• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPER Bistok HS Evaluasi Lahan untuk Bidang Pertanian Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PAPER Bistok HS Evaluasi Lahan untuk Bidang Pertanian Full text"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

·�· �

T e I a r s e s .� a i c ; . g _. ,-, � 1 in y . . MenqetahuiJ

... -� �.-.�.--·�...__.

Oleh: Bistok Hasiholan Simanjunta�

PENDAHULUAN

Kegiatan evaluasi lahan harus mempcrtimbangkan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan aspek manajemen dan teknologi dari suatu

tpe pengtnaan aban FAO,

1984).

Tpe

pengtmaan aban

fPL) adalah suatu pengunaan lahan spesitk yang berkaitan dengan input

diperlukan dan output yang diharapkan (Rossiter, 1994).

Pertumbuhan dan perkembangan suatu jenis tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetic dan lingkungan terutama m dan tanah. Faktor genetik merupakan sifat turunan yang dibawa oleh setiap jenis tanaman. Produktivitas tanaman sangat ditentukan oleh faktor genetika tersebut dan oleh faktor lingkungan - lahan, terutama iklim dan tanah. Curah hujan dan suhu uJara sebagai unsur m merupakan faktor lingkungan yang menentukan pertumbuhan dan produktivitas tanaman, dan faktor ini suit diu bah dan/ atau dimoditkasi dalam skala di lapangan. Faktor genetik dan sebagian faktor tanah tidak bersifat statis, dengan manajemen dan teknologi dapat diubah dan diperbaiki kuaitasnya sesuai dengan tipe pengunaan lahan yang akan dikembangkan (Sys eta., 1993).

Untuk mengatasi masalah iklim harus dipilih jenis tanaman yang mempunyai persyaratan tumbuh sesuai dengan kondisi iklim di daerah yang bersangkutan. Hal ini dengan pertimbangan bahwa setiap jenis tanaman peka dan menuntut persya�·atan iklim tertentu, tcrutama curah hujan, radiasi, suhu, kclcmbaban, untuk dapat tumbuh dan bcrproduksi secara opimal. Oleh karcna itu pencntuan zona agroklimat suatu daerah untuk pengembangan tanaman (pertanian) sangat diperlukan. Sebagai contoh menentukan periode pertanaman padi tadah hujan dan palawija, Oldeman dan Darmiyati (1977) didasarkan pada bulan basah dan bulan ker.ng yaitu jumlah bulan basah (curah hujan > 200 mm/bulan), dan bulan kering (curah hujan < 100 mm/ bulan). Dari data curah hujan yang ada maka suatu daerah dapat dipetakan zona agroklimatnya.

Lahan di daerah Timor Tengah Selatan (ri'S) dibedakan atas 3 tipologi lahan, yaitu daerah dataran paritai, lahan menengah yang cukup landai dan daerah perbukitan­ pcgunungan. Dari kctiga tipologi laban tcrscbut maka scbagianbcsar mcrupakan dacrah pegunungan. Sebagian berupa areal persawahan tadah hujan, dan yang lainnya yang terbesar berupa pertanian lahan kering.

PERSYARATAN ILIM UNTUK TANAMAN

Unsur m yang diperlukan untuk pcrtumbuhan, pcrkcmbangan dan produksi tanaman mencakup suhu, curah hujan, kelembaban, radiasi dan pcnyinaran matahari, bulan oasah dan bulan kering (FAO, 1984; Rossiter, 1994). Namun data tcrscbut tidak sclalu tcrseJia Ji wilayah Tl'S. Data yang lcngkap J:1n rinci biasany:1 tcrkonscntr:1si Ji cbcrah-dacr:1h y:1ng

1 Disampaikan pada Seminar Sistem Manajemen Informasi Daerah dan Tata Guna Laban, di Kabupaten Timor Tengah Selatan, 6 Desember 2003

(2)

tclah berkembang. Dalam mcng1nalisis curah hujan uRtuk pcnilaian kcsesuaian laban tanaman pangan dihitung dengan data curah hujan 10 tahun sampai 30 tahun. Niali yang dihitung adalah curah hujan bulanan, rata-rata curah hujan tahunan, dan rata-rata bulan keing (curah hujan < 75 mm) (CSR/J.'A() Staff, 1983). Scdangkan untuk suhu udara dihitung rata-rata bulanan dan tahunan untuk bcbcrapa (10-30 tahun pengamatan) dari sctiap stasiun. Data curah hujan dan suhu udara bulanan 1ni kemudian digunakan untuk menghitung evapotranspirasi potcnsial (PE) mcnurut metode Thornthwaite dan Mather (1957). Selain itu dihitung nilai 0,50 PE untuk mengctahui lama masa perrumbuhan tanaman bulan) dengan mengunakan grafik. Berdasarkan t,trafk dapat diketahui bulan-bulan kering, lembab dan basah dari setiap daerah yang dianalisis. Sebagai perbandingan ditetapkan juga tipe hujan menurut Schmidt dan Ferguson (195.1) dan zone agroklimat Oldeman (Oldeman e/ aL, 1977) berdasarkan data curah bujan di atas.

Kriteria parameter iklim yang tcrdiri dari subu, bulan kering dan curab hujan yang diunakan untuk evaluasi laban mengacu kepada Atlas Format (CSR/FAO Staff, 1983). Kriteria parameter tersebut yang menjadi faktor pembatas untuk tanaman padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubijalar disaj.kan pad a Tabel 2.

Jumlab curah bujan yang kurang atau melebihi kebutuhan tanaman al.an menurunkan kelas kesesuaian laban, karena jumlah air yang dikonsumsi tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif maupun generatif (l'rojer, 1976). Selain itu curah hujan yang

ni

erkorelasi dengan derajat keawanan yang tini, sehinga berpengaruh terhadap lama nyinaran matahari yang relatif rendah, dan kelcmbaban udara tingi. Kondisi demikian akan merangsang atau menstimulir perkembangan hama penyakit. Sedangkan di daerah tadah hujan, curah hujan yang rendah menyebabkan kctersediaan air kurang dan/atau sangat tebatas yang akan menyebabkan tanaman strcs, cepat mengalami kelayuan sehinga epcngaruh buruk terhadap proses isiologi tanaman (FAO, 1983). Fa

ktor curah hujan

i daerah yang tidak diirigasi peranannya sangat nyata baik pada masa pertumbuhan

vegetatif

maupun generatif. Oleh karena itu curah hujan meupakan salah satu parameter kelas kesesuaan yang utama dari komponen ikJim dibandingkan dengan yang lainnya.

Kisaran kelas kesesuaian lahan berdasarkan parameter iklim tentu sangat tergantung pda model TPL yang ingin dikembangkan. Jika untuk TPL yang hanya satu kali tanam (satu

sm)

dalam satu tahun, maka nilai kesesuaian laban tentu akan berbeda jil.a untuk model PL lain yang lebih dai satu kali tanam. Artinya TPL untu. tanaman pertama yang ditanam

da kondisi

iklim

(curah hujan) yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman tersebut akan basilkan kelas yng sesuai, tetapi tidak demikian untuk tanaman berikutnya (tanaman ke 2 n ke 3).

Untuk keperluan evaluasi lahan dari faktor iim perlu tersedia data mengenai bulan

· g dan bulan basah. Penetapan bulan kering dan bulan basah bisa mengacu kepada ·dt dan Ferguson (1951), Oldeman (1978) dan Atlas Format (CSR/FAO Staff, 1983). dekatan menurut Schmidt dan Ferguson terutama untuk keperluan tanaman tahunan, kan yang lainnya untuk tanaman pangan lahan kering. lnformasi bulan kering yang at sangat penting, karena kalau sudah dinyatabn bulan kering ada konotasi petani tidak dapat mengusahakan lahannya untuk tanaman pant,ran Iahan kcring. I::cnyataan pada n-bulan yang te

rmasuk k

cring mcnurut Oldcman (< I 00 mm),

di l

:

ipang

an

pctani masih

mengusahakan

l

ahannya untuk tanaman tcrscbut. Untuk pcngcmbangan >uatu tipc tl�lll:t:tn bh

a

n k h ususny:1 1:111:1111 :Ill p:111�111 l:1 h :111 kcring (" upl:111d I()( JJ en lj1S "): hcrluit:Hl ag.m J':lf;\lll'fl'f ikJim, d:d:Hll h:d ini cur:dl Jwj:\11 png pcnting buk:\11 h:my:l -iumi:lhfl)";1
(3)

Tahel I Krteriu pembJtaJ kdu\ k.'.\'esuaian i,/im untrtk

brbaapa jetri.\·

tanama�r pangan fahan /(ring.

Jcnts timUnto

Pdl gogl

Jugung

'bi .ayu

Suhu ('C)

.H-31 L7 lo ;- 32 ' I!• 31-32 �0-18

· ' ..

J.

l � Jl- 31

19 -l: > .t:

.. IS 34 IQ-l� .> 3·1

-: i!

31-Ji

li-�i , 35 < ��

�7-3{1 17 I r• ·' �(I

.: 16

KL -- ---s� . _, S.3 .. . . .; S. S �I . h '' ··' i" . � �.: ,) Sl s. � t··, �! �l �-:� s-• 1

' '.l

��

'

�L - K:ll5 b:�;��.,lJifll lnhan

iumber :SR/'All St<t:l 119::31

----

--Hu;tn \:n ng iJ I III>

�; _() -1) :· )

X. l -4

0.6 \I \

:. fl.�

�-'- ,. ·f .L SJ � S.� ; ),i .. ;; � S} .. I' \.l '' ,.,

l·ll�ilh hUJ311

illlfll)

l :J(IO- ;�u

< 750

<h:!f.>-r){H1 < :dJU

�.511:1· J �0(1 � :}�1 - � 1)1\ > I .oo

< �(t(J

� J IJ( 't} -H'if•-?�H < ! 51)

�.l)l.'li 7SI�-"{I{ I ,. _<!Ill

�. 5LiU- 4 lj1)(_1 11 [c:)--l\.11.1

:· 4 i t•: i� I

< -I(J(I

A MASA PERTUMBUN

. I s� ,; ; ., ..· ,. . ) "-� �� � \3 ;� \! s� S_l '. '\" . . . 1

, ,

... ,., -I

---

--Pngertian masa pertumbuhan adalah masa yang kontinyu (dalam bulan) kctika hujan di 100 mm per bulan, ditambah satu bulan pad a saat permulaan pertumbuhan ketika ml

50

mm, ditambah \vaktu yang ditolerir untuk terjadinya penguapan air setingi

- yang diangap masih tersimpan dalam proit tanah pada akhir masa pertumbuhan

Ci ,

1980).

Menurut Driessen dan Konijn (1992) ketersediaan air dan rejim suhu tanah

� mnentukan kemungkinan lama masa pertumbuhan dari tanaman-tanaman pada tempat

.

Uok mengetahui masa pertumbuhan di daerah tadah hujan perlu diketahui keadaan

(4)

/

datanya diambil dari beberapa stasiun pcngamatan; dan pc�hitungann�·a dilakukan mcnurut

metode Thorothwaite dan Mather (1957).

Tabe/2.

( 'n

J'U r

h

l.'

/:-

� 'r r

.f

'! i

_i

L' r

i

\ hl I d I Jl d .t I

l.a b

u n

..

.' r

in _,r,

krHS

l..!.Hlli!ll

P.Ji :;u:u

.1

;;i�.i.lll

K :·

c

k

I ;�J

KJ:Hn

,

1.11111·,

.•. -.. . . , , . ..

---.''II

! i i

· .. � ... ,

. .

... . .

� ',_, -. . : i ·. . � .

' -·'

I ! : t .. .

. . ·.

[image:4.562.46.473.85.605.2]

1 ��

Tabel 3 Kebutuhal afr bulanau u1rtuk pafl gogo,

jagung,

dm kzcatg�

kacangau.

f•.dl �!'() Jagung Knc.mg-�:aca.ngn•

Pen ode �m MK MH M< �m MK

pctumbuh:m

Kc Fro Kc T< KC ETo

J 4,5 _\ 4.5 � �s

mm/bu.111 mm/hnhn 111111/buh.u1

t�etJmtmhan l.lO <J) l48 (\50 �5 67 0.50 t� Ci7

>:�mbangan 1,10 99 I·�� W 72 l(J& n.J5 67 IDI

Pcmhun� l.l' I 14 t55 1.05 94 141 0,95 85 1�8

P:mliknn 1.00 90 []5 0.15 67 Ot 11,65 58 &S

3i2 '&6 n& ·II� 255 184

\c = Kci.�1cn lmaman. M3 " 1u.tm lanlln hulnn '·1'>ih; \1K = Mm1111 t1n�m bulN k:ing; •Kcdelu ltt kacon� nrmh.

�11� Oldem�n tljlW)

FISIOGRAFI DAN BAHAN INDUK TANAH

Fisiograi berkaitao crat dcngan bahan induk tanah, proses-proses gcoloh>1, crosi, dan dimentasi (Buurman dan Balscm, 1990). Dacrah prioritas dapat dibedakao kc dalam eberapa satuan isiograi dan Bahan ioduk tanah yaitu:

1) AI

uvial, tcrbcntuk dari end a pan 1 ngai, termasuk eodapan daoau/lakustrin dan alm·io-koluvium,

2)

Mario, terbentuk dari dapan bahan dalam lingkungan marin, 3) FJu,·io-marin, yaitu peralihan antara aluvial dan in, terbentuk dari codapan sun-,rai dan berada di atas cndapan marin,

4)

Karst, tcrbentuk

· batu gamping, 5) Struktural/lipatan, tersusun dari batuan se.imen sepcrti batu pasir dan

(5)

diorii, serta 7) Volkan muda yang umumnya membentuk,kerucut ,·olkan,tersusun dari abu, uf dan lava yang bersifat andesitik-basaltik (Effendi,1976; Bachri et aL, 1993).

Satuan-satuan isiograi tersebut sangat erat kaitannya dengan formasi gcologi dan litoloi (batuan induk). Litologi ini menentukan bahan induk tanah dan sifat-sifat tanah yang berkembang dari bahan induk tanah tersebut, yang pada akhirnya menentukan potcnsi laban

n jenis taoaman yang sesuai untuk dikembangkan. Bahan induk dari tanah-tanah yang

terdapat di daerag IS relatif kaya unsur hara tcrutama P dan K dcngan cadangan mineral

rng ioi, sehinga tanah-tanah di wilayah tersebut cukup subur.

Jenis Tanah dan Sifat-sifatnya

Tanah terbentuk sebagai basil dari interaksi beberapa faktor pembentukannya, yaitu

m, bahan induk, topograi/ isiograi, vegetasi dan waktu/lama pembentukan. Di daerah

copika, di samping m, bahan induk dan topografi merupakan faktor dominan yang sangat

mempenaruhi sifat-sifat tanah, yang pada akhirnya mempengaruhi pengunaan lahannya

nk pertanian.

Penyebaran tanah utama pada daerah 'lTS tcrdiri mas 6 ordo menurut sistcm IJasiikasi ksonomi tanah (Soil Survey Staff, 1994) seperti dicantumkan pada uraian berikut:

L Entisol

Adalah tanah baru (berkembang) tanah ini mcrupakan tanah mineral tidak dengan son permulaan, regolith yang tebal kadang ada satu lapisan bajak karena sudah mulai hakan manusia, tanah ini masih subur bila mcrupakan bahan dari aluvium tctapi njadi tidak subur bila tanah terse but gersang. J adi tanah ini adalah dangkal dengan batuan

yang jelas teclihat dan prof. tanah belum jelas.

Entisol merupakan tanah yang baru berkcmbang, walaupun demikian tanah ini tidak ya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tctapi tclah terjadi proses pedogenesis yang menghasilkan epipedon okrik atau mungkin juga telah ditemukan adanya doo antropik, horison lb� dan agrik. Akumulasi garam, besi oksida dan lainnya

IIgl" ·l ditemukan pad kedalaman lebih dari 1 m .

. , s pembentukan tanah ini adalah:

. m yang sangat kering sehin&<l pelapukan dan reaksi kimia berjalan sangat lam bat.

b. Erosi yang kuat dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Umumnya hal ini banyak terjadi daerah yang berlereng-lereng curam.

. Peogendapan terus menerus menyebabkan pembentukan horisoo lebih lambat dari

pengendapan. Terdapat misalnya daerah dataran banjir disekitar sungai, delta, lembah, gunung berapi bukir pasir di pantai.

d Imobilisasi plama tanah menjadi bahan inert misalnya lokulasi bahan-bahan olch

karbonatm silikat ddll.

e. Bahan induk yang sangat sukar lapuk (inert) atau tidak permeabel sehinga ir sulit meresap dan reaksi tidak berjalan.

. Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsur beracun bagi tanaman atau oranisme lainnya, sehinga diferensiasi oleh bahan organik tidak terjadi.

g. Selalu jenus r atau tergenang menghambat perkembangan horison. b. Waktu yang singkat belum memungkinkan perkembangan horison

L Peubahan drastis dari vegetasi alamai yang ada oleh vegetasi lain sehinga akumulasi

dan reaksi bahan organiknya menjadi lain.

Bila Entisol tersebut meupakan daerah endapan subur dari sungai, rawa pantai

(6)

diperhatikan, karena kalau daerah tersebut merupakan endpan rawa pantai maka perbaikan drainase yang menjadikan reaksi oksidasi terjadi maka akan terbentuk cat clay yang sangat

masam akibat dari oksidasi sulida menjadi sulfat. · Penunaan untuk:

padi sawah pada daerah aluvial (endapan)

Jeruk, dan tanaman lainnya (entisol berpasir dan cukup

r)

Cagar alam, hutan pada daerah berlereng Padang gembalaan ternak.

Pembatas pengunaan Entisol dalam usaha tai dalam tanah entisol adalah pengendaian kebutuhan air, kedalaman solum serta kandungan lempung/ clay yang cukup tinggi pada daerah tetentu.

2. Alisol

Alisol mempunyai permukaan abu-abu sampai coklat, kandungan basa sedang sampi beasr dan memngandung horison iluvial dimana menimbun lempung silikat, dan horison ini disebut argilik jika hanya terdapat lempung slikat dan disebut natrik jika disamping lempung lebih dari 15�(, jenuh dcngan natrium dan berstruktur tiang dan pilar.

Horison lempung biasanya lebih dari 35%. Tanah ini telah menglamai pelapukan yang cukup hebat dan sebagian terbentuk pada daerah lembab dibahwah sisa-sisa tanaman hutan asli walaupun kadang-kadang aslinya rumput \'egetasi.

Tanah alisol mempunyai kandungan liat tingi di horison B (horison argilik), dan kebanyak terdapat pada dcrah iklim scdang hingga subtropis dan tropis pada dacrah-uacrah dengan tingkat pelapukan sedang. Alfisol mcmpunyai rejim kelembaban aquik atau tclah didrainase dan mempunyai ciri-ciri yang bcrkaitan ucngan keadaan kcbasahan yaitu kckarat­ karatan (abu-abu) mempunyai konkresi besi-mangan lebih besar dari 2 mm atau mempunyai kroma 2 atau kurang pada subhorison yang langsuog di bawah sebarangt horisoo Ap atau pada subhorison dibawah sebarang horisoo A, bcrwarna gelap yang mempunyai Yalue lemab

3 setelah tanah dipirid

Pengunaan tanah Alisol sangat luas untuk bidang pertanian kareoa tanah ini sangat produktif, dengan kandungan basa yang sedang sampai besar umumnya akan menguntungkan untuk nutrisi tanah dan serapan hara oleh tanaman. Karena alisol adalah tanah yang subur maka banyak digunakan untuk pertanian, padang rumput, hutan. Kesuburan ini dikarenakan tanah ini mempunyai kejenuhan basa tingi, kapasitas tukar kation tingi, cadangan unsur hara tingi.

Pada daerah berlereng adalah bahaya erosi terutama bila top soil hilang maka akan muncul horison B (arilik) ke eprmukaao tanah sehinga kurang baik untuk pertumbuhan tnaman, Disamping itu serta adanya liat

ni

(arik) pada horison B maka dapat menghambat perkembangan perakarao tanaman kebawah proftl tanah.

3. lnceptisol

Tanah permulaan, tidak mempunyai bahan sulidik pada kedalaman kurang dari atau sma dengan 50 em dari permukaan tanah mineral dan pada kedalaman 20 - 30 em dibawah nnukaan tanah mineral mempunyai nilai N 0,7 atau kurang pada salah satu subhorison atau lebih, atau liat kurang dari 8% pada salah satu subhorison atau lebih dan mempunyai

slah sau sifat:

a mempunhyai epiedon umbrik, molik, histik, (mineral atau organik) atau plagen atau.

(7)

. Pada kedalaman kurang dari atau sama dengan 1 m dari permukaan ditemukan hoison kalsik, petroklasik, gipsik, perogipsik, plakik, atau duripan, atau

d. Fraipan atau horison oksik yang batas atasnya pal kcdalaman antara !SO em -200 em atau

e. Horison sulfurik yang batas atasnya pada kedalaman ku�ang atau sama dengan SO em

dari permukaan atau

f. Pada setengah atau lebih dari SO em teratas mempunyai SAR diatas 13 (atau kejenuhan Na diatas 1S

%) yang menurun kdengan kedalaman dibawah

SO em dan

pada kedalaman kurang atau sama dengan 1 m mempunyi air tanah selama

beberapa waktu setiap tahun bila tanah tidak membeku dibagian manapun.

Ji

Incepisol adalah tanah-tanah yang keeuali dapat mei epipedon okrik dan horison

· -sepei yang i tanah Entisol juga mempunyai beberapa sifat peneiri lain (misalnya oison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah lain. Inseepetisol ini tanah

g belum matang Immature) dengan perkembangan prfti yang lebih lemah dibandingkan

:n tanah matang dan masih banyak memiiki sifat bahan induknya. Beberapa Ineeptisol

at dln kesembangan dengan lingkungan dan tidak akan matang bila lingkungan - beunbah.

Pada pembentukan tanah ini tidak ada proses pedogenik yang dominan keeuali

ng meskipun semua proses pedogenik adalah akti. Dilembah-lembah yang selalu

ng r - terjadi proses gleisasi sehinga terbentuk tanah dengan khroma rendah

at dengan bahan induk resistent proses pembcntukan liat terhambat. Bahan induk

r

kuasa memunginkan pembentukan horison spodik melalui proses podsoWsasi

Penunaan inceptisol untuk pertanian dan non pertanian sangat beraneka ragam.

C umnya tanah ini untuk hutan atau tanaman kcras tcrutama dacrah yang berlcreng dan

h rekreasi atau wildlife. Pada daerah bcrdrainase buruk untuk pengunaan bidang

tn

harus disertai perbaikan drainasc.

Inceptisol yang bermasalah adalah adanya sulfaguept yang mengandung horison k (cat clay) yang sangat masam. Bahaya erosi pada top soil untuk \vilayah berlereng

besar resikonya

4. Mollisol

Tanah dengan epipedon molik tetapi tidak mcmpunhya.i sifat mcngemb�ng­ n , terdapat pengaruh gelas vulkanik dan horison kambik yang masam pada prof!

Mollisol. Moisol banyak dijumpai pada daeoh bukit kapur (di Indonesia), dan

nk dibawah vegetasi rumput (rendah, sedang atau tingi). Tanah ini juga kadang

pnri horison argilik, natrik, albik atau kambik tetapi tidak mempunyai horison oksik

u

k.

Struktur tanah umumnya kersai atau rcmah dan tidak kcras saat tanah kcring

· a anah Mosllisol dikatakan tanah lunak.

Kesuburan tanah Mollisol sangat tingi sehinga sangat baik untuk bidang pertanian

k nuk tanaman semusim maupun tanaman kcras atau buahan. T:tnah yang masil1 asli

- erjakan pertama kali maka tanah tersebut kaya akan bahan organik, kejcnuhan basa nitrogen dan unsur hara lainnya masih tini, sehinga umumnya tanah tidak perlu di

l._ Oleh karena itu Molisol salah satu tanah baik untuk pertanian.

Mollisol di Indonesia umumnya mempunyai kcdalaman profJ yang dangkal. Hal ini

(8)

r

5. xisol

Adalah tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut sehinga kaya akan skioksida. Di Indonesia banyak dijumpai tanah Oxisol dat tanah Oxisol dicirikan adanya hoison oksik pad a kedalaman kurang dari 1,5 m a tau m�mpunyai horison kandik yang

jlh mineral mudah lapuknya mcmcnuhi syarat horisoi oksik dan tidak mempunyai horison spodik atau argilik diatas horison oksik. Tanah ini dahulu sering disebut tanah Lateit dan Latosol (tetapi tidak semua Latoso1 atau Laterit adalah Oxisol). Tanah ini terdapat pada daerah upland tua yang stabil, teras aluvial tua, daerah hutan tropis, savana.

Tanah ini akan baik bila digunakn untuk kebun, perladangan berpindah (shifing liYation) yang pengunaan atau pengelolaan tanah tidak intensif Untuk pengembalaan h i akan lebih baik. Keistimewaan tanah ini adlah permeabilitas tanah baik dan masih cukup tahan terhadap erosi dan struktur tanah yang baik untuk perkembangan akar nman. Pengunan untuk pertanian intensif akan lebih baik bila dengan memperhatikan inkat kesuburan dengan pemupukan dan pengapuran untuk menstabilkan Aluminium.

Tanah ini umurnya tua (pelapukan lanjut) sehinga cadangan mineral unsur hara sangat sedkit (rendah). Kesuburan alami tanah rendah, kandungan Al dapat dipertukarkan

gi.

6. Ultisol

Ultisol hanya ditemukan didaerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari SoC. Ultisol �h tanah dengan horison argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pad a kedalaman 1,8 m dri permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ini rkembang dari bahan induk tua (umumnya di Indonesia adalah batuan liat).

Tanah i mempunyai tingkat kesuburan yang rendah sehinga untuk pengunaan

ing pertanian terutamam tanaman semusin1 dapat dilakukan harus disertai dengan

elolaan yang baik dari segi kesuburan dan peningkatan pH tanah. Pengunaan yang

dl adalah untuk kehutanan supaya adanya biorecycling unsur hara dengan baik.

Tanah ini pH rendah sehinga raksi kemasaman

ni,

kadar Al

ni

sehinga

ai tanaman, terjadi iksasi phospat, unru hara rendah sehinga pada pengunaan

dg pertanian perlunya tindakan pemupukan dan pengapuran.

POTENSI DAN KETERSEDIAAN HAN

m, tanah, dan terrain merupakan komponen laban yang sangat berpengaruh

tbadap kesesuaian dan potensi laban dalam kaitannya dengan pertumbuhan, produksi dan

ajmen suatu komoditas pertanian yang diusahakan di suatu areal. Faktor m terutama

h bujan dan suhu udara peranannya di daerah 1TS sangat dominan baik terhadap

e

uhan

tanaman untuk proses isiologi, maupun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah trn sebagai media tumbuh.

�uaian Laban Ditinjau dari

Aspek Ilim

F.-tor m dalam hal ini curah hujan peranannya akan sangat menentukan baik ap kelas kesesuaian laban maupun terhadap produktivitasnya di daerah rrs, sebab

��

meupakan daerah tadah hujan yang tidak mcmungkinkan diirigasi. Debit air sunai �a idak cukup atau karena posisi dan bentuk wilayahnya yang lcbih tingi dari sumber h tersebut tidak memungkinkan untuk dapat diirigasi dengan sistem gravitasi. Oleh � iu pengaturan waktu dan pola

tanam dcn,an

mcmpcrhatikan ncr

aca air sangat

-l ukan .

(9)

�?··

�eraca ir

.

Untuk mengambarkan

kescsuaian

lahan

litinjau

lar·i faktor iklim, keadaan neraca air bulanan i daerah 1TS dalam hubungannya dengan pola pertanaman perlu itetapkan. Pcrhitungcln neraca air bcrdasark

a

n

bcsanya

curah hujan bulanan dengan peluang kejadian telampaui sebesar 75 clan 5011'il curah hujan cfcktif, "reference crop evapotransp1ration"

(ETo),

"crop evapotranspiraion" untuk

pali

gogo, jagung, dan kacang-kacangan atau tanaman pangan lainnya. Dalam perhitungan ncraca air digunakan data curah hujan rata-rata daerah dataran pantai, laban burit atau laban diluar dataran pantai ("hinterland") yang keadaan tipoloi laban tersebut ketiniannya < 50 m dpl, dan untuk daerah dataran tingi ('upland") yang ketinggiannya berkisar antara 50-500 mm. Selaio itu digunakan juga penduaan kebutuhan air bulanan untuk tanaman tersebut dari setiap fase pertumbuhan, seperi disajikan pada Tabel 3 cliatas .

Berdasarkan Tabel 3, dapat dikemukakan untuk pertumbuhan padi gogo pada musim basah (MB) dan mus1m kemarau (v1K) masing-masrng memerlukan r 392 mm selama miimal 3,50 bulan dan 586 selama 4,50 bulan secara kontinyu. Tanaman jagung mmerlukan air pada MB 278 mm dan MK 418 mm. Sedangkan kebutuhan r untuk tnaman kacang-kacangan relatif lebih sedikit daripada jagung.

Oldeman (1980) menyatakan bahwa deogao peluang > 75% uotuk memperoleh curah

bujan > 200 mm/bulan dapat dipakai sebagai pedoman masa tanam untuk tanaman pai sawah. Sedangkan untuk tanaman palawija termasuk pacli gogo idasarkan pada curah hujan

>

100 mm. Sebagai pembandlng masa tanam padi sawah sebaiknya pada bulan Oktober-Mei,

kmuclian dilanjutkan dengan penanaman palmvija pada bulan Mei -Agustus pulau Jawa daerh pantura)

Curah hujan efektif bulanan untuk palawija masing-masing adalah 100 dan 75% dari rah hujan bulanan dengan peluaog kejadian terlewati tertentu. Curah hujan bulanan dengan eluang kejadian terlewati 75% diliitung dengan mengunakan persamaan regresi sebagai

ut:

y =

0,82

x-

30;

r =

0,90

(Oldeman,

1978)

dna y adtlah curah hujan bulanan dengan peluang kejaian terlewati 75% ('depandable nfll with 75% probability of exceedance") dan x adalah rata-rata curah hujan bulanan elng kejaclian terlewati 50%). Sedang r adalah curah hujao bulanan deogan peluang

kiao

terlewati sebesar 75% berarti dalam 100 tahun rata-rata akan terjadi 75 kali kejaclian

hun

bulanan yang lebih besar dari angka curah hujan bulanan dengan peluang kejaian lewai 75%. Demikian pula curah hujao bulanan deogao peluang kejalian terlewati 50%

i dalam periode 100 tahun rata-rata akan terjacli 50 ki kejacliao hujan bulaoan yang eh besar dari aogka curah hujao bulaoan deogao peluaog kejalian terlewati 50%. Polehn curah hujan bulanan deogao peluang kejalian terlewati tertentu di dalam aoalisis

ca r akan memberikao gambarao sampai berapa jauh situasi neraca air bulanan tersebut

t harapkan kejacliannya.

Keadaan demikian dalam evaluasi laban perlu mendapat perhatian karena mformasinya in erat dengan potensi lahan. Curah hujan akan meneotukan pengaturan waktu dan a taoam untuk menghmdari terjadinya kegagalan panen dan/atau untuk memperoleh basil

(10)

esuaian Lahan Ditinjau dari Aspek

Lahan

,

Pengertian lahan mcncakup tanah dan terrain, dalam hal ini ura1an mcngcnai aspck

bn ditujukan untuk mclcngkapi informasi yang tclah dibahas dalam bab iklim. Tanah­

nh di daerah Tl'S mcmpunyai kisaran sifat fisik, morfologi Jan kimia yang tcrlalu kontras

rbeda sebagai parameter untuk C\'aluasi lahan. 'l'anah-tanah di dacrah terscbut umumnya mmpunyai kedalaman tanah yang mcrupakan faktor pcmbatas untuk tanaman pangan

in kering kurang dari SO em), tekstur bcrkisar antara moderat halus sampai kasar,

sukur gumpal dan/atau remah serta konsistcnsi yang gembur hinga kcras/pcjal/masif,

ena kurang ideal untuk kcbutuhan perkembangan akar tanaman.

Sifat-sifat kimia tanah, yaitu rcaksi tanah agak mas am sampai netral (pH S,S-

7 ,0),

keienuhan basa (KB) an tara < 3S ->SO 0'o, dengan kandungan N rendah, P dan K yang relatif

gi dan EC yang normal untuk pcrtumbuhan tanaman.

Keadaan terrain di daerah ini mempunyai topograi yang ben·ariasi antara datar,

mendai sampai berombak dan curam, dengan lcrcng landai sampai terjal/ curam, tanpa atau -wyk batuan di permukaan atau di dalam penampang tanah. Selain itu terdapat singkapan

nn ('rock outcrop"), sehinga keadaan terrain demkian tersebut berpengaruh terbadap

sn efektif dan manajemennya untuk pengembangan tanaman pangan.

Potensi laban untuk pengembangan pertanian ditentukan oleh faktor m, :Orai/lereng dan sifat tanah yang merupakan pcrsyaratan tumbuh tanaman. Untuk mli potensi lahan ditentukan terlebih dahulu kclas kesesuaian lahannya. Kelas kesesuaian an pada dasamya diperolch dengan mcmbanlingkan persyaratan tumbuh tanaman dengan kreristik lahan (Djaenudin et

aL, 1994) .

\fenurut CSR/FAO (1983) laban digolongkan berpotensi tingi jika kelas kesesuaian nnya sangat sesuai, lahan berpotensi sedang mempunyai kesesuaian laban cukup sesuai, n lban berpotensi rendah mempunyai kesesuaian laban marginal untuk pengembangan

.n pangan. Lahan sangat sesuai adalah lahan yang mempunyai sedikit atau tanpa

r mbat, lahan cukup sesuai mempunyai pembatas yang cukup, dan lahan sesuai

nal adalah laban yang mcmpunyai penghambat berat untuk pengunaannya sebagai .hn petanian.

Ketersediaan lahan potensial yang belum atau tidak dimanfaatkan dapat diketahui

d� membandingkan perkiraan luas pengunaan laban saat ini, dengan lahan-lahan

os:ensil yang telab dilakukan enluasi lahaonya.

ENDALAPENGGUNAN N

DI

TTS

(PENGAMATAN EMPIRIS PENULIS)

rdsarkan basil pengamatao sifat dan pcoyebaran berbagai jeois tanab berikut sifat isik kngannya, didukung koodisi isiograi, topograi/ lereng, dan bahan induk tanah, daerah S mempunyai beberapa kendala yang dapat membatasi pengunaannya sebagai lahan

�n

tanaman pangan, mulai dari yang ringan sampai berat. Kendala-kendala utama yang

·

pi adlah sebagai berikut:

eediaan ir

Daerah TS berim relatif kering deogan rcjim kelembapan ustik, musim kering ag kup panjang, sedangkan musim hujannya relatif pendek, sehinga peluang terjadinya �o cukup besar. Akibatnya, penanaman umumnya hanya dapat dilakukan sekali

(11)

sumber-ber air yang ada secara optimal unruk mengairi laban pertanian pada musim kemarau,

.-uensi tanam dapat ditingkatkan menjadi dua kaL sctahUn. Untuk lacrah yang cukup

h yang dekat dengan mara air atau sungai lan yang 1empunyai iJim lcbih basah, .uensi tanam dapat dilakukan lcbih lari lua kali sctahun, karcna kctcrscliaan air lapat

cukupi.

To

o

grai/lereng dan Bahaya Erosi

Topogra/lereog sangat bcn·ariasi lari Jatar sampai bcrgunung/bukit. Untuk mbaogao tanaman pangan, maka topograi yang masih diperkenankan adalah datar pi bergelombang dengao kemiringan lahan Oereng) < 15°�,, meskipun pada yaraannya dibeberapa \vilayah TIS sebagian tanaman pangan ditanam pada lahao ng> 15%. Oleh karen a itu, untuk meocegah kemungkinan bahaya erosi dan kerusakan pertanian tanaman pangan pada laban berlereng 8-15°1o dan pada lereng > 15°�, haus

apkan berbagai teknik konsevasi tanah.

Batu di

Permukaan

Daerah TIS secara geologic merupakan claerah angkatan, lengan batuan pcnyususn

mi dari alluvium, batuan basalt, conglomcrat, batu kapur dan batu pasir atau batu

Pmukaan tanahnya banyak yang berbaru-batu atau singkapan batuan. Banyaknya batu­

ebut dapat mengurangi luasan lahan yang dapat ditanami, di samping menghambat :!han tanah, baik secara manual maupun mekanik.

mm-�at T

anah

eerapa jenis tanah Entisols mcmpunyai lapisan kcrikil atau fratnen batuan yang terhadap kedalaman tanah, yang suLt .itembus perakaran tanaman. Di

samping

)t

Eotisols atau Incepisols yang bcrtckstur kasar/ pasir, dari endapan marin dan Retensi hara dan ketcrscliaan hara relatif tidak menjadi kendala dalam :an laban. Akan tetapi untuk mempertahankan keterscdiaan hara tersebut agar tidak

ukan usaha, antara lain, pcnambahan bahan organik dan pemupukan. Tingkat

l:pa

wilayah cukup besar, hal ini dilasarkan pala pengamatan bahwa tanah

lereog dan mempunyai tekstur kasar sangat luas sekaL.

PENUTUP

pertanian yang ala belum optimal, sehinga berpeluang untuk uktivitasnya secara berkelanjutan mclalui program intensiikasi, antara ln

::;::

::::2ha n:

-

sumber air untuk pengairan, - perbakan teknik bercocok tanam, dan

�n r unl, seta - penerapan teknik konservasi tanah pada lahan berlereng

z

::.::;m

haya erosi dan kerusakan laban.

DAFTAR PUSTAKA

"".-1995. Luas Laban \lenurut Peogunaannya di LuarJawa. B

P

S,Jakarta.

- Rconnai sancc lanl resource sun-cys, I : 250,000 scale, atlas format

(12)

·aenudin, D., Basuni Hw., S. Hardjowigeno, H. Subagjo, M. Su.ardi, Jsmangun, D.S.

Marsoedi, N. Suharta, . Haim, Widagdo, J. Dai,

J

Suwandi, S. 13achri, dan .H..

Jordens. 1994. Kesesuaian laban untuk tanaman pert,anian dan tanaman .ehutanan.

Laporan Teis No. 7 Versi 1.0. Proyek LREP II Part C, Puslittanak, Bogar.

Oldeman, L.R. and S. Dariyai. 1977. The agroclimatic map of Sulawesi, scale 1: 2,500,000.

Centr. Res. Inst. of Agric. Bulletin (52).

at Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1988. Pemetaan tanah semi detail daerah NT

ol Svey Staff. 1994. Keys to Soil Taxonomy. Sixth Edition. USDA, Soil Conservation

Sevice. Washington, DC.

· .

.

(13)

·-Klasifikasi Tanah Timor Tengah Selatan

-

NTT

I Luas

I

Kode Laban di Area LANDFORM LITHOLOGY

i Map (m2) .

!

General

Parameters

I Description

I

(Desaunette's Crest \'alley

name(map Slope Relief Dominant rock

I

(km2) landform \Vidth \\'idth

i S�·mlOI) ('Y.,) (m) type r

equivalent( l) (m) (m) mineralogy

i

I

- �- - -

-I

i

I

I

!

coastal Beach

I

!

Putting (PTG) ridges and swa:

.\lluYium rcccn

I""

<2 12-10 <50 "i-200 s;Ulds, gran·b) m;t rim· �Jl'ach

I

(382)

L

Coastal Beach

\llu,·ium reccn Ujung Petang ridges and swalcs <2 >.1() < 50 "i-200 marine (

b

each

(UPG) sands, gr;l\·cls)

n J ry areas (B82)

I

I lntec-tidal

I Alluvium recen

Kajap;th (KJP) 2365 mudflats under <2 <2 None None

stuarine-1alo

p

hytic

vegetation (1363)

1rine (saline)

rm;

(ORI)

l

luvium,

Coalescent recen

t

b357

suarine/ riverine <2 2-10 None None rivcrinealluviu

m, cstuacinc

plains Pll) arincallU\'ium

- fimdeo•it�

·--·-··

SOIL ASSOCIATION

�oil Grear G roups(�oil .

Taxonom,· :�D.\,l<J7S) 1 'rn>pc>ps:uncnc nts rropaJUC'pts tstipsacncnectr,; rropatJUCpts

I !ydraqucnrs �ul &tquenrs

h'opaqucpts

II

II of map unit 20-60 --"0-60 �0-60 --20-60 <60 20-60 '0-60

·1 'cxture of Topsoil/

�ub soil

-mnd ·oarse/ mo

d coarse fine/fine

mod coarse/mo

d coarse fine/fine fine/fine ine/fine ine/ine . - ... ... . .

'

CLIMATIC RAN< :t·:

J

1\le.tn ;\nmul rainf.tll ran�t·

mm/ �-l'.t r

�---hl;h

�00--l(illll -l00-2>0!1 00-3100 80-3700 Const-culi,.,.

months "·it l1 rainfall

(wet) (dn·) >200

1\lo-.1<1 l('lllps

''" llllll! 111d lu1•,h1

111.1\ (:

I

mm < HKI 11' Ill

l-11 ().<) I '•I

) . j 5-') -·' II

).1() 0-J 0 -2 II

(14)

:

oal escenr Nang;t lac

>)(, ·stu

a

rine/ rive

ri

ne

(NNI·:) plains in dry areas

(Pll)

Floodplains of

907 11candcri ng rivers

I

in dry area

s

(A23)

.\\.-ai Tcrang (Y\TC)

.

I

,

1tm

Brflooaiddpled a

ins

r

i

,·eand r

I

(:\22) nc

l

udcd ter

r

aces :\inuu (:\\!l_;) I

I

rm

cntly sloping n

o

n

-

o

lc

a

nic

tlluvial fans (.A27) Bobot (BO 13) i

I

i\!oclerately

f;9

sloping

non-•olcan

i

c alluvia

l

;: lhl ""'S

Jl \

B)

-1

fans (.r\27)

ow flat riYer

9 terraces in dty

\!anikin (\l.:.N)

I

ueas

(A25) '

,,,,, . - :-qj �f� l

Bcnain (131 �N) 1338 I ligh lat o

tndulating river

.

,

crreaccs in dry

---'''

..

1)

<2 <2 <2 2-H 9-15 <" <2

-)(:at :\lluvium, recent rin!rinc

"-0 :one None .·\lluvium, �stuarine

nannc Peat

:\

l

lu

Yi

um,

<2 None None

recent

r

i

Y

erinc

.-\lluviun recen n\·ennc�

"-1 () None 501- tllll\·ium, old

2000 �ra,·el,;, ,;amb;

tllll\·ium, f,m kpo;it;

.\llln·ium, fan <2 i0-200 <25

lcpu,;its

2001- .\llll\·ium, E111 "-10 <25

i

epo

s

i

t

s;

100

·olJu,·ium

<2 N

o

ne ?5-200 \lluv

i

u

r

n, recent riverine

"-10 "01-500 <25 Alluvium, recent ri,·crinc

_____

.

__

-l

'

ru

pa

q

uepts 20-Ml fine/fine

Ustropcpts 20-60 ine/ i

nc

I :lm·alJUents 20-60 fine/ine

Usti fhtn•nts 20-(,{) f

i

ne/fine

-Ustropets 20-J() fine/fine

l )ystropepts 20-60 fine/fine

mod rrop<>flU\Tnt; >) ·uarsc/coa

rsc

mod l'ropaqucpt; 20-Ml

fine/fine

Ill< >d l"rc >jl:ILJlll"Sjlt:> 20-60 fine/tine

rro\·op

t�Y�nt;

20-6!) fine/fine -'Ju,·a

q

ucn

t

s 20-60 fine/fine

Distropepts 20-6() fine/fine

mod

f'

ro

pudul

t

s 30-60

fine/ine

f'

ropudalfs

20-60

1ml

fine/fine

-U sti luyents "0-60 fine/fine

Ustrovents

20-60

fine/fine

Ustnpcpts 20-60 mod ine/fine

-W0-17!Hl W0-2100 1000-3200 -HlO-.J-000 1100-2000

----

-800-2300

50-.

WO

·----0-1 (,.!()

l-7 +- 0

1-') 1-H

0-7 0-H

0-2 0-7

--l-5 5-8

1-6 3-8

22 \I

22 .\I

22 .>I 22 .)I .,2 .)1 - -· I I

"2 .\I

I

'I 30

(15)

-��

�i

-·� ...

·.hl

"lll

�I

' I

I

I

I I ; I I

l\ona

(BON)

i

1kupang (�I'G)

I

-i

,

Talibura

(1"1 .B)

I

I I

I

Tanjung Tcngkcr (TTR) : i I I

-

.

Sonoftku (NI 'J)

I

j

Batsirc

(B'\'1)

L

-ln9 13+8 238+ 1(139

---722 196

.treas (P31)

Rolling coralline

�-15 11-50

501-erraces (K11) 2000

Rolling coralline

�-15

501-erraces in dry 11-50

'000 areas (KII)

filted coralline en-aces in dry treas (P2)

501-16-25 11-50 200

Strongly dissected -oralline terraces

· n d v areas (�33)

51-+ 1-W 300 201-50()

S

trongly dissected

Jld terraces and fans in dry areas

P92)

51-26-40 300 50-200

Flat to undulating plains on marl in

dy

areas (P02

)

2-8 <? Ncmc

---

-

-

..

-mod

1-laplustalf,; 20-60

fine/fine

mod

Rendolls 20-6()

tine/rock

<25

oral 800-300 J-7 2-H "'I 31

rropudal fts 20-60 mcxi

fine/fine Rhodu

s

tal

t

s '0-60 ine/fine

-�

<25

;

oral :alciustolls ?0-60 fine/ine +0-2700 l-5 6-0 "'1 30 I

llaplusralfs '0-60 ine/fine

mod :alciustolls 20-60 ine/ine

nod

None -:oral 1Iaplustal fs 20-60 fine/ fine -00-2()00 0-6 +-9 22 31

mod

:alciustolls 20-60 ine/

r

ock I I

mod

25-20

-:oral

I laplustal f; 20-60 fine/fine +00-2000 0-5

- --

+-9 � 1] 1 :

I I I nod

1\lll\ium; old Haplustalfs 20-60 fine/ine

l

Yels; old 1nod

25-200 sands, old clays

Dystropts

20-60 fine/fine 1000-2500 2-8 5-8 21

31

25 20 \IHI nod 170-200 56 +-6 22 31

J �Il tj)l'()f � 20 (,0 finl'/fint•

-I l.tplu•t.llf • 'II W "'�I

luu·/li•w

(16)

. .

t�'"

••0:- :<:<: �-.1: '··

:\

I

Rolling plains

I vith hillocks on

marl in dry areas

I

P07)

I

b

esusu (OSS) 989

I Rolling plains

vith hillocks on

·alcarcous clays

I P07)

!

, . I

1limani (1111)

I 6.1

' I

Rolling

plains

,·ith hillocks on

' ·alcareous days in

I rv areas (P7) I

I

I

'l(inpoat (1-:.1) : 22

I

I

l

.-

\

m

b

a

1

aui

(.\1.U)

\'cry

steep karstic i61 ridges in dry areas

I (1'-33)

i

I I

Steep hills marl

\'Cttumondu 2237 with rock

\\I) outcrops in dry

areas (1122)

l:aruh;n,(l•\1)

-�

1.11\VOtiiHkd

- --- -.

9-15 11-50

9-li 11-iO

I

I

9-15 11-50

i

1-t-l--60

300

26-40 30

51-16·2i il·

- �

Ustropepts 20-60

501-200 <25 Marl; limestone

:

alciustolls 20-60

Eutropepts 20-60

201-500 25-200

V

:1ay l'rorudalfs 20-60

Ustropepts 20-60

201-500 25-200

b

a1· r laplusralfs 20-60

C:alciustolls 20-60

<50 <25 l imestone;coral 1-laplustal fs 20-(>0

Ustmpepts 20-60

Ustropepts 20-60

501-25-200 marl: limestone

200

I faplustalfs 20-60

l(IJ 10 <Ji < Ltl _ • lJSIIIlJWPI s 20 60

-mod

fine/fine llOd

fine/rock 1000-1600

mod

fine/fine

mod

fine/fine 1300-3000

nod fine/fine mod

fine/fine 150-2100

mod

fine/rock

mod

fine/ine 500-2000

mod

fine/ fine

mod

ine/ine

mod 400-3500

ine/ine

ind ine 400-3000

3-.i -7 21 31

2-t- 2-5 21 31

1-t- 7-9 21 31

0-5 2-9 21 31

0-6 4-10 21 31

--

-c-0-7

(17)

-...

:1

� ··

·�

I

'I

.. .

''r

i

\ks(' (\!;1-:) H28

I

I !

,

-l<rlJa (I,B.\) 1-l7H

I

C ;unung Kusi

i

(C K I) 1178

I

I

1\ul.i ls:1r (Ill·:;) 1 1'!78 .

I

I I

I

I

lJ1 � n rl (UPI)

�)O.J

f t�rll�ttl.

P�tpltht >I )� I

(l•il' ,, I

--�

1-hills on calcareus :100

days (11:11)

Ruged karst

ridges in dry are;rs

(K%) -ll-W >:100 >50

J.ong mountain

ridges on marl

with limestone

501-ou tc rup s (J\122) 26-lO >:100 2000

l.ong mountain ridges on marl \\'ith linwsrom·

ou tcrup s in d '"' )01-areas (\!l2) 26-lO >.)00 2000

l�oundcd nuunn1in ridges

un ca lea reou s

cl:lrs ,,·irh rock )0!

-ou;.crops (1\1S) 2(J--HJ >300 2000

Rounded

mountain ridges

on c;dca reo us

day� with rock

our:rops In dry

ll\';t�{1�5)

.(r ·0 >300 50-.00

A Mynr rWI ic >(r() >:Oo

>

5

0

hrwully di"�''' lr•d

�Hlllltl'tlloil'

�ttl)'.•1t (M Ill)

I

-

--mod lap1ustalfs 20-60

fine/fine

mod

lone l.in1l'stone Calciusolls >60 fine/ rock -l00-3500 0-7 2-10 19 31

Eutropepts 20-60 fine/fine

Dystropepts 20-60 ine/ine

I

mod

\!one \hl; limestone Troporthents 20-60. fine/rock 1500-3000 2-9 0-6 21 31

mod

Ustropepts 20-60 fine/ fine

nod

:\!arl: Palcustal fs 20-Ml rlnc/ fine

I ime,;ronc; nod

<25 shale l l apludolls 20-60 tine/ine 1500-2000 -1-5 1-6 20 31 nod

l)ystrupcpts 20-60 fine/ tine

mcdiun�/fi

<"" _J C:L11· Trupudulrs 20-6fl Il: H00-:1000 0-7 0-8 20 .) !

mod

Ustropcpts 20-60 fine/ine

mod

.S .00 Clay Palcustal fs 20-(,0 fine/fine 500-3000 0-7 2-10 19 31

<.5 Snnds·ww; mod 900-35fXJ 1-') 0-7 19 31

llllltl�IOI\l'; 1 ):MI I'tJPl'('l � 20-60 linc/lirw

Oll)llllllll'llllt'o

-111•11!"1"111'; tniltl ' .jl

tit

I

n wdl111n/

(18)

I mod

I Tropudults 20-60 ine/fine

'

' mod

I

' :\symmetric Sandstone; Dystropepts 20-60 fine/ fine

broadlr dissected shale;

I

sedimentary .. mudstone;

1

,\.olo Jalo (\\'jO)

;

ridges in dry areas tuffitc; m

o

d

572 (\156) >60 >300 >50 <25 limestone Ustorthents 20-60 fine/ rock 500-2100 0-4 5-9 ·18 31

I Orienta tic mod

I

I

rounded ridges Haplust

o

x 20-60 ine/fine

i

on ultrabasic

I

I

rucks in dry areas Serpenrinite; mod

Kalpc;l (-..1'.'\) 21 1(\156) >60 >300 50-200 201-500 basalt Dystropcpts 20-60 fine/fine 2000-3200 S-8 3-5 18 30 ! Precipitous mod

I

, -

I

orientated Dvstro>ets 20-60 fine/fine .

I metamorphic

! ridges in dry areas l'hyllirc; schist; mod

l

noking (IH.G) 2371 (MS(•) >60 >300 >50 �one quarzite; gneiss Paleustults 20-60 fine/fine 900-3500 0-10 2-9 lB 31

•' ,•

I' ·I'

.. , ' ., II

Gambar

Tabel 3 Kebutuhal afr bulanau u1rtuk pafl gogo, kacangau.

Referensi

Dokumen terkait

PEMBANGUNAN RIGITI BETON KAWASAN PULAU PUNJUNG PAKET III Nomor: 5.010/POKJA III-ULP/VI-2015. Pada hari ini Kamis tanggal Empat Bulan Juni tahun Dua Ribu Lima Belas , Pokja

Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang 3

[r]

Dibuat Oleh: Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa Oleh:

Tanpa mengurangi validitas proses dan temuan dalam penelitian tahun pertama ini, Research and Development yang dikembangkan Borg dan Gall (1998: 84), diadaptasi dan diadakan

[r]

Oleh Karena itu, dengan ini kami Pokja III ULP Kabupaten Dharmasraya menyatakan bahwa proses e Pemilihan langsung dengan pasca kualifikasi untuk pekerjaan. tersebut diatas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: (1) Independensi Auditor Internal terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Internal PDAM Tirta Bumi Sentosa