• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Guru Pkn dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Pakis Tahun Ajaran 2013/2014) T1 172010004 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Guru Pkn dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Pakis Tahun Ajaran 2013/2014) T1 172010004 BAB IV"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

55

dibahas 3 (tiga) hal, yaitu (1) Gambaran Umum Penelitian; (2) Deskripsi Data Hasil Penelitian; dan (3) Pembahasan.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Pakis beralamat di Jalan Raya Kopeng Km. 21,7 Kaponan, Pakis, Magelang dimana lokasinya sangat strategis karena dilalui oleh banyak alat transportasi sehingga memudahkan siswa untuk mencapai sekolah. SMP Negeri 1 Pakis didirikan pada tanggal 4 Juni 1981 oleh Mendikbud dengan kepemilikan tanah dari pemerintah seluas 13.000 m 2 / SHM dan luas seluruh bangunan 5.890 m 2. SMP Negeri 1 Pakis saat ini berstatus sekolah negeri dan sudah berakreditasi A dengan kepemimpinan Bapak Parmin yang menjabat sebagai kepala sekolah dari tahun 2013.

Sekolah ini diharapkan mampu menampung peserta didik yang berdomisili di daerah pedesaan yang jauh dari kota Magelang. Siswa yang menempuh pendidikan di SMP N 1 Pakis rata-rata berasal dari daerah lereng gunung Merbabu seperti Ndakan, Geni’an, Ndaman dan Kembruyungan.

(2)

misi yang memberi arah pada tercapainya cita-cita sekolah. Adapun misi SMP Negeri 1 Pakis adalah:

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif sehingga siswa memiliki pengetahuan dasar yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2. Menumbuhkan semangat kesadaran akan pentingnya peningkatan prestasi. 3. Mendorong dan membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan sesama

warga sekolah dengan santun dan benar.

4. Menciptakan lingkungan yang kondusif agar tercipta hubungan interaktif yang baik sesama warga sekolah dan masyarakat.

Bertolak pada visi dan misi sekolah diatas, SMP Negeri 1 Pakis juga mempunyai tujuan yang hendak dicapai oleh segenap warga besar SMP Negeri 1 Pakis adalah :

1. Mewujudkan iklim sekolah yang kondusif guna mendukung kegiatan belajar mengajar yang secara efektif.

2. Terwujudnya kinerja yang mantap dengan berdedikasi yang tinggi.

3. Terwujudnya pemahaman bahwa sekolah adalah pusat pendidikan dan pengambangan budaya dengan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan. 4. Terwujudnya interaksi yang baik antara warga sekolah dengan masyarakat 5. Meningkatnya profesionalitas guru-guru.

(3)

ruang ketrampilan dan 1 ruang TIK. Selain 18 ruang tersebut sarana dan prasarana yang dibangun untuk menunjang kegiatan belajar di SMP Negeri 1 Pakis antara lain: ruang kepala sekolah, ruang TU, ruang BK, mushola dll. Saat ini pembangunan lantai dan parkiran juga mulai di rencanakan untuk melengkapi fasilitas yang ada di sekolah agar semakin nyaman dan untuk mencegah siswa agar tidak keluar dari lingkungan sekolah.

4.1.2 Keadaan Guru di SMP Negeri 1 Pakis

Dari data dan wawancara operasional tugas Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pakis dibantu oleh beberapa Wakil Kepala Sekolah yaitu Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana, Wakil Kepala Sekolah Urusan Hubungan Masayarakat, Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum dan Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan.

Guru di SMP Negeri 1 Pakis saat ini berjumlah 34 orang dengan status tetap dan tidak tetap. Kebanyakan guru mengajar tidak hanya pada satu pelajaran saja namun bisa mengajar di pelajaran lain yang di kuasai. Selain tenaga pengajar di SMP Negeri 1 Pakis juga di bantu dengan tenaga kependidikan yang berjumlah 5 orang.

Keseluruhan data guru adaptif dan TU dapat dilihat dalam table berikut : Tabel 4.1 Tenaga Pendidik Di SMP Negeri 1 Pakis

No Guru Bidang Studi Status Jumlah

T TT

1 Pendidikan Agama Islam 2 - 2

2 Pendidikan Agama Kristen - 1 1

3 Bahasa Jawa 1 1 2

(4)

5 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) 2 - 2

6 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 3 1 4

7 Matematika 2 1 3

8 Pendidikan Jasmani & Kesehatan 2 - 2

9 Bahasa Inggris 2 1 3

10 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2 1 3

11 Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 2 1 3

12 Bimbingan Konseling 2 - 2

13 Ketrampilan Prakarya 1 2 3

14 Seni Budaya Ketrampilan (SBK) 1 - 1

Jumlah 25 9 34

(Sumber: Data SMP N 1 Pakis) Keterangan:

T = Tetap TT = Tidak Tetap 4.1.3 Keadaan Siswa di SMP Negeri 1 Pakis

Saat ini SMP Negeri 1 Pakis memiliki 392 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 187 orang dan 205 siswa perempuan. Siswa terbagi dalam rombongan-rombongan belajar yang masing-masing kelas pararel 5 sehingga ada kelas VII A sampai VII E, VIII A sampai VIII E dan IX A sampai IX E. Data keseluruhan siswa SMP Negeri 1 Pakis dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Distributor Siswa dalam Rombongan Belajar

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 VII A

VII B VII C VII D VII E 11 12 12 10 10 14 11 13 13 11 25 23 25 23 21 2 VIII A

VIII B VIII C VIII D VIII E 12 15 14 13 14 17 13 14 17 14 29 28 28 30 28

(5)

IX B IX C IX D IX E 14 14 12 13 13 14 14 14 27 28 26 27 (Sumber: Data SMP N 1 Pakis) 1.1.4 Bentuk-Bentuk Pelanggaran Tata Tertib Sekolah

Berdasarkan catatan Guru BK bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Negeri 1 Pakis selama 3 (tiga) bulan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.3 Bentuk-Bentuk Pelanggaran Tata Tertib Sekolah

No Bentuk Pelanggaran

Bulan April-Juni

1 Alpa 5

2 Bolos 14

3 Terlambat 30

4 Atribut tidak lengkap 10

5 Gaduh di kelas 2

6 Keluarga 2

7 Melompat jendela / memecahkan jendela -

8 Membawa HP -

9 Rambut panjang / di cat berwarna 8 10 Mempunyai video porno di HP - 11 Mengucap kata-kata kotor / melawan guru 8 12 Meminta uang secara paksa (ngompas) -

13 Mengganggu lawan jenis -

14 Pencurian -

15 Perkelahian 8

16 Pacaran di lingkungan sekolah 1

17 Merokok 4

18 Minum-minuman keras -

(6)

Data pelanggaran pada tabel 4.3 sejalan dengan data pelanggaran tata tertib sekolah selama tahun 2013 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Pelanggaran Tata Tertib Tahun 2013

No Jenis Kenakalan

Tahun 2013

Jumlah Kelas

VII VIII IX

1 Bolos 91 35 20 146

2 Terlambat 17 95 92 204

3 Atribut tidak lengkap 10 35 - 45

4 Gaduh di kelas 8 5 - 13

5 Keluarga 3 3 3 9

6 Membawa HP - 3 - 3

7 Rambut panjang/ di cat berwarna 9 - - 9

8 Pornografi/asusila 2 4 - 6

9 Melawan guru 2 18 - 20

10 Meminta uang secara paksa 5 1 - 6

11 Pencurian - 4 - 4

12 Perkelahian 36 8 6 50

13 Pacaran di lingkungan sekolah 1 5 2 8 14 Mengucap kata-kata kotor 1 9 6 16

15 Merokok 6 - 7 13

16 Meminum minuman keras 4 5 - 9

(Sumber : SMP N 1 Pakis)

(7)

4.1.5 Penyebab Pelanggaran Tata Tertib Sekolah

Dari hasil wawancara dan observasi langsung penyebab pelanggaran tata tertib dapat dilihat sebagai berikut:

1. Alpa adalah tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang tidak diketahui pihak sekolah dan orang tua. Sebagian siswa tidak masuk ke sekolah dengan alasan malas, bangun kesiangan, adanya konflik antar siswa sehingga takut pergi ke sekolah atau belum bisa melunasi uang sekolah. Beberapa siswa yang pernah alpa mengaku mereka ijin ke orang tua pergi ke sekolah namun tidak sampai ke sekolah melainkan ke tempat penyewaan playstation atau ke warnet.

Menurut Guru BK sanksi dari jenis pelanggaran ini adalah orang tua di panggil namun dari hasil penyebaran kuesioner 10 % siswa menyatakan tidak setuju dengan alasan bahwa adanya beberapa siswa kurang mampu yang alpa karena sakit namun dirawat di rumah sehingga tidak mungkin adanya surat keterangan dokter.

2. Bolos sekolah disebabkan beberapa alasan diantaranya karena siswa terlambat datang ke sekolah dan akhirnya diteruskan untuk tidak masuk yang dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bolos juga dilakukan ketika bosan dan iseng karena mengikuti ajakan teman. Tempat yang sering digunakan untuk membolos adalah Kali Soti yang berada di belakang sekolah dan warung yang berada di depan sekolah untuk merokok.

(8)

pelajaran berakhir, namun kenyataannya siswa masih banyak yang melanggar. Menurut salah satu siswa penyebab dari pelanggaran ini karena kurangnya pengawasan pihak sekolah dengan adanya gerbang sekolah yang setiap saat terbuka dan tidak ada penjaganya sehingga siswa akan mudah meninggalkan sekolah.

3. Terlambat datang ke sekolah paling banyak dilakukan siswa dengan alasan bangun kesiangan, bisnya datang terlambat, macet atau bahkan karena rumahnya jauh.

Dari hasil angket diketahui bahwa siswa kurang setuju dengan adanya sanksi bagi siswa yang datang terlambat ke sekolah dikenai sanksi membersihkan sekolah, siswa beranggapan jika banyaknya siswa yang terlambat dan dikenai sanksi untuk membersihkan sekolah maka itu akan digunakan siswa untuk tidak ikut pelajaran dan akan menganggu proses belajar mengajar di kelas.

(9)

alasan akan menyulitkan siswa di minggu selanjutnya karena tertinggal pelajaran.

Selain kasus terlambat ke sekolah, kasus terlambat masuk kelas juga dilakukan siswa setelah jam istirahat. Penyebab terlambatnya masuk kelas adalah siswa yang keluar dari lingkungan sekolah, biasanya ke warung yang ada di luar sekolah dengan alasan jajanan yang dijual lebih lengkap. Sehingga ketika bel masuk siswa telat masuk kelas karena bel tidak terdengar.

Hal ini sesuai dengan pendapat siswa dari hasil angket tentang istirahat 40% siswa menyatakan kurang setuju jika harus berada di ingkungan sekolah selama istirahat dengan beranggapan bahwa kurangnya fasilitas yang ada di dalam sekolah seperti misalnya kantin dan fotocopy. Jika siswa yang akan fotocopy diwajibkan harus lapor Kepala Sekolah itu akan memakan waktu

banyak sedangkan waktu istirahat hanya 15 menit. Namun 60% siswa mengatakan setuju dengan pertimbangan bahwa siswa yang keluar dari lingkungan sekolah akan menyebabkan siswa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan (kecelakaan) karena dekat dengan jalan raya dan juga pelanggaran lain seperti merokok karena warung di sekitar sekolah.

4. Atribut tidak lengkap atau baju di corat coret disebabkan karena atributnya hilang dan mengikuti trend atau malu jika harus memakainya karena terlihat jadul/culun.

(10)

menyukai guru sehingga siswa gaduh untuk membuat guru tidak nyaman di kelas.

6. Masalah keluarga biasanya disebabkan oleh keluarga yang broken home dan masalah ekonomi yang mengakibatkan siswa kurang konsen terhadap pelajaran dan berakibat prestasinya menurun.

7. Rambut yang berwarna disebabkan karena pengaruh dari lingkungan atau dari media, karena orang tua tidak menegur akhirnya siswa menjadi terbiasa. 8. Mengucap kata-kata kotor disebabkan karena kebiasaanya yang didapat dari

teman bermain, sedangkan melawan guru biasanya dilakukan karena dinasehati atau ditegur namun siswa membangkang sehingga melawan guru dengan mengucap kata-kata kotor di depan guru.

9. Perkelahian disebabkan oleh masalah individu dan salah paham akibat bermain yang kelewat batas atau masalah antar geng.

10.Pacaran di lingkungan sekolah disebabkan kurangnya rasa tanggung jawab dari diri siswa.

(11)

Selain pelanggaran pada tabel 4.3, penyebab pelanggaran tata tertib selama tahun 2013 adalah :

1. Melompat jendela biasanya disebabkan siswa yang ingin membolos, sedangkan memecahkan jendela dilakukan oleh siswa akibat dari bermain dengan teman yang kelewat batas.

2. Kasus membawa handphone yang paling banyak dilakukan oleh siswa dan paling sulit diatasi karena sudah menjadi kebiasaan. Umumnya karena mengikuti teman dan melihat banyaknya teman yang membawa handphone tetapi tidak di beri sanksi secara tegas. Sehingga siswa ikut-ikutan membawa handphone.

3. Mempunyai video porno di HP didapat dari teman bermain dan akibat rasa penasarannya sehingga siswa saling mengirim ke teman lain. Guru berhasil mengetahuinya karena adanya laporan dari siswa lain dan terkadang siswa menonton di kelas.

4. Meminta uang secara paksa dilakukan oleh siswa berkelompok yang merasa paling kuat, biasanya di sebabkan karena kurangnya uang yang di berikan oleh orang tua. Hasil dari ngompas itu biasanya digunakan untuk bermain PS atau ke warnet.

(12)

6. Pencurian disebabkan karena ekonomi yang kurang di keluarga sehingga siswa terpaksa melakukan pencurian, biasanya yang di curi adalah HP atau uang.

7. Minum-minuman keras biasanya dilakukan di warung atau bahkan di pasar yang tidak jauh dari lingkungan sekolah disebabkan karena kurangnya religious dari siswa dan adanya pergaulan yang salah, terkadang siswa bergaul dengan anak yang lebih dewasa dan tidak berpendidikan sehingga siswa mudah terpengaruh.

4.1.6 Upaya Guru Pkn dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah Di

SMP Negeri 1 Pakis

Berdasarkan keterangan wawancara yang dilakukan kepada guru PKn dan guru BK penanganan pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh pihak sekolah di SMP Negeri 1 Pakis menggunakan tiga jenis upaya yaitu sebagai berikut:

a. Upaya Preventif

Tentang upaya preventif hasil wawancara dengan BBH dan SW yang merupakan guru PKn diperoleh penjelasan bahwa penegakkan tata tertib dimulai dengan menggunakan penanganan preventif. Beliau menyatakan:

(13)

sekolah, menjadi contoh yang baik misalnya ketika mengajar datangnya tidak telat, berpakaian yang sesuai dengan aturan sekolah, dan berbicara yang sopan, membaca asmaul husna ketika akan memulai pelajaran dan sholat berjamaah di mushola yang ada di sekolah ketika sholat dhuhur, dengan begitu setidaknya akan ada kesadaran sendiri siswa, dan mendampingi kegiatan kesiswaan yang ada di sekolah seperti OSIS atau ekstra pramuka. Keterlibatan guru dalam kegiatan ini bisa sebagai masukan moral yang tidak didapat dalam kelas, karena mungkin di dalam kelas siswa kurang berani untuk bertanya”(Wawancara :21-04-2014).

Pendapat tersebut dilengkapi oleh pernyataan NW selaku Guru BK yang menyatakan:

“Selain melakukan upaya tersebut pihak sekolah sendiri sudah mulai melakukan berbagai upaya untuk meminimalkan pelanggaran tata tertib, seperti misalnya. menempel slogan dan kata mutiara di tempat-tempat yang bisa dilihat dan dibaca siswa dan melengkapi fasilitas sekolah dengan pembangunan fisik sekolah agar siswa tidak keluar sehingga perilaku siswa dapat di kontrol, Pembangun ini antara lain pembangunan tembok pembatas di belakang sekolah agar siswa tidak membolos, koperasi yang dilengkapi fotocopy agar siswa tidak keluar, pembangunan parkiran sekolah agar siswa tidak parkir di luar sekolah, mem-paving halaman sekolah agar siswa nyaman dengan begitu siswa yang tidak menjaga kebersihan sekolah dapat di amati”(Wawancara: 24-04-2014).

Upaya prefentif juga dilakukan pihak sekolah yang bekerjasama dengan beberapa warga sekitar sekolah, hal ini dikatakan oleh PW selaku guru BK bahwa:

“Karena minimnya waktu yang digunakan untuk mengontrol siswa sehingga pihak sekolah juga bekerjasama dengan pihak yang berada di sekitar lingkungan sekolah seperti misalnya warga yang ada di depan SMP yang sering digunakan siswa untuk nongkrong. Dari hasil laporan warga, guru bisa mengetahui kegiatan yang di lakukan oleh siswa ketika berada di luar lingkungan sekolah yang tidak bisa di awasi oleh guru ketika jam istirahat atau jam pulang sekolah. Adapun hal yang sangat sulit diatasi adalah banyaknya siswa yang membawa kendaraan ke sekolah yang di parkir di rumah-rumah warga dengan membayar Rp 1000,-. Terkadang guru sudah memberikan pemahaman kepada siswa mengenai SIM C dan terkadang menakut-nakuti dengan adanya razia namun

masih saja siswa membawa kendaraan dengan alasan rumahnya

(14)

Sementara menurut AK tentang perilaku Guru PKn dia menyatakan :

”Guru PKn sudah cukup rajin namun terkadang juga masih telat. Pemberian contoh yang berkaitan dengan tata tertib juga sudah di lakukan, tetapi memang anak berasal dari kepribadian buruk yang kadang kurang memperhatikan pelajaran, entah itu karena pelajarannya yang membosankan atau karena dari gurunya yang suaranya kurang begitu jelas. Untuk sebagian guru masih ada yang memberikan contoh kurang begitu sopan dalam menyampaikan materi, penyampaian tidak pantas di dengarkan siswa atau dalam bahasa jawa “saru” dan masih juga di temui guru merokok di lingkungan sekolah, namun itu bukan guru PKn” (Wawancara AK kelas VIII C:23-04-2014).

Hal itu juga di katakan oleh Y bahwa :

“Guru Pkn dan guru lain dalam memberikan sanksi kurang begitu tegas, karena hanya ditegur sehingga hal ini membuat siswa tidak jera dan cenderung membuat siswa melakukan pelanggaran lagi bahkan memancing siswa lain untuk melakukan pelanggaran juga. Seperti misalnya ketika di kelas siswa tidak memperhatikan tetapi mainan handphone” (Wawancara Y kelas VIII B:23-04-2014).

b. Upaya Represif

(15)

Dalam upaya represif SW menyatakan:

“Bentuk penanganan represif adalah dengan memberikan sanksi berupa teguran dan nasihat bagi siswa yang melanggar tata tertib yang ditemui secara langsung, biasanya guru memberi teguran dengan bahasa yang halus atau pujian dahulu yang bisa di terima misalnya”kamu itu cantik/ganteng jika bajumu di masukkan” itu untuk kategori pelanggaran ringan, berbeda untuk pelanggaran yang tingkatannya sedang dan berat ketika menemui pelanggaran akan membawa ke ruang BK biar didata dan diproses oleh guru BK.” (Wawancara: 21-04-2014).

Diakui oleh NK bahwa:

“Dalam penanganan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa sebenarnya menggunakan system akumulasi angka kredit pelanggaran yang berjumlah 100 angka, jika siswa melakukan banyak pelaggaran maka siswa akan cepat mencapai angka tersebut, tergantung dengan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, jika pelanggaran yang dilakukan termasuk pelanggaran yang berat-berat maka kemungkinan yang paling buruk adalah siswa di keluarkan. Namun system untuk sekarang ini belum bisa dijalankan karena meningkatnya jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Latar belakang siswa yang berasal dari daerah terpencil dan pelosok membuat siswa masih di beri kebijakan oleh guru. Kasus yang masih bisa di bebaskan dari system point ini adalah terlambat, baju tidak di masukkan dan bolos, sedangkan untuk kasus yang tidak bisa diberi kebijakan adalah perbuatan-perbuatan kriminal dari minum-minuman keras atau asusila” (Wawancara:23-04-2014).

Penanganan atau pemberian sanksi bagi pelanggar ringan, sedang dan berat tidaklah sama, hal tersebut seperti yang dikatakan PW bahwa:

(16)

handphone. Pihak sekolah sudah membuat tata tertib sebaik yang di harapkan namun hal ini sulit di taati. Kondisi ini salah satunya di sebabkan asal siswanya yang tidak sedikitnya berasal dari siswa yang tidak di terima di sekolah favorit atau berasal dari kota yang notabennya berasal dari lingkungan yang kurang baik (Wawancara:23-04-2014)

Pendapat mengenai hukuman yang diberikan oleh guru dikatakan A (VIII A) bahwa :

“Guru kurang begitu mampu mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah karena kurangnya ketegasan dari guru. Misalnya ketika mendapati siswa yang melanggar guru hanya menakut-nakuti tidak akan di naikkan ke kelas berikutnya. Hal itu tidak akan membuat jera bagi siswa karena satu dua kali tidak ada tindakan dari guru selanjutnya maka akan membuat pelanggaran lagi dan bahkan lebih”(Wawancara:21-5-2014)

c. Upaya Kuratif

Upaya kuratif adalah upaya antipasti yang dilakukan agar tidak melakukan pelanggaran lagi. Upaya kuratif yang dilakukan guru PKn menurut BBH adalah:

“Dalam hal ini yang dilakukan oleh guru PKn adalah dengan bekerjasama dengan guru Bimbingan Konseling dan wali kelas secara intensif untuk mengawasi tingkah laku siswa yang dianggap sering melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Selain melakukan pengawasan guru Bk dibantu dengan guru PKn dan lainnya juga memberikan pembinaan dengan mengumpulkan siswa yang paling banyak melanggar dan diberikan pemahaman kesalahan yang dilakukannya dan disuruh untuk membuat surat pernyataan agar tidak melakukan lagi pelanggaran”(Wawancara:21-04-2014).

Upaya lain yang dilakukan oleh Guru BK menurut NW adalah:

(17)

4.1.7 Hambatan Guru Pkn dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah Di

SMP Negeri 1 Pakis

Dalam menegakkan tata tertib sekolah sudah pasti di temui beberapa hambatan dalam penegakkannya. Seperti yang disampaikan oleh BBH bahwa:

“Hambatan dalam menegakkan tata tertib adalah masalah waktu, keterbatasan waktu yang digunakan guru dalam mengontrol dan melakukan pengawasan terhadap perilaku siswa di sekolah dimana keberadaan siswa di sekolah yang hanya kurang lebih 7 jam. Pengawasan sekilas hanya dilakukan guru ketika siswa berada di kelas dan di lingkungan sekolah, ketika siswa berada di luar sekolah sudah pasti guru akan sulit untuk mengontrol terlebih pengontrolan satu persatu. Kemudian pemahaman siswa dalam menerapkan sikap dan tingkah lakunya, terkadang siswa menganggap norma tersebut sudah baik namun ternyata norma tersebut tidak sesuai dengan tata tertib yang ada di sekolah. Misalnya pemakaian baju daleman bagi siswa yang berhijab dan dianggap sesuai dengan norma yang ada di masyarakat ternyata tidak sesuai dengan yang ada di sekolah. Jadi guru PKn yang menemui masalah tersebut harus benar-benar bisa memutuskan untuk mengatasi hal tersebut” (Wawancara:28-04-2014).

Sedangkan menurut SW bahwa:

(18)

selesai bahkan ada juga yang menjual minum-minuman keras” (Wawancara:28-04-2014).

4.2Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Tata Tertib Sekolah

Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 1 Pakis yang menonjol adalah bolos, terlambat dan atribut tidak lengkap. Pelanggaran ini masih dalam kategori ringan karena bentuk penanganannya masih bersifat teguran, nasihat, sanksi fisik seperti lari, push-up dan sanksi yang bersifat mendidik seperti mengerjakan soal-soal di perpustakaan. Pelanggaran lain yang masih dilakukan oleh siswa meliputi pelanggaran sedang dan berat namun pelanggaran tersebut hanya dilakukan oleh beberapa siswa saja.

Bolos, terlambat dan atribut tidak lengkap paling banyak dilakukan oleh siswa kelas VII dan VIII. Dari data pelanggaran selama tahun 2013 pelanggaran ini juga mencapai jumlah yang sangat tinggi, dapat dilihat bahwa kasus terlambat mencapai 204 kasus, bolos mencapai 146 kasus dan atribut tidak lengkap mencapai 45 kasus. Selama 3 (tiga) bulan penelitian yaitu dari bulan April sampai Juni bentuk pelanggaran terlambat, bolos dan atribut tidak lengkap ternyata masih cukup tinggi dilakukan oleh siswa.

(19)

pelanggaran ringan misalnya pemanggilan orang tua siswa atau pembuatan surat pernyataan yang isinya tidak akan mengulangi pelanggaran tersebut.

Jenis pelanggaran berat yang dilakukan oleh siswa adalah merokok dan perkelahian. Pelanggaran yang bersifat berat adalah pelanggaran yang sanksinya berupa pemanggilan orang tua dengan di proses oleh kepala sekolah atau maksimal oleh pihak kepolisian.

4.2.2. Penyebab Pelanggaran Tata Tertib Sekolah

Penyebab pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 1 Pakis dapat di kategorikan menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari sekolah dan dari luar sekolah. Termasuk faktor dari dalam sekolah adalah lokasi sekolah itu sendiri, faktor dari guru, faktor fasilitas pendidikan yang ada di sekolah, norma-norma dan kekompakan guru dalam memberikan sanksi. Sedangkan yang termasuk dalam faktor luar sekolah adalah jarak tempat tinggal siswa, lingkungan keluarga, lingkungan sosial (masyarakat) dan adanya norma-norma baru yang datang dari luar.

Lokasi sekolah merupakan salah satu penyebab pelanggaran tata tertib sekolah, hal ini dapat dilihat dari lokasi sekolah yang dekat dengan pasar yang digunakan siswa untuk membolos atau sekedar membeli rokok.

(20)

dan koperasi yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga siswa harus keluar dari lingkungan sekolah untuk memenuhi kebutuhannya.

Kekompakan guru dalam mengajar dan memberi sanksi mempengaruhi timbulnya pelanggaran tata tertib, perbedaan dalam memberikan sanksi pelanggaran akan menyebabkan siswa acuh terhadap tata tertib dan mempengaruhi siswa lain. Pengelola sekolah, guru, orang tua serta lingkungan harus seiring sejalan dalam menegakkan kedisiplinan dalam hidup, supaya hal itu bisa tercapai. Semuanya komponen yang ada disekolah harus berjalan beriringan, sekuat apapun pihak sekolah ingin mendisiplinkan siswa, jika tidak diimbangi dengan perhatian orang tua dan lingkungan sosial yang ada, maka upaya pihak sekolah tersebut akan terasa sangat berat, bahkan terancam gagal.

Faktor luar sekolah mencakup jarak tempat tinggal siswa yang jauh dari sekolah dan hanya bisa dicapai dengan bus sehingga kondisi ini membuat siswa tidak bisa tepat waktu untuk sampai ke sekolah dan harus membawa kendaraan bermotor yang jelas dilarang oleh sekolah.

(21)

siswa yang sering melihat orang tua merokok sehingga siswa mencoba dan akhirnya menjadi terbiasa.

Lingkungan sosial juga merupakan salah satu pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas sosial. Lingkungan juga memberi pengaruh terhadap kepribadian seseorang dalam melakukan. Keberadaan individu yang satu akan berpengaruh pada individu yang lain mengingat bahwa siswa yang sedang mengalami masa penemuan jati diri sangat memerlukan orang lain. Gaya bicara dan kebiasaan lingkungan masyarakat akan mudah menular kepada siswa ketika ia tinggal dalam waktu tertentu bersama mereka. Hal itu menunjukkan adanya saling mempengaruhi dalam sebuah hubungan sosial. Siswa yang tinggal dalam lingkungan yang tidak atau kurang beretika atau kurang disiplin tentunya akan berpengaruh terhadap kepribadiannya. dan hal itu sering terbawa dalam perilaku tidak disiplin di lingkungan sekolah. Berbagai kegiatan di masyarakat yang mempengaruhi perilaku siswa seperti adanya hiburan di desa yang melibatkan siswa seperti topeng ireng, janthilan dan juga setiap acara di desa dengan mengundang dangdut. Hal ini menyebabkan siswa akan telat datang ke sekolah karena malamnya mereka nonton dangdut sehingga bangun kesiangan.

(22)

Norma-norma baru yang di dapat dari luar mempengaruhi perilaku siswa misalnya dari cara berpakaian, gaya rambut siswa yang tidak sesuai aturan dan barang-barang yang dibawa siswa seperti kendaraan dan handphone.

4.2.3. Upaya Guru PKn dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah

Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangakan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan meweujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Heri, 2012:27).

Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas dilaksanakan khususnya oleh pelajaran Pendidikan Agama dan PPKn karena misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap. Sedangkan untuk pelaksanaannya pendidikan karakter merupakan tanggung jawab setiap elemen sekolah karena di sekolah siswa mendapat beberapa pelajaran yang tidak di dapat dari lingkungan keluarga.

(23)

menjadi model yaitu menjadi contoh dalam berperilaku bagi siswa dan mengembangkan tradisi atau kultur yang baik di sekolah dengan adanya kegiatan religious atau mengadakan kegiatan pada peringatan keagamaan. Namun guru PKn di SMP Negeri kurang mengembangkan pembelajaran aktif di kelas karena menurut beberapa siswa guru PKn masih menggunakan pembelajaran konseptual.

Langkah-langkah Guru Pkn di SMP Negeri 1 Pakis dalam menegakkan tata tertib dilakukan secara bertahap. Guru PKn tidak dapat berjalan sendiri namun bekerjasama dengan guru lain dalam penegakkan tata tertib. Upaya yang dilakukan guru PKn dalam menegakkan tata tertib meliputi upaya preventif, represif dan kuratif. Upaya preventif yang di lakukan antara lain melalui penanaman sifat religious dengan pembacaan asmaul husna sebelum pelajaran di mulai, memberi contoh yang baik dengan tidak melanggar tata tertib misalnya ketika mengajar datangnya tidak terlambat, pemberian nasehat setiap upacara atau ketika pelajaran PPKn, meningkatkan pemahaman mengenai tata tertib dengan mengaitkan materi yang ada, mengikuti kegiatan kesiswaan seperti OSIS atau ekstra pramuka.

(24)

untuk menegakkan tata tertib. Upaya Represif merupakan upaya pemberian hukuman bagi siswa yang melanggar tata tertib. Tindakan pemberian saksi terhadap siswa yang melanggar peraturan antara lain berupa hukuman yang sesuai dengan perbuatannya, hal itu untuk menggugah nuraninya untuk melakukan perbuatan yang baik dan bermoral (Kartono, 1991: 26). Sedangkan Dalam upaya ini guru PKn memberikan hukuman langsung seperti teguran atau nasihat bagi pelanggaran sedang, namun untuk pelanggaran yang bersifat sedang dan berat guru PKn menyerahkan kepada guru BK.

Soeparwoto (2006:215) mengatakan dalam usaha menindak pelanggaran tata tertib sekolah, tindakan represif dilaksanakan apabila tingkah laku siswa sudah melewati batas toleransi dari norma sosial atau kadar angka poin yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Apabila siswa telah melakukan pelanggaran berat maka yang berwenang memberikan hukuman represif ini adalah Kepala Sekolah. Pada tahun 2012/2013 SMP Negeri 1 Pakis terpaksa mengembalikan 4 siswa ke orang tua karena tersangkut kasus MIRAS.

(25)

selain sanksi tersebut siswa disuruh membuat surat pernyataan yang diketahui oleh orang tua dan kepala sekolah. Sedangkan untuk pelanggaran berat siswa dikenai hukuman hampir sama dengan pelanggaran sedang namun disertai pembinaan khusus oleh guru apabila ternyata siswa masih belum berubah maka siswa terpaksa dikembalikan kepada orang tua.

Awalnya dalam pemberian sanksi bagi siswa yang melanggar SMP Negeri 1 Pakis menggunakan system poin angka (credit poin) untuk menimbulkan efek jera namun ternyata di ketahui bahwa system ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Alasannya banyaknya siswa yang melanggar dan mengulangi pelanggaran akan mempercepat siswa mencapai point pelanggaran 100% sehingga akan mengakibatkan siswa harus di keluarkan.

Menurut Giri (2007: 86) penerapan credit poin dapat dilihat dalam 2 (dua) tipe yaitu dari sisi positif dan sisi negatif pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Perbandingan Sisi Positif dan Sisi Negatif Penerapan Credit Point

No Perbandingan Positif Negatif

1 Kriteria Bersifat menciptakan suasana ketertiban dan kedisiplinan

Bersifat top down

2 Aturan Dibuat dengan kesepakatan antara sekolah dan siswa

Adanya sifat yang membatasi dan memaksa 3 Sanksi Lebih tegas dan

Spesifik

Kurang memberikan impelementasi pendidikan moral cenderung ke sanksi yang bersifat fisik 4 Personil Guru akan dapat

mudah mengontrol

(26)

setiap pelanggaran siswa dengan penggunaan standarisasi poin

tegas oleh Guru dalam pendataan, sanksi akan berdampak siswa akan mengacuhkan pemberian poin tersebut

(Sumber : Giri, 2007: 86)

Sedangkan untuk upaya kuratif guru Pkn bersama guru lainnya melakukan pengawasan khusus bagi yang sering melanggar dengan cara mengumpulkan siswa yang berpotensi untuk melakukan pelanggaran lagi atau berpotensi mempengaruhi temannya. Home visit juga dilakukan oleh guru agar bisa bekerjasama dengan orang tua untuk mengawasi perilaku siswa di rumah.

4.2.4. Hambatan Guru Pkn dalam Menegakkan Tata Tertib

(27)

Gambar

Tabel 4.1 Tenaga Pendidik Di SMP Negeri 1 Pakis
Tabel 4.2 Distributor Siswa dalam Rombongan Belajar
Tabel 4.3 Bentuk-Bentuk Pelanggaran Tata Tertib Sekolah
Tabel 4.5 Perbandingan Sisi Positif dan Sisi Negatif Penerapan Credit Point

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia rahmat dan hidayah-Nya, kesehatan dan kesempatan waktu sehingga tesis dengan judul; Hubungan family

Sistem yang dipilih dalam penelitian ini adalah penghapusan derau secara adaptif untuk mendapatkan hasil pengolahan isyarat terbaik dari isyarat.. bioelektris

Penyesuaian diri pada anak akselerasi memang berbeda dengan anak reguler, hal ini disebabkan karena pada anak akselerasi lebih banyak disibukkan dengan pelajaran yang

diimplementasikan dengan paradigma pembelajaran on-line terpadu dengan menggunakan LMS ...

Demikian untuk menjadikan perhatian dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Pokja Pengadaan Barang/Jasa Bappeda

Hasil analisa data dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara kematangan emosi dengan alienasi pada remaja (r = -0,515 dan p = 0,00), yang

ptuKpA Komenterian/Lembage/pemerintah Deerah/tnsrilusi Lai;l/:g(g;lr)ort1 xauuparen oonggara. Alamat

Menentukan jumlah pelumas yang harus ditambahkan ke dalam sistem AC ketika5. dilakukan