Editorial MQ 92,3 FM Edisi Kamis 11 Juni 2009 “Cincin Emas Yang Tak Pantas”
Sahabat MQ/ Masa kerja DPR 2004-2009 akan segera berakhir// Mengejutkannya/ ditengah kekecewaan public akan agenda legislasi yang tidak tuntas/ RUU Tipikor yang terkatung-katung/ ditambah posisi wahid dalam hal korupsi/ DPR masih saja membuat rangkaian langkah controversial// Di moment menjelang berakhirnya masa jabatan dewan Oktober mendatang/ DPR malah menambah tumpukan catatan minus kinerja mereka// Para anggota Dewan yang terhormat/ diketahui tengah bersiap menerima “bonus” tambahan/ berupa lencana dan cincin emas// Cinderamata sebagai apresiasi jerih payah selama 5 tahun/ dipasang sebagai dalihnya//
Cincin emas seberat 10 gram ini sahabat MQ/ akan segera melingkar di jari 550 anggota dewan// Tahukah anda besaran anggaran yang harus Negara keluarkan untuk ini semua?// Berdasarkan Surat berkop Bagian Perlengkapan Umum Sekretariat Jenderal DPR RI/ tertulis pagu anggaran cinderamata ini mencapai hampir 5 miliar rupiah// Sungguh ironis/ di tengah kebobrokan reputasi dan carut marutnya kinerja/ awak lembaga legislative ini ternyata masih berpikir tentang cinderamata//
Memberikan Cinderamata sendiri/ sejatinya bukanlah suatu hal yang salah// Bahkan hukum agama kita/ justru menganjurkan saling memberi hadiah/ agar rasa kasih sayang dan cinta terus bersemi// Sedang fungsi dari Cinderamata sendiri/ adalah sebagai bentuk kenangan/ atas kiprah seseorang// Namun/ pantaskah bila kemudian cinderamata ini diberikan pada anggota dewan/ yang peran/ tugas dan fungsinya adalah sebagai tangan kanan rakyat/ wakil rakyat/ dimana kehadiran mereka di senayan adalah sebagai bentuk pengabdian setulusnya kepada rakyat?// Etiskah? ketika rebut-ribut pengadaan ini hadir di tengah bangsa yang tengah berduka/ atas krisis ekonomi yang mencekik warga/ atas kecelakaan beruntun yang mengintai dunia kedirgantaraan kita/ atas TKI yang teraniaya di negeri tetangga/ atas angka korupsi yang makin menjadi/ atas jutaan pemuda yang terkatung mengais kesempatan kerja/ atas air mata rakyat yang justru semakin deras mengalir?//
Memang/ harus diakui selama perjalanan periode kerjanya/ DPR bukannya nihil prestasi// Akan tetapi seberapa besar bila kemudian dibandingkan dengan sejumlah catatan minus yang ditorehkan?// Prestasi yang manakah yang kemudian memebuat mereka pantas untuk menerima cinderamata?// Sebagai catatan saja/ belum lama ini Transperency International Indonesia justru merilis fakta/ dengan menempatkan DPR sebagai lembaga terkorup di Indonesia// Dari skala 1-5/ Parlemen kita memperoleh skor 4,4// Setelah parlemen/ institusi peradilan menempati urutan kedua dilanjutkan dengan partai politik dan pegawai public//
Tak hanya urusan korupsi dan kinerja legislasi// Moral para anggota dewan pun / saat ini sangat memprihatinkan// Absen saat menghadiri rapat/ tidur saat rapat/ perselingkuhan/ hobi dugem serta hal-hal lain yang sebenarnya tidak patut untuk disandang sebagai seorang wakil rakyat/ nyatanya justru tercermin di keseharian mereka//