PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOUR
MASYARAKAT DI KOTA DENPASAR
SKRIPSI
Oleh:
NI PUTU SISKA DEVIANA D NIM : 1115251125
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOUR
MASYARAKAT DI KOTA DENPASAR
SKRIPSI
Oleh:
NI PUTU SISKA DEVIANA D NIM : 1115251125
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Denpasar
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : April 2016
Tim Penguji: Tanda tangan
1. Ketua : . ...
2. Sekretaris : ...
3. Anggota : ...
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing
Prof. Dr. Ni Wyn Sri Suprapti,SE., M.Si. Drs.
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, April 2016 Mahasiswa,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Shopping Lifestyle Dan
Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Behaviour Masyarakat Di
Kota Denpasar” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam
penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana,SE.,MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa,SE.,M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Prof.Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Dra Ni Ketut Sariyathi, SE., MM. selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama perkuliahan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik penulis selama ini sehingga
mampu menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.
7. Orang tua ……… suami yang telah banyak memberikan dorongan moril, material maupun spiritual yang tak ternilai harganya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat dan seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana Jurusan Manajemen, Akuntansi, Ekonomi
Pembangunan Program Regular, Ekstensi dan Diploma yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatannya, masukkannya,
kehidupan kampus yang menyenangkan dan dukungannya selama
penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik, dan saran
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap
bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, April 2016
Judul : Pengaruh Shopping Lifestyle Dan Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Behaviour Masyarakat Di Kota Denpasar
Nama : Ni Putu Siska Deviana D NIM : 1115251125
Abstrak
Fashion merupakan tujuan utama konsumen mendatangi sebuah mall
maupun butik, terdapat pakaian wanita, pria, anak-anak, hingga kosmetik dan aksesoris lainnya. Kondisi ekonomi setiap individu, menjadikan konsumen bersifat konsumtif, sehingga ketika melihat sesuatu barang yang dianggapnya menarik akan dibeli walau dengan harga yang lumayan tinggi, dan hal tersebut sudah banyak diakui oleh masyarakat, khususnya di Kota Denpasar. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh shopping lifestyle dan fashion
imvolement terhadap impulse buying behavior masyarakat kota Denpasar.
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala 5 likert. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang responen dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial shopping lifestyle berpengaruh positif signifikan terhadap impulse buying behavior, bila shoppinglife style meningkat maka impulse buying behaviour. Fashion imvolement berpengaruh positif signifikan terhadap impulse buying behavior, Fashion imvolement meningkat maka impulse buying behaviour.
Saran Bagi penyedia produk Fashion atau department store yang ada sebaiknya menyediakan berbagai macam merek fashion yang berbeda, untuk menarik konsumen dalam melakukan pembelanjaan yang tidak terduga dapat pula memberikan program-program tetentu seperti diskon.Bagi peneliti selanjutnya untuk menambahkan lagi variabel lainnya yang dapat mempengaruhi Impulse
Buying seperti, diskon, emosi, dan atmosfer toko. Selain itu menambahkan jumlah
sampel, mencari lebih luas ruang lingkup penelitian tidak hanya di Denpasar.
ABSTRACT
Fashion is the main objective of consumers visiting a mall or boutique, there is a women's clothing, men, children, to cosmetics and other accessories. Economic conditions of each individual, making the consumer is consumptive, so when looking for something that is considered attractive to be purchased even with a fairly high price, and it is now widely recognized by the public, especially in the city of Denpasar. The purpose of this study was to determine the influence of lifestyle and fashion shopping imvolement against impulse buying behavior Denpasar city community.
The data used in this study using a questionnaire with 5 Likert scale. The sample used dlam this study were 100 people responen. The analysis tool used is linear regression berganda.Hasil study showed that partially shopping lifestyle significant positive effect on impulse buying behavior, when shoppinglife style increases the impulse buying behavior. Fashion imvolement significant positive effect on impulse buying behavior, Fashion imvolement increases, the impulse buying behavior.
Suggestions for Fashion product provider or department stores that exist should provide a wide range of different fashion brands, to attract consumers in unexpected spending may also provide on specific programs such as diskon.Bagi next researcher to add yet another variable that can affect Impulse buying such as, discount, emotion, and the atmosphere store. Besides adding a number of samples, looking for a broader scope of research not only in Denpasar.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ... 10
2.1.1 Impulse buying behavior ... 10
2.1.2 Sopping lifestyle ... 13
2.1.3 Fashion Involment ... 15
2.2 Hipotesis Penelitian ... 17
2.2.1 Pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying behaviour ... 17
2.2.2 Pengaruh fashion involment terhadap impulse buying behaviour ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 19
3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 19
3.9.2 Uji Reliabilitas ... 25
3.10 Teknik Analisis Data ... 25
3.10.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 25
3.10.2 Uji Asumsi klasik ... 25
3.10.2 Uji Hipotesis ... 26
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran umum Kota Denpasar ... 27
4.2 Karakteristik Responden ... 28
4.3 Hasil Pengujian Instrument ... 29
4.3.1 Hasil Uji Validitas ... 29
4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas... 30
4.4 Deskriptif Variabel Penelitian ... 30
4.4.1 Shopping lifestyle ... 31
4.4.2 Fashion Involment ... 32
4.4.2 Impulse buying behaviour... 35
4.5 Analisis Regresi Berganda ... 37
4.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 37
4.5.2 Analisis Regresi linear Berganda ... 40
4.6 Analisis Kelayakan Model ... 41
4.7 Pengujian Hipotesis Dan Pembahasan ... 42
4.7.1 Pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying behavior ... 42
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
3.1 Instrument Penelitian ... 22
4.1 Karakteristik Responden ... 28
4.2 Hasil Validitas ... 29
4.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 30
4.4 Deskripsi Jawaban Responen Terhadap Shopping Lifestyle ... 31
4.5 Deskripsi Jawaban Responen Terhadap Fashion Imvolement ... 33
4.6 Deskripsi Jawaban Responen Terhadap Impulse Buying ... 35
4.7 Hasil Uji Normalitas ... 38
4.8 Hasil Uji Multikoleniaritas ... 39
4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 39
4.10 Hasil Rangkuman Hasil Anaisis Regresi Linear Berganda ... 40
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Fashion merupakan tujuan utama konsumen mendatangi sebuah mall
maupun butik, terdapat pakaian wanita, pria, anak-anak, hingga kosmetik dan
aksesoris lainnya. Kondisi ekonomi setiap individu, menjadikan konsumen
bersifat konsumtif, sehingga ketika melihat sesuatu barang yang dianggapnya
menarik akan dibeli walau dengan harga yang lumayan tinggi, dan hal tersebut
sudah banyak diakui oleh masyarakat, khususnya di Kota Denpasar.
Edwin dan Sugiono (2011) menyatakan bagi masyarakat high income
berbelanja sudah menjadi gaya hidup (lifestyle), artinya mereka akan rela
mengorbankan sesuatu demi mendapatkan produk yang disenangi. Pembelian
produk yang mengikuti jaman hingga sesuatu yang ditemukan secara tidak
sengaja, dan pembelian yang tidak terencana menyebabkan terjadinya impulse
buying. Bellenger et al. dalam Mattila dan Jochen (2008) menyatakan bahwa 27–
62 persen pembelian yang terjadi di department store merupakan pembelian
impulsif. Abdolvand et al. (2011) menyatakan bahwa pembelian impulsif
merupakan aspek penting dalam perilaku konsumen dan konsep vital bagi peritel
sebab pembelian tidak terencana yang dilakukan oleh konsumen secara langsung
akan berkontribusi pada nilai omset penjualan yang didapat oleh peritel tersebut.
Chang (2014) menjelaskan bahwa pembelian impulsif merupakan salah satu yang
seringnya perilaku pembelian impulsif terjadi dalam berbagai jenis produk.
Impulse buying dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang di antaranya adalah
faktor lingkungan, dan bagaimana konsumen menanggapi rangsangan yang
diberikan oleh lingkungan konsumen tersebut baik lingkungan eksternal maupun
lingkungan internal konsumen. Setiap orang memiliki perbedaan dalam impulse
buying. Ini disebabkan karena beberapa orang memiliki kecendrungan yang lebih
tinggi untuk bereaksi terhadap impulse buying, sedangkan yang lain tidak
menanggapi rangsangan tersebut (Lin dan Chuang, 2005).
Pembelian impulsif merupakan sebuah fenomena dan kecenderungan
perilaku berbelanja meluas yang terjadi di dalam pasar sehingga menjadi poin
penting dalam pemasaran (Herabadi, 2003). Fenomena perilaku pembelian
impulsif merupakan sebuah tantangan bagi para pelaku bisnis dimana mereka
dituntut untuk mampu menciptakan ketertarikan secara emosional seperti
memancing gairah konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi suatu produk
tertentu. Konsumen yang sudah tertarik secara emosional, nantinya akan
melakukan pembelian tanpa memikirkan rasionalitas dalam proses pengambilan
keputusan (Putra, 2014).
Ghani et al. (2011) menyatakan pembelian impulsif merupakan perilaku
pembelian dengan keputusan yang tiba-tiba dan langsung memutuskan untuk
membeli suatu produk yang sebelumnya tidak memiliki niat untuk membeli
produk tersebut. Pembelian impulsif biasanya terjadi dalam waktu yang singkat
karena keputusan pembelian yang dilakukan biasanya tidak diimbangi dengan
Sebuah retailer harus menyadari betul kekuatan dari pembelian impulsif yang
dilakukan konsumen karena akan berpengaruh terhadap nilai omset mereka
(Munusamy et al., 2010).
Prastia (2011) menyatakan shopping lifestyle mencerminkan pilihan
seseorang dalam menghabiskan waktu dan uang. Dengan ketersediaan waktu
konsumen akan memiliki banyak waktu untuk berbelanja dan dengan uang
konsumen akan memiliki daya beli yang tinggi. Hal tersebut tentu berkaitan
dengan keterlibatan konsumen terhadap suatu produk, salah satunya keterlibatan
konsumen pada poduk fashion (fashion involvement yang juga mempengaruhi
terjadinya perilaku impulse buying.
Semakin tinggi pendapatan konsumen maka akan tinggi pula tingkat
konsumsinya, yang mampu memicu terjadinya impulse buying. Dampak
positifnya akan berada pada pelaku bisnis yang akan memperoleh profit yang
semakin tinggi pula. Dengan adanya shopping lifestyle, maka para pelaku bisnis
sangat dipacu untuk menyediakan berbagai fashion yang menjadi selera
konsumen, semakin banyak variasi fashion yang disediakan pelaku bisnis,
semakin tinggi pula peluang terjadinya impulse buying. Banerjee dan Saha (2012)
menyatakan impulse buying didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak
direncanakan, di tempat berbelanja yang dipicu oleh stimulus. Stimulus diberikan
melalui pemasaran sensorik atau menyentuh suatu produk, berdasarkan informasi
yang jelas dan terlihat tentang penawaran khusus dan membantu konsumen
Shopping lifestyle merupakan kebiasaan konsumen dalam berbelanja yang
dipengaruhi oleh perubahan jaman, pendapatan konsumen, dan status sosial.
Tidak semua konsumen dapat dikategorikan memiliki shopping lifestyle ini,
karena pendapatan, sikap, serta status sosial dari konsumen juga berpengaruh pada
shopping lifestyle. Volume belanja konsumen yang tinggi dapat dikategorikan
sebagai shopping lifestyle, karena tidak hanya untuk barang yang harga tinggi
dikatakan bahwa konsumen tersebut termasuk dalam shopping lifestyle, tetapi
konsumen yang berbelanja dengan harga yang terjangkau namun dengan volume
yang besar, maka konsumen tersebut dapat dikategorikan termasuk dalam
shopping lifestyle (Karbasivar, 2011).
Fashion involvement adalah keterlibatan seseorang dengan suatu produk
fashion karena kebutuhan, kepentingan, ketertarikan dan nilai terhadap produk
tersebut (Edwin dan Sugiyono, 2011:34). Fashion dapat menjadikan individu
terlihat unggul dalam lingkungan sosialnya. Perubahan jaman pada fashion yang
berganti-ganti hampir di setiap bulan, maka konsumen yang selalu mengikuti
perubahan jaman tersebut akan terlihat unggul baik dalam berpakaiannya yang
nantinya akan menegaskan identitas individu tersebut dalam lingkungan
sosialnya.
Shopping lifestyle sudah menjadi tradisi sekaligus trend dalam jaman
globalisasi ini, konsumen tidak hanya dapat berbelanja di mall atau di toko-toko
saja, tidak sedikit juga yang berbelanja secara online (Amiri et al., 2012). Jika
diperhatikan kebanyakan para konsumen lebih cenderung berbelanja fashion.
Penampilan yang menawan, yang sejuk dipandang menjadi prioritas untuk menilai
karakteristik individu, hingga untuk melamar pekerjaan pun penampilan menjadi
prioritas. Hal inilah penyebab salah satunya shopping lifestyle, ketika konsumen
masuk ke mall, dan melihat barang yang terlihat bagus, walaupun tidak
direncanakan sebelumnya, konsumen pasti akan membeli barang tersebut, yang
disebut sebagai impulse buying
Impulse buying atau pembelian yang tidak terduga sangat rentan terjadi,
karena setiap individu pasti ingin selalu terlihat menawan dan sejuk dipandang di
setiap saat. Shopping lifestyle, fashion involvement, dan impulse buying menjadi
hal yang tidak dapat dipisahkan, sebagai mana dapat didukung oleh beberapa
penelitian sebelumnya yang menyatakan faktor-faktor tersebut berpengaruh
signifikan, seperti ;
Penelitian Pattipeilohy (2013) menunjukkan bahwa fashion involvement
berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behaviour mengenai produk
fashion. Penelitian Tirmizi, dkk (2009) menunjukkan bahwa fashion involvement
berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behaviour serta shopping lifestyle
berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behaviour. Hosssein, dkk (2014)
menyatakan bahwa pengaruh fashion involvement, karakteristik personal, dan
store environemt terhadap impulse buying, menunjukkan bahwa fashion
berpengaruuh positif signifikan terhadap impulse buying. Penelitian Park et al
(2006), menunjukkan bahwa fashion involvement mempunyai efek positif
terhadap impulse buying. Era modern saat ini perkembangan bisnis fashion di
dari bertambahnya mall, butik, hingga penjualan melalui online yang semakin
menjamur. Kemajuan yang dialami oleh para pelaku bisnis fashion ini, disebabkan
oleh kemajuan perekonomian di Kota Denpasar, yang berdampak pada tingginya
minat berbelanja konsumen. Kondisi ekonomi setiap individu masyarakat kota
Denpasar menjadikan masyarakat bersifat konsumtif, sehingga ketika melihat
sesuatu barang yang dianggapnya menarik akan dibeli walau dengan harga yang
lumayan tinggi, dan hal tersebut sudah banyak diakui oleh masyarakat, khususnya
di Kota Denpasar, dengan demikian masyarakat Kota Denpasar cenderung
mengalami pembelian yang tidak terduga. Melalui survey yang dilakukan
terhadap 20 orang masyarakat Kota Denpasar yang yang melakukan pembelanjaan
produk fashion diperoleh hasil bahwa keseluruhan konsumen pernah melakukan
impulse buying pada saat berbelanja produk fashion, yang diakibatkan fashion
involvement dan shopping lifestyle. Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena
impulse buying selalu terjadi pada masyarakat Kota Denpasar. Subjek dari
penelitian ini adalah masyarakat di Kota Denpasar yang melakukan impulse
buying behavior, maka dari pada itu peneliti melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying
Behaviour masyarakat di Kota Denpasar.
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, maka rumusan
masalah penelitian ini sebagai berikut :
1) Apakah shopping lifestyle berpengaruh terhadap impulse buying behavior
2) Apakah fashion involvement berpengaruh terhadap impulse buying
behavior pada produk fashion di Kota Denpasar?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk menjelaskan pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying
behavior pada produk fashion di Kota Denpasar.
2) Untuk menjelaskan pengaruh fashion involvement terhadap impulse buying
behavior pada produk fashion di Kota Denpasar.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikat manfaat sebagai
berikut:
1) Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya bukti empiris mengenai teori
yang menyatakan pengaruh shoping lifestyle dan fashion involvement terhadap
impulse buying behaviour serta mampu dijadikan sebagai bahan studi lanjutan
yang relevan.
2) Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan praktis bagi
mahasiswa maupun instansi yang terkait.
1)Bagi pihak pelaku bisnis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pelaku
serta impulse buying behaviour, sehingga pelaku bisnis dapat
meningkatkan profit usahanya.
2)Bagi pihak akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
berkaitan dengan shopping lifestyle, fashion behaviour, serta impulse
buying behaviour yang dapat diaplikasikan dalam penelitian
selanjutnya.
3)Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk
menciptakan ide-ide baru dalam membangun sebuah usaha fashion,
kepada pelaku bisnis fashion dapat menjadikan hasil penelitian ini
sebagai referensi baru guna meningkatkan profit.
1.5 Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara
sistematis sehingga antara bab yang lain mempunyai hubungan yang erat. Adapun
sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah
penelitian yang terdiri dari hal-hal apa saja yang mendasari
dilakukannya penelitian, serta menguraikan rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika
Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Dalam bab ini diuraikan mengenai landasan teori dan konsep yang
berkaitan dengan impulse buying behavior, shopping life style, dan
fashion invovelment.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang meliputi
desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian,
obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional
variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode
penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis
data yang digunakan.
Bab IV : Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum, deskripsi data
hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V : Simpulan dan Saran
Dalam bab ini diuraikan mengenai tentang simpulan dan saran
yang diperoleh dari hasil analisis penelitian yang telah dibahas
BAB II
LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Impulse Buying Behaviour
Konsumen seringkali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih
dahulu. Keinginan untuk membeli seringkali muncul di toko atau di mall. Banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Adanya pemotongan harga atau
discount membuat konsumen akan merasakan kebutuhan untuk membeli produk
tersebut. Keputusan pembelian yang seperti ini dikatakan sebagai impulse buying
(Sumarwan, 2003).
Keputusan pembelian yang dilakukan belum tentu direncanakan, terdapat
pembelian yang tidak direncanakan (impulse buying) akibat adanya rangsangan
lingkungan belanja (Edwin dan Sugiyono, 2011). Implikasi dari lingkungan
belanja terhadap perilaku pembelian mendukung asumsi bahwa jasa layanan fisik
menyediakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku konsumen, dihubungkan
dengan karakteristik lingkungan konsumsi fisik (Bitner et al., 2011).
Berdasarkan penelitiaan yang sebelumnya, pembelian yang tidak
terencana (impulse buying) dapat diklasifikasin dalam empat tipe (Hodge dalam
Edwin dan Sugiyono, 2011).
1) Pure impulse buying merupakan pembelian secara impulse yang dilakukan
karena adanya luapan emosi dari konsumen sehingga melakukan pembelian
2) Reminder impulse buying merupakan pembelian yang terjadi karena
konsumen tiba-tiba teringat untuk melakukan pembelian produk tersebut.
Dengan demikian konsumen telah pernah melakukan pembelian sebelumnya
atau telah pernah melihat produk tersebut dalam iklan.
3) Suggestion impulse buying merupakan pembelian yang terjadi saat konsumen
melihat produk, melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya dan
memutuskan untuk melakukan pembelian.
4) Planned impulse buying merupakan pembelian yang terjadi ketika konsumen
membeli produk berdasarkan harga spesial dan produk-produk tertentu.
Dengan demikian planned impulse buying merupakan pembelian yang
dilakukan tanpa direncanakan dan tidak tengah memerlukannya dengan
segera.
Variabel ini diukur dengan beberapa indikator yakni : 1) Tanggapan atas
tawaran iklan. 2) Pembelian pakaian model terbaru. 3) Pembelian dilakukan tanpa
keputusan yang pasti. 4) Selalu melakukan pembelian produk fashion saat
memasuki mall. 5) Terobsesi untuk membelanjakan seluruh uang yang dimiliki
untuk membeli produk fashion. 6) Membeli produk fashion yang tidak terlalu
dibutuhkan.
Sultan et al. (2012) menyatakan perilaku pembelian impulsif merupakan
sebuah dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu dengan segera yang lebih
bersifat emosional daripada rasional. Hal tersebut didukung oleh penelitian Coley
dalam Anggraini (2012) menunjukkan bahwa dalam proses keputusan pembelian,
kebutuhan maka akan memungkinkan timbulnya pembelian impulsif. Dalam
praktik pembelian, apabila perilaku impulsif lebih mendominasi dalam proses
keputusan pembelian, tak jarang konsumen akan mengabaikan beberapa tahapan
dan serentak mengambil keputusan untuk membeli dengan mengabaikan proses
pencarian informasi serta evaluasi alternatif (Machfoedz, 2007:62).
Utami (2010: 69) menyatakan pengaruh stimulus dan situasi yang terdapat
di lingkungan tempat berbelanja merupakan penyebab terjadinya impulse buying.
Konsumen yang paling sering melakukan pembelian tak terencana biasanya
adalah mayoritas konsumen yang melakukan pembelanjaan di pasar swalayan.
Kondisi – kondisi yang dapat mempermudah terjadinya impulse buying di
swalayan adalah:
1) Besarnya transaksi yang dilakukan oleh konsumen tersebut, semakin
banyaknya produk yang di beli maka presentase terjadinya pembelian impulse
akan semakin besar.
2) Perjalanan belanja, semakin lama konsumen melakukan perjalanan dalam
melakukan perbelanjaan maka presentase terjadi impulse buying akan semakin
tinggi.
3) Frekuensi belanja, impulse buying lebih sering terjadi pada konsumen yang
sering melakukan perbelanjaan.
4) Daftar belanja, daftar belanja yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu dapat
menyebabkan terjadinya impulse buying hal ini hanya berpengaruh terhadap
2.1.2 Shopping Lifestyle
Shopping lifestyle mengacu pada pola konsumsi yang mencerminkan
pilihan seseorang tentang bagaimana upaya menghabiskan waktu dan uang.
Dalam arti ekonomi, shopping lifestyle menunjukkan cara yang dipilih oleh
seseorang untuk mengalokasikan pendapatan, baik dari segi alokasi dana untuk
berbagai produk dan layanan, serta alternatif-alternatif tertentu dalam pembedaan
kategori serupa. Betty Jackson (2004) mengatakan shopping lifestyle merupakan
ekspresi tentang lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan perbedaan status
sosial. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa shopping
lifestyle adalah cara seseorang untuk mengalokasikan waktu dan uang untuk
berbagai produk, layanan, teknologi, fashion, hiburan dan pendidikan. Shopping
lifestyle ini juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain sikap terhadap merek,
pengaruh iklan dan kepribadian.
Gaya hidup merupakan salah satu indikator dari faktor pribadi yang turut
berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Jika diartikan, gaya hidup merupakan
pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat
seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang
berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu di balik
kelas sosial seseorang dan menggambarkan bagaimana mereka menghabiskan
waktu dan uangnya. Gaya hidup pada prinsipnya adalah pola seseorang dalam
mengelola waktu dan uangnya. Kotler dan Keller (2008:175) mengemukakan
bahwa sebagian gaya hidup terbentuk oleh keterbatasan uang atau keterbatasan
dengan bertanya pada konsumen tentang kegiatan mereka (pekerjaan, hobi,
liburan), minat (keluarga, pekerjaan, komunitas), dan opini (tentang isu sosial, isu
politik, bisnis). Perusahaan yang melayani konsumen dengan keuangan terbatas,
menciptakan produk dan jasa murah. Konsumen yang mengalami keterbatasan
waktu cenderung multitugas (multitasking), melakukan dua atau lebih pekerjaan
pada waktu yang sama. Mereka cenderung membayar orang lain untuk
mengerjakan tugas karena waktu lebih penting daripada uang. Perusahaan yang
melayani mereka akan menciptakan produk dan jasa yang nyaman bagi kelompok
ini. Kotler dan Keller (2008:224) menyatakan gaya hidup adalah pola hidup
seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Para pemasar mencari hubungan antara produk mereka dengan
kelompok gaya hidup. Contohnya, perusahaan penghasil komputer mungkin
mendapatkan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada
pencapaian prestasi. Dengan demikian, para pemasar dapat lebih jelas 14
mengarahkan merek-nya ke gaya hidup orang yang berprestasi. Para pemasar
selalu menyingkapkan tren baru dalam gaya hidup konsumen. Gaya hidup
(lifestyle) menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka
membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka
(Mowen, 2002). Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang
didefinisikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (Setiadi,
sehubungan dengan serangkaian tanggapan dan pendapat pribadi tentang
pembelian produk (Cobb dan Hoyer, 1986 dalam Wikartika 2010). Adapun
indikator shopping lifestyle :
1) Tanggapan atas tawaran iklan.
2) Pembelian pakaian model terbaru.
3) Pembelian fashion merek terkenal.
4) Produk fashion memiliki kualitas yang terbaik.
5) Pembelian merek fashion yang berbeda-beda.
6) Semua merek fashion memiliki kualitas yang sama.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa shopping
lifestyle adalah cara seseorang untuk menglokasikan waktu dan uang untuk
berbagai produk, layanan teknologi, fashion, hiburan, dan pendidikan. Shopping
lifestyle ini juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain sikap terhadap merek,
pengaruh iklan dan kepribadian.
2.1.3 Fashion Involvement
Para peneliti telah mendefinisikan fashion involvement dari berbagai
macam sudut pandanya (Japarianto dan Sugiharto, 2013:5) mendefinisikan
involvement sebagai minat atau bagian motivasional yang ditimbulkan oleh
stimulus atau situasi tertentu, dan ditujukan melalui ciri penampilan. Keteribatan
(involvement) mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi
personal suatu objek, kejadian atau aktifitas (Setiadi, 2003). Fashion involvemet
digunakan terutama untuk memprediksi variabel perilaku berkaitan dengan
konsumen (Park et al., 2006). Fashion involvement merupakan ketertarikan
konsumen pada kategori produk fashion (seperti pakaian) (Park et al., 2006,
dalam Wikartika, 2010). Dalam pemasaran fashion, fashion involvement mengacu
pada ketertarikan perhatian dengan kategori produk fashion (seperti pakaian).
Fashion involvement digunakan terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku
yang berhubungan dengan produk pakaian seperti keterlibatan produk, perilaku
pembelian, dan karakteristik konsumen. Park et al. (2006) menemukan bahwa
fashion involvement pada pakaian berhubungan sangat erat dengan karakteristik
pribadi (yaitu wanita dan kaum muda) dan pengetahuan fashion, yang mana pada
gilirannya mempengaruhi kepercayaan konsumen di dalam membuat keputusan
pembelian. Dalam membuat keputusan pembelian pada fashion involvement
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu karakteristik konsumen, pengetahuan
tentang fashion, dan perilaku pembelian konsumen. Variabel ini diukur dengan 8
indikatornya adalah:
1) Memiliki model pakaian terbaru lebih dari satu.
2) Fashion hal penting dalam mendukung aktifitas.
3) Senang menggunakan model pakaian yang berbeda dari yang lain.
4) Pakaian dapat menunjukkan karakteristik.
5) Dapat memprediksi kepribadian seseorang dari pakaian.
6) Pakaian favorite dapat membuat percaya diri.
7) Mencoba pakaian sebelum membelinya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fashion
involvemet adalah keterlibatan seseorang dengan suatu produk pakaian karena
kebutuhan, kepentingan, ketertarikan dan nilai terhadap produk tersebut. Seo et
al., (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan positif
antara tingkat fashion involvement dan pembelian pakaian dimana konsumen
dengan fashion involvement yang tinggi lebih memungkinkan membeli pakaian.
Konsumen dengan fashion involvement yang lebih tinggi memungkinkan terlibat
dalam pembelian impulsif yang berorientasi fashion (Park et al., 2006).
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying Behaviour Berdasarkan hasil penelitian Edwin dan Sugiyono (2011), shopping lifestyle
berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behaviour. Shopping menjadi
salah satu lifestyle yang paling digemari, untuk memenuhi lifestyle ini masyarakat
rela mengorbankan sesuatu demi mencapainya dan hal tersebut cenderung
mengakibatkan impulse buying (Japarianto dalam Prastia, 2011). Penelitian
Tirmizi dkk. (2009), menunjukkan bahwa Shopping lifestyle berpengaruh
signifikan terhadap impulse buying behavior. Berdasarkan pemaparan di atas,
maka diajukan hipotesis keempat yaitu:
H1 : Shopping Lifestyle Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Impulse Buying Behaviour
2.2.2 Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Behaviour Berdasarkan hasil penelitian Edwin dan Sugiyono (2011), fashion
involvement berpengaruh terhadap impulse buying behaviour. Pakaian sangat
fashion, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh keyakinan konsumen dalam
membuat keputusan pembelian dan seringnya terjadi impulse buying behaviour.
Penelitian Pattipeilohy (2013) di Kota Ambon, menunjukkan bahwa fashion
involvement berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behaviour.
Penelitian Tirmizi, dkk. (2009), menunjukkan bahwa: fashion involvement
berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behaviour serta shopping lifestyle
berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behaviour. Hossseins, dkk.
(2014) dalam penelitiannya di Iran menunjukkan bahwa fashion berpengaruuh
positif terhadap impulse buying. Penelitian Park et al. (2006), menunjukkan
bahwa fashion involvement mempunyai pengaruh positif terhadap impulse buying.
H2 : Fashion Involvement Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap
Impulse Buying Behaviour
H2
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Sumber: