SEKILAS TTG.
PENELITIAN
PENDIDIKAN
Oleh:
Amat Jaedun
Pascasarjana UNY
Tujuan Penelitian Pendidikan
Penelitian adalah cara/metode
pemecahan masalah melalui metode ilmiah.
Apa yg disebut MASALAH ….?
Gap antara kenyataan (realitas) dengan
seharus-nya (harapan).
Gap antara kondisi saat ini (potret) dan
Tujuan Penelitian …..
Penelitian berasal dari kata research
(re-search)
pencarian yang diulang-ulang.
Bertujuan untuk:
1.
Pengembangan ilmu (kependidikan)
2.
Memperbaiki praktik (kependidikan)
Sejauhmana hasil riset telah
Borg & Gall (1999), menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan hasil riset tidak berpengaruh thd perbaikan praktik kependidikan, yaitu:
1.
Banyak faktor yg mempengaruhi praktik
kependidikan. Sebagai misal, banyak
kebijakan perbaikan pendidikan yg
merupakan adopsi/ adaptasi dari model yang
berhasil diterapkan di Negara lain.
2.
Tergantung pada jenis risetnya
riset
Paradigma Penelitian …..
Menurut tujuannya, riset diklasifikasikan menjadi
2, yaitu:
1. riset dasar atau riset murni (
pure research
atau basic research)
; dan
2. riset terapan (
applied research
), yang dibagi
menjadi:
a.
riset evaluasi (
evaluation research
);
b.
riset pengembangan (
research and
development
atau R & D); dan
Pada penelitian dasar, dikenal dua kelompok
paradigma yg dominan, yaitu:
(1) paradigma positivistik (metode kuantitatif);
dan
(2) paradigma fenomenologis/interpretif (metode
kualitatif).
Pada penelitian dasar, dikenal dua kelompok
paradigma yg dominan, yaitu:
(1) paradigma positivistik (metode kuantitatif);
dan
(2) paradigma fenomenologis/interpretif (metode
kualitatif).
Don Adam (1988), mempertentangkan kedua paradigma di atas ke dalam dua kutub yang saling berlawanan,
yaitu:
positivistik, menekankan rasionalitas dan obyektivitas,
sedangkan
fenomenologi/interpretif, menggunakan model
interaktif dan subyektif.
Don Adam (1988), mempertentangkan kedua paradigma di atas ke dalam dua kutub yang saling berlawanan,
yaitu:
positivistik, menekankan rasionalitas dan obyektivitas,
sedangkan
fenomenologi/interpretif, menggunakan model
Karakteristik Positivistik :
1.
Fenomena-fenomena sosial/pendidikan
diamati secara parsial, yaitu dengan cara
mereduksi sejumlah variabel yang dianggap
kurang penting dalam menjelaskan
fenomena-fenomena yang dimaksud;
2.
Berpandangan bahwa fenomena-fenomena
kehidupan manusia di lingkungan sosialnya
bersifat mekanistik dan berlaku universal;
3.
Proses riset menggunakan logika berpikir
Lanjutan
Karakteristik …..
4. menekankan pada uji hipotesis dan mengejar generalisasi (validitas internal dan eksternal); 5. fenomena-fenomena yang diamati sifatnya
teratur/tidak random, sehingga dapat diprediksikan; 6. menganut kebenaran tunggal (nomotetis), yang
akan berlaku di manapun tanpa terikat dengan konteks eko-kulturnya.
7. berpandangan bahwa teori bebas nilai. 8. memisahkan teori dan praktik.
9. Paradigma ini telah mewarnai berbagai kebijakan peningkatan mutu pendidikan kita selama ini
(rational planning).
4. menekankan pada uji hipotesis dan mengejar generalisasi (validitas internal dan eksternal); 5. fenomena-fenomena yang diamati sifatnya
teratur/tidak random, sehingga dapat diprediksikan; 6. menganut kebenaran tunggal (nomotetis), yang
akan berlaku di manapun tanpa terikat dengan konteks eko-kulturnya.
7. berpandangan bahwa teori bebas nilai. 8. memisahkan teori dan praktik.
9. Paradigma ini telah mewarnai berbagai kebijakan peningkatan mutu pendidikan kita selama ini
Lanjutan Karakteristik
Positivistik ….
Paling tua, dan paling banyak pengikutnya.
Diadopsi dari ilmu-ilmu keras (IPA) yg diterapkan dlm
penel. Sosial dan Pendidikan.
Metode: eksperimen, quasi eksperimen, survey, ex
post facto.
Ada generalisasi dari temuan penel. yg dilakukan
pada sampel sampel hrs representatif thd populasi (random).
Skopa persamalahan yg diteliti luas (makin luas
makin baik).
Ada pengendalian thd variabel-variabel yg dapat
mempengaruhi hasil.
Subjek tdk boleh tahu apa yg dikaji peneliti
Paradigma Fenomenologis
(interpretif)
Asumsi kebenaran tidak tunggal (dialektis)
tergantung pada konteks dan kultur
masyarakat.
Tujuan utama memperoleh pemahanan
terhadap makna (
meaning
), karena fenomena
(perilaku) yang sama dapat mempunyai makna
yang berbeda pada konteks kultural yang
berbeda.
Mendasarkan gambaran apa adanya menurut
interpretasi subyek.
Asumsi kebenaran tidak tunggal (dialektis)
tergantung pada konteks dan kultur
masyarakat.
Tujuan utama memperoleh pemahanan
terhadap makna (
meaning
), karena fenomena
(perilaku) yang sama dapat mempunyai makna
yang berbeda pada konteks kultural yang
berbeda.
Mendasarkan gambaran apa adanya menurut
Lanjutan Fenomenologis ….
Datang belakangan, shg banyak
ditentang penganut positivistik.
Tidak ada generalisasi hasil temuan.
Pengamatannya dilakukan pada skopa
yang sempit tetapi mendalam.
Peneliti ikut larut dlm kancah penelitian
(proses entry), observasi partisipan dan
merasakan apa yg dirasakan subyek.
RISET TERAPAN :
RISET TERAPAN :
Bertujuan untuk menguji melalui penerapan
teori untuk pemecahan masalah yang riil,
me-ngembangkan dan menghasilkan produk, dan
memperoleh informasi untuk dasar dalam
pembuatan keputusan.
Perbedaan Orientasi ……
Basic research
menekankan standar keilmuan
yang tinggi dan berusaha memperoleh hasil yang
valid menurut ukuran metode ilmiah,
sedangkan
Penelitian terapan menekankan pada kemanfaatan
Riset Pengembangan
Bertujuan untuk mengembangkan,
menguji kemanfaatan dan efektivitas
produk (model), baik produk teknologi,
material, organisasi, metode, alat-alat dsb.
Bertujuan bukan untuk menghasilkan
teori, sehingga sangat dimungkinkan untuk
menggunakan multi pendekatan dan multi
metode.
Bertujuan untuk mengembangkan,
menguji kemanfaatan dan efektivitas
produk (model), baik produk teknologi,
material, organisasi, metode, alat-alat dsb.
Bertujuan bukan untuk menghasilkan
Riset Evaluasi …..
Riset evaluasi merupakan salah satu bentuk dari
penelitian terapan, shg mempunyai kesamaan, baik dalam pemilihan pendekatan, metodologi, penentuan subyek, sampling maupun prosedur risetnya.
Nisbet (1999), menyatakan perbedaan esensial antara
riset evaluasi dan riset konvensional (riset dasar) adalah lebih pada tujuan daripada dalam pemilihan subyek dan metode.
Riset konvensional bersifat conclusion oriented
(ber-orientasi pada kesimpulan), sedangkan riset evaluasi
Perbedaan Riset &
Evaluasi …
Riset (research), artinya search yang berulang, tidak
pernah selesai, bertujuan untuk pengembangan ilmu, mengakumu-lasikan teori dan untuk mengadaptasikan teori, yang dilandasi oleh rasa ingin tahu (curiosity).
Worthen dan Sanders (1973): aktivitas riset
(konvensional) bertujuan untuk memperoleh
generalisasi pengetahuan berdasarkan perumusan dan pengujian hipotesis tentang hubungan antar variabel atau generalisasi tentang fenomena.
Riset evaluasi didasarkan atas kebutuhan akan
informasi untuk merumuskan kebijakan, kebutuhan untuk membuat program, dan menilai dampak
kebijakan serta program.
Riset (research), artinya search yang berulang, tidak
pernah selesai, bertujuan untuk pengembangan ilmu, mengakumu-lasikan teori dan untuk mengadaptasikan teori, yang dilandasi oleh rasa ingin tahu (curiosity).
Worthen dan Sanders (1973): aktivitas riset
(konvensional) bertujuan untuk memperoleh
generalisasi pengetahuan berdasarkan perumusan dan pengujian hipotesis tentang hubungan antar variabel atau generalisasi tentang fenomena.
Riset evaluasi didasarkan atas kebutuhan akan
informasi untuk merumuskan kebijakan, kebutuhan untuk membuat program, dan menilai dampak
Riset Aksi (Penelitian Tindakan)
Selain dua kelompok paradigma yang dominan tsb,
terdapat pula para penganut paradigma yang lain, yaitu paradigma teori kritis.
Para penganut paradigma teori kritis berusaha untuk
mempersatukan teori dan praksis. Mereka umumnya memilih bidang garapan yang bersifat advokatif dan pemberdayaan (empowering).
Para penganut paradigma teori kritis berpandangan
bahwa teori deskriptif seperti yang dikembangkan para penganut positivistik itu keliru, karena tidak memiliki dampak apapun terhadap usaha perbaikan praktik-praktik pendidikan ataupun peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Selain dua kelompok paradigma yang dominan tsb,
terdapat pula para penganut paradigma yang lain, yaitu paradigma teori kritis.
Para penganut paradigma teori kritis berusaha untuk
mempersatukan teori dan praksis. Mereka umumnya memilih bidang garapan yang bersifat advokatif dan pemberdayaan (empowering).
Para penganut paradigma teori kritis berpandangan
Metode Penelitian Tindakan
Mendasarkan pd paradigma teori kritis, datang paling
belakangan.
Hubungan antara teori dan praktik (penelitian jenis
lain jarang diaplikasikan utk perbaikan).
Adanya hubungan antara peneliti dgn klp sasaran
subyek sebaiknya diberitahu dan diajak bekerjasama utk mencapai tujuan bersama.
Orientasi penelitian bukan utk mencari ”kebenaran”
tetapi utk memecahkan permasalahan riil yg dihadapi baik oleh peneliti maupun subyek yg diteliti melalui langkah-langkah penerapan tindakan.
Bersifat kooperatif, antara yg memberikan tindakan
dan pihak yang dikenai tindakan (Dokter dalam
Penelitian Tindakan
Lanjutan….
Dilaksanakan pada lokasi terjadinya
permasalah-an tersebut (tidak
diuji-cobakan pada subjek yang lain atau di
tempat lain).
Bersifat partisipatif, karena memerlukan
partisipasi dari pihak yang dikenai
tindakan.
Dilakukan pada
setting
yang natural, tidak
ada perubahan atau pengaturan apapun,
kecuali tindakan yang akan diterapkan.
Tidak ada upaya pengendalian terhadap
faktor (variabel) pengganggu atau yang
berpengaruh thd. hasil.
Penelitian Tindakan Lanjutan….
Langkah-langkah tindakan yang dilakukan dalam
bentuk siklus (daur). Memungkinkan adanya
perbaik-an dalam setiap siklusnya. Jumlah siklus mestinya tdk dapat ditetapkan terlebih dahulu
oleh peneliti, karena apa yang akan terjadi dengan adanya tindakan tsb, dan kapan tindakan tsb.
akan mendatangkan hasil, belum dapat diketahui sebelumnya.
Terdapat empat komponen penting dalam setiap
langkah/siklusnya, yaitu: (1) perencanaan; (2)
penerapan tindakan; (3) observasi (M & E); dan (4) refleksi.
Adanya langkah/upaya untuk berpikir secara
Validitas Penelitian
Pada semua penelitian dengan menggunakan
paradigma positivistik, akan menghadapi dua pertanyaan besar, yaitu:
1. Apakah hasil penelitian ini benar atau dapat dipercaya?; dan
2. Apakah kita dapat menggeneralisasikan hasil penelitian ini kepada sejumlah subyek yang
kondisinya dianggap sama dengan subyek yang kita teliti ?
Permasalahan nomor (1) adalah berkaitan dengan
validitas internal suatu hasil penelitian, sedangkan permasalahan nomor (2) menyangkut validitas