• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 penganggaran blu dan sat ker pemerintah di daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "6 penganggaran blu dan sat ker pemerintah di daerah"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

si

6

si

(3)

Tujuan Pembelajaran pada sesi ini adalah sebagai

berikut.

1. Memahamkan Penganggaran

2. Memahamkan BLU dan dasar hukumnya

3. Memahamkan Tujuan BLU

4. Memahamkan Perencanaan & Penganggaran BLU

(4)

ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

RPJM

Diserasikan melalui Musrenbang

Pemerintah Pusat

Pemerintah Daerah

(5)

Dasar Hukum

Dasar Hukum

Undang-Undang:

• UU 17/2003 tentang Keuangan Negara

• UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;

Peraturan Pemerintah:

• PP 23/2005 tentang PK BLU;

• PP 74/2012

(6)

Dasar Hukum

Dasar Hukum

Peraturan Menteri:

• PMK 07/PMK.02/2006 tentang Persyaratan Adm Dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satker Instansi Pem. untuk Menerapkan PK BLU;

• PMK 08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada BLU;

• PMK 09/PMK.02/2006 tentang Pembentukan Dewas pada BLU;

• PMK 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewas, dan Pengawai BLU;

• PMK 92/PMK.05/2011, jo PMK 44/PMK.05/2009, jo PMK 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan RBA, serta

(7)

1. Pasal 3 ayat (1)

“Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan”.

Dasar Hukum:

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

(8)

1. Pasal 2 huruf k:

“Perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

Angka 1, meliputi:

– k. pengelolaan Badan Layanan Umum

Dasar Hukum:

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

(9)

2. Pasal 14 ayat (4)

Pada dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan Layanan Umum dalam

lingkungan kementerian negara yang bersangkutan.

Dasar Hukum:

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

(10)

3. Pasal 55 ayat (2) huruf

• Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi:

Laporan Realisasi Anggaran,

Neraca, dan

Catatan atas Laporan Keuangan

dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/ lembaga masing-masing.

Dasar Hukum:

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

(11)

4. BAB XII, Pasal 68

(1) Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

(2) Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk

menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan Umum yang bersangkutan.

(3) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang

bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Dasar Hukum:

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

(12)

5. BAB XII, Pasal 69

(1) Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dan

anggaran tahunan.

(2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan

Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan

dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga/ pemerintah daerah.

(3) Pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum dalam rencana kerja

dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) dikonsolidasikan dalam rencana kerja dan anggaran Kementerian

Negara/Lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan.

(4) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungan dengan

jasa layanan yang diberikan merupakan Pendapatan Negara/Daerah.

Dasar Hukum:

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

(13)

5. BAB XII, Pasal 69

(5) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari

masyarakat atau badan lain.

(6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat

digunakan langsung untuk membiayai belanja Badan Layanan Umum

yang bersangkutan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Badan

Layanan Umum diatur dalam peraturan pemerintah.

Dasar Hukum:

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

(14)

Dasar Hukum:

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

Dasar Hukum:

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

5. BAB XII, Pasal 69

(5) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari

masyarakat atau badan lain.

(6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat

digunakan langsung untuk membiayai belanja Badan Layanan Umum

yang bersangkutan.

(15)

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Pasal 69 ayat (5)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang

Perbendaharaan Negara, perlu menetapkan Peraturan

(16)

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Penjelasan

Paket UU bidang keuangan negara merupakan paket reformasi

yang signifikan, di bidang keuangan negara yang kita alami

sejak kemerdekaan.

Salah satu reformasi yang paling menonjol adalah pergeseran

dari pengganggaran tradisional ke penganggaran berbasis

kinerja.

Dengan basis kinerja ini, mulai dirintis arah yang jelas bagi

penggunaan dana pemerintah,

(17)

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Penjelasan

Orientasi pada

outputs

semakin menjadi praktik yang

dianut luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara.

Mewiraswastakan pemerintah

(enterprising the government)

adalah paradigma yang memberi arah yang tepat bagi keuangan

sektor publik.

(18)

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Penjelasan

• UU 1/ 2004: Perbendaharaan Negara membuka

koridor baru bagi penerapan basis kinerja ini di

lingkungan pemerintah.

– Pasal 68 dan Pasal 69, instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada rnasyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.

(19)

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Penjelasan

• UU 1/ 2004: Perbendaharaan Negara

– Praktik ini telah berkembang luas di manca negara berupa upaya pengagenan

(agencification) aktivitas yang tidak harus dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi

(20)

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Penjelasan

• Dengan pola BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka

pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan

dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa.

• Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk

mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta

kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai

dengan kontribusinya.

(21)

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Penjelasan

• Dalam PPP, BLU wajib menghitung

harga pokok

dari

layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan

oleh menteri teknis pembina.

• Dalam pertanggungjawabannya, BLU harus mampu

menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya

dalam kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan.

(22)

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Dasar Hukum:

PP 23/ 2005 tentang BLU

Penjelasan

Pola BLU tersedia untuk diterapkan oleh setiap instansi pemerintah yang

secara fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional,

Instansi dimaksud dapat berasal dari, dan berkedudukan pada berbagai

jenjang eselon atau non eselon.

Organisasi dan struktur instansi pemerintah yang berkehendak menerapkan

PPK-BLU kemungkinan memerlukan penyesuaian dengan memperhatikan

ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

BLU diharapkan tidak sekedar sebagai format baru dalam pengelolaan

APBN/APBD, tetapi BLU diharapkan untuk menyuburkan pewadahan

baru bagi pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi

(23)

Dasar Hukum:

PMK 7/2006

Dasar Hukum:

PMK 7/2006

Menimbang

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 4 ayat (6) Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum,

perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Persyaratan

(24)

Dasar Hukum:

PMK 8/2006

Dasar Hukum:

PMK 8/2006

Menimbang

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 20 ayat (2) Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum,

(25)

Dasar Hukum:

PMK 9/2006

Dasar Hukum:

PMK 9/2006

Menimbang

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 34 Peraturan Pernerintah

Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum,

(26)

Dasar Hukum:

PMK 10/2006

Dasar Hukum:

PMK 10/2006

Menimbang

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum,

Menteri Keuangan menetapkan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum

(27)

Dasar Hukum:

PMK 66/ 2006

Dasar Hukum:

PMK 66/ 2006

Menimbang

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum,

perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran Serta

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;

(28)

Dasar Hukum:

PMK 92/ 2011

Dasar Hukum:

PMK 92/ 2011

Menimbang

bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 13 Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum,

telah diatur ketentuan mengenai tata cara penyusunan, pengajuan, penetapan, dan perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran serta dokumen pelaksanaan anggaran Badan Layanan Umum berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

44/PMK.05/2009

bahwa dalam rangka fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum dan penyempurnaan beberapa ketentuan mengenai Rencana Bisnis dan Anggaran serta pelaksanaan anggaran Badan Layanan Umum,

(29)

SIKLUS HIDUP BLU

SIKLUS HIDUP BLU

(30)

DEFINISI

DEFINISI

Badan Layana Umum-BLU

adalah instansi di lingkungan Pemerintah

yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa

yang dijual tanpa mengutamakan untuk mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

(31)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Kelembagaan Sektor Publik

1. Satker biasa/ dinas

 Non Profit (pendapatan < belanja)

 Tidak Otonom

 Pengelolaan sesuai dengan mekanisme APBN.

2. Satker dengan PK BLU

 Not For Profit (tidak mengutamakan keuntungan)

(32)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Kelembagaan Sektor Publik

3. Perusahaan Negara/BUMN

Profit Oriented (Pendapatan > belanja

 Pengelolaan keuangan bisnis murni

 Kekayaan Negara yang Dipisahkan

(33)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Pembinaan keuangan BLU

(34)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara yang

tidak

dipisahkan.

• Rencana kerja dan anggaran (RKA), LK dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan dan kinerja K/L.

• Pendapatan dan belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam RKA K/L.

• Pendapatan yang diperoleh BLU merupakan pendapatan negara.

(35)

1. RBA BLU merupakan salah satu dokumen pembentuk

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/

Lembaga (RKA K/L),

• sehingga harus dilakukan sinkronisasi program, kegiatan, target

kinerja, dan anggaran antar keduanya.

2. Penelaahan RBA dilakukan di Direktorat Pembinaan PK

BLU untuk RBA tahun 2014

• untuk menjamin ketercapaian target kinerja, optimalisasi

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

(36)

3. Dari hasil monitoring dan evaluasi, kualitas aspek kuantitatif

dalam sebagian besar RBA belum memenuhi ketentuan

yang berlaku, namun hanya mengakomodasi kesesuaian

dengan pagu/ alokasi anggaran.

• Contoh: belum menggambarkan kelayakan belanja, belum sesuai

dengan target kinerja dalam Renstra Bisnis, belum optimal dalam mencantumkan pendapatan yang diperoleh.

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

(37)

4. Peran kementerian/lembaga untuk melakukan sinkronisasi

antara RBA dengan RKA K/L belum berjalan dengan efektif,

sehingga perencanaan anggaran satker BLU tidak optimal.

• Contoh: terjadinya duplikasi belanja yang bersumber dari PNBP dan

RM APBN, proses persetujuan RBA memakan waktu lama.

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

(38)

Tujuan:

1. Memberikan pedoman penyusunan RBA yang baik dengan

mempertimbangkan aspek kualitatif yang mempengaruhi operasional satker BLU, dan aspek kuantitatif yang menggambarkan target kinerja dan anggaran yang akan dilaksanakan pada tahun berjalan.

2. Menggambarkan detil rencana program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran yang akan dilaksanakan.

3. Menggambarkan kelayakan belanja yang akan dilakukan: peruntukan, jumlah, harga, dan kualitas.

4. Menjadi sarana untuk penelaahan RBA dan sebagai input pada RKA K/L.

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

(39)

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

Rencana Bisnis Dan Anggaran (RBA):

Dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan yang berisi:

PROGRAM,

KEGIATAN,

(40)

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

FUNGSI RBA:

Dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran satker PK BLU

Pedoman pelaksanaan kegiatan satker PK BLU

Dokumen yang menggambarkan pencapaian kinerja satker PK

BLU

Dokumen yang menggambarkan proyeksi keuangan satker PK

BLU

(41)

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA

)

Kedudukan RBA:

 BLU menyusun RBA tiap tahun.

 RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disertai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan biaya dari output yang dihasilkan.

 RBA BLU merupakan bagian dari RKA-KL yang pada akhirnya sebagai dasar untuk menyusun DIPA BLU

 DIPA merupakan lampiran dari perjanjian kerja antara pimpinan BLU dengan kementerian/ lembaga.

(42)

s

MEKANISME PENGAJUAN DAN PENGESAHAN

RBA

MEKANISME PENGAJUAN DAN PENGESAHAN

RBA

2

RSB BLU RBA

RBA

(43)

.

SKEMA PENYUSUNAN RBA

SKEMA PENYUSUNAN RBA

Memuat: • Program • Kegiatan

• Anggaran penerimaan/ pendapatan

• Anggaran pengeluaran/

Penyusunan :

• Berbasis Kinerja & perhitungan akuntansi biaya

(44)

.

ASPEK PENYUSUNAN RBA

ASPEK PENYUSUNAN RBA

OPTIMALISASI PNBP

• Aspek legal: tarif layanan

• Seluruh potensi PNBP

EFISIENSI BELANJA

• Kelayakan belanja

• Penggunaan standar biaya

TARGET KINERJA

• Kesesuaian dengan RSB

• Evaluasi kinerja berjalan

• Peluang dan tantangan

• Faktor eksternal • Peluang dan tantangan

• Faktor eksternal

• Faktor internal

• Kekuatan dan

(45)

.

PENERAPAN FLEKSIBILITAS BUDGET

PENERAPAN FLEKSIBILITAS BUDGET

BUDGET REALISASI

% Ambang Batas % Ambang Batas

(46)

P

PENGGUNAAN STANDAR BIAYA

PENGGUNAAN STANDAR BIAYA

RBA

 Berdasarkan basis kinerja

 Perhitungan Akuntansi Biaya

 Menyusun Standar Biaya

 Berdasarkan basis kinerja

 Perhitungan Akuntansi Biaya

 Menyusun Standar Biaya

X Berdasarkan basis

kinerja

X Perhitungan Akuntansi

Biaya

X Berdasarkan basis

kinerja

X Perhitungan Akuntansi

(47)

.

PENYUSUNAN IHTISAR RBA

PENYUSUNAN IHTISAR RBA

FUNGSI IKHTISAR RBA: menyesuaikan struktur/komponen pendapatan dan biaya dalam RBA menjadi struktur/komponen pendapatan dan belanja dalam RKA KL.

RBA KONSOLIDASIKONSOLIDASI RKA-K/L IKHITISAR

RBA IKHITISAR

(48)

.

Disertai dengan :

 Usulan standar pelayanan minimal;

 Tarif; dan/atau

 Biaya dari keluaran(output)

yang akan dihasilkan. Disertai dengan :

 Usulan standar pelayanan minimal;

 Tarif; dan/atau

 Biaya dari keluaran(output)

yang akan dihasilkan.

Ditandatangani oleh Pemimpin BLU, dan diketahui oleh DEWAS atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai DEWAS Ditandatangani oleh Pemimpin BLU, dan diketahui oleh DEWAS atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai DEWAS

Disetujui dan ditandatangani Disetujui dan ditandatangani

Dilakukan pengkajian mencakup :

 Standar biaya dan anggaran BLU;

 Kinerja keuangan BLU;

 Besaran persentase Ambang Batas, dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLU

Dilakukan pengkajian mencakup :

 Standar biaya dan anggaran BLU;

 Kinerja keuangan BLU;

 Besaran persentase Ambang Batas, dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLU

Pengkajian RBA & Ikhtisar RBA Pengkajian RBA & Ikhtisar RBA Hasil kajian RBA & Ikhtisar

menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKAKL

Hasil kajian RBA & Ikhtisar menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKAKL

5

(49)

P

DIPA BLU TIDAK MERUBAH DIPA BLUTIDAK MERUBAH DIPA BLU

TIDAK

MEMBUAT IKHTISAR REVISI RBA DEFINITIF MEMBUAT IKHTISAR REVISI RBA DEFINITIF

(50)

Dirjen Anggaran. 2013. Dasar-dasar Praktek Pengyusunan APBN di

Indonesia.

UU 14 tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2016

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Pasal 50 ayat (4)

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 39 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pasal 93 ayat (5) Peraturan Menteri

: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Pasal 105 Peraturan Menteri

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Keuangan Badan Layanan Umum dan Pasal 86 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, perlu

Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan