• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA

LINK DOWNLOAD [1.55 MB]

BAB I

KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA A. MODEL PSIKO ANALISA

1. Konsep

Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala yang Nampak merupakan simbul dari konflik.

2. Proses terapi

a. Memakan waktu yang lama

b. Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisis mimpi : menginterprestasikan perilaku, menggunakan transferens untuk memperbaiki masa lalu, mengidentifikasi area masalah.

3. Peran pasien dan terapis

a. Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi

b. Terapis : mengupayakan perkembangan trasferens, menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya dengan konflik.

B. MODEL INTERPERSONAL 1. Konsep

Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan paplau mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori ini meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.

Menurut Sulivan individu memandang orang lain sesuai dengan apa yang ada pada dirinya, maksudnya kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal perawat klien dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit.

Dalam proses interpersonal perawat klien memiki 4 tahap : a. Orientasi

Perawat klien melakukan kontrak awal untuk bhsp dan terjadi proses pengumpulan data b. Identifikasi

Perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan askep c. Eksplorasi

Perawat memberi gambaran kondisi klien d. Resolusi

Perawat memandirikan klien 2. Proses terapi

a. Mengeksplorasi proses perkembangan b. Mengoreksi pengalaman interpersonal c. Redukasi

d. Mengembangkan hubungan saling percaya 3. Peran pasien dan terapis

a. Pasien : menceritakan ansietas dan perasaan

b. Terapis : menjalin hubungan akrap dengan psaien dengan menggunakan empati dan menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.

C. MODEL SOCIAL 1. Konsep

Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori ini mengemukakan pandangan sosial terhadap perilaku bahwa factor sosial dan lingkungan menciptakan stress yang menyebabkan ansietas yang akan menimbulkan gejala perilaku menyimpang.

(2)

b. Manipulasi lingkungan c. Intervensi krisis 3. Peran pasien dan terapis

a. Pasien : secara aktif menyampaikan masalahnya dan bekerjasama dengan terapis untuk menyelesaikan masalahnya. b. Terapis :

1) Menggali sistem sosial pasien

2) Membantu pasien menggali sumber yang tersedia 3) Menciptakan sumber baru

D. MODEL EKSISTENSI 1. Konsep

Teori ini mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dari lingkungan dapat terjadi karena hambatan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurangnya kesadaran diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya

2. Proses terapi

a. Rational emotive therapy

Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong menerima dirinya sebagai mana adanya bukan karena apa yang dilakukan.

b. Terapi logo

Terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti eksis. Tujuannya agar individu sadar akan tanggung jawabnya.

c. Terapi realitas

Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya, dan cara untuk mencapainya. Klien disadarkan akan alternatif yang tersedia. 3. Peran pasien perawat

a. Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman berarti untuk mempelajari tentang diri yang sebenarnya.

b. Terapis :

1) Membantu pasien untuk mengenali diri 2) Mengklarifikasi realita dari suatu situasi 3) Mengenali pasien tentang perasaan tulus 4) Memperluas kesadaran diri pasien E. MODEL KOMUNIKASI

1. Konsep

Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat digunakan merusak makna, pesan dapat pula tersampaikan mungkin tidak selaras.

Fase komunikasi ada 4 yaitu : pra interaksi, orientasi, kerja, terminasi. 2. Proses terapi

a. Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah b. Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.

c. Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif d. Melakukan analisa proses interaksi

3. Peran pasien terapis

a. Pasien : memperhatikan pola komunikasi, bermain peran, bekerja untuk mengklarifikasi komunikasinya sendiri, memvalidasi peran dari orang lain.

b. Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarkan prinsip komunikasi yang baik. F. MODEL PERILAKU

1. Konsep

Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini meyakini bahwa perubahan perilaku akan mengubah kognitif dan afektif

(3)

a. Desenlisasi/pengalihan b. Teknik relaksasi c. Asertif training

d. Reforcemen/memberikan penghargaan

e. Self regulation/mengamati perilaku klien: set standar ketrampilan, self observasi, self evaluasi, self, reiforcemen. 3. Peran pasien dan terapis

a. Pasien :

1) Mempraktikkan tehnik perilaku yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah 2) Penggalakan latihan.

b. Terapis

1) Mengajarkan kepada klien tentang pendekatan perilaku 2) Membantu mengembangkan hirarki perilaku

3) Menguatkan perilaku yang diinginkan. G. MODEL MEDICAL

1. Konsep

Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan SSP. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia dipengaruhi oleh transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu masalah biokimia. Factor sosial dan lingkungan diperhitungkan sebagai factor pencetus. 2. Proses terapi

a. Pengobatan : jangka panjang, jangka pendek b. Terapi supportif

c. Insight oriented terapy yaitu belajar metode mengatasi stressor. 3. Peran pasien dan terapis

a. Pasien : mempraktekkan regimen terapi dan melaporkan efek terapi b. Terapis :

1) Menggunakan kombinasi terapi somatic dan interpersonal 2) Menegakkan diagnosa penyakit PPDGJ

3) Menentukan pendekatan terapeutik Inti Model Medical

H. MODEL KEPERAWATAN 1. Konsep

Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial dengan model pendekatan berdasarkan teori system, teori perkembangan, teori interaksi, pendekatan holistic, teori keperawatan. Fokus pada :

a. Rentang sehat sakit b. Teori dasar keperawatan c. Tindakan keperawatan d. Hasil tindakan 2. Proses terapi a. Proses keperawatan

b. Terapi keperawatan : terapi modalitas. 3. Peran pasien dan terapis

a. Pasien : mengemukakan masalah

b. Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan Inti Model Medical

(Individu yang mudah mengalami gg) EVALUASI

1. Model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak adalah model keperawatan jiwa??????

(4)

4. Peran perawat dalam model keperawatan jiwa eksistensi adalah?????? 5. Peran pasien dalam model keperawatan jiwa komunikasi adalah?????...

6. Perbedaan model konsep keperawatan jiwa keperawatan dan medical adalah????????.. 7. Model konsep keperawatan jiwa perilaku mempunyai konsep tentang perilaku yaitu ????????? BAB II

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN A. PENDAHULUAN

Komunikasi sangat bermakna pada profesi keperawatan yang mana merupakan metode utama dalam memberikan asuhan keperawatan. Komunikasi terapeutik sebagai komunikasi professional.

B. DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komter (komunikasi terapeutik) merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien.

Komter merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien. Komter berlangsung secara verbal dan non verbal

Dalam komter ada tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan klien, ditetapkan bersama, timbal balik, berorientasi pada masa sekarang, saling berbagi perasaan.

C. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk perkembangan klien (Stuart dan Sundeen): 1. Kesadaran diri, penerimaan diri, penghargaan diri yang meningkat

2. Identitas diri jelas, peningkatan integritas diri

3. Membina hubungan interpersonal yang intim, interdependen, memberi dan menerima dengan kasih sayang. 4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang realistic

D. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat menggunakan tehnik komunikasi terapeutik.

1. LISTENING (Mendengarkan)

Definisi : menerima informasi secara aktif dan memperhatikan respon klien. a. Sebagai dasar utama komunikasi

b. Sehingga perawat tahu perasaan klien c. Beri waktu yang banyak untuk bicara. d. Jadilah pendengar yang aktif

e. Sikap/nonverbal: kontak mata, tidak menyilangkan tangan/kaki, hindari gerak tubuh yang tidak perlu, anggukkan kepala, tubuh condong

f. Nilai : anda bernilai untuk saya, saya tertarik pada anda

g. Listening secara aktif dan pasif (mendengar dengan kegiatan nonverbal) h. Misal : oo?. oo?. oo ?., mhmmm?., ya saya dengan kamu?.

i. Cara jadi pendengar yang efektif :

1) Fokus pada pemahaman apa yang dikatakan seseorang 2) Pelihara kontak mata

3) Melihat sekitar, sering berubah posisi menunjukkan tidak mendengarkan 4) Posisi pada level yang sama

5) Duduk bila mungkin

6) Berdiri menandakan diangapa akan pergi, tidak punya waktu cukup untuk komunikasi 7) Sikap kalem saat klien berfikir untuk menjawab, jangan bicara sebelum orang lain bicara. 8) Respon baik (verbal, nonverbal).

2. BROAD OPENING (Pertanyaan terbuka) a. Yaitu suatu teknik untuk membuka pembicaraan

Misal : kamu memikirkan tentang apa? Bagaimana perasaanmu hari ini? b. Memberi kesempatan untuk memilih

(5)

a. Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien

b. Guna : menguatkan ungkapan klien, mengindikasikan perawat mengikuti pembicaraan klien c. Misal : kamu mengatakan bahwa ibumu meninggalkan waktu usiamu 5 tahun ?

4. CLARIFICATION (Klarifikasi)

a. Dilakukan jika perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar/klien malu mengemukakan informasi, informasi yang di dapat tidak lengkap/mengemukakan berpindah-pindah. Misal : dapatkah anda jelaskan kembali tentang?.? Apa yang bapak maksud dengan?.? b. Perawat berusaha menjelaskan kembali kata ide yang tidak jelas dikatakan klien.

c. Guna : untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan persepsi. 5. THEMA IDENTIFICATION (Identifikasi Tema)

Definisi : pokok yang mendasari persoalan/masalah yang sering muncul a. Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan b. Guna : meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting

c. Misal : saya lihat dari semua keterangan yang anda jelskan anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya? 6. SILINECE (Diam)

a. Biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan

b. Tujuan : memberi kesempatan berfikir dan memotivasi klien bicara. c. Perlu ketrampilan dan ketepatan waktu

1) Bermanfaat saat klien harus mengambil keputusan

2) Pada klien menarik diri, diam berarti perawat menerima klien. 7. REFLECTION (Refleksi)

a. Definisi : mengembalikan kepada klien segala ide pasien, perasaan, pertanyaanya, dan isinya, agar pasien menyadari dan dapat mengambil keputusan.

b. Klien punya hak mengemukakan pendapat, membuat keputusan, memikirkan diri sendiri. c. Refleksi:

1) Refleksi isi, memvalidasi yang didengar, klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat

2) Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien tahu dan menerima perasaannya. d. Guna : Mengetahui dan menerima ide dan perasaan

Mengoreksi

Memberi keterangan yang jelas e. Rugi :

1) Mengulang terlalu sering dan sama 2) Dapat menimbulkan marah, iritasi, frustasi Misal :

Klien : Apakah menurut anda saya harus mengatakan pada dokter?

Perawat : Apakah menurut bapak sendiri bapak harus mengatakan pada dokter Missal : Anda merasa tegang dan khawatir, apa ada hubungannya dengan?.? 8. FOCUSING (Memfokuskan)

Membantu klien bicara sesuai topik yang dipilih, sesuai tujuan spesifik, lebih jelas, berfokus pada realitas. Misal : wanita sering menjadi bulan-bulanan. Coba anda ceritakan perasaan anda sebagai wanita?

9. MEMBAGI PERSEPSI

a. Definsi : menanyakan pada klien untuk menguji pengertian perawat tentang yang ia fikir dan rasakan

b. Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan difikirkan, sehingga perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi

Misal : anda tertawa, tapi saya rasa anda marah pada saya. 10. INFORMING

a. Memberi informasi dan fakta untuk penkesh

b. Tidak dibenarkan memberi nasehat saat memberi informasi. Misal :

(6)

a. Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah

b. Tepat digunakan pada fase kerja dan tidak pada fase awal hubungan. 12. HUMOR

a. Lawakan yang menyenangkan, diungkapkan dengan bermain-main. b. Guna : Meningkatkan kesadaran, menyegarkan suasana, menurunkan agresi

c. Jangan sembarangan dan terkesan meremehkan, misal : berikan arti kata baru dari nervous 13. MENYATAKAN HASIL OBSERVASI

a. Perawat menguraikan kesan nonverbal klien b. Misal : Anda kelihatan tampak tegang?. 14. MERINGKAS

a. Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat

b. Tujuan : membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan c. Dapat mengulang aspek penting untuk interaksi berikutnya.

Misal : Selama 10 menit ini bapak dan saya telah membicarakannya?. 15. MEMBERI PENGHARGAAN

a. Jangan malah membebani. Misal : Bapak Nampak cocok pakai baju biru b. Yang membebani: Wah?. Bapak seperti Brad Pitt cakepnya.

16. MENGANJURKAN MENERUSKAN PEMBICARAAN

a. Memberi kesempatan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. b. Tidak terkesan mengarahkan pembicaraan

c. Misal : lanjutkan?.

Dan kemudian?. Coba ceritakan hal tersebut pada saya.

E. FASE-FASE HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN

Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi, fase perkenalan (Orientasi), Fase kerja dan fase terminasi..

1. FASE PRAINTERAKSI

Prakinteraksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai tambah pengamannya berguna agar lebih efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. Ia seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang kuat, mempunyai hubungan yang konstruktif dengan orang lain, dan berpegang pada kenyataan dalam menolong klien (Stuart & Sundeen, 1987).

Pemakaian diri secara terapeutik berarti memaksimalkan pemakaian kekuatan dan meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Tugas tambahan dalam fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama.

Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Seorang perawat perlu

mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada ketidaksiapan maka perlu membaca kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu membuat rencana interaksi dengan klien.

a. Evaluasi diri

Coba jawab pertanyaan berikut :

Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa? Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?

Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak, marah, inkohern?

Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negative/tidak menyenangkan? Bagaimana tingkat kecemasan saya?

b. Penetapan tahapan hubungan

Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien : Apakah kontrak pertama?

Apakah kontrak lanjutan? Apa tujuan pertemuan?

(7)

Bagaimana cara melakukan? c. Rencana interaksi

Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan! Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai! Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan!

Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan! 2. FASE PERKENALAN (ORIENTASI)

Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.

Dalam membina hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan KONTRAK dengan klien.

Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama perawat klien dapat optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu, misalnya klien dengan gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak realitas klien meningkat.

Perawat dan klien mungkin kan mengalami perasaan tak nyaman, bimbang karena memulai hubungan baru. Klien yang mempunyai pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan adan sukar menerima dan terbuka pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik atau dihukum.

Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama klien.

Elemen kontrak perawat-klien : a. Nama individu (perawat dank lien) b. Peran perawat dan klien

c. Tanggung jawab perawat dan klien d. Harapan perawat dan klien e. Tujuan hubungan

f. Tempat pertemuan g. Waktu pertemuan h. Situasi terminasi i. Kerahasiaan

Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan : Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama a. Memberi salam

Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang disertai dengan mengulurkan tangan untuk jabat tangan.

b. Memperkenalkan diri perawat

?Nama saya Wahyu Purwaningsih, saya senang dipanggil Wahyu.? c. Menanyakan nama pasien

?Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya?? d. Menyepakati pertemuan/kontrak

?Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.? ?Dimana kita duduk?

Bagaimana kalau kita duduk disana (sebutkan tempatnya) Jika dirumah sakit langsung katakana silahkan duduk Jika dikamar pasien, langsung duduk disamping pasien. e. Menhadapi kontrak

?saya perawat yang bekerja di??, saya akan merawat anda (sebutkan nama pasien) selama 8 hari.? ?dimuai saai ini S/D???, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.?

?Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.? ?kita bersama-sama menghadapi masalah yang anda (sebutkan nama pasien)?

(8)

Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format pengkajian proses keperawatan.

Contoh komunikasi menkaji keluhan utama

?Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari?? ?Apa yang anda (sebutkan nama pasien) sampai datang kemari??

?Apa masalah yang anda rasakan (sebutkan nama pasien) rasakan??

Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian terutama terkait dengan keluhan utama.

Jika tidak menjawab ?Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien) jika anda (sebutkan nama pasien) tidak mau menceritakan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.

Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama saja ya.? (10 menit). g. Menyepakati masalah klien

Setelah pengkajian jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah :

?Dari percakapan kita tadi tampaknya anda (sebutkan nama pasien) ??., (sesuaikan dengan kesimpulan masalah), ?Misal : Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) sungkan berhubungan dengan orang lain, sering marah tak terkendali dirumah. h. Mengakhiri perkenalan

Terminasi sementara (lihat pada fase terminasi sementara) Hal-hal yang dilakukan pada fase orientasi :

Orientasi dilakukan pada pertemuan kedua dan seterusnya. a. Memberi salam

Sama pada perkenalan b. Memvalidasi keadaan klien

?Bagaimana perasaan anda (sebutkan nama pasien) hari ini?? ?Coba ceritakan perasaannya hari ini??

c. Mengingatkan kontrak

?Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai janji). Jika klien ingat janjinya berikan pujian.

?Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati. Masalah klien (cara berkenalan dengan orang lain, mengungkapkan marah, kebersihan diri, dll)

3. FASE KERJA

Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaftif menjadi adaftif merupakan fokus fase ini.

Contoh :

?Apa yang menyebabkan ibu marah?? Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut?? ?Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.? 4. FASE TERMINASI

Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan akrab sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal.

Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.

Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses perawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan.

Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara dangkal.

(9)

perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan bantuan. a. Terminasi sementara

Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga perawat masih akan bertemu lagi dengan klien. Isi percakapan :

1) Evaluasi

?Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.? 2) Tindak lanjut

?Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?? 3) Kontrak yang akan datang

?Kapan kita bertemu lagi?? Apa yang akan kita bicarakan?? b. Terminasi akhir

c. Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai praktek dirumah sakit. d. Isi percakapan :

1) Evaluasi

?Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?? 2) Tindak lanjut

?Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah?? 3) Kontrak yang akan dating

?Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit?? 4) Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga.

F. TUGAS PERAWAT DALAM TIAP FASE HUBUNGAN TERAPEUTIK. FASE TUGAS PERAWAT

Prainteraksi Orientasi Kerja

Terminasi 1. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri 2. Analisa kekuatan kelemahan professional

3. Dapatkan data tentang klien jika mungkin 4. Rencanakan pertemuan pertama.

1. Tentukan alasan masuk klien minta pertolongan 2. Bina rasa saling percaya (trust), penerimaan dan 3. Komunikasi terbuka

4. Rumuskan kontrak pertama

5. Eksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien 6. Identifikasi masalah klien

7. Rumuskan tujuan bersama klien 1. Eksplorasi stressor yang tepat

2. Dorong perkembangan kesadaran diri klien & pemakaian mekanisme koping konstruktif 3. Atasi penolakan perilaku adaftif.

1. Ciptakan realitas perpisahan

2. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan

3. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan&kehilangan, sedih, marah dam perilaku lain. 4. Rencana tindak lanjut (untuk terminasi sementara)

G. ANALISA DIRI

Agar seorang perawat mampu berkomunikasi terapeutik dan mejadi perawat yang terapeutik maka sebelum melakukan interaksi dengan pasien harus melakukan ANALISA DIRI, agar dapat menggunakan diri secara terapeutik, dan dengan menggunakan teknik komunikasi yang baik sehingga mampu mengubah perilaku dan emosi klien yang maladaftif.

Analisa diri meliputi :

(10)

pemberi perawatan, sehingga bisa menerima perbedaan dan keunikan klien. JOHARI WINDOW menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang. Kuadran I

Diketahui diri & orang lain Kuadran II Hanya diketahui orang

Kuadran III

Hanya diketahui oleh diri (Rahasia) Kuadran IV Tidak diketahui oleh siapapun Prinsip :

a. Perubahan satu kuadran mempengaruhi kuadran lain.

b. Kuadran satu paling kecil : komunikasi buruk/kesadaran diri kurang. c. Kuadran I paling besar : Kesadaran diri tinggi/komunikasi baik. CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI

a. Mempelajari diri sendiri

Melalui eksplorasi diri tentang fikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi.

b. Belajar dengan orang lain

Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri. Aspek negatif akan memberi kesadaran individu untuk memperbaikinya.

c. Membuka diri

Pribadi yang sehat berarti memiliki keterbukaan, maka perlu adanya sahabat yang dapat dipercaya sebagai tempat bercerita/curhat. 2. KLARIFIKASI NILAI

Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dam keamanannya.

Jika ada konflik, ketidakpuasan dapat disadari dan diklarifikasi agar tidak mempengaruhi hubungan komter.

Perawat sadar sistem nilai yang dimiliki, misal : keyakinan, sehingga siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistem nilai yang dimiliki.

3. EKSPLORASI PERASAAN

Terbuka, sadar terhadap persaannya, dan mengontrolnya sehingga bisa membawa diri secara terapeutik, sehingga tahu bagaimana berespon dan bersikap dengan klien.

4. KEMAMPUAN JADI MODEL Kemampuan untuk jadi suri tauladan.

a) Perawat yang bermasalah, misalnya ketergantungan obat, gangguan interpersonal, dan lain-lain akan mempengaruhi hubungan dengan klien. Jadi perawat haruslah bergaya hidup sehat.

b) Dalam keperawatan jiwa, perawat tidak mungkin memisahkan hubungan professional dengan kehidupan pribadi, karena perawat menggunakan dirinya untuk menolong klien.

c) Perawat efektif bila mampu memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi tidak didominasi konflik, stress, mampu beradaptasi sehat.

5. BERTANGGUNG JAWAB

Perawat bertanggung jawab terhadap tindakannya, sadar akan kelebihan dan kekurangannya.

Dalam berinteraksi dengan klien seorang perawat harus mampu menghadirkan diri secara fisik dan psikoilogis dihadapan klien. Dalam usaha menghadirkan diri secara fisik seorang perawat perlu memahami SIKAP PERAWAT DALAM KOMTER. Sedangkan untuk menghadirkan diri secara psikologis dengan cara memahami DIMENSI RESPON dan DIMENSI TINDAKAN/AKSI. H. SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

a. Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) tidak hanya cukup dengan tahu tehnik komunikasi terapeutik dan isi komunikasi tapi penting juga ?Sikap dan penampilan?.

b. Cara menghadirkan diri secara fisik : 1) Berhadapan, artinya saya siap untuk anda

(11)

3) Membungkuk ke arah klien, artinya menunjukkan keinginan untuk mengatakan/mendengarkan sesuatu. 4) Mempertahankan sikap terbuka (tidak melipat tangan/kaki) menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi 5) Tetap rileks

6) Dapat mengontrol keseimbangan antar ketegangan dan relaksasi dalam berespon pada klien. Kehadiran secara psikologis dapat dibagi dalam 2 dimensi :

1. Dimensi respon perawat 2. Dimensi tindakan perawat. I. DIMENSI RESPON

a. KEIKHLASAN/KESEJATIAN

Pernyataan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya. b. MENGHARGAI

Menerima klien apa adanya, tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek, tidak menghina.

Misal : duduk diam saat klien menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien, menerima permintaan klien untuk tidak bertanya pengalaman tertentu.

c. EMPATI

Empati adalah kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaan tanpa kita terlarut didalamnya. Lalu mengidentifiasi masalah klien dan membantunya. Empati dapat secara verbal/nonverbal.

Misal : memperkenalkan diri, sikap membungkuk pada klien, respon kekuatan dan sumber daya klien, tunjukkan minat, ekspresi hangat.

d. KONKRIT

Terminologi spesifik, bukan abstrak agar tidak muncul keragu-raguan/tidak jelas. Guna :

1) Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien. 2) Memberi penjelasan akurat oleh perawat

3) Mendorong klien memikirkan masalah spesifik. J. DIMENSI TINDAKAN/AKSI

Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan dilaksanakan dalam konteks kehangatan dan pengertian. Dimensi respon membawa klien pada tingkat penilikan diri tinggi dilanjutkan dengan dimensi tindakan.

a. KONFRONTASI

Merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai. Tiga kategori konfrontasi :

1) Ketidaksesuaian konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal dirinya. 2) Ketidaksesuaian antara ekspresi nonverbal dan perilaku klien.

3) Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan perawat.

Guna konfrontasi adalah untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan, sikap, perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif bukan dengan marah atau agresif.

Sebelum melakukannya pada klien kaji tingkat ?TRUST atau percaya?, tepat waktu, tingkat kecemasan klien, kekuatan koping. Konfrontasi diperlukan pada klien dengan kesadaran diri baik tapi perilaku klien belum berubah.

b. KESEGARAN

Berfokus pada saat ini, sensitive terhadap perasaan klien dan keinginan membantu segera. c. KETERBUKAAN

Perawat memberi info tentang diri, idealnya, perasaannya, sikap dan nilainya.

Pengalaman diri untuk terapi klien dengan tukar pengalaman ini diharapkan kerjasama dan sokongan. d. EMOTINAL CATHARSIS

1) Meminta klien bicara tentang hal yang mengganggu dirinya (Perasaanya, ketakutan, pengalaman) 2) Kaji kesiapan klien untuk bicara, bantu ekspresi perasaan klien

3) Suasana diterima dan aman klien akan memperluas kesadaran dan penerimaan diri. e. BERMAIN PERAN

(12)

Klien bebas berperilaku baru pada lingkungan aman. EVALUASI

1. Tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik adalah???

2. Teknik apa saja yang dapat digunakan perawat dalam menjalin hubungan terapeutik perawat klien gangguan jiwa????. 3. Jelaskan tahap-tahap dalam komunikasi terapeutik?????.

4. Apa tugas perawat dalam fase interaksi hubungan perawat klien terapeutik??? BAB III

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A. PENDAHULUAN

Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri.

Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.

Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, penmgobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989).

Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.

Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.

B. PENGERTIAN KELOMPOK

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama (Stuart&Sundeen,1991 : 10).

Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, umpamanya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.

Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.

Secara umum tujuan kelompok adalah :

a. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman

b. Berupaya memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain c. Merupakan proses menerima umpan balik

C. MANFAAT TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK Terapi aktifitas kelompok mempunyai manfaat : 1. Terapeutik

a. Umum

1) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain. 2) Melakukan sosialisasi

3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. b. Khusus

1) Meningkatkan identitas diri

(13)

3) Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial c. Rehabilitasi

1) Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri 2) Meningkatkan ketrampilan sosial 3) Meningkatkan kemampuan empati

4) Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah. D. TUJUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) 1. Mengembangkan stimulasi kognitif

Tipe : Biblioterapy

Aktifitas : Menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.

2. Mengembangkan stimulasi sensoris Tipe : Musik, seni, menari

Aktifitas : Menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan Tipe : Relaksasi

Aktifitas : Belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi 3. Mengembangkan orientasi realitas

Tipe : Kelompok orientasi realitas, kelompok validasi

Aktifitas : Fokus pada orientasi waktu, tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi kebutuhan. 4. Mengembangkan sosialisasi

Tipe : Kelompok remotivasi

Aktifitas : Mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi Tipe : Kelompok mengingatkan

Aktifitas : Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif. E. KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK 1. Model fokal konflik

Menurut Whiteaker dan Liebermen's, terapi kelompok berfokus pada kelompok daripada individu. Prinsipnya :

Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik.

Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekpresikan perasaan dan mendiskusikan perasaan dan mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah.

2. Model komunikasi

Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.

Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.

Leader mengajarkan pada kelompok bahwa : a. Perlu berkomunikasi

b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup. c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain.

d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif. Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan sosial anggota kelompok.

Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif.

Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.

3. Model interpersonal

(14)

Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain.

Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.

Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.

Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.

4. Model psikodrama

Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.

Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras. F. MACAM TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) 1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.

Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.

Tujuan

a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian c. Meningkatkan kemampuan intelektual

d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain e. Mengemukakan perasaanya.

Karakteristik :

a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai b. Menarik diri dari realitas

c. Inisiasi atau ide-ide negative

Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan. 2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori

Aktifitas digunakan untuk memberikan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.

Tujuan :

a. Meningkatkan kemampuan sensori

b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian c. Meningkatkan kesegaran jasmani

d. Mengekspresikan perasaan.

3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas

Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitr klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu.

Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.

Tujuan :

a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar).

(15)

d. Penderita mampu mengenali diri sendiri

e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat Karakteristik :

a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain

b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain c. Penderita kooperatif.

d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat 4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien

Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :

a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal b. Memberi tanggapan terhadap orang lain

c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi

d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan Tujuan umum :

Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.

Tujuan khusus :

a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya b. Menyebutkan identitas penderita lain c. Berespon terhadap penderita lain d. Mengikuti aturan main

e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya Karakteristik :

a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan b. Penderita sering berada ditempat tidur

c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang d. Penderita dengan harga diri rendah

e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas

f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

5. Penyaluran energi

Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.

Tujuan :

a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif. b. Mengekspresikan perasaan

c. Meningkatkan hubungan interpersonal

G. TAHAPAN-TAHAPAN DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen, 1995. Menggambarkan fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

1. Pre kelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok akan dilaksanakan serta membuat proposal lengkap dengan media yang akan digunakan beserta dana yang dibutuhkan.

2. Fase awal

(16)

Orientasi :

Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.

Konflik :

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya, dan saling ketergantungan yang akan terjadi.

Kebersamaan :

Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya. 3. Fase kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim;

a. Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya

b. Perasan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah terbina c. Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati

d. Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistis

e. Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugs kelompok dalam menyelesaikan tugasnya. f. Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif.

Petunjuk untuk leader pada fase ini :

a. Intervensi leader didasari pada kerangka kerja teoritis, pengalaman, personality dan kebutuhan kelompok serta anggotanya b. Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan batasannya, mendorong kelompok bekerja pada tugasnya c. Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok mengatasi masalah khusus.

4. Fase terminasi

Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk menghindari hal ini, terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap betapa bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk memberi umpan balik pada tiap anggota

Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre dan post test.

H. TERAPIS

Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :

1. Dokter 2. Psikoater 3. Psikolog 4. Perawat 5. Fisioterapis 6. Speech teraphis 7. Occupational teraphis 8. Sosial worker.

Persyaratan dan kwalitas terapis

Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :

1. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi dalam budaya setempat.

2. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal maupun patologis

3. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien.

4. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-katanya.

(17)

6. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan dan kelebihannya. I. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada penderita skizofrenia adalah 1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok

Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal.

Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.

2. Tugas sebagai leader dan coleader

Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.

3. Tugas sebagai fasilitator

Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.

4. Tugas sebagai observer

Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.

5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi

Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.

Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.

6. Program antisipasi masalah

Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.

Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan

Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).

Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul professional.

Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok.

Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.

STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI SUARA MENDENGAR MUSIK PENGERTIAN

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku. TUJUAN

A. Pasien mampu mengenali musik yang didengar B. Pasien mampu menikmati musik sampai selesai

C. Pasien mampu menceritakan perasaan setelah mendengarkan musik INDIKASI

(18)

A. Tape recorder

B. Kaset lagu melayu (dipilih lagu yang memiliki cerita yang bermakna) PROSEDUR

NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score ; 4

NA Nilai = Jumlah Score NO

BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main :

- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit

Score = 8

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Mengajak pasien untuk saling memperkenalkan diri (nama, nama panggilan, asal)

2. Setiap kali seorang pasien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak klien untuk bertepuk tangan

3. Menjelaskan bahwa akan diputar lagu, pasien boleh berjoget sesuai irama lagu, setelah selesai lagu tersebut pasien akan menceritakan isi cerita dari lagu tersebut dan perasaan pasien setelah mendengar lagu.

4. Terapis memutar lagu, pasien mendengar

5. Secara bergiliran pasien menceritakan isi lagu dan perasaannya sesuai arah jarum jam. 6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 12

NC Nilai ? Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

D. TERMINASI

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan mendengarkan musik - musik yang baik dan yang bermakna dalam kehidupan. 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya

Score = 8

ND Nilai = Jumlah score

STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR PENGERTIAN

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus menggambar pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku. TUJUAN

(19)

INDIKASI

A. Pasien menarik diri B. Pasien harga diri rendah PERSIAPAN ALAT A. Kertas HVS B. Pensil 2B C. Krayon

NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score ; 4

NA Nilai = Jumlah Score NO

BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main :

- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit

Score = 8

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menggambar dan cerita hasil gambar kepada pasien lain 2. Membagikan kertas dan pensil, satu pasang untuk setiap pasien

3. Meminta pasien untuk menggambar apa saja sesuai keinginan hatinya.

4. Sementara pasien mulai menggambar, terapis berkeliling dan memberi penguatan kepada pasien untuk meneruskan menggambar jangan mencela pasien.

5. Setelah semua selesai menggambat, terapis meminta masing-masing pasien untuk menceritakan gambar apa dan makna gambar yang dibuat.

6. Kegiatan 5 dilakukan sampai semua pasien mendapatkan giliran

7. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 14

NC Nilai = Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

D. TERMINASI

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan agar pasien untuk mengekspresikan perasaan melalui gambar 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya

Score = 8

(20)

STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENONTON TV / VIDEO PENGERTIAN

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara dan melihat pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku. TUJUAN

A. Pasien mampu menceritakan makna acara yang ditonton B. Pasien dapat menikmati TV / Video

INDIKASI

A. Pasien menarik diri B. Pasien harga diri rendah PERSIAPAN ALAT A. Video

B. Televisi C. VCD PROSEDUR

NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk setengah lingkaran dalam suasana ruangan yang aman dan terang) Score ; 4

NA Nilai = Jumlah Score NO

BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main :

- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit

Score = 8

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menonton TV dan menceritakan makna yang telah ditonton. 2. Terapi memutar TV yang telah dipersiapkan acara disesuaikan dengan klien dan tujuan yang akan dicapai

3. Setelah semua selesai menonton, terapis meminta masing-masing pasien untuk menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan pasien berurutan mulai dengan pasien yang ada disebelah kiri terapis.

4. Kegiatan 3 dilakukan sampai semua pasien mendapatkan giliran

5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 10

NC Nilai = Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

D. TERMINASI

(21)

3. Menganjurkan agar pasien untuk mendengarkan musik - musik yang baik dan yang bermakna dalam kehidupan 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya

Score = 8

ND Nilai = Jumlah score

STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI ORIENTASI REALITA MENGENAL ORANG PENGERTIAN

Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita TUJUAN

Pasien dapat mengenal orang-orang disekitarnya dengan tepat. INDIKASI

A. Demensia B. Halusinasi C. Kebingungan PERSIAPAN ALAT

A. Name tag sejumlah pasien dan perawat yang ikut tag B. Spidol ?70?

C. Bola tennis D. Tape recorder E. Kaset ?dangdut? PROSEDUR

NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Memilih pasien sesuai indikasi

2. Membuat kontrak dengan klien sesuai dengn indikasi 3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score ; 4

NA Nilai = Jumlah Score NO

BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main :

- Masing-masing pasien duduk dikursinya masing-masing sampai permainan selesai - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis

- Lama kegiatan 45 menit Score = 8

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Terapis memberikan name tag untuk masing-masing peserta

2. Terapis meminta masing-masing peserta menyebutkan nama, nama panggilan, status dan alamatnya.

3. Terapis meminta masing-masing peserta menuliskan nama panggilannya dimasing-masing name tag yang telah dibagikan. 4. Terapis meminta masing-masing peserta memperkenalkan diri secara berurutan searah jarum jam dumulai dari terapis meliputi menyebutkan nama, nama panggilan, alamatnya.

(22)

peserta ke peserta yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama, nama panggilan dan alamat semua peserta yang lain.

6. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama, nama panggilan dan alamat semua peserta yang lain.

7. Ulangi langkah no. 6 sampai semua peserta mendapat giliran

8. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 16

NC Nilai = Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

D. TERMINASI

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan agar pasien untuk kontak dan interaksi dengan orang lain 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya untuk mengenal tempat Score = 8

ND Nilai = Jumlah score

STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI ORIENTASI REALITA MENGENAL TEMPAT PENGERTIAN

Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita TUJUAN

Pasien dapat mengenal waktu dan tempat. INDIKASI

A. Demensia B. Halusinasi C. Kebingungan PERSIAPAN ALAT A. Bola tennis B. Tape recorder C. Kaset ?dangdut? PROSEDUR

NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Terapis mengingatkan kontrak pada sesi yang telah lalu 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score ; 4

NA Nilai = Jumlah Score NO

BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini

3. Terapis menanyakan apakah peserta masih mengingat nama-nama peserta yang lain. 4. Menjelaskan aturan main :

- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit

(23)

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Terapis menanyakan kepada peserta nama rumah sakit, nama ruangan, nomor tempat tidur, peserta diberi kesempatan menjawab dengan tepat.

2. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama rumah sakit, nama ruangan yang tepat.

3. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama rumah sakit, nama ruangan yang tepat.

4. Ulangi langkah no. 3 sampai semua peserta mendapat giliran

5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. 6. Terapis mengajak peserta berkeliling keruang-ruang yang ada.

Score = 12

NC Nilai = Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

D. TERMINASI

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan untuk menghafal nama-nama 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8

ND Nilai = Jumlah score

STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI ORIENTASI REALITA MENGENAL WAKTU PENGERTIAN

Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita TUJUAN

Pasien mampu mengenali tanggal, hari, tahun dengan tepat. INDIKASI

A. Demensia B. Halusinasi C. Kebingungan PERSIAPAN ALAT A. Bola tennis B. Tape recorder C. Kaset ?dangdut? D. Kalender E. Jam dinding PROSEDUR

NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Terapis mengingatkan kontrak pada sesi yang telah lalu 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score ; 4

NA Nilai = Jumlah Score NO

(24)

2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini

3. Terapis menanyakan apakah peserta masih mengingat nama-nama ruangan yang sebelumnya dipelajari. 4. Menjelaskan tujuan

4. Menjelaskan aturan main :

- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit

Score = 10

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan

2. Terapis menanyakan kepada peserta hari, tanggal, bulan dan tahun sekarang.

3. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menjawab pertanyaan dari terapis. 4. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menjawab pertanyaan dari terapis.

5. Ulangi langkah no. 4 sampai semua peserta mendapat giliran

6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 12

NC Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

D. TERMINASI

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan mendengarkan music-musik yang baik dan yang bermakna dalam kehidupan 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya

Score = 8

ND Nilai = Jumlah score

STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI SESSI I PENGERTIAN

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya. TUJUAN

A. Pasien mengenal isi halusinasi

B. Pasien mengenal waktu terjadinya halusinasi C. Pasien mengenal frekuensi halusinasi

D. Pasien mengenal perasaan bisa mengalami halusinasi. INDIKASI

Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT A. Sound system B. Spidol C. Papan tulis PROSEDUR

(25)

2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Memilih psaien sesuai indikasi 2. Membuat kontrak dengan pasien

3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score = 6

NA Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Pasien memperkenalkan diri

- Pasien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir

- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit.

Score = 8

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Mengajak pasien untuk saling memperkenalkan diri (nama, nama panggilan, asal)

2. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu masing-masing pasien membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan menceritakan isi, waktu terjadi, frekwensi dan perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi.

3. Meminta pasien untuk bercerita tentang halusinasi yang dialami secara berurutan

4. Setiap kali pasien selesai cerita terapis mempersilahkan pasien lain untuk bertanya sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan 5. Ulangi 3, 4 sampai semua mendapat giliran

6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan halusinasinya. Score = 12

NC Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

D. TERMINASI

1. Menyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan mendengarkan bila mengalami halusinasi segera menghubungi perawat 4. Membuat kontrak kembali untuk berikutnya TAK

Score = 8

ND Nilai = Jumlah score

STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENGONTROL HALUSINASI : SESSI II MENGHARDIK

PENGERTIAN

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya. TUJUAN

A. Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengalami halusinasi B. Pasien dapat memahami dinamika halusinasi

(26)

INDIKASI ? Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT A. Sound system B. Spidol C. Alat tulis

NO PROSEDUR NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4

NA Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini

3. Menanyakan pengalaman halusinasi yang pernah terjadi 4. Menjelaskan tujuan kegiatan

5. Menjelaskan aturan main :

- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit

Score = 10

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Meminta menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apa bisa mengatasinya 2. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan pengalaman halusinasinya 3. Terapi menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi muncul 4. Terapi memperagakan cara menghardik halusinasi

5. Meminta masing-masing pasien memperagakan menghardik halusinasi dimulai dari pasien yang berada disebelah kiri terapis berurutan sampai semua mendapat giliran.

6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai memperagakan menghardik halusinasi. Score = 12

NC Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

D. TERIMNASI

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan agar pasien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika halusinasi muncul 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya

Score = 8

ND Nilai = Jumlah score

STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENGONTROL HALUSINASI : SESSI III MENYUSUN JADWAL KEGIATAN

(27)

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien dapat mengontrol halusinasinya TUJUAN

A. Pasien dapat memahami pentingnya melakukan aktifitas untuk mencegah munculnya halusinasi B. Pasien dapat menyusun jadwal aktifitas dari pagi sampai tidur malam

INDIKASI Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT

A. Kertas HVS sejumlah peserta B. Pensil

C. Spidol D. White board PROSEDUR

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score = 8

NA Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main :

- Pasien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir

- Bila ingin keluiar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 90 menit.

Score = 8

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan 2. Membagi kertas dan pensil pada pasien

3. Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur dalam mencegah terjadinya halusinasi 4. Memberi contoh cara menyusun jadwal dengan menggambarkannya dipapan tulis

5. Meminta psien untuk menyusun jadwal aktifitas dari bangun pagi sampai dengan tidur malam 6. Membimbing pasien sampai berhasil menyusun jadwal

7. Memberi pujian kepada pasien setelah selesai berhasil menyusun jadwal Score = 14

NC Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

D. ORIENTASI

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

(28)

Score = 8

ND Nilai = Jumlah score

STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI : SESSI IV CARA MINUM OBAT YANG BENAR.

PENGERTIAN

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien sehingga bisa mengontrol halusinasinya TUJUAN

A. Pasien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminum B. Pasien mengetahui perlunya minum obat yang teratur C. Pasien mengetahui 5 benar dalam minum obat D. Pasien mengetahui efek terapi dan efek samping obat E. Pasien mengetahui akibat bila putus obat

INDIKASI Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT A. Contoh obat B. White board C. Spidol PROSEDUR

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4

NA Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini

3. Menanyakan apakah jadwal aktifitasnya sudah dilakukan 4. Menjelaskan tujuan kegiatan

5. Menjelaskan aturan main

- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit

Score = 8

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

1. Memberi contoh obat sesuai obat yang diberikan pada masing-masing pasien 2. Menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur sesuai anjuran

3. Meminta pasien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara bergantian, searah jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis sampai semuya mendapat giliran

4. Menjelaskan akibat jika tidak minum obat secara teratur

5. Menjelaskan 5 benar ketika menggunakan obat : benar obat, benar pasien, benar waktu, benar cara, benar dosis. 6. Menjelaskan efek terapi dan efek samping obat sesuai contoh yang ada pada pasien

(29)

contoh obat yang ada ditangan pasien secara bergantian, jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis sampai semua mendapat giliran 8. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien menyebutkan dengan benar.

Score = 16

NC Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

D. TERMINASI

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok

3. Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, pasien dapat menghubungi perawat yang bertugas 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya

Score = 8

ND Nilai = Jumlah score

STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI : SESSI V MENGONTROL HALUSINASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP.

PENGERTIAN

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien sehingga bisa mengontrol halusinasinya TUJUAN

A. Pasien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain

B. Pasien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika memulai mengalami halusinasi INDIKASI

Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT A. Spidol

B. White board PROSEDUR

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

A. PERSIAPAN

1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score = 4

NA Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

B. ORIENTASI

1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan kabar klien hari ini

3. Menanyakan pengalaman pasien mengontrol halusinasi setelah menerapkan 3 cara lain 4. Menjelaskan tujuan kegiatan

5. Menjelaskan aturan main :

- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit

Score = 8

NB Nilai = Jumlah score

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0

C. KERJA

Gambar

Table 2: Perilaku yang berhubungan dengan depresi

Referensi

Dokumen terkait