i
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG CAMPURAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
EXPLICIT INSTRUCTIONSISWA KELAS IV MI MA’ARIF PAGERWOJO
SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh: MAHANI ULFA NIM. D77212096
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Mahani Ulfa, Upaya Meningkatan Hasil Belajar Operasi Hitung Campuran Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Explicit InstructionSiswa Kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Explicit
Instruction
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Matematika materi operasi hitung campuran dikarenakan guru dalam menyampaikan materi masih kurang leluasa dan tidak adanya media yang hanya mengacu pada buku paket dan LKS. Sehingga siswa kurang aktif dan sulit dalam memahami pembelajaran yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Maka perlu diterapkannya strategi pembelajaran yang meransang kemampuan berpikir siswa dalam memahami materi secara utuh, salah satunya dengan penerapan strategi pembelajaranexplicit instruction.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana penerapan strategi pembelajaran Explicit Instruction dalam meningkatkan hasil belajar materi operasi hitung campuran mata pelajaran Matematika siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo?. (2) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung campuran dengan menggunakan strategi pembelajaran Explicit Instruction mata pelajaran Matematika siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo?
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui penerapan strategi pembelajaran Explicit Instruction dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung campuran pada siswa kelas IV di MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo, (2) Mendeskripsikan hasil belajar mata pelajaran Matematika materi operasi hitung campuran melalui strategi pembelajaran Explicit Instruction pada siswa kelas IV di MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Model PTK yang digunakan yaitu Kurt Lewin, dimana satu siklus terdiri dari empat tahapan, meliputi: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Adapun data yang diperoleh dianalisis menggunakan dua cara, yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tindakan yang Dipilih ... 4
D.Tujuan Penelitian ... 5
E. Lingkup Penelitian ... 5
F. Signifikansi Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A.Tinjauan Tentang Hasil Belajar ... 9
1. Hasil Belajar ... 9
2. Bentuk Hasil Belajar ... 10
3. Teori Belajar Menurut Piaget ... 12
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 14
B.Strategi Explicit Instruction ... 17
1. Strategi Explicit Instruction ... 17
2. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Explicit Instruction ... 18
3. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Explicit Instruction ... 19
C.Hakikat Pembelajaran Matematika ... 21
1. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 21
2. Teori-Teori Mengajar Matematika ... 22
3. Tujuan Pembelajaran Matematika di MI ... 26
4. Ruang Lingkup Matematika ... 27
5. Operasi Hitung Campuran ... 28
BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A.Metode Penelitian ... 32
B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 34
C.Variabel yang Diselidiki ... 35
E. Data dan Teknik Pengumpulannya ... 46
F. Teknik Analisis Data ... 61
G.Indikator Kinerja ... 65
H.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 68
1. Deskripsi Siklus I ... 68
2. Deskripsi Siklus II ... 81
3. Deskripsi Siklus III ... 93
B.Pembahasan ... 106
1. Siklus I ... 106
2. Siklus II ... 108
3. Siklus III ... 109
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Kesimpulan ... 114
B.Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses pembelajaran mendewasakan manusia.
Melalui pendidikan dapat mengubah pola pikir, perilaku, sikap, serta perbuatan
seseorang. Pendidikan memiliki berbagai ilmu pengetahuan, salah satunya di
bidang ilmu pengetahuan umum yaitu mata pelajaran matematika. Matematika
adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika
sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari1. Pelajaran matematika
merupakan objek tujuan abstrak yang bertumpu pada pola pikir yang deduktif,
maksudnya mata pelajaran matematika adalah suatu bahan kajian yang
memiliki objek konkret dan ilmu pasti yang membahas mengenai hitungan
dalam kehidupan sehari-hari2.
Matematika sangat penting untuk dipelajari karena menunujukkan
adanya perhitungan dalam setiap bertindak dan bertujuan untuk memecahkan
masalah yang di hadapi oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan hitungan. Menurut Piaget, anak-anak berada pada fase operasional
konkret yang memiliki kemampuan untuk mengingat, meskipun masih terikat
dengan objek yang bersifat nyata3. Mata pelajaran matematika diberikan
kepada anak Madrasah Ibtidaiyah (MI) kelas 1 sampai kelas 6 karena dianggap
sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam tumbuh
1Esti Yuli Widayanti, dkk,Pembelajaran Matematika MI,(Surabaya: Aprinta, 2009), paket 1, hlm8
kembang pola fikir siswa pada fase operasional. Di usia perkembangan kognitif,
siswa masih terikat dengan objek konkret yang dapat di tangkap oleh panca
indra dengan menghubungkan pengalaman yang pernah di lihat. Dalam
pembelajaran yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media yang
dapat memperjelas apa yang akan di sampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa. Apabila proses belajar mengajar tidak
sesuai dengan kondisi yang di butuhkan siswa, maka berpengaruh pada hasil
pembelajaran siswa.
Hal tersebut terjadi pada MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo. Berdasarkan
data hasil wawancara dengan ibu Ilmi Rosdiana selaku guru mata pelajaran
matematika kelas IV menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar
pada standar kompetensi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat,
kompetensi dasarnya adalah melakukan operasi hitung campuran. Kebanyakan
siswa belum mengerti materi operasi hitung campuran dengan cara
menjumlahkan atau mengurangkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru
Matematika kelas IV Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
adalah 80. Kebanyakan siswa belum bisa memahami materi operasi hitung
campuran dengan cara menjumlahkan atau mengurangkan. Berdasarkan data
yang diperoleh dari guru Matematika kelas IV, bahwa ada 41,93% dari 31
siswa dinyatakan tuntas, sedangkan sisanya 58,06% dinyatakan belum tuntas4.
Hal ini disebabkan oleh kurang leluasanya guru terhadap penekanan
materi penting dalam menyampaikan operasi hitung campuran dan tidak
adanya media pada materi operasi hitung campuran yang hanya mengacu pada
buku paket dan LKS menyebabkan siswa kurang aktif, mengganggu
temannya, tidur di kelas dan ada beberapa siswa yang izin keluar masuk kelas
dengan alasan ke kamar mandi. Dari faktor itulah siswa tidak memiliki
semangat dalam mengikuti pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada
hasil belajar siswa yang kurang dari memuaskan.
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas, bahwa kesulitan siswa
dalam menyelesaikan operasi hitung campuran pada kelas IV di MI Ma’arif
Pagerwojo Sidoarjo. Oleh karena itu, diperlukannya strategi pembelajaran yang
tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Peneliti telah melakukan upaya
meningkatkan hasil belajar operasi hitung campuran dengan mengunakan
strategi Pembelajaran Explicit Instruction. Strategi ini digunakan untuk
mengembangkan belajar siswa yang dilakukan secara bertahap, dapat
berbentuk “ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok”5.
Pembelajaran Explicit Instruction merupakan strategi yang memiliki
keunggulan untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat deklaratif dan
prosedural, maksudnya yaitu bersifat pernyataan ringkas dan jelas sesuai
dengan prosedur secara bertahap. Strategi pembelajaran Explicit Instruction
juga baik di gunakan untuk menyampaikan bahan ajar yang banyak dalam
waktu yang terbatas.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti mengangkat masalah ini
menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya meningkatkan hasil
belajar operasi hitung campuran siswa, karena sesuai dengan karakteristik
siswa kelas IV yang aktif dan tidak bisa diam, serta diharapkan agar dapat
menumbuhkan rasa semangat peserta didik dalam belajar matematika pada
materi operasi hitung campuran. Dari latar belakang di atas maka penelitian
mengambil judul “UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR OPERASI
HITUNG CAMPURAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI
PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION SISWA KELAS IV MI
MA’ARIF PAGERWOJO SIDOARJO”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan
diuraikan peneliti adalah meningkatan hasil belajar operasi hitung campuran
siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo. Peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran Explicit Instruction dalam
meningkatkan hasil belajar materi operasi hitung campuran mata pelajaran
Matematika siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung
campuran dengan menggunakan strategi pembelajaran Explicit Instruction
mata pelajaran Matematika siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo?
C. Tindakan yang Dipilih
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tindakan yang
di pilih untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung
Sidoarjo adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran Explicit
Instruction. Dengan diterapkannya strategi pembelajaran Explicit Instruction
diharapkan proses pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif dan siswa dapat
lebih mudah menerima pelajaran yang telah disampaikan. Penggunaan strategi
pembelajaran Explicit Instruction sangat tepat digunakan dalam proses
pembelajaran, karena dengan menggunakan strategi pembelajaran Explicit
Instruction, siswa akan lebih mudah memahami suatu pesan/informasi dari
guru yang secara langsung dengan proses dilaksanakan secara selangkah demi
selangkah/bertahap.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan
Penelitian Tindakan Kelas diantaranya, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran Explicit Instruction
dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung campuran pada
siswa kelas IV di MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo.
2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar mata pelajaran Matematika materi
operasi hitung campuran melalui strategi pembelajaran Explicit Instruction
pada siswa kelas IV di MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo.
E. Lingkup Penelitian
Pada kali ini peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada mata
1. Penelitian ini membahas mengenai upaya meningkatan hasil belajar operasi
hitung campuran mata pelajaran matematika pada siswa kelas IV MI
Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo.
2. Penelitian ini membahas materi operasi hitung campuran kelas IV MI
Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo, pada Standar kompetensi: 5. Menjumlahkan
dan mengurangkan bilangan bulat dan kompetensi dasar: 5.3 Melakukan
operasi hitung campuran dengan Indikator:
5.3.1 menghitung operasi campuran bilangan bulat menggunakan tanda
positif dan negatif(+dan-).
5.3.2 mengoperasikan hitung campuran bilangan bulat positif dan bilangan
bulat negatif menggunakan media garis bilangan kayu.
5.3.3 memecahkan masalah operasi hitung campuran bilangan bulat positif
dan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari.
3. Subyek peneliti ini hanya dikenakan pada siswa kelas IV MI Ma’arif
Pagerwojo Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 yang terdiri
dari 20 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
4. Peneliti ini mengunakan instrumen soal-soal tes tulis yang mengarah pada
ranah kognitif dan mengunakan lembar observasi aktifitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran dan penerapan strategi pembelajaran explicit
insctruction.
F. Signifikansi Penelitian
Jika hasil tujuan penelitian tindakan dapat di capai, maka peneliti
Manfaat secara umum:
1. Dapat meningkatkan hasil belajar dalam menyelesaikan operasi hitung
campuran peserta didik melalui strategi pembelajaranexplicit instruction.
2. Dapat meningkatkan pemahaman serta wawasan peneliti dalam membuat
karya ilmiah.
Manfaat secara spesifik:
1. Sekolah
Dapat memberikan kontribusi dalam hal meningkatkan mutu tenaga
pendidik, dan peserta didik.
2. Guru
a. Dapat memberikan kontribusi dalam hal inovasi atau variasi strategi di
dalam proses pembelajaran.
b. Dapat memberikan masukan kepada tenaga pendidik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas serta untuk meningkatkan kemampuan
menyelesaikan operasi hitung campuran peserta didik.
3. Peserta didik
a. Dapat meningkatkan pemahaman, penyelesaian oprerasi hitung
campuran, serta meningkatkan motivasi dan semangat peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung.
b. Dapat menghilangkan kejenuhan, kebosanan dalam proses KBM
berlangsung.
c. Dapat sebagai wadah dalam meningkatkan hasil belajar menyelesaikan
4. Peneliti
Dapat dijadikan sebagai pengalaman, masukan, refleksi peneliti ketika
menjadi tenaga pendidik dan untuk melakukan penelitian tindakan kelas
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar
1. Hasil Belajar
Belajar adalah menguasai atau memperoleh informasi dan mengingatnya. Belajar terjadi karena perubahan dari tingkah laku anak, mulai dari yang disengaja dan tidak disengaja. Perubahan yang di maksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Menurut Suprijono dalam buku belajar dan pembelajaran, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan6. Hasil belajar pada diri siswa atau peserta didik sering tidak langsung tanpa siswa atau peserta didik itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan siswa atau peserta didik berubah dalam perilaku, sikap, dan kemampuannya. Menurut Gagne dan Briggs dalam buku strategi pembelajaran, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa7. Kualitas hasil belajar (prestasi belajar) diduga dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat dilihat dari nilai rapor. Untuk
6 Muhammad Thobroni & Arif Mustfa, Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2013), hlm 22
10
menunjukkan tinggi rendahnya atau baik buruknya hasil belajar yang dicapai siswa yakni dengan memberikan skor terhadap kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar tersebut.
2. Bentuk Hasil Belajar
Menurut Benjamin S. Bloom, dkk dalam buku pengantar evaluasi pendidikan, berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokkan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain yang melekat pada diri peserta didik. Disini hanya membahas Domain Kognitif tersebut adalah sebagai berikut8:
Domain Kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah peserta didik dapat menghafal surat al-‘Ashr, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar.
b. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm
11
c. Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.
d. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor lainnya.
e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
f. Evaluasi (evaluation) adalah jenjang berpikir paling tinggi menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
12
a. C2 (pemahaman), siswa dapat memahami cara menghitung operasi hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan tanda positif dan negatif.
b. C3 (penerapan), siswa dapat mengoperasikan hitung campuran bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif menggunakan media garis bilangan kayu. Cara penerapannya dilakukan dengan menggunakan gambar garis bilangan kayu di soal latihan siswa.
c. C4 (analisis), siswa dapat memecahkan masalah operasi hitung campuran bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif yang ada di soal cerita. Siswa menganalisis apakah di dalam soal cerita tersebut menggunakan penjumlahan atau pengurangan.
3. Teori Belajar Menurut Piaget
Menurut Piaget, salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbang).
a. Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
b. Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
c. Proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
13
menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret dan tahap operasional formal.9
a. Tahap Sensori Motor
Pada tahap sensori motor (0-2 tahun), seorang anak belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna.
b. Tahap Pra-operasional
Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten. c. Tahap Operasional Konkret
Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), seorang anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
d. Tahap Operasional Formal
Pada tahap operasional formal (11 tahun ke atas), kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini kemampuan menalar secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara deduktif. Pada tahap ini pula, seorang
14
mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara bersama-sama.
Penelitian ini ditujukan pada siswa kelas IV, siswa kelas IV masih pada tahap operasional konkret (7-11 tahun). Anak pada umur ini proses berpikirnya masih sulit apabila tidak adanya pada sesuatu situasi nyata atau benda konkret. Benda konkret yang di butuhkan atau media sebagai penunjang saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan adanya media atau benda konkret siswa dapat lebih memahami materi yang di ajarkan dan dapat membuat kesimpulan.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan dalam tingkah laku. Apakah perubahan itu baik atau buruk semua bisa terlihat pada faktor-fakor yang ada. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sebagai berikut10.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yakni:
1) Faktor yang ada pada diri itu sendiri yang di sebut faktor individual. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2) Faktor yang ada di luar individu yang di sebut faktor sosial. Yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga, guru dan cara
15
mengajarnya, alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan motivasi sosial.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses yang harus di proses (masukan atau
input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Dalam hal ini dapat menganalisis kegiatan belajar menggunakan pendekatan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dapat di gambarkan kegiatan belajar dengan pendekatan sistem sebagai berikut:
Gambar 2.1
Pendekatan Sistem Kegiatan Belajar
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu di olah, kemudian di beri pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching– learning–process). Di dalam proses belajar-mengajar, turut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna
INSTRUMENTAL INPUT
RAW INPUT TEACHING - LEARNING PROCESS
ENVIRONMENTAL INPUT
16
menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu atau yang di sebut sebagai hasil belajar siswa.
17
B. Strategi Explicit Instruction
1. Strategi Explicit Instruction
Menurut J. R. David dalam buku strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Maksudnya adalah strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi. Teknik dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu11. Secara kaffah model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu yang nyata dan di konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif12.
Menurut buku model-model pengajaran dan pembelajaran, Explicit Instruction termasuk strategi Explicit Instruction. Strategi Explicit Instruction masih berpusat pada guru dan dirancang untuk memenuhi
11
H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm 126-127
12 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group,
18
kebutuhan guru mengajarkan hal-hal yang bersifat informatif. Strategi ini berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah dapat berbentuk “ceramah, demonstrasi,
pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok”13.
2. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Explicit Instruction
Tahapan atau sintaks strategi pembelajaran Explicit Instruction
adalah sebagai berikut14:
a. Tahap 1: Orientasi / Persiapan
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa-siswi untuk belajar.
b. Tahap 2: Presentasi / Demonstrasi
Guru mendemonstrasikan materi pelajaran, baik berupa keterampilan maupun konsep atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
c. Tahap 3: Latihan Terstruktur
Guru merencanakan dan memberi bimbingan instruksi awal kepada siswa.
d. Tahap 4: Latihan Terbimbing / Umpan Balik
Guru memeriksa apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dengan memberinya kesempatan untuk berlatih konsep keterampilan, lalu melihat apakah mereka berhasil memberi umpan balik yang positif atau tidak.
19
e. Tahap 5: Latihan Mandiri
Guru merencanakan kesempatan untuk melakukan instruksi lebih lanjut dengan berfokus pada situasi yang lebih kompleks atau kehidupan sehari-hari.
Demikian langkah-langkah strategi pembelajaran explicit instruction sebagai alternatif memberi kemudahan siswa dalam menyelesaikan masalah khususnya matematika dan guru untuk mengaktifkan siswa dalam kelas sehingga memberikan dampak pada hasil belajar siswa.
3. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Explicit Instruction
Explicit Instruction memiliki kelebihan dan kelemahan antara lain15: a. Kelebihan:
1) Guru bisa mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan fokus apa yang harus dicapai oleh siswa.
2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat di ungkapkan.
4) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
20
5) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
6) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat dan dapat di akses secara setara oleh seluruh siswa.
7) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa.
b. Kelemahan:
1) Terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Sementara tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, sehingga guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
2) Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
3) Kesulitan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal yang baik.
21
antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
5) Adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran yang menjadi karakteristik strategi pembelajaran Explicit Instruction dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan kutipan diatas, maka penggunaan strategi Explicit instruction dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tersktruktur di mana isi materi penuh disampaikan kepada anak didik dalam waktu yang relatif singkat dan guru yang memiliki persiapan yang matang dalam penyampaian pelajaran dapat menarik perhatian siswa. Namun tidak dipungkiri bahwa strategi Explicit Instruction memiliki kelemahan yaitu ruang untuk siswa aktif memang terlalu sempit yang berdampak tidak mengembangkan keterampilan sosial siswa. Walaupun Explicit Instruction
memiliki kelemahan tidak mengembangkan keterampilan sosial siswa tetapi itu tidak menjadi penghalang karena guru akan berperan aktif dalam proses pengembangan diri setiap siswa untuk memperoleh hasil yang baik dengan menggunakan pembelajaran ini.
C. Hakikat Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pembelajaran Matematika
22
dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada target yang telah di tetapkan16. Matematika menurut Russefendi adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi17. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik dan logis18.
Pembelajaran yaitu aktivitas yang di lakukan guru dan siswa. Pembelajaran matematika pada tingkat MI masuk pada fase konkret yang dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan masalah hitungan. Dalam matematika setiap konsep yang abstrak perlu diberikan penguatan agar siswa dapat memahaminya serta bertahan lama dalam memori ingatan siswa. Matematika juga memiliki ilmu pasti seperti hasil dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
2. Teori-Teori Mengajar Matematika
Keberhasilan mengajar matematika tidak terlepas dari persiapan dan proses mengajar guru, oleh karenanya tenaga pendidik dalam mengajar matematika harus berupaya untuk mengembangkan minat, motivasi belajar siswa dengan kata lain teori belajar mengajar harus dipahami. Teori mengajar matematika menurut Morris Kline dalam bukunya Juju S. Suriasumantri yang berjudul Ilmu Dalam Prespektif bahwa jatuh bangunnya suatu negara tergantung dari kemajuan ilmu bidang
16 Ibid, hlm 17 17 Ibid, hlm 1
23
matematika19. Menurut Russefendi dalam bukunya yang berjudul Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika menyatakan bahwa teori mengajar matematika ada beberapa antara lain20:
a. Aliran Latihan Mental
Menyatakan bahwa anak belajar harus diberikan banyak latihan, karena semakin banyak latihan maka akan semakin keras dan kuat latihannya hasilnya semakin baik.
b. Teori Thorndike
Menyatakan bahwa setiap pelajaran harus dilatihhapalkan dengan cara stimulus respons berupa hadiah dengan nilai yang baik (reward)dan atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa, pendidik juga memberikan jawaban.
c. Teori Dewey
Teori Dewey termasuk aliran pendidikan yang progresif menyatakan
bahwa siswa yang belum “siap” jangan dipaksa belajar, menunggu
hingga peserta didik siap untuk belajar atau dengan mengatur suasana pengajaran senyaman, semenarik mungkin hingga siswa tertarik dan siap untuk belajar.
d. Aliran Psikologi “Gestalt” (William Brownell)
Aliran psikologi Gestalt saling mendukung dengan aliran Thorndike
dan aliran pendidikan progresif Dewey bahwa pengajaran ditekankan
24
pada pengertian belajar, belajar merupakan proses latihan yang kemudian siswa akan paham mengenai materi yang dipelajari, yang maksudnya siswa diberikan pengertian, setelah siswa mengerti maka dilatih hafal kemudian siswa dapat belajar bermakna dengan mengerti cara dan pengerjaannya.
e. Teori Jean Piaget
Menyatakan bahwa belajar pada tingkat sekolah dasar terdapat pada fase oprasional yang mana pada fase ini merupakan fase konkret, maksudnya pada saat mengajar matematika pendidik mengkonkritkan hal-hal yang abstrak dan disesuaikan dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
f. Teori J.S. Bruner dengan Metode Penemuannya
Teori in menyatakan bahwa tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget.
Menurut J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, siswa akan lebih memahami jika kegiatan yang menunujukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri.
g. Teori Zaisa Dines
Menurut pengamatan dan pengalaman Dines bahwa terdapat anak-anak yang menyenangi matematika hanya pada permulaan, mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana, semakin tinggi
25
minatnya belajar matematika sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar dan rumit. Menurut Russefendi agar anak didik memahami dan mengerti akan konsep (struktur) matematika maka diajarkan dengan konsep murni, di lanjutkan dengan konsep notasi, dan diakhiri dengan konsep terapan, di samping itu untuk dapat mempelajari struktur matematika maka representasinya (model) dimulai dengan benda konkret yang beraneka ragam.
h. Teori Van Hiele dalam pengajaran Geometri, antara lain menegaskan bahwa:
1. Kombinasi yang baik antara waktu, materi pelajaran dan metode mengajar yang dipergunakan untuk tahap tertentu dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada tahap atau jenjang yang lebih tinggi.
2. Pendidik harus dapat memahami materi yang akan diajarkan dengan tidak memaksakan sifat-sifat konsep geneometri pada peserta didik alhasil peserta didik bukannya mengerti dengan bermakna melainkan mengerti dengan hafalan.
3. Kegiatan belajar peserta didik harus disesuaikan dengan tahap berpikirnya.
i. Teori Robert M. Gagne
26
menyelidiki dan memecahkan masalah, sedangkan obyek langsung seperti fakta misalnya obyek/lambang bilangan, sudut, ruas garis, simbol dan notasi.
j. Teori Pavlov dengan Teori belajar Klasik-nya
Menyatakan bahwa dia terkenal dengan hasil melakukan prcobaan menggunakan hewan dan manusia. Hewan percobaanya adalah anjing. Anjing setiap kali diberi makan selalu di iringi dengan bunyi lonceng dan Pavlov lakukan berulang kali sehingga anjing setiap mendengar bunyi lonceng (jika lapar) air liur anjing tersebut meleleh. Dengan adanya air liur anjing setiap mendengar bunyi lonceng oleh Pavlov melihat ada hubungan bersyarat antara anjing, makan dan air liur. Makanan atau lonceng merupakan stimulus untuk keluarnya air liur, sehingga makanan disebut stimulus tak bersyarat karena terjadi secara wajar (refleksi) sedangkan bunyi lonceng di sebut stimulus bersyarat.
3. Tujuan Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah
Menurut Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 Tahun 2006 dalam buku matematika 1 bahwa mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut21: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
27
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
4. Ruang Lingkup Matematika
Ruang lingkup matematika SD/MI menurut PERMENDIKNAS Nomor 23 Tahun 2006 yakni22:
a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana meliputi unsur-unsur dan sifat-sifatnya serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
22 Permendiknas, Standar Kompetensi Lulusan (SKL),(Jakarta: Mentri Pendidikan Nasional, 2006),
28
c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit serta mengalikasikannya dalam pemecahan sehari-hari.
d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari
5. Operasi Hitung Campuran
Operasi Hitung campuran adalah operasi atau pengerjaan hitungan yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi23. Operasi hitung bilangan bulat terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
a. Aturan I:
Jika pada suatu operasi hitung terdapat penjumlahan dan pengurangan atau perkalian dan pembagian, maka manapun yang ditulis terlebih dulu operasi itu yang harus dikerjakan dulu, karena penjumlahan dan pengurangan setingkat begitu juga perkalian dan pembagian juga setingkat, kecuali terdapat tanda dalam kurung24.
Contoh:
17 + 6 – 9 = (17 + 6) – 9 = 23 – 9 = 14
4 x 12 : 8 = (4 x 12) : 8
= 48 : 8 = 6
23 Ibid, hlm 30
24 M. Januar Alfa, Rumus Jitu Mengerjakan Soal Matematika, (Yogyakarta: Pena Mas Publisher
29
b. Aturan II:
Jika pada suatu operasi hitung terdapat penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, maka operasi perkalian atau pembagian dikerjakan terlebih dahulu, kemudian mengerjakan operasi penjumlahan atau pengurangan. Tingkatan perkalian dan pembagian lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan dan pengurangan. Artinya perkalian dan pembagian harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum penjumlahan dan pengurangan.
Contoh:
24 + 18 : 3 = 24 + (18 : 3)
= 24 + 6 = 30
12 : 4 + 4 x 5 = (12 : 4) + (4 x 5)
= 3 + 20 = 23
30
kiri. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengerjakan operasi hitung campuran bilangan bulat adalah sebagai berikut25.
a. Menambah dengan bilangan negatif sama dengan mengurangi dengan
lawan bilangan tersebut
b. Mengurangi dengan bilangan negatif sama dengan menambah dengan
lawan bilangan tersebut
c. Operasi penjumlahan dan pengurangan sama kuat, maka yang ditulis
pertama dikerjakan terlebih dahulu.
Contoh:
1) Berapakah hasil dari 8 + 5 – (-4) … 8 + 5 – (-4) = (8 + 5) – (-4)
= 13 + 4 = 17 2)
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Aturan mengerjakannya adalah:
1. Selalu mulai dari bilangan nol dan menghadap ke kanan. 2. Bila bilangan positif maka bergerak maju.
25 Yoni Yuniarto dan Hidayati, MATEMATIKA untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiytah Kelas
31
3. Bila bilangan negatif, maka bergerak mundur.
4. Jika operasi hitung adalah penjumlahan, tetap menghadap KANAN dan bergerak ke bilangan berikutnya.
5. Jika operasi hitungnya adalah pengurangan, menghadap ke KIRI dan bergerak ke bilangan berikutnya.
Kalimat matematikanya adalah…
2 – 5 + 4 = 1
Cara mengerjakannya :
Dimulai dari bilangan nol dan menghadap kanan, 2 adalah positif, bergerak maju ke angka 2 menghadap kanan, di kurangi 5 (berlaku aturan 5) menghadap kiri dan maju 5 langkah (berlaku aturan 2), di tambah 4 (berlaku aturan 4) menghadap kanan dan maju 4 langkah karena bilangan positif.
3) Suhu udara di kota Jayapura -2°C. kemudian naik 8°C. suhu udara sekarang adalah..
-2°C + 8°C = 6°C
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Penelitian yang berjudul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Operasi
Hitung Campuran dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Explicit
Instruction Siswa Kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo” ini merupakan
jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bermakna penelitian yang didesain
untuk membantu guru mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Sedangkan penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan fenomena-fenomena
objektif dan dikaji dengan menggunakan angka-angka dan pengolahan
statistik26. Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini dipilih untuk memecahkan
masalah pembelajaran di kelas27. PTK dalam istilah bahasa inggris adalah Classroom Actions Research (CAR). Penelitian tindakan ini dilakukan untuk
membenahi perbaikan mutu pada proses pembelajaran. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab guru khususnya dalam
pengelolaan pembelajaran. Selain itu, dikarenakan ada tiga kata yang
Nana Syaodih Sukmadinata,Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm 60
membentuk pengertian PTK, maka ada tiga kata pengertian yang dapat
diterangkan28:
1. Penelitian adalah menunjukkan kegiatan mencermati suatu objek, dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk mendapatkan data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu dalam hal yang
diminati.
2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok siswa dalam waktu sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini menggunakan
Model Kurt Lewin, yang menjelaskan bahwa ada 4 hal yang harus dilakukan
dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi29.
Perencanaan
Refeksi Tindakan
Observasi
Gambar 3.1
Diagram Alur PTK Model Kurt Lewin
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo pada Kelas
IV.
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada awal semester genap yaitu 23 Maret
2016 observasi awal, PTK siklus I pada tanggal 10 Mei 2016, PTK siklus
II pada tanggal 11 Mei 2016 dan PTK siklus III pada tanggal 12 Mei 2016.
3. Karakteristik Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo
satu kelas, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Kurikulum yang digunakan adalah KTSP dengan kompetensi dasar
(KD)5.3 melakukan operasi hitung campuran. Objek yang diteliti peneliti
adalah hasil belajar menyelesaikan operasi hitung campuran siswa kelas
IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo yang masih jauh dibawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Untuk melakukan peningkatan KKM maka
peneliti menggunakan strategi pembelajaranExplicit Instruction.
C. Variabel yang diselidiki
Penelitian ini menggunakan variabel peningkatan hasil belajar operesi
hitung campuran pada mata pelajaran matematika melalui strategi
pembelajaran Explicit Instruction pada siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo
Sidoarjo untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian tersebut
terdapat beberapa variabel diantaranya, sebagai berikut:
1. Variabel Input : Siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo.
2. Variabel Proses : Penerapan Strategi PembelajaranExplicit Instruction.
3. Variabel Output : Hasil Belajar operasi hitung campuran pada materi
operasi hitung campuran.
D. Rencana Tindakan
Pada rencana tindakan peneliti memilih dan menggunakan model dari
Kurt Lewin yakni 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi karena
pada penerapan strategi pembelajaran Explicit Instruction masih terdapat
kekurangan hingga melakukan pengulangan kembali dan melakukan
inginkan peneliti tercapai. Jika pada penerapan strategi pembelajaran Explicit
Instruction pada siklus I, siklus II dan siklus III belum berhasil maka peneliti
akan melanjutkan dengan siklus-siklus selanjutnya.
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanan peneliti menyusun rencana pembelajaran
mengenai menyelesaikan operasi hitung campuran dengan menggunakan
strategi pembelajaranExplicit Instructionyang meliputi:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : pada tahap ini
peneliti membuat RPP yang akan dilaksanakan di siklus I.
b. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung RPP : meliputi
media pembelajaran, sarana pendukung yang diperlukan pada saat
pembelajaran berlangsung.
c. Mempersiapkan instrumen untuk penilaian serta menganalisis proses
dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan siswa.
2. Tindakan
Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan pembelajaran pada
materi operasi hitung campuran dengan menerapakan strategi
pembelajaran Explicit Instruction. Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan
sesuai RPP pada siklus I sebagai berikut:
a. Guru melakukan apersepsi dan motivasi kepada siswa, agar siap
b. Guru memperkenalkan kepada siswa mengenai strategi yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran yakni strategi pembelajaran
Explicit Instruction.
c. Guru melakukan umpan balik dan selanjutnya memberikan post test
kepada siswa dengan penerapan strategi pembelajaran Explicit
Instruction yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus I. Format rencana pembelajaran siklus I terlampir (lampiran 3.1). berikut garis besar RPP Siklus I:
(a) Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucap salam dan membuka pelajaran dengan doa.
2. Guru menanyakan kabar siswa.
3. Guru mengabsen kehadiran siswa-siswi di kelas.
4. Guru menyiapkan siswa dengan menata bangku dan berkaca
diri
5. Guru melakukan apersepsi dan memotivasi siswa agar siap
mengikuti pelajaran pada hari ini dengan menanyakan “Masih
ingat bilangan positif dan bilangan negatif?”
6. Guru menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran
(b) Kegiatan Inti Eksplorasi
a) Guru menjelaskan tentang “Operasi Hitung Campuran”.
(Tahap1)
b) Guru mendemonstrasikan Media Garis Bilangan Kayu kepada
siswa. (Tahap 2)
c) Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mengamati
demonstrasi terkait materi “Operasi Hitung Campuran”.
d) Guru memancing pengetahuan siswa dengan melakukan tanya
jawab mengenai “bilangan positif dan bilangan negatif”.
(Tahap 3)
e) Guru menyuruh siswa maju ke depan untuk mempraktikkan
Media Garis Bilangan Kayu.
f) Siswa mencoba melakukan kegiatan tertentu dengan
mempraktikkan Media Garis Kayu Bilangan.
Elaborasi
g) Guru memberi bimbingan pelatihan awal dengan cara
memancing pengetahuan siswa untuk maju ke depan menjawab
soal secara bergantian. (Tahap 4)
h) Setelah itu siswa mengerjakan Latihan Soal Operasi Hitung
Campuran secara individu. (Tahap 5)
Konfirmasi
j) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai (Lembar Kerja)
yang telah di kerjakan siswa sebelumnya.
k) Guru meluruskan jika terjadi kesalah pahaman siswa terhadap
materi yang sudah dibahas.
(c) Kegiatan Penutup
1. Guru memberikan kesimpulan atas materi hari ini.
2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari proses pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Merefleksi dengan bertanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari sebagai hasil pembelajaran.
4. Guru memotivasi siswa agar tetap belajar saat di rumah dan juga mempelajari materi untuk pertemuan minggu depan.
5. Guru menutup pelajaran dengan membaca hamdalah bersama-sama dan salam.
3. Observasi
Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan
mengenai sebagai berikut:
a. Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Memantau kegiatan siswa dalam pembelajaran
c. Mengamati pemahaman dan penguasaan materi penyelesaian operasi
Pengamatan di siklus I dilakukan untuk melihat berhasil tidaknya
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, jika tidak berhasil maka proses
perbaikan pembelajaran melalui strategi pembelajaran explicit instruction
pada kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo akan dilanjutkan pada siklus
II.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus I
meliputi:
a. Mencatat hasil observasi: mencatat kendala yang telah terjadi pada
siklus I dengan penerapan strategi pembelajaranexplicit instruction.
b. Mengevalusasi hasil observasi: mengevaluasi kendala yang telah
terjadi pada siklus I dengan penerapan strategi pembelajaran explicit
instruction. Pada tahap ini peneliti dapat melakukan evaluasi dengan
berdiskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan
yang dilakukan di siklus I.
c. Menganalisis hasil pembelajaran: pada tahap ini peneliti menganalisis
hasil pembelajaran apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dalam RPP.
d. Menentukan kelemahan-kelemahan pada strategi pembelajaran
explicit instruction untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan
siklus berikutnya.
e. Evaluasi tindakan siklus I. Peneliti melakukan evaluasi, yang mana
kegiatan siklus I dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung
campuran oleh siswa kelas IV pada materi operasi hitung campuran.
Setelah pelaksanan siklus I tersebut berdasarkan evaluasi dan analisis,
peneliti menyatakan meningkatkan atau tidaknya hasil belajar siswa
kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo. Jika meningkat maka tidak
perlu melanjutkan siklus II. Namun apabila pada pelaksanaan siklus I
yang telah diketahui hambatan, kekurangan pada proses pembelajaran
maka perlu adanya pengulangan yakni dengan melanjutkan ke siklus
II. Pada umunya kegiatan siklus II memiliki banyak tambahan, karena
siklus II ada untuk memperbaiki siklus I yang belum berhasil.
Siklus II
Siklus II merupakan pengulangan dari siklus I dengan melakukan
perbaikan dari masalah yang ada pada siklus I. Siklus II meliputi:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II peneliti menyusun rencana
pembelajaran kembali berdasarkan dari kekurangan yang ada pada siklus I
mengenai menyelesaikan operasi hitung campuran dengan menggunakan
strategi pembelajaran explicit instruction. Pada siklus II peneliti
mempersiapkan rencana pembelajaran yang telah direvisi dari siklus I,
instrumen untuk penilain serta menganalisis proses dan hasil tindakan
seperti lembar observasi untuk guru dan siswa, mempersiapkan sarana
pada siklus II yang direvisi dari siklus I.Format rencana pembelajaran siklus II terlampir (lampiran 3.2).
2. Tindakan
Pada tahap pelaksanaan siklus II peneliti melaksanakan pembelajaran
pada materi operasi hitung campuran dengan menerapakan strategi
pembelajaran explicit instruction tidak jauh berbeda. Rencana kegiatan
pelaksanaan (RPP) yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi atau evaluasi
siklus I.
3. Observasi
Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai
semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung pada siklus II untuk
melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan strategi pembelajaran
explicit instruction pada kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo.
Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:
a. Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada
siklus II.
b. Mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran
matematika menyelesaiakan operasi hitung campuran dengan
menggunakan strategi pembelajaranexplicit instruction pada siklus II.
c. Memantau kegiatan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
d. Meneliti data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar
observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar
pengamatan guru, lembar kerja siswa yang berupa post tes.
e. Mengamati peningkatan hasil belajar operasi hitung campuran
terhadap materi operasi hitung campuran yang telah dirancang sesuai
dengan tujuan PTK pada siklus II.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus II.
Peneliti melakukan evaluasi, dan membandingkan peningkatan
kemampuan meyelesaikan operasi hitung campuran pada siklus I, yang
mana agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus II seperti apakah
kegiatan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada
materi operasi hitung campuran. Setelah pelaksanan siklus II tersebut
berdasarkan evaluasi dan analisis, peneliti menyatakan meningkatkan atau
tidaknya hasil belajar siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo. Jika
meningkat maka tidak perlu melanjutkan siklus-siklus selanjutnya. Namun
apabila pada pelaksanaan siklus II yang telah diketahui kembali adanya
hambatan, kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu adanya
pengulangan yakni dengan melanjutkan ke siklus III. Pada umumnya
kegiatan siklus III akan memiliki banyak tambahan, karena siklus III ada
Siklus III
Siklus III merupakan pengulangan dari siklus I dan siklus II dengan
melakukan perbaikan dari masalah yang ada pada siklus I dan siklus II. Siklus
III meliputi:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus III peneliti menyusun rencana
pembelajaran kembali berdasarkan dari kekurangan yang ada pada siklus I
dan siklus II mengenai menyelesaikan operasi hitung campuran dengan
menggunakan strategi pembelajaran explicit instruction. Pada siklus III
peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran yang telah direvisi dari
siklus I dan siklus II, instrumen untuk penilain serta menganalisis proses
dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan siswa,
mempersiapkan sarana prasaran yang dibutuhkan. Berikut rancangan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus III yang direvisi dari siklus I dan
siklus II.Format rencana pembelajaran siklus III terlampir (lampiran 3.3).
2. Tindakan
Pada tahap pelaksanaan siklus III peneliti melaksanakan pembelajaran
pada materi operasi hitung campuran dengan menerapakan strategi
pembelajaran explicit instruction tidak jauh berbeda. Rencana kegiatan
pelaksanaan (RPP) yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi atau evaluasi
3. Observasi
Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai
semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung pada siklus III untuk
melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan strategi pembelajaran
explicit instruction pada kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo Sidoarjo.
Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:
a. Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada
siklus III.
b. Mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran
matematika menyelesaiakan operasi hitung campuran dengan
mengunakan strategi pembelajaranexplicit instruction pada siklus III.
c. Meneliti data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar
observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar
pengamatan guru, lembar kerja siswa yang berupa post tes.
d. Mengamati peningkatan hasil belajar operasi hitung campuran
terhadap materi operasi hitung campuran yang telah dirancang sesuai
dengan tujuan PTK pada siklus III.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus III.
Peneliti melakukan evaluasi, dan membandingkan peningkatan
kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran pada siklus I dan
siklus II, yang mana agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus III
kelas IV pada materi operasi hitung campuran. Setelah pelaksanan siklus
III tersebut berdasarkan evaluasi dan analisis, peneliti menyatakan
meningkatkan atau tidaknya hasil belajar siswa kelas IV MI Ma’arif
Pagerwojo Sidoarjo. Jika meningkat maka tidak perlu melanjutkan
siklus-siklus selanjutnya. Namun apabila pada pelaksanaan siklus-siklus III yang telah
diketahui kembali adanya hambatan, kekurangan pada proses
pembelajaran maka perlu adanya pengulangan yakni dengan melanjutkan
ke siklus-siklus selanjutnya. Pada umumnya kegiatan siklus selanjutnya
akan memiliki banyak tambahan, karena siklus selanjutnya ada untuk
memperbaiki siklus I, II dan III yang belum berhasil.
E. Data dan Teknik Pengumpulannya
1. Sumber Data
Sumber penelitian tindakan kelas yakni:
a. Guru
Dari sumber data guru, untuk melihat tingkat keberhasilan,
kegagalan, implementasi dari strategi pembelajaran explicit
instruction.
b. Siswa
Dari sumber data siswa, untuk mendapatkan data mengenai hasil
belajar operasi hitung campuran pada materi operasi hitung campuran.
2. Cara Pengumpulannya
Teknik pengumpulan data yang diambil atau dilakukan peneliti
pengumpulan data tersebut dilakukan oleh peneliti diupayakan agar
mendapatkan data yang valid, maka peneliti melakukan pengumpulan
data dengan cara diantarannya sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung. Observasi
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran dan aktivitas guru dalam penerapan strategi
pembelajaran explicit instruction dilaksanakan pada proses
pembelajaran30. Lembar observasi aktivitas guru terlampir (lampiran 3.4).Lembar observasi aktivitas siswa terlampir (lampiran 3.5).
b. Wawancara
Wawacara merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui
saluran media tertentu. Teknik wawancara dilakukan untuk mendapat
data tentang pendapat mengenai proses pembelajaran yang dialami
guru selama proses pembelajaran dengan sebelum diadakan PTK dan
sesudah diadakan PTK oleh peneliti dengan mengunakan strategi
pembelajaran explicit instruction serta data pendapat siswa mengenai
strategi yang digunakan peneliti sebagai PTK31.Format wawancara guru sebelum PTK terlampir (lampiran 3.6).Format wawancara
guru sesudah PTK terlampir (lampiran 3.7).Format wawancara siswa setelah PTK terlampir (lampiran 3.8).
c. Tes
Tes merupakan alat ukur yang sistematik untuk melihat tingkat
keberhasilan hasil belajar seperti perilaku yang mempengaruhi hasil
belajar. Tes digunakan peneliti untuk mendapat data hasil belajar
peningkatan hasil belajar operasi hitung campuran dengan materi
operasi hitung campuran kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo dengan
Adapun kisi-kisi soal untuk siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
dan bilangan bulat negatif menggunaka n media garis bilangan kayu
dan bilangan bulat negatif menggunaka
n garis
bilangan
a. -2 + 6 – 4 = -4 b. -3 + 7 – 3 = 7 c. -3 + 4 – 2 = 5 d. -2 + 7 – 6 = -1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Kalimat matematikanya adalah… a. -5 + 6 – 5 = -4
b. -3 + 4 – 2 = -3 c. -4 + 7 – 2 = -1 d. -3 + 6 – 5 = -2
PG 8 A
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Kalimat matematikanya adalah… a. 2 – 3 + 5 = 4
b. 4 – 7 + 2 = 3
Suhu udara di kota Surabaya 6°C. kemudian turun 4°C. suhu udara sekarang adalah..
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
C4 PG 10 B
Suhu udara di kota Bogor pada siang hari 14°C. Menjelang tengah malam suhu turun 8°C. Berapa derajatkah suhu udara puncak tersebut pada malam hari?
Adapun kisi-kisi soal untuk siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jawaban yang tepat untuk jawaban tersebut adalah…
a. -7 + 6 = -1 b. -6 + 5 = -1 c. 5 – (-2) = 7
Suhu udara di suatu tempat 9°C. Pada malam hari turun -12°C. Selisih suhu siang dan malam di tempat tersebut adalah..
a. 18 b. 19 c. 20 d. 21
C4 PG 10 D
Suhu udara di kota Malang pada siang hari 23°C. Menjelang tengah malam suhu turun
16°C. Berapa derajatkah suhu udara puncak
tersebut pada malam hari?
Cindra sedang menaiki pesawat. Ia berada pada ketinggian 230 m di atas permukaan laut. Kemudian ia naik lagi sejauh 132 m. Cindra sekarang berada pada ketinggian?
U 2 230 + 132 = 362
Jadi Cindra
Adapun kisi-kisi soal untuk siklus III adalah sebagai berikut:
dan bilangan bulat negatif menggunaka n media garis bilangan kayu
dan bilangan bulat negatif menggunaka
n garis
bilangan
a. -2 + 6 – 2 = 2 b. -2 + 7 – 2 = 3 c. -4 + 3 – 1 = 0 d. -4 + 7 – 1 = 2
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Kalimat matematikanya adalah… a. -4 + 8 – 2 = 2
b. -3 + 6 – 2 = 1 c. -5 + 6 – 2 = -1 d. -3 + 5 – 3 = -1
PG 8 B
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Kalimat matematikanya adalah… a. 5 – 3 + 4 = 6
b. 5 – 2 + 2 = 5
Suhu udara di Medan 12°C. Pada malam hari naik4°C. Suhu udara sekarang adalah…
a. 11 b. 12 c. 14 d. 16
C4 PG 10 D
Suhu udara di kota Tuban pada siang hari 20°C. Menjelang tengah malam suhu turun
-16°C. Berapa derajatkah suhu udara puncak
tersebut pada malam hari?
d. Dokumentasi
Dokumentasi ialah laporan tertulis yang berupa gambar,
dokumen-dokumen resmi, foto mengenai peristiwa yang isinya
memberikan penjelasan atas gambaran terhadap suatu peristiwa.
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
data-data foto-foto pada setiap siklusnya yang ada diproses
pembelajaran kelas IV di MI Ma’arif Pagerwojo dengan strategi
pembelajaran explicit instruction yang bertujuan sebagai penunjang
hasil penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterprestasi
data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan
fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas32. Analisis data
digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar operasi hitung campuran
pada materi operasi hitung campuran siswa kelas IV MI Ma’arif Pagerwojo
Sidoarjo. Pada analisis data, peneliti akan membandingkan hasil pada pra siklus,
yang mana hasil dari pra siklus diambil ketika guru mengajar seperti biasanya,
dengan siklus I, siklus II dan siklus III, yang mana pada saat itu pembelajaran
menggunakan penerapan strategi yang dipilih peneliti sebagai upaya mengatasi
permasalahan yakni strategi pembelajaran explicit instruction. Data yang