BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) ataupun Daerah
(Suseda) merupakan kegiatan pengumpulan data yang dapat
menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.. Susenas
maupun Suseda sudah dimanfaatkan oleh pemerintah dan
masyarakat secara luas. Pemanfaatan data oleh pemerintah mulai
dari merumuskan masalah perencanaan, pemantauan atau evaluasi
kekurangan serta keberhasilan pembangunan sebagai bahan
penyusunan kebijakan. Sedangkan pemanfaatan oleh masyarakat
diantaranya oleh para ilmuwan atau para kalangan pendidikan dalam
melakukan studi ilmiah atau sebagai data pendukungnya. Karena
data Susenas/Suseda ini merupakan data yang selalu dibutuhkan
oleh pemerintah dan masyarakat, untuk melihat kondisi sosial
ekonomi daerah. oleh karena itu menyediakannya dengan mutu,
Susenas/Suseda Kota Bogor Tahun Anggaran 2011
mengumpulkan data yang menyangkut bidang pendidikan,
kesehatan/gizi, perumahan/lingkungan hidup, ketenagakerjaan,
kegiatan sosial budaya, konsumsi dan pengeluaran rumah tangga di
kota Bogor.
1.2 Tujuan
Secara umum tujuan pengumpulan data Sosial Ekonomi
Daerah adalah tersedianya data kesejahteraan rakyat, yang dapat
mencerminkan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Adapun secara
khusus tujuan adalah:
a. Tersedianya data pokok tentang kesejahteraan masyarakat Kota Bogor
b. Tersedianya data tentang kesejahteraan rumah tangga, sosial budaya, pendidikan, dan data kependudukan yang dirinci
berdasarkan golongan umur, jenis kelamin, status perkawinan,
ketenagakerjaan, fertilitas, pemakaian kontrasepsi, tingkat
kematian bayi, pola konsumsi penduduk, kecukupan konsumsi
gizi, dan distribusi pengeluaran.
a. Keterangan umum anggota rumah tangga yaitu nama, hubungan dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin, umur, dan
status perkawinan, korban kejahatan, frekwensi bepergian dan
keikutsertaan pendidikan pra sekolah bagi penduduk usia 0-6
tahun;
b. Keterangan umum kesehatan untuk semua umur mencakup keterangan kematian, lama sakit, cara dan fasilitas pengobatan
serta ketersediaan jaminan pembiayaan/asuransi kesehatan,
kesehatan balita mencakup penolong proses kelahiran, imunisasi
dan pemberian ASI;
c. pendidikan anggota rumah tangga 5 tahun keatas, mencakup partisipasi sekolah, jenjang pendidikan, pemilikan ijazah,
kemampuan baca tulis,;
d. Keterangan ketenagakerjaan anggota rumah tangga 10 tahun ke atas mencakup kegiatan utama, pemcari kerja,lapangan usaha,
dan status pekerjaan;
e. Keterangan fertilitas wanita pernah kawin, mencakup umur perkawinan, anak lahir/masih hidup, partisipasi dalam program
Keluarga Berencana (KB), dan penggunaan alat kontrasepsi
f. Keterangan perumahan dan lingkungan, mencakup penguasaan tempat tinggal, jenis atap, dinding, luas lantai,
besar, sumber penerangan dan bahan bakar/energy untuk
memasak;
g. Keterangan tentang social ekonomi lainnya, mencakup pelayanan kesehatan gratis, penerimaan beras miskin (raskin),
dan kredit usaha;
h. Keterangan teknologi dan informasi, mencakup penggunaan dan penguasaan telpon, penguasaan HP (jumlah nomor HP),
computer dan internet;
BAB II METODOLOGI
2.1 Ruang Lingkup
Pendataan Suseda Kota Bogor dilakukan pada rumah tangga
yang tersebar di 6 kecamatan di seluruh wilayah Kota Bogor. Rumah
tangga yang tinggal di blok sensus khusus seperti kompleks militer
dan rumah tangga khusus seperti asrama, penjara yang berada di
blok sensus biasa tidak dipilih dalam sampel pendataan Susenas.
Data hasil pendataan Suseda disajikan baik tingkat kota Bogor
hingga kecamatan.
2.2 Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu
kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap pertama dan
kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap kedua. Kerangka
sampel pemilihan tahap pertama adalah Master sampel blok sensus
biasa (BS) kondisi 5 Mei 2010. Master BS tersebut disertai dengan
informasi banyaknya rumah tangga hasil listing SP2010, muatan blok
kumuh), dan klasifikasi desa/kelurahan (rural/urban). Oleh karena itu
diperlukan rekap kehadiran RBL1 yang diperoleh dari pencocokan
(matching) antara Master dengan RBL1. Kerangka sampel pemilihan
sampel tahap kedua adalah daftar rumah tangga biasa hasil listing
SP2010 dalam blok sensus. Data hasil survei dikombinasi dengan
data hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Bogor.
2.3 Rancangan Sampel
Metode sampling yang digunakan yaitu penarikan sampel dua
tahap berstrata. Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut:
• Tahap pertama, memilih nh blok sensus dari Nh secara pps
(Probability Proportional to Size) dengan size banyaknya rumah
tangga hasil listing SP2010 (Mi).
• Tahap kedua, dari setiap blok sensus terpilih dipilih sejumlah
rumah tangga biasa (m=16) secara sistematik berdasarkan
hasil listing SP2010.
Estimasi Tingkat Kecamatan
Jumlah sampel blok sensus untuk estimasi kabupaten/kota
atau kecamatan merupakan minimum sampel untuk estimasi tingkat
kabupaten/kota. Sampel blok sensus dialokasikan menurut daerah
perkotaan dan perdesaan di setiap kabupaten/kota dilakukan secara
proporsional terhadap akar jumlah rumah tangga dalam RBL1.
2.4 Metoda Pengumpulan Data dan Peta Blok Sensus
Pengumpulan data di setiap rumah tangga terpilih dilakukan
melalui wawancara langsung antara pencacah dengan responden.
Keterangan rumah tangga dikumpulkan melalui wawancara dengan
kepala rumah tangga, suami/istri kepala rumah tangga, atau
anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik yang
ditanyakan, sedangkan keterangan individu dikumpulkan melalui
wawancara langsung dengan individu yang bersangkutan.
Apabila rumah tangga terpilih benar-benar tidak dapat ditemui
pada saat pencacahan, maka penggantian sampel dapat dilakukan
dengan rumah tangga yang ditemui pada bangunan fisik dan
bangunan sensus tersebut.
Peta blok sensus yang digunakan dalam Susenas/Suseda 2011
adalah peta hasil scanning peta yang telah digunakan dalam
kegiatan pencacahan SP2010. Dalam peta tersebut sudah tercantum
legenda, landmark, dan posisi bangunan fisik/sensus. Peta blok
sensus dapat digunakan oleh petugas untuk
menelusuri/mengidentifikasi lokasi rumah tangga terpilih.
Pengolahan data, mulai perekaman data (data entri),
pemeriksaan konsistensi antar isian dalam kuesioner sampai dengan
tahap tabulasi, sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan
komputer. Sebelum tahap ini dimulai, terlebih dahulu dilakukan cek
awal atas kelengkapan isian daftar pertanyaan, penyuntingan
(editing) terhadap isian yang tidak wajar termasuk hubungan
keterkaitan (konsistensi) antara satu jawaban dengan jawaban yang
lainnya.
2.6 Referensi Waktu Survei
Susenas/Suseda 2010 menggunakan referensi waktu yaitu
suatu periode yang berakhir sehari sebelum tanggal pencacahan
rumah tangga, misalnya:
a. Kegiatan anggota rumah tangga berumur 10 tahun keatas dan konsumsi makanan menggunakan referensi waktu survei
seminggu yang lalu.
b. Pengeluaran untuk barang-barang bukan makanan dengan referensi waktu survei sebulan dan setahun yang lalu.
c. Keterangan kesehatan dengan referensi waktu survei sebulan yang lalu.
Penyajian data dalam publikasi ini dikelompokkan ke dalam
delapan bagian. Bagian pertama memaparkan masalah
kependudukan, termasuk tabel jumlah penduduk menurut jenis
kelamin, umur, status perkawinan. Kondisi kesehatan penduduk yang
mencakup keluhan kesehatan utama, jumlah hari sakit, kondisi balita
disajikan pada bagian kedua. Bagian ketiga menampilkan kondisi
pendidikan penduduk yang mencakup partisipasi sekolah, status
pendidikan, tingkat pendidikan, melek huruf, dan kemampuan
berbahasa Indonesia. Bagian keempat masih seperti tahun lalu yaitu
memaparkan ketenagakerjaan yang mencakup kegiatan utama
penduduk, jam kerja, lapangan pekerjaan, dan status pekerjaan.
Bagian kelima menyajikan fertilitas, lalu disusul data mengenai
perumahan dan terakhir ditutup dengan data pengeluaran rumah
BAB III
KONSEP DAN DEFINISI
3.1 Blok Sensus
Blok sensus membagi habis desa/kelurahan menjadi beberapa
blok sensus, harus mempunyai batas-batas (alam/buatan) yang
jelas. Bila batas SLS (satuan lingkungan setempat) adalah batas jelas
(Batas alam/buatan) maka batas SLS diutamakan menjadi batas blok
sensus. Satu blok sensus harus terletak pada satu hamparan tidak
boleh terpisah oleh blok sensus lain.
3.2 Rumahtangga dan Anggota Rumahtangga
Rumahtangga dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu
rumahtangga biasa dan rumahtangga khusus.
1) Rumahtangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan
biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud
dengan makan dari satu dapur adalah jika pengurusan
kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama menjadi satu. Selain
rumahtangga biasa yang terdiri dari bapak, ibu dan anak, yang
a. Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan.
sensus dan mengurus makanannya secara sendiri.
b. Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tapi
makannya dari satu dapur asal kedua bangunan sensus
tersebut masih dalam satu segmen.
c. Suatu rumahtanaga yang menerima pondokan dengan makan
(indekos) yang pemondoknya berjumlah kurang dari 10 orang.
d. Pengurus asrama, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan dan
sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak, istri
serta anggota rumahtangga lainnya, makan dari satu dapur
yang terpisah dari lembaga yang diurusnya.
e. Masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar
atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya
sendiri-sendiri.
2) Rumahtangga khusus, yaitu orang-orang yang tinggal di asrama,
tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan,
dan sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos)
dan berjumlah 10 orang atau lebih tidak dicakup dalam Susenas.
Anggota rumahtangga adalah semua orang yang biasanya
bertempat tinggal di suatu rumahtangga, baik yang berada di rumah
pada waktu pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota
rumahtangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota
pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap
sebagai anggota rumahtangga. Orang yang telah tinggal di suatu
rumahtangga 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal di suatu
rumahtangga kurang dari 6 bulan, tetapi berniat menetap di
rumahtangga tersebut dianggap sebagai anggota rumahtangga.
Kepala rumahtangga adalah seseorang dari sekelompok
anggota rumahtangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan
sehari-hari rumahtangga tersebut atau orang yang
dianggap/ditunjuk sebagai kepala di dalam rumahtangga tersebut.
3.3 Kesehatan
Sakit adalah menderita penyakit menahun (kronis) atau
gangguan kesehatan yang menyebabkan aktifitas kerja terganggu.
Walaupun seseorang mempunyai keluhan kesehatan (misalnya
masuk angin atau pilek) tetapi bila tidak terganggu kegiatannya
sehari-hari maka ia dianggap tidak sakit. Imunisasi adalah
memasukkan kuman penyakit yang sudah dimatikan kedalam tubuh
anak balita dengan cara suntik atau minum dengan maksud agar
terjadi kekebalan terhadap jenis penyakit tertentu pada tubuh.
Sekolah adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar,
menengah dan tinggi, termasuk pendidikan yang disamakan.
Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak atau
belum pernah sekolah. Termasuk mereka yang tamat/belum tamat
Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke SD.
Masih bersekolah adalah mereka yang sedang mengikuti
pendidikan di pendidikan dasar, menengah atau tinggi.
Tidak sekolah lagi adalah mereka yang, pernah mengikuti
pendidikan dasar, menengah atau tinggi, tetapi pada saat
pencacahan tidak sekolah lagi.
Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki
(ditamatkan) adalah jenjang., pendidikan yang pernah diduduki
(ditamatkan) oleh seseorang yang sudah tidak sekolah lagi atau
sedang diduduki oleh seseorang yang masih sekolah.
3.5 Fertilitas
Anak lahir hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan
menunjukkan tanda-tanda kehidupan walaupun mungkin hanya
beberapa saat saja seperti jantung berdenyut, bernapas, dan
menangis. Anak yang pada waktu lahir tidak menunjukkan
3.6 Perumahan
Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan
untuk keperluan sehari-hari. Bagian-bagian yang digunakan bukan
untuk keperluan sehari-hari tidak dimasukkan dalam perhitungan
luas lantai seperti lumbung padi, kandang ternak, jemuran, dan
warung (sebatas atap).
Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau
penyekat dengan rumahtangga atau bangunan lain.
Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga
orang yang mendiami di bawahnya terlindung dari teriknya
matahari, hujan, dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap
yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.
3.7 Konsumsi Pengeluaran Rumahtangga
Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah rata-rata
biaya yang dikeluarkan rumahtangga sebulan untuk konsumsi semua
anggota rumahtangga dibagi dengan banyaknya anggota
rumahtangga. Pengeluaran atau konsumsi rumah-tangga dibedakan
menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa
memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk
kebutuhan rumahtangga saja, tidak termasuk konsumsi pengeluaran
pihak lain. Pengeluaran untuk konsumsi makanan ditanyakan
selama seminggu yang lalu, sedangkan pengeluaran untuk bukan
makanan setahun yang lalu. Baik konsumsi makanan maupun bukan
makanan selanjutnya dikonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata
BAB IV
RINGKASAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KOTA BOGOR
Masyarakat kota Bogor adalah masyarakat yang agamis
ditengah-tengah perlintasan dan tempat wilayah parawisata. Jarak
tempuh yang dekat dengan ibukota Jakarta menjadikan daerah ini
tempat para urban untuk tinggal dan menetap. Selain itu iklim yang
berhawa sejuk dan masih rendah kadar polusi udaranya. Wilayah
Kota Bogor terbagi menjadi 6 kecamatan dan 68 kelurahan.
Penduduk kota Bogor pada tahun 2010 sebanyak 950.344 jiwa
dengan kepadatan penduduk 4000 km2.
4.1. Penduduk Kota Bogor Tahun 2010.
Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi sumber
daya manusia yang dibutuhkan dalam proses pembangunan,
disamping juga sebagai konsumen dalam pembangunan. Masalah
kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi
penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses
pada upaya pengendalian penduduk, tapi juga menitikberatkan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2010 tercatat
sebanyak 950.334 jiwa terdiri dari laki-laki 484.791 jiwa dan
perempuan sebanyak 465.543 jiwa. Selama kurun waktu 2005-2010
telah terjadi penambahan penduduk sekitar 95 249 jiwa yang terdiri
dari 52 829 laki-laki dan 42 320 perempuan.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2005-2010
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sex ratio
(1) (2) (3) (4) (5)
2005 431.862 423.223 855.085 102
2006 444.508 434.630 879.138 102
2007 457.717 447.415 905.132 102
2008 476.476 465.728 942.204 102
2009 481.559 464.645 946.204 104
2010 484.791 465.543 950.334 104
Sumber : BPS Kota Bogor, SP 2010
Tabel 3.3 menyajikan jumlah penduduk pada masing-masing
kecamatan menurut jenis kelamin. Tampak di sini bahwa jumlah
penduduk terbesar di Kota Bogor adalah kecamatan Bogor Barat
(211 084 jiwa), disusul kemudian dengan Kecamatan Tanah sereal
(190 919 jiwa), dan Kecamatan Bogor Tengah (181 392 jiwa). Jika
jumlah penduduk laki-laki yang lebih besar daripada jumlah
penduduk perempuan. Hal ini tercermin dari sex ratio di seluruh
kecamatan yang di atas 100.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun 2010
Kecamatan Laki-laki Perempuan Total
Sex Rati
o
(1) (2) (3) (4)
Bogor Selatan 93,442 87,950 181,392 106
Bogor Timur 48,350 46,748 95,098 103
Bogor Utara 86,962 83,481 170,443 104
Bogor Tengah 51,296 50,102 101,398 102
Bogor Barat 107,46
5 103,619 211,084 104
Tanah Sareal 97,276 93,643 190,919 104
Kota Bogor 484,79
1 465,543 950,334 104
Sumber : BPS Kota Bogor, SP 2010
Tabel 4.3. Penduduk Kota Bogor Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Wilayah dan Lapangan Usaha
Utama, 2010
Kecamatan SEKTOR
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bogor Selatan 2,55 1 235 12,30 8 351 5,94 0 19,40 5 5,49 2 1,33 2 17,146 Bogor Timur
815 175 4,410 225
2,87 5 11,70 7 3,37 5 1,37 5 10,494
Bogor Utara 1,59
5 414 12,29 2 562 4,61 3 16,01 4 5,88 7 2,19 9 22,683 Bogor Tengah
545 196 3,588 277
1,86 1 15,52 8 2,86 8 1,36 7 12,094
Bogor Barat 2,41
0 560 7,859 892
5,41 8 21,42 3 6,36 5 2,51 7 28,167
Tanah Sereal 2,44
8 445 10,06 3 797 5,55 1 20,76 3 6,27 7 2,46 9 23,108 Kota Bogor 10,3 64 2,025 50,52 0 3,10 4 26,2 58 104,8 40 30,2 64 11,2 59 113,69 2 1=Pertanian, 2= Pertambangan/penggalian 3=Industri, 4=Listrik, gas, air, 5=Konstruksi 6=Perdagangan, 7=Angkutan/Komunikasi, 8=Keuangan, 9=Jasa
Mata pencarian Penduduk Kota Bogor pada tahun 2010
terbanyak bekerja pada sektor jasa (sektor 9) dan perdagangan
hotel. restaurant/rumah makan (sektor 6) yakni sebanyak masing
sebanyak 113.692 orang dan 104.840 orang atau mencapai 62,03
persen dari total penduduk 15 tahun keatas yang bekerja sebanyak
352.326 orang. Sementara yang bekerja disektor industri sebanyak
50.520 orang atau 14,34 persen.
4.2. Kesehatan
Dalam prakteknya, peningkatan indikator sosial seperti
kesehatan tidak dapat dilakukan dalam jangka pendek. Kesehatan
perlu diupayakan dan diperjuangkan bersama-sama antara
pemerintah dan masyarakat sehingga tercipta suatu kesadaran
bahwa setiap kesehatan adalah tanggungjawab bersama. Hasil dari
survey memperlihatkan tingkat kesehatan masyarakat kota Bogor
menunjuan relative yang baik ini terlihat dari angka makro IPM yang
memperlihatkan angka harapan hidup mencapai 68.
Kesehatan merupakan aspek yang paling mendasar yang dibutuhkan semua orang. Dengan kondisi sehat setiap orang dapat melaksanakan segala aktivitasnya untuk
berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan
seperti air bersih, sanitasi dan lingkungan, kualitas makanan serta akses terhadap pelayanan dasar kesehatan. Menurut Henrik L Blum, peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas penduduk dipengaruhi oleh empat faktor penentu, yaitu : faktor-faktor lingkungan (45 %), perilaku kesehatan (30 %), pelayanan kesehatan (20 %) dan kependudukan/keturunan (5 %)
Fasilitas kesehatan yang paling banyak didatangi penduduk Kota Bogor untuk berobat pada tahun 2010
adalah puskesmas yang mencapai 44,35 persen, diikuti oleh praktek dokter yang mencapai 32,78 persen, rumah sakit 11,85 persen dan praktek tenaga kesehatan mencapai 9,64 persen. Sama seperti tahun sebelumnya (2009),
puskesmas tetap merupakan fasilitas kesehatan yang
masyarakat terukur dari Angka Harapan Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan mortalitas menurut umur. Tahun 2010 AHH Kota Bogor mencapai 68,87 tahun naik 0,10 point dari 68,77 tahun pada tahun 2009.
4.3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas hidup. Untuk itu, di sejumlah negara pembangunan pendidikan memperoleh prioritas utama dibanding
pembangunan sektor lain. Salah satu bukti pentingnya pembangunan pendidikan adalah besarnya proporsi
anggaran yang dikeluarkan untuk pendidikan. Di Indonesia sejak tahun 1994 pemerintah mewajibkan semua penduduk usia sekolah mengikuti pendidikan sekolah dasar dan
Pada tahun 2010 angka melek huruf (AMH) Kota Bogor
mencapai 98,77 lebih tinggi 0,1 point dibandingkan tahun 2009
yang sebesar 68,77 persen. AMH. Rata-rata lama sekolah (RLS)
mencapai 9,79 tahun artinya penduduk rata-rata sudah
memasuki pendidikan SLTA. Dengan adanya wajib belajar 9
tahun seyogyanya RLS ini memang menunjukkan peningkatan.
Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional dapat diperoleh
gambaran pembangunan pendidikan di Kota Bogor dengan melihat
besarnya kemampuan membaca dan menulis. Pada tahun 2010,
penduduk Kota Bogor yang berusia 10 tahun ke atas yang
mampu membaca dan menulis huruf latin mencapai 98,36 persen.
Kemudian, dari penduduk yang berusia 10 tahun ke atas, ijazah
yang paling banyak dimiliki adalah ijazah SD yaitu sebesar 29,89
persen, ijazah SMU/SMA/SMK, sebesar 28,30 persen, ijazah SMP
17,27 persen, sedangkan yang memiliki ijazah perguruan tinggi
8,64 persen, dan yang tidak memiliki ijazah SD sebesar 15,90
persen.
4.4. Perumahan
Kualitas hunian suatu masyarakat dapat dinilai dari luas
lantai per kapita. Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO), salah satu indikasi rumah sehat adalah
Di Kota Bogor, tahun 2010 terdapat 6,02 persen rumah tangga
yang tinggal di rumah dengan luas lantai kurang dari 20 m2.
Kualitas perumahan di Kota Bogor semakin membaik selama tahun
2010. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya persentase rumah
tangga yang tinggal dengan luas lantai kurang dari 20m2.
Persentase rumah tangga dengan lantai bukan tanah pada tahun
2010 sebesar 98,41 persen. Sedangkan persentase rumah tangga
yang tinggal di rumah dengan jenis dinding permanen (tembok)
sebesar 96,28 persen. Sumber air minum di Kota Bogor 33,63
persen berasal dari leding meteran, 26,19 persen dari sumur
bor/pompa, 16,64 persen dari sumur terlindung, 12,04 persen
air kemasan bermerk, sedangkan sisanya dari air isi ulang,
leding eceran, sumur tak terlindungi dan lainnya. Untuk
penerangan, 99,65 persen rumah tangga di Kota Bogor
menggunakan penerangan dari PLN. Sedangkan untuk masalah
sanitasi, 84,25 persen rumah tangga di Kota Bogor memiliki rumah
dengan fasilitas buang air besar sendiri.
Tabel 4.4. Persentase Banyaknya Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan dan Jenis Lantai Terluas di Kota Bogor, 2010.
Nama Kecamatan
Jenis Lantai Terluas dari Tempat Tinggal
Keramik/M armer/Gran it
Ubin/Tegel/ Teraso
Semen/ Bata Merah
Kayu/Papan Bambu Tanah Lainnya Jumlah
01
0 Bogor Selatan 59,45 16,45 22,43 0,59 0,56 0,46 0,06 100,00 02
03
0 Bogor Utara 71,30 14,05 14,09 0,17 0,03 0,35 0,01 100,00 04
0 Bogor Tengah 64,14 21,17 13,60 0,83 0,02 0,22 0,02 100,00 05
0 Bogor Barat 67,52 17,11 14,74 0,16 0,03 0,42 0,02 100,00 06
0 Tanah Sereal 70,11 16,75 12,16 0,18 0,06 0,74 0,01 100,00
Kota Bogor 67,21 16,55 15,30 0,35 0,13 0,44 0,02 100,00
Tabel 4.5. Persentase Banyaknya Rumah Tangga Menurut Wilayah dan Status Kepemilikan/Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal di Kota Bogor, 2010.
Kecamatan Milik sendir Sewa Kontr ak Lainn ya Jumlah 010 Bogor Selatan 66,96 3,27 11,84 17,93 100,00 020 Bogor Timur 70,06 7,97 14,07 7,89 100,00 030 Bogor Utara 62,91 6,88 18,76 11,45 100,00 040 Bogor Tengah 58,92 7,20 19,71 14,17 100,00 050 Bogor Barat 66,94 3,78 15,98 13,30 100,00 060 Tanah Sereal 71,75 2,71 15,58 9,95 100,00 Kota Bogor 66,60 4,82 15,85 12,72 100,00 Sumber : BPS Kota Bogor, SP 2010
4.5. Pengeluaran
Pengeluaran perkapita dapat dijadikan pendekatan untuk
pendapatan penduduk sehingga dapat diketahui tingkat
kesejahteraan masyarakat. Rata-rata pengeluaran perkapita di Kota
Bogor tahun 2010 adalah 746.479 rupiah. Artinya setiap orang di
Kota Bogor dalam sebulan rata-rata mengeluarkan uang
sejumlah 746.479 rupiah untuk memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya. Pengeluaran perkapita yang dibagi menurut kelompok
barang makanan dan non makanan menunjukkan bahwa
dibandingkan persentase pengeluaran untuk barang makanan.
Tahun 2010, persentase pengeluaran untuk non makanan
sebesar 55,96 persen, sedangkan untuk makanan 44,04 persen.
Pengeluaran Non Makanan didominasi oleh pengeluaran perumahan
dan fasilitas rumahtangga. Sedangkan pengeluaran makanan
didominasi oleh pengeluaran makanan dan minuman jadi. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, persentase pengeluaran
untuk non makanan mengalami penurunan. Tahun 2009
persentase pengeluaran non makanan sebesar 61,54 persen.
Berbeda dengan pengeluaran untuk makanan, persentasenya
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 38,46