si
6
si
Tujuan Pembelajaran pada sesi ini adalah sebagai
berikut.
1. Memahamkan Penganggaran
2. Memahamkan BLU dan dasar hukumnya
3. Memahamkan Tujuan BLU
4. Memahamkan Perencanaan & Penganggaran BLU
ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
RPJM
Diserasikan melalui Musrenbang
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Dasar Hukum
Dasar Hukum
Undang-Undang:
• UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
• UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
Peraturan Pemerintah:
• PP 23/2005 tentang PK BLU;
• PP 74/2012
Dasar Hukum
Dasar Hukum
Peraturan Menteri:
• PMK 07/PMK.02/2006 tentang Persyaratan Adm Dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satker Instansi Pem. untuk Menerapkan PK BLU;
• PMK 08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada BLU;
• PMK 09/PMK.02/2006 tentang Pembentukan Dewas pada BLU;
• PMK 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewas, dan Pengawai BLU;
• PMK 92/PMK.05/2011, jo PMK 44/PMK.05/2009, jo PMK 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan RBA, serta
1. Pasal 3 ayat (1)
•“Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan”.
Dasar Hukum:
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
1. Pasal 2 huruf k:
•
“Perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
Angka 1, meliputi:
– k. pengelolaan Badan Layanan Umum
Dasar Hukum:
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
2. Pasal 14 ayat (4)
Pada dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan Layanan Umum dalam
lingkungan kementerian negara yang bersangkutan.
Dasar Hukum:
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. Pasal 55 ayat (2) huruf
• Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi:
Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan
dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/ lembaga masing-masing.
Dasar Hukum:
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
4. BAB XII, Pasal 68
(1) Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
(2) Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan Umum yang bersangkutan.
(3) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang
bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.
Dasar Hukum:
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
5. BAB XII, Pasal 69
(1) Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dan
anggaran tahunan.
(2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan
Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan
dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga/ pemerintah daerah.
(3) Pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum dalam rencana kerja
dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dikonsolidasikan dalam rencana kerja dan anggaran Kementerian
Negara/Lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan.
(4) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungan dengan
jasa layanan yang diberikan merupakan Pendapatan Negara/Daerah.
Dasar Hukum:
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
5. BAB XII, Pasal 69
(5) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari
masyarakat atau badan lain.
(6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat
digunakan langsung untuk membiayai belanja Badan Layanan Umum
yang bersangkutan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum diatur dalam peraturan pemerintah.
Dasar Hukum:
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
Dasar Hukum:
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
Dasar Hukum:
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
5. BAB XII, Pasal 69
(5) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari
masyarakat atau badan lain.
(6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat
digunakan langsung untuk membiayai belanja Badan Layanan Umum
yang bersangkutan.
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 69 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang
Perbendaharaan Negara, perlu menetapkan Peraturan
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Penjelasan
Paket UU bidang keuangan negara merupakan paket reformasi
yang signifikan, di bidang keuangan negara yang kita alami
sejak kemerdekaan.
Salah satu reformasi yang paling menonjol adalah pergeseran
dari pengganggaran tradisional ke penganggaran berbasis
kinerja.
Dengan basis kinerja ini, mulai dirintis arah yang jelas bagi
penggunaan dana pemerintah,
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Penjelasan
Orientasi pada
outputs
semakin menjadi praktik yang
dianut luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara.
Mewiraswastakan pemerintah
(enterprising the government)
adalah paradigma yang memberi arah yang tepat bagi keuangan
sektor publik.
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Penjelasan
• UU 1/ 2004: Perbendaharaan Negara membuka
koridor baru bagi penerapan basis kinerja ini di
lingkungan pemerintah.
– Pasal 68 dan Pasal 69, instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada rnasyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Penjelasan
• UU 1/ 2004: Perbendaharaan Negara
– Praktik ini telah berkembang luas di manca negara berupa upaya pengagenan
(agencification) aktivitas yang tidak harus dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Penjelasan
• Dengan pola BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka
pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan
dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa.
• Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk
mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta
kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai
dengan kontribusinya.
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Penjelasan
• Dalam PPP, BLU wajib menghitung
harga pokok
dari
layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan
oleh menteri teknis pembina.
• Dalam pertanggungjawabannya, BLU harus mampu
menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya
dalam kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan.
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Dasar Hukum:
PP 23/ 2005 tentang BLU
Penjelasan
Pola BLU tersedia untuk diterapkan oleh setiap instansi pemerintah yang
secara fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional,
Instansi dimaksud dapat berasal dari, dan berkedudukan pada berbagai
jenjang eselon atau non eselon.
Organisasi dan struktur instansi pemerintah yang berkehendak menerapkan
PPK-BLU kemungkinan memerlukan penyesuaian dengan memperhatikan
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
BLU diharapkan tidak sekedar sebagai format baru dalam pengelolaan
APBN/APBD, tetapi BLU diharapkan untuk menyuburkan pewadahan
baru bagi pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi
Dasar Hukum:
PMK 7/2006
Dasar Hukum:
PMK 7/2006
Menimbang
bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 4 ayat (6) Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Persyaratan
Dasar Hukum:
PMK 8/2006
Dasar Hukum:
PMK 8/2006
Menimbang
bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 20 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum,
Dasar Hukum:
PMK 9/2006
Dasar Hukum:
PMK 9/2006
Menimbang
bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 34 Peraturan Pernerintah
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum,
Dasar Hukum:
PMK 10/2006
Dasar Hukum:
PMK 10/2006
Menimbang
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum,
Menteri Keuangan menetapkan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum
Dasar Hukum:
PMK 66/ 2006
Dasar Hukum:
PMK 66/ 2006
Menimbang
bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran Serta
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;
Dasar Hukum:
PMK 92/ 2011
Dasar Hukum:
PMK 92/ 2011
Menimbang
bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 13 Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum,
telah diatur ketentuan mengenai tata cara penyusunan, pengajuan, penetapan, dan perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran serta dokumen pelaksanaan anggaran Badan Layanan Umum berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
44/PMK.05/2009
bahwa dalam rangka fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum dan penyempurnaan beberapa ketentuan mengenai Rencana Bisnis dan Anggaran serta pelaksanaan anggaran Badan Layanan Umum,
SIKLUS HIDUP BLU
SIKLUS HIDUP BLU
DEFINISI
DEFINISI
Badan Layana Umum-BLU
adalah instansi di lingkungan Pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan untuk mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kelembagaan Sektor Publik
1. Satker biasa/ dinas
Non Profit (pendapatan < belanja)
Tidak Otonom
Pengelolaan sesuai dengan mekanisme APBN.
2. Satker dengan PK BLU
Not For Profit (tidak mengutamakan keuntungan)
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kelembagaan Sektor Publik
3. Perusahaan Negara/BUMN
Profit Oriented (Pendapatan > belanja
Pengelolaan keuangan bisnis murni
Kekayaan Negara yang Dipisahkan
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pembinaan keuangan BLU
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
•
Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara yang
tidak
dipisahkan.
• Rencana kerja dan anggaran (RKA), LK dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan dan kinerja K/L.
• Pendapatan dan belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam RKA K/L.
• Pendapatan yang diperoleh BLU merupakan pendapatan negara.
1. RBA BLU merupakan salah satu dokumen pembentuk
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/
Lembaga (RKA K/L),
• sehingga harus dilakukan sinkronisasi program, kegiatan, target
kinerja, dan anggaran antar keduanya.
2. Penelaahan RBA dilakukan di Direktorat Pembinaan PK
BLU untuk RBA tahun 2014
• untuk menjamin ketercapaian target kinerja, optimalisasi
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)3. Dari hasil monitoring dan evaluasi, kualitas aspek kuantitatif
dalam sebagian besar RBA belum memenuhi ketentuan
yang berlaku, namun hanya mengakomodasi kesesuaian
dengan pagu/ alokasi anggaran.
• Contoh: belum menggambarkan kelayakan belanja, belum sesuai
dengan target kinerja dalam Renstra Bisnis, belum optimal dalam mencantumkan pendapatan yang diperoleh.
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)4. Peran kementerian/lembaga untuk melakukan sinkronisasi
antara RBA dengan RKA K/L belum berjalan dengan efektif,
sehingga perencanaan anggaran satker BLU tidak optimal.
• Contoh: terjadinya duplikasi belanja yang bersumber dari PNBP dan
RM APBN, proses persetujuan RBA memakan waktu lama.
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)Tujuan:
1. Memberikan pedoman penyusunan RBA yang baik dengan
mempertimbangkan aspek kualitatif yang mempengaruhi operasional satker BLU, dan aspek kuantitatif yang menggambarkan target kinerja dan anggaran yang akan dilaksanakan pada tahun berjalan.
2. Menggambarkan detil rencana program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran yang akan dilaksanakan.
3. Menggambarkan kelayakan belanja yang akan dilakukan: peruntukan, jumlah, harga, dan kualitas.
4. Menjadi sarana untuk penelaahan RBA dan sebagai input pada RKA K/L.
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)Rencana Bisnis Dan Anggaran (RBA):
Dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan yang berisi:
PROGRAM,
KEGIATAN,
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)FUNGSI RBA:
Dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran satker PK BLU
Pedoman pelaksanaan kegiatan satker PK BLU
Dokumen yang menggambarkan pencapaian kinerja satker PK
BLU
Dokumen yang menggambarkan proyeksi keuangan satker PK
BLU
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA
)Kedudukan RBA:
BLU menyusun RBA tiap tahun.
RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disertai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan biaya dari output yang dihasilkan.
RBA BLU merupakan bagian dari RKA-KL yang pada akhirnya sebagai dasar untuk menyusun DIPA BLU
DIPA merupakan lampiran dari perjanjian kerja antara pimpinan BLU dengan kementerian/ lembaga.
s
MEKANISME PENGAJUAN DAN PENGESAHAN
RBA
MEKANISME PENGAJUAN DAN PENGESAHAN
RBA
2
RSB BLU RBA
RBA
.
SKEMA PENYUSUNAN RBA
SKEMA PENYUSUNAN RBA
Memuat: • Program • Kegiatan
• Anggaran penerimaan/ pendapatan
• Anggaran pengeluaran/
Penyusunan :
• Berbasis Kinerja & perhitungan akuntansi biaya
.
ASPEK PENYUSUNAN RBA
ASPEK PENYUSUNAN RBA
OPTIMALISASI PNBP
• Aspek legal: tarif layanan
• Seluruh potensi PNBP
EFISIENSI BELANJA
• Kelayakan belanja
• Penggunaan standar biaya
TARGET KINERJA
• Kesesuaian dengan RSB
• Evaluasi kinerja berjalan
• Peluang dan tantangan
• Faktor eksternal • Peluang dan tantangan
• Faktor eksternal
• Faktor internal
• Kekuatan dan
.
PENERAPAN FLEKSIBILITAS BUDGET
PENERAPAN FLEKSIBILITAS BUDGET
BUDGET REALISASI
% Ambang Batas % Ambang Batas
P
PENGGUNAAN STANDAR BIAYA
PENGGUNAAN STANDAR BIAYA
RBA
Berdasarkan basis kinerja
Perhitungan Akuntansi Biaya
Menyusun Standar Biaya
Berdasarkan basis kinerja
Perhitungan Akuntansi Biaya
Menyusun Standar Biaya
X Berdasarkan basis
kinerja
X Perhitungan Akuntansi
Biaya
X Berdasarkan basis
kinerja
X Perhitungan Akuntansi
.
PENYUSUNAN IHTISAR RBA
PENYUSUNAN IHTISAR RBA
FUNGSI IKHTISAR RBA: menyesuaikan struktur/komponen pendapatan dan biaya dalam RBA menjadi struktur/komponen pendapatan dan belanja dalam RKA KL.
RBA KONSOLIDASIKONSOLIDASI RKA-K/L IKHITISAR
RBA IKHITISAR
.
Disertai dengan : Usulan standar pelayanan minimal;
Tarif; dan/atau
Biaya dari keluaran(output)
yang akan dihasilkan. Disertai dengan :
Usulan standar pelayanan minimal;
Tarif; dan/atau
Biaya dari keluaran(output)
yang akan dihasilkan.
Ditandatangani oleh Pemimpin BLU, dan diketahui oleh DEWAS atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai DEWAS Ditandatangani oleh Pemimpin BLU, dan diketahui oleh DEWAS atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai DEWAS
Disetujui dan ditandatangani Disetujui dan ditandatangani
Dilakukan pengkajian mencakup :
Standar biaya dan anggaran BLU;
Kinerja keuangan BLU;
Besaran persentase Ambang Batas, dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLU
Dilakukan pengkajian mencakup :
Standar biaya dan anggaran BLU;
Kinerja keuangan BLU;
Besaran persentase Ambang Batas, dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLU
Pengkajian RBA & Ikhtisar RBA Pengkajian RBA & Ikhtisar RBA Hasil kajian RBA & Ikhtisar
menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKAKL
Hasil kajian RBA & Ikhtisar menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKAKL
5
P
DIPA BLU TIDAK MERUBAH DIPA BLUTIDAK MERUBAH DIPA BLU
TIDAK
MEMBUAT IKHTISAR REVISI RBA DEFINITIF MEMBUAT IKHTISAR REVISI RBA DEFINITIF