il y a 22 fonctions cardinales qui sont les citations des événements important de l’histoire. L’histoire dans ce roman présente une suite logique chronologie, construite par cinq étapes.

(57)

lui reste seul. Il y a aussi les enfants qui ont été adoptés par une famille sauf Momo et Moise. Momo veut savoir sa mère utérine. Madame Rosa a peur de perdre Momo.

La troisième étape est le développement de l’action, c’est quand Madame Rosa se lève l’air peur au milieu de la nuit. Elle descend au rez-de chaussée et entre dans la cave. Momo la suit. Madame Rosa lui explique que c’est la résidence secondaire comme un trou juif. Elle lui demande de ne jamais parler à personne. Elle y vient quand elle a peur. Elle a peur d’être morte à cause de la maladie et le passée comme le juif Auschwitz.Quand elle était jeune, elle a été déportée par le nazi. La maladie a été causée par la peur qui préoccupait Madame Rosa. Docteur Katz vient examiner la maladie de Madame Rosa. Il lui demande d’être hospitalisée mais elle refuse car elle n’aime pas être ordonnée par les médecins et n’aime pas rester dans un hôpital. Madame Rosa demande à Momo de ne pas la prendre à l’hôpital.

(58)

98

but (objet). Momo ne réussit pas d'aider Madame Rosa pour la guérison de sa maladie. Finalement, Madame Rosa est morte.

Pour décrire le mouvement des personnages dans le roman La Vie devant Soi de Romain Gary, on utilise le schéma d’actant de Greimas (par Ubersfeld, 1996 : 50) connu sous le nom de force agissante. Voici le schéma d’actant de ce roman.

L’image 3. Le schéma d’actant le roman La Vie devant Soi de Romain Gary.

Selon le schéma ci-dessus, Momo a le rôle commesujet. Il essaie d’obtenir son vouloir, la guérison de maladie de Madame Rosa (objet), comme réalisation le fidèlité à sa mère adoptive Madame Rosa (destinateur). Momo essaie de toutes ses forces pour ne pas perdre Madame Rosa qui la considère comme sa mère (destinataire). Pour obtenir le vouloir de Momo, docteur Katz vient examiner la

Objet O

La guérison de maladie de Madame Rosa

Adjuvant A

La fidèle de Momo soigne Madame Rosa

Docteur Katz

Opposant Op

Le caractère têtu de Madame Rosa

Destinateur D1

Momo réalise le fidèle à sa mère adoptive Madame Rosa

Destinataire D2

Momo

Subjet S

(59)

maladie de Madame Rosa. Il lui demande d’être hospitalisée pour guérir la maladie. Momo soigne Madame Rosa en fidèle (adjuvant). Il y a aussi un obstacle qui l'empêche le caractère têtu de Madame Rosa (l’opposant).

De l’intrigue, on peut voir le personnage principal. Le personnage principal de roman est Momo car il a le rôle le plus important. Il est le sujet et la destinataire. Les personnages secondaires qui apparaissent dans le roman sont Madame Rosa et Docteur Katz.

L’histoire se passe à Belleville, Paris, France dans un appartement au sixième étage sans ascenseur. Belleville est un quartier d’immigrant de toutes les origines. La longue histoire du roman La Vie devant Soi se déroule pendant une période d’environ 11 ans. L’histoire est commencée quand le personnage ’’Momo’’ a l’âge de 3 ans jusqu’à l’âge 14 ans. Ces éléments intrinsèques s’enchaînent pour former une unité textuelle liée par le thème. Les thèmes dans ce roman se composent d’un thème principal et des thèmes secondaires. Alors que le thème majeur de ce récit est la réalisation de fidélité d’un enfant à sa mère adoptive comme son amour. Les thèmes secondaires de ce roman sont l’affection et la tolérance des croyances des autres.

2. La Relation entre Les Eléments Intrinsèques

(60)

100

Momo et les personnages secondaires : Madame Rosa et Docteur Katz. Les personnages font les interactions dans les lieux, les temps, et le sociale qui donnent les influences aux caractères des personnages.

Les éléments intrinsèques s’enchaînent pour former de l’unité textuelle liée par le thème. Les thèmes dans ce roman se composent d’un thème principal et des thèmes secondaires. Alors que le thème majeur de ce récit est la réalisation de fidèle un enfant à sa mère adoptive comme son amour. Les thèmes secondaires de ce roman sont l’affection et la tolérance les croyances des autres.

3. L’analyse Sémiotique

L’analyse sémiotique du romanLa Vie devant Soide Romain Gary traite la relation entre les signes et les références sous forme l’icône, l’indice et le symbole.

(61)

Les icônes images sont les images de couverture ce roman. La couverture de ce roman montre l’image une femme qui n’est pas habillé, c’est Madame Rosa. Il représente qu’elle était une ancienne prostituée. Sa tête se remplace en pierre gris. Ça représente sa vie qui avait des problèmes d’argent. Elle souffre d’une sclérose cérébrale qui est en traine de la tuer lentement. Elle met un fils sur ses genoux. Il est le petit Mohammed dit Momo. Il est le personnage principal dans ce roman. Momo n’est pas habillé aussi. Ça représente qu’il était un enfant prostituée. Sa tête se remplace de pierre en dore. Ça représente sa vie qui avait des problèmes d’argent mais il a une meilleure vie devant soi parce qu’il est encore jeune. L’image d’une goutte noire l’ombilic de Madame Rosa et Momo présentent qu’ils n’ont pas de lien familial entre eux. Momo est un enfant adopté par Madame Rosa qui prend soin de lui depuis il avait 3 ans.

L’image de Momo et Madame Rosa qui n’ont pas de mains (incomplètes), ils représentent qu’ils sont faibles. Ils sont des immigrées marginalisés. L’image d’escalier derrière eux, représente un appartement où ils habitent. Ils habitent dans un appartement sans ascenseur au sixième étage à la rue de Bisson de quartier Belleville, Paris, France.

(62)

102

mort qu’elle ne sait pas. En ce qui concerne Momo, la vie devant lui après la mort de Madame Rosa est la vie devant lui qu’il ne sait pas. Momo a de la chance pour améliorer sa vie dans la future parce qu’il est encore jeune. Les nomsMohammed,

Monsieur Hamil, Youssouf Kadir, et Aïchasont des indices du musulman. Le nom

Moïse est un indice de nom juif. Moïse d’origine égyptienne, signifie fils ou enfant. Le nom Banania est un indice de grand sourire comme la forme d’une banane. Les noirs est un indice du racisme. Le nom Mohammed (attribut de la religion) est considéré ridicule en France. C’est un indice du sécularisme qui sépare la religion entre l’Etat. Les indices suivants sont les lois de l’Islam que interdisent de designer le visage et manger le jambon. Les autres indices sont le bonheur et la tristesse de Momo et Madame Rosa.

(63)

L’autre symbole est le symbole de ramadhan en islam. C’est le mois pureté que les musulmans font le jeûne. Ensuite Auschwitz. Auschwitz est un symbole des juifs Ashkénazes qui ont été déporté à Auschwitz par une France collaboratrice, suite à la rafle du Vélodrome d’Hiver. Les costumes noirs sont le symbole de la mort. Les sept branches de bougies est un symbole juif. Sept est le nombre sacré le plus important dans les traditions de civilisations orientales. Chez juifs, le septénaire oriental se manifeste dans le chandelier à sept branches ou la Menorah qui renvoie à la division de la révolution lunaire en vingt-huit jours (4x7) ainsi qu’aux sept planètes.

(64)

104

C. Conclusion

En considérant les résultats de la recherche et l’analyse du roman La Vie devant Soide Romain Gary, nous pouvons tirer quelques conclusions. Après avoir effectué l’analyse structurelle qui traite les éléments intrinsèques du roman, on considère que l’intrigue du roman est une intrigue en parallèle (chronologique), parce que les événements dans l’histoire ont raconté d’une manière chronologique en cinq étapes, ce sont la situation initiale, l’action se déclenche, l’action se développe, l’action se dénoue, et la situation finale. Ce roman se compose de 89 séquences et 22 fonctions cardinales. Ce roman propose une fin tragique mais espoir. Dans ce roman, il y a un personnage principal, c’est Momo et deux personnages complémentaires, ce sont Madame Rosa et Docteur Katz. Les événements se passent dans les années de 1956 jusqu’à 1967 en quartier de Belleville, Paris, France. Les événements intrinsèques s’enchaînent pour former l’unité textuelle liée par le thème. Alors que le thème principal est la réalisation de fidélité d’un enfant à sa mère adoptive comme son amour, les thèmes secondaires sont l’affection et la tolérance les croyances d’autres. La fin de ce récit est une fin tragique mais espoir parce que le récit de ce roman finit tragiquement. Madame Rosa est morte et Momo doit continuer sa vie sans l'amour de sa mère adoptive.

(65)
(66)

106

Lampiran 2

Sekuen RomanLa Vie devant Soikarya Romain Gary

1. Kehidupan Mohammed (Momo) anak asuh Madame Rosa bersama anak-anak asuh lainnya, yang tinggal di lantai 6 pada sebuah apartemen di kota Belleville.

2. Keadaan kota Belleville yang dihuni para imigran Arab, Yahudi, dan orang berkulit hitam.

3. Deskripsi tokoh Mohamed yang biasa dipanggil Momo adalah seorang muslim.

4. Deskripsi tentang Madame Rosa, seorang Yahudi tua, lahir di Polandia yang hidupya berpindah-pindah dari Maroko ke Aljazair dan dia juga mengetahui Arab.

5. Rasa iri Momo terhadap anak asuh Madame Rosa lainnya, ketika melihat mereka dijemput oleh ibunya.

6. Keinginan Momo untuk mencari tahu siapa ibu kandungnya.

7. Pendeskripsian anak-anak asuh Madame Rosa yang kebanyakan merupakan anak pelacur yang dititipkan oleh ibunya.

8. Kesedihan Momo karena tidak ada yang memberi tahu siapa sebenarnya ibu kandungnya sebab ia masih kecil dan sensitif.

9. Nasihat Madame Rosa kepada Momo untuk memberikan contoh kepada anak-anak asuh lainnya sebab ia paling besar diantara mereka.

10. Pemberitahuan Madame Rosa kepada Momo bahwa ibunya seorang pelacur.

11. Kesedihan Madame Rosa, ibu angkat Momo karena takut kehilangan Momo yang mencari ibu kandungnya.

12. Keinginan Momo untuk memelihara anjing yang diberi nama Super. 13. Perasaan kasihannya Momo terhadap anjingnya harus tinggal di rumah

Madame Rosa yang bukan tempat hidupnya.

14. Keputusan Momo untuk menjual anjing kesayangannya dan hasil uangnya dibuang ke dalam got.

15. Kemarahan Madame Rosa terhadap ulah Momo.

16. Dibawanya Momo ke rumah Dokter Katz untuk diperiksa kejiwaanya sebab ia mempunyai keturunan gangungan kejiwaan dari Ayahnya.

17. Sepulangnya dari tempat Dokter Katz, Monsieur N’Da Amédée sudah berada di rumah Madame Rosa untuk meminta dibuatkan surat yang akan dikirim ke Ayahnya.

18. Kepergian Madame Rosa ke sebuah ruang di lantai dasar apartemen pada tengah malam, yang diikuti oleh Momo secara diam-diam.

19. Ketakutan Madame Rosa jika dia mati sebab penyakit yang dideritanya dan masa lalunya yang didepotasi oleh nazi.

(67)

21. Pertemuan Momo dengan Monsieur Hamil untuk menanyakan siapa orang tuanya.

22. Penjelasan Monsieur Hamil tentang ayah Momo.

23. Kunjungan Momo secara diam-diam ke ruang di lantai dasar apartemen yang dikunjungi Madame Rosa, karena ia penasaran.

24. Kepergian Momo ke ruang lantai dasar tersebut diketahui oleh Madame Rosa.

25. Penjelasan Madame Rosa kepada Momo untuk merahasiakan bahwa ruang tersebut merupakan rumah keduanya sebagai tempat perlindungan Yahudi ketika merasa takut.

26. Usaha Momo untuk mencari uang dengan melakukan atraksi di jalanan bersama payungnya Arthur yang didandani seperti manusia.

27. Keinginan Momo untuk membantu perekonomian Madame Rosa.

28. Kepergian Momo kesebuah tempat Prostitusi dan bertemu dengan seorang wanita yang kemudian memberinya uang.

29. Kemarahan Madame Rosa terhadap Momo akibat mendapatkan uang dari tempat prostitusi karena tak ingin Momo menjadi mucikari.

30. Pertemuan Momo dengan Madame Nadine saat melihat pertunjukan sirkus di jalanan dan mendapati Momo sedang menangis.

31. Pembuntutan Momo terhadap Madame Nadine sampai tempat kerjanya di sebuah studio pembuatan frame film.

32. Perkenalan Momo dengan Madame Nadine dan mengajak Momo untuk pergi ke restoran untuk makan es krim.

33. Cerita tentang kehidupan Momo kepada Madame Nadine. 34. Pemberian alamat rumah Madame Nadine kepada Momo.

35. Ketidaksadaran Madame Rosa akibat pingsan di tangga apartemen dan dibawa oleh tetangganya menuju apartemennya.

36. Kedatangan Dokter Katz untuk memeriksa penyakit Madame Rosa.

37. Pemberitahuan penyakit yang diderita Madame Rosa adalah pengerasan jaringan otak.

38. Kesedihan Momo karena Dokter Katz mengatakan bahwa Madame Rosa akan meninggal.

39. Pertanyaan Madame Rosa terhadap Momo tentang penyakit yang diderita madame Rosa.

40. Nasihat Madame Rosa terhadap Momo untuk tidak menjual dirinya meski dibayar mahal jika Madame Rosa telah tiada.

41. Kedatangan Madame Lola untuk menjenguk Madame Rosa yang sakit. 42. Kunjungan Monsieur Charmette, seorang tetangga apartemen untuk

menjenguk Madame Rosa dengan pakaian serba hitam.

43. Kebaikan Madame Lola yang setiap hari membantu Madame Rosa dengan memberinya bantuan berupa uang dan makanan.

44. Pertemuan Momo dengan Monsieur Hamil di Kafe Monsieur Driss dan ia telah pikun, tak mengenal tentangnya dan buta.

(68)

108

46. Kedatangan Monsieur Waloumba dan lima orang teman untuk melakukan tarian pengusir kekuatan jahat yang menyerang Madame Rosa.

47. Kedatangan Dokter Katz untuk memeriksa penyakit Madame Rosa dan merujuknya untuk dirawat di rumah sakit.

48. Penolakan Madame Rosa untuk dirawat di rumah sakit sebab hidupnya tidak ingin tergantung dengan obat-obatan dan dokter.

49. Permintaan Madame Rosa kepada Momo untuk berjanji tidak membawanya ke rumah sakit.

50. Kedatangan Monsieur Youssef Kadir, yang mengaku ayah Momo, menceritakan tentang istrinya (ibu Momo) dibunuh olehnya karena ia gila dan dibawa ke psikiatris.

51. Keinginan Monsieur Youssef Kadir yang sedang sakit,untuk bertemu dengan Momo sebelum ia meninggal.

52. Kebohongan Madame Rosa kepada Monsieur Youssef bahwa anaknya tertukar dan Momo telah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema, (2) mendeskripsikan keterkaitan antarunsur

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik (alur, penokohan, latar, tema) yang terdapat di dalam roman Joseph Balsamo Tome I (Mémoires

Tujuan penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema, (2) mendeskripsikan keterkaitan antarunsur intrinsik,

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel L’Enfant Noir yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema, (2)

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan wujud unsur- unsur intrinsik roman berupa alur, penokohan, latar dan tema, (2) mendeskripsikan wujud

Objek penelitian yang dikaji adalah (1) wujud unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar dan tema, (2) keterkaitan antarunsur intrinsik, dan (3)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, tema, dan hubungan antarunsur tersebut; (2) wujud hubungan antara

Dari analisis unsur intrinsik roman yang berupa alur, penokohan, dan latar maka dapat diketahui tema dalam roman Les Jambes d’Alice karya Nimrod Bena Djangrang yaitu